PENGGUNAAN
METODE
PEMBELAJARAN
STRUKTURAL
NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DISERTAI PETA KONSEP UNTUK REMIDIASI POKOK BAHASAN STOIKIOMETRI SISWA KELAS X SMA MUHAMMADIYAH 2 MANYARAN TAHUN PELAJARAN 2008/2009
Oleh : NURMANI SETYANINGSIH NIM K3304041
SKRIPSI Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
HALAMAN PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Dra. Hj. Bakti Mulyani, M.Si
Endang Susilowati, S.Si, M.Si
NIP 19590728 198503 2 001
NIP 19700117 200003 2 001
ii
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari
: Senin
Tanggal
: 31 Mei 2010
Tim Penguji Skripsi:
Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Dra. Hj. Tri Redjeki, M.S
Sekretaris
: Drs. Haryono, M.Pd
Anggota
: Dra. Hj. Bakti Mulyani, M.Si
Anggota II
: Endang Susilowati, S.Si, M.Si
.................... ....................
Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP 19600727 198702 1 001
iii
.................... ....................
ABSTRAK Nurmani Setyaningsih. PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DISERTAI PETA KONSEP UNTUK REMIDIASI POKOK BAHASAN STOIKIOMETRI SISWA KELAS X SMA MUHAMMADIYAH 2 MANYARAN TAHUN PELAJARAN 2008/2009. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Mei 2010. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penggunaan metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT) disertai peta konsep untuk mengatasi kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran remidiasi pokok bahasan stoikiometri. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, dengan menggunakan rancangan ”One Group Pretest-postest Design”. Populasi yang digunakan adalah semua siswa kelas X SMA Muhammadiyah 2 Manyaran Tahun Pelajaran 2008/2009. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling yaitu siswa yang mengalami kesulitan belajar pada pokok materi stoikiometri. Teknik pengumpulan data menggunakan angket dan tes tertulis dalam bentuk obyektif. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji-t pihak kanan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengajaran remidiasi dengan metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT) disertai peta konsep efektif digunakan untuk mengatasi kesulitan belajar siswa pada materi pembahasan stoikiometri (tobs > ttabel = 9, 24 > 1,70 pada taraf signifikansi 5%) dengan adanya peningkatan nilai rata-rata siswa dari 53,19 menjadi 68,44 untuk aspek kognitif setelah mengikuti pembelajaran remidiasi.
Kata Kunci: Numbered Head Together, peta konsep, remidiasi, stoikiometri
iv
ABSTRACT Nurmani Setyaningsih. APPLICATION OF NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) METHODE FOLLOWED BY CONCEPT MAPS FOR REMIDIAL TEACHING OF THE SUBJECT MATTER STOICHIOMETRY IN THE GRADE X STUDENTS OF SMA MUHAMMADIYAH 2 MANYARAN IN THE ACADEMIC YEAR 2008/2009. Thesis, Surakarta: Submitted to The Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University, May 2010. The aim of this research is to find out the effectiveness of application Numbered Head Together (NHT) followed by concept maps to solve the student’s difficulties on remedial teaching subject matter stoichiometry. The research method was experiment with “One Group Pretest-Postest Design”. The population used in this research was the grade X students of SMA Muhammadiyah Manyaran in the academic year 2008/2009. The sampling technique is purposive sampling, that is the students with learning disabilities in the subject matter stoichiometry. The techniques of data collecting were questionnaire and objective test. The technique of data analizing was t-test right side. Based on the result of research is can be concluded that remedial teaching used Numbered Head Together (NHT) followed by concept maps is effective to solve the student’s learning difficulties subject matter stoichiometry (tobs > ttab = 9, 24 > 1,70 with significant value 5%) with student’s mean score is increase that is 53,19 to 68,44 on aspect cognitive after remedial teaching
Key words: Numbered Head Together, concept maps, remedial teaching, stoichiometry
v
MOTTO
”Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya” (Q.S At Taubah: 122)
”Sesungguhnya Allah SWT tidaklah menetapkan suatu keputusan, kecuali akan berakibat baik kepada orang mukmin” (H.R Ibnu Hibban dari Anas)
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada: ·
Allah SWT
·
Bapak
dan
Ibu
tercinta,
yang
telah
memberikan segalanya. Semoga Allah SWT merahmati kalian ·
Kakak-kakakku tercinta Mas Heri, Mas Nuri dan Mbak Siti, atas segala dukungan dan perhatiannya
·
Sahabat Al Qowy, Al Ashr, Sofíyah, Lila yang telah menemani perjuangan ini
·
Almamater
vii
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat, hidayah dan inayah-Nya skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak, sehingga kesulitan-kesulitan yang dihadapi dapat teratasi. Untuk itu dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret 2. Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah menyetujui permohonan penyusunan skripsi. 3. Dra. Hj. Tri Redjeki, M.S selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah menyetujui permohonan penyusunan skripsi. 4. Ibu Dra. Hj. Bakti Mulyani, M.Si, selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh pengertian kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini. 5. Ibu Endang Susilowati, S.Si, M.Si selaku Pembimbing Akademik dan Pembimbing II yang juga telah merelakan waktu dan tenaganya untuk membimbing dan mengarahkan penulis hingga terselesaikannya skripsi ini. 6. Bapak Sumardi, B.A, Kepala SMA Muhammadiyah 2 Manyaran yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian di SMA Muhammadiyah 2 Manyaran. 7. Ibu Yusnita Apri M, S.Si, pengampu mata pelajaran kimia di SMA Muhammadiyah 2 Manyaran yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.
viii
8. Seluruh siswa SMA Muhammadiyah 2 Manyaran tahun pelajaran 2008/2009 atas kerja sama dan bantuannya selama proses penelitian 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan Kimia yang telah ikut mendukung dalam penyelesaian skripsi ini. 11. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis, semoga Allah SWT memberikan balasan kebaikan dengan rahmat-Nya. Harapan penulis skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan pengajaran kimia.
Surakarta, Mei 2010
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ....................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................
iii
HALAMAN ABSTRAK ...............................................................................
iv
HALAMAN MOTTO ....................................................................................
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................
vii
KATA PENGANTAR ...................................................................................
viii
DAFTAR ISI..................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL..........................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
xv
BAB
BAB
I
II
PENDAHULUAN A. LatarBelakang Masalah ...................................................
1
B. Identifikasi Masalah .........................................................
5
C. Pembatasan Masalah ........................................................
5
D. Perumusan Masalah .........................................................
6
E. Tujuan Penulisan..............................................................
6
F. Manfaat Penelitian ...........................................................
6
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Landasan Teori.................................................................
7
1. Hakekat Belajar ..........................................................
7
2. Prestasi Belajar...........................................................
10
a. Pengertian Prestasi Belajar ..................................
10
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar 12 3. Kesulitan Belajar ........................................................
13
a. Jenis-jenis Kesulitan Belajar ................................
13
b. Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar ...........
13
4. Pengajaran Remidiasi.................................................
14
a. Belajar Tuntas ......................................................
14
b. Remidiasi .............................................................
15
x
BAB
BAB
III
IV
5. Metode Struktural Numbered Head Together (NHT)
16
6. Peta Konsep ...............................................................
17
7. Stoikiometri................................................................
18
a. Tata Nama Senyawa ............................................
19
b. Persamaan Reaksi Sederhana ...............................
20
c. Hukum Dasar Kimia ............................................
21
d. Konsep Mol ..........................................................
22
e. Penentuan Rumus Kimia......................................
22
f. Koefisien Reaksi ..................................................
23
g. Hukum Gas ..........................................................
24
B. Kerangka Pemikiran.........................................................
27
C. Hipotesis ..........................................................................
29
METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ..........................................
30
1. Tempat Penelitian ......................................................
30
2. Waktu Penelitian ........................................................
30
B. Populasi dan Sampel ........................................................
30
1. Penetapan Populasi ....................................................
30
2. Teknik Pengambilan Sampel .....................................
30
C. Teknik Pengumpulan Data...............................................
31
1. Sumber Data...............................................................
31
2. Instrumen Penelitian ..................................................
32
3. Uji Coba Instrumen ....................................................
32
D. Rancangan Penelitian .......................................................
38
1. Variabel Terikat .........................................................
38
2. Variabel Bebas ...........................................................
38
E. Teknik Analisis Data........................................................
39
1. Uji Prasyarat Analisis ................................................
39
2. Uji Hipotesis ..............................................................
40
HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data ..................................................................
42
1. Skor Prestasi Belajar Siswa (Kognitif) ......................
42
2. Skor Ungkap Masalah ................................................
46
xi
BAB
V
B. Uji Persyaratan Analisis ...................................................
47
1. Uji Normalitas ......................................................
47
2. Uji Homogenitas ..................................................
47
C. Pengujian Hipotesis .........................................................
48
D. Pembahasan......................................................................
48
PENUTUP A. Kesimpulan ......................................................................
55
B. Implikasi ..........................................................................
55
1. Teoritik .......................................................................
55
2. Praktis ........................................................................
55
C. Saran ................................................................................
56
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Distribusi Frekuensi Nilai Tes Awal – Tes Akhir Siswa ................
42
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Gain Score Kognitif .......................................
43
Tabel 3. Persentase Jawaban Siswa Sebelum dan Sesudah Remidiasi ..........
45
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Data Angket Ungkap Masalah .......................
46
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran .........................................................
28
Gambar 2. Histogram Data Nilai Tes Awal-Tes Akhir Siswa .......................
43
Gambar 3. Histogram Data Gain Score Kognitif Siswa ................................
44
Gambar 4. Histogram Data Persentase Jawaban Siswa Sebelum dan Sesudah Remidiasi .......................................................................
46
Gambar 5. Histogram Data Angket Ungkap Masalah ...................................
47
xiv
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1.
Silabus .................................................................................... 58
Lampiran 2.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ........................... 61
Lampiran 3.
Peta Konsep ........................................................................... 66
Lampiran 4.
Soal-soal Pembahasan Kelompok .......................................... 67
Lampiran 5.
Hubungan Indikator dan Butir Angket Ungkap Masalah ...... 70
Lampiran 6.
Angket Ungkap Masalah........................................................ 72
Lampiran 7.
Kisi-kisi Soal Try-Out Materi Stoikiometri ........................... 75
Lampiran 8.
Soal Try-Out Materi Stoikiometri .......................................... 76
Lampiran 9.
