BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Penelitian
Tampilan dasar situs jejaring sosial ini menampilkan halaman profil pengguna, yang di dalamnya terdiri dari identitas diri dan foto pengguna. Keberadaan situs jejaring sosial ini memudahkan kita untuk berinteraksi dengan mudah dengan orang-orang dari seluruh belahan dunia dengan biaya yang lebih murah dibandingkan menggunakan telepon. Selain itu, dengan adanya situs jejaring sosial, penyebaran informasi dapat berlangsung secara cepat. Kemunculan situs jejaring sosial ini menyebabkan interaksi interpersonal secara tatap muka (face-to-face) cenderung menurun. Orang lebih memilih untuk menggunakan situs jejaring sosial karena lebih praktis. Di lain pihak, kemunculan situs jejaring sosial ini membuat anak muda tidak dapat tidak mengakses internet. Dalam kadar yang berlebihan, situs jejaring sosial ini secara tidak langsung membawa dampak negatif, seperti kecanduan (addiksi) yang berlebihan dan terganggunya privasi seseorang. Kemunculan situs jejaring sosial ini diawali dari adanya inisiatif untuk menghubungkan orang-orang dari seluruh belahan dunia. Situs jejaring sosial pertama, yaitu Sixdegrees.com mulai muncul pada tahun 1997. Situs ini memiliki aplikasi untuk membuat profil, menambah teman, dan mengirim pesan. Tahun 1999 dan 2000, muncul situs sosial Lunarstorm, Live Journal, Cyword yang berfungsi memperluas informasi secara searah. Tahun 2001, muncul Ryze.com
1
yang berperan untuk memperbesar jejaring bisnis. Tahun 2002, muncul Friendster sebagai situs anak muda pertama yang semula disediakan untuk tempat pencarian jodoh. Dalam keanjutannya, Friendster ini lebih diminati anak muda untuk saling berkenalan dengan pengguna lain. Tahun 2003, muncul situs sosial interaktif lain menyusul kemunculan Friendster, Flick R, You Tube, Myspace. Hingga akhir tahun 2005, Friendster dan Myspace merupakan situs jejaring sosial yang paling diminati. Twitter, saat pertukaran informasi semakin meluas, siapa yang tidak mengenal jejaring sosial bernama Twitter. Twitter adalah sebuah situs web yang dimiliki dan dioperasikan oleh Twitter Inc., yang menawarkan jaringan sosial berupa mikroblog sehingga memungkinkan penggunanya untuk mengirim dan membaca pesan yang disebut tweets. Tweets adalah teks tulisan hingga 140 karakter yang ditampilkan pada halaman profil pengguna. Tweets bisa dilihat secara luar, namun pengirim dapat membatasi pengiriman pesan ke daftar temanteman mereka saja. Pengguna dapat melihat tweets penulis lain yang dikenal dengan sebutan pengikut. Dalam Twitter, banyak simbol dan istilah yang dapat digunakan untuk memperkuat postingan mereka. Pengguna dapat menulis pesan berdasarkan topik dengan menggunakan hashtags (#). Sedangkan untuk menyebutkan atau membalas pesan dari pengguna lain bisa menggunakan tanda @ atau biasa disebut mentions. Mulai dari fitur sederhana sampai yang kompleks, Twitter memungkinkan kita berkomunikasi dengan teman, keluarga, dan orang-orang yang kita inginkan.
2
Salah satu fitur yang rumit dari Twitter adalah hashtag (#) yang merupakan topik yang diawali dengan simbol hash (#). Definisi: Simbol #, atau disebut hashtag, digunakan untuk menandai kata kunci atau topik dalam Tweet. Diciptakan secara organik oleh pengguna Twitter sebagai cara untuk mengkategorikan pesan. Sebuah data menunjukkan, Indonesia berada di posisi ke enam sebagai negara dengan pengguna Twitter terbanyak, meski Amerika masih menjadi negara nomor satu untuk urusan Twitter. Amerika memang masih mendominasi penggunaan Twitter dengan jumlah lebih dari 50 persen dari total pengguna Twitter secara keseluruhan. Namun begitu, angka ini mulai menurun karena sebelumnya, pada data pertengahan bulan lalu, pengguna Twitter di Amerika masih sekira 62 persen, saat ini hanya 50,88 persen.
