BAB IV PEMBAHASAN
4.1. INDUSTRI BATU BARA 4.1.1. GAMBARAN UMUM BATU BARA Batu bara merupakan salah satu sumber energi yang paling banyak tersedia dan ditemukan di dunia jika dibandingkan dengan sumber energi yang berasal dari fosil makhluk hidup lainnya, yaitu : sekitar 64% berupa batu bara, 19% berupa minyak dan 17% berupa gas alam (IEA, 2012).Dengan total cadangan batu bara terbukti yang dimiliki oleh seluruh negara yang ada di dunia (global) yaitu sekitar 1000 M ton, diperkirakan batu bara dapat digunakan untuk 150 tahun mendatang, sedangkan minyak 46 tahun dan gas 63 tahun mendatang (IEA, 2011). Batu bara memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan sumber energi lainnya, yaitu mudah untuk didistribusikan baik melalui kapal atau kereta api dan dapat digunakan langsung dalam bentuk padat atau diolah terlebih dahulu. Secara garis besar industri batu bara dapat diklasifikasi menjadi 2 kelompok, yaitu batu bara thermal (steam) dan batu bara coking (metallurgical). Batu barathermal memiliki kadar kalori dibawah 7.100 kal/gr dan biasanya digunakan oleh industri semen, genteng, ataupun sebagai pembangkit listrik. Sedangkan untuk batu baracoking memiliki kadar kalori yang lebih tinggi, yaitu diatas 7.100 kal/gr dan biasanya digunakan untuk industri baja, besi serta industri kimia.Batu bara 54
55
termal biasanya memiliki harga yang relative lebih murah jika dibandingkan dengan batu bara coking dan paling banyak digunakan untuk sumber energi pembangkit listrik di dunia. Berdasarkan proses geologi, batu bara dapat diklasifikasikan menjadi 6 kategori, yaitu (Jinsona, 2009) : Batu bara jenis peat atau biasa disebut batu bara gambut adalah batu bara muda (atau tahap awal). Batubara lignite merupakan batubara yang memiliki kualitas yang paling rendah dan biasa digunakan untuk sumber energi PLTU. Batubara sub-bituminous yang memiliki kualitas dan energi diantara batu baralignite dan peat. Biasa digunakan untuk bahan bakar PLTU dan industri kimia. Batubara anthracite yang merupakan jenis batu bara yang memiliki peringkat yang paling tinggi Batu bara jenis graphiteyang biasa digunakan sebagai bahan campuran pembuat pensil atau pelumas.
4.1.2.
GAMBARAN INDUSTRI BATU BARA
Menurut data yang dipublikasikan oleh World Coal Assosiation (2010), Indonesia masuk kedalam 10 negara produsen batu bara terbesar dunia, yaitu menduduki peringkat ke 7 (China, USA, India, Australia, Afrika, Russia, Indonesia, Kazakhtan, Polandia dan Columbia). Hampir sebagian besar batu bara Indonesia diproduksidi Kalimantan dan Sumatra, selain itu batu bara Indonesia juga
56
dihasilkan di Jawa, Sulawesi dan daerah lainnya. Selama ini industri batu bara di Indonesia berkembang dengan pesat dan sangat baik dikarenakan kebijakan Pemerintah Indonesia yang memperbolehkan investasi asing untuk masuk dan berkembang secara agresif. Dari segi produksi, selama kurun waktu 2004 s/d 2011 perkembangan produksi batu bara Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup pesat, dengan rata-rata kenaikan produksi per tahun sebesar 13 % (gambar 4.1).
Sumber : Website Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral Gambar 4.1. Produksi, Ekspor, dan Penjualan Dalam Negeri Menurut Direktur Batu Bara Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM)pada kuartal I (Januari-Maret) tahun 2012, Indonesia telah mampu memproduksi 90 juta ton dan diperkirakan untuk tahun 2012 jumlah produksi batu bara nasional mencapai 330 juta ton dan pada tahun 2013 bisa mencapai 450-500 juta ton. Selain produksi yang terus meningkat setiap tahunnya, Indonesia juga memiliki total cadangan batu bara yang terus bertambah sebagai akibat naiknya kegiatan eksplorasi perusahaan-perusahaan tambang batu bara. Pada tahun 2011, Indonesiamemiliki total cadangan batu bara sebesar 28 M ton, meningkat sebesar
57
33% jika dibandingkan dengan cadangan tahun 2010 yaitu sebesar 21 M ton (Damayanti, 2012). Cadangan batu bara yang dimiliki oleh Indonesia, merupakan 3% dari total cadangan batu bara dunia. Perkembangan produksi batu bara Indonesia yang meningkat setiap tahunnya adalah untuk memenuhi kebutuhan permintaan domestik dan luar negeri. Akan tetapi meskipun Indonesia mampu memproduksi dalam jumlah yang banyak, hampir sebagian besar produksi itu untuk eksporyaitu sekitar 70%-75% dari total produksi dan hanya sebagian kecil yang dikonsumsi dalam negeri, yaitu 30%-25%. Sebagai produsen batubara, Indonesia merupakan negara peringkat ke 7 dunia, namun dengan semakin meningkatnya ekspor batu barathermal, maka pada tahun 2006 Indonesia menduduki peringkat ke-2 sebagai negara pengekspor batu bara terbesar di dunia setelah Australia. Bahkan sekarang Indonesia merupakan negara peringkat 1 di dunia sebagai pengekspor batu barathermal. Cina dan India adalah dua negara yang paling banyak menggunakan batu bara sebagai sumber energi di dunia, hampir setengah dari total produksi batubara global digunakan oleh kedua negara ini dan diperkirakan akan menyerap 73% dari total produksi dunia pada tahun 2030. Di Cina hampir 80% sedangkan di India hampir 70% sumber energi listrik menggunakan batu bara (Mardiani, D., 2012). Cina mulai tergantung kepada batu bara dikarenakan pemerintah melakukan ekspansi besar-besaran dalam penyediaan listrik murah untuk mendorong pertumbuhan sektor industri. Cina mulai mengembangkan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang memiliki kapasitas mencapai 650.000 MW untuk memenuhi kebutuhan listrik dari 1.3 M rakyatnya. Cina merupakan negara dengan cadangan
58
batu bara ke-3 terbesar di dunia.
Pada tahun 2009 total batu bara yang bisa
diproduksi oleh Cina lebih besar jika dibandingkan dengan total produksi dari 8 produsen utama batu bara global, yaitu :Amerika Serikat, Australia, India, Indonesia, Afrika Selatan, Rusia, Polandia dan Kazakhstan.Namun karena kebutuhan konsumsi lebih besar jika dibandingkan dengan produksi,maka mulai tahun 2009 Cina telah berubah menjadi negara pengimport batu bara terbesar didunia.