Kisi-kisi Soal Materi Stoikiometri ......................................... 81
Lampiran 10. Soal Materi Stoikiometri ........................................................ 82 Lampiran 11. Kunci Jawaban Soal Tes Materi Stoikiometri ....................... 86 Lampiran 12. Angket Observasi Awal ......................................................... 87 Lampiran 13. Data Hasil Angket Observasi Awal ....................................... 89 Lampiran 14. Data Nilai Kognitif Siswa Sebelum Remidiasi ...................... 92 Lampiran 15. Data Nilai Kognitif Siswa Sesudah Remidiasi ...................... 93 Lampiran 16. Uji Validitas, Realibilitas, Tingkat Kesukaran dan Daya Beda Soal Kognitif................................................................. 94 Lampiran 17. Penghitungan Reliabilitas ...................................................... 96 Lampiran 18. Data Induk Penelitian ............................................................. 97 Lampiran 19. Uji Normalitas ........................................................................ 98 Lampiran 20. Uji Homogenitas .................................................................... 101 Lampiran 21. Uji t Satu Pihak ...................................................................... 103 Lampiran 22. Form Wawancara Guru Pengampu ........................................ 105 Lampiran 23. Surat Permohonan Pembimbing Skripsi ................................ 106 Lampiran 24. Surat Ijin Menyusun Skripsi .................................................. 107 Lampiran 25. Surat Ijin Research/Try Out ................................................... 109 Lampiran 26. Surat Keterangan Kepala SMA.............................................. 111 Lampiran 27. Dokumentasi Penelitian ......................................................... 112 Lampiran 28. Tabel Distribusi Nilai Baku ................................................... 113 Lampiran 29. Tabel Nilai Kritik Uji Lilliefors ............................................. 116 Lampiran 30. Tabel Nilai Kritik Uji Barlett ................................................. 117
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Belajar pada dasarnya merupakan suatu aktivitas yang menghasilkan perubahan tingkah laku baik berupa pengetahuan, keterampilan maupun sikap pada diri siswa akibat dari latihan, penyesuaian maupun pengalaman. Dimana dalam pelaksanaannya belajar tersebut tidak dibatasi oleh ruangan dan waktu. Sebab belajar juga dapat dilaksanakan di luar sekolah pada waktu yang tidak ditetapkan secara formal. Pertumbuhan atau perubahan yang terjadi pada diri seseorang sebagai hasil belajar merupakan tingkah laku baru yang diperoleh setelah membaca, mendengar, mengamati, menganalisa, merangkum, berlatih dan sebagainya. Tingkah laku tersebut misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, timbulnya pengertian baru, perubahan dalam sikap, kebiasaan, keterampilan, perkembangan sikap sosial, emosional dan pertumbuhan jasmani. Dengan demikian seseorang dapat dikatakan belajar, apabila pada dirinya telah terjadi penampakan adanya perolehan informasi yang baru, dan sikap kepribadian yang baru kearah yang lebih baik, sesuai dengan yang diharapkan. Aktivitas belajar bagi setiap individu tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar. Kadang-kadang dapat cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa amat sulit. Aktivitas belajar yang mengalami hambatan disebut kesulitan belajar. Sunardi dalam Marnida Y (2006: 23) menyatakan bahwa “kesulitan belajar merupakan istilah umum yang menunjuk kepada kelainan yang heterogen, ditandai oleh kesulitan dalam penguasaan dan penggunaan kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, bernalar, dan berhitung”. Siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar ketika dalam jangka waktu tertentu siswa tersebut tidak mampu mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan minimal yang telah ditetapkan dalam setiap kompetensi pelajaran tertentu. Kesulitan belajar adalah hambatan atau masalah yang dihadapi oleh seorang siswa atau sekelompok siswa dalam belajar yang disebabkan oleh suatu hal yang datang dari dalam maupun dari luar siswa yang dapat mempengaruhi kegiatan belajarnya. Kesulitan belajar 1 dapat berwujud sebagai suatu kekurangan dalam satu atau lebih bidang akademik, baik
16
dalam mata pelajaran yang spesifik seperti membaca, menulis, matematika dan mengeja atau dalam berbagai keterampilan yang bersifat umum seperti mendengarkan, berbicara dan berpikir. Kimia merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif) namun pada perkembangan selanjutnya kimia juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif) (E.Mulyasa, 2009: 132). Ilmu kimia sebagai produk penemuan yang mencakup pengetahuan berupa fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori serta sebagai bentuk proses kerja ilmiah menjadikan siswa memiliki persepsi bahwa ilmu kimia sulit dipelajari sehingga kurang menyukai pelajaran kimia. Pokok bahasan stoikiometri pada materi kimia merupakan salah satu materi yang terdiri dari konsep-konsep, hukum-hukum, dan rumus yang berkaitan dengan persamaan reaksi sehingga menyebabkan siswa mengalami kesulitan untuk memahami materi yang diajarkan. Sebagai materi yang membutuhkan kecermatan dalam penggunaan konsep dan keterampilan menerapkan rumus siswa dituntut untuk memahami interkorelasi antar konsep sehingga dapat menggunakannya dalam menyelesaikan berbagai variasi soal. Kesulitan belajar stoikiometri juga dapat disebabkan oleh pendekatan pembelajaran yang hanya berorientasi pada target penyelesaian sejumlah materi dan bersifat hafalan konsepkonsep, tanpa mengetahui hubungan antar konsep tersebut. Kesulitan ini juga dapat bersumber pada kesulitan dalam memahami istilah, kesulitan dalam memahami konsep kimia, dan kesulitan dalam perhitungan. Dari data hasil observasi awal dengan pemberian angket pada siswa kelas XI terkait pembelajaran kimia selama di kelas X di SMA Muhammadiyah 2 Manyaran serta wawancara dengan guru pengampu, dapat diketahui bahwa dari aspek kognitif masih terdapat sekitar 23% siswa yang sering mengalami ketidaktuntasan dalam belajar, sedangkan 67% meskipun sudah tuntas tetapi belum mencapai nilai yang optimal. Sedangkan menurut 49% dari mereka, materi yang paling sulit pada semester ganjil adalah pokok bahasan stoikiometri. Hal ini disebabkan salah satunya adalah karena metode mengajar yang digunakan guru kurang tepat, biasanya karena banyaknya bahan yang harus disampaikan dan waktu yang terbatas, guru cenderung menyampaikan materi stoikiometri dengan ceramah dan sedikit latihan soal atau siswa diminta untuk berlatih
17
soal sendiri tanpa adanya bimbingan dari guru. Pada saat mengerjakan soal, siswa juga sering merasa kebingungan untuk menentukan rumus yang harus digunakan dalam menyelesaikan soal tersebut. Kesulitan belajar stoikiometri tersebut belum teratasi secara tuntas karena sistem pembelajaran yang diterapkan masih bersifat seragam, dimana dalam waktu yang bersamaan dan metode yang sama semua siswa diharapkan dan dituntut untuk belajar dengan kecepatan yang sama walaupun diketahui bahwa kelas itu heterogen dengan karakteristik siswa yang berbeda-beda dan akibatnya banyak kegagalan dan kesulitan yang dialami oleh siswa. Sedangkan kurikulum pembelajaran berbasis kompetensi (KBK) yang saat ini diterapkan di sekolah-sekolah menuntut tercapainya pembelajaran tuntas yang mensyaratkan peserta didik menguasai secara tuntas seluruh standar kompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran tertentu. Untuk itu, metode pembelajaran yang digunakan diharapkan dapat memberikan waktu kepada peserta didik sesuai dengan yang diperlukan untuk mencapai tingkat penguasaan kompetensi pembelajaran. Hal ini akan memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk memperoleh hasil belajar yang lebih optimal. Berdasarkan uraian di atas, maka untuk menerapkan pembelajaran sampai siswa menguasai materi secara tuntas, peneliti dalam hal ini mencoba untuk memberikan pembelajaran remidiasi sebagai salah satu cara untuk mengatasi kesulitan belajar sehingga siswa dapat mencapai ketuntasan belajar pada pokok bahasan stoikiometri. Kesulitan belajar stoikiometri yang dialami siswa antara lain dalam hal menyetarakan persamaan reaksi, menentukan pereaksi pembatas, penentuan rumus kimia yang merupakan penyelesaian soal yang berkaitan dengan konsep mol sebagai konsep dasar dalam perhitungan kimia. Kesulitan tersebut dapat diatasi dengan berlatih soal lebih sering dengan bimbingan teman maupun guru. Dari permasalahan tersebut, metode pembelajaran yang mungkin dapat diberikan sebagai perbaikan antara lain cooperative learning, problem solving, peer teaching, dan beberapa metode lain yang dapat dikombinasikan dengan berbagai media pembelajaran. Dalam penelitian ini metode yang akan digunakan adalah metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT) disertai peta konsep. Hal ini dikarenakan metode pembelajaran NHT sebagai bagian dari model pembelajaran kooperatif dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih
18
memahami materi pembelajaran dari penyampaian yang berulang-ulang. Siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar stoikiometri dapat mengatasi kesulitan belajarnya dengan sering berlatih soal dimana mereka dapat menyelesaikan soal yang dimiliki secara berkelompok berdasarkan penjelasan dari teman dan guru serta dapat lebih menguasai materi dengan menentukan keterkaitan antar konsep yang tergambarkan dalam peta konsep. Penelitian ini juga mengacu pada hasil penelitian yang dilakukan oleh B.J. Farrell dan H.M. Farrell (2008) yang menggunakan metode pembelajaran cooperative learning untuk membekali siswa dengan pengalaman belajar yang memuaskan. Dengan pembelajaran secara berkelompok siswa dapat mengembangkan hubungan interpersonal dan kemampuan komunikasi mereka. Dari hasil penelitian sebagian besar siswa menyatakan bahwa metode cooperative learning dapat memberikan pengalaman yang membantu mereka untuk mengembangkan ketrampilan berdiskusi dan menerapkannya dalam pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan adanya 89% dari anggota kelompok memberikan bantuan dan 88% mendapatkan kemudahan di dalam kelompoknya. Hasil penelitian Yuan Ling dan Hong Kwen Boo (2007) menunjukkan bahwa penggunaan peta konsep sebagai alat perbaikan dapat meningkatkan pemahaman konsep dalam pembelajaran. Siswa pada kelompok eksperimen yang menggunakan peta konsep sebagai alat instruksional dan perbaikan memperoleh hasil yang lebih baik secara signifikan yang ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata pos tes jika dibandingkan dengan kelompok kontrol yang menggunakan bagan. Dengan demikian penggunaan metode pembelajaran NHT disertai peta konsep ini diharapkan dapat memberikan motivasi siswa untuk bekerja sama dalam berlatih mengerjakan bentuk-bentuk soal stoikiometri dan lebih percaya diri dalam menentukan penyelesaian dari permasalahan yang dihadapi. Dengan bimbingan penerapan peta konsep untuk menentukan langkah-langkah penyelesaian soal, siswa juga akan lebih mudah memahami konsep-konsep yang banyak terdapat pada materi tersebut. B.
Identifikasi Masalah
Masalah-masalah yang ditemukan pada proses pembelajaran Kimia siswa kelas X SMA Muhammadiyah 2 Manyaran dapat diidentifikasi sebagai berikut:
19
1. Dimanakah letak kesulitan siswa dalam mempelajari materi kimia khususnya pada pokok bahasan stoikiometri? 2. Apakah siswa kesulitan melakukan interkorelasi antar konsep materi kimia pokok bahasan stoikiometri? 3. Apakah model pembelajaran cooperative learning dapat digunakan untuk pembelajaran remidiasi sebagai upaya mengatasi kesulitan belajar siswa pada pokok bahasan stoikiometri? 4. Apakah metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT) disertai peta konsep efektif untuk pembelajaran remidiasi pokok bahasan stoikiometri. C.
Pembatasan Masalah
Sehubungan dengan luasnya permasalahan yang timbul dari topik kajian maka pembatasan masalah perlu dilakukan guna memperoleh kedalaman kajian dan menghindari perluasan masalah. Adapun pembatasan masalah dalam hal ini adalah: 1. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X semester 1 SMA Muhammadiyah 2 Manyaran Tahun Pelajaran 2008/2009 yang mengalami kesulitan belajar materi kimia pokok bahasan stoikiometri. 2. Objek penelitian adalah kesulitan belajar siswa pokok bahasan stoikiometri dengan membandingkan prestasi belajar sebelum mengikuti dengan setelah mengikuti pembelajaran remidiasi. 3. Prestasi belajar yang diukur adalah aspek kognitif. 4. Pokok bahasan adalah stoikiometri. 5. Metode yang digunakan dalam pembelajaran remidiasi adalah metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT) disertai peta konsep yang diberikan oleh guru. 6. Efektivitas metode yang digunakan ditinjau dari perbandingan hasil belajar sebelum dan sesudah pembelajaran remidiasi.
D.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
20
apakah metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT) disertai peta konsep efektif digunakan untuk mengatasi kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran remidiasi pokok bahasan stoikiometri?”