Gambar 1.1 Daftar 10 negara pengguna Twitter terbesar versi Sysomos (foto: Mashable)
Hashtag (#) merupakan fitur favorit untuk konferensi dan event organizer, tetapi juga merupakan cara pengguna Twitter untuk mengatur diri mereka sendiri: jika semua orang setuju untuk menambahkan suatu hashtag tertentu untuk tweet mengenai suatu topik, akan menjadi lebih mudah untuk menemukan topik yang 3
dicari, dan banyak lagi kemungkinan topik akan muncul pada Trending Topic di Twitter. Misalnya saat Indonesia ramai membicarakan laga AFF dengan menyangkutpautkan Nurdin Halid sebagai ketua PSSI yang dianggap tidak becus mengurusi dan masyarakat sudah gerah dengan aksi itu, maka dalam memposting dalam twitter, tweeple menggunakan hashtag (#) dan menambahkan kata-kata Nurdin Halid Turun tanpa spasi seperti berikut, “Indonesia sudah bobrok, tidak perlu ada orang yang menambah keruh. #NurdinHalidTurun“. Saat tweeple bereaksi dan ikut memposting dengan penambahan kata-kata di belakang hashtag dengan hal yang serupa maka ada kemungkinan kata-kata muncul di Trending Topic Twitter. Hal lain yang menjadi unik adalah menggunakan hashtag untuk kuis. Misalnya ada salah seorang tweeple yang menambahkan kata-kata Percuma Ganteng,
jadi
misalnya
#PercumaGanteng
kalo
gak
punya
otak,
#PercumaGanteng kalo gak ngehargain perempuan. Itu juga sempat muncul di Trending Topic dalam Twitter. Namun tidak semua hashtag dipergunakan secara sengaja agar muncul di Trending Topic. Ada tweeple yang menggunakan hashtag untuk mengungkapkan sisi emosional dia. Seperti misalnya, “liat sule di tv jadi ketawa sendiri #ngakak”. Otomatis apabila itu tidak menjadi demam di masyarakat kata-kata di belakang hashtag tersebut tidak akan muncul sebagai Trending Topic di Twitter.
4
Penggunaan Twitter sudah menjadi milik seluruh masyarakat yang ingin menggunakan,
termasuk
komunitas-komunitas.
Dalam
suatu
komunitas,
penggunaan hashtag (#) cukup sering digunakan untuk mengkategorikan pesan yang ingin disampaikan kepada anggota komunitasnya atau sasaran yang dituju. Karena apabila pesan yang ingin disampaikan masih bersifat general, maka makna pesan akan sulit tersampaikan. Salah satu komunitas yang memanfaatkan hashtag (#) dalam twitter untuk mengkategorikan pesan adalah komunitas ALIM atau Anti Liberal Movement. Mereka sebagai generasi muda Islam menyatakan berdirinya komunitas ANTI LIBERAL MOVEMENT (ALiM) yaitu komunitas pemuda/i Islam untuk melawan pemikiran & pergerakan Liberal pada seluruh aktivitas pemuda/i Islam secara total di Indonesia & dunia Islam umumnya dengan menyesuaikan kepada kebutuhan realita sekarang serta kedepannya.
Mereka sebagai generasi muda Islam yang tergabung dalam komunitas Anti Liberal Movement (ALiM) menyatakan akan senantiasa menjaga loyalitas kepada Allah, Rasul-Nya, serta umat islam dengan meninggalkan loyalitas kepada pribadi, golongan, organisasi serta kebangsaan.
