Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 3, Desember 2013
PENGGUNAAN ALAT PERAGA AKUARIUM BILBUL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP BILANGAN BULAT Ine Riani Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Pedagogik, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia Dharma Kesuma dan Karso1 Abstrak : Penggunaan Alat Peraga Akuarium Bilbul untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Bilangan Bulat. Penelitian ini bertujuan melihat penggunaan Akuarium Bilbul, aktivitas siswa, dan pemahaman siswa. Akuarium Bilbul digunakan untuk mengkonkretkan konsep bilangan bulat, khususnya bilangan negatif. Metode yang dipakai yaitu PTK dengan subjek penelitian 40 siswa kelas IV SDN Bukanagara Lembang. Produk penelitian ini berupa Akuarium Bilbul serta langkah penggunaannya. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan aktivitas siswa dan pemahaman siswa dalam kemampuan translasi, interpretasi, dan ekstrapolasi pada setiap siklus. Kesimpulannya, penggunaan Akuarium Bilbul mempermudah siswa memahami konsep bilangan bulat sehingga pemahaman siswa meningkat. Kata kunci: akuarium bilbul, pemahaman konsep, bilangan bulat. Abstract: Using Props “Akuarium Bilbul” to Improve Students’ Comprehension on Integers Concept. This research aims to see the use of Akuarium Bilbul, students’ activity, and students’ comprehension. Akuarium Bilbul used to concretized the integers concept, especially the negative numbers. The method is using PTK with 40 students of 4th grades in SDN Bukanagara Lembang research subject. The product is Akuarium Bilbul dan its procedures. The result showed increase of students’ activity and students’ comprehension in translation, interpretation, and extrapolation on each cycle. In conclusion, using Akuarium Bilbul ease students to understand integers concept so that students comprehension improve. Keywords : akuarium bilbul, comprehension concept, integers concept.
1
Penulis Penanggung Jawab
1
Ine Riani. Penggunaan Alat Peraga Akuarium Bilbul untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Bilangan Bulat PENDAHULUAN Berdasarkan KTSP (Depdiknas, 2006), matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan, diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Untuk mendukung pembentukan sumber daya yang berkualitas melalui pendidikan, dalam pembelajaran di sekolah, pemerintah melalui Depdiknas merekomendasikan matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang wajib diberikan kepada siswa sekolah dasar hingga sekolah menengah ke atas. Mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan SD/MI hanya meliputi tiga aspek, yaitu bilangan, geometri dan pengukuran, serta pengolahan data. Di antara ketiga aspek tersebut, terdapat salah satu pokok bahasan bilangan bulat. Pokok bahasan ini termasuk ke dalam aspek bilangan. Untuk mencapai pemahaman siswa dalam operasi hitung campuran bilangan bulat tidaklah mudah, sampai saat ini masih banyak siswa yang merasa kesulitan dalam memahami operasi hitung campuran bilangan bulat. Beberapa survey lapangan membuktikan bahwa pemahaman siswa mengenai konsep operasi hitung pada bilangan bulat belum optimal. Hal ini pula yang terjadi pada siswa kelas IV SDN Bukanagara Lembang yang peneliti temukan selama kegiatan Pendidikan Latihan Profesi (PLP). Berdasarkan tes yang dilakukan di kelas IV, hasilnya mengindikasikan para siswa tersebut mengalami kesulitan dalam melakukan operasi hitung bilangan bulat.
Berdasarkan hasil tes tersebut, lebih dari 50% siswa masih belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan di sekolah tersebut yaitu 63. Dalam mempelajari materi ini, masih banyak siswa yang mengalami hal-hal berikut: (1) masih kebingungan dalam memahami tanda positif dan negatif pada bilangan bulat; (2) masih keliru dalam membandingkan 2 buah bilangan bulat, khususnya yang bertanda negatif; (3) langsung mengoperasikan bilangan bulat selayaknya bilangan cacah, tanpa memperhatikan tanda positif atau negatif. Hal-hal tersebut menandakan siswa belum memahami bilangan bulat. Beberapa penyebab siswa kesulitan dalam memahami bilangan bulat tersebut antara lain: (1) siswa belum memahami makna dari tanda positif dan negatif pada bilangan bulat; (2) kurangnya media atau alat peraga untuk membantu pemahaman siswa. Setelah dilakukan perbaikan menggunakan alat peraga garis bilangan, siswa masih saja keliru dalam melakukan operasi hitung bilangan bulat. Setelah ditelusuri lebih lanjut, ternyata masalah utama yang dialami siswa adalah bukan pada pengoperasiannya, tetapi siswa memang belum memahami konsep bilangan bulat. Hal ini terlihat pada saat siswa diminta untuk membandingkan dua buah bilangan bulat, masih banyak siswa yang keliru. Sejauh ini, penyebab utamanya diduga karena belum ada alat peraga yang tepat digunakan untuk membantu siswa memahami konsep bilangan bulat, terutama dalam memahami nilai bilangan positif dan negatif. Alat peraga yang biasa digunakan adalah garis bilangan atau kartu bermuatan positif dan negatif. Tentu saja konsep nilai positif dan negatif bilangan bulatnya masih saja abstrak bagi siswa. Siswa hanya menyepakati atau bahkan menerima begitu saja bahwa barisan bilangan di sebelah kiri 0 bernilai negatif dan barisan bilangan di sebelah kanan 0 adalah positif.