E.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : Efektivitas penggunaan metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT) disertai peta konsep untuk mengatasi kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran remidiasi pokok bahasan stoikiometri. F.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat untuk: 1. Teoritis : -
memberikan informasi tentang metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT) disertai peta konsep sebagai alternatif remidiasi
-
memberikan informasi tentang kesulitan yang dialami siswa dalam mempelajari pokok bahasan stoikiometri
2. Praktis : -
bagi guru, sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam mengatasi kesulitan pembelajaran
-
bagi peneliti, menambah pengetahuan sesuai profesi yang akan penulis tekuni serta dapat memecahkan permasalahan yang terjadi. BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori Langkah awal untuk memecahkan permasalahan yang telah dikemukakan dalam perumusan masalah pada pendahuluan adalah mengkaji teori-teori yang relevan. Sehubungan dengan hal tersebut, akan dibahas mengenai: hakikat belajar, prestasi belajar, kesulitan belajar, pengajaran remidiasi, metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT), peta konsep, dan materi kimia stoikiometri. 1. Hakekat Belajar
21
Belajar memiliki arti yang bermacam-macam menurut teori–teori belajar yang dianut orang. Belajar selalu ada hubungannya dengan manusia, karena belajar merupakan salah satu aktivitas manusia yang penting sejak manusia lahir sampai akhir hayatnya. Di sekolah, siswa berkomunikasi dengan berbagai mata pelajaran lewat guru, teman dan juga berbagai sumber pelajaran. Di dalam pembelajaran pada umumnya, pada saat terjadi komunikasi antara guru dan siswa media pembelajaran sangat diperlukan karena media adalah sarana komunikasi. Belajar adalah komunikasi (Yusuf Hadi Miarso,1986: 3). Siswa yang sedang belajar berarti terlibat komunikasi dengan berbagai hal, baik yang pernah dialami maupun hal-hal yang bersifat baru. Proses komunikasi ini tidak terbatas, siswa dapat berkomunikasi dengan benda-benda dan alam sekitarnya, atau siswa berkomunikasi dengan masyarakat atau lingkungan sosialnya. Teori belajar yang banyak berpengaruh pada sistem instruksional dewasa ini adalah teori belajar menurut Gagne, David Ausubel, dan Piaget dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 111-152) a. Teori Belajar Menurut Gagne Terhadap masalah belajar, Gagne dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 134) memberikan dua definisi yaitu: 1) Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi, pengetahuan, keterampilan, tingkah laku. 2) Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari 7 instruksi Selanjutnya Gagne mengemukakan bahwa prose belajar berlangsung melalui delapan tahap atau fase, yaitu: fase motivasi, fase pengenalan, fase perolehan, fase retensi, fase pemanggilan, fase generalisasi, fase penampilan, dan fase umpan balik. b. Teori Belajar Menurut D. Ausubel Menurut teori belajar Ausubel dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 111), belajar bermakna menyebabkan informasi yang diterima siswa dapat bertahan lama apabila informasi yang disimpan dalam otak disimpan ke dalam sistem syaraf-syaraf otak dalam jumlah yang besar. Oleh karena itu proses belajar dengan keterlibatan siswa dalam
22
menemukan konsep akan lebih bermakna. Jadi dalam belajar bermakna, informasi baru diasimilasikan pada konsep yang relevan yang telah ada dalam struktur kognitif. Informasi baru yang dipelajari secara menghafal akan lebih sukar bertahan lama dalam otak, karena hampir tidak ada konsep baru yang relevan dalam struktur kognitif seseorang. Hafalan ibarat sebuah pemaksaan otak untuk menerima informasi yang baru diterima tanpa diberi kesempatan untuk membuktikan kebenarannya walaupun mungkin bertentangan dengan informasi lama yang diterima otaknya. Padahal seharusnya antara informasi lama dengan informasi baru selalu berkaitan. Hal ini merupakan dasar pengembangan informasi baru. Oleh karena itu dasar pengembangan IPA perlu suatu metode dimana siswa dapat mengkaitkan informasi lama dengan informasi baru. c. Teori Belajar Menurut Piaget Menurut Piaget dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 152) ”perkembangan kognitif merupakan proses genetik, artinya proses yang didasarkan atas mekanisme biologi yakni perkembangan sistem syaraf. Dengan bertambahnya umur seseorang, maka semakin komplek susunan sel syaraf dan makin meningkat pula kemampuannya”. Piaget berpendapat ada empat tahap perkembangan kognitif seseorang, yaitu: 1) Tahap sensori motor (0-2 tahun) Selama periode ini anak mengatur alam dengan indera-inderanya (sensori)dan dengan tindakan-tindakan (motor) 2) Tahap pra operasional (2-7 tahun) Anak belum mampu melaksanakan operasi mental seperti menambah, mengurangi dan lain-lain. 3) Tahap operasional (8-11 tahun) Tahap ini merupakan permulaan berpikir rasional. Anak belum dapat berurusan dengan materi abstrak seperti hipotesis. Pada tahap ini sifat egosentris
berubah
menjadi sosiosentris dalam berkomunikasi. 4) Tahap operasional formal (11 tahun keatas) Anak pada periode ini tidak perlu berpikir dengan pertolongan benda-benda atau peristiwa-peristiwa kongkrit. Mereka mempunyai kemampuan berpikir abstrak. Dalam pertumbuhannya ke arah dewasa, seseorang akan mengalami adaptasi biologis dengan lingkungannya sehingga menyebabkan perubahan kualitatif di dalam
23
struktur kognitifnya. Apabila seseorang mendapat informasi baru, maka informasi tersebut disesuaikan dengan kognitif yang telah dimilikinya, maka terjadilah proses asimilasi, sebaliknya bila struktur kognitif yang dimiliki yang dimodifikasi sesuai dengan informasi baru dari luar maka terjadilah proses akomodasi. Baik asimilasi maupun akomodasi terjadi apabila terdapat konflik dalam struktur kognitifnya, atau terjadi ketidakseimbangan antara apa yang telah diketahuinya dengan apa yang dilihat atau yang dialami sekarang. Setelah terjadi keseimbangan seseorang telah beradaptasi. Dari ketiga teori belajar tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses bertambahnya pengetahuan dan pengalaman seseorang sehingga dapat menemukan interaksi antara informasi lama dengan informasi baru yang ditunjukkan dengan adanya perubahan tingkah laku sebagai bentuk adaptasi atas pengetahuan yang dimilikinya. Di samping itu terdapat teori pembelajaran konstruktivisme yang menekankan pada pembelajaran yang berpusat pada siswa dimana siswa dituntut untuk membangun sendiri konsep pembelajaran berdasarkan pengetahuan dan pengalaman belajar yang dimiliki. Hal ini dapat diterapkan dalam model pembelajaran kooperatif yang melibatkan siswa untuk mengenali masalah, mengumpulkan informasi, memproses data, melakukan analisis dan membuat kesimpulan. Dengan demikian, siswa dapat membangun sendiri pengetahuan barunya dengan berfikir untuk menyelesaikan masalah, menuangkan ide, dan membuat keputusan. 2. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar Hasil akhir dari belajar atau yang disebut prestasi belajar merupakan hal yang penting dalam proses belajar mengajar, karena dapat menjadi petunjuk untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam belajar yang telah dilaksanakan. Hasil belajar ini dapat berupa pengetahuan keterampilan dan sikap yang dapat diklasifikasikan kedalam tiga kemampuan/ ranah/ aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. 1)
Kemampuan Kognitif. Menurut
Bloom
kemampuan
kognitif
berkaitan
dengan
tujuan-tujuan
pembelajaran yang berkaitan dengan kemampuan berpikir, mengetahui dan memecahkan masalah dimana hasil belajarnya secara rinci mencakup kemampuan mengingat dan
24
memecahkan masalah berdasarkan apa yang telah dipelajari siswa. Hal ini mencakup keterampilan intelektual sebagai tugas dari kegiatan pendidikan yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ranah kognitif meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, dan sintesis dengan penekanan pada aspek pengetahuan dan pemahaman yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa. 2)
Kemampuan Afektif E. Mulyasa (2002: 232) berpendapat bahwa kemampuan afektif dapat dilihat
melalui cara berfikir dan bertindak yang mengacu pada nilai-nilai kesopanan, seperti kemampuan dalam menempatkan diri secara tepat pada situasi yang berbeda, dan respon terhadap berbagai fenomena yang terjadi. W.Gulo (2002: 147) berpendapat kemampuan afektif adalah suatu kemampuan yang berhubungan dengan value (nilai), yaitu suatu konsep yang tidak berada didalam dunia empiris, tetapi dalam pikiran manusia. Nilai merupakan seperangkat sikap yang dijadikan dasar pertimbangan, standar/prinsip sebagai ukuran bagi kelakuan. Jika selalu berkenaan dengan suatu obyek, yang disertai perasaan positif dan negatif. Berikut ini kata-kata operasional yang dapat digunakan sebagai indikator kompetensi afektif: a)
Receiving (penerimaan): mempercayai, memilih, mengikuti, bertanya dan mengalokasikan.
b)
Responding
(menanggapi):
konfirmasi,
menjawab,
membaca,
membantu,
melaksanakan, melaporkan, dan menampilkan. c)
Valuing (penanaman nilai): menginisiasi, mengundang, melibatkan, mengusulkan dan melakukan.
d)
Organization
(pengorganisasian):
memverifikasi,
menyusun,
menyatukan,
menghubungkan dan mempengaruhi. e)
Characterization (karakterisasi): menggunakan nilai-nilai sebagai pandangan hidup, mempertahankan nilai-nilai yang sudah diyakini. (E. Mulyasa, 2009: 140)
25
Pengukuran ranah afektif tidak dapat dilakukan setiap saat, karena perubahan tingkah laku siswa tidak dapat berubah sewaktu-waktu. Perubahan sikap seseorang memerlukan waktu yang relatif lama. 3)
Kemampuan Psikomotor E. Mulyasa (2002: 232) berpendapat bahwa kemampuan psikomotorik
mencakup keterampilan akademis dan sosial. Keterampilan akademis sifatnya berjenjang mulai dari mengingat, menafsirkan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, sampai menilai. Keterampilan sosial dapat dilihat dari cara berkomunikasi dalam pergaulan, berhubungan dengan orang lain, memecahkan masalah, mengambil keputusan, bekerjasama, dan kemampuan kepemimpinan. Pada intinya prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai individu sebagai usaha yang dialami langsung dan merupakan aktivitas yang bertujuan baik untuk memperoleh ilmu pengetahuan, keterampilan maupun kecakapan dan sikap positif dalam situasi dan kondisi tertentu. Pada umumnya prestasi belajar ditunjukkan dengan angka atau nilai yang mewujudkan lambang atau simbol yang mencerminkan
tingkat
penguasaan materi pelajaran yang telah diajarkan. Dalam kegiatan belajar-mengajar, guru bidang studi dalam situasi dan kondisi tertentu melakukan kegiatan penilaian. Penilaian hasil belajar yang dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh perubahan tingkah laku siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar. Penilaian pada umumnya menggunakan tes sebagai alat ukurnya. Hasil pengukuran dinyatakan dengan angka dan nilai. Dari angka atau nilai inilah yang dapat diketahui tingkat penguasaan materi pelajaran oleh siswa. Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar adalah angka yang diberikan oleh guru bidang studi kimia sebagai hasil usaha yang telah dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar yang didapat dari tiga kemampuan yaitu kognitif, afektif dan psikomotor berdasarkan parameter penilaian yang digunakan setelah siswa mengikuti suatu tes. b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Prestasi belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor yang berasal dari dalam diri siswa (intern) atau berasal dari luar diri siswa (ekstern). Pada hakikatnya interaksi antara berbagai faktor tersebut merupakan hasil belajar yang
26
diperoleh siswa. Dalam rangka membantu siswa mencapai prestasi belajar seoptimal mungkin maka guru harus mengenali faktor-faktor tersebut. Roestiyah NK (1991: 20) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar tersebut, yaitu : 1) Faktor internal, ialah faktor yang timbul dari dalam diri siswa, seperti kondisi psikologi, minat, intelegensi, motivasi, dan faktor pribadi lainnya. 2) Faktor eksternal, ialah faktor yang datang dari luar diri siswa, seperti faktor keluarga, guru, dan cara mengajarnya serta faktor lingkungan lainnya. Sedangkan Thabrani Rusyan (1989: 60) menyatakan bahwa prestasi belajar siswa tergantung pada apa yang dipelajari, bagaimana materi pelajaran itu dipelajari dan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi siswa baik faktor eksternal maupun internal, diharapkan siswa dapat menguasai pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran. 3. Kesulitan Belajar a. Jenis-jenis Kesulitan Belajar Kesulitan belajar merupakan suatu konsep multidisipliner yang digunakan di lapangan ilmu pendidikan, psikologi, maupun ilmu kedokteran. Kesulitan belajar merupakan kelompok kesulitan belajar yang heterogen yang memiliki banyak tipe dan masing-masing memerlukan diagnosis dan remidiasi yang berbeda-beda. Klasifikasi kesulitan belajar sangat diperlukan karena bermanfaat untuk menentukan strategi pembelajaran yang tepat. Mulyono Abdurrahman (2003: 11) secara garis besar mengklasifikasikan kesulitan belajar ke dalam dua kelompok, yaitu : 1) kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan (developmental learning disabilities), mencakup gangguan motorik dan persepsi, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, dan kesulitan belajar dalam penyesuaian perilaku sosial. 2) kesulitan belajar akademik (academic learning disabilities), menunjuk pada kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan-kegagalan tersebut mencakup penguasaan keterampilan dalam membaca, menulis, dan/atau matematika. b. Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar
27
Prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang menjadi penyebab siswa mengalami kesulitan belajar antara lain, kelemahan fisik, perkembangan mental, daya intelektual, gaya belajar, kepribadian, keterampilan berpikir yang kurang, serta kemampuan membaca dan perhitungan matematika yang rendah. Secara eksternal kesulitan belajar siswa dapat dipengaruhi oleh kurikulum, strategi pembelajaran, sistem evaluasi, guru, pengelolaan kelas, kondisi lingkungan dan sarana prasarana pembelajaran. Dalam pembelajaran stoikiometri, faktor internal yang menyebabkan kesulitan belajar adalah faktor genetik dan pengaruh psikologis seperti persepsi awal bahwa materi tersebut sulit dipelajari, bosan, mudah menyerah dalam menghadapi soal, kemampuan matematika yang rendah, dan kurangnya motivasi. Sedangkan faktor eksternal dapat disebabkan karena metode belajar yang kurang tepat, kurangnya sarana dan prasarana serta kurangnya dukungan dari pihak-pihak di sekelilingnya. 4. Pengajaran Remidiasi a. Belajar Tuntas Tujuan proses belajar-mengajar secara ideal adalah agar bahan yang dipelajari dikuasai sepenuhnya oleh siswa. Ini disebut ”mastery learning” atau belajar tuntas, artinya penguasaan penuh. Dengan kondisi siswa yang berbeda-beda maka tidak semua siswa mampu menguasai secara penuh materi yang disampaikan oleh guru. Untuk itu masih perlu dipikirkan jalan agar setiap siswa mendapat bimbingan dalam menyelesaikan pelajarannya dengan baik. Sejumlah tokoh pendidikan yakin bahwa sebagian terbesar bahkan hampir semua siswa sanggup menguasai bahan pelajaran sepenuhnya dengan syarat-syarat tertentu. Menurut S. Nasution (1986: 38) terdapat lima faktor yang mempengaruhi belajar tuntas, yaitu : 1) bakat untuk mempelajari sesuatu 2) mutu pengajaran 3) kesanggupan untuk memahami pengajaran 4) ketekunan, dan 5) waktu yang tersedia untuk belajar
28
Dalam usaha mencapai ketuntasan belajar, maka kelima faktor tersebut harus diperhatikan. Jadi, dalam usaha mencapai penguasaan penuh atau mastery learning perlu diselidiki prasyarat bagi penguasaan tersebut. Selanjutnya diusahakan metode penyampaian atau proses belajar-mengajar yang serasi dan akhirnya perlu dinilai hasil usaha sejauh manakah usaha tersebut dapat dilakukan. Salah satu prasyarat untuk ketuntasan belajar adalah merumuskan secara khusus bahan yang harus dikuasai. Prasayarat kedua adalah pemahaman bahwa tujuan tersebut harus tertuang dalam suatu alat evaluasi yang bersifat sumatif agar dapat diketahui tingkat keberhasilan siswa. Untuk itu perlu adanya penentuan standar yang layak dan memungkinkan dapat dicapai oleh semua siswa. Standar penguasaan tersebut harus diketahui oleh guru dan juga murid. Karena semua murid pada dasarnya mendapat kesempatan mencapai standar tersebut sehingga dapat memperoleh nilai tertingi maka siswa dapat belajar dalam suasana kerja sama dan saling membantu. b. Remidiasi Remedial teaching berasal dari kata remedy (Bahasa Inggris) yang artinya menyembuhkan. Remedial teaching atau pengajaran perbaikan adalah suatu bentuk pengajaran yang bersifat menyembuhkan atau membetulkan, atau dengan kata lain pengajaran yang membuat menjadi lebih baik dari sebelumnya. Dapat dikatakan pula bahwa pengajaran perbaikan itu berfungsi terapis untuk penyembuhan. Proses penyembuhan ini dilakukan untuk mengatasi maupun mengurangi gangguan atau hambatan eksternal yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan belajar sehingga siswa memiliki waktu belajar yang optimal untuk dapat menguasai kompetensi yang seharusnya dikuasai dari suatu materi pembelajaran. Pengajaran remidiasi bertolak dari konsep belajar tuntas. Pada tiap akhir unit kegiatan pembelajaran, guru melakukan evaluasi formatif sehingga dapat diketahui siswa yang sudah atau belum menguasai bahan pelajaran. Bagi siswa yang belum menguasai bahan pelajaran diberikan pengajaran remidiasi, agar tujuan belajar yang telah ditetapkan sebelumnya dapat dicapai. Dengan demikian, pengajaran remidiasi sebenarnya merupakan kewajiban bagi semua guru setelah mereka melakukan evaluasi formatif dan menemukan adanya siswa yang belum mampu meraih tujuan belajar yang telah ditetapkan.
