Nabla Dewantara: Jurnal Pendidikan Matematika (ISSN 2528-3901)
33
PENGGUNAAN METODE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA Rika Firma Yenni Dosen Pend. Matematika Universitas Tamansiswa Palembang
[email protected] Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan metode NHT. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN 2 Kubung Kabupaten Solok, dengan subjek penelitian 26 orang pada kelas eksperimen dan 27 orang pada kelas kontrol. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu dengan rancangan penelitian Randomized Control Group Only Design. Analisis data hasil belajar siswa diolah dengan uji-t menggunakan data tes akhir siswa. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan software minitab diperoleh P-value = 0,016 pada taraf kepercayaan 95% (α = 0,05). Karena P-value ˂ α makaH0ditolak. Ini berarti hasil belajar matematika siswa yang menggunakan metode NHT lebih baik dari pada hasil belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Kata Kunci: Numbered Head Together (NHT), Hasil belajar, Eksperimen, Konvensional PENDAHULUAN Matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang diajarkan mulai dari pendidikan dasar sampai dengan perguruan tinggi. Mengingat begitu pentingnya mata pelajaran matematika, maka sejak tahun 2002 matematika diujikan secara nasional. Meskipun demikian, usaha pemerintah untuk memajukan pendidikan khususnya matematika belum membuahkan hasil yang optimal. Ini terlihat dari masih rendahnya hasil belajar matematika siswa. Salah satu indikator yang menunjukkan mutu pendidikan di tanah air cenderung masih rendah adalah hasil penelitian internasional tentang prestasi siswa. Dua penelitian terhadap prestasi hasil belajar Indonesia tersebut menunjukkan bahwa prestasi matematika siswa Indonesia masih rendah. Data pertama dapat dilihat dari Trends In International Mathematics and Science Study (TIMSS). TIMSS adalah studi Volume 1 Nomor 2, November 2016
internasional tentang kecenderunganarah atau perkembangan matematika dan sains. Penelitian kedua yang menunjukkan tingkat kemampuan matematika siswa Indonesia adalah hasil PISA (Programme for International Student Assessment). PISA ( Programme for International Student Assessment) merupakan studi internasional tentang prestasi membaca, matematika, dan sains. Rendahnya hasil belajar dan kesulitan dalam belajar matematika juga disebabkan oleh metode penyampaian guru dalam mengelola pembelajaran yang kurang efektif (Somakim, 2003). Sehingga pembelajaran di sekolah belum bisa membuat siswa menjadi aktif di dalam kelas. Padahal keaktifan siswa dalam belajar merupakan kunci keberhasilannya dalam belajar. Peran aktif siswa dalam pembelajaran merupakan suatu keharusan, hal ini sejalan dengan Permendiknas RI No. 41 tahun 2007 yang menyatakan
34
Nabla Dewantara: Jurnal Pendidikan Matematika (ISSN 2528-3901)
bahwa proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Belajar akan mencapai suatu tingkat keberhasilan jika anak bisa memahami makna apa yang dipelajarinya. Salah satu alternatif yang digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan metode Numbered Head Together (NHT) dalam pembelajaran matematika. Metode ini merupakan salah satu bentuk pembelajaran kooperatif yang menuntut siswa untuk bekerja sama dalam suatu kelompok kecil untuk menuntaskan materi pelajarannya. Dengan adanya kerjasama dalam kelompok diharapkan dapat mendorong siswa untuk mengembangkan pikiran, pengalaman, serta partisipasi aktif mereka dalam belajar sehingga terjalin interaksi belajar antar siswa dengan harapan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa. Prestasi belajar siswa menjadi lebih baik dan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah hasil belajar matematika siswa yang menggunakan metode NHT lebih baik dari pada hasil belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional? Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa yang menggunakan metode NHT lebih baik dari pada hasil belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.
