“PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER TOGETHER (NHT) PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU” (Suatu Penelitian di SMP Negeri 10 Gorontalo)
Jurusan Pendidikan sejarah Fakulkas Ilmu sosial, Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK MALINDO1.
2314101012
“
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER TOGETHER (NHT) SITI
2015.
PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU3 (Suatu Penelitian di SMP Negeri 10 Gorontalo)” Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo. Di bawah Bimbimbingan Dra. Hj. Resmiyati Yunus, M.Pd sebagai pembimbing I dan Hj. Yusni Pakaya, S.Pd., M.Pd sebagai pembimbing II4.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan nilai hasil belajar siswa pada kelas IPS yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dan kelas yang diajarkan tanpa menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) di SMP Negeri 10 Gorontalo. Sampel penelitian ini menggunakan 2 (dua) kelas yang diambil secara random, yaitu IX-1 yang berjumlah 30 orang siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas IX-2 yang berjumlah 30 orang sebagai kelas pembanding atau kelas kontrol. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental melalui desain pre-tes dan post-tes. Data penelitian diperoleh melalui tes dalam bentuk pilihan ganda yang berjumlah 40 butir soal. Hipotesis penelitian yang berbunyi “terdapat perbedaan nilai hasil belajar pada kelas yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dan kelas yang diajarkan tanpa menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT)”. Penggujian hipotesis menggunakan t-test. Hasil analisis data menunjukkan bahwa harga t = 2,84 dan dk = 58, sedangkan harga t kritik pada t(0,975)(58) = 1,68. Dengan kata lain: 2,84≥1,68. Ini berarti bahwa harga t0 signifikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai hasil belajar pada kelas (eksperimen) yang diajarkan dengan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dan kelas (kontrol) yang diajarkan tanpa menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT).
1
Siti malindo 231410101 3 Penerapan model pembelajaran Nambered Head Together 4 Dra. Hj. Resmiyati Yunus, M.pd selaku pembimbing I dan Hj. Yusni Pakaya, S.pd M.pd selaku pembimbing II 2
Kata Kunci: model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dan Hasil Belajar Siswa. PENDAHULUAN Permasalahan yang kebanyakan muncul sehingga menjadi penghambat dalam upaya peningkatan kualitas pengajaran adalah terdapat pada proses kegiatan belajar mengajar (KBM) di kelas. Kesalahan dalam menggunakan metode ataupun model pembelajaran berdampak negatif bagi keberlangsungan proses belajar mengajar. Seorang guru dituntut agar memiliki segudang pengetahuan, metode, model pembelajaran dan kreativitas dalam hal mengajar agar tidak menimbulkan kejenuhan. Masalah pembelajaran merupakan sebuah permasalahan yang kompleks dan menyangkut berbagai macam keterkaitan antara satu dengan yang lain, baik menyangkut bahan ajar, materi, metode pengajaran maupun model pembelajaran. Pembelajaran yang sesuai dengan kondisi zaman dan perkembangan yang ada, mengharuskan adanya suatu pemecahan masalah terhadap peningkatan mutu pembelajaran yang menunjang tujuan Pendidikan Nasional . Pada umumnya siswa pasif menerima materi yang diajarkan, oleh karena itu perlu suatu model pembelajaran yang dinilai mampu membangkitkan motivasi ataupun minat dari siswa itu sendiri. Rendahnya hasil belajar siswa kemungkinan disebabkan oleh model pembelajaran yang digunakan guru tidak sesuai dengan materi yang diajarkan pada mata pelajaran IPS serta guru yang memberikan mata pelajaran. Apabila tidak ada sebuah perubahan