29
Sebelum pengajaran remidiasi diberikan, guru lebih dahulu perlu melakukan dianogsis kesulitan belajar, yaitu menentukan jenis dan penyebab kesulitan serta alternatif strategi pengajaran remidiasi yang efektif dan efisien. Dengan demikian, remidiasi sebagai perbaikan terhadap kurang tercapainya ketuntasan belajar harus memperhatikan letak kesulitan siswa serta faktor-faktor yang mempengaruhinya sehingga ketika dilakukan pembelajaran remidiasi guru dapat menggunakan metode yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut. 5. Metode Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Model pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktifitas siswa, meningkatkan interaksi, meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran dan akan meningkatkan motivasi siswa untuk aktif dalam mengikuti pelajaran. Salah satu pendekatan dari model pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran, dimana pada pendekatan ini memberikan pemecahan pada penggunaan struktur yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Diharapkan siswa bekerja sama dan saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih pada penghargaan kooperatif dan penghargaan individu. Pendekatan pembelajaran dikembangkan oleh Spencer Kagen (1993) yang terdiri dari dua macam struktur yang terkenal yaitu Think-Pair Share (TPS) dan Numbered-Head Together (NHT). Dalam metode NHT guru melibatkan para siswa sehingga siswa dapat melihat bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek atau memeriksa pemahaman siswa mengenai isi pelajaran tersebut. Menurut Arends (2001: 16) guru dapat mengganti pertanyaan langsung dengan menggunakan struktur sebagai berikut : a. Penomoran (Numbering), siswa dibagi dalam beberapa kelompok dengan jumlah anggota 4-5 yang heterogen kemudian masing-masing anggota dari kelompok tersebut mendapat nomor 1 sampai 5. b. Mengajukan Pertanyaan (Questioning), guru memberikan pertanyaan yang bervariasi dan masing-masing kelompok mengerjakannya. Pertanyaan dapat langsung atau berupa arahan. c. Berfikir Bersama (Head Together), kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut.
30
d. Menjawab (Answering), Guru memanggil satu nomor tertentu, kemudian siswa dengan nomor yang disebut mengacungkan tangannya dan menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas. Sebagaimana di awal disampaikan bahwa materi stoikiometri sebagai materi yang memiliki banyak konsep dan rumus hitungan maka siswa perlu dibiasakan dengan banyak latihan soal. Bentuk kerja sama dalam cooperative learning akan memudahkan siswa untuk berdiskusi dan memutuskan penyelesaian yang tepat dalam menghadapi soal. Namun dengan metode NHT, bukan berarti siswa dapat bergantung sepenuhnya kepada teman sekelompoknya karena masing-masing anggota dalam kelompok tersebut memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan soal berdasarkan nomor soal yang diperolehnya. Selain itu, interaksi siswa juga diperlukan untuk menyampaikan bahwa setiap orang dalam kelompok itu mengetahui jawabannya. Jadi, pemahaman siswa akan diperoleh dari penyampaian yang berulang-ulang. Dari hasil kerja menyelesaikan soal yang dimiliki, penjelasan dari teman satu kelompok, dan membandingkan dengan hasil kerja kelompok lain, serta penjelasan tambahan dari guru. Pelajaran serta kerja sama dengan struktur menawarkan saling tergantung yang bersifat positif antara lain pertanggungjawaban individu dan kelompok. 6. Peta Konsep Menurut Anwar Holil dalam Blogdetik.com (2008) peta konsep merupakan salah satu bagian dari strategi organisasi yang bertujuan membantu pebelajar meningkatkan kebermaknaan bahan-bahan baru. Strategi ini terdiri dari pengelompokan ulang ide-ide atau istilah-istilah atau membagi ide-ide atau istilah-istilah itu menjadi subset yang lebih kecil. Fungsi dari peta konsep adalah untuk menyatakan hubungan bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi. Antara dua atau lebih konsep dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit semantik (Ratna Wilis Dahar, 1989: 122123). Peta konsep yang digunakan dalam pembelajaran bermakna harus memiliki ciriciri sebagai berikut : a. memperlihatkan konsep-konsep dan susunan atau organisasi suatu bidang studi bermakna,
31
b. merupakan gambar dua dimensi dari suatu disiplin ilmu atau suatu bagian dari suatu disiplin ilmu. Gambar tersebut harus mampu memperlihatkan hubungan-hubungan prinsip antar konsep-konsep, c. dapat menyatakan hubungan antara konsep-konsep. Hal ini berarti ada beberapa konsep yang lebih inklusif daripada yang lain, d. menyatakan tentang hirarki, hal ini terjadi bila dua atau lebih konsep digambarkan di bawah suatu konsep yang lebih inklusif. Kelebihan yang dimiliki dari penggunaan peta konsep pada suatu proses pembelajaran adalah dapat digunakan untuk : -
menyelidiki apa yang telah dipahami oleh siswa,
-
mempelajari bagaimana cara belajar siswa, apakah sudah benar atau belum dalam penguasaan konsep,
-
mengungkap konsepsi yang salah
-
alat evaluasi bagi guru. Sedangkan kekurangan yang terdapat pada penggunaan peta konsep adalah :
-
kurang menanamkan sifat kerja sama antar siswa
-
lebih menonjolkan kerja secara individu
-
tidak semua pokok bahasan dapat disajikan dengan peta konsep. Dengan demikian, penggunaan peta konsep ini dapat membantu siswa secara
visual untuk menghubungkan keterkaitan antara gagasan-gagasan maupun ide-ide yang terdapat dalam suatu materi pembelajaran sehingga siswa akan lebih mudah untuk memahami materi tersebut. Peta konsep ini juga dapat mempermudah siswa untuk memahami dan mengingat sejumlah informasi baru dan menentukan kaitannya dengan konsep-konsep yang ada dalam struktur kognitif siswa sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.
7. Stoikiometri Stoikiometri berasal dari bahasa Yunani: stoicheion = partikel; metron = perhitungan. Jadi, dapat dikatakan stoikiometri adalah segala bentuk perhitungan kimia yang berhubungan dengan jumlah partikel. Namun dengan adanya kurikulum yang baru,
32
maka pembahasan tata nama senyawa, persamaan reaksi sederhana, dan hukum dasar kimia termasuk ke dalam materi stoikiometri.
a. Tata Nama Senyawa 1) Tata Nama Senyawa Biner Senyawa biner merupakan senyawa yang terbentuk dari dua jenis unsur (senyawa yang mengandung dua jenis atom). Aturan umum dalam penamaan senyawa biner menurut IUPAC (International Union for Pure and Applied Chemistry) adalah sebagai berikut: §
semua senyawa biner memiliki nama yang berakhiran –ida
§
jika senyawa biner tersusun atas logam dan atom bukan logam, maka nama logam disebutkan lebih dahulu kemudian diikuti oleh nama bukan logam yang berakhiran –ida
§
jika senyawa biner tersusun seluruhnya dari atom bukan logam, maka penulisan dilakukan berdasarkan urutan: B – Si – As – C – P – N – H – S – I – Br – Cl – O – F
§
Akhiran –ida digunakan oleh atom yang terletak lebih di sebelah kanan
§
nama senyawa yang sudah umum tidak menggunakan aturan tatanama IUPAC Untuk senyawa biner dari logam dan bukan logam yang biasanya berupa
ion harus memiliki jumlah muatan nol (netral). Sedangkan untuk senyawa bukan logam merupakan senyawayang tersusun dari molekul-molekul (bukan dari ion-ioan). Jumlah masing-masing atom dalam rumus senyawa harus ditandai dengan awalan angka Yunani. 2) Tata Nama Senyawa Poliatom Senyawa poliatom terbentuk dari ion-ion poliatom, dimana dua atau lebih atom-atom terikat bersama-sama dalam satu ion. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penamaan senyawa poliatom adalah sebagai berikut: -
pada umumnya ion poliatom bermuatan negatif. Hanya ion Amonium (NH4+) yang bermuatan positif.
33
-
Hanya OH- dan CN- ion poliatom yang berakhiran –ida. Pada umumnya ion poliatom negatif berakhiran –it atau –at. Ada beberapa ion yang berawalan hipo, per, di, atau tio.
-
Hampir semua ion poliatom negatif mengandung atom oksigen. Ion yang berakhiran –it mengandung atom oksigen lebih sedikit daripada ion yang berakhiran –at.
b. Persamaan Reaksi Sederhana Persamaan reaksi ialah persamaan yang menyatakan perubahan materi dalam suatu reaksi kimia. Cara menyetarakan reaksi adalah menambahkan angka koefisien di depan rumus kimia zat-zat. 1) Reaksi Pembakaran Senyawa Organik Senyawa organik yang hanya mengandung atom C, H, dan O jika dibakar (direaksikan dengan O2) hanya akan menghasilkan CO2 dan H2O. Persamaan reaksi pembakaran senyawa organik disetarakan dalam empat tahap, yaitu: -
menuliskan persamaan reaksi: senyawa organik + O2 à CO2 + H2O
-
menyamakan jumlah atom C dengan menambahkan koefisien di depan CO2
-
menyamakan jumlah atom H dengan menambahkan koefisien di depan H2O
-
menyamakan jumlah atom O dengan menambahkan koefisien di depan O2
2) Menyetarakan Persamaan Reaksi yang Rumit Untuk menyetarakan reaksi yang agak rumit, dapat digunakan ”metode abjad”, dimana sebagai koefisien dalam persamaan reaksi digunakan huruf-huruf abjad. Contoh :
aHNO3 + bH2S à cNO + dS + eH2O
Dengan mengingat bahwa jumlah atom ruas kiri = jumlah atom ruas kanan, maka persamaan untuk masing-masing atom: Atom H
:
a + 2b = 2e
(I)
Atom N
:
a
=c
(II)
Atom O
:
3a
= c + e (III)
Atom S
:
b
=d
(IV)
Untuk memperoleh bilangan bulat, maka semua harga dikalikan dua, sehingga didapat:
a =2; b = 3; c = 2; d = 3; e = 4
34
Maka, persamaan setara dari reaksi di atas adalah: 2HNO3 + 3H2S à 2NO + 3S + 4H2O c. Hukum Dasar Kimia 1) Hukum Lavoiser Disebut juga dengan hukum kekekalan massa. Dimana massa zat yang bereaksi sama dengan massa zat hasil reaksi. 2) Hukum Proust Menyatakan bahwa suatu senyawa murni selalu terbentuk dari unsur-unsur yang sama, yang tergabung dalam perbandingan tertentu dan selalu tetap. Menurut teori atom kenyataan ini berarti banyaknya atom setiap unsur di dalam sebuah molekul zat itu selalu sama; oleh karena itu molekul air selalu harus dirumuskan H2O. 3) Hukum Dalton Disebut juga hukum kelipatan perbandingan. Bila dua unsur dapat membentuk lebih dari satu senyawa yang berbeda, maka perbandingan massa dari unsur yang satu yang bersenyawa dengan sejumlah tertentu unsur lain di dalam persenyawaan-persenyawaan tersebut merupakan bilangan yang mudah dan bulat. 4) Hukum Gay Lussac Disebut juga hukum perbandingan volume. Menyatakan bahwa pada tekanan dan suhu yang sama , volume gas-gas yang bereaksi dan volume gas-gas hasil reaksi berbanding sebagai bilangan bulat dan sederhana. Hukum perbandingan volume dapat dinyatakan sebagai berikut: Volume A Volume B
=
koefisien A koefisien B
5) Hukum Avogadro Menyatakan bahwa pada tekanan, suhu, dan volume yang sama, berbagai macam gas mempunyai jumlah molekul yang sama. (lebih lanjut di sub bab berikutnya).