TINJAUAN TEORETIS Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran dengan membentuk siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil. Dalam kelompok ini siswa yang dipilih memiliki tingkat kemampuan berbeda dari segi budaya, jenis kelamin dan kemampuan akademiknya. Cooperatif Learning mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya (Suherman, 2003). Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan. Kinerja siswa dapat meningkatkan penyelesaian tugas-tugas akademik untuk memahami konsep-konsep sulit, sehingga siswa mampu berintegrasi secara sosial dalam kelompok. Pembelajaran Tipe Numbered Head Together (NHT) Metode Numbered Head Together (NHT) adalah suatu pendekatan yang dikembangkan oleh Spencer Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut (Ibrahim, 2000). NHT merupakan bentuk variasi dari diskusi kelompok, di mana setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor. Menurut Ibrahim (2000), pada metode ini guru menggunakan struktur 4 langkah yaitu: Langkah 1 : Penomoran. Guru membagi siswa ke dalam kelompok yang beranggotakan 3-5 orang dan kepada Volume 1 Nomor 2, November 2016
Nabla Dewantara: Jurnal Pendidikan Matematika (ISSN 2528-3901)
setiap anggota kelompok diberikan nomor urut. Langkah 2 : Mengajukan Pertanyaan. Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa,pertanyaan dapat bervariasi, amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya. Langkah 3 : Berfikir Bersama. Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan setiap anggota dalam kelompoknya mengetahui jawaban tersebut. Langkah 4 : Menjawab. Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangan dan mencoba menjawab pertanyaan itu untuk seluruh kelas. Menurut Mastudar (2005) metode NHT mempunyai beberapa langkah yaitu: a. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor. b. Guru memberikan tugas dan masingmasing kelompok mengerjakannya. c. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan setiap anggota kelompok dapat mengerjakan atau mengetahui jawaban pertanyaan tersebut dengan baik. d. Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka. e. Tanggapan dari teman lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain. f. Kesimpulan. Berdasarkan pendapat Ibrahim (2000) dan Mastudar (2005), maka langkah-langkah metode NHT yang penulis lakukan adalah: a. Guru membagi siswa ke dalam 5 kelompok, masing-masing kelompok beranggotakan 5-6 orang dan setiap
Volume 1 Nomor 2, November 2016
35
siswa dalam kelompok mendapatkan nomor. b. Guru memberikan perangkat pembelajaran berupa hand out dan masing-masing kelompok mempelajari materi dan mengerjakan soal-soal yang ada pada hand out tersebut. c. Masing-masing kelompok mendiskusikan materi serta soal-soal yang ada pada hand out dan memastikan setiap anggota kelompok dapat mengerjakan atau mengetahui jawaban soal tersebut dengan baik. d. Guru memilih secara acak salah satu kelompok dan memanggil salah satu nomor siswa dalam kelompok tersebut untuk mempresentasikan hasil diskusinya. e. Seorang siswa mempresentasikan dan kelompok lain memberikan tanggapan, kemudian guru mengulang kembali penjelasan siswa tersebut dan memastikan setiap siswa bisa memahaminya. f. Guru memilih kelompok lain dan memanggil lagi salah satu nomor untuk mempresentasikan hasil diskusinya sampai semua kelompok mendapatkan giliran. g. Guru mengadakan kuis untuk melihat seberapa jauh pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari. h. Siswa dibimbing untuk membuat kesimpulan dan guru memberikan hand out untuk pertemuan berikutnya. NHT berbeda dengan cara pembelajaran kelompok biasa. Pada pembelajaran kelompok biasa yang mempresentasikan hasil kerja kelompok atau laporan kelompok bebas. Boleh disampaikan oleh salah seorang anggota kelompok. Tetapi pada NHT yang harus mempresentasikan hasil kerja kelompok atau laporan kelompok adalah nomor yang
36
Nabla Dewantara: Jurnal Pendidikan Matematika (ISSN 2528-3901)
dipilih secara acak oleh guru, sehingga setiap siswa dalam kelompok merasa bertanggung jawab dalam diskusi kelompok. Pembelajaran Konvensional Pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah pembelajaran yang digunakan di sekolah selama ini. Pembelajaran konvensional menurut Depdiknas (2001) memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Siswa belajar secara individu. b. Siswa adalah penerima informasi secara pasif. c. Pembelajaran tidak memperhatikan pengalaman siswa. d. Pembelajaran sangat abstrak dan teoretis. e. Penilaian hanya ditentukan oleh hasil tes bukan penilaian pada proses belajarnya. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan tolak ukur atau patokan untuk menentukan keberhasilan siswa dalam mengetahui dan memahami suatu materi yang telah dipelajarinya. Hasil belajar juga dapat memberikan informasi kepada lembaga ataupun siswa itu sendiri tentang taraf penguasaan dan kemampuan yang dicapai siswa, yang berkaitan dengan materi dan keterampilan mengenai materi pelajaran yang telah diberikan. Penilaian hasil belajar siswa dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan umpan balik bagi siswa. Seseorang yang memperoleh nilai bagus dalam sebuah penilaian akan dapat memberikan dorongan bagi orang tersebut dan diharapkan mereka lebih giat dan tekun dalam mengikuti proses pengajaran.
