BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Berikut ini merupakan kesimpulan yang dapat ditarik oleh peneliti atas perumusan masalah mengenai identitas material, jenis pesan yang diproduksi, cara penayampaian pesan dan cara menerima pesan, yakni sebagai berikut : 1. Pada Level Teks a. Terdapat perbedaan dalam identitas yang dimunculkan dalam akun Path pengguna laki-laki dan pengguna perempuan. Identitas yang dimaksud adalah nama profile, foto profile dan foto cover. Pada hasil temuan peneliti, pengguna perempuan lebih senang memainkan identitas dirinya dibandingkan dengan laki-laki yang tampil apa adanya. Hal ini dapat dilihat dari nama profile dan foto profile, pengguna perempuan terkadang lebih senang tidak menggunakan nama asli mereka di dalam media sosial Path dan merubahnya menjadi nama panggilan dan nama samaran (nama yang mereka bentuk sendiri). Kemudian dalam mencantumkan foto profile mereka lebih senang mengeditnya terlebih dahulu agar terlihat lebih cantik dan tampil maksimal. Sehingga dalam hal ini perempuan disini ingin lebih menonjolkan diri mereka dan lebih bersaing antara pengguna lainnya. Berbeda dengan pengguna laki-laki, yang cenderung senang menggunakan nama asli, mencantumkan foto profile dengan foto dirinya sendiri tanpa di edit. Sehingga dalam hal ini,
laki-laki cenderung menampilkan diri
279
280
mereka apa adanya. Tidak hanya itu saja, dalam mencamtukan foto cover pengguna wanita lebih senang menonjolkan status mereka yaitu dengan mecantumkan
foto
dirinya
dengan
kekasihnya
maupun
dengan
keluarganya. Berbeda dengan laki-laki yang jarang menunjukkan statusnya dengan lebih sering menggunakan foto cover pemandangan di media sosial Path. b. Melihat perbedaan dari segi jenis atau topik pesan yang sering dibahas atau diposting oleh pengguna laki-laki dan perempuan di media sosial Path. Pengguna perempuan cenderung lebih senang membahas tentang topik-topik pribadi dan masalah pribadi, dibandingkan dengan laki-laki yang lebih cenderung senang memposting tentang topik-topik umum, walaupun ada beberapa yang terkadang laki-laki juga pernah membahas tentang kehidupan pribadinya di media sosial Path, namun dilihat dari banyaknya, perempuan cenderung lebih sering memposting tentang masalah pribadi. Namun ada yang menarik pada temuan ini bahwa wanita lebih senang membicarakan konflik di media sosial Path daripada laki-laki yang lebih sering menghindari konflik, kemudian perempuan pada penelitian ini lebih cenderung menampilkan gaya hidup dan kekuasaanya di media sosial Path dibandingkan dengan laki-laki yang lebih suka menggunakan Path hanya untuk sarana hiburan dan berbagi informasi. Sehingga dalam hal ini, dapat disimpulkan bahwa laki-laki lebih senang menjaga hubungan atau relasi pertemanan dibandingkan perempuan yang lebih senang memunculkan konflik. Oleh karena itu, dapat digaris bawahi
281
bahwa perempuan lebih bersifat report talk yaitu lebih mempunyai power, kekuasaan, cenderung bersifat maskulinitas dibandingkan laki-laki yang bersifat rapport talk yaitu lebih memelihara hubungan, menjaga pertemanan, menghindari konflik dan bersifat feminitas. c. Melihat temuan mengenai cara memproduksi pesan, terdapat perbedaan antara pengguna laki-laki dan perempuan dalam memposting status di media sosial Path. Pada temuan ini, peneliti menemukan bahwa pengguna perempuan lebih sering menggunakan desain logika ekspresif dibanding dengan pengguna laki-laki yang cenderung lebih ke pesan yang konvensional. Dengan hal ini, dapat dikatakan bahwa perempuan lebih emosional dibandingkan dengan laki-laki yang lebih santai dan berbicara lebih sopan di dalam media sosial Path. d. Melihat temuan pada cara menerima pesan, terdapat perbedaan antara pengguna perempuan dan pengguna laki-laki dalam membalas komentar di media sosial Path. Pengguna perempuan lebih sering menerima pesan secara hegimoni dominan yaitu dengan menyetujui apa yang dikatakan oleh komunikator (pengguna yang mengomentari statusnya) di media sosial Path. Sedangkan pengguna laki-laki sering membalas pesan dengan cara bernegosiasi, bercanda dan terkadang lebih sering menolaknya dengan cara tidak membalas komentar komunikator di media sosial Path. 2. Pada Level Konteks a. Dari hasil temuan pada level konteks, alasan pengguna perempuan sering mengubah identitas aslinya adalah untuk terlihat lebih simple dan
282
menyesuaikan nama sesuai dengan di dunia offline. Selain itu, perempuan mengubah namanya agar dapat membuat penasaran. Kemudian mengenai foto profile, pengguna perempuan lebih senang mengedit foto agar terlihat lebih cantik, menarik dan sempurna. Sedangkan foto cover, pengguna perempuan lebih senang menggunakan foto dengan keluarga atau kekasihnya untuk menunjukkan statusnya. Sedangkan untuk pengguna laki-laki, lebih senang menunjukkan identitas aslinya untuk mununjukkan jati dirinya dan memudahkan orang untuk mencari akun narasumber. Selain itu pengguna laki-laki ini tidak senang mengedit foto karena ingin terlihat apa adanya. Dan alasan pengguna laki-laki sering menggunakan foto aktivitas yang sedang dilakukannya yaitu untuk menunjukkan jati diri. b. Melihat jenis pesan yang diunggah, laki-laki lebih senang memposting topik-topik umum seperti memposting tentang lagu, tempat, makanan, musik, lowongan pekerjaan karena narasumber laki-laki menggunakan Path sebagai sarana informasi, selain itu pengguna laki-laki lebih juga senang memposting tentang kebersamaan dengan teman untuk alasan mengabadikan moments. Sedangkan pengguna perempuan lebih senang memposting tentang kehidupan pribadi dan didunia nyata karena pengguna perempuan ingin berbagi perasaan, ingin mendapat respon dari teman-teman yang lain. Terkadang pengguna perempuan juga senang menunjukkan gaya hidupnya untuk menunjukkan status dirinya di dunia nyata.