yang dilakukan dalam kualitas pembelajaran maka prestasi siswa tidak akan terwujud. Tetapi dalam kenyataanya keaktifan siswa masih kurang. Setelah peneliti melakukan observasi pembelajaran IPS yang terjadi dikelas IX IPS SMA Negeri 10 Gorontalo masih banyak siswa kurang aktif dalam pembelajaran IPS, karena penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat. Akibatnya kemampuan siswa menguasai materi cenderung kurang, sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar. Faktor yang menyebabkan kurang berhasilnya pembelajaran IPS adalah keaktifan siswa. Metode pembelajaran ceramah yang banyak dijumpai dalam pembelajaran mengakibatkan siswa pasif karena sebagian besar proses pembelajaran didominasi oleh guru sehingga keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran hampir tidak ada. Siswa dikatakan belajar aktif jika ada mobilitas, misalnya nampak dari interaksi yang terjadi antara Guru dan siswa dan antara siswa itu sendiri. Oleh karena itu, pengaruh antara hasil belajar siswa dengan optimalisasi pengajaran IPS terpadu terikat oleh penerapan model pembelajar. Menyikapi persoalan ini, maka guru harus mampu memberikan materi pelajaran yang sesuai dengan pengalaman nyata siswa. Kalau hal ini diterapkan secara optimal, tentu siswa akan berhasil mengikuti kegiatan pembelajaran, karena pengalaman yang mereka rasakan dalam kehidupan sehari-hari menjadi bahasan dalam kegiatan pembelajaran. Maksudnya, dalam peningkatan hasil belajar siswa, guru tidak
hanya monoton pada satu model pembelajaran saja, apalagi model pembelajaran yang bersifat konvesional (ceramah, tanya jawab, dan penugasan), yang justru menurunkan hasil belajar siswa. Disini guru diarahkan untuk menyampaikan materi sesuai dengan karakteristik siswa.Di samping itu, guru harus mengaitkan materi pelajaran dengan kondisi dunia nyata siswa. Untuk mengatasi hal tersebut, maka perlu suatu model pembelajaran yang tepat, menarik dan harus efektif sehingga siswa dapat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Salah satu alternatif yang digunakan yaitu dengan diterapkanya model pembelajaran Numbered Head Together (NHT). Model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) mampu menciptakan peran aktif siswa, melatih siswa untuk dapat bekerjasama dengan orang lain, dan juga dapat menentukan bagaimana model belajar yang baik. Model Numbered Head Together (NHT) adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Numbered Head Together (NHT) pada dasarnya merupakan sebuah varian diskusi kelompok. Ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya, tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompok itu. Cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa, cara ini juga merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok. Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang di formulasi judul sebagai berikut : “ Penerapan Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu (Suatu Penelitian di SMP Negeri 10 Gorontalo) METODOLOGI PENELITIAN Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 10 Gorontalo. Sekolah ini terletak di Jl. Palma Kec. Dungingi Kota Gorontalo. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan yaitu mulai bulan maret sampai september 2014. objek penelitian adalah kelas IX1 dan kelas IX2 SMP Negeri 10 Gorontalo. Populasi Sugiyono (2008:117) populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/ subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.” Berdasarkan pengertian tersebut, yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX di SMP Negeri 10 Gorontalo yang terdaftar pada tahun pelajaran 2014/ 2015. Jumlah siswa pada kelas IX sebanyak 119 orang yang tersebar pada empat kelas.