Sumber : www.indexmundi.com Gambar 4.2. Produksi dan Konsumsi Batu Bara Cina per Tahun Di wilayah Asia, Indonesia merupakan salah satu negara utama yang memasok batu bara ke Cina, sekitar 1/3 kebutuhan batu bara Cina dipasok oleh Indonesia. Pada tahun 2011, Cina mengimpor batu bara dari Indonesia sebesar 64.69 juta ton (senilai US$845.42 juta), meningkat 18.1% jika dibandingkan tahun 2010 yaitu 54.77 juta ton (Saputra, S. M. 2012). India merupakan negara yang memposisikan batu bara sebagai sumber energi utama dari total keseluruhan penggunaan sumber energi. India menduduki peringkat
59
ke tiga sebagai produsen batubara dunia, dan memiliki cadangan batu bara sekitar 267 M ton (7% dari total cadangan batu bara dunia). Walaupun India adalah negara produsen batu bara dunia ke 3, namun India bukanlah negara pengekspor utama batu bara dunia. Hal ini disebabakan karena tingginya kebutuhan konsumsi batu bara domestik, India membangun PLTU yang memiliki kapasitas sebesar 159.000 MW. Sekitar 70% produksi batu bara India digunakan untuk pembangkit listrik, sedangkan sisanya digunakan untuk industri baja, pabrik semen, pabrik besi dan hanya sebagian kecil diekspor ke negara lain.
Sumber : www.indexmundi.com Gambar 4.3. Produksi dan Konsumsi Batu Bara India per Tahun
Untuk didalam negeri, hampir sebagian besar batu bara digunakan untuk pembangkit listrik atau PLTU, yaitu sekitar 70% dari total konsumsi batu bara domestik, 17% oleh industri semen, 10% oleh industri kertas & tekstil dan sisanya digunakan oleh industri lainnya. Perusahaan Listrik Negara (PLN) adalah salah satu pemilik PLTU, selain pihak swasta. Menurut Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN
60
untuk tahun 2011 s/d 2020, batu bara yang dibutuhkan akan semakin meningkat setiap tahunnya dan bahkan pada tahun 2020 diperkirakan akan mencapai 125,7 juta ton (Dabu, P. 2012). Peningkatan konsumsi batu bara oleh PLN berkaitan dengan pembangunan PLTU 10.000 MW tahap pertama dan tahap kedua.
Sumber :RUPTL PLN Gambar 4.4. Kebutuhan Batu Bara PLN Berdasarkan RUPTL
Dimasa yang akan datang, pemerintah akan lebih mendorong penggunaan batu dara didalam negeri. Pemerintah melalui Peraturan Presiden No 5 tahun 2006 mengenai Kebijakan Energi Nasional berusaha untuk mengurangi ketergantungan terhadap satu jenis energi saja seperti minyak bumi dan mulai memanfaatkan sumber energi alternatif lainnya seperti batu bara. Tujuan dibuatnya peraturan tersebut adalah untuk mengamankan keberadaan pasokan energi nasional dan tercapainya bauran energi yang optimal pada tahun 2025. Pada saat ini, peran batu bara dalam bauran energi nasional baru mencapai 24.5%.
61
Sumber :Peraturan Presiden No 5 tahun 2006 Gambar 4.5. Sasaran Kebijakan Energi Nasional Seperti yang terlihat pada gambar 4.5 untuk sasaran kebijakan bauran energi nasional yang optimal pada tahun 2025, batu bara menduduki presentase yang lebih besar jika dibandingkan sumber energi lainya, yaitu sebesar 33%.
4.1.3. PERKEMBANGAN HARGA BATU BARA Batu bara adalah komoditas yang harganya dipengaruhi oleh supply dan demand dari pasar global batu bara di dunia. Beberapa hal yang mempengaruhi harga batu bara adalah: tingkat produksi dari produsen batu bara, distribusi (supply chain) batu baru, keadaan perekonomian dunia, dan tingkat konsumsi atau penggunaan batu bara dari konsumen. Krisis ekonomi global yang masih berkelanjutan telah mempengaruhi harga batu bara jenis thermal di Pelabuhan Newcastle yang berada di Australia, yang merupakan harga acuan untuk batu bara jenis thermal di kawasan Asia.
62
Sumber : Indeksmundi.com Gambar 4.6. Harga Acuan Batu Bara Thermal Seperti yang terlihat pada gambar 4.6 harga batubara thermal terus mengalami penurunan hingga tahun 2012.
Beberapa hal yang menyebabkan harga batu bara dunia mengalami penurunan adalah sebagai berikut : Di Amerika Serikat telah berkembang suatu tekhnologi pengelolaan gas yang dinamakan hydraulic fracturing, yang menyebabkan shale gasdapat diproduksi dalam jumlah yang banyak sehingga harganya cukup murah.Akibat harganya yang lebih ekonomis dan salah satu kelebihan yang dimiliki oleh gas adalahkadar polusi atau pembuangan emisi yang lebih rendah jika dibandingkan dengan batu bara, maka industri-industri di Amerika yang awalnya memakai batu bara mulai beralih untuk menggunakangas. Sehingga penggunaan batubara sebagai sumber energi mengalami penurunan yang cukup signifikan dari 48% di tahun 2009 menjadi 34% di tahun 2012. Sedangkan penggunaan gas mengalami
63
peningkatan yang cukup pesat, dari 19% ditahun 2009 menjadi 32% ditahun 2012 seperti yang terlihat pada gambar 4.7berikut ini :
Sumber :Energy Information Administration (EIA) Gambar 4.7. Penggunaan Batu Bara di Amerika Karena hampir sebagian besar industri di Amerika mulai beralih ke sumber energi gas, maka produsen batu bara di Amerika mulai mengalihkan produksi batubaranyadari pasar domestik menjadi untuk tujuan ekspor ke negara-negara di Asia. Akibatnya pada tahun 2011, ekspor batu bara Amerika meningkat menjadi 118,2 juta ton, meningkat 31.3% jika dibandingkan tahun 2010 seperti yang terlihat pada tabel 4.1 berikut ini : Tabel : 4.1 Ekspor Batu Bara Amerika
Sumber : Energy Information Administration (EIA)
64
Meningkatnya pasokan batu bara dari Amerika telah mempengaruhi penurunan harga batu bara di pasar internasional, karena banyaknya supply sementara permintaan akan batu bara menurun akibat negara-negara importir terkena dampak krisis ekonomi global. Cina dan India merupakan dua negara konsumen terbesar batu bara dunia dan dapat dikatakan bahwa kedua negara tersebut sangat mempengaruhi atau menentukan harga batu bara dunia. Akibat krisis ekonomi global, pertumbuhan kedua negara tersebut mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi. Pada Q1 tahun 2012, Cina hanya tumbuh sebesar 8.1%, turun jika dibandingkan waktu yang sama tahun 2011 yaitu 9.7% (gambar 4.8). Sedangkan pada Q2, pertumbuhan perekonomian Cina mengalami penurunan, yaitu menjadi 7.6% yang merupakan pertumbuhan terendah semenjak tahun 2009.
Sumber : Energy Information Administration (EIA) Gambar 4.8. Pertumbuhan Cina dan India Kuartal 1 2009 s/d Kuartal 1 2012 Untuk pertumbuhan ekonomi di tahun 2012, beberapa pihak memprediksi Cina masih dapat tumbuh dikisaran 8%, seperti proyeksi IMF yaitu 8.20%. Namun Credit Suisse Group AG dan Deutsche Bank AG menurunkan
65
estimasi pertumbuhan ekonomi Cina di tahun 2012 yang disebabkan oleh menurunnya ekspor dan sektor investasi yang menurun. Credit Suisse menurunkan pertumbuhan ekonomi Cina dari 8% menjadi 7.7%, sedangkan Deutsche Bank menurunkan prediksinya dari 8.2% menjadi 7.9% (Theo, R, 2012). Pemerintah Cina sendiri menargetkan pertumbuhan ekonomi tahun 2012 adalah sebesar 7.5%.
