PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTIK MAHASISWA DI ASRAMA TINGKAT PERSIAPAN BERSAMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR TERKAIT INFESTASI KUTU BUSUK Cimex hemipterus (Hemiptera: Cimicidae)
FITRIATUS SHALEHA
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Mahasiswa di Asrama Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor terkait Infestasi Kutu Busuk Cimex hemipterus (Hemiptera: Cimicidae) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2015 Fitriatus Shaleha NIM B04110051
ABSTRAK FITRIATUS SHALEHA. Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Mahasiswa di Asrama Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor Terkait Infestasi Kutu Busuk Cimex hemipterus (Hemiptera: Cimicidae). Dibimbing oleh SUSI SOVIANA dan SUPRIYONO. Kutu busuk termasuk dalam famili Cimicidae. Dua spesies kutu busuk yang berevolusi sebagai ektoparasit pada manusia, yaitu kutu busuk di daerah tropis Cimex hemipterus dan subtropis Cimex lectularius. Kasus infestasi kutu busuk kembali dilaporkan dari seluruh dunia sejak tahun 2000-an, setelah dianggap menghilang pada tahun 1970-an. Infestasi kutu busuk juga pernah dilaporkan di asrama Tingkat Persiapan Bersama (TPB) IPB Dramaga Bogor pada tahun 2010. Tujuan penelitian ini adalah mengukur tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik mahasiswa terkait infestasi kutu busuk Cimex hemipterus di asrama TPB IPB Dramaga Bogor. Penelitian dirancang menggunakan kajian lapang lintas seksional (cross-sectional study). Pengambilan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner yang terstruktur. Besaran sampel penelitian ini ditentukan dengan tingkat kepercayaan 95%, prevalensi dugaan 50%, dan tingkat kesalahan 5%, sehingga diperoleh besaran sampel sebanyak 193 sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa di asrama TPB IPB umumnya berada pada tingkat buruk, sikap responden berada pada tingkat baik, dan praktik responden berada pada tingkat baik. Hasil penelitian didapatkan hubungan yang lemah antara pengetahuan dan praktik (p=0.000, r=0.268). Kata kunci: asrama IPB, kutu busuk, Cimex, PSP
ABSTRACT FITRIATUS SHALEHA. Knowledge, Attitude, and Practice of TPB IPB Dormitory Residents to Bedbugs Infestation. Supervised by SUSI SOVIANA and SUPRIYONO. Bedbugs belongs to the family of “true bugs” known as Cimicidae. Two bedbugs species have evolved as ectoparasites of humans are the tropical bedbug Cimex hemipterus and the subtropical bedbug Cimex lectularius. Reemergence of bedbug infestations were reported from all over the world since 2000s, after considered disappear in the 1970s. Bedbugs infestation were also reported from TPB IPB Dormitory residents. This research was aimed to determine the level of knowledge, attitude, and practice on bedbugs infestation of TPB IPB Dormitory residents. The study was designed using cross sectional study. The sample size was determined using level of confidence of 95%, expected prevalence of 50%, and accepted error of 5%, so the sample size was obtained as 193 samples. The results showed that respondents knowledge on bedbugs were in the poor category, but both of respondents attitude and practice were in the good category. This research obtained low correlation between knowledge and practice (p=0.000, r=0.268). Keywords: bedbugs, Cimex, IPB dormitory, KAP
PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTIK MAHASISWA DI ASRAMA TINGKAT PERSIAPAN BERSAMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR TERKAIT INFESTASI KUTU BUSUK Cimex hemipterus (Hemiptera: Cimicidae)
FITRIATUS SHALEHA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Mahasiswa di Asrama Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor terkait Infestasi Kutu Busuk Cimex hemipterus (Hemiptera: Cimicidae) ini berhasil diselesaikan. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Drh Susi Soviana, MSi dan Drh Supriyono, MSi selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberi saran dan kritik. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Dr Ir Etih Sudarnika, MSi selaku dosen pembimbing akademik, yang telah membimbing penulis selama menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Ungkapan terima kasih penulis disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Ungkapan terima kasih juga penulis disampaikan kepada mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) IPB yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Di samping itu ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ankgie Herris Stiarldi, atas dukungannya. Selanjutnya ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada teman-teman seangkatan Ganglion 48, teman seperjuangan dalam menyelesaikan pendidikan di FKH IPB. Penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, September 2015 Fitriatus Shaleha