2
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 3, Desember 2013 Salah satu alternatif alat peraga yang dapat digunakan dalam pembelajaran bilangan bulat adalah alat peraga dengan media air. Berdasarkan dua penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Setiawati (2013: 126) yang dilakukan di SDN Nagarasari IV Kota Tasikmalaya dan Agusdianita (2013: 177) yang dilakukan di SDN Pancasila Lembang, alat peraga dengan media air terbukti berhasil meningkatkan pemahaman konsep siswa mengenai bilangan bulat. Oleh karena itu, peneliti mencoba menggunakan alat peraga dengan media air yang diduga dapat meningkatkan pemahaman konsep bilangan bulat pada siswa kelas IV SDN Bukanagara. Alat peraga ini dinamai akuarium bilbul. Akuarium bilbul ini adalah alat peraga yang terbuat dari botol bekas kemasan air mineral dan diberi garis indikator berupa garis bilangan yang dibuat secara vertikal untuk membantu pemahaman siswa mengenai konsep bilangan bulat dengan cara memasukan air ke dalamnya sebagaimana sebuah akuarium. Alat peraga ini sangat sederhana dan tidak memerlukan waktu dan biaya berlebih untuk membuatnya karena memanfaatkan barang bekas yang biasanya hanya dibuang begitu saja. Pemberian nama akuarium bilbul ini ditujukan untuk menarik perhatian siswa, di mana kata “bilbul” itu sendiri berasal dari kata “bilangan bulat”. Dalam hal ini, alat peraga akuarium bilbul tidak seperti akuarium pada umumnya, ini hanyalah alat peraga yang diharapkan mampu membantu siswa untuk menemukan konsep yang tepat mengenai nilai bilangan bulat, khususnya bilangan bulat negatif. Ide tentang alat peraga akuarium bilbul ini muncul berdasarkan penelitian Neni Setiawati (Setiawati, 2013:126). Namun, beliau tidak mendeskripsikan dengan jelas bagaimana bentuk atau wujud alat peraga akuarium bilbul tersebut serta bagaimana langkah-langkah penggunaannya. 3
Penggunaan air dalam akuarium bilbul ini berkaitan dengan pendapat Piaget (Santhrock. 2009:50) yang mengemukakan perkembangan kognitif individu meliputi empat tahap yaitu : (1) sensory motor (0-2 tahun); (2) pre-operational (2-7 tahun); (3) concrete operational (7-11 tahun) dan (4) formal operational (11 tahun ke atas). Berdasarkan teori Piaget tersebut, tahap berpikir anak usia sekolah dasar kelas IV tergolong ke dalam tahap concret operational di mana anak belum bisa sepenuhnya memahami hal-hal yang abstrak. Konsep bilangan bulat ini masih sangat abstrak bagi anak usia sekolah dasar, khususnya pada bilangan bulat negatif, dan untuk membantu mengkonkritkannya, digunakanlah air sebagai indikator untuk menunjukkan bahwa nilai bilangan negatif itu lebih kecil daripada bilangan positif. Penggunaan alat peraga akuarium bilbul ini juga didukung oleh teori Bruner (Slameto, 2003:11) yang menjelaskan ada tiga cara penyajian informasi, yaitu (1) tahap enaktif, dalam hal ini siswa secara langsung terlibat dalam memanipulasi media dengan mengisikan air ke dalam akuarium bilbul, (2) tahap ikonik, pada tahap ini kegiatan yang dilakukan siswa berhubungan dengan mental, yang merupakan gambaran objek-objek yang dimanipulasikan, dalam hal ini siswa mentranslasi tinggi permukaan air ke dalam simbol angka pada garis bilangan di luar akuarium dan (3) tahap simbolik, pada tahap ini siswa memanipulasikan simbolsimbol atau lambang-lambang objek tertentu. Siswa telah mampu menggunakan notasi untuk membandingkan dan mengurutkan tanpa ketergantungan dengan objek real. Fungsi alat peraga dengan media air ini sesuai dengan fungsi dari alat peraga menurut R.M. Soelarko (1995: 6) yaitu memvisualisasikan sesuatu yang tidak dapat dilihat atau sukar dilihat, hingga nampak jelas dan dapat menimbulkan
Ine Riani. Penggunaan Alat Peraga Akuarium Bilbul untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Bilangan Bulat pengertian atau meningkatkan persepsi seseorang. Berdasarkan penelitian terdahulu, penggunaan alat peraga dengan media air juga dapat meningkatkan aktivitas siswa. Siswa tidak hanya melakukan aktivitas yang bersifat mental saja. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sardiman (2010:100) bahwa aktivitas belajar siswa haruslah aktivitas belajar yang bersifat fisik dan mental. Artinya, aktivitas belajar tidak hanya duduk, diam dan menerima ilmu begitu saja, tidak pula hanya sibuk bergerak ke sana ke mari, tetapi kedua sifat tersebut harus ada selama proses pembelajaran. Tentu saja porsinya harus disesuaikan dengan kebutuhan kelas. Secara umum yang menjadi tujuan dari penelitian ini yaitu untuk meningkatkan pemahaman konsep bilangan bulat siswa pada pembelajaran matematika di kelas IV SDN Bukanagara Lembang dengan menggunakan alat peraga akuarium bilbul. Adapun secara khusus, penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan alat peraga akuarium bilbul, aktivitas siswa, dan peningkatan pemahaman konsep bilangan bulat siswa kelas IV SDN Bukanagara Lembang pada pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga akuarium bilbul. Adapun pemahaman siswa yang hendak dicapai berupa translasi, interpretasi, dan ekstrapolasi. Menurut Sumarmo (Salimi, 2010:26) translasi atau kemampuan mengubah/menterjemahkan yaitu kemampuan dalam memahami suatu gagasan yang dinyatakan dengan cara lain dari pernyataan asal yang dikenal sebelumnya. Dalam matematika, kemampuan ini berkaitan dengan menterjemahkan kalimat dalam soal menjadi kalimat lain, misalnya mengubah kalimat dalam soal menjadi variabelvariabel yang diketahui. Interpretasi atau kemampuan memberi arti/ menafsirkan, yaitu kemampuan dalam memahami bahan atau ide yang direkam, diubah atau disusun dalam bentuk lain, misalkan bentuk grafik,
tabel, peta konsep atau lainnya. Ekstrapolasi atau kemampuan memperkirakan/ rneramalkan yaitu kemampuan untuk memperkirakan kecenderungan konsekuensi dan implikasi yang sejalan dengan kondisi yang digambarkan. Ekstrapolasi mencakup estimasi dan prediksi yang didasarkan pada sebuah pemikiran, gambaran kondisi dari suatu informasi, juga mencakup pembuatan kesimpulan dengan konsekuensi yang sesuai dengan informasi jenjang kognitif ketiga yaitu penerapan (application) yang menggunakan atau menerapkan suatu bahan yang sudah dipelajari ke dalam situasi baru, yaitu berupa ide, teori atau petunjuk teknis. METODE Metode yang dipakai pada penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan subjek penelitian 40 orang siswa kelas IV SDN Bukanagara Penelitian ini dilakukan di kelas IV SDN Bukanagara yang berlokasi di Jalan Bukanagara Nomor 5 Desa Pagerwangi Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Alur penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah tiga siklus. Setiap siklus terdiri dari satu tindakan yang dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Model PTK dalam penelitian ini menggunakan model Kemmis dan McTaggart yang sedikit dikembangkan berdasarkan pertimbangan rasional, di mana tahap tindakan (acting) dan pengamatan (observing) dilakukan secara bersamaan. Sehingga gambaran alurnya menjadi seperti ini:
4
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 3, Desember 2013
Refleksi Awal Pelaksanaan Tindakan 1.1 Pelaksanaan Tindakan 1.2
Observasi
Rencana Tindakan 1
SIKLUS 1 Refleksi
Tidak berhasil
Berhasil
Pelaksanaan Tindakan 2.1 Pelaksanaan Tindakan 2.2
Observasi
Rencana Tindakan 2
SIKLUS 2 Refleksi
Tidak berhasil
Berhasil
Pelaksanaan Tindakan 3.1 Pelaksanaan Tindakan 3.2
Observasi
Rencana Tindakan 3
SIKLUS 3 Refleksi
Tidak berhasil
Berhasil ? dst.
