PENINGKATAN KEDALAMAN CLINICAL ATTACHMENT LOSS GINGIVA ANTARA PENGGUNA TUSUK GIGI BERBAHAN BAMBU DENGAN YANG BUKAN PENGGUNA
Made Dwita Sukma Rahayu NPM : 10.8.03.81.41.1.5.031
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR DENPASAR 2014
i
PENINGKATAN KEDALAMAN CLINICAL ATTACHMENT LOSS GINGIVA ANTARA PENGGUNA TUSUK GIGI BERBAHAN BAMBU DENGAN YANG BUKAN PENGGUNA
Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar
Oleh : Made Dwita Sukma Rahayu NPM : 10.8.03.81.41.1.5.031
Menyetujui Dosen Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
I P. Yudhi Astaguna. W., drg., M.Biomed NPK. 826 794 201
ii
Ni. L. P. Sri Maryuni A., M.Biomed NPK. 827 203 220
Tim Penguji
skripsi
Sarjana Kedokteran Gigi Universitas
Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara pembuatan skripsi dengan judul :” PENINGKATAN KEDALAMAN CLINICAL ATTACHMENT LOSS GINGIVA ANTARA PENGGUNA TUSUK GIGI BERBAHAN BAMBU DENGAN YANG BUKAN PENGGUNA ” yang telah dipertanggung jawabkan oleh calaon sarjana yang bersangkuatan pada tanggal 24 Februari 2014. Maka atas nama Tim Penguji skripsi Sarjana Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar dapat mengesahkan. Denpasar, 24 Februari 2014 Tim Penguji Skripsi FKG Universitas Mahasaraswati Denpasar K e t u a,
I Putu Yudhi Astaguna Wibawa., drg., M. Biomed. NPK. 826 794 201
Anggota :
Tanda Tangan
1. Ni Luh P. Sri Maryuni Adnyasari, drg., M.Biomed. NPK. 827 203 220
1......................
2. Hervina, drg. NPK.828 307 369
2......................
Mengesahkan, Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar
P. A. Mahendri Kusumawati, drg., M.Kes NIP . 19590512 198903 2 001
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karuniaNya Penulis
dapat
menyelesaikan
penulisan
skripsi
ini,
yang
berjudul
“PENINGKATAN KEDALAMAN CLINICAL ATTACHMENT LOSS GINGIVA ANTARA PENGGUNA TUSUK GIGI BERBAHAN BAMBU DENGAN YANG BUKAN PENGGUNA” Skripsi ini disususn untuk memenuhi salah satu pesyaratan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi (SKG). Dengan segala keterbatasan yang ada maka Penulis sangat menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak mungkin dapat berjalan lancar tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Yang terhormat I Putu Yudhi Astaguna Wibawa, drg., M.Biomed, selaku pembimbing I atas segenap upaya dan bantuan beliau yang telah membimbing dan mengarahkan Penulis dalam mewujudkan skripsi ini. 2. Yang terhormat Ni Luh Putu Sri Maryuni Adnyasari, drg., M.Biomed selaku pembimbing II atas segala bimbingan dan petunjuk yang diberikan sehingga tersusunnya skripsi ini. 3. Yang terhormat Hervina, drg., selaku dosen penguji yang telah bersedia menguji serta memberikan koreksi serta masukan yang berharga kepada Penulis.
iv
4. Yang terhormat Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar yang telah memberikan kesempatan kepada Penulis membuat skripsi ini pada Bagian Periodonsia. 5. Seluruh staf Dosen pengajar dan karyawan FKG UNMAS Denpasar 6. Secara khusus Penulis menyampaikan terimakasih yang setulustulusnya kepada keluarga tercinta, kepada Ayah Drs. I Ketut Catur Udaya,Ibu Sang Ayu Ketut Sumargi., S.Pd., serta kakak Putu Agus Aditya Pramana., S.T., M.T., atas segala Doa, ,motivasi, dukungan baik moril maupun materil yang diberikan kepada Penulis. 7. Kepada drg. I G. A. A. Pujawati yang telah banyak membantu. 8. Kepada teman-teman angkatan 2010 Cranter, Dani, Tika, Dek Ari,Messy, Opic, Indah,Adinda, Isa, Resti,Ery,Made beserta temanteman lainnya yang memberikan semangat, kepada kakak tingkat kak Gek Ary, Kak Yessy, Kak Ita,Kak Indri yang banyak memberikan saran dan dukungan, dan seluruh responden yang bersedia menjadi sampel. Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki kekurangan dan keterbatasan, karena itu Penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan.Penulis mengharapkan saran maupun kritik yang membangun untuk menyempurnakan penulisan-penulisan lainnya. Akhir kata Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Denpasar, 24 Februari 2014 Penuli
v
PENINGKATAN KEDALAMAN CLINICAL ATTACHMENT LOSS GINGIVA ANTARA PENGGUNA TUSUK GIGI BERBAHAN BAMBU DENGAN YANG BUKAN PENGGUNA
Abstrak Tusuk gigi merupakan alat bantu untuk membersihkan gigi yang terbuat dari potongan bambu yang berbentuk stick-stick kecil yang ramping. Gingivaadalah bagian mukosa rongga mulut yang mengelilingi gigi dan menutupi linggir (ridge alveolar). Gingiva juga merupakan bagian dari aparatus pendukung gigi (periodonsium). Trauma mekanis dapat menjadi faktor penyebab terjadinya resesi gingiva atau hilangnya perlekatan gingiva.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah adapeningkatan kedalaman Clinical Attachment Loss gingiva anatara pengguna tusuk gigi berbahan bambu dengan yang bukan pengguna. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan rancangan CrossSectional dimana sampel dibagi dalam dua kelompok yang menggunakan dan tidak menggunakan tusuk gigi berjumlah 44 sampel, dimana tiap sampel dilakukan pengukuran CAL (Clinical Attachment Loss) pada enam sisi dari masing-masing gigi yang diperiksa dengan melakukan probing, kemudian dianalis menggunakan uji statistik Independent-t Test. Berdasarkan hasil yang dicapai ditemukan adanya perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dengan signifikansi 0,000 (p<0,05). Dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan kedalaman Clinical Attachment Loss (CAL) gingiva antara pengguna tusuk gigi berbahan bambu dengan yang tidak menggunakan tusuk gigi berbahan bambu. Kata kunci : Clinical Attachment Loss (CAL), Tusuk gigi berbahan bambu, gingiva,
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..............................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI DAN PENGESAHAN DEKAN ...
iii
KATA PENGANTAR .....................................................................................
iv
ABSTRAKSI ...................................................................................................
vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................
vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
xi
DAFTAR SINGKATAN.................................................................................
xii
BAB I
PENDAHULUAN ...........................................................................
1
A.LatarBelakang ...............................................................................
1
B.RumusanMasalah ..........................................................................
3
C.TujuanPenelitian ...........................................................................
3
D. Hipotesis .....................................................................................
4
E.ManfaatPenelitian..........................................................................
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................
5
ATusuk gigi ......................................................................................
5
1 Sejarah dan Fungsi Tusuk Gigi......................................................
5
2 Cara Penggunaan Tusuk Gigi ........................................................
6
3Penelitian Terdahulu tentang Tusuk Gigi .................................
7
B Gingiva .......................................................................................
8
1 Definisi ....................................................................................
8
2 Anatomi Gingiva .....................................................................
10
3 Tanda Gingiva Sehat dan yang Mengalami Peradangan ...............
12
C Hilangnya Perlekatan Gingiva .....................................................