Sumber : WorldEconomic Outlook IMF Gambar 4.9. Pertumbuhan Cina 2004-2013E India yang merupakan negara perekonomian terbesar ketiga di Asia (setelah Jepang dan Cina), mengalami perlambatan pertumbuhan perekonomian di kuartal 1 tahun 2012. Perekonomian India hanya tumbuh sebesar 5.3%, turun jika dibandingankan waktu yang sama tahun 2011 yaitu sebesar 9.2% (gambar 4.10). Perlambatan perekonomian ini akibat menurunya ekspor india akibat krisis global dan inflasi yang terjadi. Untuk tahun 2012, pertumbuhan India diprediksikan oleh IMF hanya 6.90 % dan tahun 2013 sedikit lebih baik yaitu 7.30%.
66
Sumber : World Economic Outlook IMF Gambar 4.10. Pertumbuhan India 2004-2013E Perlambatan pertumbuhan perekonomian yang terjadi di Cina berdampak terhadap konsumsi listrik. Cina melakukan penghematan konsumsi listrik yang mempengaruhi permintaan impor batu bara yang semakin menurun di awal tahun 2012 seperti yang terlihat pada gambar 4.11 berikut ini:
Sumber : Energy Information Administration (EIA) Gambar 4.11. Impor Batu Bara Cina
4.2. ANALISISEKONOMI MAKRO Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah dari yang diharapkan akan terjadi di negara-negara utama yang baru bangkit dari krisis ekonomi. Ekonomi global akan tumbuh 3,5% tahun 2012 dan
67
3,9% pada tahun 2013, sedikit lebih rendah dari perkiraan sebelumnya karena tengah melemahnya investasi, bursa kerja, dan manufaktur di Eropa, AS, Brazil, India, dan China. Namun, situasi ekonomi bisa lebih buruk jika upaya memperbaiki situasi di Eropa terhambat, atau jika kemacetan politik di Washington menjurus pada pemotongan belanja dan kenaikan pajak drastis (Pikiran Rakyat Online, 2012). Rapuhnya perekonomian global terlihat dengan aksi pemotongan suku bunga acuan di China dan Eropa kemarin. Berdasarkan data IMF negara-negara berkembang utama seperti Brazil, China, India, dan Rusia akan memenuhi 20% perekonomian dunia pada tahun ini (Newswire, 2012). Perlambatan perekonomian global ini merupakan dampak atas krisis utang zona euro ataupun gejolak harga minyak karena kondisi geopolitik. Para pemimpin Eropa telah beruapaya memperbaiki aturan fiscal, pembelian Sentral Eropa membanjiri pasar dengan uang untuk mengembalikan imbal hasil obligasi di Italia, Spanyol, dan Yunani. Hal tersebut diperkuat oleh dana bailout yang diperbesar oleh para pemimpin zona euro. Bank-bank Eropa juga akan mengurangi belanja mereka sebesar USD 2,6 triliun selama dua tahun ke depan dan sekitar 1% dari pertumbuhan tahun ini. Karenanya, zone euro kemungkinan akan mengalami resesi ringan tahun ini sebelum berangsur membaiknya perekonomian global pada tahun 2013. Di sisi lain, kondisi perekonomian AS juga masih rentan di tengah risiko fiskal ke depan yang masih dalam proses sebelum berangsur membaiknya perekonomian global pada tahun 2013. Di sisi lain, kondisi perekonomian AS juga masih rentan di tengah risiko fiskal ke depan yang masih dalam proses penyelesaian (Martin Bagya Kertiyasa, 2012).
68
Pelemahan perekonomian global juga berdampak pada melambatnya ekspor ditengah masih tingginya impor, karena kuatnya permintaan domestik.Perekonomian global melemah dan diliputi ketidakpastian yang cukup besar.Penyelesaian krisis di Eropa diperkirakan masih memerlukan waktu yang panjang, meskipun terdapat sejumlah kemajuan dengan hasil European Union Summit beberapa waktu yang lalu.Harga komoditas global, termasuk harga minyak, terus menurun seiring dengan permintaan dunia yang melemah.Hal itu juga diikuti dengan tekanan inflasi global yang terus menurun.(Koran Jakarta, 2012). Stabilitas ekonomi makro Indonesia pada triwulan I-2012 tetap terjaga sesuai dengan yang diharapkan.Kondisi perekonomian dan keuangan global yang masih mengalami perlambatan seiring berlarutnya krisis di Eropa tidak menimbulkan dampak signifikan bagi perekonomian Indonesia.Berbagai indikator makro, moneter, perbankan dan sistem pembayaran menunjukkan kondisi yang positif. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I-2012, meskipun dibayangi kemungkinan adanya kebijakan BBM pemerintah, diperkirakan masih tetap tinggi.Sumber utama pertumbuhan ekonomi berasal dari konsumsi rumah tangga yang masih kuat sejalan dengan optimisme konsumen yang tetap tinggi.Peran investasi sebagai sumber pertumbuhan juga semakin meningkat didukung oleh iklim usaha yang kondusif dan potensi pendanaan yang meningkat.Sementara kinerja ekspor diperkirakan tumbuh melambat akibat berlanjutnya pelemahan ekonomi global yang menyebabkan turunnya daya serap negara mitra dagang utama.Ditengah perlambatan kinerja ekspor, impor masih tumbuh tinggi dengan masih kuatnya permintaan domestik.
69
Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) selama triwulan I-2012 mengalami penurunan karena menurunnya kinerja neraca transaksi berjalan akibat ekspor yang melambat dan impor yang meningkat.Sementara transaksi modal dan finansial (TMF) diperkirakan masih mengalami surplus yang cukup besar ditopang oleh aliran investasi langsung dan portofolio.
4.2.1. PRODUK DOMESTIK BRUTO PDB atas dasar harga berlaku pada triwulan I-2011 mencapai Rp 1.750,9 triliun, kemudian pada triwulan IV-2011 meningkat menjadi Rp 1.921,6 triliun dan pada triwulan I-2012 meningkat lagi menjadi Rp 1.972,4 triliun. Demikian pula PDB atas harga konstan 2000 triwulan I-2011 adalah sebesar Rp 595,2 triliun kemudian triwulan IV-2011 meningkat menjadi Rp 624,0 triliun dan pada triwulan I-2012 meningkat lagi menjadi Rp 632,8 triliun.
Sumber : BPS Tabel 4.2. Produk Domestik Bruto Indonesia Atas dasar harga berlaku, sektor ekonomi yang menunjukkan nilai tambah bruto yang terbesar pada triwulan I-2012 adalah sektor Industri Pengolahan sebesar
70
Rp 465,8 triliun, kemudian Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan sebesar Rp 300,2 triliun, disusul oleh Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran sebesar Rp 266,5 triliun, Sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar Rp 251,0 triliun, Sektor Jasa-jasa sebesar Rp 202,0 triliun, Sektor Konstruksi sebesar Rp 198,5 triliun, Sektor Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan sebesar Rp 143,4 triliun, dan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebesar Rp 130,2 triliun, serta terakhir Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih sebesar Rp 14,8 triliun. Meskipun berada ditengah perlambatan perekonomian global, perekonomian Indonesia diperkirakan akan terus bertumbuh pada kisaran 6,1%-6,5% pada tahun 2012 setelah Bank Indonesia merevisi target sebelumnya sebesar 6,3%-6,7% karena terjadinya penurunan kinerja ekspor dan pertumbuhan ekonomi triwulan III. Peningkatan perekonomian ini diprediksi akan mencapai 6,6%-7,4% hingga tahun 2016 bila konsumsi rumah tangga tetap tinggi, iklim investasi yang semakin kondusif, peringkat Moody’s dengan outlook stabil dan investment grade oleh Fitch bagi Indonesia dapat dipertahankan, meskipun kegiatan ekspor mengalami penurunan. Namun, bila krisis ekonomi tidak menemukan jalan penyelesaian yang cepat, maka pertumbuhan Indonesia akan mencapai persentase terburuk berkisar 3,8%-4%.