Gambar 1 Diagram Alur PTK Model Kemmis dan McTaggart yang Dikembangkan Instrumen penelitian yang digunakan terdiri dari instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpulan data. Instrumen pembelajaran terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS). Instrumen pengumpulan data terdiri dari lembar observasi, pedoman wawancara, catatan anekdot, instrumen tes pemahaman, dan dokumentasi.
5
Metode pengolahan data pada penelitian ini dengan cara analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan pada data hasil observasi, wawancara dan catatan anekdot dengan triangulasi. Sudut pandang guru sebagai peneliti melalui catatan anekdot, sudut pandang siswa melalui wawancara dan sudut pandang mitra peneliti melalui lembar observasi guru dan siswa.
Ine Riani. Penggunaan Alat Peraga Akuarium Bilbul untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Bilangan Bulat Selain lembar observasi guru dan terhadap rasa ingin tahu siswa. Peneliti siswa, peneliti juga melakukan observasi bersama observer merumuskan sebua h kerangka kerja untuk menganalisisnya. Kerangka kerja tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Data
Analisis Kuantitas
Utama (Taksonomi Bloom) Setiap Siklus
Substansial Penguatan/Konfirmasi Analisis Kualitas Nonsubstansial
Simpulan dari Semua Siklus Gambar 2 Kerangka Kerja Analisis Data Rasa Ingin Tahu Siswa
Analisis kuantitatif dilakukan pada data hasil tes pemahaman siswa mengenai bilangan bulat dengan menggunakan alat peraga akuarium bilbul yang dilakukan pada setiap akhir siklus. Data dianalisis menggunakan statistik deskriptif berikut: a. Penyekoran hasil tes Penyekoran hasil tes menggunakan rumus Nilai= X 100. Sementara skala poin pada tes setiap siklus berbeda-beda karena tingkat kesukaran materi dan jumlah butir soal pada setiap tes siklus berbeda-beda. Siklus 1 - Untuk soal nomor 1 sampai 4, setiap jawaban benar mendapat skor 10 - Untuk soal nomor 5 dan 6, setiap jawaban benar mendapat skor 20 - Untuk soal nomor 7 sampai 10, setiap jawaban benar mendapat skor 30 Jumlah skor maksimal = 200 dan Skor maksimal = 100 Siklus 2 - Setiap jawaban benar mendapat skor 10 Jumlah skor maksimal = 200 dan Skor maksimal = 100 Siklus 3 - Setiap jawaban benar mendapat skor 10 Jumlah skor maksimal = 100 dan Skor maksimal = 100 b. Menghitung nilai rata-rata kelas dengan rumus: X = Ket:
𝑥 = nilai rata − rata Σ𝑋 = jumlah semua nilai siswa 6
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 3, Desember 2013 Σ𝑁 = jumlah siswa (Purwanto dalam Nurlela, 2011:41) c. Menghitung daya serap = x 100% d. Menghitung persentase ketuntasan belajar dengan rumus: TB =
x 100%
Ket:
TB = Ketuntasan Belajar ΣS ≥ 63 = Jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ 63 n = banyak siswa (Nurlela, 2011:41) e. Menghitung peningkatan kemampuan siswa setiap siklus, dengan mengadaptasi rumus menurut Hake (dalam Nurlela, 2011:43)
= Tabel 1. Kategori Perolehan Skor Gain Ternormalisasi Skor Gain Ternormalisasi Interpretasi () > 0,7
Tinggi
0,3 ≤ () ≤ 0,7
Sedang
() < 0,3
Rendah
HASIL DAN PEMBAHASAN Akuarium bilbul terbuat dari botol bekas kemasan air mineral isi 600 ml, lalu diberi garis bilangan vertikal yang terbuat dari kertas HVS pada bagian luar botol. Garis bilangan ini berfungsi sebagai indikator air dalam akuarium bilbul. Dari siklus pertama sampai ketiga, tidak ada perkembangan yang berhubungan dengan fisik alat peraga akuarium bilbul. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Setiawati (2013) dan Agusdianita (2013) yang sama-sama menggunakan bahan ajar air, penelitian ini menemukan bahwa penggunaan akuarium bilbul dapat membantu siswa dalam memahami konsep bilangan bulat. Berkaitan dengan fungsinya, penggunaan akuarium bilbul ini juga sesuai dengan teori Piaget (Dahar, 1989:154) yang menyatakan tahap berpikir anak usia 7-11 tahun tergolong ke dalam tahap concret operational di mana anak belum bisa sepenuhnya memahami hal-hal yang abstrak. Akuarium bilbul ini berhasil mengkonkritkan konsep bilangan bulat, khususnya bilangan bulat negatif, yang masih sangat abstrak bagi anak usia tersebut. 7
Sebenarnya ada satu komponen yang tidak ada dan mungkin perlu ada dalam akuarium bilbul ini, yaitu “ikan”. Keberadaan “ikan” pada akuarium bilbul ini tidak hanya sebagai penyempurna sebuah akuarium, tetapi mungkin lebih dapat menarik perhatian siswa dan lebih memperjelas indikator permukaan air dalam akuarium bilbul. Namun, “ikan” yang dimaksud bukanlah sejenis makhluk yang bisa hidup di air, tetapi sesuatu yang dibuat menyerupai makhluk air tersebut. Tidak adanya “ikan” dalam penelitian ini bukan tanpa sebab. Sampai penelitian ini berakhir, peneliti belum menemukan bahan yang tepat untuk membuat “ikan” yang posisinya bisa dimanipulasi. Selama penelitian ini memang tidak ada siswa yang protes mengenai keberadaan “ikan” tersebut, tetapi pada pembelajaran selanjutnya “ikan” tersebut diharapkan ada. Meski demikian, tidak adanya “ikan” dalam akuarium bilbul ini tidak mempengaruhi fungsi pokok akuarium sebagai alat peraga yang dikemukakan oleh Sudjana (2000:99), yaitu