13
vii
viii
D Resesi Gingiva.............................................................................
15
1 DefinisiResesi Gingiva..........................................................
15
2 Etiologi .................................................................................
15
E Poket Periodontal .........................................................................
16
1 Definisi ............................................................................
16
2 Etiologi ..................................................................................
16
3Tanda dan Gejala ...................................................................
17
F Macam-macam Index Gingiva .....................................................
17
1 Sulcus Bleeding Index ........................................................
17
2Gingival Index ........................................................................
17
3 Clinical Attachment Loss ................................................
19
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................
21
ARancanganPenelitian ......................................................................
21
BBagan Rancangan Penelitian ..........................................................
21
C Identifikasi Variabel .....................................................................
21
D Definisi Operasional ....................................................................
22
EPopulasi dan Sampel ......................................................................
22
1 Kriteria Inklusi ..............................................................
22
2 Kriteria Eksklusi .........................................................
23
3 Besar Sampel ..............................................................
23
FWaktu dan Tempat Penelitian ........................................................
23
G Instrumen Penelitian .....................................................................
24
H Alat ................................................................................................
26
I Jalannya Penelitian .........................................................................
26
J Analisis Data .................................................................................
27
K Alur Penelitian ............................................................................................
28
BAB IV HASILPENELITIAN .......................................................................
29
A Analisis Deskriptif ........................................................................
29
1Karakteristik Responden ....................................................
29
B Prasyarat Uji Analisis ..................................................................
29
1 Uji Normalitas ........................................................................
29
2 Uji Homogenitas.................................................................
30
C Uji Efek Perlakuan
.................................................................
31
BAB V PEMBAHASAN ................................................................................
32
BAB VIPENUTUP .........................................................................................
35
A Simpulan ......................................................................................
35
B Saran ............................................................................................
35
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel4.1
Distribusi Responden Berdasarkan Rerata Umur..........................
Tabel4.2
Hasil Uji Normalitas Data Kedalaman CAL Kelompok Perlakuan
29
dan Kelompok Kontrol ..................................................................
29
Tabel4.3
Hasil Uji Homogenias ...................................................................
31
Tabel4.4
Hasil UjiBeda ................................................................................
32
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Tusuk Gigi ....................................................................................
6
Gambar2.2 Anatomi Gingiva ...........................................................................
12
Gambar 2.3 Kondisi Gingiva Normal ..............................................................
13
Gambar 2.4 Periodontal Probing .....................................................................
19
Gambar 2.5 Pengukuran Clinical Attachment Loss ....................................... .
20
Gambar 4.1 Diagram Batang Perbedaan Kedalaman CAL ........................... ..
31
xi
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Masih banyak masyarakat yang kurang memahami tentang pentingnya kesehatan gigi dan mulut, serta kurang memahami penyebab terjadinya peradangan dan masalah gusi lainnya. Masyarakat hanya sebatas mempunyai pemahaman bahwa jika orang sudah tua (lansia) maka giginya otomatis akan goyang dantanggal. Masyarakat kurang menyadari bahwa ada beberapa hal yang menyebabkan gigi goyang dan tanggal sebelum waktunya dikarenakan adanya peradangan
pada
jaringan
penyangga
gigi
dan
adabanyakfaktor
yang
menyebabkan terjadinya peradangan pada gusi tersebut (Wiyatini 2009). Zaman dahulu sebelum adanya Dokter gigi, nenek moyang bangsa Spanyol diketahui melakukan perawatan kebersihan gigi dengan bahan-bahan alami yang ada disekitar mereka seperti ranting-ranting pohon dimana terlihat dari fosil-fosil manusia purba yang telah diteliti secara mikroskopis, diduga hal ini menjadi
awal
dikembangkannya
tusuk
gigi
pada
era
modern
seperti
sekarang(Lozano dkk 2013). Penggunaan tusuk gigi yang tidak tepat dapat melukai jaringan lunak sekitar gigi. Hal itu bias menyebabkan keradangan pada jaringan lunak mukosa rongga mulut. Selain itu jarak interdental antar gigi sebelah menyebelah menjadi bertambah karena diameter ukuran tusuk gigi cukup besar (Sarner dkk 2005). Efek yang terasa mungkin gigi menjadi nyaman dan bersih, karena sisa makanan yang sebelumnya ada tampak menghilang terangkat oleh benda ini. Tapi
1
2
dibalik fungsinya yang membersihkan adahal negative lain yang belum banyak diketahui masyarakat. Tusuk gigi yang dipakai dengan cara mencolok/ menusuk dan mengungkit, gerakan menusuk atau mencolok tusuk gigi ini dapat mengganggu jaringan pendukung gigi (Lozano dkk 2013). Menurut Kusumasari (2013), tusuk gigi merupakan alat bantu untuk membersihkan gigi sebelum ditemukannya sikat gigi. Seiring ditemukannya sikat gigi dan benang gigi, penggunaan tusuk gigi lambat laun mulai ditinggalkan, sebab penggunaan tusuk gigi memang kurang tepat bagi gusi. Bentuk tusuk gigi yang tidak sesuai dengan anatomis gusi dan gigi, justru akan menyebabkan luka dan perdarahan bagi gusi. Ditinjau dari kebersihannya, tusuk gigi yang tidak steril juga dapat menimbulkan infeksi pada rongga mulut. Gusi atau gingiva merupakan salah satu komponen jaringan periodontal yang berfungsi melindungi jaringan di bawahnya terhadap pengaruh rongga mulut.Penyakit atau kelainan periodontal yang paling sering terjadi adalah kelainan gingiva karena gingiva merupakan bagian terluar dari jaringan periodontal yang dapat terlihat langsung sehingga mempengaruhi faktor estetik gigi-geligi (Putri, Herijulianti,Nurjannah 2010). Gusi (gingiva) merupakan bagian mukosa rongga mulut yang mengelilingi gigi dan menutup ilinggir (ridge alveolar), yang merupakan bagian dari apparatus pendukung gigi, periodonsium, dan membentuk hubungan dengan gigi. Gingiva dapat beradaptasi terhadap perubahan lingkungan dan rongga mulut yang merupakan bagian pertama dari saluran pencernaan dan daerah awal masuknya makanan dalam system pencernaan. Jaringan rongga mulut terpapar terhadap sejumlah besar stimulus, temperature dan konsistensi makanan dan
3
minuman, komposisi kimiawi, asam dan basasangat bervariasi. Attached gingiva, yaitu bagian dari gingiva yang melekat erat dengan jaringan sementum dan tulang alveolar. (Manson danEley 2004). Kesehatan gigi dan mulut memang erat kaitannya dengan kesehatan gusi, memang biasanya orang kurang memperhatikan kesehatan gusi mereka, padahal kelainan - kelainan yang terjadi pada bagian tubuh secara umum dapat temanifestasi pada jaringan lunak rongga mulut mereka seperti pada gusi, biasanya setelah muncul suatu masalah, baru disadari arti penting menjaga kesehatan gusi mereka (Putri,Herijulianti,dan Nurjannah 2011). Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti pengaruh kebiasaan membersihkan gigi menggunakan tusuk gigi berbahan kayu atau bambu terhadap epithelialattatchment gingiva (perlekatan gingiva).
B. RumusanMasalah Dari uraian yang penulis sampaikan pada latar belakang, penulis menemukan suatu masalah yaitu bagaimanakah pengaruh kebiasaan membersihkan gigi dengan menggunakan tusuk gigi berbahan kayu atau bambu terhadap epithelialattatchment gingiva (perlekatan gingiva) ?