Sampel Sugiyono (2008:118) mengemukakan sampel adalah ; “bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.” Penelitian eksperimen menggunakan Simple Random Sampling. Simple Cluster Random Sampling adalah “ teknik pengambilan sampel secara acak berdasarkan kelas (daerah) secara sederhana. “ Teknik ini digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas dan homogen. Ciri dasar pengambilan sampel ini adalah memilih secara acak beberapa kelas untuk dipilh dua kelas yaitu kelas IX1 yang berjumlah 30 orang siswa dan kelas IX2 yang berjumlah 30 orang siswa. Kelas IX1yang akan dijadikan sebagai kelas eksperimen, sedangkan kelas IX2 dijadikan sebagai kelas kontrol. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental melalui desain pre-tes dan post-tes. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Pada kelas eksperimen, langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Memberikan tes awal (pre-test). b. Melaksanakan pembelajaran IPS melalui penerapan model pembelajaran Number Head Together (NHT) c. Memberikan tes akhir (post-test) 2) Pada kelas kontrol, langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Memberikan tes awal (pre-test). b. Melaksanakan pembelajaran IPS melalui penggunaan metode ceramah Memberikan tes akhir (post-test) Variabel penelitian Variabel Terikat( X ) Variabel terikat X, yaitu (X1) menerapkan model pembelajaran Number Head Together (NHT) dan (X2) tanpa menggunakan model pembelajaran Number Head Together (NHT). Model pembelajaran Number Head Together (NHT) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Model pembelajaran Number Head Together (NHT) melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Variabel Bebas (Y) Variabel bebas Y pada penelitian ini adalah hasil belajar IPS Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Instrument yang digunakan dalam pengumpulan
data tersebut adalah melalui tes. Tes dirancang sesuai dengan materi pelajaran IPS yang sedang diajarkan pada semester ganjil, tahun pelajaran 2014/2015. Adapun materi tes termaksud dalam lingkup standar kompetensi “memahami kondisi perkembangan negara di dunia ’’ dan kompetensi dasar “mendeskripsikan perang dunia II (termasuk pendudukan jepang) serta pengaruhnya terhadap keadaan sosial, ekonomi, politik di indonesia’’ substansi materi yang diberikan pada tes terdiri dari dua pokok materi, yaitu : (1) perang dunia II dan (2) Masa pendudukan Jepang di Indonesia pada perang dunia II Bentuk tes yang digunakan adalah pilihan ganda yang berjumlah 40 butir soal setiap butir pertanyaan diikuti oleh 4 (empat) pilihan jawaban. Tes hasil belajar yang diberikan kepada kedua kelas yang menjadi sampel penelitian terlebih dahulu dilakukan uji coba dengan maksud untuk melihat tingkat validitas dan reliabilitas sebagai sebuah instrumen penelitian. Pengujian Validitas Instrumen Untuk mengetahui tingkat validitas instrumen yang digunakan dalam penelitian maka digunakan rumus teknik korelasi Product moment. 𝐫𝒙𝒚 =
𝒏 .∑𝐱𝐲 − ∑𝐱 . ∑𝐲
( Arikunto, 2007:327)
𝐧.∑𝐱 𝟐 − ∑𝐱 𝟐 } .{𝐧.∑𝐲 𝟐 .(∑𝐲)𝟐 }
Keterangan : 𝒓𝒙𝒚
= korelasi yang dicari
∑x
= korelasi responden untuk instrumen ke -1
∑𝐲
= skor total responden
n
= Jumlah sampel (responden)
Pengujian Reliabilitas Instrumen Reliabilitas merupakan ketepatan suatu test apabila dilakukan kepada subjek yang sama. Pengujian reliabilitas instrumen ini di tempuh dengan menggunakan metode Kuder-Richardson (KR20), sebagai berikut. KR 20 =
∑ 𝑝𝑞 k 1− 2 k−1 s
Keterangan: KR 20 = Koefisien korelasi dengan KR 20 k
= Jumlah Butir Soal
p
= proporsi jawaban benar pada butir tertentu
p
= proporsi jawaban salah pada butir tertentu