METODOLOGI PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang mengkaji hubungan dua variabel atau lebih dengan melakukan manipulasi atau perlakuan terhadap variabel bebas dan variabel terikat. Dalam pelaksanaan penelitian, siswa dibedakan atas dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen dalam proses belajar mengajar menggunakan metode NHT, sedangkan pada kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional. Rancangan penelitian yang digunakan Randomized Control Group Only Design yaitu memilih kelompok eksperimen dan kontrol secara random. Tabel 1 Rancangan Penelitian Kelas
Perlakuan
Tes Akhir
Eksperimen
X
T
Kontrol
-
T Sumber : Suryabrata (1998)
Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas VIII SMPN 2 Kubung Kabupaten Solok yang berjumlah 134 orang. Pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan cara lotting, dengan ketentuan kelas yang terambil pertama adalah kelas eksperimen dan kelas yang terambil kedua adalah kelas kontrol. Dari hasil pengambilan ditetapkan bahwa kelas eksperimen adalah kelas VIII2 dan kelas kontrol adalah kelas VIII1. Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan proses pembelajaran untuk kedua kelas tidak sama. Kelas eksperimen menggunakan model Volume 1 Nomor 2, November 2016
37
Nabla Dewantara: Jurnal Pendidikan Matematika (ISSN 2528-3901)
pembelajaran kooperatif tipe NHT, sedangkan kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional. Pada kelas eksperimen sebelum kegiatan tatap muka berlangsung, guru telah membagi siswa ke dalam kelompok yang beranggotakan 3-5 orang. Kemudian kepada setiap kelompok diberikan tambahan media pembelajaran
berupa hand out. Kelompok yang telah mendapatkan hand out ditugaskan untuk mempelajarinya di luar jam pelajaran matematika. Pelaksanaan proses pembelajaran pada kelas eksperimen dankontrol dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2 Pelaksanaan Proses Pembelajaran Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Pendahuluan (10 menit) • Guru membuka pelajaran dengan memberikan apersepsi, motivasi dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut. • Guru mengabsen dan menyuruh siswa untuk bergabung dalam kelompoknya masing-masing. • Guru memberikan nomor kepada setiap siswa di dalam kelompok. Kegiatan Inti (60 menit) • Guru menyuruh setiap kelompok untuk mendiskusikan kembali dan memahami materi serta soal-soal yang ada pada hand out (10 menit). • Guru bertindak sebagai fasilitator dan pembimbing siswa dalam diskusi kelompok. • Guru melotting kelompok dan melotting salah satu nomor siswa dalam kelompok tersebut untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya (5 menit). • Seorang siswa mempresentasikan dan kelompok yang lain memperhatikan serta memberikan tanggapan (15 menit). • Guru mengulang kembali penjelasan siswa tersebut dan memastikan setiap siswa bisa memahaminya (5 menit). • Guru melotting kelompok lain dan melotting lagi salah satu nomor untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya sampai semua kelompok mandapatkan giliran (15 menit). • Guru mengadakan kuis untuk melihat seberapa jauh pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajarinya (10 menit). Penutup (10 menit) • Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari. • Guru memberikan hand out sebagai panduan belajar untuk pertemuan berikutnya.
Volume 1 Nomor 2, November 2016
Pendahuluan (10 menit) • Guru membuka pelajaran dengan memberikan apersepsi, motivasi dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut. • Guru mengabsen siswa. Kegiatan Inti (60 menit) • Guru menjelaskan materi pelajaran (30 menit). • Guru menjelaskan contoh soal (10 menit). • Guru memberikan latihan (20 menit). Penutup (10 menit) • Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari. • Guru memberikan PR.