Ine Riani. Penggunaan Alat Peraga Akuarium Bilbul untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Bilangan Bulat “...Penggunaan alat peraga dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar. Dengan perkataan lain penggunaan alat peraga, hasil belajar yang dicapai akan tahan lama sehingga pelajaran mempunyai nilai tinggi...”. 1) Hal ini dibuktikan dengan hasil tes2) pemahaman siswa yang mencapai standar nilai yang diharapkan, yaitu 63, dengan ketuntasan belajar mencapai 100%. 3)
diadopsi/siklus 1 sampai siklus 3, di mana pada siklus 3 pembelajaran sudah tidak bergantung pada akuarium bilbul. Secara umum, langkah pembelajaran menggunakan akuarium bilbul yang dihasilkan adalah: Orientasi Menggali ide-ide siswa tentang bilangan bulat menggunakan alat peraga akuarium bilbul (eksplorasi). Membimbing siswa untuk mendiskusikan ide-ide tentang bilangan bulat Tidak seperti penelitian sebelumnya, menggunakan alat peraga akuarium bilbul penelitian ini menghasilkan langkah(diskusi). langkah yang jelas mengenai pembelajaran 4) Mengklarifikasi ide-ide siswa tentang menggunakan akuarium bilbul. Langkahbilangan bulat (klarifikasi). langkah tersebut diadopsi secara tersirat 5) Mengajak siswa bernegosiasi dalam rangka dari penelitian Setiawati (2013) dengan menyimpulkan (penyimpulan). sedikit perkembangan dari awal
8
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 3, Desember 2013 Perkembangan Lintasan Belajar Siswa (Learning Trajectory) Berdasarkan hasil observasi dan refleksi pembelajaran siklus 1, lintasan belajar (learning trajectory) siswa untuk mencapai target berupa kemampuan pemahaman translasi dapat digambarkan sebagai berikut: - Siswa menghubungkan situasi konkrit antara akuarium dengan bilangan bulat - Siswa menjelaskan bilangan negatif ada di bawah nol - Siswa mendeskripsikan bahwa nol merupakan batas antara bilangan positif dan negatif - Siswa mendeskrpsikan arti dari tanda anak panah pada kedua ujung garis indikator -Siswa mengerjakan contoh soal untuk mengalihbentukkan bilangan bulat
-Siswa menyajikan hasil diskusi kelompok tentang mengalihbentukkan bilangan bulat. - Siswa mengetahui dan meyakini kebenaran ide-ide tentang bilangan bulat - Siswa mengerjakan/menyajikan contoh-contoh soal lain yang berbeda.
- Siswa mengalihbentukkan bilangan bulat dari dalam kalimat/cerita ke dalam simbol melalui alat peraga dan LKS untuk mencapai ICK 1, 2, 3*. - Siswa mengalihbentukkan bilangan bulat dari dalam simbol ke dalam kalimat/cerita melalui alat peraga dan LKS untuk mencapai ICK 4, 5, 6*. - Siswa dapat menyadari pembelajaran yang ia lakukan melalui pemberian alasan untuk setiap langkah kegiatan dalam LKS.
START
-Siswa mengetahui arah/tujuan belajar, untuk dapat menyimpulkan definisi bilangan bulat, mengalihbentukkan bilangan bulat ke dalam simbol dan kalimat/cerita. - Siswa dipertunjukkan gambar akuarium dan alat peraga akuarium bilbul
T A R G E T - Siswa merefleksikan langkah-langkah kegiatan yang baru saja dilakukan. - Siswa menyimpulkan definisi bilangan bulat dan alasan dalam mengalihbentukkan bilangan bulat untuk mencapai ICK 7*. - Siswa mengerjakan tes pemahaman konsep translasi.
Gambar 3. Learning Trajectory Siklus 1
9
Ine Riani. Penggunaan Alat Peraga Akuarium Bilbul untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Bilangan Bulat Berdasarkan hasil observasi dan refleksi pembelajaran siklus 2, lintasan belajar (learning trajectory) siswa untuk mencapai target berupa kemampuan pemahaman interpretasi dapat digambarkan sebagai berikut:
- Siswa mengingat ulang konsep bilangan bulat. - Siswa dipastikan sudah bisa menggunakan tanda lebih besar dari (>) dan lebih kecil dari (<) - Siswa mengemukakan cara membandingkan bilangan bulat menggunakan akuarium bilbul. -Siswa mengerjakan contoh soal perbandingan bilangan bulat.
START
-Siswa menyajikan hasil diskusi kelompok tentang perbandingan bilangan bulat. - Siswa mengetahui dan meyakini kebenaran ide-ide tentang perbandinganbilangan bulat. - Siswa mengerjakan/menyajikan contoh-contoh perbandingan bilangan bulat yang berbeda.
- Siswa membandingkan bilangan bulat melalui akuarium bilbul dan LKS untuk mencapai ICK 1, 2, 3, 4, 5*. - Siswa membuat kesimpulan sementara untuk mencapai ICK 6* melalui LKS. - Siswa dapat menyadari pembelajaran yang ia lakukan melalui pemberian alasan untuk setiap langkah kegiatan dalam LKS.
-Siswa mengetahui arah/tujuan belajar, untuk dapat mnginterpretasi nilai sesuatu bilangan bulat melalui perbandingan dan menyimpulkan bahwa semakin jauh dari 0, nilai bilangan bulat negatif semakin kecil dan semakin jauh dari 0, nilai bilangan bulat positif semakin besar. - Siswa diberi contoh perbandingan bilangan bulat.