Mereka sebagai generai muda Islam yang tergabung dalam komunitas Anti Liberal Movement (ALiM) menyatakan bahwa perlawanan terhadap pemikiran dan pergerakan Liberal tidak bisa hanya parsial terhadap satu individu, organisasi atau paham tertentu, melainkan wajib secara total pada berbagai individu, organisasi dan paham yang merupakan wujud dari pemikiran dan pergerakan
5
Liberal diberbagai bidang aktivitas pemuda/i Islam karena Liberal telah merasuk ke segala sisi serta berkerja sama dengan berbagai bentuk pemikiran dan pergerakan sesat yang sama-sama bertujuan untuk menghancurkan Islam dan umat Islam khususnya generasi muda Islam.
Visi ALiM adalah menjadi gerakan kepemudaan Islam paling utama dalam melawan paham dan gerakan Liberal pada kalangan pemuda/i Islam di Indonesia yang selalu berpegang teguh dengan Al Quran dan Sunnah berdasarkan pemahaman salafush shalih dalam setiap geraknya. Misi ALiM dalam melawan pemikiran dan pergerakan Liberal di kalangan pemuda/i Islam adalah: 1. Mengadakan sesering mungkin kegiatan penyadaran untuk kembali kepada Islam melalui berbagai media dengan tanpa melanggar prinsipprinsip Islam itu sendiri. 2. Memberikan penyadaran sesuai dengan metode Islam yaitu dengan memperkuat Aqidah atau Tauhid terlebih dahulu melalui sistem pengkajian secara konstan. 3. Mengikutsertakan pemuda/i Islam yang telah mendapatkan kesadaran akan Islam ke dalam kegiatan yang bertujuan untuk membantu proses penyadaran rekannya sesama pemuda/i terhadap Islam 4. Melakukan workshop, kajian, talkshow dan penyebaran pamflet, brosur maupun buku-buku tentang bahaya Liberal melalui institusi pendidikan jenjang SMA maupun perguruan tinggi serta lsm, yayasan dan ormas yang bergerak dibidang kepemudaan.
6
5. Penyadaran tidak hanya ditujukan kepada pemuda/i Islam melainkan juga kepada orang tua, wali, keluarga serta guru atau pengajar di lingkungan pemuda/i Islam berada.
1.2
Fokus Kajian Penelitian
Dari konteks penelitian di atas, maka yang menjadi fokus penelitian adalah, “Bagaimana Makna Penggunaan Simbol Hashtag (#) di Twitter dalam Komunitas Anti Liberal Movement.”
1.3
Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian yang diusung oleh peneliti adalah, 1.
Bagaimana komunitas Anti Liberal Movement dalam memaknai simbol
(#)? 2.
Bagaimana anggota komunitas Anti Liberal Movement menggunakan
simbol (#) dalam berkomunikasi?
1.4
Tujuan Penelitian
Dari pertanyaan penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah, 1.
Untuk mengetahui komunitas Anti Liberal Movement dalam memaknai
simbol (#).
7
2.
Untuk
mengetahui
anggota
komunitas
Anti
Liberal
Movement
menggunakan simbol (#) dalam berkomunikasi. 1.5
Kegunaan Penelitian
1.5.1
Kegunaan Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumbangan untuk perkembangan ilmu pengetahuan pada Fakultas Ilmu Komunikasi, untuk memperkaya penelitian di bidang ilmu broadcasting, terutama bagi fungsi broadcasting dalam media sosial. 1.5.2
Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan respon kepada pihakpihak yang bersangkutan dengan orang yang memanfatkan simbol hashtag di Twitter untuk melakukan pencarian informasi tentang organisasi yang mempunyai peran dalam dakwah agama Islam terutama menggunakan csimbol hastag yang diinformasikan melalui media social Twitter. 1.6
Kerangka Pemikiran
Penelitian kualitatif tentu tidak terlepas dari paradigma-paradigma yang ada di tengah masyarakat. Paradigma adalah sejumlah proposisi yang menjelaskan bagaimana dunia dikhayati (perceived) yang mengandung pandangan mengenai dunia/worldview, suatu cara untuk memecah-mecah kompleksitas dunia nyata, menjelaskan apa yang penting, apa yang memiliki legitimasi dan apa yang masuk akal.