C. TujuanPenelitian Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh kebiasaan membersihkan gigi dengan menggunakan tusuk gigi berbahan kayu atau bambu terhadap epithelialattatchment gingiva (perlekatan gingiva) serta dapat menambah
4
wawasan mengenai keadaan epithelialattatchmentgingiva (perlekatangingiva) masyarakat yang menjadi sampel dalam penelitian ini.
D. Hipotesis Berdasarkan permasalahan di atas maka dapat diajukan suatu hipotesis bahwa penggunaan tusuk gigi berbahan kayu atau bamboo untuk membersihkan sela-sela gigi berpengaruh terhadap epithelialattachment gingiva (perlekatangingiva).
E. ManfaatPenelitian Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai pengaruh penggunaan tusuk gigi berbahan kayu atau bambu terhadap epithelialattatchmentgingiva (perlekatangingiva), serta memberikan gambaran kondisi yang ditimbulkan tusuk gigi pada gusi (gingiva) secara umum.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tusuk Gigi 1 Sejarah dan Fungsi Tusuk Gigi Zaman dahulu sebelum adanya Dokter gigi, nenek moyang bangsa Spanyol diketahui melakukan perawatan kebersihan gigi dengan bahan-bahan alami yang ada disekitar mereka seperti ranting-ranting pohon dimana terlihat dari fosil-fosil manusia purba yang telah diteliti secara mikroskopis, diduga hal ini menjadi awal dikembangkannya tusuk gigi pada era modern seperti sekarang, tusuk gigi telah ada selama ribuan tahun, mungkin sebagai alat tertua untuk membersihkan gigi. Tusuk gigi dikenal di semua budaya. Sebelum sikat gigi diciptakan, orang membersihkan giginya dengan kayu pembersih gigi yang keras maupun lembut. Kini, dengan kemajuan ilmu kedokteran gigi modern, penggunaan tusuk gigi agak ditolak, dan alat-alat bantu lainnya seperti benang gigi dan sikat gigi lebih disukai(Lozano dkk 2013). Benda kecil yang berfungsi untuk membersihkan sela-sela gigi ini memang sudah dikenal dari era prasejarah. Banyak bukti menunjukkan saat itu, manusia menggunakan ranting untuk membersihkan gigi. Pada era perunggu, tusuk gigi dibuat lebih rapi dengan bahan logam, tapiprosesnyamasih manual danbelumdikomersialkan (Rohatgi dkk.2011).
6
7
Tusuk gigi kayu polos adalah salah satu hal-hal sederhana yang telah diproduksi. Tusuk gigi terdiri dari satu bagian, yang terbuat dari bahan tunggal, dan dimaksudkan untuk satu tujuan, membersihkan sisa-sisa makanan di sela-sela gigi (Atmasari 2013).
Gambar 2.1 Tusuk Gigi Sumber : Choi 2013.
2 Cara Pengguanaan Tusuk Gigi
Tusuk gigi yang dijual bebas umumnya memiliki panjang kurang lebih enam cm, bisa digunakan dengan hati-hati untuk melepas sisa-sisa makanan disela-sela gigi. Namun, hal ini masih bukan merupakan cara terbaik sebagai pengganti menyikat gigidan flossing, sayangnya banyak orang seperti menggap tusuk gigi setelah makan sebagai suatu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan. Berikut adalah petunjuk penggunaan tusuk gigi: lembabkan tusuk gigi dengan rolling sekitar pada lidah Anda sebelum digunakan diantara gigi Anda. Gunakan
8
secara perlahan untuk mengorek sisa-sisa makanan disela-sela gigi dengan gerakan mendorong dengan hati-hati (Putri, Herijulianti, dan Nurjannah 2010) . Tusuk gigi harus digunakan dengan sudut yang tepat sesuai dengan kontur yang normal dari papila interdental. Tusuk gigi harus digerakkan ke dalam dan keluar dengan menggosokkan permukaan interproksimal dari gigi, setiap kali dilakukan 8-12 kali gerakan. Dengan cara ini gusi mendapat tekanan dan pemijatan ringan, dan sisi interproksimal gigi menjadi bersih. Sering kali tusuk gigi digunakan secara horizontal sehingga
mengakibatkan atrofi papila dan
membesarkan ruangan interdental sehingga makanan lebih mudah lagi tertimbun di tempat lain(Lang, Schatzle dan Loe 2009). Kesalahan-kesalahan yang umum dilakukan oleh masyarakat dalam menggunakan tusuk gigi adalah : a
Masyarakat menempatkan tusuk gigi tegak lurus pada sumbu panjang gigi
b
Kadang-kadang
masyarakat
mencoba
untuk
menekan
atau
memaksa memasukkan tusuk gigi ke dalam daerah yang tidak ada c.
Masyarakat sering menggunakan tusuk gigi dengan tekanan yang berlebihan (Putri, Herijulianti, dan Nurjannah 2010)
3 Penelitian terdahulu tentang penggunaan tusuk gigi Dalam suatu penelitian yang dilakukan di negara Italia, penggunaan tusuk
gigisecara
berlebihan
mungkinmenjadi
salah
satu
alasanyang
menjelaskanmisteri mengaparahangtertuayang dikenalkerabatmanusia yang telah punahditemukan di luar Afrika bisa bervariasi begitu banyak. Selain itu, bukti
9
menunjukkan nenek moyang manusia mungkin menggunakan tusuk gigi secara berlebihan dalam beberapa kasus sehingga dapat menyebabkan pembengkakan dan infeksi (Choi 2013). Budaya menggunakan tusuk gigi yang terus dilakukan dapat berdampak negatif,karena faktor pencetus perusakan gigi banyak terdapat ditusuk gigi ini seperti menyebabkan
terjadinya perenggangan gigi,
resesi gingiva (kondisi
dimana tepi gingiva menurun kearah akar gigi sehingga menyebabkan permukaan akar gigi menjadi terpapar atau terbuka(Lang, Schatzle dan Loe 2009). Terjadinya resesi gusi dapat menyebabkan gangguan estetik, sehingga dapat menurunkan kualitas hidup atau rasa percaya diri seseorang. Dampak negatif yang ada pada tusuk gigi perlu diketahui semua orang, fatal apabila hingga menyentuh gusi atau bibir gigi yang tertusuk tidak sengaja, karena akan menyebabkan infeksi peradangan yang membengkak dilokasi tersebut (Dag dkk 2010). B. Gingiva 1 Definisi Gingiva Gingiva merupakan bagian dari mukosa yang memiliki hubungan erat dengan elemen - elemen gigi, ruang interdental dan tulang alveolar. Secara topografi, gingiva dibagi dalam tiga kategori klasik yaitu gingiva bebas, gingiva cekat dan gingiva interdental. Gingiva bebas merupakan bagian gingiva paling koronal dan tidak melekat ke permukaan gigi. Gingiva cekat (attached gingiva) merupakan lanjutan gingiva bebas ke arah apikal (Prato 2004).