71
4.2.2. TINGKAT INFLASI Tingkat inflasi Indonesia sempat naik tajam ke angka 12,14% pada masa krisis Eropa 2008.Pada tahun 2009 menuju 2010, tingkat inflasi tersebut perlahanlahan menurun seiring berakhirnya krisis Eropa.Namun, inflasi kembali meningkat saat terjadi krisis ekonomi dunia tahun 2011. Peningkatan ini memang tidak setajam pada masa sebelumnya karena Indonesia mampu mengendalikan inflasi berkat harga komoditas global yang terkoreksi cukup tajam, nilai tukar mata uang yang cukup stabil, dan proyeksi yang terus membaik hingga dapat menekan laju inflasi di tahun 2011. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I-2012, meskipun dibayangi kemungkinan adanya kebijakan BBM pemerintah, diperkirakan masih tetap tinggi.Ditopang oleh inflasi yang terkendali, perekonomian triwulan I-2012 diperkirakan tumbuh sebesar 6,5%. Sumber utama pertumbuhan ekonomi berasal dari konsumsi rumah tangga yang masih kuat sejalan dengan optimise konsumen yang tinggi.
Sumber : Grafik inflasi 2007-2012 Q1, Bank Indonesia Gambar 4.12. Inflasi Indonesia 2007-2012 Q1
72
Berdasarkan data laporan dari Bank Indonesia, inflasi IHK pada triwulan I2012 secara umum masih terkendali, meskipun terdapat risiko peningkatan tekanan inflasi ke depan. Inflasi IHK tercatat sedikit lebih tinggi bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, namun peningkatan tersebut lebih disebabkan oleh factor nonfundamental khususnya perkembangan harga pada kelompok volatile food. Sementara itu, inflasi inti masih tercatat dalam tren menurun dan inflasi administered relative rendah. Dengan perkembangan tersebut, inflasi IHK pada triwulan laporan tercatat 3,79%. Tekanan inflasi IHK pada triwulan I-2012 terutama berasal dari kelompok volatile food.Inflasi kelompok volatile food pada triwulan laporan tercatat sebesar 4,45%, melonjak dari triwulan sebelumnya deflasi 3,37%. Perkembangan inflasi volatile food triwulan laporan ini cukup berbeda dengan pola musimannya, dimana pada triwulan pertama tahun calendar pada umumnya mencatat inflasi yang rendah. Risiko inflasi dapat dipicu oleh ketidakpastian rencana penyesuaian harga BBM subsidi.Upaya-upaya yang terus dilakukan oleh pemerintah untuk mengarahkan inflasi 2012 dan 2013 menuju sasaran inflasi pada kisaran 4,5% - 1%.
4.2.3. SUKU BUNGA BANK INDONESIA (BI RATE) Kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia pada triwulan I-2012 tetap diarahkan untuk mengendalikan inflasi agar mencapai sasarannya, dengan tetap memberikan ruang bagi pertumbuhan ekonomi. Dengan arah kebijakan tersebut
73
Bank Indonesia menurunkan BI rate pada Februari sebesar 25 bps dari 6% menjadi 5,75% dan dipertahankan hingga akhir triwulan I-2012. Kebijakan Bank Indonesia pada triwulan I-2012 yang cenderung akomodatif diperlukan untuk memberikan dorongan bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia, ditengah menurunnya kinerja ekonomi global.Prospek penurunan kinerja global tersebut terutama terkait dengan terkendalanya pemulihan ekonomi di kawasan Eropa.Sementara itu, ekonomi China dan India mulai menunjukkan indikasi perlambatan. Kondisi ekonomi global yang kurang menguntungkan tersebut akan mempengaruhi kinerja ekspor Indonesia, yang selanjutnya akan berdampak pada kinerja perekonomian secara keseluruhan. Pada awal tahun 2008 hingga april 2008, BI rate bertahan pada angka 8%. Namun, seiring terjadinya krisis 2008, pemerintah menaikkan BI rate secara bertahap hingga 9,50% pada bulan Oktober 2008. Pada tahun 2009 hingga Agustus 2009, BI rate diturunkan secara bertahap menjadi 6,5%. Hingga Desember 2010 BI rate tidak mengalami perubahan. Diawal tahun 2011 hingga September 2011, pemerintah kembali menaikkan BI rate menjadi 6,75% untuk mempertimbangkan prospek ekonomi kedepan dan ketidakpastian pasar ekonomi global, kenaikan harga minyak dunia, dan untuk menarik ekspektansi inflasi kedepan. Pada bulan Oktober 2011 hingga akhir tahun 2011, BI rate kembali diturunkan menjadi 6% secara bertahap seiring masih terbatasnya permintaan domestik dan terus menurunnya ekpektansi inflasi. Pada Maret 2012, Bank Indonesia mempertahankan BI rate sebesar 5,75%. Tingkat BI rate tersebut dinilai masih konsisten dengan tekanan inflasi dari sisi fundamental ke depan yang diperkirakan masih relative terkendali.
74
Meskipun demikian, Bank Indonesia tetap mewaspadai risiko peningkatan tekanan inflasi secara temporer ke depan dari kemungkinan adanya kebijakan terkait BBM yang ditempuh pemerintah.
4.3. ANALISIS INDUSTRI 4.3.1. ANALISIS FIVE FORCES 1. Rivalitas Diantara Perusahaan Industri batu bara di Indonesia didominasi oleh 3 perusahaan besar yaitu PT Bumi Resources (30, 30%) , PT Adaro Energy (20, 20 %) dan PT Kideco Jaya Agung (10,60%). Sedangkan sisanya memiliki pangsa pasar yang tidak lebih dari 7%.