s 2 = Varians skor total Teknik Analisis Data Data penelitian yang diperoleh melalui pemberian tes hasil belajar. Setelah hasil belajar siswa terkumpul, maka dilakukan pemberian skor 1 pada setiap jawaban yang benar dan skor 0 pada setiap jawaban yang salah. Setelah data penelitian terkumpul, maka data terebut dianalisis menggunakan statistik uji normalitas dan homogenitas data. Berdasarkan rumusan hipotesis penelitian yang berbunyi “ terdapat perbedaan nilai hasil belajar pada kelas yang diajarkan dengan model pembelajaran Number Head Together (NHT) dan kelas yang diajarkan tanpa menggunakan model pembelajaran Number Head Together (NHT) dalam pembelajaran IPS kelas IX SMP Negeri 10 Gorontalo’’. Pengujian hipotesis dilakukan setelah dilakukan uji kesamaan dua rata-rata (homogenitas) dari fariabel-fariabel penelitian. Pengujian hipotesis dilakukan melalui pasangan hipotesis sebagai berikut: H0 : µ1 = µ1 H0 : µ1 ≠ µ1 HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Penelitian mengenai hasil belajar IPS ini dilaksanakan di SMP Negeri 10 Gorontalo. Subjek penelitian terdiri dari 30 siswa kelas eksperimen pada kelas IX1 dan 30 siswa kelas kontrol pada kelas IX2. Pada kelas eksperimen diberi perlakuan dengan model pembelajaran Number Head Together (NHT) sedangkan pada kelas kontrol tanpa menggunakan model pembelajaran Number Head Together (NHT). Sebelum diberi perlakuan yang berbeda antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, kedua kelompok tersebut diberikan tes awal (pretest), kemudian setelah kedua kelompok tersebut diberikan perlakuan dan diberikan tes yang sama (posttest) diakhir pembelajaran. Instrumen penelitian tersebut sebelumnya telah di ujicobakan validitas dan reliabilitas. Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan 40 soal yang digunakan valid dengan reliabilitas soal sebesar 0,924. Berdasarkan hasil tes yang diberikan kepada siswa diawal dan diakhir pembelajaran, diperoleh dua kelompok nilai yaitu kelompok nilai eksperimen dan kelompok nilai kontrol. Kelompok nilai eksperimen adalah skor tes hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Number Head Together (NHT) sedangkan kelompok nilai kontrol adalah skor tes hasil belajar siswa yang belajar tanpa menggunakan model pembelajaran Number Head Together (NHT). Berikut ini disajikan data hasil belajar IPS siswa pada pelajaran sejarah khususnya pada materi (1) perang dunia II dan (2) Masa pendudukan Jepang di
Indonesia pada perang dunia II di SMP Negeri 10 Gorontalo yang terkumpul sebelum pembelajaran (pretest) dan sesudah pembelajaran (posttest). Skor masing-masing data ini dideskripsikan dalam bentuk rata-rata atau mean (M), median (Me), modus (Mo), standar deviasi (SD), distribusi frekuensi, dan histogram. Analisis deskriptif digunakan dengan tujuan untuk mendeskripsikan data. Data yang dideskripsikan antara lain hasil pretest dan posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. untuk pretest kelompok eksperimen, rata-rata skor 47,73; standar deviasi 8,693; dan variansnya 75,564. Pada posttest kelompok eksperimen, rata-rata skor 55,433; standar deviasi 10,089; dan variansnya 101,789. Sedangkan untuk pretest kelompok kontrol rata-rata skor 48,167; standar deviasinya 10,147; dan variansnya 102,954. Untuk data posttest rata-rata skor 50; standar deviasi 8,525; dan variansnya 72,672. Data hasil analisis deskriptif dapat dilihat pada (lampiran 9). Pelaksanaan tes hasil belajar untuk kelas yang diajarkan dengan model Pembelajaran Number Head Together (NHT) dan kelas yang diajarkan tanpa menggunakan model pembelajaran Number Head Together (NHT) dilakukan satu kali yaitu posttest. Pada kelas yang diajarkan dengan Number Head Together (NHT) (Kelas IX1) dan kelas yang diajarkan tanpa menggunakan model pembelajaran Number Head Together (NHT) kelas IX2 diikuti oleh masingmasing siswa 30. Siswa pada kelas yang diajar dengan model Number Head Together (NHT) memperoleh rata-rata skor 55,433 dari skor total 100, sedangkan siswa pada kelas yang diajar tanpa menggunakan model pembelajaran Number Head Together (NHT) hanya memperoleh rata-rata skor 50 dari skor total 100. PEMBAHASAN Adapun tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara nilai hasil belajar siswa pada kelas IX yang diajarkan dengan menggunakan model Pembelajaran Number Head Together (NHT) dan kelas yang diajarkan tanpa menggunakan model pembelajaran Number Head