38
Nabla Dewantara: Jurnal Pendidikan Matematika (ISSN 2528-3901)
Tes akhir dilaksanakan setelah pokok bahasan berakhir, di mana tes ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hasil belajar matematika kelas eksperimen dan kelas kontrol. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian merupakan alat pengumpulan data yang digunakan dalam suatu penelitian. Instrumen yang digunakan adalah tes hasil belajar matematika. Langkah-langkah yang dilakukan adalah: a. Penyusunan Tes Tes yang disusun berbentuk essay berdasarkan pokok bahasan yang telah dipelajari selama penelitian. Dalam penyusunan tes tersebut, penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Menentukan tujuan mengadakan tes yaitu untuk memperoleh hasil belajar matematika siswa. 2) Membuat batasan terhadap materi yang akan diujikan. 3) Menyusun kisi-kisi soal. 4) Menyusun butir-butir soal yang akan diujikan. 5) Menguji coba soal tes b. Analisis Item Setelah uji coba, dilaksanakan analisis item untuk melihat baik tidaknya suatu soal. Dalam analisis item ada 4 langkah yang perlu diselidiki yaitu: 1) Validitas Tes Validitas adalah tingkat ketepatan tes. Suatu tes dikatakan valid jika tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur. Validitas yang digunakan adalah validitas isi. 2) Indeks Kesukaran Soal Agar tes dapat digunakan secara luas, maka setiap soal tes diteliti tingkat kesukarannya. Dalam hal
ini digunakan rumus yang dikemukakan Departemen Pendidikan Nasional (2003) adalah sebagai berikut: =
ℎ ℎ
=
Dengan klasifikasi soalsebagai berikut:
indeks
kesukaran
Tabel 3 Interpretasi Indeks Kesukaran Soal Indeks Interpretasi Kesukaran (IK) IK = 1,00 Sangat mudah Mudah 0,70 ≤ IK < 1,00 Sedang 0,30 ≤ IK < 0,70 0,00 ≤ IK < 0,30 Sukar IK = 0,00 Sangat sukar 3) Daya Pembeda Soal Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Jumlah siswa yang tergolong kelompok tinggi dan kelompok rendah adalah sama yaitu 27% dari peserta tes. Untuk menentukan daya pembeda tiap butir soal menggunakan rumus (Arikunto, 2005) : − = Keterangan: DP = Daya pembeda soal SA = Jumlah skor kelompok atas pada item soal yang diolah SB = Jumlah skor kelompok bawah pada item soal yang diolah I = Jumlah skor ideal
Volume 1 Nomor 2, November 2016
Nabla Dewantara: Jurnal Pendidikan Matematika (ISSN 2528-3901)
Interpretasi besarnya koefisien daya pembeda berdasarkan kriteria adalah: Tabel 4 Interpretasi Daya Pembeda Soal Daya Pembeda (DP) Interpretasi DP = 0,00 Sangat jelek 0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek 0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup 0,40 < DP ≤ 0,70 Baik 0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat baik Setelah dihitung indeks kesukaran dan daya pembeda soal, selanjutnya diklasifikasikan atas soal yang dipakai, diperbaiki, atau dibuang. Pengklasifikasian didasarkan atas kriteria : Tabel 5 Kriteria Penerimaan Item Besarnya Besarnya Interpretasi IK DP IK = 0,00 0,00 < IK ≤ 0,30 0,30 < IK ≤ 1,00
DP = 0,00 0,00 < DP ≤ 0,20 0,20 < DP ≤ 1,00
Dibuang Diperbaiki Dipakai
4) Reliabilitas Soal Reliabilitas berkenaan dengan masalah kepercayaan, artinya soal dapat memberikan hasil relatif sama jika diberikan pada subjek yang sama meskipun dilakukan pada waktu dan tempat yang berbeda. Uji reliabilitas soal dilakukan untuk mendapatkan soal yang baik. Soal yang dilihat reliabilitasnya adalah soal yang terpakai. Dalam menentukan reliabilitas soal essay digunakan rumus Alpha yang dikemukakan oleh Arikunto (2005) yaitu: ∑ "#$ = 1 − $ & − 1 "% Keterangan: r11 = Reliabilitas yang dicari Volume 1 Nomor 2, November 2016
39