d. Konsep Mol
35
Dalam perhitungan kimia dinyatakan satuan yang didasarkan pada jumlah partikel zat-zat yang terlibat dalam perhitungan kimia. Satuan yang dipakai adalah mol. Standar 1 mol menurut satuan internasional (SI) adalah isotop karbon-12 yang massanya 12 gram. Jumlah tersebut pertama kali ditemukan oleh Johann Loschmidt dari Jerman pada tahun 1865 yaitu sebanyak 6,02 x 1023 butir. Bilangan 6,02 x 1023 disebut tetapan Avogadro (L). Dengan demikian satu mol zat adalah banyaknya zat yang mengandung 6,02 x 1023 partikel. Partikel yang dimaksud disini dapat berupa atom, molekul atau ion. Jumlah partikel X
= mol x =n x
L 6,02 x 1023
Massa satu mol zat yang dinyatakan dalam gram disebut massa molar. Massa molar suatu zat ialah bilangan yang dinyatakan dalam gram dan banyaknya sesuai dengan massa atom relatif (Ar) atau massa molekul relatif (Mr) zat tersebut. gram = Jumlah partikel L
mol x Ar atau Mr =
gram
Ar atau Mr
e. Penentuan Rumus Kimia Konsep mol dapat digunakan untuk menentukan rumus kimia suatu senyawa, baik rumus empiris (perbandingan terkecil atom-atom dalam senyawa) maupun rumus molekul (jumlah atom-atom dalam senyawa). Dalam menentukan rumus empiris suatu senyawa, mula-mula ditentukan gram atau persentase masing-masing unsur penyusun senyawa. Kemudian angka-angka tersebut dibagi dengan Ar masing-masing, sehingga diperoleh perbandingan mol terkecil dari unsur-unsur penyusun senyawa. Contoh : Suatu senyawa mengandung 32,4 % natrium; 22,6 % belerang, dan sisanya oksigen (Ar Na = 23, S = 32, O = 16). Tentukan rumus empiris senyawa tersebut! Jawab : Na
= 32,4%
S
= 22, 6%
36
O
= 100 – (32,4 + 22,6) = 45%
mol Na : mol S : mol O
=
32,4 22,6 45 : : 23 32 16
= 1,4
: 0,7
: 2,8
=2
:1
:4
Jadi, rumus empiris senyawa tersebut adalah Na2SO4 Rumus molekul dan rumus empiris suatu senyawa ada kalanya sama, tetapi kebanyakan tidak sama. Rumus molekul merupakan kelipatan dari rumus empiris. Untuk menentukan rumus molekul suatu senyawa, ada dua hal yang harus diketahui lebih dulu, yaitu rumus empiris senyawa dan Mr senyawa. Contoh : Suatu gas dengan rumus empiris NO2 mempunyai Mr = 92, (Ar N = 14, O = 16). Tentukan rumus molekulnya! Jawab : (NO2) n
= 92
46 n
= 92
n
= 2,
sehingga rumus molekul gas adalah N2O4
f. Koefisien Reaksi Dalam suatu persamaan reaksi, koefisien reaksi menyatakan perbandingan mol dari seluruh zat yang ada pada persamaan reaksi, baik pereaksi di ruas kiri maupun hasil reaksi di ruas kanan. Jika salah satu zat sudah diketahui molnya, maka mol zat-zat lain pada persamaan reaksi tersebut dapat dicari dengan cara membandingkan koefisien. mol A mol B
=
koefisien A koefisien B
Jika zat-zat dicampurkan atau direaksikan dalam jumlah mol yang tidak sesuai perbandingannya dengan koefisien, maka pasti ada zat yang tersisa (tidak habis). Dalam hal ini, yang dilibatkan dalam perhitungan hanyalah mol yang habis saja, yaitu mol yang
37
hasil kali terhadap koefisien yang paling kecil. Zat yang memiliki mol habis dalam reaksi tersebut disebut pereaksi pembatas. Contoh : Sebanyak 32 gram metana, CH4, dibakar dengan 160 oksigen (Ar C = 12, H = 1, O = 16). Berapa gram CO2 yang dihasilkan? Jawab : CH4 + 2O2
CO2 + 2H2O
CH4
=
32 mol 16
= 2 mol
O2
=
160 mol 32
= 5 mol
Oleh karena lebih kecil dari CO2
=
1 x 2 mol 1
Massa CO2
5 , berarti pereaksi pembatasnya adalah CH4 2
= 2 mol
= 2 x 44 gram = 88 gram
g. Hukum Gas Hukum-hukum gas yang berhubungan dengan konsep mol adalah Hukum Avogadro dan Keadaan Standar. Hukum Avogadro dapat dirumuskan sebagai berikut : pada suhu dan tekanan yang sama, gas-gas yang bervolume sama akan memiliki mol yang sama. mol gas A
=
volume gas A
mol gas B volume gas B
Contoh : Sebanyak 13,5 gram aluminium (Al = 27) direaksikan dengan larutan asam sulfat : 2 Al + 3H2SO4
Al2(SO4)3 + 3H2
Hitunglah volume gas hidrogen yang terbentuk, diukur pada kondisi dimana 1 mol gas oksigen bervolume 20 liter. Jawab : Al
=
13,5 mol 27
= 0,5 mol
38
H2
=
3 x 0,5 mol = 0,75 mol 2
Untuk mencari volume H2, digunakan volume oksigen sebagai pembanding. mol H2
=
mol O2
volume H2
volume O2
0,75 x
=
1 20
x
=
15 liter
Pada tahun 1860, Stanislao Cannizzaro (1826 -1910) dari Italia mengemukakan bahwa setiap 1 mol gas apa saja pada suhu 0o C dan tekanan 1 atm memiliki volume 22,4 liter. Suhu 0o C dan tekanan 1 atm disebut keadaan standar atau STP (Standard Temperature and Pressure). Pada keadaan standar tersebut berlaku hubungan : Volume ( liter)= mol x 22, 4 Contoh : Sebanyak 245 gram KClO3 (Mr =122,5) dipanaskan sehingga terurai menjadi KCl dan gas O2 menurut reaksi : 2 KClO3 (s)
2 KCl (s)
+
3O2 (g)
Berapa liter gas O2 yang terbentuk, diukur pada keadaan standar ? Jawab : KClO3 O2
= =
245 mol 122,5
3 x 2 mol 2
= 3 x 22,4 liter
= 2 mol = 3 mol = 67,2 liter
Pada keadaan yang bukan standar, volume gas dapat dihitung dnegan persamaan gas ideal, yaitu : PV
= nRT
39
Dimana : P
= tekanan dalam atm
V
= volume gas dalam liter
n
= jumlah mol gas
R
= tetapan gas ideal
T
= suhu mutlak gas dalam Kelvin
= 0,082 L.atm.mol-1K-1
B. Kerangka Pemikiran Dalam proses belajar mengajar terdapat banyak faktor yang menyebabkan timbulnya kesulitan belajar sehingga prestasi belajar yang diinginkan belum dapat
40
tercapai. Metode mengajar sebagai salah satu faktor ekstern adanya kesulitan belajar perlu disesuaikan dengan jenis materi yang disampaikan sehingga penerimaan siswa terhadap materi yang diajarkan menjadi lebih baik. Dalam pengajaran kimia masih banyak siswa yang mengalami kesulitan menangkap materi seperti stoikiometri. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan dalam mengkonversi rumus dan kurang paham konsep hitungan yang digunakan. Stoikiometri adalah mata pelajaran kimia yang membutuhkan keterampilan siswa dalam berhitung dan kecermatan siswa dalam memahami maksud soal. Dengan banyak berlatih soal, maka diharapkan siswa dapat mengerjakan berbagai macam variasi soal. Penelitian ini mencoba untuk menanamkan kebiasaan berlatih pada siswa dengan metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT) sebagai bagian dari model pembelajaran cooperative learning dan disertai peta konsep untuk mempermudah siswa memahami dan menyelesaikan permasalahan dalam materi stoikiometri. Penggunaan metode ini dikarenakan metode pembelajaran kooperatif dapat diterapkan untuk hampir semua tugas dalam berbagai kurikulum. Metode ini menekankan pada kerja sama antar anggotanya untuk memaksimalkan pembelajaran dirinya dan pembelajaran satu sama lainnya. Dalam pengajaran yang menggunakan metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT) ini siswa dapat berlatih dan bekerja sama dalam menyelesaikan soalsoal. Masing-masing anggota tetap bertanggungjawab dengan jenis soal yang dihadapinya namun masih memungkinkan untuk bertanya atau membantu anggota kelompoknya. Ketika kerja sama ini bersama, maka akan tercipta suasana yang membangkitkan motivasi untuk menyelesaikan soal-soal yang dihadapi. Dengan adanya peta konsep serta bimbingan dari guru tentang penggunaannya untuk menyelesaikan soalsoal maka diharapkan siswa dapat lebih memahami langkah-langkah dalam menyelesaikan soal sehingga pada akhirnya siswa dapat mencapai ketuntasan belajar materi stoikiometri. Dengan adanya penggunaan metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT) disertai peta konsep pada pembelajaran remidiasi ini siswa juga diharapkan dapat lebih termotivasi untuk belajar. Karena pada metode ini siswa lebih memiliki rasa kebersamaan dalam menghadapi permasalahan serta dukungan dari kelompoknya. Siswa
41
yang didukung dan dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran akan terdorong untuk rajin berlatih mengerjakan soal-soal, hal ini akan membiasakan siswa untuk mengerjakan soal dengan cepat dan benar sehingga dapat mencapai ketuntasan belajar. Dari pemaparan di atas maka diharapkan penggunaan metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT) disertai peta konsep dalam pembelajaran remidiasi dapat mengatasi kesulitan belajar siswa dan membantu siswa mencapai ketuntasan belajar pada pokok bahasan Stoikiometri. - Materi stoikiometri: banyak menghafal, mengkonversi rumus dan perhitungan matematis - Siswa cenderung pasif - Kurangnya media pembelajaran - Kurangnya berlatih soal
NHT: - Menumbuhkan kerjasama dalam menghadapi persoalan - Meningkatkan motivasi belajar dan tanggung jawab - Terlatih untuk menyelesaikan soal - Penyampaian konsep materi berulang-ulang
Kesulitan belajar
Siswa tidak tuntas
Remidiasi Peta Konsep: - Siswa lebih mudah memahami keterkaitan antar konsep - Siswa dapat menentukan langkah penyelesaian soal
Siswa tuntas
Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran C. Hipotesis Berdasarkan kerangka berfikir yang dikemukakan di atas, maka dalam penelitian ini diajukan hipotesis bahwa metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT) disertai peta konsep efektif digunakan sebagai pembelajaran remidiasi untuk
42
mengatasi kesulitan belajar siswa dan membantu siswa mencapai ketuntasan belajar pada pokok bahasan Stoikiometri
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
43
1.Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 2 Manyaran pada siswa kelas X Semester 1 tahun pelajaran 2008/2009. 2. Waktu Penelitian Pengambilan data penelitian ini yang dilakukan di SMA Muhammadiyah 2 Manyaran dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2008/2009. Tahap dan waktu penelitian dapat dilihat sebagai berikut:
Tahap
November 2008 I II III IV
Desember 2008 I II III IV
Pengajuan judul Pembuatan proposal Seminar proposal Perijinan Uji coba instrumen Proses pembelajaran Penyusunan laporan
B. Populasi dan Sampel 1. Penetapan Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X Semester 1 SMA Muhammadiyah 2 Manyaran tahun pelajaran 2008/2009. 2. Teknik Pengambilan Sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa yang mengalami kesulitan belajar pada materi pokok stoikiometri yang diketahui dari data nilai hasil ulangan masing-masing siswa dengan teknik purposive sampling.
C. Teknik 30 Pengumpulan Data 1. Sumber Data Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian maka sumber data yang digunakan meliputi sebagai berikut:
44
a. Angket Angket ungkap masalah diberikan untuk mengetahui kesulitan siswa belajar kimia yang diidentifikasi dari motivasi belajar, cara belajar, sikap selama pembelajaran, cara siswa menyelesaikan tugas, serta metode mengajar guru. Jenis angket yang digunakan adalah angket langsung dan sekaligus menyediakan alternatif jawaban. Sebelum menyusun angket, terlebih dahulu dibuat konsep alat ukur yang mencerminkan isi kajian teori berupa kisi-kisi. Konsep selanjutnya dijabarkan dalam variabel dan indikator yang disesuaikan dengan tujuan penilaian yang hendak dicapai. Penyusunan item-item angket berdasarkan indikator yang telah ditetapkan sebelumnya. Untuk menjawab pertanyaan, responden atau siswa hanya dibenarkan dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan. Menurut skala Likert (Sukardi, 2003: 146-147) kriteria penilaian item soal angket sebagai berikut: Skor
Skor untuk aspek yang dinilai
(+)
(-)
SL. Selalu
5
1
SR. Sering
4
2
KD. Kadang-kadang
3
3
J. Jarang
2
4
TP. Tidak Pernah
1
5
b. Tes Tertulis Data tentang prestasi belajar siswa ditinjau dari aspek kognitif diperoleh dengan memberikan tes objektif dengan jawaban lengkap untuk mengetahui pemahaman siswa dan letak kesalahan siswa. c. Dokumentasi
45
Dokumentasi atau arsip yang digunakan untuk mendukung penelitian ini antara lain berupa kurikulum, skenario pembelajaran, silabus, buku penilaian dan buku referensi mengajar. 2. Instrumen Penelitian a. Instrumen Penelitian yang Mengungkap Masalah dan Sikap Siswa Untuk memperoleh data tentang permasalahan dan sikap siswa pada mata pelajaran kimia disusun suatu instrumen berupa angket ungkap masalah. b. Instrumen Penelitian Aspek Kognitif Untuk memperoleh data tentang prestasi belajar siswa pada pokok bahasan stoikiometri, maka disusun sebuah instrumen yang berisi soal-soal yang sesuai dengan TIK pada pokok bahasan stoikiometri.