Together (NHT) di SMP Negeri 10 Gorontalo. Tahap awal yang dilakukan dalam penelitian ini untuk memperoleh data, yaitu dengan melakukan observasi di sekolah dan diperoleh informasi bahwa kedua kelas yang akan digunakan memiliki kemampuan yang sama (homogen). Untuk memperkuat informasi tersebut maka peneliti melakukan pengujian homogenitas dari nilai yang diperoleh siswa di dua kelas tersebut pada saat semester ganjil. Setelah dilakukan pengujian homogenitas terbukti bahwa kedua kelas tersebut memiliki kemampuan yang sama (homogen). Sebelum tes digunakan, terlebih dahulu peneliti melakukan sebuah proses validasi instrumen untuk mengetahui apakah tes ini layak digunakan pada siswa atau tidak. hasil yang diperoleh adalah semua soal valid. Dan untuk menguji reliabilitas tes, digunakan rumus alpha cronbach dan diperoleh nilai r = 0,924.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa test ini reliabel sehingga bisa digunakan sebagai alat pengumpul data. Setelah diketahui bahwa test yang akan digunakan sudah valid dan reliabel, dan kedua kelas memenuhi syarat homogen, selanjutnya adalah pelaksanaan perlakuan pada kedua sampel. Untuk kelas eksperimen diberikan perlakuan berupa menggunakan model Pembelajaran Number Head Together (NHT) sedangkan kelas kontrol tanpa diberikan perlakuan model Pembelajaran Number Head Together (NHT). Setelah kelas kontrol dan kelas eksperimen mendapat perlakuan, guru memberikan post-test. Pemberian post-test ini bertujuan untuk melihat hasil belajar siswa setelah dibelajarkan dengan menggunakan model Pembelajaran Number Head Together (NHT) yaitu pada kelas eksperimen dan yang diajarkan tanpa menggunakan model Pembelajaran Number Head Together (NHT) pada kelas kontrol. Dari hasil tes hasil belajar diperoleh nilai rata-rata untuk kelas eksperimen pre-test sebesar 47,73, post-test sebesar 55,433 dan untuk kelas kontrol nilai rata-rata untuk pre-test adalah sebesar 48,167, post-test sebesar 50. Hal ini menunjukkan bahwa kelas yang dibelajarkan dengan menggunakan model Pembelajaran Number Head Together (NHT) memiliki nilai rata-rata lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelas yang dibelajarkan tanpa model Pembelajaran Number Head Together (NHT). Selanjutnya akan dilakukan pengujian homogenitas terhadap data tes hasil belajar yang didapat. Untuk melakukan pengujian homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji F (uji varians terbesar dibagi dengan varians terkecil). Berdasarkan hasil perhitungan pada lampiran untuk data pre-test diperoleh nilai Fhitung = 1,44 sedangkan nilai Ftabel adalah 1,86. Karena Fhitung< ftabel maka dapat disimpulkan bahwa varians data berasal dari populasi yang homogen. Selanjutnya untuk data post-test diperoleh nilai Fhitung = 1,43 sedangkan nilai Ftabel adalah 1,86. Karena Fhitung< ftabel maka dapat disimpulkan bahwa varians data berasal dari populasi yang homogen. Setelah pengujian homogenitas, selanjutnya adalah pengujian normalitas terhadap data hasil belajar. Untuk melakukan pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji Liliefors.Untuk kelas eksperimen pre-test diperoleh nilai Lo = 0,154, post-test diperoleh nilai Lo = 0,111. untuk taraf nyata α = 0,05 dengan n = 30 diperoleh Ltabel =0,161 ,dapat dilihat bahwa Lo
ini menggunakan uji t (satu pihak), dengan taraf nyata α = 0,05 dan 𝒅𝒌 = 𝒏𝟏 + 𝒏𝟐 − 𝟐 = 𝟑𝟎 + 𝟑𝟎 − 𝟐 = 𝟓𝟖. Adapun hipotesis yang akan di uji adalah terima 𝐻0 jika 𝑡hitung≤ 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dan tolak 𝐻0 jika 𝑡hitung> 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dengan derajat kebebasan (dk) = 𝑛1 + 𝑛2 − 2. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan diperoleh 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 2,84dan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 1,68. Dengan demikian 𝐻0 ditolak dan 𝐻1 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan nilai hasil belajar pada kelas yang diajarkan dengan model pembelajaran Number Head Together (NHT) dan kelas yang tanpa menggunakan model pembelajaran Number Head Together (NHT). Dimana nilai rata-rata siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi jika dibandingkan nilai rata-rata siswa pada kelas kontrol. Salah satu yang menyebabkan rata-rata skor kedua kelas berbeda adalah model pembelajaran yang digunakan. Pada kelas eksperimen nilai rata-rata lebih tinggi sebab adanya penggunaan model pembelajaran Number Head Together (NHT) yang menitik beratkan pada interaksi siswa. Seperti yang diungkapan Kunandar (2009:301) yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif model Number Head Together (NHT) merupakan“ salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik”. Berbeda halnya dengan kelas kontrol yang diajarkan tanpa model pembelajaran Number Head Together (NHT). Pada pembelajaran ini, guru lebih banyak menempatkan siswa sebagai obyek dan bukan sebagai subjek didik. Dalam hal ini, guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan berfikir kreatif, objektif, dan logis sehingga menyebabkan siswa cenderung pasif, dan juga interaksi antar siswa kurang terjadi selama proses pembelajaran. Dengan demikian dalam pelaksanaan akan terdapat kecenderungan perbedaan hasil belajar yang dicapai. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Number Head Together (NHT) lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar siswa tanpa menggunkan model pembelajaran Number Head Together (NHT). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran Number Head Together (NHT) lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa yang diajar tanpa menggunakan model pembelajaran Number Head Together (NHT). KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran NHT lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang
diajarkan tanpa menggunakan model pembelajaran Number Head Together (NHT). Hal ini sesuai dengan kriteria pengujian terima H0 jika thitung ttabel. Selanjutnya diperoleh thitung = 2,84 dan ttabel = 1,68 dimana 2,84>1,68 , sehingga H0 jatuh pada daerah penolakan. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut: 1. Diharapkan kepada guru, agar hendaknya menggunakan model pembelajaran Number Head Together (NHT) dalam proses pembelajaran IPS pada materi sejarah, karena model pembelajaran Number Head Together (NHT) ini memberikan hasil yang lebih baik daripada tanpa menggunakan model pembelajaran Number Head Together (NHT). Hal ini ditunjukkan dengan ratarata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen 55,43 lebih besar dari rata-rata hasil belajar siswa di kelas kontrol yang sebesar 50. 2. Diharapkan kepada pihak sekolah, hendaknya dapat memediasi atau memfasilitasi sarana dan prasarana sekolah sehingga penggunaan model pembelajaran ini pada proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik 3. Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai model pembelajaran Number Head Together (NHT) terhadap hasil belajar siswa untuk materi-materi lain, khususnya materi yang memiliki karakteristik yang sama dengan materi yang diteliti, dan tidak menutup kemungkinan pada materi yang memiliki karakteristik yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Anita Lie. 2005.Cooperative Learning (mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas ). Jakarta: PT Grasindo. Buchari Alma. 2009. Guru Profesional Menguasai Metode Dan Trampil Mengajar. Bandung : Alfabeta. Hamalik. 2009.Dasar – Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Kunandar.2011.Guru Profesional Implementasi Kurikukulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) dan sukses dalam sertifikasi guru. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Moh. Uzer Usman. 2008. Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Nana Sudjana. 2009. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algesindo. .2008.Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Syaiful. Sagala. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : CV Alfabeta. Asep Jihad dan Abdul Haris.2012. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.