10
Gingivaadalahbagianmukosaronggamulut yang
mengelilingigigi dan
menutupilinggir (ridge alveolar). Gingiva juga merupakan bagian dari aparatus pendukung gigi (periodonsium), dan dengan membentuk hubungan gigi, gingivaberfungsi melindungi jaringan dibawah perlekatan gigi terhadap pengaruh lingkungan rongga mulut. Keberadaan gingiva tergantung pada gigi-geligi; bila ada gigi-geligi, gingiva juga ada, dan bila gigi dicabut gingiva akan hilang (Eley dan Manson 2004) Gingiva dapat beradaptasi terhadap perubahan lingkungan dan rongga mulut yang merupakan bagian pertama dari saluran pencernaan dan daerah awal masuknya makanan dalam system pencernaan. Jaringan rongga mulut sering terpapar sejumlah besar stimulus, temperature dan konsistensi makanan dan minuman, komposisi kimiawi, asam dan basa yang sangat bervariasi yang dapat memepengaruhi gingiva. Gingiva yang sehat berwarna merah muda, tepinya seperti pisau seseuai dengan kontur gigi geligi (Eley,Soory, dan Manson2010). Ruang interdental adalah ruang yang secara fisik tampak terletak di antara dua gigi yang bersebelahan. Dimana bentuk dan volumenya dipengaruhi oleh morfologi gigi. Ruang interdental terdiri dari empat embrasur piramida yaitu servikal, oklusal, bukal, dan lingual/palatal. Piramida bagian servikal ditempati oleh papila gingiva interdental. Papila interdental dibentuk oleh jaringan ikat padat yang ditutupi oleh jaringan epitel oral. Bentuk papila interdental ditentukan oleh hubungan kontak antar gigi, lebar permukaan gigi aproksimal dan bagian dari cemento-enamel junction (CEJ) (Prato 2004).
11
2 Anatomi Gingiva Gingiva dapat dapat dibedakan kedalam empat bagian anatomi yaitu free gingiva (gingiva bebas), sulkus gingiva, interdental gingiva, dan attached gingiva (gingiva yang melekat) (Nield-Gehrig, dan Willman 2008). Menurut Carranza dkk. (2006), secaraklinisdanmikroskopisgingiva dapatdibagimenjadiunattached gingiva(gingiva bebas),attachedgingiva(perlekatan gingiva),dan interdental papilla(papilla interdental) a. Marginal gingiva / unattached gingival yaitu bagian dari free gingival (bagian dari gingival yang mengelilingi gigi dan tidak melekat pada gigi) yang terletakdi labial / bukal dan lingual / palatinal gigi, lebarnya kurang dari satu milimeter. Free gingiva merupakan jaringan gusi yang memanjang dari tepi gusi sampai ke dasar sulkus gingiva. Diantara marginal gingival dan gigi terdapat ruang sempit di sekeliling gigi yang disebut sulcus gingival. Pada free gingival terdapat papilla gingival. Papilla
gingiva adalah free gingiva yang
terletak di ruangan triangular interdental. b. Attached gingiva, yaitu bagian dari gingiva yang melekaterat dengan jaringan sementum dan tulang alveolar. Gingivaattachment terletak mulai lekukan yang disebut free gingival groove (batasan tara marginal gingiva dangingiva attachment) sampai pada mukosa alveolar. Lebarnya berkisar antara satu sampai sembilan millimeter dan tergantung pada letak gigi individu. Gingival attachment yang melekat pada cement disebut gingival cemental, sedangkan gingival attachment yang melekat pada processusalveolaris disebut gingival alveolar (Nield-Gehrig, dan Willmann 2008).
12
Gingival attachment sangatlah penting karena melindungi tulang dibawahnya (alveolar crest) dari infeksi. Sifatnya sangat protektif terhadap tulang karena sangat tidak terlalu berpembuluh darah dan melindungi dari infeksi pada tulang rahang (Spiller 2000). cInterdental papilla, yaitu bagian dari gingival yang mengisi ruang interdental sampai di bawah titik kontak gigi, terdiri dari unattached dan attached gingival, bila ada diastema, interdental
papilla
melekat erat dengan
processusalveolaris disebut gingival alveolar (Hashanur 1991). Menurut J.D. Manson dan B.M. Eley (2010) dikatakan bahwa regio interdental berperan sangat penting karena merupakan daerah stagnasi bakteri yangpaling resisten dan strukturnya menyebabkan daerah ini sangat peka, didaerah ini biasanya timbul lesi awal gingivitis. Fungsi gingivayaitu untuk menutupi tulang alveolar dan mengelilingi gigi. Selain itu, gingiva adalah komponen yang dapat dilihat secara klinis dari jaringan periodontal. Dalam mulut gingiva sehat akan tampak berwarna merah muda karang (dengan pengecualian pigmentasi yang normal terlihat pada orang berkulit gelap), namun berbeda jika terdapat inflamasi pada gingiva (peradangan akan menunjukkan warna merah yang lebih terang). Gingiva sehat juga akan memiliki perlekatan yang baik, yang kuat kepada struktur pendukung yang mendasarinya (Carranza dkk. 2002).
13
Gambar 2.2 Anatomi gingiva Sumber : Carranza dkk. 2006
3 Tanda Gingiva sehat dan yang mengalami peradangan Padakeadaan yang sehat, gingival biasanya berwarna merah muda, tepinya setajam pisau serta berbentuk scallop; papilanya ramping sering mempunyai groove karena adanya sluice-way dan perlekatan gingivanya berstipling serta tidak berdarah pada saat penyondean. Daerah leher gingiva biasanya dangkal dan epiteljungtion melekat erat pada enamel. Sistem serabut gingiva tersusun secara teratur (Carranza dkk. 2002). Adapun karateristik klinis dari gingivitis (peradangan gingiva) dapat dilihat dari : a. Warna gingiva, terjadi perubahan dari warna pink (merah muda) ke warna merah, merah tua, merah kebiruan pada gingval tepit an meluas sampai gingival cekat. b. Kontur gingiva, terjadi perubahan bentuk gingiva dari bentuk normal seperti kerah baju (lancip) menjadi membulat dan datar.
14
c. Tekstur gingiva, terjadi pengurangan stippling (gambaran seperti kulit jeruk). d. Konsistensi, terjadi perubahan kekenyalan gingiva dari kenyal, lunak (odematus) menjadi fibrotik. e. Ukurangingiva, dari yang normal sampai membesar dan menyebabkan terjadinya proliferasi jaringan (didukung dengan hasil radiograf). f. Tendensi perdarahan, dapat diliat pada saat gigi, bila berdarah maka terdapat proses inflamasi. g. Rasa sakit, terjadi bila ada pembengkakan. (Carranza dkk. 2006)
Gambar 2.3 Kondisi gingiva normal Sumber : Carranza dkk. 2006
C.
Hilangnya Perlekatan Gingiva Menggunakan tusuk gigi bukan merupakan cara ideal untuk
menghilangkan sisa makanan yang terjebak di antara gigi. Tusuk gigi dapat menyebabkan abrasi dan kerusakan gigi bagian bawah yang bertemu dengan gingiva. Hal ini dapat menyebabkan penyakit gingiva dan masalah gigi lainnya (Choi 2013).