n = Banyak soal "%$ = Variansi total ∑ "#$ = Jumlah variansi skor tiap-tiap item Untuk mencari variansi digunakan rumus: (∑ ')$ ∑ '$ − * "$ = * $ ∑ '$ ∑' $ " = − & * * Dengan kriteria: Tabel 6 Interpretasi Reliabilitas Soal Reliabilitas Interpretasi (r11) (Korelasi) 0,80 < r11 ≤ 1,00 Sangat tinggi 0,60 < r11 ≤ 0,80 Tinggi 0,40 < r11 ≤ 0,60 Cukup 0,20 < r11 ≤ 0,40 Rendah 0,00 < r11 ≤ 0,20 Sangat rendah Teknik Analisis Data Analisis data dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan, apakah diterima atau ditolak. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis perbedaan dengan menggunakan rumus t-tes. Untuk menentukan uji statistik yang digunakan, terlebih dahulu ditentukan normalitas data dan homogenitas variansi. Langkah-langkahnya sebagai berikut: a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing kelompok data berdistribusi normal atau tidak. Hipotesis statistik yang akan diuji adalah : +, = data berdistribusi normal + = data tidak berdistribusi normal Uji yang digunakan adalah uji Anderson – Darling dengan bantuan
40
Nabla Dewantara: Jurnal Pendidikan Matematika (ISSN 2528-3901)
software minitab. Untuk interpretasinya dengan memperlihatkan P-value yang menyatakan bahwa menolak H0 jika sesungguhnya H0 tersebut normal. Jika P-value yang diperoleh lebih kecil dari α maka tolak H0, dan sebaliknya terima H0 (Syafriandi, 2001). b. Uji Homogenitas Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah variansi kedua kelompok (kelompok eksperimen dan kelompok kontrol) homogen atau tidak, untuk semua aspek kemampuan matematika. Hipotesis statistik yang akan diuji : +, : "$ = "$$ + ∶ "$ ≠ "$$ Uji yang digunakan adalah uji Burlett dengan bantuan software minitab. Untuk interpretasinya dengan memperhatikan chart yang dihasilkan. Jika irisannya kosong, maka dikatakan variansi skor tes hasil belajar pada kedua kelas sampel tidak homogen, dan sebaliknya dikatakan homogen (Syafriandi, 2001). c. Uji Hipotesis Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas, dilakukan uji hipotesis untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar kedua kelompok sampel. Dalam hal ini dilakukan uji-t kesamaan dua rata-rata yaitu uji-t satu pihak, dengan formulasi hipotesis: +, ∶ 0 = 0$ + ∶ 0 > 0$ Di mana : 0 : rata-rata hasil belajar matematika kelas eksperimen
0$ : rata-rata hasil belajar matematika kelas kontrol Setelah diketahui kedua sampel berdistribusi normal dan mempunyai variansi yang homogen, maka untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan rata-rata satu pihak dengan rumus : ' 222 − ' 222$ = 1 1 3 +
$
=
$
( − 1 )$ + ($ − 1)$$ + $ − 2
Di mana : ' : skor rata-rata kelas eksperimen 222 '$ : skor rata-rata kelas kontrol 222 : jumlah siswa kelas eksperimen $ : jumlah siswa kelas kontrol : simpangan baku gabungan
Kriteria pengujian : Terima hipotesis +, jika 67%89: < %<#=> dengan derajat kebebasan (df) adalah + $ − 2 dan tolak +, jika 67%89: > %<#=> (Sudjana, 2002). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Data hasil penelitian yang dideskripsikan adalah data hasil belajar matematika yang diperoleh siswa setelah tes akhir dilaksanakan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk melihat hasil belajar siswa maka diadakan tes akhir pada kelas eksperimen yang diikuti oleh 26 orang siswa dan pada kelas kontrol yang diikuti oleh 27 orang siswa. Setelah dilaksanakan tes akhir diperoleh data tentang hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Volume 1 Nomor 2, November 2016
41
Nabla Dewantara: Jurnal Pendidikan Matematika (ISSN 2528-3901)
Tabel 7 Statistik Hasil Tes Akhir Kelompok Sampel Ẍ S S2
Kel.