8
Paradigma yang terkait dalam penelitian interaksi simbolik ini untuk menguak makna ini terletak dalam ranah paradigma konstruktivisme (interpretif) yang bertujuan memahami, mengkonstruksi; memahami dan menggambarkan makna tindakan sosial. Lain dengan teori kritis yang mempunyai pandangan bersifat historis-struktural, konstruktivis mempunyai rekonstruksi pemikiran individual yang menyatu dengan lingkungan sosial. Pada penelitian mengenai makna penggunaan simbol hashtag (#) di Twitter
dalam
komunitas
ALiM
ini
peneliti
menggunakan
paradigma
konstruktivis yang menjadi dasar pemikiran. Berbeda dengan positivis yang berusaha memproduksi hukum sosial yang berlaku abadi, teori konstruktivis lebih membangun pemahaman. George Herbert Mead mengembangkan teori atau konsep yang dikenal sebagai Interaksionisme Simbolik. Berdasar dari beberapa konsep teori dari tokoh – tokoh yang mempengaruhinya beserta pengembangan dari konsep – konsep atau teori – teori tersebut, Mead mengemukakan bahwa dalam teori Interaksionisme Simbolik, ide dasarnya adalah sebuah symbol, karena symbol ini adalah suatu konsep mulia yang membedakan manusia dari binatang. Simbol ini muncul akibat dari kebutuhan setiap individu untuk berinteraksi dengan orang lain. Dalam proses berinteraksi tersebut pasti ada suatu tindakan atau perbuatan yang diawali dengan pemikiran. Dalam tinjauannya di buku Mind, Self and Society, Mead berpendapat bahwa bukan pikiran yang pertama kali muncul, melainkan masyarakatlah yang
9
terlebih dulu muncul dan baru diikuti pemikiran yang muncul pada dalam diri masyarakat tersebut. Dan analisa George Herbert Mead ini mencerminkan fakta bahwa masyarakat atau yang lebih umum disebut kehidupan social menempati prioritas dalam analisanya, dan Mead selalu memberi prioritas pada dunia sosial dalam memahami pengalaman social karena keseluruhan kehidupan sosial mendahului pikiran individu secara logis maupun temporer. Individu yang berpikir dan sadar diri tidak mungkin ada sebelum kelompok sosial. Kelompok sosial hadir lebih dulu dan dia mengarah pada perkembangan kondisi mental sadar diri. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan kita sebagai manusia. Dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dari komunikasi. Komunikasi bukan hanya bagi mereka yang memiliki kesempurnaan fisik (indrawi), tapi bagi mereka yang tidak sempurna pun bisa berkomunikasi. Terlebih lagi didukung oleh perkembangan jaman yang makin canggih maka segala sesuatunya bisa lebih mudah. Namun selain perkembangan yang positif, ada juga negatifnya yaitu, dengan terjadinya kesalahpahaman dalam mengertikan bentuk komunikasi yang disebabkan oleh keberagaman bentuk komunikasi. Komunikasi secara singkat adalah berbicara satu sama lain menggunakan kata-kata, gambar, maupun gerak tubuh. Seiring dengan perkembangan jaman, bentuk komunikasi pun turut berkembang dan masyarakat pun semakin kritis dalam memaknai suatu bentuk komunikasi. Kebebasan dalam memaknai itu menimbulkan arti yang berbeda terhadap pesan yang dimaksud.