283
c. Melihat dari cara memproduksi pesan, perempuan terlihat lebih ekspresif dibandingkan laki-laki karena perempuan ingin menunjukkan ekspresi mereka di dunia nyata, sedangkan pengguna laki-laki lebih terlihat konvensional karena laki-laki lebih ingin terlihat tenang, santai dan apa adanya. d. Melihat dari cara menerima pesan, pengguna laki-laki lebih senang menolak dan terkadang menerima pesan secara bercandaan untuk memperlihatkan argumennya dan terkadang menjawabnya dengan bercandaan agar terlihat santai dan tidak merusak hubungan. Sedangkan pengguna perempuan lebih senang menerima pesan karena pengguna perempuan lebih senang menyetujui dengan apa yang disampaikan komunikator. Dari beberapa hasil temuan diatas dapat ditarik secara garis besar bahwa terdapat seditkit pergeseran konsep genderlect style dari Deborah Tannen dalam new media pada penelitian di media sosial Path ini. Pergeseran yang dimaksud adalah perempuan cenderung bersifat report talk dan laki-laki lebih cenderung bersifat rapport talk. Hal ini dapat dilihat dari beberapa temuan dan kesimpulan dari beberapa masalah peneliti yaitu mengenai jenis pesan yang diproduksi dan cara menuliskan isi pesan. Dalam menuliskan jenis pesan yang diproduksi, pengguna perempuan cenderung lebih senang memposting tentang konflik daripada laki-laki yang lebih terlihat menjaga hubungan dibandingkan oleh wanita. Dalam hal ini, perempuan terlihat lebih emosional, lebih kuat dan lebih cenderung bersifat maskulin dibandingkan dengan laki-laki yang terlihat lebih
284
santai, menjaga dan menjalin hubungan. Kemudian tidak hanya itu, pengguna perempuan dalam cara menuliskan pesan lebih bersifat ekspresif dibandingkan dengan laki-laki yang sering menulis pesan secara konvensional. Dalam hal menulis pesan, perempuan terkadang lebih sering memberikan penekanan pada huruf kapital yang berlebihan dan menggunakan kata-kata yang kasar dibandingkan laki-laki yang terlihat lebih sopan dan lembut dalam menulis pesan. 4.2 Saran Berikut merupakan beberapa saran yang berkaitan dengan hasil temuan dari penelitian : 1. Pada penelitian ini, ditemukan bahwa pengguna Path perempuan lebih cenderung memainkan identitasnya dengan cara tidak mencantumkan nama asli mereka di dalam media sosial Path. Pengguna perempuan lebih cenderung senang mengubah nama asli mereka menjadi nama bentukan yang mereka buat sendiri agar dapat menarik para pengguna lain. Sehingga dari hal ini, sangat diharapkan sekali agar pengguna path terutama perempuan untuk dapat berhati-hati dan diharapkan dapat mengerti batasan-batasan dalam mengguunakan identitas di dunia maya, sehingga tidak kehilangan jati diri dikehidupan nyata. 2. Dalam proses memproduksi pesan di dalam media sosial, pengguna perempuan lebih bersifat terbuka dengan segala permasalahan pribadinya, lebih emosional, sering menggunakan tanda baca yang berlebihan dan terkadang
sering
menggunakan
kata-kata
kasar
ketika
sedang
285
mencurahkan isi hatinya di media sosial. Oleh karena itu, sangat diharapkan sekali agar pengguna perempuan dalam menggunakan path dengan lebih bijak dan dapat mengontrol emosi di dunia maya, sehingga tidak akan lagi kasus-kasus yang bermunculan seperti kasus Flo dan Dinda. Dan tidak hanya itu saja, hal ini dimaksudkan agar semua pengguna lain tidak menilai negatif akan pengguna path tersebut 3. Kemudian pada penelitian genderlect style ini memiliki banyak keterbatasan dalam pemilihan sampel dan informan karena penelitian ini hanya terbatas pada lingkaran teman Path peneliti sehingga hasil penelitian ini belum tentu akan sama hasilnya jika diteliti dengan topik dan media sosial yang sama yaitu dengan media sosial Path. Oleh karena itu peneliti sangat mengharapkan untuk dapat melakukan penelitian dengan topik dan media sosial yang sama namun dengan lingkaran teman Path yang berbeda. Kemudian tidak hanya itu saja, penelitian ini hanya berfokus pada genderlect style di dalam media sosial Path, mungkin akan berbeda hasilnya jika diteliti dengan menggunakan media sosial lainnya seperti facebook, twitter dan lain sebagainya, sehingga sangat diharapkan sekali peneliti selanjutnya dapat meneliti dengan menggunakan media sosial lain agar mendapatkan lebih banyak lagi hasil temuan pada konsep genderlect style dalam new media.