3. Uji Coba Instrumen a. Instrumen Penelitian Bentuk Tes Sebelum
instrumen
digunakan
sebagai
intrumen
penelitian,
soal–soal
distandarisasi dengan menggunakan uji coba (try out), serta dilakukan analisis validitas, reliabilitas, daya pembeda soal, dan tingkat kesukaran. 1) Uji Validitas Validitas suatu tes adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu mengukur apa yang seharusnya diukur (Masidjo, 1995 : 243). Tes dikatakan memiliki validitas soal bila hasil tes tersebut sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium (Suharsimi Arikunto, 1998:66). Teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui validitas instrumen dalam penelitian adalah teknik korelasi product moment (Karl Person) sebagai berikut: rxy =
NSxy - (Sx)(Sy ) ( NSx ) - (Sx) 2 - ( NSy 2 ) - (Sy ) 2 2
Keterangan: rχy
= koefisien korelasi product moment
N
= jumlah subjek
χ
= skor item
y
= skor item total 46
Setelah diperoleh rxy harga kemudian dikonsultasikan dengan harga kritik r product moment. Apabila harga rxy > harga rkritik, maka item soal tersebut dikatakan valid. Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas diperoleh bahwa instrumen yang diujicobakan yang terdiri dari 30 soal ternyata terdapat 8 soal yang tidak valid. Adapun perhitungan lengkapnya dapat dilihat pada halaman lampiran. 2) Uji Reliabilitas Reliabilitas suatu tes adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu menunjukkan konsistensi hasil pengukuran yang diperlihatkan dalam taraf ketepatan dan ketelitian hasil. Suatu tes yang reliabel menunjukkan ketepatan dan ketelitian hasil dalam data atau berbagai pengukuran. Dengan kata lain skor tersebut dari berbagai pengukuran, tidak menunjukkan penyimpangan atau perbedaan-perbedaan yang berarti. Oleh karena itu taraf reliabilitas suatu tes dinyatakan dengan suatu koefisien yang disebut dengan koefisien reliabilitas atau r11 yang dinyatakan dalam suatu bilangan koefisien antara -1,00 sampai 1,00. Untuk mengetahui reliabilitas soal objektif digunakan rumus Flanagan yang perhitungannya menggunakan belah dua ganjil-genap, yaitu :
r11 = 2 (1 -
S12 + S 22 ) ST2
Keterangan: r11
S
= reliabilitas tes secara keseluruhan 2
1
S
2
S
2 t
2
= varians belahan pertama (1) yang dalam hal ini varians skor ganjil = varians belahan kedua (2) yaitu varians skor item genap = varians total yaitu varians skor total Suatu instrumen dikatakan reliabel, secara manual dapat dibandingkan dengan
tabel, yaitu jika r11 > rtabel maka instrumen atau soal dapat dikatakan reliabel.
Adapun kriterianya adalah sebagai berikut :
47
0,91 - 1,00
= sangat tinggi
0,71-0,90
= tinggi
0,41-0,70
= cukup
0,21-0,40
= rendah
negatif - 0,20 = sangat rendah Dari perhitungan diperoleh harga r11 = 0,913 dengan rtabel = 0,339 sehingga dapat dikatakan bahwa soal-soal tersebut memiliki reliabilitas yang sangat tinggi. Adapun perhitungan lengkapnya dapat dilihat pada halaman lampiran. 3) Uji Taraf Kesukaran Soal Tingkat kesukaran soal dapat ditunjukkan dengan indeks kesukaran yaitu menunjukkan sukar mudahnya suatu soal (soal bentuk objektif), yang harganya dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Ik =
B Ν ´ skor maksimal
Keterangan: Ik
= taraf kesukaran
b
= jumlah jawaban benar yang diperoleh siswa dari suatu item
N
= kelompok siswa
Ketentuan untuk klasifikasi taraf kesukaran soal: 0,81-1,00 = mudah sekali (MS) 0,61-0,80 = mudah (Md) 0,41 - 0,60 = sedang atau cukup (Sd/C) 0,21-1,40 = sukar (Sk) 0,00-0,20 = sukar sekali (SS)
Berdasarkan hasil perhitungan taraf kesukaran masing-masing item soal yang valid adalah sebagai berikut: Kriteria Mudah Sekali Mudah
Nomor soal 29 6, 8, 9, 10, 13, 15, 20
48
Sedang Sukar Sukar Sekali
2, 3, 4, 5, 11, 23, 30 1, 16, 17, 22, 24, 25 27
4) Uji Daya Pembeda Soal Daya pembeda suatu item adalah taraf sampai dimana jumlah jawaban benar dari siswa yang tergolong dalam kelompok atas (pandai) berbeda dari siswa yang tergolong dalam kelompok bawah (kurang pandai) untuk suatu item. Bilangan yang menunjukkan hasil perbandingan antara jawaban benar dari kelompok atas dan bawah yang diperoleh, dengan perbedaan jawaban benar dari kelompok atas dan bawah yang seharusnya diperoleh disebut Indeks Diskriminasi (ID). Rumus untuk menentukan daya pembeda soal (soal bentuk objektif) adalah sebagai berikut :
KA-KB ID = NKA atau NKB x skor maksimal
Keterangan: ID
= indeks pembeda soal
KA = jumlah jawaban benar yang diperoleh siswa yang tergolong kelompok atas. KB = jumlah jawaban benar yang diperoleh
siswa yang tergolong kelompok
bawah. Klasifikasi daya pembeda soal : 0,80 – 1,00
= sangat membedakan (SM)
0,60 – 0,79 = lebih membedakan(LM) 0,40 – 0,59 = cukup membedakan (CM) 0,20 – 0,39 = kurang membedakan (KM) 0,00 – 0,19 = sangat kurang membedakan (SKM)
Berdasarkan hasil perhitungan daya pembeda soal untuk masing-masing item soal yang valid adalah sebagai berikut:
49
Kriteria
Item
Sangat Membedakan
-
Lebih Membedakan
3, 5, 16, 17, 22, 23, 24, 25
Cukup Membedakan
10, 11, 15, 30
Kurang Membedakan
1, 2, 4, 6, 8, 9, 13, 20, 26, 27
Sangat Kurang Membedakan
-
b. Instrumen Penelitian Non Tes (Angket) 1) Uji Validitas Angket Validitas dari instrumen dari angket ini adalah validitas konstruksi. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila instrumen tersebut mengukur setiap aspek berpikir seperti yang disebutkan dalam tujuan instruksional khusus (indikator). Validitas butir soal angket (Suharsimi Arikunto, 2002: 75) dihitung dengan rumus sebagai berikut :
rxy =
N å XY - (å X)(å Y)
{Nå X - (å X) }{Nå Y - (å Y) } 2
2
2
2
Keterangan : rxy
: koefisien Validitas
X
: hasil pengukuran suatu tes yang ditentukan validitasnya
Y
: kriteria yang dipakai Berdasarkan perhitungan validitas soal angket diperoleh bahwa seluruh item
pada angket tersebut valid sehingga semua item dapat digunakan dalam tes afektif pada siswa. Adapun perhitungan lengkapnya dapat dilihat pada halaman lampiran. 2) Uji Reliabilitas Digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengukuran tersebut dapat memberikan hasil yang relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali kepada subyek yang sama. Reliabilitas soal angket diketahui dengan rumus Alpha yang mengacu pada Suharsimi Arikunto (2002: 109) untuk memperoleh harga reliabilitas dengan
50
menggunakan rumus Alpha perlu dicari harga varians masing-masing item dan varians totalnya.
(å X i ) 2 å Xi - N = N 2
2
σi
Sedangkan rumus varians totalnya :
å Xt 2
σt = 2
(å X t ) 2 N
N
Rumus koefisien Alpha yaitu sebagai berikut : 2 é n ù é ås i ù = ê ú ê1 - s 2 ú ë n + 1û êë úû t
r11
Keterangan : r11
: reliabilitas instrumen
n
: banyak butir pertanyaan atau banyaknya soal
ås
: jumlah kuadrat s masing-masing item
s
: kuadrat s total keseluruhan item
2
i
2 t
Berdasarkan perhitungan diperoleh harga r11 = 0,834 > rtabel = 0,339 sehingga item soal yang terdapat dalam angket tersebut dapat dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi.
D. Rancangan Penelitian 1. Variabel terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kesulitan belajar pada materi pokok stoikiometri. 2. Variabel bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengajaran remidiasi dengan metode Numbered Head Together (NHT) disertai peta konsep. 51
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental. Dengan metode ini siswa diberi tes I mengenai materi stoikiometri, siswa yang mengalami kesulitan belajar diberi perlakuan perbaikan dengan pengajaran menggunakan metode Numbered Head Together (NHT) yang disertai dengan peta konsep, kemudian diberi tes II dengan materi yang sama. Rancangan yang digunakan adalah one group pretest-postest design.
Adapun
rancangan penelitian tersebut adalah sebagai berikut: Tabel . Desain Penelitian Kelompok
Pretest
Treatment
Post test
Eksperimen
T1
Χ
T2
Keterangan : T1
= tes awal terhadap penguasaan materi stoikiometri siswa sebelum perlakuan
X
= pengajaran remidiasi dengan menggunakan metode Numbered Head Together (NHT) disertai peta konsep
T2
= tes akhir terhadap penguasaan materi stoikiometri siswa setelah perlakuan E. Teknik Analisis Data 1. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas Sebelum data diolah untuk pengujian hipotesis, terlebih dahulu diuji apakah sampel berasal dari populasi berdistribusi normal. Metode yang digunakan dalam uji normalitas ini adalah metode Lilliefors dengan statistik uji: Lobs = Lmaks {|F(zi)-S(zi)|} Dimana : F(zi) = P (z >zi) F(zi) >Z(zi) = mobilitas komulatif drai z S(z) = cacah dimana Z< z cacah semua observasi (n) Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut : 1. Menghitung rata-rata dan simpangan bakunya.
52
X =
å Xi
S=
n
( Xi - X ) 2 n -1
2. Menghitung nilai zi zi =
X -X s
3. Mencari nilai zi pada daftar F 4. Menghitung S(zi) 5. Menghitung selisih F(zi)-S(zi) 6. Mencari nilai kritis yang diperoleh pada kolom harga mutlak, kemudian dibandingkan dengan tabel pada taraf signifikansi 5 %. 7. Kriteria pengujian apabila L maks < L tabel berarti sampel berasal dari sample yang terdistribusi normal. b. Uji Homogenitas Untuk mengetahui cacah kelompok populasi yang mempunyai variansi sama digunakan uji homogenitas variansi populasi. Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah suatu sampel berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Harga varians antar kelompok pada penelitian ini tidak dapat diketahui, maka uji homogenitasnya menggunakan uji Bartlett, yaitu; χ2 = ( ln 10) {B-∑.(ni-1) log Si2 Dimana : S2 =
å (ni - 1)Si å (ni - 1)
2
B = (log S2) ∑(ni-1) Keterangan : n =Banyaknya sampel tiap kleompok S2 = Variansi hipotesis Ho =σ2i2=σ2=.........= σk2 Hi = paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku Kriteria :
53
Tolak Ho jika χ
2
hitung
> χ
2
(1-α)(k-1)di
dapat dari daftar distribusi t dengan
peluang(1-α) dan dk=(k-1) (Sudjana, 2002:243) 2. Uji Hipotesis Untuk menguji hipotesis digunakan statistik uji perbedaan dua rata-rata dengan uji t pihak kanan. Ho = µ1 £ µ2 Hi = µ1>µ2 Ho
= metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT) disertai peta konsep tidak dapat digunakan untuk meremidiasi kesulitan belajar siswa pada pokok bahasan stoikiometri
Hi
= metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT) isertai peta konsep dapat digunakan untuk meremidiasi kesulitan belajar siswa pada pokok bahasan stoikiometri
Rumus yang digunakan : t
=
Md ∑´2 d N(N-1)
Keterangan : Md
= mean dari perbedaan tes awal dan tes akhir
∑X2 d = jumlah kuadrat deviasi N
= subjek pada sampel
Kriteria : Jika thitung < ttabel maka hipotesis nol diterima dan jika thitung > ttabel maka hipotesis nol ditolak.
54
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Dalam penelitian ini data yang diperoleh adalah data prestasi belajar siswa (aspek kognitif) dan data tentang sikap siswa (aspek afektif) serta data skor ungkap masalah siswa pada materi pokok stoikiometri I. Data aspek kognitif diperoleh dari nilai tes awal dan nilai tes akhir, sedangkan data nilai afektif dan angket ungkap masalah diperoleh dari skor angket penilaian afektif dan skor angket ungkap masalah. 1. Skor Prestasi Belajar Siswa (Kognitif) Data prestasi belajar siswa yang ditinjau dari aspek kognitif dapat diketahui dari nilai siswa pada tes awal dan tes akhir. Dari nilai tes awal dan tes akhir ini diketahui bahwa terdapat peningkatan prestasi belajar siswa. Distribusi frekuensi nilai tes awal dan tes akhir dapat dilihat pada tabel 1 dan gambar 2. Tabel 1.Distribusi Frekuensi Nilai Tes Awal–Tes Akhir Siswa
55
No 1.
Nilai 40
Tes awal 1
Tes akhir 0
% Tes awal 3,70
% Tes akhir 0
2.
44
2
0
7,41
0
3.
48
5
0
18,52
0
4.
52
4
0
14,81
0
5.
56
10
0
27,04
0
6.
60
5
7
18,52
25,93
7.
64
0
4
0
14,81
8.
68
0
5
0
18,52
9.
72
0
5
0
18,52
10.
76
0
3
0
11,11
11.
80
0
2
0
7,41
12.