15
Tusuk gigi yang memiliki potongan segitiga di ujungnya dan walaupun dapat digunakan pada embrasur interdental yang terbuka, tetap saja dapat merusak atau memutuskan perlekatan jika digunakan dengan tidak hati-hati dan oleh karena itu penggunannya sangat terbatas (Clerehugh dkk. 2011). Kehilangan perlekatan saat ini menjadi indikator pemeriksaan lapangan terbaik bahwa telah terjadi perkembangan penyakit periodontal,pengukuran ini tidak dapat dipisahkan dalam penentuan diagnosis, untuk membedakan antara kehilangan perlekatan yang menghasilkan pendalaman pocketdengan kehilangan perlekatan yang dihasilkan dari resesi gingiva (Frei 2013). Kebiasaanmenusukgigiuntukmembersihkangigidapatmengakibatkanterj adinyakeradangan gingiva (gingivitis).Penggunaan alat pembersih gigi yang berlebihan dan bersifat aberasif dapat mengakibatkanresesi gingiva. Penyakit periodontal mengakibatkan kehilangan perlekatan periodontal dengan cepat yang kemudian menyebabkan kehilangan gigi. Kehilangan perlekatan ini tampak terjadi selama periode kerusakan aktif yang bergantian dengan periode penyembuhan. Proses perusakan sering tanpa rasa sakit, sehingga tidak terdeteksi kecuali didiagnosis
secara professional.
Penderita
mungkin
melaporkan
adanya
perdarahan atau kemerahan pada gingiva, migrasi atau ekstrusi gigi, halitosis, resesi yang mengganggu atau ada ruangan di antara gigi-gigi(Seibert2011). Sebagai mana umumnya dalam bidang kedokteran gigi, perawatan untuk peradangan gingiva harus menekankan penjagaan oral hygiene. Pembuangan plak dan semua factor retensinya harus diutamakan dan dituntas kansegera (Eke dkk. 2012).
16
D.
Resesi Gingiva
1 Definisi Resesi Gingiva Menurut International Workshop for a Classification of Periodontal Disease and Conditions, resesi gingiva pada permukaan fasial, lingual dan interproksimal diklasifikasikan ke dalam Kelaianan Perkembangan Mukogingiva atau Kelainan Mukogingival yang Didapat dan Kondisi Disekitar Gigi (Development or Acquired Mucogingival Deformities and Conditions Around Teeth), dan resesi gingiva didefinisikan sebagai perpindahan margin gingiva dari cemento-enamel junction ke arah apikal. Definisi secara klinis, resesi adalah tereksposnya akar gigi karena pergeseran posisi gingiva kearah apikal. Seperti atrisi gigi, resesi gingiva juga mencerminkan suatu perubahan dari anatomi normal, yang tidak selalu merupakan tanda dari penyakit. Resesi gingiva dapat terjadi secara lokal pada satu gigi (localized), pada beberapa (lebih dari satu) gigi, dan mengenai seluruh gigi (generalized) (Michalowicz dkk 2013).
2.Etiologi Resesi Gingiva Etiologi resesi gingiva adalah multifaktorial, diantaranyafaktor trauma seperti cara menyikat gigi yang salah,penggunaan tusuk gigi yang berlebihan, trauma oklusal, piercing bibir, trauma saat berolahraga, faktor iatrogenic (rekonstruktif,
periodontologi,
konservatif,
prostodontik) (Nield-Gehrig,Willman 2008).
ortodontik,
atau
perawatan
17
Faktor anatomi seperti malposisi gigi, kelainan bentuk gigi, erupsi gigi yang menyimpang, fenestrasi dan dehiscence tulang alveolar, jaringan margin gingiva tipis menutupi permukaan akar yang tidak memiliki vaskularisasi, tulang alveolar tipis (defisiensi tulang alveolar dapat karena struktur anatomi atau kelainan yang didapat), karakteristik mukosa berkeratin, perlekatan frenulum yang terlalu tinggi; faktor fisiologis seperti pergerakan gigi akibat alat ortodonti; faktor patologis seperti kerusakan akibat penyakit periodontal, resorpsi tulang yang dipicu oleh mikroba yang menyebabkan penyakit periodontal, plak dan kalkulus; dan faktor umur dapat juga menjadi faktor etiologi resesi gingiva (Shapiro dan Stallard 2007).
E. Pocket Periodontal 1.
Definisi Pocket Periodontal Pocket periodontal adalah pendalaman sulkus gingiva atau gusi
(normalnya 1-2 mm) secara patologis karena adanya penyakit periodontal (Carranza dkk. 2006). Pembentukan poket yang progressif yang menyebabkan destruksi jaringan periodontal pendukung dan kehilangan serta ekspoliasi gigi.
2.
Etiologi Pendalaman sulkus dapat terjadi karena pergerakan tepi gusi kearah
koronal seperti pada gingivitis, perpindahan epitel junctional ke arah apikal dan bagian koronal epitel terlepas dari permukaan gigi atau kombinasi keduanya (Carranza dkk. 2006).
18
3.
Tandadangejala : a.
Marginal gingiva merahkebiruan, membesar, tepimenggulung
b.
Gingiva edema, perubahanwarnamengkilat
c.
Adanyaperdarahan gingiva
d.
Keluarnyaexudatpurulenbiladitekandariarah lateral
e.
Kehilangan ,extrusidanmigrasigigi
f.
Diastemadimanatidakadasebelumnya .
F. Macam-macam Index Gingiva 1. Sulcus bleeding index oleh Muhlemen & Son tahun 1971 SBI merupakan perdarahan pada sulkus setelah probing seperti terjadi eritema, pembengkakan dan edema. Hal ini umumnya menunjukkan secara terpisah antara papilla (P) dan gingival margin (M).SBI telah digunakan pada berbagai studi tetapi berlaku juga untuk pasien dalam praktik.
2. Gingival index olehLoedanSilnesstahun 1963 Indeks gingiva olehLoe H dan Silness J tahun 1963 digunakan untuk memeriksa keparahan gingivitis pada gigi indeks 16, 12, 24, 36, 32, 44. Jaringan sekitar tiap gigi dibagi kedalam empat unit penilaian gingiva, papilla distal-fasial, margin fasial, papilla mesial-fasial, dan margin gingiva lingual keseluruhan. Probepoket periodontal dapat digunakan untuk memeriksa perdarahan pada jaringan .
19
Gingival indeks adalah indeks kesehatan gigi. Indeks gingival diusulkan pada tahun 1963 sebagai metode untuk menilai keparahan dan kuantitas peradangan gingiva padapasien. Hanya gingiva yang dapat dinilai dengan Gingival Indeks. Menurut metode ini, bagian dari facial, mesial, distal dan lingual dinilai untuk peradangan dan diberiskor 0 sampai 3. Untuk menilai tingkat keparahan peradangan gingiva dapat dilakukan dengan menjalankan probe periodontal sepanjang dinding jaringan lunak dari celah gingiva. Keparahankondisiinidinyatakandalamskala 0 sampai 3 : 0.
Gingiva normal; tidak ada keradangan, tidak ada perubahan warna, dan tidak ada perdarahan.
1.
Inflamasi ringan; sedikit perubahan warna, sedikit edema. Tidak ada perdarahan waktu penyondean.
2.
Inflamasi sedang; kemerahan, edema, dan mengkilat. Perdarahan pada waktu penyondean.
3.
Inflamasiparah;
kemerahan
yang
nyatadan
edema,
Kecenderungan perdarahan spontan. Penilaian total skoruntuk Gingival Indeks sebagai berikut : 1. Gingivitis ringan
= 0,1 – 1,0
2. Gingivitis moderat
= 1,1 – 2,0
3. Gingivitis parah
= 2,1 -3,0
ulserasi.
20
Gambar 2.4 Periodontal Probing Sumber : Rubrik Spesialis Gigi Mulut 2010
3. ClinicalAttachment Loss (CAL) Instrument yang digunakan untuk menenetukan keadaan perlekatan gingiva yaitu ClinicalAttachment Loss (CAL), dimana ClinicalAttachment Loss (CAL) digunakan mengukur jarakdariCemento-Enamel Junction(CEJ) dalam araha pikal kedasar saku/sulkus, Clinical Attaachment Loss juga digunakan untuk mengukur tingkat perlekatan ketika gingiva margin masih berada dalam posisi normal(Nield-Gehrig dan Willman 2008).