Sumber : Direktorat Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) Indonesia Gambar 4.13. Pangsa Pasar Produsen Batu Bara di Indonesia Tahun 2011 Apabila dilihat dari struktur pasar, industri batu bara di Indonesia dapat dimasukan kedalam kategori pasar oligopoli karena dikuasai oleh 3 perusahaan utama. Pada dasarnya setiap perusahaanprodusen batu bara akan menghasilkan produk yang sama akan tetapi ada sedikit perbedaan atau diferensiasi yang
75
dapat dilihat dari nilai kalori, kandungan sulfur, abu, dan nitrogennya. Produk batu bara envirocoal yang dihasilkan oleh PT Adaro memiliki nilai kalori sebesar 4.700, kadar nitrogen sebesar (0.9%), kadar abu (1% - 2.5%) dan kadar sulfur (0.1%). Kadar nitrogen, abu dan sulfur envirocoal lebih rendah jika dibandingkan produk batu bara lainnya.Sehingga dapat disimpulkan jika rivalitas diantara perusahaan adalah medium. 2. Ancaman Pendatang Baru Industri batubara Indonesia berkembang dengan sangat baik dan memungkinkan dapat menarik perhatian dari pendatang baru untuk masuk ke dalam industri tersebut.Para pemain lama di industri batubara memiliki posisi yang cukup baik dalam hal ini, karena telah memiliki pengalaman dalam memproduksi dan kemampuan dalam bidang teknologi. Industri ini juga termasuk industri yang padat modal, dimana pengembangannya dilakukan di daerah terpencil dengan infrastruktur yang minim yang akan membutuhkan pengembangan. Masa eksplorasi saat produksi ataupun pengembalian investasi cukup lama menjadikan industri ini memiliki resiko yang cukup tinggi.Selain itu, perusahaan batubara besar akan melakukan usaha pertambangan secara integrasi atau akan melakukan kombinasi dengan sub kontrak. Hal tersebut dapat menjamin kontinuitas produksi dan dapat menekan biaya produksi, tetapi dengan melakukan investasi yang cukup besar dalam pengadaan alat-alat berat. Tambang dengan kualitas batubara yang rendah, dimana kadar abunya yang tinggi akan memerlukan pabrik pencucian batubara. Sementara untuk penggalian tanah dan batubara di lokasi tambang, akan dibutuhkan bucket wheel
76
excervator. Sedangkan dibagian transportasi akan dibutuhkan tongkang dan tug boat. Hal inilah yang menyebabkan industri batubara barrier to entry relatif besar.Sehingga dapat disimpulkan jika ancaman pendatang baru adalah lemah. 3. Ancaman dari Produk Pengganti Dengan isu kenaikan harga bahan bakar minyak yang berkembang di dunia, batubara akan menjadi pilihan yang cukup baik bagi beberapa pihak untuk menggantikan fungsi dari bahan bakar minyak. Batubara memiliki keuntungan yang cukup baik bila dibandingkan dengan bahan bakar lainnya, yaitu sumber batubara yang tersedia di seluruh dunia dan harganya terbilang cukup murah. Namun batu bara juga memiliki kelemahan yaitu tingkat kadar emisi yang lebih tinggi dan merupakan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui sehingga apabila dipakai secara terus menerus akan habis. Sehingga fungsi batubara tersebut akan dapat digantikan oleh sumber energi alternatif lainnya seperti :gas, angin, panas bumi, biodiesel, tenaga matahari, dan lain-lain. Sehingga dapat dikatakan jika ancaman dari produk pengganti batu bara cukup tinggi. 4. Daya Tawar Pembeli Cina dan India merupakan dua negara konsumenterbesar batu bara dunia dan merupakan 2 negara utama pembeli batu bara dunia. Sehingga dapat dikatakan bahwa kedua negara tersebut dapat mempengaruhi untuk menaikan atau menurunkan
harga
batu
barakarena
memiliki
posisi
tawar
yang
kuat.Perlambatan ekonomi yang terjadi di Cina dan India yang disebabkan oleh krisis ekonomi global, telah mempengaruhi harga batu bara dunia. Berdasarkan pemaparan diatas dapat dikatakn jika daya tawar pembeli cukup tinggi.
77
5. Daya Tawar Penjual Penjual atau supplier dalam industri batu bara memang cukup banyak, akan tetapi untuk supplier yang memiliki cadangan batu bara yang besar, jumlah produksi yang mampu memenuhi kebutuhan konsumen dan memiliki pangsa pasar yang cukup besar hanya sedikit. Sehingga dapat disimpulkan jika daya tawar penjual relative sedang. Berikut ini adalah tabel produksi batu bara beberapa perusahaan di Indonesia: Tabel 4.3. Produksi Batu Bara Beberapa Perusahaan di Indonesia Total Produksi No
Nama Perusahaan
2010
2011
1
PT Adaro Indonesia
42.069.410
47.763.513
2
PT Kaltim Prima Coal
36.547.044
40.320.590
3
PT Kideco Jaya Agung
28.720.000
31.619.451
4
PT Arutmin Indonesia
20.790.167
21.992.171
5
PT Berau Coal
17.382.553
18.940.742
6
PT Indominco Mandiri
16.659.259
14.764.112
7
PT Bukit Asam (Persero), Tbk
12.366.637
13.821.752
8
PT Gunung Bayan Pratama Coal
10.054.502
3.181.122
9
PT Mahakam Sumber Jaya,
5.452.843
7.982.639
10
PT Mandiri Inti Perkasa
3.367.557
3.259.899
Sumber :Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia APBI-ICMA
78
Berdasarkan analisa diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut ini : Rivalitas Diantara Perusahaan Medium Ancaman Pendatang Baru
Lemah
Ancaman dari Produk Pengganti
Tinggi
Daya Tawar Pembeli
Tinggi
Daya Tawar Penjual
Medium
4.3.2. ANALISIS
STRATEGI
BERSAING
(COMPETITIVE
STRATEGY ANALYSIS) Tingkat profitabilitas perusahaan akan dipengaruhi oleh struktur industri dan pilihan strategi untuk memposisikan diri di industri. Berikut adalah beberapa pilihan strategi yang digunakan PT Adaro dalam memposisikan dirinya : Low cost producer (produsen berbiaya rendah) : Lokasi pertambangan dan karakteristik deposit, serta strategi operasi dan menciptakan kemampuan untuk menghasilkan batubara dengan biaya rendah. Large operation (operasi besar) : PT Adaro Energy Tbk dan anak perusahaannya memiliki dan mengoperasikan tambang batubara terbesar di Indonesia, dimana menjadi kedua yang terbesar sebagai produsen batubara di Indonesia, memiliki lokasi tambang terbesar tunggal terbuka dan keempat terbesar di dunia. Unique coal (Keunikan batubara) : PT Adaro Energy Tbk adalah pertambangan batubara yang ramah lingkungan yang telah dikenal diseluruh dunia sebagai envirocoal, dimana biaya operasi yang lebih rendah.Produk
79
batu bara envirocoal yang dihasilkan oleh perusahaan memiliki kadar nitrogen sebesar (0.9%), kadar abu (1% - 2.5%) dan kadar sulfur (0.1%) yang sangat rendah Tenaga kerja dengan keahlian yang terampil disertai pengalaman bertahuntahun: Sebuah gaya kerja yang beragam dan manajemen yang bervariasi, terdiri dari orang-orang dengan pengalaman puluhan tahun dari Indonesia dan seluruh dunia. Banyak pihak yang menganggap PT Adaro Energy Tbk bertanggung jawab untuk membangun pasar internasional bagi batubara yang ramah lingkungan. PT Adaro Energy Tbk dan anak perusahaannya menjual envirocoal kepada para konsumen yang beragam dari 41 perusahaan di 17 negara di seluruh dunia. Sebagian besar telah menjadi pelanggan selama bertahun-tahun dan hampir seluruhnya adalah perusahaan pembangkit listrik. Infrastruktur PT Adaro Energy Tbk memberikan perusahaan kemampuan untuk meningkatkan produksi dengan cepat, dengan pengeluaran modal minimal dan dapat dengan cepat menyesuaikan volume produksi berdasarkan permintaan dan kondisi pasar. PT Adaro Energy Tbk memiliki rencana agar rantai pasokan batubara setiap anak perusahaannya terintegrasi, untuk menciptakan pusat laba yang terintegrasi. Laba dari tiap anak perusahaan tersebut akan membantu pertumbuhan pendapatan keseluruhan kelompok. Setiap anak perusahaan akan dijadikan perusahaan publik nantinya.