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
1
Manfaat Penelitian
2
TINJAUAN PUSTAKA
2
Bioekologi Kutu Busuk dan Penyebarannya
2
Kasus Re-emergence dan Pengendalian Kutu Busuk
3
METODE
4
Waktu dan Tempat Penelitian
4
Alat dan Bahan
4
Prosedur Analisis Data
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
Karakteristik Umum Responden
6
Pengetahuan Responden Terkait Infestasi Kutu Busuk
7
Sikap Responden Terkait Infestasi Kutu Busuk
8
Praktik Responden Terkait Infestasi Kutu Busuk
10
Hubungan antara Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Responden
11
SIMPULAN DAN SARAN
12
Simpulan
12
Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
13
LAMPIRAN
15
RIWAYAT HIDUP
18
DAFTAR TABEL 1 Besaran sampel responden 2 Sebaran tingkat pengetahuan responden terkait kutu busuk dan infestasinya berdasarkan jenis kelamin 3 Sebaran jawaban responden terkait tingkat pengetahuan 4 Sebaran tingkat sikap responden terkait kutu busuk dan infestasinya berdasarkan jenis kelamin 5 Sebaran jawaban responden terkait tingkat sikap 6 Sebaran tingkat praktik rsponden terkait kutu busuk dan infestasinya berdasarkan jenis kelamin 7 Sebaran jawaban responden terkait tingkat praktik 8 Hubungan antara pengetahuan, sikap, dan praktik responden terkait kutu busuk dan infestasinya
5 7 8 9 9 10 11 12
DAFTAR GAMBAR
1 Cimex hemipterus dan Cimex lectularius 2 Penyebaran kutu busuk di seluruh dunia
4 7
DAFTAR LAMPIRAN 1 Kuesioner penelitian
15
PENDAHULUAN Latar Belakang Kutu busuk Cimex sp. merupakan ektoparasit pengisap darah manusia yang ditemukan di negara subtropis dan tropis. Akhir tahun 1970, permasalahan kutu busuk banyak ditemukan di dalam rumah, gedung pertunjukan, dan hotel. Keberhasilan pengendalian kutu busuk secara tuntas terjadi akibat penggunaan insektisida, sehingga hampir tidak ada informasi tentang serangan kutu busuk dalam kurun waktu 1980-2000. Kemunculan kembali (re-emergence) infestasi kutu busuk dimulai sejak lima tahun terakhir, ditemukan di beberapa hotel berbintang, losmen, asrama, dan sedikit di rumah tinggal (Ahmad 2014). Kutu busuk atau Cimex sp. disebut juga kepinding atau tinggi (bahasa Jawa) termasuk serangga ektoparasit dari ordo Hemiptera. Di dalam ordo ini terdapat dua famili penting yang berperan dalam kesehatan manusia yaitu Cimicidae dan Reduviidae. Famili Cimicidae diwakili oleh genus Cimex, jenis yang terutama menyerang manusia adalah Cimex lectularius berhabitat di daerah subtropis dan Cimex hemipterus di daerah tropis (Usinger 1966). Kutu busuk biasanya hidup berkelompok dan sering ditemukan dalam jumlah besar di tempat-tempat yang memungkinkan mudah memperoleh inang, misalnya asrama, rumah sakit, dan hotel. Tempat tinggal yang disukai oleh kutu busuk seperti di dalam celah, retakan dinding, furnitur (kursi dan ranjang tempat tidur), di belakang kertas pelapis dinding, tempat tidur, panel kayu, atau di bawah karpet. Kutu busuk biasanya aktif pada malam hari (nocturnal), namun saat lapar di siang hari kutu busuk juga bisa muncul dan mendekati inangnya (Khan dan Rahman 2012). Kutu busuk merupakan serangga yang amat menganggu manusia karena mengisap darah. Darah diperlukan untuk kehidupan kutu busuk sejak menetas, menjadi nimfa, dan dewasa (Ahmad 2014). Menurut Tawatsin et al. 2011, infestasi kutu busuk dapat menimbulkan dampak negatif di bidang kesehatan dan ekonomi. Bidang kesehatan ditunjukkan oleh gigitan kutu busuk yang dapat menyebabkan rasa gatal dan benjolan kemerahan, bahkan dapat menimbulkan infeksi sekunder akibat rasa gatal yang digaruk berulang-ulang. Kutu busuk juga dapat mengakibatkan anemia pada anak-anak pada infestasi tinggi. Daerah lingkar kampus IPB Dramaga merupakan wilayah yang dihuni ratusan bahkan ribuan mahasiswa baru setiap tahunnya yang berasal dari berbagai wilayah Indonesia. Penyebaran kutu busuk bisa terjadi akibat mobilitas mahasiswa yang datang dan pergi setiap tahunnya. Kondisi tersebut berpotensi terjadinya masalah infestasi kutu busuk di kampus IPB. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai kutu busuk pada daerah lingkar kampus IPB Dramaga. Selain itu, saat ini belum banyak dilaporkan tentang kajian studi infestasi kutu busuk.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mengukur tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik mahasiswa terkait infestasi kutu busuk Cimex hemipterus di Asrama