Gambar 2.5 Pengukuran Clinical Attachment Loss (CAL) Sumber : Nield-Gehrig dan Willman 2008.
21
ProseduruntukmenentukanCALuntuktigakemungkinanhubunganmargin gingivakeCEJ.Margingingivamungkin keapikalCEJ, menutupiCEJ, atauberada diCEJ.Pengukuranyang
digunakanuntukmenghitungtingkatperlekatanklinis:
kedalaman probingdantingkatmargin gingiva(jarakdariCEJkemargin gingiva). (Nield-Gehrig, dan Willman 2008). Kehilanganperlekatan adalahkerusakanpadastrukturyang
atau
Loss
of
Attachment(LOA)
mendukunggigi.
LOAterjadipada
periodontitisdanditandaiolehrelokasiepiteljunctionalkeakargigi, perusakanseratgingiva(Carranza dkk. 2006).
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian non eksperimental
dimana
tergolong
survei
epidemiologik
cross
sectional
(Sastroasmoro dan Ismael 2011).
B. Bagan Rancangan Pengambilan Sampel Penelitian Q1 P
S
Pur
Q2
Keterangan : P
= Populasi
S
= Sampel
Pur
= Purposive sampling
Q1
= Pengukuran pada kelompok 1 (kontrol)
Q2
= Pengukuran pada kelompok 2 (perlakuan)
C. Identifikasi Variabel 1. Variabel pengaruh 2.
: Tusuk Gigi Variabel terpengaruh : Epithelium attatchment gingiva (perlekatan gingiva)
3. Variabel tak terkendali
: Metode menyikat gigi
21
D. Definisi Operasional Definisi operasional yang digunakan pada penelitian ini yaitu : 1. Tusuk gigi adalah alat yang digunakan untuk membersihkan sisa makanan disela-sela gigi yang sering dibuat dari bahan bambu atau kayu yang dibentuk menyerupai stick-stick kecil biasanya memilikisatu ataudua ujungyang tajamuntuk disisipkandi antara gigi (Choi 2013) 2. Epithelial attachment gingiva(perlekatan gingiva) adalah bagian gingiva yang melekat dengan gigi (Nield-Gehrig danWillman2008) 3. Penggunaan tusuk gigi yaitu tusuk gigi yang digunakan setelah makan secara rutin minimal tiga kali dalam seminggu dengan bahan kayu dengan panjang berat dan ukuran rata-rata.
E. Populasi dan Sampel Populasi pada penelitian ini adalah anggota STT Widya Santhi Yowana, Desa Belega, Blahbatuh Gianyar. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut : 1. Kriteria inklusi a) berusia diantara 14 -25 tahun, b) dalam kondisi sistemik tubuh baik, c) tidak merokok d) menggunakan tusuk gigi secara rutin dalam semingguminimal tiga kali, dan sudah menggunakannya paling sedikit selama satu tahun e) bersedia menjadi sampel dalam penelitian ini
2. Kriteria eksklusi a) Berusia diatas 25 atau dibawah 14 tahun b) Merokok c) Tidak bersedia menjadi sampel dalam penelitian ini Sampel terdiri atas kelompok yang menggunakan dan kelompok yang tidak pernah menggunakan tusuk gigi. 3. Besar sampel Besarsampelpenelitian yang dibutuhkan untuk penelitian ini di peroleh dengan
menggunakan
teknik
pengambilan
sampel
purposive
sampling,
berdasarkanrumusdari Taro Yamane (2008) sebagaiberikut :
Dimana : n = jumlahsampel N = Jumlahpopulasi = 80 orang = presisi yang ditetapkan = 10 % Maka dari hasil perhitungan diatas, didapatkan jumlah sampel minimal yang dibutuhkan untuk penelitian ini sebesar 44 orang.
F. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada, Tanggal
: 30 Januari 2014-1 Februari 1014
Tempat
: Tempat praktik drg. I.G.A.A. Pujawati
G.
Instrument Peneitian Instrument yang digunakan untuk menenetukan keadaan perlekatan
gingiva yaitu Clinical Attachment Lossdimana menghitung jarakdariCementoEnamel Junction(CEJ) dalamarahapikalke dasarsulkus. Kedalamanpocket(PD) adalahdari dasarsulkus(lokasi ujung probe) ke margin gingiva(GM)(Carranza dkk. 2002).
MenghitungCALpadagingiva Ketik aterdapat resesi, CAL dihitung dengan penambahan kedalaman probinguntuk tingkat margingingiva. Sebagai contoh pengukurankedalaman probing: 4mm, tingkat gingivamargin:2mm, kehilangan perlekatan klinis: 6mm. Cara untuk menentukan tingkat perlekatan adalah pada saat margin gingiva berada padamahkota anatomis, tingkat perlekatan ditentukan dengan mengurangi
kedalaman poketdengan jarak antara margin gingiva hingga cemento-enamel junction (Carranza dkk.2002). Jumlah gingiva cekat menurut Carranza dkk. (2002), lebar gingiva cekat adalah jarak antaramucogingival junction dan proyeksi pada permukaan eksternal dari dasar sulkus gingiva ataupoket peridontal. Lebar gingiva cekat ditentukan dengan mengurangi kedalaman sulkus ataupoket dari kedalaman total gingiva (margin gingiva hingga garis mucogingival). Menurut Carranza dkk. (2002) kehilangan perlekatan epitel adalah jarak antara cemento-enamel junction (CEJ)ke dasar poket periodontal, diketahui dengan cara sebagai berikut: 1. Pada keadaan posisi puncak gusi sejajar dengan CEJ. Kehilangan perlekatan epitel sama dengan nilai kedalaman poket periodontal. 2. Pada keadaan pembesaran gusi. Kehilangan perlekatan epitel adalah mengurangi nilai kedalaman poket periodontal dengan jarak antara puncak gusi ke CEJ. 3. Pada keadaan resesi gusi. Kehilangan perlekatan epitel adalah mengukur secara langsung jarak dari CEJ ke dasar poket periodontal atau menjumlahkan jarak antara puncak gusi ke CEJ dengan nilai kedalaman poket periodontal Nilai CAL perorang =
Total nilai CAL seluruh gigi yang diperiksa Jumlah permukaan gigi yang diperiksa
Gigi yang diperiksadalampengukuran CAL dapatdiwakiliolehgigi : 1. Insisivuspertamarahangatas (RA)regiokanan (11) 2. Molar pertamarahangatas (RA)regiokanan
(16)
3. Molar pertamarahangatas (RA)regiokiri
(26)
4. Insisivuspertamarahangbawah (RB)regiokiri (31) 5. Molar pertamarahangbawah (RB)regiokiri
(36)
6. Molar pertamarahangbawah (RB) regiokanan
(46)
Masing – masing gigi diukur kedalaman sulkus gingiva pada bagian mesiobukal,
distobukal,
mesiolingual
dan
distolingual
(untukgigi
RB),
mesiopalatal dan distopalatal (untukgigi RA), bukaldan lingual untukgigi posterior, labial dan palatal untukgigi anterior, jadi setiap gigi diukur pada keenam sisi tersebut (Nield-Gehrig danWillmann 2008). H. Alat Alat yang diperlukan pada penelitian ini seperti : Alat :
alat oral diagnostic(sonde lurus, sonde bengkok, kaca mulut, pinset, ekscavator), probe periodontal, gelas kumur, nearbekken, handscoon, masker, alat tulis, informed consent
I. Jalannya Penelitian 1. Persiapan sampel Sampel yang telah ditentukan diminta untuk mengisi inform consent untuk kesediaannya dalam penelitian ini dimana sebelumnya telah diberitahukan mengenai apa tujuan, manfaat serta bagaimana jalannya penelitian yang akan dilakukan ini.