80
Unit strategi bisnis PT Adaro Energy Tbk berpengalaman dalam sektor pertambangan,
perdagangan,
jasa
kontraktor
pertambangan
dan
infrastruktur, dan logistik. Aset dengan kualitas yang tinggi serta 3,5 miliar ton cadangan dan sumber daya batubara. PT Adaro Energy Tbk memiliki armada produksi yang lengkap dalam bentuk peralatan, dan fasilitas untuk menghancurkan, penyimpanan, transportasi, pemuatan, dan produksi serta peran pendukung lainnya.
4.3.3. ANALISIS STRATEGI PERUSAHAAN (CORPORATE STRATEGY ANALYSIS) PT Adaro Energy Tbk memiliki target untuk dapat berproduksi hingga mencapai 80 juta ton per tahun dalam jangka menengah. Untuk dapat memenuhi targetnya, maka perusahaan memutuskan untuk menambah strateginya dari hanya berfokus pada pertumbuhan organik (meningkatkan produksi batu bara dari lahan tambang batu bara yang telah ada) hingga menambahkan akuisisi sebagai strategi pertumbuhannya. Pada tahun 20102011, perusahaan mengakuisisi PT Bukit Enim Energi (BEE) dan PT Mustika Indah Permai (MIP). Melalui akuisisi ini, perusahan mendapatkan tambahan cadangan batu bara sebesar 1.11 Miliar ton. Merencanakan untuk meningkatkan produksi batubara menjadi tiga atau empat juta ton per tahun sampai tahun 2014, dan kemudian ditingkatkan lagi
81
sampai sepuluh juta ton per tahun dalam kurun waktu lima tahun sejak operasi dimulai.
4.4. ANALISIS KEUANGAN (FINANCIAL ANALYSIS) 4.4.1. ANALISIS RASIO Analisa rasio dilakukan untuk mengetahui kinerja PT Adaro jika dibandingkan dengan industrinya. Didalam pemilihan perusahaan yang digunakan untuk analisa industri dicari perusahaan yang paling head to headdengan PT Adaro yang dilihat dari sales, sehingga dari 17 perusahaan yang tercatat di BEI diperoleh 4 perusahaan, yaitu PT Adaro Energy Tbk, PT Bumi Recources Tbk, PT Indo Tambangraya Megah, dan PT Bayan Recources Tbk. Sedangkan sisanya tidak bisa digunakan dikarenakan ada perusahaan yang baru listing di BEI maupun tidak head to head dengan PT Adaro. Untuk tahun 2011, PT Adaro Energy Tbk menggunakan laporan keuangan dalam USD, sehingga dilakukan konversi dari USD ke dalam mata uang Rupiah menggunakan kurs tengah BI sebagai berikut : 2007 9.419
2008 10.950
2009 9.400
2010 8.991
2011 9.068
82
a. Liquidity Ratios Current ratio Dibawah ini adalah grafik dari Current Ratio milik PT Adaro bila dibandingkan dengan industrinya:
Sumber : Data Diolah Gambar 4.14. Current Ratio Apabila melihat dari grafik diatas, trend Current asset ratio PT Adaro cenderung bergerak meningkat dan dapat dikatakan rata-rata berada diatas industrinya, hal ini berarti bahwa perusahaan mengalami peningkatan kemampuan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya (PT Adaro lebih liquid jika dibandingkan dengan industrinya). Penyebab utama peningkatan current asset perusahaan pada tahun 2008/2009 adalah karena meningkatnya kas dan setara kas (meningkat 190% jika dibandingkan tahun sebelumnya) yang diakibatkan karena meningkatnya volume penjualan dan peningkatan harga jual rata-rata batu bara dan juga karena meningkatnya piutang usaha perusahaan. Sedangkan untuk tahun 2010 current asset perusahaan mengalami penurunan yang diakibatkan oleh menurunnya kas dan setara kas dikarenakan menurunnya
83
jumlah produksi batubara akibat kondisi alam yang abnormal (curah hujan yang tinggi). Acid Test (quick ratio) Dibawah ini adalah grafik dari Quick ratio milik PT Adaro bila dibandingkan dengan industrinya :
Sumber : Data Diolah Gambar 4.15. Acid Test (quick ratio) Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa quick ratio PT Adaro selalu lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata industri (kecuali tahun 2007 dan 2010), hal ini berarti bahwa perusahaan mengalami peningkatan kemampuan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya atau dapat dikatakan jika PT Adaro cukup liquid. Untuk tahun 2007, quick ratio PT Adaro berada dibawah rata-rata industrinya, yang disebabkan oleh current asset perusahaan yang lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun-tahun lainnya (2008 s/d 2011) salah satu penyebabnya adalah karena PT Adaro belum menjadi perusahaan terbuka (go public). Sedangkan untuk tahun 2010 current asset perusahaan mengalami penurunan yang diakibatkan oleh menurunnya kas
84
dan setara kas dikarenakan menurunnya jumlah produksi batubara akibat kondisi alam yang abnormal (curah hujan yang tinggi). Average Collection Period Dibawah ini adalah grafik dari rasio Average Collection Periodmilik PT Adaro bila dibandingkan dengan industrinya:
Sumber : Data Diolah Gambar 4.16. Average Collection Period Rasio Average Collection PeriodPT Adaro mulai tahun 2007 s/d 2011 selalu berada diatas rata-rata industri, hal ini menunjukan bahwa kondisi PT Adaro kurang baik jika dibandingkan dengan rata-rata industri karena PT Adaro memerlukan waktu yang lebih lama untuk melakukan penagihan kepada konsumennya. Accounts Receivable Turnover Dibawah
ini
adalah
grafik
dari
rasio
Accounts
Receivable
Turnovermilik PT Adaro bila dibandingkan dengan industrinya :
85
Sumber : Data Diolah Gambar 4.17. Accounts Receivable Turnover Accounts Receivable Turnover PT Adaro dari tahun 2007 s/d 2011 berada dibawah rata-rata industri, hal ini mengindikasikan bahwa pihak manajemen perusahaan kurang baik dalam mengelola piutang atau kurang berhasil dalam melakukan penagihan piutang kepada konsumennya. Inventory Turnover Dibawah ini adalah grafik dari rasio Inventory Turnovermilik PT Adaro bila dibandingkan dengan industrinya :
Sumber : Data Diolah Gambar 4.18. Inventory Turnover
86
Selama tahun 2007 s/d 2011 rasio inventory turnover perusahaan selalu berada diatas rata-rata industri, hal ini menunjukan bahwa rasio perputaran PT Adaro lebih baik karena persediaan PT Adaro produktif yang disebabkan meningkatnya volume penjualan batu bara perusahaan setiap tahunnya. b. Capital Structure Ratios Debt Ratio Dibawah ini adalah grafik dari Debt Ratiomilik PT Adaro bila dibandingkan dengan industrinya :
Sumber : Data Diolah Gambar 4.19. Debt Ratio Berdasarkan grafik diatas, debt ratio PT Adaro bergerak fluktuatif dan cenderung meningkat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2007 dan 2008, Debt Ratio PT Adaro Energy Tbk lebih rendah jika dibandingkan dengan rata-rata industri. Namun mulai tahun 2009 debt ratio perusahaan mulai mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun sebelumnya, hal disebabkan karena perusahaan
87
membutuhkan dana tambahan untuk membiayai ekspansinya. Salah satu penyebab peningkatan nilai Debt Ratio perusahaan ini disebabkan oleh pinjaman baru senilai US$ 750.000 dari syndicated loan facility agreement dan pinjaman dari Syndicated bank loan sebesar US$ 400.000. Times Interest Earned Dibawah ini adalah grafik dari rasio Times Interest Earnedmilik PT Adaro bila dibandingkan dengan industrinya.