N
Eksperimen
26
70,96
11,91
Kontrol
27
62,67
12,50
Dari tabel terlihat bahwa nilai rata-rata hasil belajar matematika di kelas eksperimen (70,96) lebih tinggi dari pada nilai rata-rata hasil belajar matematika di kelas kontrol (62,67). Terlihat bahwa dengan menggunakan metode NHT hasil belajar siswa dapat meningkat. Untuk mengambil kesimpulan dari penelitian ini maka dilakukan uji hipotesis dengan statistik uji-t. Sebelum dilakukan uji-t terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas variansi kedua sampel. Analisis data untuk uji normalitas dan uji homogenitas variansi dilakukan dengan menggunakan software minitab. a. Uji Normalitas Hasil uji normalitas pada taraf nyata α = 0,05 diperoleh harga P-Value = 0,410 untuk kelas eksperimen, karena P-Value > α dan semua pencaran titik yang diperoleh mendekati garis lurus, maka H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar kelas VIII2 SMPN 2 Kubung Kabupaten Solok berdistribusi normal. Sedangkan untuk kelas kontrol diperoleh harga P-Value = 0,230. Karena P-Value > α dan semua pencaran titik yang diperoleh mendekati garis lurus, maka H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar kelas VIII1 SMPN 2 Kubung Kabupaten Solok berdistribusi normal. b. Uji Homogenitas Pada uji homogenitas jika garisgaris selang kepercayaan beririsan maka Volume 1 Nomor 2, November 2016
Xmin
Xmax
141,80
94
53
156,31
88
40
dikatakan sampel mempunyai variansi yang homogen, namun jika sebaliknya maka sampel dikatakan tidak homogen. Berdasarkan hasil uji homogenitas terlihat adanya irisan pada setiap selang, dan pada taraf nyata α = 0,05 P-Value yang diperoleh adalah 0,810. Karena PValue > α dan garis-garis selang kepercayaan beririsan maka H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa populasi mempunyai variansi yang sama. c. Uji Hipotesis Berdasarkan analisis data dapat dilihat pada taraf kepercayaan 95% (α = 0,05) diperoleh P-Value = 0,016. Karena P-Value > α maka tolak H0 dan terima H1, sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa yang menggunakan metode NHT lebih baik dari pada hasil belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Pembahasan Berdasarkan kegiatan penelitian yang dilakukan, dapat dirasakan perbedaan antara siswa yang menggunakan metode NHT dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Siswa yang menggunakan metode NHT lebih berada pada kondisi siap belajar, karena mereka telah mendiskusikan materi pelajaran yang akan dipelajari dan materi penunjangnya. Selanjutnya dalam kegiatan belajar
42
Nabla Dewantara: Jurnal Pendidikan Matematika (ISSN 2528-3901)
mengajar keaktifan siswa jauh lebih baik dari pada siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Suasana belajar kelas eksperimen pun lebih aktif dan kondusif dibandingkan dengan kelas kontrol. Penggunaan metode NHT dalam pembelajaran matematika mengakibatkan siswa menjadi lebih aktif dalam kegiatan belajar,meningkatkan kreativitas serta keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar. Hasil belajar matematika siswa yang menggunakan metode NHT juga lebih baik dari pada hasil belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional dan dapat dipercaya pada taraf kepercayaan 95%. Dengan demikian hipotesis penelitian dapat diterima dengan α = 0,05. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa yang menggunakan metode Numbered Head Together (NHT) lebih baik dari pada hasil belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Serta dapat penulis kemukakan saran, diharapkan guru matematika dapat menggunakan metode NHT dalam pembelajaran matematika dan dapat melakukannya pada pokok bahasan yang lain. Serta untuk peneliti berikutnya diharapkan dapat memperhatikan komponen-komponen lain yang dapat meningkatnya hasil belajar siswa.
Depdiknas. (2001). Penyusunan Butir Soal dan Instrumen Penelitian. Jakarta: Dikdasmen. --------------. (2003). Kurikulum Pendidikan Dasar Bidang Studi Matematika. Jakarta: Dikdasmen. --------------. (2008). Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas. Ibrahim, dkk. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Mastudar, dkk. (2005). Alternatif Modelmodel Pembelajaran. Sumatera Barat. Somakim. (2003). Pengaruh Penerapan Teori Belajar Gagne dalam Pembelajaran Matematika. Forum Kependidikan, Vol 23, No. 1. September 2003. Palembang: FKIP Unsri. Sudjana. (2002). Metode Statistik. Bandung: Tarsito. Suherman, Erman dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Jakarta: Universitas Pendidikan Indonesia. Suryabrata, Sumadi. (1998). Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo. Syafriandi. (2001). Analisa Statistik Inferensial dengan Menggunakan Minitab. Padang: Makalah.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. (2005). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Volume 1 Nomor 2, November 2016