10
Menurut teoritisi interaksi simbolik, kehidupan sosial pada dasarnya adalah interaksi manusia dengan menggunakan simbol-simbol. Teori ini tertarik pada cara manusia menggunakan simbol yang menginterpretasikan apa yang dimaskud untuk berkomunikasi dengan sesamanya dan pengaruh yang ditimbulkan penafsiran atas simbol ini terhadap perilaku pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi sosial. Interaksi simbolik didasarkan premis-premis berikut. Pertama, individu merespons suatu situasi simbolik, seperti merespons lingkungan, termasuk objek fisik (benda) dan objek sosial (perilaku manusia berdasarkan makna yang dikandung komponen lingkungan tersebut. Ketika individxu menghadapi situasi, respons mereka tidak bersifat mekanis, tidak pula ditentukan oleh faktor eksternal, melainkan respons individu tergantung pada bagaimana mendefinisikan situasi yang dihadapi dalam interaksi sosial. Pada intinya individu yang dipandang aktif untuk menentukan lingkungan mereka sendiri. Kedua, makna adalah produk interaksi sosial, karena itu makna tidak melekat pada objek melainkan dinegosiasikan melalui penggunaan bahasa. Ketiga, makna yang diinterpretasikan individu dapat berubah dari waktu ke waktu sejalan dengan perubahan situasi yang ditemukan dalam interaksi sosial (Mulyana, 2006:71). Menurut Mead, makna suatu simbol bukan cirri-ciri fisiknya, namun apa yang dapat orang lakuakn terhadap simbol itu. Makna pertama-tama merupakan property perilaku dan kedua merupakan properti objek. Semua objek simbolilk menyarankan suatu rencana tindakan dan alasan untuk berperilaku dengan suatu
11
cara tertentu terhadap suatu objek lain diisyaratkan oleh objek tersebut (Mulyana, 2006:77). Makna yang timbul dikarenakan adanya perbedaan individu dalam mempersepsi simbol disebabkan oleh pandangan subjektif oleh pandangan subjektif terhadap objek yang ada berbeda-beda. Di sini anggota ALiM berusaha untuk menyampaikan sesuatu melalui imbuhan kata-kata di belakang simbol hashtag yang mereka buat, namun tidak semua individu dapat mengerti apa yang dimaksud. Terkadang mereka sekedar membuat hashtag tanpa makna, tapi ada yang bermakna. Bermakna ataupun tidak, tetaplah makna hashtag saat ini mengalami perubahan makna tergantung persepsi masing-masing. Hashtag yang dibuat dalam Twitter, diciptakan untuk memberikan makna saat berinteraksi dengan orang lain yang dituju dan untuk orang lain agar bisa dilihat oleh masyarakat. Makna tersebut dapat tersampaikan apabila ada anggota yang menanggapi dengan ikut menambahkan hashtag yang sama. Cara mereka memandang makna sebuah hashtag ditentukan apa yang ada dalm pikiran mereka dan kita tidak bisa menyamakannya. Namun dalam hal ini, penulis akan membahas mengenai motif yang melatarbelakangi, interaksi yang terjadi, dan penggunaan simbol dalam berinteraksi.
12
Bagan Kerangka Pemikiran Berdasar Pemahaman Interaksionisme Simbolik Menurut George Herbert Mead
MIND
SELF
PROSES SOSIAL
PROSES SADAR SOCIETY
KOMUNITAS
BUDAYA
MAKNA
PENGGUNAAN SIMBOL
Bagan 1.1
Sumber : Hasil Olahan Peneliti
13
1.6.1
Teknik Pengambilan Sampel
Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Dalam penelitian kualitatif, teknik sampling yang sering digunakan adalah purposive sampling, dan snowball sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek atau situasi sosial yang diteliti. Snowball sampling adalah teknik pengambilan sumber data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar. Hal ini dilakukan karena dari jumlah data yang sedikit itu tersebut belum mampu memberikan data yang memuaskan, maka mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data. Dengan demikian jumlah sampel data akan semakin besar, seperti bola salju yang menggelinding, lama-lama menjadi besar.