Sumber : Data Diolah Gambar 4.20. Times Interest Earned Apabila melihat grafik diatas, rasio times interest earned PT Adaro cenderung bergerak meningkat tetapi rata-rata berada dibawah industri. Untuk tahun 2010 rasio times interest earned mengalami penurunan (6.46 kali) jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya yang diakibatkan oleh menurunnya penjualan akibat penurunan produksi yang disebabkan oleh cuaca abnormal, sementara cost of good sold mengalami peningkatan akibat meningkatnya biaya penambangan.
88
c. Asset Management Efficiency Ratios Total Asset Turnover Dibawah ini adalah grafik dari rasio Total asset turnover milik PT Adaro bila dibandingkan dengan industrinya :
Sumber : Data Diolah Gambar 4.21. Total Asset Turn Over Apabila melihat dari grafik, Total asset turn over PT Adaro mulai tahun 2007 s/d 2011 bergerak fluktuatif. Meskipun sales PT Adaro selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya, namun apabila dibandingkan dengan industrinya, rasio total asset turn over perusahaan berada dibawah rata-rata industrinya. Hal ini mengindikasikan bahwa PT Adaro belum bisa memaksimalkan kapasitas asset yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan. Dimasa depan perusahaan diharapkan dapat meningkatkan lagi penjualannya atau mengurangi sebagian asset nya yang kurang produktif. Fixed Asset Turnover Dibawah ini adalah grafik dari rasio Fixed Asset Turnovermilik PT Adaro bila dibandingkan dengan industrinya :
89
Sumber : Data Diolah Gambar 4.22. Fixed Asset Turnover Jika melihat dari grafik,rasio fixed asset turnover PT Adaro bergerak fluktuatif dan rata-rata berada dibawah industrinya yang berarti bahwa perusahaan belum mampu untuk memaksimalkan kapasitas aktiva tetap yang dimilikinya jika dibandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis untuk menghasilkan penjualan. Dimasa depan perusahaan diharapkan dapat meningkatkan lagi penjualannya atau mengurangi sebagian asset nya yang kurang produktif.
d. Profitability Ratio Gross Profit Margin Dibawah ini adalah grafik dari rasio Gross Profit Marginmilik PT Adaro bila dibandingkan dengan industrinya :
90
Sumber : Data Diolah Gambar 4.23. Gross Profit Margin Apabila melihat grafik Gross Profit Margin PT Adaro cenderung mengalami peningkatan mulai tahun 2007 s/d 2009 meskipun pada tahun 2007/2008 berada dibawah rata-rata industri. Sedangkan pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 0.31 jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, hal ini disebabkan karena penjualan batu bara PT Adaro tahun 2010 mengalami penurunan sedangkan cost of good sold meningkat akibat naiknya biaya penambambangan perusahaan. Net Profit Margin Dibawah ini adalah grafik dari rasio Net Profit Margin milik PT Adaro bila dibandingkan dengan industrinya :
Sumber : Data Diolah Gambar 4.24. Net Profit Margin
91
Apabila melihat grafik, net profit margin PT Adaro cenderung mengalami peningkatan (kecuali tahun 2010). Peningkatan net profit margin tersebut disebabkan oleh
tren net income dan penjualanyang
semakin meningkat dari tahun 2007 s/d 2009. Sedangkan pada tahun 2010, penjualan perusahaan mengalami penurunan akibat produksi batu bara yang menurun dikarenakan kondisi alam yang abrnormal yaitu curah hujan yang sangat tinggi. Sedangkan untuk tahun 2011, net income perusahaan kembali meningkat yang disebabkan naiknya penjualan batu bara akibat adanya peralatan tambang baru dan keadaan cuaca yang cukup baik. Operating Profit Margin Dibawah ini adalah grafik dari rasio Operating Profit Margin milik PT Adaro bila dibandingkan dengan industrinya :
Sumber : Data Diolah Gambar 4.25. Operating Profit Margin Apabila melihat grafikoperating profit margin PT Adaro cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dan berada di atas rata-rata industrinya. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan mampu untuk
92
mengelola cost of good sold dan operating expenses, sehingga dapat menghasilkan profit. Peningkatan ini juga didukung oleh meningkatnya penjualan batu bara PT Adaro setiap tahunnya. Return on Equity Dibawah ini adalah grafik dari rasio Return on Equity milik PT Adaro bila dibandingkan dengan industrinya :
Sumber : Data Diolah Gambar 4.26. Return On Equity Apabila melihat grafik, hampir setiap tahun rasio Return on Equity PT Adaro mengalami peningkatan akan tetapi rata-rata berada dibawah industrinya. Peningkatan ini pengaruh atas kenaikan penjualan batu bara yang disebabkan oleh kenaikan volume produksi dikarenakan dukungan cuaca yang cukup kering. Peningkatan penjualan mengakibatkan laba bersih yang diterima oleh perusahaan meningkat. Namun pada tahun 2010 ROE perusahaan mengalami penurunan jika dibandingkan tahun sebelumnya hal ini sebagai dampak atas pembayaran klaim sebesar $155.000 karena terjadinya perubahan pada kontrak penjualan dan menurunya produksi batu bara akibat faktor cuaca hingga menyebabkan menurunnya laba yang diterima perusahaan.
93
e. Market Value Ratio Price earnings ratio Dibawah ini adalah grafik dari rasio price earnings ratiomilik PT Adaro bila dibandingkan dengan industrinya :
Sumber : Data Diolah Gambar 4.27. Price Earnings Ratio Apabila melihat dari grafik, dapat dikatakan jika saham PT Adaro underprice karena jika dibandingkan dengan harga saham industrinya, harga saham PT Adaro berada dibawahprice earning ratio rata-rata seluruh perusahaan tambang batu bara yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Market to Book Ratio Dibawah ini adalah grafik dari rasio market to book ratiomilik PT Adaro bila dibandingkan dengan industrinya :
94
Sumber : Data Diolah Gambar 4.28. Market To Book Value Apabila melihat dari grafik, dapat dikatakan jika saham PT Adaro underprice karena jika dibandingkan dengan harga saham industrinya, harga saham PT Adaro berada dibawah market to book ratio rata-rata seluruh perusahaan tambang batu bara yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Perbedaan antara Market to Book Ratio dan Price earnings ratio adalah, Market to Book Ratio menilai harga suatu saham terhadap nilai bukunya sedangkan Price earnings ratio menilai harga suatu saham terhadap laba per lembar sahamnya.