2. Pelaksanaan a.
Sampel dikelompokkan menjadi dua kelompok menurut pernah atau tidaknya menggunakan tusuk gigi sesuai kriteria yang telah ditentukan
b.
Sampel diminta untuk berkumur sebelumnya terlebih dahulu
c.
Dilakukan pemeriksaan intra oral dengan alat oral diagnostic
d.
Dilakuakan pengukuran keadaan perlekatan gingiva dengan probe periodontal (periodontal probing)
e.
Pencatatan hasil pengukuran dengan menggunakan probe tersebut ke dalam tabel
J. Analisis Data 1. Analisis Deskriptif 2. Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Uji Normalitas ,uji ini dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.Uji Homogenitasadalah pengujian mengenai sama tidaknya variansi-variansi dua buah distribusi atau lebihdilakukan untuk mengetahui apakah data dalam variabel X dan Y bersifat
homogen atau tidak. a.
Uji Normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk test
b.
Uji Homogenitas menggunakan uji Levene
3. Uji Beda Uji perbedaan menggunakan Independent sample t-test.Uji ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan.
K. Alur Penelitian Sampel penelitian yang memenuhi kriteris inklusi n = 44 orang
Kelompok sampel yang tidak menggunakan tusuk gigi
Kelompok sampel yang menggunakan tusuk gigi
Diukur CAL
Diukur CAL
Pengumpulan data dan analisis data
BAB IV HASIL PENELITIAN
A.
Uji Deskriptif
a.
Karakteristik Responden Responden yang digunakan pada penelitian ini adalah para pemuda dan
pemudi di Desa Belega, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar sebanyak 44 orang Tabel 4.1 Distribusi Responden BerdasarkanRerata Umur Kelompok Subyek
N
Rerata Umur
Perlakuan
22
19,5
Kontrol
22
18,5
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden pada kelompok perlakuan memiliki rerata umur yaitu 19, 5 tahun, sedangkan responden pada kelompok kontrol memiliki rerata umur yaitu 18, 5 tahun.
B.
Prasyarat Uji Analisis
a.
Uji Normalitas Tebel 4.2 Hasil Uji Normalitas Data Kedalaman CAL Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol Kelompok Subyek
N
P
Perlakuan
22
0.203
Kontrol
22
0.126
29
C.
Uji Perbedaan Kedalaman CAL Tabel 4.4 Hasil Uji Perbedaan Kedalaman CAL antara pengguna tusuk gigi dan bukan pengguna Kelompok Subyek
N
Perlakuan
22
Rerata Kedalaman CAL (mm) 2,9
Kontrol
22
1,6
P
0.000
Uji perbedaan kedalaman CAL dilakukan dengan menggunakan Independent T-Test, dimana dikatan berbeda secara signifikan jika nilai P lebih kecil dari 0.005 antara variabel pengguna tusuk gigi dengan variabel yang tidak menggunakan tusuk gigi. Dalam tabel 4.4 terlihat bahwa nilai P yaitu 0.000 atau lebih kecil dari 0.005 (P < 0.005) jadi dapat dikatakan ada perbedaan kedalaman CAL yang signifikan antara pengguna tusuk gigi dengan yang tidak menggunakan tusuk gigi. Gambar 4.1 Diagram Batang Perbedaan Kedalaman CAL Diagram batang perpedaan kedalaman CAL 3,5 3 2,5 2 Perlakuan
1,5
Kontrol
1 0,5 0 Perlakuan
Kontrol
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A.
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa adapeningkatan kedalaman Clinical Attachment Loss gingiva antara pengguna tusuk gigi berbahan bambu dengan yang tidak menggunakan tusuk gigi berbahan bambu B.
Saran 1.
Sangat diharapkan adanya penelitian lanjutan mengenai perhitungan kedalaman Clinical Attachment Loss gingiva antara pengguna tusuk gigi berbahan bambu dengan yang tidak menggunakan tusuk gigi berbahan bambu di daerah lain dengan variasi umur yang lebih beragam serta latar belakang sosial yang lebih banyak sehingga diperoleh hasil yang lebih akurat dan memadai.
2.
Sangat diharapkan dapat dilakukannya penelitian lanjutan yang membandingkan
pengaruh
tusuk
gigi
dibandingkan
dengan
penggunaan dental floss dalam meyebabkan terjadinya resesi gingiva 3.
Perlu diberikan pemahaman kepada masyarakat tentang cara perawatan kebersihan dan kesehatan rongga mulut, khususnya pada gingiva dengan cara yang lebih tepat dan aman dari para Dental hygienist atau para praktisi kesehatan umumnya.
35
DAFTAR PUSTAKA
Atmasari, R. 2013, „Bersihkan gigi, pakai benang atau tusuk gigi?‟,Tempo (Jakarta), 7 September, hlm.7. Bakar, A. 2012, Kedokteran Gigi Klinis, Ed. ke-2, Quantum Sinergis Media, Bantul Billy, S. 2013, 28 Januari-last update, Tusuk Gigi Sebabkan Pergeseran Gigi [Homepage of Palembang Post e-peper], [Online]. Available: http://palembangpos.com/index.php?option=com_content&view=article&id =9474:tusuk-gigi-sebabkan-pergeseran-gigi&catid=45:terapikesehatan&Itemid=60 [22 Oktober 2013]. Carranza, F.A., Newman, M.G. Takei, H.H., Klokkevold, P. R., danRapley, J.W.2002,Clinical Periodontology, Ed. ke-9,W.B. Saunders Co., Philadelphia. Carranza, F.A., Rapley, J.W., dan Haake, S.K.2006, Gingival Inflammation, Dalam Carranza’s Clinical Periodontology, Newman, M.G., Takei, H.H., Klokkevold, P. R., dan Carranza, F.A., Ed. ke-10, W.B. Saunders Co., Philadelphia. Choi, C.Q. 2013, Oktober 7-last update, Oral hygiene for extinct human relatives was very primitive toothpick [Homepage of NBCNews], [Online]. Available: http://www.nbcnews.com/science/oral-hygiene-extinct-humanrelatives-was-very-primitive-toothpick-8C11352131 [11 Desember 2013 ] Dag, A., Firat, E.T., Kadiroglu, A.K. 2010, „The Effect of Periodontal Therapy on Serum CRP,IL-6 Levels and Periodontal Parameters in Patients Having Poorly and well controlled Type 2 Diabetes with Chronic Periodontitis: a 3month evaluation‟, J Duzce Medical, vol.12, no.1, hlm.5-11. Dingwall, L. 2010,Personal Hygiene Care, Ed. ke-1, Willey Blackwall, United Kingdom Eid, M.A., Al-Shammery, A.R., dan Selim, H.A. 1990, „The Relationship between chewing sticks (Miswak) and Periodontal Health. II. Relationship to plaque, gingivitis, pocket depth and attachment loss‟, J Quintessence Interntional, vol. 21, no. 12, hlm. 1019-1022. Eke, P.I., Dye, B.A., Wei, L., Thornton-Evans, G.O., Genco, R.J. 2012, „Prevalence of periodontitis in Adults in the United States: 2009-2010‟, J Dent Res, vol.91, no. 10, hlm. 914-918.