1.6.2
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. 1
1
Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung : Alfabeta), Hal 62
14
Teknik yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah teknik observasi. Marshall (1955) menyatakan bahwa “through observation, the researcher learn about behavior and the meaning attached to those behavior”2. Teknik observasi yang digunakan adalah observasi partisipatif. Dalam observasi partisipatif, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak. •
Observasi ‘Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.’ Sugiyono (2007:62-63) memberikan penjelasan mengenai pengumpulan data kualitatif. “Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada
2
Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung : Alfabeta), Hal 64
15
observasi berperan serta (participant observation), wawancara mendalam (in depth interview) dan dokumentasi.” Adapun teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut : •
Observasi terus terang atau tersamar Observasi terus terang atau tersamar menurut Sugiyono (2007:66) dalam bukunya Memahami Penelitian Kuantitatif menjelaskan: “Pada
penelitian,
peneliti
dalam
melakukan
pengumpulan
data
menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir mengenai aktivitas peneliti. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan. Kemungkinan jika dilakukan terus terang, maka peneliti tidak akan diijinkan untuk melakukan observasi.” Observasi memungkinkan peneliti untuk melihat sendiri pemahaman yang tidak terucapkan, bagaimana teori digunakan langsung (theory-in-use), dan sudut pandang informan yang tidak didapat dari wawancara. Melalui observasi, peneliti tidak menarik kesimpulan ihwal makna serta sudut pandang tersendiri mengenai peristiwa yang sedang diteliti. •
Wawancara Mendalam Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan tersebut dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang bertugas 16
mengajukan pertanyaan dan yang diwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan pewawancara. Seperti yang dikemukakan oleh Mulyana (2001:180),
“wawancara adalah bentuk
komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu”. Adapun narasumber yang diwawancara dalam penelitian ini adalah Amin Mubarrak (AM), Wina Wellyana (WW), dan Anna Angelia Sushanti (AA) yang merupakan anggota ALiM sejak pertama komunitas ini berdiri. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi yang tidak mungkin diperoleh dari observasi. Melalui wawancara, peneliti bisa mendapatkan informasi yang mendalam (in-depth information) karena peneliti dapat menjelaskan pertanyaan yang mungkin tidak dimengerti informan serta dapat mengajukan pertanyaan susulan. Informan juga cenderung lebih nyaman dan lebih terbuka menjawab pertanyaan yang diajukan peneliti selama wawancara berlangsung. Peneliti membutuhkan informasi dalam melakukan penelitian untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Wawancara yang digunakan adalah wawancara semistruktur. Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-depth interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara ikut mengemukakan pendapat dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara,
17
peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan. •
Analisis Dokumen Dokumen merupakan catatan peristiwa yang telah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dalam hal dokumen Bogdan dalam Sugiyono (2007:83) menyatakan: “In most tradition of qualitative research, the phrase personal document is used broadly to refer to any first person narrative produced by an individual which describes his or her own actions, experience and belief”. Hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan lebih kredibel/dapat dipercaya jika didukung oleh dokumen-dokumen tersebut.” Peneliti hanya menggunakan dokumen resmi pada penelitian ini, baik itu dokumen internal maupun dokumen eksternal. Dokumen resmi digunakan peneliti bersumber dari pihak perusahaan yang memberikan kepada peneliti untuk informasi tambahan dari hasil wawancara yang telah dilakukan.’ Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Guba dan Lincoln (1981:228) dalam Moleong (2006:216) mendefinisikan sebagai berikut, Record adalah setiap pernyataan tertulis yang disusun oleh seorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa atau menyajikan akunting. Dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari record, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyelidik. Dokumen bisa berberntuk tulisan, gambar, dan karya. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam
18
penelitian kualitatif. Dalam hal dokumen, Bogdan dalam Sugiono (2008:82) menyatakan “In most tradition in qualitative research the phrase personal document is used broadly to refer to any firrst person narrative produced by an individual which describe his or her own actions, experience and belief”. Hasil observasi atau wawancara akan lebih kredibel atau dapat dipercaya apabila didukung oleh dokumen baik itu berbentuk tulisan, gambar, maupun sebuah karya. Dokumen dan Record digunakan untuk keperluan penelitian, menurut Guba dan Lincoln (1981:228) dalam Moleong (2006:216), karena alasanalasan yang dapat dipertanggungjawabkan seperti berikut : 1. Dokumen dan Record digunakan karena merupakan sumber yang stabil, kaya, dan mendorong. 2. Berguna sebagai bukti suatu pengujian. 3. Berguna dan sesuai dengan penelitian kualitatif karena sifatnya yang alamiah, sesuai dengan konteks, lahir dan berada dalam konteks. 4. Record relatif murah dan tidak sukar diperoleh, tetapi dokumen harus dicari dan ditemukan. 5. Keduanya tidak reaktif sehingga sukar ditemukan dengan kajian isi. 6. Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk lebih memperluas tubuh pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki.