84
0
1
0
3,70
42
10 9 8
Frekuensi
7 6 5 Tes Aw al
4
Tes Akhir
3 2 1 0 40
44
48
52
56
60
64
68
72
76
80
84
Nilai
Gambar 2. Histogram Data Nilai Tes Awal-Tes Akhir Siswa Dari hasil penilaian pada tes awal nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 60; nilai terendah 40; nilai rata-rata 53,19 dengan simpangan baku 5,53. Sedangkan untuk tes akhir diperoleh nilai tertinggi 84; nilai terendah 60; nilai rata-rata 68,07 dan simpangan baku 7,29.
56
Untuk Gain Score (selisih nilai) kognitif yaitu pengurangan nilai tes akhir dengan nilai tes awal, diperoleh nilai tertinggi 36 dan nilai terendah adalah 0 dengan sebaran frekuensi seperti tertera pada tabel 2 dan gambar 3. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Gain Score Kognitif Interval 0–4 5–9 10 – 14 15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 34 35 - 39
Nilai Tengah 2 7 12 17 22 27 32 37 Jumlah
F Mutlak 4 2 6 6 7 1 0 1 27
F Relatif (%) 0.15 0.07 0.22 0.22 0.26 0.04 0 0.04 100 %
8 7
Frekuensi
6 5 4 3 2 1 0 2
7
12
17
22
27
32
37
Nilai Tengah
Gambar 3. Histogram Data Gain Score Kognitif Siswa Dari tes awal diperoleh data nilai siswa yang berada di bawah batas tuntas yaitu ≤ 60. Siswa tersebut dianggap mengalami kesulitan dalam mempelajari pokok bahasan stoikiometri. Hal ini dapat disebabkan karena cakupan materi stoikiometri luas dengan banyak soal hitungan sehingga siswa cenderung malas untuk mempelajarinya. Kesulitan tersebut juga dipengaruhi cara penyampaian materi oleh guru yang dinilai terlalu cepat dan kurang jelas. Setelah dilakukan remidiasi dengan metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT) disertai peta konsep ternyata hasil belajar siswa menjadi lebih baik
57
karena metode yang digunakan dapat mempermudah siswa memahami materi stoikiometri dengan adanya penjelasan tentang penggunaan peta konsep dalam menyelesaikan soal. Siswa juga diberikan latihan soal untuk dikerjakan secara berkelompok yang kemudian diikuti dengan pembahasan secara bersama, baik dengan teman satu kelompok, teman sekelas, maupun dengan guru. Hasil dari tes akhir menunjukkan bahwa nilai siswa di atas batas tuntas. Sehingga dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa pengajaran remidiasi berhasil untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada aspek kognitif. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat tabel 3 dan gambar 4 sebagai perbandingan nilai yang diperoleh siswa berdasarkan persentase jawaban benar untuk masing-masing indikator soal sesudah remidiasi dan sebelum remidiasi. Tabel 3. Persentase Jawaban Siswa Sebelum dan Sesudah Remidiasi No
Indikator
1.
Siswa dapat mengidentifikasi nama suatu senyawa Siswa dapat menerapkan berlakunya hukum kimia Siswa memahami konsep massa suatu atom berdasarkan perbandingan dengan massa C-12 Siswa dapat menghitung Ar maupun Mr
2. 3. 4. 5. 6.
7. 8. 9.
Siswa dapat mengkonversikan hubungan mol, massa dan Ar/Mr Siswa dapat menerapkan berlakunya hukum gas Siswa dapat mengkonversikan hubungan jumlah mol dengan jumlah partikel Siswa dapat mengkonversikan hubungan jumlah partikel dengan Ar/Mr dan massa Siswa dapat menyetarakan persamaan reaksi
10. Siswa dapat menentukan rumus kimia senyawa 11. Siswa dapat menghitung massa zat pereaksi dan hasil reaksi, jika diketahui persamaan reaksi,mol, dan massa atom relatifnya 12. Siswa dapat menentukan rumus empiris dan rumus molekul suatu senyawa jika diketahui massa unsur penyusun dan massa atom relatif 58
No Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 14 24 11 23 12 13 16 25 15 17 18 21 19 22
Sebelum Sesudah % Benar % Benar 22.2 81.5 77.78 96.3 25.93 96.3 48.15 44.4 74.07 37.04 77.78 100 74.07 100 74.07 96.3 81.48 81.5 96.59 100 40.74 100 70.37 48.15 92.59 96.3 14.81 25.93 88.89 85.2 29.63 66.7 37.04 33.33 77.78 55.6 74.07 92.6 11.11 25.9 25.93 62.96 14.81 48.1 3.70 29.6 77.78
70.4
13. Siswa dapat menentukan pereaksi pembatas dalam suatu reaksi
20
18.51
37.04
120 Persentase Jawaban Benar
Sebelum Sesudah
100 80 60 40 20 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Nomor Soal
Gambar 4. Histogram Persentase Jawaban Siswa Sebelum dan Sesudah Remidiasi
2. Skor Ungkap Masalah Data tentang kesulitan belajar siswa diperoleh dengan cara angket, selanjutnya dikelompokkan menjadi dua kategori berdasarkan mediannya. Untuk skor yang lebih dari 65 dikategorikan tinggi dan untuk skor yang kurang dari 65 dikategorikan rendah. Berdasarkan data yang terkumpul dalam kelompok eksperimen terdapat 13 siswa yang termasuk kategori rendah dan 14 siswa yang termasuk kategori tinggi. Dari angket ungkap masalah siswa ini diperoleh nilai tertinggi 87 dan nilai terendah 53. Sebaran nilai kesulitan belajar siswa dapat dilihat pada tabel 6 dan gambar 7. Tabel 4.Distribusi frekuensi Data Angket Ungkap Masalah No 1.
Interval 53-59
Titik tengah 56
Frekuensi 9
% frekuensi 33.33
2.
60-66
63
6
22.22
3.
67-73
70
3
11.11
4.
74-80
77
6
22.22
5.
81-87
84
3
11.11
59
Frekuensi
10 9 8
Rendah
7 6
Tinggi
5 4 3 2 1 0 56
63
70
77
84
Nilai Tengah
Gambar 5. Histogram Data Angket Ungkap Masalah Dari hasil ungkap masalah, banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mempelajari pokok bahasan stoikiometri, terlihat dari data histogram angket ungkap masalah di atas bahwa pada interval 53-59 terdapat 33,33 % siswa yang memiliki permasalahan dalam menguasai materi pembelajaran. Pada umumnya hal ini disebabkan karena banyaknya materi pembahasan dan hitungan serta penjelasan guru yang terlalu cepat tanpa memperbanyak latihan soal. B. Uji Persyaratan Analisis Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan yaitu: 1. Uji Normalitas Untuk uji normalitas digunakan uji Lilliefors. Pada kelompok eksperimen ini diberikan perlakuan dengan pemberian metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT) disertai peta konsep sebagai remidiasi sehingga didapat harga Lmaks = 0,1227 pada taraf signifikansi 0,05 dan jumlah sampel 27. Untuk kelompok eksperimen ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal karena memenuhi syarat normal (Lmaks < Ltabel) yaitu 0,1227 < 0,161. 2. Uji Homogenitas Untuk uji homogenitas digunakan uji Bartlett, yang kemudian diperoleh harga χ 2 hitung = 1,8879. untuk kelompok eksperimen ini syarat homogen bila χ 2 hitung < χ 20.05;1
60
dimana 1,8879 < 3,84 sehingga dapat dikatakan kelompok eksperimen tersebut berasal dari populasi yang homogen. C. Pengujian Hipotesis Setelah prasyarat analisis dipenuhi, maka dapat dilakukan pengujian hipotesis penelitian. Untuk mengetahui apakah metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT) disertai peta konsep dapat digunakan untuk remidiasi maka dilakukan pengujian menggunakan uji t pihak kanan, yaitu: Ho
= metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT) disertai peta konsep tidak dapat digunakan untuk meremidiasi kesulitan belajar siswa pada pokok bahasan stoikiometri
Hi
= metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT) disertai peta konsep dapat digunakan untuk meremidiasi kesulitan belajar siswa pada pokok bahasan stoikiometri Dari hasil perhitungan di dapat thitung = 9,244 untuk kelompok eksperimen pada
taraf signifikansi 0,05 dan jumlah sample 27 dengan t tabel = 1,703. Pada uji t pihak kanan hipotesis nol (Ho) diterima apabila thitung lebih kecil daripada t tabel. Dari harga-harga tersebut di atas dapat diketahui bahwa t hitung lebih besar dari t
tabel,
sehingga Ho ditolak dan Hi diterima. Bertolak dari pengujian tersebut dapat
dikatakan bahwa pengajaran remidiasi dengan metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT) disertai peta konsep dapat digunakan untuk remidiasi pokok bahasan stoikiometri. D. Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT) disertai peta konsep efektif untuk mengatasi kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran remidiasi pokok bahasan stoikiometri. Hasil eksperimentasi dapat dilihat dari selisih prestasi belajar yang dicapai siswa dalam mengerjakan tes awal yang dilakukan sebelum remidiasi dan tes akhir yang diberikan setelah siswa mengikuti remidiasi. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI yang mengalami kesulitan belajar yaitu siswa yang belum mencapai batas tuntas. Tes awal juga memberikan informasi dimana letak kesulitan belajar siswa dengan melihat kesalahan siswa dalam
61
menyelesaikan soal penguasaan materi dan pengisian angket ungkap masalah, selain itu hasil tes awal juga dapat digunakan sebagai dasar dalam pembentukan kelompok agar kelompok bersifat heterogen. Setelah pembelajaran remidiasi selesai dilakukan tes akhir untuk mengukur aspek kognitif dan afektif siswa. Setelah dilakukan uji hipotesis diketahui bahwa hasil perhitungan statistik data penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran remidiasi dengan metode NHT disertai peta konsep efektif untuk mengurangi tingkat kesulitan prestasi belajar siswa dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan menggunakan analisis uji-t pihak kanan, dimana harga t hitung > t
tabel,
yaitu 9,24 > 1,70. Dari analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa tingkat kesulitan tinggi terjadi dimana siswa kurang memahami konsep materi stoikiometri atau siswa memahami materi tetapi
kurang
mampu
menghubungkan
masing-masing
konsep
materi
untuk
menyelesaikan soal. Pokok bahasan stoikiometri merupakan materi kimia yang terdiri dari konsepkonsep, rumus-rumus dan hukum-hukum yang memiliki berbagai hubungan dengan reaksi-reaksi kimia dan kuantitas zat dalam suatu reaksi. Selain itu, dengan kurikulum yang baru pokok bahasan stoikiometri memiliki cakupan yang lebih luas karena termasuk di dalamnya pembahasan tata nama senyawa dan persamaan reaksi sederhana. Untuk dapat memahami materi stoikiometri tidak cukup hanya dengan menghafal konsep dan rumus serta hukum-hukum yang ada, karena jika hanya dengan menghafal siswa tidak dapat menentukan hubungan antar konsep untuk menyelesaikan soal-soal stoikiometri. Remidiasi dilakukan terhadap siswa yang benar-benar mengalami kesulitan terhadap materi ini. Siswa-siswa tersebut merupakan siswa yang belum nilai ulangannya (tes awal) masih di bawah standar belajar tuntas. Permasalahan yang dihadapi siswa sebagai indikator adanya kesulitan belajar dapat diketahui melalui angket yang dibagikan kepada siswa. Dalam pembelajaran materi stoikiometri siswa memang cenderung kurang antusias yang terlihat dari kurang seriusnya siswa dalam memperhatikan penjelasan guru, banyaknya konsep hitungan juga menjadikan siswa kurang suka berlatih soal. Siswa yang menemui kesulitan juga tidak mau menanyakan kepada guru atau temannya dan ketika ada tugas mereka lebih suka mengandalkan temannya yang sudah bisa. Permasalahan lain
62
yang dimiliki siswa adalah karena penjelasan guru yang terlalu cepat dan kurang jelas dengan sedikit pembahasan untuk latihan soal. Dari permasalahan tersebut, sebenarnya siswa menginginkan adanya metode pembelajaran yang bervariasi dengan latihan soal disertai dengan pembahasannya. Remidiasi yang dilakukan lebih ditekankan pada keaktifan siswa untuk lebih banyak berlatih mengerjakan soal-soal. Dalam proses pembelajarannya materi kembali dijelaskan dengan menggunakan peta konsep. Selanjutnya siswa diberikan latihan soal agar dapat menerapkan pemahaman konsep yang dimiliki secara langsung. Masingmasing siswa bertanggungjawab menyelesaikan soal yang diperoleh dan menjelaskan ke teman satu kelompoknya. Dalam setiap pembahasan soal diberikan langkah sistematis yang berdasarkan pada peta konsep sehingga siswa dapat menyelesaikan soal dengan menerapkan hubungan antar konsep. Untuk siswa yang salah konsep dapat dengan sendirinya menyadari bahwa selama ini konsep yang dimilikinya belum benar sehingga sedikit demi sedikit siswa dapat memperbaiki pemahamannya terhadap konsep yang dimiliki. Dilihat dari semakin meningkatnya prestasi belajar siswa menunjukkan bahwa pemahaman siswa terhadap materi stoikiometri semakin baik. Dengan adanya metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT) disertai peta konsep sebagai remidiasi maka akan lebih membantu guru dan siswa. Bagi guru tidak harus mendominasi menjelaskan materi secara keseluruhan tetapi cukup dengan menjelaskan bagian-bagian yang dianggap sulit oleh siswa. Sedangkan siswa dapat berlatih soal baik secara mandiri maupun berdiskusi dengan teman satu kelompok sebelum ditanyakan kepada guru. Siswa akan lebih mudah mengingat dan memahami penjelasan temannya yang lebih mampu sedangkan bagi siswa yang mampu akan memperdalam penguasaan konsep yang dimilikinya. Pembahasan bersama yang dilakukan setelah diskusi juga akan lebih memotivasi siswa. Metode ini juga dapat lebih memahamkan siswa karena adanya penjelasan secara berulang-ulang baik dari guru maupun teman-temannya. Pemahaman siswa terkait konsep-konsep materi stoikiometri
dapat diketahui
dengan melihat jawaban dari soal-soal objektif yang disertai dengan tuntutan untuk menjawab secara lengkap (uraian). Dengan demikian, siswa akan dapat mengerjakan kedua jenis soal tersebut dengan benar jika telah benar-benar memahami konsep dan
63
hubungan antar konsep dalam materi stoikiometri. Siswa dikatakan belum memahami konsep jika tidak dapat menguraikan jawaban soal objektif yang mewakili setiap kompetensi. Berdasarkan tabel 3 yang menunjukkan persentase ketercapaian kompetensi belajar, dapat dilihat bahwa siswa yang harus mengikuti remidiasi pada umumnya mengalami kesulitan pada sub bahasan tata nama senyawa, hukum kimia, hubungan konsep mol dengan jumlah partikel, hubungan konsep mol dengan persamaan reaksi, menentukan rumus senyawa, dan menentukan reaksi pembatas. Uraian berikut menjelaskan penguasaan siswa terhadap materi stoikiometri yang dilakukan sebelum dan sesudah remidiasi. a. Tata nama senyawa Siswa dalam menentukan rumus kimia dari nama suatu senyawa masih mengalami kesulitan dimana baru 22.22% siswa yang mencapai kompetensi tersebut (indikator soal nomor 1). Hal ini dikarenakan pengetahuan siswa tentang tata nama senyawa baik biner maupun poliatom masih sebatas hafalan sehingga ketika harus menentukan rumus senyawa yang diketaui namanya, siswa masih kesulitan. Dari pengetahuan yang ada tersebut siswa dibawa menuju pemahaman aturan umum dalam penamaan senyawa menurut IUPAC. Selain itu, pemahaman siswa tentang senyawa yang tersusun dari berbagai unsur juga perlu ditekankan karena banyak siswa yang sudah memahami aturan tata nama senyawa tersebut namun tidak menyadari proses pembentukan senyawa dari beberapa unsur yang harus memenuhi hukum-hukum dasar kimia. Misalnya saja dalam penentuan rumus kimia dari magnesium nitrida, banyak siswa yang menjawab MgN2, padahal jawaban yang benar adalah Mg3N2 yang terbentuk dari ion Mg2+ dan N3-.