36
Eley, B.M., dan Manson, J.D. 2004, Periodontics, Ed. ke-5, Wright, Philadelpia. Eley, B.M., Soory, M., dan Manson, J.D. 2010, Periodontics, Ed. ke-6, Wright, Philadelpia. Frei, R. 2013, 1 Februari last update, Measuring clinical attachment loss a must for perio patients [Homepage of DrBicuspid Hygiene Community], [Online]. Available:http://www.drbicuspid.com/index.aspx?sec=sup&sub=hyg&pag=di s&ItemID=312564 [17 November 2013]. Hokardi, C.A. 2013, Pengaruh Stres Akademik terhadap Kondisi Jaringan Periodontal dan Kadar Hormon Kortisol dalam Cairan Krevikular Gingiva, Tesis, Universitas Indonesia, Jakarta. Lang, N.P., Schatzle, M.A., Loe, H. 2009,‟Gingivitis as a Risk Factor in Periodontal Disease‟, J Clical Periodontologyvol. 36, no. 10, hlm. 3-8. Lozano, M., Subira, M.E., Aparicio, J., Lorenzo, C., Gomez-Merino, G.2013, „Toothpicking and Periodontal disease in a Neandhertal specimen from Cova Forada site (Valencia,Spain)‟, J Pone Universitat Autonoma de Barcelona, vol. 8,no.10, hlm.70-80. Michalowicz, B.S., Hodges,J.S., Pihlstrom, B.L. 2013, „Is change in probing depth a reliable predictor of change in clinical attachment loss?‟ J American Dental Association, vol. 144, hlm. 171-178. Nevins, M., Kim, S-W., Camelo, M., Martin, I.S., Kim, D., Nevins, M. 2014, „A Prospective 9-month Human Clinical Evaluation of Laser Assisted New Attachment Procedure (LANAP) Therapy,‟ J Perio and Restoratove Dentistry, vol. 34, no. 1, hlm. 21-27. Nield-Gehrig,J.S., Willman, D.E. 2008, Foundation of Periodontic for The Dental Hygienist, Ed. ke-2, Wolter Kluwer., Philadelphia. Putri, M.H., Herijulianti, E.,Nurjannah, N. 2011, Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi, Ed. ke-4, EGC., Jakarta. Rohatgi,S., Narula1,S.C., Sharma1,N.K., Tewari1,S., Bansal, P., Department of Periodontics, Sudha Rustagi College of Dental Sciences and Research, Faridabad, 1Govt. Dental College,Rohtak, Haryana, India, 6 April 2011, A study on clinical attachment loss and gingival inflammation as etiologic factors in pathologic tooth migration [Homepage of Nigerian Journal of Clinical Practice], [Online]. Available : http://www.ajol.info/index.php/njcp/article/download/74571/65193 [ 13 November 2013].
37
Ross, S.B., Pette, G.A., Parker, W.B., Hardigan, P. 2014, „Gingival Margin Changes in Maxillary Anterios Sites after Single Immediate Implant Placemenet and Provisionalizatio: A 5-year Retrospective Study of 47 patients‟, J Oral and Maxilofacial Implants, vol. 29, no.10, hlm. 127-134. Sastroasmoro, S., dan Ismael, S. 2011, Dasar - dasar Metodelogi Penelitian Klinis, Ed. ke-4, Sagung Seto, Jakarta. Shapiro, L., dan Stallard, R.E. 2007, Etiology of Periodontal Disease, Dalam A Textbook of Preventive Dentistry, Caldwell,R.C., Stallard, R.E., Saunders, Philadelphia.
Seibert, S.W. 2011, Januari 15-last update, FAQ About Periodontists and Periodontal Disease [Homepage of GumDoc.Net ], [Online]. Available: http://www.gumdoc.net/patient-information/frequently-asked-questions.html [5 Februari 2014] Vandana, K.L., dan Gupta, I. 2009,‟The location of cemento enamel junction for CAL measurement: A clinical crisis‟, J Indian Society of Perio, vol. 13 ,no. 1 ,hlm.12-15. Yang, E.Y., Tanner, A.C.R., Milgrom, P., Mokeem, S.A., Riedy, C.A., Spadafora, A.T., Page, R.C., dan Bruss, J. 2002, „Periodontal pathogen detecion in gingiva/tooth and tongue flora sasmples from 18-to-48 month-old children and Periodontal status of their mother‟ J Oral Micro Immunology, vol. 17, no. 55, hlm. 55-59.
38
GAMBAR A ALAT –ALAT YANG DIGUNAKAN DALAM PENELITIAN
39
INFORMED CONSENT
Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
:
Umur
:
Alamat
:
Jenis Kelamin : L / P Dengan ini menyatakan bersedia untuk menjadi sampel dalam penelitian yang berjudul “PENINGKATAN KEDALAMAN CLINICAL ATTACHMENT LOSS GINGIVA ANTARA PENGGUNA TUSUK GIGI BERBAHAN BAMBU DENGAN YANG BUKAN PENGGUNA”. Penelitian ini dilakukan oleh MADE DWITA SUKMA RAHAYU, mahasiswi FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS
MAHASARASWATI
DENPASAR.
Segala
hal
yang
menyangkut penelitian ini telah saya pahami dan akan saya ikuti sesuai prosedur yang dijelaskan oleh peneliti. Denpasar, Yang membuat pernyataan
(
)
40
FORMULIR PENELITIAN
Nama
:
Umur
:
Alamat
:
Menggunakan / Tidak Menggunakan Tusuk Gigi Pemeriksaan Ekstra Oral
: Normal / Tidak
Pemeriksaan Intra Oral
:
Mukosa pipi : Normal / Tidak Mukosa bibir : Normal / Tidak Gigi yang diperiksa dengan Periodontal Probing : Gigi
Mesio bukal
Disto bukal
Mesio Lingual /palatal
Disto Ligual / palatal
Bukal / labial
Lingual / palatal
11 16 26 32 36 46
Nilai CAL perorang =
Total nilai CAL seluruh gigi yang diperiksa Jumlah permukaan gigi yang diperiksa
35
NPar Tests (Uji Normalitas Data) One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Perlakuan N a,,b Normal Parameters Most Extreme Differences
Kontrol
22 2.87045 .519308 .145 .145 -.083 .679 .745
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
22 1.63182 .408990 .210 .210 -.119 .983 .289
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Oneway (Uji Homogenitas) Test of Homogeneity of Variances CAL Levene Statistic .949
df1
df2 1
Sig. 42
.336
ANOVA CAL Sum of Squares
df
Mean Square
Between Groups Within Groups
16.876 9.176
1 42
Total
26.052
43
36
16.876 .218
F 77.246
Sig. .000
T-Test Group Statistics Kelompok CAL
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
Perlakuan
22
2.8705
.51931
.11072
Kontrol
22
1.6318
.40899
.08720
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference
F CAL
Equal variances assumed Equal variances not assumed
.949
Sig.
t
Sig. (2Mean tailed) Difference
df
.336 8.789
Std. Error Difference
Lower
Upper
42
.000
1.23864
.14093 .95423
1.52305
8.789 39.813
.000
1.23864
.14093 .95376
1.52351
37
38
39