1.6.3
Konsep Analisis Data Kualitatif
Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis. 19
Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga selanjutnya dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut dapat diterima atau ditolak berdasarkan data terkumpul. Bila berdasarkan data yang dapat dikumpulkan secara berulang-ulang dengan teknik triangulasi (pengumpulan data yang bermacam-macam, ternyata hipotesis diterima maka hipotesis tersebut berkembang menjadi teori. Dalam Sugiyono (2007:87), terdapat cara yang dianjurkan dalam analisis data kualitatif, ialah mengikuti langkah-langkah berikut yang masih bersifat umum, yakni : (1) reduksi data, (2) display data, dan (3) mengambil kesimpulan dan verifikasi.
1.6.4
Kriteria Keabsahan Data
1.6.4.1 Perpanjangan Keikutsertaan Sebagaimana sudah dikemukakan, penelitidalam penelitian kualitatif adalah instrumen itu sendiri. Keukutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan pada latar penelitian. Perpanjangan keikur-sertaan berarti peneliti tinggal di lapangan penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai. Jika hal itu dilakukan maka akan membatasi: 1. Membatasi dari dampak peneliti pada konteks, 2. Membatasi kekeliruan (biases) peneliti,
20
3. Mengkonpensasikan pengaruh dari kejadian-kejadian yang tidak biasa atau pengaruh sesaat. Perpanjangan keikutsertaan peneliti akan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan. Mengapa demikian? Pertama, peneliti dengan perpanjangan keikutsertaannya akan banyak mempelajari ‘kebudayaan’ dapat menguji ketidakbenaran informasi yang diperkenalkan oleh distorsi, baik yang berasal dari diri sendiri maupun dari responden, dan membangun kepercayaan subjek. Dengan demikian, penting sekali arti perpanjangan keikutsertaan peneliti guna berorientasi dengan situasi, juga guna memastikan apakah konteks itu dipahami dan dihayati. Perpanjangan keikutsertaan juga menuntut peneliti agar terjun ke lokasi dan dalam waktu yang cukup panjang guna mendeteksi dan memperhitungkan distorsi yang mungkin mengotori data. Pertama-tama yang terpenting ialah distorsi pribadi. Menjadi ‘asing di tanah asing’ hendaknya mendapat perhatian khusus peneliti jangan sampai over acting. Tampaknya, jika sejak awal peneliti tidak diterima pada latar penelitian, distorsi itu bisa saja hilang. Di pihak lain peneliti sendiri biasanya menghasilkan distorsi karena adanya nilai-nilai bawaan dan bangunan tertentu. Yang jelas, tidak aka nada seorang pun peneliti yang mnemasuki lapangan tanpa bawaan tersebut. Untunglah bahwa ada kemungkinan menyedikan dasar untuk mengujinya. Jika peneliti menghasilkan catatan lapangan dan membuat penafsiran yang selalu dapat diramalkan, atas dasar formulasi sebelumnya, maka berarti peneliti belum tinggal di lapangan dalam waktu yang
21