b. Hukum Kimia Dalam menerapkan berlakunya hukum kimia (indikator soal nomor 2), siswa pada umumnya hanya menghafal hukum kimia, namun ketika dihadapkan pada soal yang harus menggunakan hukum kimia sebagai penyelesaiannya, siswa masih belum mampu.
64
Misalnya saja pada penyelesaian soal yang harus menggunakan Hukum Gay Lussac. Kesalahan awal siswa adalah belum bisa menuliskan dan menyetarakan persamaan reaksi meskipun sangat sederhana. Sehingga dengan demikian siswa tidak dapat menentukan perbandingan antara volume dan koefisien reaksi sebagaimana yang terdapat pada konsep Hukum Gay Lussac. Dengan memahamkan siswa dengan konsep-konsep yang terkait, maka dari hasil analisa diketahui bahwa persentase siswa yang menjawab benar mengalami peningkatan setelah mengikuti remidiasi. c. Persamaan Reaksi Pada indikator soal nomor 9 yaitu menyetarakan persamaan reaksi kesulitan siswa adalah menentukan koefisien reaksi. Hal ini menunjukkan bahwa siswa belum memiliki pemahaman konsep yang tetap. Dalam menyetarakan persamaan reaksi siswa sudah memahami bahwa reaksi dikatakan setara jika jumlah atom di ruas kanan dan jumlah atom di ruas kiri pada persamaan reaksi adalah sama. Namun, pada kenyataannya siswa dalam menyetarakan reaksi masih kesulitan untuk menerapkan aturan yang ada sehingga terkadang justru bukan dengan menambahkan koefisien di depan senyawa yang bereaksi melainkan merubah rumus kimia dari senyawa-senyawa yang terdapat dalam persamaan reaksi tersebut atau menambahkan koefisien tetapi kurang memperhatikan jumlah dan letaknya. Misalnya saja dalam menyetarakan reaksi pembakaran propana, siswa masih menuliskan sebagai berikut: 3C3H8(l) + 8O2(g) à 9CO2(g) + 4H2O(l) d. Konsep Mol Rendahnya jawaban benar siswa pada soal dengan indikator soal nomor 11 menunjukkan masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami konsep mol. Banyak rumus yang dapat digunakan untuk menentukan jumlah mol, namun pengetahuan siswa tentang 1 mol sebagai satuan jumlah zat dalam kimia membatasi penggunaan rumus dalam menentukan mol yaitu gram/Mr. Hal ini menjadikan siswa kesulitan ketika menemukan soal yang tidak berkaitan langsung dengan rumus tersebut terutama dalam penentuan jumlah partikel.
65
Dengan remidiasi, pemahaman siswa tentang konsep mol berubah. Mereka dapat memahami bahwa konsep mol berhubungan dengan konsep koefisien reaksi, massa molar, jumlah partikel, hukum gas, dan rumus kimia sehingga siswa dapat menjawab soal tentang konsep mol dan membedakan konsep mana yang harus dipakai untuk menjawab soal tentang konsep mol. e. Penentuan Rumus Kimia Dalam menentukan rumus kimia suatu senyawa (indikator soal nomor 12) diperlukan pemahaman konsep tentang perbandingan mol unsur-unsur penyusun senyawa tersebut. Berdasarkan jawaban uraian siswa pada tes awal terlihat bahwa siswa belum memahami dan menerapkan hubungan antara konsep mol dengan penentuan rumus kimia. Pada saat menentukan rumus kimia yang diketahui massa unsur penyusunnya, siswa sering langsung membandingkan massa tersebut tanpa mencari jumlah mol yang berkaitan dengan Ar dari unsur tersebut. Setelah remidiasi, kesulitan dalam penentuan rumus kimia senyawa berkurang dilihat dari sebagian besar siswa yang sudah dapat menjawab soal dengan benar. Siswa sudah dapat memahami bahwa dalam menentukan rumus kimia perlu diketahui perbandingan mol dari unsur-unsur penyusun senyawa tersebut. f. Pereaksi Pembatas Siswa mengetahui tentang konsep pereaksi pembatas (indikator soal nomor 13), namun setelah diterapkan dalam soal, masih banyak siswa yang mengalami kesulitan. Kesulitan siswa adalah dalam menentukan pereaksi yag habis dalam bereaksi. Hal ini dicoba diatasi dengan memberikan penjelasan terkait langkah-langkah menentukan pereaksi pembatas. Setelah remidiasi siswa sudah memahami langkah-langkah penentuan pereaksi pembatas dan tidak merasa kesulitan dalam menjawab soal yang berkaitan dengan hal tersebut. Dari hasil analisa data didapatkan bahwa persentase jumlah siswa yang menjawab dengan benar menigkat dari 18, 51% menjadi 37,04% setelah mengikuti remidiasi.
66
Sikap merupakan bagian dari nilai-nilai dan hasil belajar yang dipengaruhi selama proses pembelajaran. Situasi dan materi yang dipelajari serta kegiatan belajar mengajar mempengaruhi sikap siswa yang akhirnya akan menentukan prestasi belajar yang dicapai siswa. Dalam penelitian ini adanya perubahan pada aspek afektif juga dinilai dimana hasil pada tes akhir menunjukkan hasil yang lebih baik jika dibandingkan dengan tes awal. Hal ini menunjukkan adanya respon yang baik dari siswa terhadap pengajaran remidiasi dengan metode yang dilakkukan. Siswa lebih termotivasi untuk memahami materi sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Berdasarkan analisis di atas, maka penerapan pembelajaran dengan metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT) disertai peta konsep cukup efektif untuk remidiasi sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dikarenakan siswa dapat belajar aktif melalui kegiatan diskusi bersama kelompoknya. Kemudian dengan disertai peta konsep yang membantu siswa dalam memahami konsep dan menyelesaikan soal-soal.
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu: pengajaran remidiasi dengan metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT) disertai peta konsep efektif digunakan untuk mengatasi kesulitan belajar
67
siswa pada materi pembahasan stoikiometri di kelas XI SMA Muhammadiyah 2 Manyaran. Hasil uji t pihak kanan menunjukkan bahwa pada taraf signifikansi 5% tobs > ttabel = 9, 24 > 1,70 dan terdapat peningkatan prestasi belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran remidiasi yang ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa dari 53,19 menjadi 68,44 untuk aspek kognitif sehingga pengajaran dengan metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT) disertai peta konsep sesuai dan dapat digunakan untuk pengajaran kimia pada materi pembahasan stoikiometri. Hal ini dapat dilihat dari berkurangnya kesulitan siswa setelah dilakukan remidiasi.
B. Implikasi 1. Teoritik Meningkatkan aktivitas siswa dan memberi kesempatan pada siswa untuk belajar dari pemahaman paling khusus sehingga siswa dapat menyelesaikan soal-soal stoikiometri dengan lebih baik. Meningkatnya aktivitas siswa merupakan salah satu indikasi bahwa siswa memiliki penguasaan materi yang lebih baik yang artinya bahwa kesulitan belajar siswa semakin berkurang. 2. Praktis Metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT) disertai peta konsep dapat digunakan untuk remidiasi pembelajaran. Materi stoikiometri adalah materi yang banyak berisi hafalan konsep dan hitungan sehingga membutuhkan pemahaman dan tingkat penguasaan yang lebih baik dari siswa sehingga siswa dapat dengan lebih mudah dalam menyelesaikan soal-soal. C. Saran 55 Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari penelitian yang dilakukan, maka beberapa hal yang menjadi saran dari penulis adalah sebagai berikut: 1. Dalam proses kegiatan belajar mengajar diperlukan usaha guru dalam membangun pemahaman siswa terkait penyampaian materi serta memperhatikan konsep dalam penerapannya. Guru juga dapat memberikan pengajaran remidial dengan metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT) disertai peta konsep pada siswa yang mengalami kesulitan belajar.
68
2. Diperlukan adanya penelitian lebih lanjut terkait efektivitas penggunaan metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT) disertai peta konsep untuk meremidiasi kesulitan belajar siswa pada pokok bahasan lain.
DAFTAR PUSTAKA Anwar Holil. 2008. Peta Konsep untuk Mempermudah Konsep Sulit dalam Pembelajaran, (Online) (http://blogdetik.com/ diakses 9 September 2008) Arends, R.I. 2001. Learning to Teach. New York: Central Connesticut State University Depdiknas.2003.Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kimia SMA dan MA. Jakarta: Balitbang Depdiknas
69
Farrell, B.J. & H.M. 2008. Student Satisfaction with Cooperative Learning in an Accounting Curriculum. The Journal of University Teaching & Learning Practice. University of Wollongong. Volume 5, Issue 2, Article 4. Gulo, W.2002.Belajar Mengajar.Jakarta:Grasindo J.Mursel, S. Nasution.2002. Mengajar Dengan Sukses.Jakarta: Bumi Aksara Marnida Yusfiani. 2006. Analisis Kesulitan Pembelajaran Kimia di SMA Kota Medan. J.Pend.Mat. & Sains.Vol 1 No 1 (Januari 2006), hal. 21-29 Masidjo, Ign. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah.Yogyakarta: Kanisius Michael Purba.2006. Ilmu Kimia kelas X semester I. Jakarta: Erlangga Mulyasa, E.2002.Kurikulum Berbasis Kompetensi.Bandung: Remaja Rosdakarya -------------.2009.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.Bandung: Remaja Rosdakarya Mulyono Abdurrahman. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta Nana Sudjana. 2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya Nana Sudjana dan Ibrahim.1988.Penilaian dan Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta: Rineka Cipta Poppy K. Devi, dkk. 2009. Kimia 1 Kelas X SMA dan MA. Jakarta: BSE, Pusat Perbukuan Depdiknas. Ratna Wilis Dahar.1989. Teori-Teori Belajar.Jakarta: Erlangga Roestiyah, N.K.1991.Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: Rineka Cipta 57 S. Nasution. 1986. Didaktik Asas-asas Mengajar. Bandung: Jemmars Sudjana.2002.Metode Statistik.Bandung:Tarsito Suharsimi Arikunto.1998. Prosedur Pendidikan Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta: Rineka Cipta Sukardi. 2003. Analisis Tes Psikologi: Dalam Penyelenggaraan Bimbingan di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta
70
Sri Wahyuni. Skripsi. 2006. Penggunaan Model Hierarki Konsep untuk Remidiasi Kesulitan Belajar Siswa pada Materi Pokok Stoikiometri I Kelas X Semester Ganjil SMA Negeri 1 Teras Boyolali Tahun Pelajaran 2005/2006. FKIP UNS. Tabrani Rusyan, A. 1989. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya Tatang. 2008. Kognitif, (Online) (http://tatangjm.wordpress.com/2008/07/31/kognitif/ diakses 9 September 2008) Yuan Ling & Hong Kwen Boo. 2007. Concept Mapping and Pupils’ Learning in Primary Science in Singapore. Asia-Pasific Forum on Science Learning and Teaching, Vol. 8, Issue 2, Article 11, p.l Yusuf Hadimiarso, dkk.1986.Teknologi Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press
71