2 Tingkat Persiapan Bersama (TPB) IPB Dramaga Bogor, serta melihat hubungan pengetahuan, sikap, dan praktik mahasiswa.
Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah membangun awareness masyarakat terhadap infestasi kutu busuk.
TINJAUAN PUSTAKA Bioekologi Kutu Busuk dan Penyebarannya Kutu busuk atau Cimex termasuk serangga ektoparasit dari ordo hemiptera. Jenis kutu busuk yang penyebarannya di wilayah bumi beriklim subtropis adalah Cimex lectularius. Cimex hemipterus adalah jenis spesies kutu busuk yang ada di wilayah Indonesia dan wilayah tropis lainnya (Pinto et al. 2007). Cara membedakan C. hemipterus dengan C. lectularius adalah melihat lebar dan panjang pronotum. Pronotum C. lectularius lebih lebar dibanding dengan C. hemipterus, seperti pada Gambar 1. Lebar dan panjang rata-rata pronotum C. hemipterus adalah 0.57 mm dan 1.10 mm (Suwannayod et al. 2010). Kutu busuk memiliki bentuk kepala pendek, lebar, dan bagian ujung meruncing, serta mata majemuk yang menonjol. Mulut terletak di sisi ventral kepala digunakan untuk menusuk dan mengisap. Bentuk alat pengisap seperti paruh dan terdiri atas dua pasang stilet, yaitu mandibula stilet yang digunakan untuk menusuk kulit inang dan maksila stilet kemudian masuk menembus luka bekas tusukan. Bagian toraks terdiri atas tiga segmen, yaitu: protoraks, mesotoraks, dan metatoraks. Sayap mengalami rudimenter (Khan dan Rahman 2012). Kutu busuk mengalami metamorfosis tidak sempurna dalam perkembangannya, diawali dengan telur, nimfa, kemudian dewasa. Perkembangan sejak dari tahap telur hingga dewasa membutuhkan waktu sekitar enam minggu hingga beberapa bulan tergantung temperatur dan ketersediaan bahan makanan (Soviana 2006). Telur menetas menjadi nimfa, kemudian tumbuh menjadi kutu busuk dewasa, dan mengalami beberapa kali pergantian kulit. Setiap kali akan mengalami penukaran kulit kutu busuk harus mengisap darah terlebih dahulu. Kutu busuk dewasa bisa hidup selama enam bulan sampai satu tahun. Kutu busuk betina tahan tanpa makan darah selama satu tahun dan terhadap suhu rendah pada waktu yang lama (Santi 2004). Kutu busuk jantan dan betina mengisap darah di malam hari saat orang sedang tidur. Apabila tidak ada manusia, maka baik ayam, tikus, atau hewan mamalia lainnya dapat menjadi inangnya untuk mendapatkan darah. Kutu busuk dewasa dapat menghisap darah selama 10-15 menit jika tidak ada gangguan dan akan kembali mengisap darah setelah tiga hari (Soviana 2006).