cukup lama atau terus menerus bertindak tanpa logika ataupun tidak meninggalkan perangkat etnosentrismenya. Distori dapat berasal dari responden yang telah disinggung di atas. Banyak di antaranya terjadi tanpa sengaja. Ketidaksengajaan tersebut mungkin terjadi karena beberapa hal seperti distorsi respospektif dan cara pemilihan; salah mengajukan pertanyaan dan tentunya juga jwaban yang diperolehnya; motivasi setempat, misalnya keinginan untuk menyenangkan peneliti, atau sebaliknya tidak termotivasi untuk memuaskan secara penuh kepedulian peneliti. Distorsi tersebut mungkin tidak disengaja, dan di pihak lain ada pula distorsi yang bersumber dari kesengajaan, misalnya berdusta, menipu, berpurapura dari pihak informan atau responden. Dalam menghadapi hal ini peneliti hendaknya menentukan apakah benar-benar ada distorsi; apakah distorsi itu tidak disengaja atau disengaja; disengaja atau tidak, dari mana atau dari siapa sumbernya; dan bagaimana strategi menghadapinya, semuanya dimungkinkan dapat diatasi dengan adanya perpanjangan keikutsertaan. Di pihak lain, perpanjangan keikutsertaan juga dimaksudkan untuk membangun kepercayaan para subjek terhadap peneliti dan juga kepercayaan diri peneliti sendiri. Jadi, bukan sekedar menerapkan teknik yang menjamin untuk mengatasinya. Selain itu kepercayaan subjek dan kepercayaan diri pada peneliti merupakan proses pengembangan yang berlangsung setiap hari dan merupakan alat untuk mencegah usaha coba-coba dari pihak subjek. Usaha membangun kepercayaan diri dan kepercayaan subjek memerlukan waktu yang cukup lama.
22
Celakanya, dengan peristiwa tertentu yang tidak menyenangkan, kepercayaan itu dapat hancur dalam sekejap mata. Membangunnya kembali akan memakan waktu lama lagi. Hal itu perlu disadari oleh peneliti. 1.6.4.2 Ketekunan Pengamatan Kejaegan Pengamatan berarti mencari secara konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan atau tentatif. Mencari suatu usaha membatasi berbagai pengaruh. Mencari apa yang dapat diperhitungkan dan apa yang tidak dapat. Seperti yang telah diuraikan, maksud perpanjangan keikutsertaan ialah untuk memungkinkan peneliti terbuka untuk pengaruh ganda, yaitu faktor-faktor kontekstual dan pengaruh bersama pada peneliti dan subjek yang akhirnya mempengaruhi fenomena yang diteliti. Berbeda dengan hal ini, ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsure-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Dengan kata lain, jika perpanjangan keikutsertaan menyediakan lingkup, maka ketekunan pengamatan menyediakan kedalaman. Hal itu berarti bahwa peneliti hendaknya mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol. Kemudian ia menelaahnya secara rinci sampai pada suatu titik sehingga pada pemeriksaan tahap awal tampak salah satu atau seluruh faktoryang ditelaah sudah dipahami dengan cara yang biasa. Untuk keperluan itu teknik ini menuntut agar 23
peneliti mampu menguraikan secara rinci proses penemuan secara tentatif dan penelaahan secara rinci tersebut dapat dilakukan. Kekurangtekunan pengamatan terletak pada pengamatan terhadap pokok persoalan yang dilakukan secara terlalu awal. Hal itu mungkin dapat disebabkan oleh tekanan subjek atau sponsor atau barangkali juga karena ketidaktoleransian subjek, atau sebaliknya peneliti juga terlalu cepat mengarahkan fokus penelitiannya walau tampaknya belum patut dilakukan demikian. Persoalan itu bisa terjadi pada situasi ketika subjek berdusta, menipu, atau berpura-pura, sedangkan peneliti sudah sejak awal mengarahkan fokusnya, padahal belum waktunya berbuat demikian. 1.7
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Jakarta dan sekitarnya karena anggota Anti Liberal Movement mayoritas berdomisili di daerah Jakarta.
24