4.5. DISCOUNT RATE (TINGKAT SUKU BUNGA DISKONTO) Metode yang digunakan untuk valuasi adalah Free Cash Flow to Firm two stage yaitu tahap high growth dan stable growth. Untuk tahap high growth akan digunakan WACC (Weighted Average Cost of Capital) yang meliputi cost of equity dan cost of debt. Sementara untuk tahap stable growth akan diasumsikan menggunakan nilai proyeksi GDP Indonesia tahun 2012 yang dikeluarkan pleh Bank Indonesia sebesar 6.25%.
95
4.5.1.
COST OF EQUITY
Dalam melakukan perhitungan terhadapcost of equitymemerlukan data nilai beta (β), risk-free rate (Rf), dan risk premium. Cost Of Equity = riskless rate + beta (risk premium)
Untuk menghitung risk premium, dibutuhkan data dari pasar modal yang telah stabil (mature market) dan memerlukan periode waktu yang panjang. Pasar modal atau Bursa Efek Indonesia memiliki keterbatasan, oleh sebab itu dalam menghitung risk premium menggunakan benchmarkmarket risk premium negara lain yang telah mature yaitu historical market dari pasar US dan melakukan beberapa penyesuain. BerdasarkanrumusDamodaran(2004) yang telah dijelaskan pada bab 2, bahwa untuk menghitung risk premium adalah base premium for mature equity market + country premium. Sehingga berdasarkan referensi yang diperoleh dari website Aswath Damodaran, maka base premium for mature equity market adalah 6% dan Country equity risk premium Indonesia adalah 3.60% maka Market Risk Premium Indonesia adalah sebesar 9.60%. Nilai beta (β) untuk saham PT Adaro Energy Tbk diperoleh dengan cara melakukan regresi antaraharga penutupan harian saham PT Adaro dengan harga penutupan harian Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dari bulan July 2008 sampai bulan Desember 2011 yang diperoleh dari yahoo finance. Sedangkan untuk nilai risk free rate, menggunakan obligasi Pemerintah Indonesia yang memiliki tenor 10 tahun yaitu sebesar 6.04%. Sehingga diperoleh cost of equity sebesar 17.94%.
96
Tabel 4.4. Perhitungan Cost of Equity PT Adaro Enegry Tbk.
Sumber : data diolah
4.5.2.
COST OF DEBT
Untuk menghitung cost of debt adalah dengan cara melakukan perhitungan rata-rata tertimbang (weighted average) dari bunga masing-masing hutang perusahaan dan obligasi perusahaan. Sehingga dari perhitungan dibawah ini diperoleh nilai cost of debt sebesar 6.16%. Tabel 4.5. Perhitungan cost of debt PT Adaro Energy Tbk
Sumber : Data Diolah
4.5.3.
COST OF CAPITAL
Setelah mendapatkan nilai ekuitas dan nilai hutang perusahaan, maka akan dapat dilakukan perhitungan atas biaya modal tertimbang perusahaan (WACC). Nilai WACC dibutuhkan agar dapat melakukan perhitungan atas nilai saat ini dari proyeksi arus kas perusahaan di masa depan. Perhitungan rasio dilakukan pada Juli 2012
97
dengan perkiraan rasio hutang 44.20% dan rasio ekuitas sebesar 55.80%. Dari perhitungan menggunakan nilai cost of equity, cost of debt, dan rasio hutang serta ekuitas, maka didapat nilai WACC sebesar 11.49%. Berikut adalah tabel perhitungan WACC : Tabel 4.6. Perhitungan Proyeksi (WACC) PT Adaro Tbk.
Sumber : Data Diolah
4.6.
VALUASI
4.6.1. DISCOUNTED CASH FLOW VALUATION Metode valuasi dari penedekatan fundamental analysis yang digunakan untuk melakukan perhitungan agar diperoleh nilai intrinsik saham perusahaan adalah discounted cash flow valuation (DCF).
4.6.1.1. FREE CASH FLOW TO FIRM (FCFF) Untuk melakukan valuasi terhadap perusahaan (firm valuation) akan digunakan proyeksi arus kas (FCFF). FCFF atau arus kas bebas yang tersedia bagi claimholders (pemegang saham dan kreditur), setelah dilakukan pengurangan terhadap seluruh pengeluaran (expenses), kewajiban pajak sebelum pembayaran pinjaman pokok dan bunga, serta untuk pengeluaran modal baik untuk menjaga aset
98
perusahaan saat ini maupun pembelian aset perusahaan yang baru agar perusahaan dapat tetap bertumbuh di masa depan. Berikut adalah tabel perhitungan FCFF PT Adaro Tbk yang diperoleh dari proyeksi laporan keuangan perusahaan dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016. Tabel 4.7. Perhitungan Proyeksi FCFF PT Adaro Tbk tahun 2012-2016 (Rp. Juta)
Sumber : Data Diolah
4.6.1.2. NILAI PERUSAHAAN (VALUE OF THE FIRM) Nilai perusahaan (value of the firm) didapat dari perhitungan nilai saat ini dari proyeksi atas seluruh arus kas perusahaan yang akan terjadi di masa datang. Arus kas (FCFF) yang telah diperoleh akan terlebih dahulu didiskonto dengan WACC. Setelah melakukan perhitungan tersebut, maka diperoleh nilai perusahaan sebesar Rp 57.5 triliun. Berikut adalah tabel dari perhitungan nilai perusahaan :
99
Tabel 4.8. Perhitungan Nilai Perusahaan
Sumber : Data Diolah
4.6.1.3. NILAI EKUITAS (VALUE OF EQUITY DAN NILAISAHAM /LEMBAR) Setelah mendapatkan nilai perusahaan, maka akan dilakukan perhitungan untuk nilai buku perusahaan di tahun 2012 guna mendapatkan nilai pasar dari ekuitas
perusahaan.
Adapun
nilai
ekuitas
yang
didapat
sebesar
Rp
59.671.971.000.000 akan dibagi dengan jumlah saham yang beredar sebesar 31.985.962.000 lembar dan akan diperoleh nilai wajar saham PT Adaro Tbk Rp 1.866 / lembar. Tabel 4.9 Perhitungan Nilai Wajar Saham Perusahaan
Sumber : Data Diolah Dari tabel 4.9 diatas menunjukkan bahwa nilai wajar saham PT Adaro Tbk sebesar Rp 1.866 lebih tinggi dari nilai pasar saham PT Adaro Tbk per 6 Juli 2012
100
yaitu sebesar Rp 1.570. Dengan demikian, maka nilai saham PT Adaro Tbk berada pada posisi undervalued. Berdasarkan analisa keadaan perekonomian, beberapa hal yang menjadi penyebab saham PT Adaro Energy Tbk undervalue adalah : Adanya peraturan pemerintah mengenai pengenaan bea keluar tambang telah mempengaruhi harga saham-saham perusahaan batu bara salah satunya adalah saham PT Adaro Energy Tbk. Meskipun pada akhirnya batu bara belum dikenakan pajak bea keluar, akan tetapi munculnya peraturan ini telah mempengaruhi penurunan harga saham PT Adaro Energy Tbk. Turunnya harga batu bara thermal akibat menurunnya perekonomian 2 negara konsumen batu bara terbesar di dunia yaitu Cina dan India, telah membuat harga saham PT Adaro Energy Tbk mengalami penurunan yang banyak lagi seperti yang terlihat pada gambar 4. 29 berikut ini :
Sumber : Yahoo. Finance Gambar 4.29. Pergerakan Harga Saham PT Adaro Energy Tbk