3 A
Gambar 1 Cimex hemipterus (A) dan Cimex lectularius (B) (Suwannayod et al. 2010) Kasus Reemergence dan Pengendalian Kutu Busuk Kemunculan kembali (re-emergence) infestasi kutu busuk telah mendapat perhatian dari seluruh dunia, terutama di kalangan profesional manajemen hama (Potter 2005). Peta penyebaran kutu busuk diseluruh dunia dapat dilihat pada Gambar 2. Di Indonesia kemunculan kembali kutu busuk terjadi setelah 5 tahun terakhir. Berdasarkan penelitian Zulfa (2010), sebanyak 38.98% dari 354 responden mahasiswa TPB Institut Pertanian Bogor yang tinggal di gedung asrama menyatakan pernah digigit kutu busuk. Infestasi kutu busuk di Itali terjadi di beberapa tempat, yaitu: infestasi dilaporkan di Pisa pada tahun 2003, di kursi kereta pada tahun 2005, dan 23 kasus lainnya di bagian timur laut negara Italy pada tahun 2011 (Giorda et al. 2013). Kasus kutu busuk di Eropa yang terjadi pada tahun 2005 disebabkan oleh perpindahan atau berkunjungnya orang dari satu tempat ke tempat lain. Pada tahun 2007, infestasi kutu busuk kembali ditemukan di rumah-rumah di Eropa (Fuentes et al. 2010). Praktisi Pengendalian Hama atau Pest Management Professionals (PMPs) telah melaporkan infestasi kutu busuk pada tahun 2010-an semakin menjadi penting di negara-negara Asia Tenggara. Penelitian How dan Lee (2010), melaporkan bahwa 74.1% dari 54 kasus infestasi ditemukan di hotel dan 25.9% ditemukan gedung apartemen di Malaysia dan Singapura. Kejadian munculnya kembali (re-emergence) infestasi kutu busuk juga dilaporkan terjadi di Amerika Serikat (Krueger 2000), Brazil (Criado et al. 2011), Toronto (Myles et al. 2003), Australia (Doggett et al. 2004), Korea Selatan (Lee et al. 2008), Israel (Mumcuoglu 2008), China (Wang dan Wen 2011), Nigeria (Emmanuel et al. 2014), Thailand (Suwannayod et al. 2010). Dampak terhadap aspek ekonomi akibat infestasi kutu busuk yang tinggi di banyak tempat penginapan seperti hotel, losmen atau wisma penginapan dapat mengakibatkan penurunan jumlah wisatawan yang menginap di tempat-tempat tersebut. Hal ini pernah dilaporkan di Australia, bahwa sektor pariwisata mengalami kerugian sebesar AUS$ 100 juta atau sekitar 703 miliar rupiah per tahun (Pinto et al. 2007).
4
Gambar 2 Penyebaran Cimex hemipterus ( seluruh dunia (Usinger 1966)
) dan Cimex lectularius (
) di
Kutu busuk yang terkena insektisida dengan dosis subletal akan bertahan hidup dan mengalami resistensi insektisida (Suwannayod et al. 2010). Insektisida jenis piretroid, misalnya deltrametrin adalah yang paling banyak digunakan di beberapa negara. Insektisida tersebut telah dilaporkan menyebabkan resistensi pada kutu busuk dan sangat toksik bagi organisme di perairan (Giorda et al. 2013). Pengendalian kutu busuk dapat dilakukan secara fisik dan kimiawi. Pengendalian fisik yang bisa dilakukan dengan menghilangkan tempat persembunyian kutu busuk seperti mengeringkan/menjemur dan membersihkan kasur, bantal, guling atau sofa yang terinfestasi kutu busuk (Pinto et al. 2007). Pengendalian secara kimiawi adalah dengan penggunaan insektisida. Insektisida adalah senyawa kimia yang digunakan pada pengendalian serangga hama (WHO 2006).
METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2015, di lingkungan asrama Tingkat Persiapan Bersama (TPB) yang terdiri atas gedung asrama putra (C4) dan putri (A5) kampus IPB Dramaga. Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat tulis kantor serta komputer yang digunakan untuk mengolah data. Bahan yang digunakan adalah
5 lembaran kuesioner, pangkalan data (database) mahasiswa yang tinggal di gedung asrama C4 dan A5. Prosedur Analisis Data Desain Penelitian Penelitian dirancang menggunakan kajian lapang lintas seksional (crosssectional study) yang dilakukan dengan wawancara langsung menggunakan kuesioner untuk menjaring data. Penelitian juga dilakukan dengan survei langsung terhadap tempat tinggal mahasiswa. Menentukan Besaran Sampel Populasi penelitian adalah mahasiswa yang tinggal di gedung asrama C4 dan A5 kampus IPB Dramaga Bogor. Pengambilan sampel dilakukan secara acak menggunakan program Microsoft Office Excel 2010. Ukuran sampel dihitung menggunakan program WinEpiscope 2.0. Populasi berjumlah 385 mahasiswa. Penentuan besaran sampel pada penelitian ini menggunakan selang kepercayaan 95%, prevalensi dugaan 50%, dan tingkat kesalahan 5%, sehingga diperoleh besaran sampel sebanyak 193 sampel. Besaran sampel yang diperoleh lalu dibagi secara proporsional di setiap asrama. Hasil pembagian sampel dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Besaran sampel responden Lokasi Asrama C4 Asrama A5 Total
Jumlah Populasi 184 201 385
Jumlah Sampel N 93 100 193
% 48 52 100
Pelaksanaan Wawancara Wawancara dilaksanakan selama dua bulan, satu bulan pertama di asrama perempuan dan satu bulan berikutnya di asrama laki-laki. Wawancara dilakukan sejak sore sampai malam hari secara face to face di luar kegiatan perkuliahan, bertujuan agar responden dapat berfokus pada wawancara. Selama proses wawancara, kuesioner tidak diberikan secara langsung kepada responden, melainkan dibacakan oleh pewawancara. Kuesioner dibuat untuk mendapatkan data tentang pengetahuan, sikap, dan praktik mahasiswa terhadap infestasi kutu busuk. Bentuk kuesioner responden terdiri atas empat bagian pokok. Bagian pertama kuesioner digunakan untuk mengetahui karakteristik dari responden yaitu mahasiswa yang menyatakan identitas responden. Bagian kedua kuesioner digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan responden terhadap kutu busuk. Bagian ketiga kuesioner mengukur sikap responden mengenai infestasi kutu busuk. Bagian empat kuesioner digunakan untuk mengukur praktik responden mengenai pencegahan dan pengendalian infestasi kutu busuk. Uji validitas terhadap kuesioner telah dilakukan dengan metode Pearson. Uji validitas dilakukan dengan mengkorelasi setiap skor variable jawaban responden dengan total skor masing-masing peubah, kemudian hasil korelasi dibandingkan dengan nilai kritis pada taraf signifikan 0.05 dan 0.01.
6 Pengetahuan responden diukur dengan memberikan sebanyak 5 pertanyaan mengenai kutu busuk. Setiap pertanyaan diberi skor 1 jika jawaban benar dan jika jawaban salah diberi skor 0. Hasil penjumlahan dari skor pengetahuan responden dibagi kedalam tiga kategori yaitu baik, sedang, atau buruk. Menurut Notoatmodjo (2003) kategori pengetahuan terdiri dari: a. Pengetahuan baik : jika jawaban benar >75% b. Pengetahuan sedang : jika jawaban benar 50-75% c. Pengetahuan buruk : jika jawaban benar <50% Sikap responden diukur dengan memberikan sebanyak 5 pertanyaan menggunakan skala Likert yang telah dimodifikasi, yaitu responden diminta untuk memberikan jawaban setuju, kurang setuju, atau tidak setuju. Masing-masing skala diberi skor dengan ketentuan untuk pertanyaan jawaban setuju diberi skor 2, jawaban kurang setuju diberi skor 1, dan jawaban tidak setuju diberi skor 0. Hasil penjumlahan dari skor yang didapat dari jawaban responden diubah ke dalam data kualitatif berupa baik, sedang, atau buruk dengan kriteria sebagai berikut (Arikunto 2009): a. Sikap baik : jika jawaban benar >75% b. Sikap sedang : jika jawaban benar 50-75% c. Sikap buruk : jika jawaban benar <50% Praktik responden diukur dengan memberikan sebanyak 5 pertanyaan mengenai penyakit infestasi kutu busuk. Setiap pertanyaan diberi skor 3 jika jawaban benar, skor 2 jika jawaban cukup, skor 1 jika jawaban kurang, dan skor 0 jika jawaban salah. Hasil penjumlahan dari skor yang didapat dari jawaban responden dibagi dalam dua kategori yaitu baik dan buruk, dengan kriteria sebagai berikut (Dabbak dan Arafa 2014): a. Praktik baik : jika jawaban benar ≥50% b. Praktik buruk : jika jawaban benar ≤50% Analisis Data Data dianalisis menggunakan uji Chi-Square untuk mengetahui hubungan antara peubah yang diamati. Selanjutnya, dilakukan uji Gamma untuk melihat kekuatan dan arah korelasi. Kekuatan korelasi antar peubah dibagi menjadi tiga yaitu kekuatan korelasi lemah atau kecil jika nilai korelasi r=0.10-0.29, menengah jika r=0.30-0.49, dan kuat jika r=0.50-1.00. Tanda negatif (-) dan positif (+) menunjukkan arah hubungan (Wardana 2007). Analisis data dilakukan menggunakan program Microsoft Office Excel 2010 dan Statistical Products and Solution Services version 16 (SPSS V.16).