T A R G E T - Siswa merefleksikan langkah-langkah kegiatan yang baru saja dilakukan. - Siswa menyimpulkan nilai bilangan bulat untuk mencapai ICK 6*. - Siswa mengerjakan tes pemahaman konsep interpretasi.
Gambar 4. Learning Trajectory Siklus 2
10
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 3, Desember 2013
Berdasarkan hasil observasi dan refleksi pembelajaran siklus 3, lintasan belajar (learning trajectory) siswa untuk mencapai target berupa kemampuan pemahaman ekstrapolasi dapat digambarkan sebagai berikut:
- Siswa mengingat ulang konsep nilai bilangan bulat melalui perbandingan. - Siswa mengerjakan contoh soal mengurutkan bilangan bulat tanpa akuarium bilbul.
START
-Siswa menyajikan hasil diskusi kelompok tentang urutan bilangan bulat. - Siswa mengetahui dan meyakini kebenaran ide-ide tentang urutan bilangan bulat. - Siswa mengerjakan/menyajikan contoh-contoh urutan bilangan bulat yang berbeda tanpa akuarium bilbul.
- Siswa mengurutkan bilangan bulat melalui LKS untuk mencapai ICK 1, 2, 3, 4, 5, 6* tanpa akuarium bilbul. - Siswa dapat menyadari pembelajaran yang ia lakukan melalui pemberian alasan untuk setiap langkah kegiatan dalam LKS.
-Siswa mengetahui arah/tujuan belajar, untuk dapat mengurutkan bilangan-bilangan bulat yang disajikan secara acak. - Siswa diberi contoh urutan dua bilangan berdasarkan jaraknya terhadap nol. - Siswa diberi contoh urutan bilangan positif berdasarkan nilainya
T A R G E T - Siswa merefleksikan langkah-langkah kegiatan yang baru saja dilakukan. - Siswa menyimpulkan urutan bilangan bulat. - Siswa mengerjakan tes pemahaman konsep ekstrapolasi.
Gambar 5. Learning Trajectory Siklus 3
11
Ine Riani. Penggunaan Alat Peraga Akuarium Bilbul untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Bilangan Bulat
1) 2) 3) 4) 5) 6)
Keberhasilan siswa dalam mencapai target kemampuan pemahaman dapat dijadikan sebagai tolak ukur validasi empirik untuk setiap langkah yang ditempuh siswa pada learning trajectory di atas. Keberhasilan tersebut dilihat dari hasil tes pemahaman siswa yang telah mencapai bahkan melampaui kriteria minimal yang diharapkan. Dengan demikian, lintasan belajar yang dilalui siswa terbukti dapat mengarahkan siswa untuk mencapai target yang diharapkan pada setiap siklusnya. John Dewey (Dimyati dan Mudjiono, 2009:116) menekankan bahwa belajar itu menyangkut apa yang harus siswa kerjakan untuk dirinya sendiri, maka inisiatif yang harus datang dari siswa sendiri, sementara guru hanya membimbing dan mengarahkan. Berdasarkan hasil observasi selama pembelajaran bilangan bulat menggunakan akuarium bilbul, aktivitas siswa mengalami perkembangan mulai dari siklus 1 sampai siklus 3 sebagai berikut: Siswa memperhatikan penyajian orientasi oleh guru dengan baik. Siswa antusias memberikan ide-ide tentang bilangan bulat. Siswa berdiskusi dengan baik dan aktif. Siswa menyampaikan hasil diskusi dengan baik. Siswa berani menanyakan hal-hal yang belum dimengerti. Siswa menyimpulkan materi yang baru saja dipelajari. Perkembangan tersebut tidak hanya terjadi pada aktivitas fisik, tetapi juga psikis. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:114) kegiatan fisik yang dapat diamati diantaranya dalam bentuk kegiatan membaca, mendengarkan, menulis, meragakan, dan mengukur, sedangkan kegiatan psikis seperti mengingat kembali pelajaran sebelumnya, mengunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah, menyimpulkan eksperimen, dan membandingkan konsep dengan konsep lain.
Perkembangan yang tergolong aktivitas visual antara lain memperhatikan penyajian orientasi oleh guru; lalu aktivitas oral di antaranya mengemukakan ide, berdiskusi, menyampaikan hasil diskusi, dan bertanya; aktivitas mendengarkan di antaranya mendengarkan penjelasan guru; aktivitas menulis di antaranya menuliskan hasil diskusi; aktivitas motorik yaitu ketika siswa mengoperasikan alat peraga akuarium bilbul; aktivitas mental di antaranya ketika berdiskusi untuk mengerjakan soal, menanggapi hasil diskusi kelompok lain, dan menyimpulkan pembelajaran; dan aktivitas emosional di antaranya menaruh minat belajar ketika menggunakan akuarium bilbul, senang ketika mengoperasikan akuarium bilbul, dan berani ketika diminta ke depan kelas. Empat orang siswa yang diobservasi mulai dari siklus 1 hingga siklus 3 memperlihatkan sikap rasa ingin tahu dengan indikator selalu bertanya dengan pertanyaan yang relevan dengan materi, mencatat hal-hal yang dianggap penting, dan mencoba mengerjakan soalsoal yang bentuknya berbeda. Data-data yang berkaitan dengan indikator tersebut dianalisis dengan dihubungkan pada Taksonomi Bloom yang direvisi oleh Anderson (Kesuma dan Salimi, 2011: 26). Perkembangan tersebut dilihat dari kuantitas dan kualitas kemunculan indikator-indikator rasa ingin tahu yang ditetapkan. Khusus indikator mencatat halhal yang dianggap penting, secara umum muncul secara stabil, kecuali pada Subjek 22. Berikut ini rincian perkembangannya: Rasa ingin tahu Subjek 31 sudah muncul. Peningkatan terjadi secara fluktuatif pada kualitas bertanya dan mencoba mengerjakan soal-soal yang berbeda, yaitu dari C5.1 (Mengecek) ke C6.2 (Merencanakan/Mendesain), lalu ke C3.1 (Mengeksekusi/Melaksanakan). Rasa ingin tahu Subjek 32 sudah muncul dan meningkat. Peningkatan terjadi pada kualitas bertanya dan
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 3, Desember 2013
mencoba mengerjakan soal-soal yang berbeda dari kategori C2.5 (Menyimpulkan), ke C2.6 (Membandingkan), lalu ke C3.1 (Mengeksekusi/Melaksanakan). Rasa ingin tahu Subjek 16 sudah muncul dan meningkat. Peningkatan terjadi pada kualitas bertanya dan mencoba mengerjakan soal-soal yang berbeda dari kategori C2.2 (Mencontohkan/Mengilustrasikan), ke C2.6 (Membandingkan), lalu ke C3.1 (Mengeksekusi/Melaksanakan). Rasa ingin tahu Subjek 22 baru muncul pada siklus 2. Peningkatan terjadi dari siklus 2 ke siklus 3 pada kualitas bertanya dan mencoba mengerjakan soal-soal yang berbeda dari kategori C1.2 (Mengingatulang/Mencari-temu), ke C3.1 (Mengeksekusi/Melaksanakan). Berdasarkan uraian di atas, secara umum seluruh siswa diduga memiliki rasa ingin tahu yang cukup tinggi. Data-data mengenai aktivitas siswa didukung oleh hasil wawancara untuk mengetahui pendapat siswa terhadap pembelajaran bilangan bulat menggunakan akuarium bilbul. Pendapat siswa secara keseluruhan terhadap pembelajaran bilangan bulat menggunakan akuarium bilbul diduga sebagai berikut:
1) Kesan siswa pada umumnya sama. Mereka senang dengan pembelajaran bilangan bulat menggunakan akuarium bilbul. 2) Akuarium bilbul membantu mereka dalam memahami bilangan bulat. 3) Pada umumnya, kesulitan yang dialami selama pembelajaran hanyalah kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan teknis pembelajaran. Pendapat-pendapat siswa tersebut menunjukkan hal positif pada penggunaan alat peraga akuarium bilbul, terutama dalam meninjau manfaat atau fungsinya. Sebagaimana pendapat R.M. Soelarko (1995: 6) bahwa fungsi dari alat peraga ialah memvisualisasikan sesuatu yang tidak dapat dilihat atau sukar dilihat, hingga nampak jelas dan dapat menimbulkan pengertian atau meningkatkan persepsi seseorang. Dalam hal ini, akuarium bilbul dapat membantu siswa memahami konsep bilangan bulat melalui visualisasi konsep ke dalam media air. Berdasarkan hasil tes dari siklus satu sampai siklus tiga, pemahaman konsep siswa mengalami peningkatan. Berikut ini gambaran peningkatan hasil tes setiap siklus:
Tabel 4. Peningkatan Hasil Tes Pemahaman Konsep Bilangan Bulat
13
No
Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Subjek 1 Subjek 2 Subjek 3 Subjek 4 Subjek 5 Subjek 6 Subjek 7 Subjek 8 Subjek 9 Subjek 10 Subjek 11
Siklus Siklus 1 2 62,5 100 65 100 65 65 65 70 80 85 55 65 95 95 80 100 55 70 55 55 95 100
Siklus 3 100 90 70 80 90 80 100 100 80 70 90
Gain Siklus 1 ke Siklus 2 1 1 0 0,1 0,3 0,2 0 1 0,3 0 1
Gain Siklus 2 ke Siklus 3 0,1 0,3 0,3 0,4 1 0,3 0,3 -
Ine Riani. Penggunaan Alat Peraga Akuarium Bilbul untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Bilangan Bulat
12 Subjek 12 13 Subjek 13 14 Subjek 14 15 Subjek 15 16 Subjek 16 17 Subjek 17 18 Subjek 18 19 Subjek 19 20 Subjek 20 21 Subjek 21 22 Subjek 22 23 Subjek 23 24 Subjek 24 25 Subjek 25 26 Subjek 26 27 Subjek 27 28 Subjek 28 29 Subjek 29 30 Subjek 30 31 Subjek 31 32 Subjek 32 33 Subjek 33 34 Subjek 34 35 Subjek 35 36 Subjek 36 37 Subjek 37 38 Subjek 38 39 Subjek 39 40 Subjek 40 Jumlah Rata-rata Kelas (dalam puluhan) Daya Serap (%) Ketuntasan Belajar (%)
80 65 60 65 75 40 30 85 100 80 25 80 95 75 65 65 90 87,5 65 95 80 65 65 25 90 80 50 75 95 2820
85 70 60 75 75 65 65 100 100 75 65 60 80 95 70 70 65 100 65 100 70 80 80 65 65 95 55 80 65 3100
90 70 70 80 80 70 70 100 100 80 70 70 90 100 70 80 70 100 70 100 100 90 90 70 80 100 70 90 70 3340
70,5
77,5
83,5
70,5
77,5
83,5
75
90
100
0,3 0,1 0 0,3 0 0,4 0,5 1 0,5 0,8 0,1 0,1 1 0 1 0,4 0,4 0,5 0,8 0,1 0,2 0,3
0,3 0 0,3 0,2 0,2 0,1 0,1 0,2 0,1 0,3 0,5 1 0 0,3 0,1 0,1 1 0,5 0,5 0,1 0,4 1 0,3 0,5 0,1 0,3
Selain itu, berdasarkan nilai rata-rata, daya serap, dan ketuntasan belajar dari siklus 1 ke siklus 2 dan siklus 3 mengalami peningkatan yang tergambar dalam diagram berikut:
14
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 3, Desember 2013
Gambar 6. Diagram Perkembangan Hasil Tes Pemahaman Konsep
Adapun peningkatan kemampuan pemahaman konsep yang terjadi adalah translasi, interpretasi, dan ekstrapolasi. Translasi adalah kemampuan menerjemahkan suatu konsep bilangan bulat ke dalam tampilan visual dengan menggunakan alat peraga akuarium bilbul. Interpretasi adalah menjelaskan nilai yang terkandung dalam suatu bilangan bulat setelah membandingkannya dengan bilangan bulat lain. Ekstrapolasi adalah kemampuan memperkirakan urutan sekumpulan bilangan bulat yang disajikan secara acak. Ketiga kemampuan tersebut saling berkaitan satu sama lain. Maksudnya, untuk dapat mencapai kemampuan interpretasi, seseorang perlu mencapai kemampuan translasi terlebih dahulu. Kemampuan translasi bukan semata-mata kemampuan prasyarat untuk mencapai kemampuan berikutnya, tetapi juga mungkin
dilibatkan dalam proses pencapaian kemampuan pemahaman berikutnya, yaitu interpretasi dan ekstrapolasi. Begitu pun dengan kemampuan ekstrapolasi, seseorang dapat mencapai kemampuan ekstrapolasi jika ia telah mencapai kemampuan interpretasi. Dengan kata lain, untuk mencapai kemampuan pemahaman ekstrapolasi, seseorang perlu mencapai kemampuan translasi dan interpretasi terlebih dahulu. Dalam proses pencapaiannya, kemampuan translasi dan interpretasi bisa dilibatkan. Dalam penelitian ini, ada beberapa Indikator Capaian Kompetensi (ICK) yang harus dicapai oleh siswa untuk mencapai ketiga kemampuan pemahaman konsep tersebut. Masing-masing kemampuan pemahaman tersebut dicapai dalam satu siklus. Berikut ini pengkategorian ICK sesuai dengan kemampuan pemahaman yang hendak dicapai:
Tabel 5. Kategori ICK untuk Pemahaman Translasi, Interpretasi, dan Ekstrapolasi
15
Ine Riani. Penggunaan Alat Peraga Akuarium Bilbul untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Bilangan Bulat
N o 1
2
3
4
5
6
7 8 9 10 11 12 13
14
Pemahaman Indikator Capaian Kompetensi (ICK) yang Hendak Dicapai Mengalihbentukkan bilangan bulat Translasi positif dari kalimat/cerita ke dalam simbol matematis. Mengalihbentukkan bilangan nol dari Translasi kalimat/cerita ke dalam simbol matematis. Mengalihbentukkan bilangan bulat Translasi negatif dari kalimat/cerita ke dalam simbol matematis. Mengalihbentukkan bilangan bulat Translasi positif dari simbol matematis ke dalam kalimat/cerita. Mengalihbentukkan bilangan nol dari Translasi simbol matematis ke dalam kalimat/cerita. Mengalihbentukkan bilangan bulat Translasi negatif dari simbol matematis ke dalam kalimat/cerita. Mendefinisikan bilangan bulat. Translasi Membandingkan bilangan bulat positif Interpretasi dengan bilangan bulat postif. Membandingkan bilangan bulat positif Interpretasi dengan nol. Membandingkan bilangan bulat negatif Interpretasi dengan nol. Membandingkan bilangan bulat positif Interpretasi dengan bilangan bulat negatif. Membandingkan bilangan bulat negatif Interpretasi dengan bilangan bulat negatif. Menyimpulkan bahwa: Ekstrapolasi - Semakin jauh dari 0, nilai bilangan bulat negatif semakin kecil. - Semakin jauh dari 0, nilai bilangan bulat positif semakin besar Mengurutkan bilangan-bilangan bulat Ekstrapolasi positif dari yang bernilai terkecil sampai terbesar.
Pemahaman yang Terlibat Translasi
Translasi
Translasi
Translasi
Translasi
Translasi Translasi Translasi dan interpretasi Translasi dan interpretasi Translasi dan interpretasi Translasi dan interpretasi Translasi dan interpretasi Translasi, interpretasi dan ekstrapolasi Translasi, interpretasi dan ekstrapolasi
16
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 3, Desember 2013
15
Mengurutkan bilangan-bilangan bulat Ekstrapolasi positif dari yang bernilai terbesar sampai terkecil. Mengurutkan bilangan-bilangan bulat Ekstrapolasi negatif dari yang bernilai terkecil sampai terbesar.
Translasi, interpretasi dan ekstrapolasi Translasi, interpretasi dan ekstrapolasi
Mengurutkan bilangan-bilangan bulat Ekstrapolasi negatif dari yang bernilai terbesar sampai terkecil. 18 Mengurutkan bilangan bulat positif dan Ekstrapolasi negatif dari yang bernilai terkecil sampai terbesar. 19 Mengurutkan bilangan bulat positif dan Ekstrapolasi negatif dari yang bernilai terbesar sampai terkecil
Translasi, interpretasi dan ekstrapolasi Translasi, interpretasi dan ekstrapolasi Translasi, interpretasi dan ekstrapolasi
16
17
Berdasarkan tabel 5, untuk mencapai kemampuan translasi bilangan bulat, setidaknya ada tujuh ICK yang harus dicapai terlebih dahulu oleh siswa. Pencapaian kemampuan translasi ini dilakukan di siklus 1. Untuk mengevaluasinya, siswa diberi tes pemahaman yang sesuai dengan indikator. Berikut ini contoh soal dan jawaban untuk mencapai kemampuan translasi: ICK: Mengalihbentukkan bilangan bulat negatif dari kalimat/cerita ke dalam simbol matematis. Soal: Jika lantai 5 di sebuah gedung bertingkat adalah nol. Sebuah lift turun dari lantai teratas dan berhenti di lantai kedua setelah lantai 5. Lantai tempat lift tersebut berhenti dapat dinyatakan dengan angka........ Jawaban siswa: (-2) Selanjutnya, untuk mencapai kemampuan interpretasi bilangan
17
bulat, setidaknya ada enam ICK yang harus dicapai terlebih dahulu oleh siswa. Pencapaian kemampuan interpretasi ini dilakukan di siklus 2. Untuk mencapai kemampuan interpretasi ini, siswa dapat melibatkan/menggunakan kemampuan translasi. Dalam hal ini, siswa menginterpretasi nilai suatu bilangan bulat dengan cara membandingkan bilangan tersebut dengan bilangan lain menggunakan akuarium bilbul. Ketika memvisualisasikan simbol ke ke dalam akuarium bilbul inilah kemampuan translasi dilibatkan/digunakan. Untuk mengevaluasi ketercapaian ICK-ICK kemampuan interpretasi, siswa diberi tes pemahaman yang sesuai dengan indikator. Berikut ini contoh soal dan jawaban untuk mencapai kemampuan interpretasi: ICK: Membandingkan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif. Soal: Isilah titik-titik di bawah ini dengan tanda lebih besar dari (>) atau tanda
Ine Riani. Penggunaan Alat Peraga Akuarium Bilbul untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Bilangan Bulat
lebih kecil dari (<)! 3.505 ..... (3.550) Jawaban siswa: (>) Terakhir, untuk mencapai kemampuan ekstrapolasi bilangan bulat, setidaknya ada enam ICK yang harus dicapai terlebih dahulu oleh siswa. Pencapaian kemampuan ekstrapolasi ini dilakukan di siklus 3. Untuk mencapai kemampuan interpretasi ini, siswa dapat melibatkan/menggunakan kemampuan translasi dan interpretasi. Dalam hal ini, siswa mengekstrapolasi urutan sekumpulan bilangan bulat yang disajikan secara acak berdasarkan nilainya. Ketika siswa hendak mengurutkan sekumpulan bilangan bulat berdasarkan nilainya, siswa terlebih dahulu menginterpretasi nilai dari setiap bilangan tersebut dengan cara membandingkan bilangan satu dengan yang lainnya. Di sinilah kemampuan interpretasi dilibatkan/digunakan. Pada tahap ini, memang siswa tidak terlalu bergantung/melibatkan kemampuan translasi. Siswa tidak lagi menggunakan akuarium bilbul karena diharapkan mampu memperkirakan konsekuensi dari nilai yang terkandung dalam suatu bilangan bulat. Sama halnya dalam mengevaluasi ketercapaian ICK-ICK kemampuan translasi dan interpretasi, siswa diberi tes pemahaman yang sesuai dengan indikator. Berikut ini contoh soal dan jawaban untuk mencapai kemampuan ekstrapolasi: ICK: Mengurutkan bilangan bulat positif dan negatif dari yang bernilai terbesar sampai terkecil. Soal: Urutkanlah bilangan-bilangan berikut ini dari yang bernilai terbesar
sampai terkecil! 18, 265, -167, 157, -98, 510, -69 Jawaban siswa: 510, 265 157, 18, 69, -98, -167 KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai penggunaan akuarium bilbul untuk meningkatkan pemahaman konsep bilangan bulat pada mata pelajaran matematika kelas IV di SD Negeri Bukanagara Lembang dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat peraga akuarium bilbul meliputi lima langkah, yaitu orientasi, eksplorasi, diskusi, klarifikasi, dan penyimpulan. Orientasi merupakan langkah awal untuk memberikan gambaran kepada siswa mengenai target yang hendak dicapai, eksplorasi untuk menggali dan mengumpulkan ide-ide siswa tentang bilangan bulat, diskusi merupakan langkah inti karena pada langkah ini siswa menggunakan akuarium bilbul untuk memahami konsep bilangan bulat, klarifikasi untuk mengecek dan meluruskan ideide yang dimunculkan siswa, dan penyimpulan merupakan langkah terakhir yang kemudian menghantarkan siswa pada target yang diharapkan. Pada setiap siklusnya, kelima langkah tersebut digambarkan dalam sebuah learning trajectory (lintasan belajar) agar kegiatan siswa pada setiap langkah kegiatan tergambar jelas dan terarah pada target. Penggunaan alat peraga akuarium bilbul dapat meningkatkan aktivitas siswa. Hal ini terlihat dari antusiasme siswa dalam mengemukakan ide-ide, terlibat dalam diskusi secara aktif, bertanya dengan pertanyaan substantif, mencatat hal-hal
18
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 3, Desember 2013
penting, serta mencoba hal-hal baru yang relevan dengan materi. Penggunaan alat peraga akuarium bilbul dapat meningkatkan pemahaman konsep bilangan bulat. Hal ini terlihat dari peningkatan ratarata kelas hasil tes pemahaman konsep mulai dari siklus 1 sampai siklus 3, yaitu pada siklus 1 adalah 70,5, pada siklus 2 adalah 77,5, dan pada siklus 3 adalah 83,5. Adapun peningkatan pemahaman yang terjadi adalah pemahaman translasi yaitu kemampuan dalam mengubah simbol tertentu menjadi simbol lain tanpa perubahan makna, pemahaman interpretasi yaitu kemampuan menjelaskan makna yang terdapat dalam simbol, dan pemahaman ekstrapolasi yaitu kemampuan dalam memperkirakan kecenderungan konsekuensi dan implikasi dari sebuah informasi. DAFTAR PUSTAKA Agusdianita, Neza, Sukawati, dan Ucu Setiasih. 2013. “Pengembangan Media Ajar Air (Water Medium) untuk Mengenalkan Konsep Bilangan Bulat Negatif”, dalam Sekolah Ramah Anak (Bunga Rampai Pendidikan Sekolah dan Pembelajaran Ramah Anak) (eds: Y. Suyitno dan Moh Salimi). Bandung: Rizqi Press. Arikunto, S., Suhardjono, dan Supardi. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Dahar, Ratna Wilis. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
19
Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Depdiknas. Dimyati dan Mudjiono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Kesuma, Dharma, dan Moh Salimi. (2011). Perencanaan Pembelajaran (Bahan Ajar Mata Kuliah Perencanaan Pembelajaran Sekolah Dasar). Bandung: tidak diterbitkan. Nurlela, Yulia. (2011). Penggunaan Alat Peraga Kancing Berwarna untuk Meningkatkan Pemahaman Matematika Siswa tentang Bilangan Bulat (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VI SDN Cisitu I Kecamatan Coblong Kota Bandung tahun ajaran 2010/2011). Skripsi pada Program Studi PGSD Bumi Siliwangi FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan. Salimi, Moch. (2010). Model Enactive, Iconic, Symbolic untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Perkalian Bilangan Cacah Siswa Sekolah Dasar. Skripsi pada Program Studi PGSD Bumi Siliwangi FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan. Santhrock, John W. (2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Salemba Humanika.
Ine Riani. Penggunaan Alat Peraga Akuarium Bilbul untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Bilangan Bulat
Sardiman, A.M. (2010). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers. Setiawati, Neni. (2013). “Menggunakan Aquarium Bilangan Bulat untuk Belajar Memahami dan Membandingkan Bilangan Bulat”, dalam Komunitas Belajar sebagai Sarana Pengembangan Profesi Guru (eds: Moh. Salimi dan Purnomo Saputro). Bandung: Rizqi Press. Slameto. (2003). Belajar dan Faktorfaktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Soelarko, R.M. (1995). Audio Visual Media Komunikasi Ilmiah Pendidikan Penerangan. Binacipta. Sudjana, Nana. (2000). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
20