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Umum Responden Karakteristik adalah ciri-ciri individu yang terdiri atas demografi seperti jenis kelamin, umur, status sosial, tingkat pendidikan, dan pekerjaan
7 (Notoadmodjo 2007). Responden terdiri atas 100 mahasiswi TPB IPB yang tinggal di gedung Asrama A5 dan 93 mahasiswa TPB IPB yang tinggal di gedung Asrama C4. Responden dalam penelitian ini lebih banyak berjenis kelamin perempuan (52%) dibandingkan dengan laki-laki (48%), karena proporsi jumlah populasi di asrama putri lebih banyak dibanding asrama putra. Mengenai umur dan tingkat pendidikan atau pekerjaan, semua responden menunjukkan kesamaan. Responden berumur antara 18 sampai 19 tahun dan lulusan SMA/SMK mengingat sampel adalah mahasiswa baru di Tingkat Persiapan Bersama (TPB).
Pengetahuan Responden Terkait Infestasi Kutu Busuk Pengetahuan ialah hasil „tahu‟, yang didapatkan seseorang setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan termasuk faktor intern yang memengaruhi praktik seseorang (Notoatmodjo 2007). Menurut Hafeez et al. (2012), pengetahuan berperan besar dalam menentukan sikap dan praktik. Pengetahuan responden mengenai kutu busuk dan infestasinya mengarah pada tingkat buruk. Sebanyak 47.7% dari 193 responden memiliki pengetahuan yang buruk mengenai kutu busuk, terutama karena sebagian besar tidak mengetahui atau tidak mengenal kutu busuk. Sebanyak 14.5% responden memiliki pengetahuan yang sedang dan 37.8% responden berpengetahuan baik terhadap infestasi kutu busuk seperti yang terlihat pada Tabel 2. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Zulfa (2010), bahwa sebanyak 83.9% dari 354 responden di Asrama TPB memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang kutu busuk. Hal ini menunjukkan tingkat pengetahuan mengenai kutu busuk lebih tinggi pada angkatan mahasiswa sebelumnya atau pada tahun 2010. Selain itu, responden pada penelitian terdahulu adalah mahasiswa di tingkat akhir TPB, sehingga sudah lebih mengetahui tentang kutu busuk melalui perkuliahan atau dari asrama. Menurut Lauren (2012), kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap penyebab penyakit akan menyebabkan program pengendalian penyakit tersebut menjadi kurang efektif. Tingkat pengetahuan responden terhadap infestasi kutu busuk dapat dibedakan antara responden berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Hasil penelitian menunjukkan, responden laki-laki memiliki tingkat pengetahuan yang lebih tinggi dibandingkan terhadap responden perempuan. Sebanyak 33.1% responden dari total 37.8% responden memiliki pengetahuan yang baik adalah laki-laki, sedangkan hanya 4.7% responden adalah perempuan seperti pada Tabel 2. Tabel 2
Sebaran tingkat pengetahuan responden terkait kutu busuk dan infestasinya berdasarkan jenis kelamin
Pengetahuan Baik Sedang Buruk
Laki-laki (%) 33.1 7.8 7.3 Total
Jenis kelamin Perempuan (%) 4.7 6.7 40.4
Total (%) 37.8 14.5 47.7 100
8 Faktor yang memengaruhi pengetahuan satu di antaranya adalah pengalaman. Pengalaman adalah suatu sumber pengetahuan atau suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan (Notoatmodjo 2003). Penelitian Zulfa (2010) di beberapa asrama TPB IPB, menyatakan bahwa sebanyak 32.77% dari 155 responden yang menyatakan pernah melihat kutu busuk di asrama adalah mahasiswa, sedangkan hanya 11.02% adalah mahasiswi. Hal ini disebabkan pada asrama putra TPB IPB sudah pernah terinfestasi kutu busuk. Pada penelitian ini juga dilaporkan, bahwa responden yang pernah digigit kutu busuk dan ditemukan tanda-tanda infestasi kutu busuk lebih banyak pada laki-laki. Tingkat pengetahuan responden yang rendah terkait kutu busuk, berdasarkan jawaban reponden dari pertanyaan di kuesioner yang terlihat pada Tabel 3. Menariknya, sebanyak 75% responden laki-laki dan 88% perempuan tidak mengetahui kutu busuk, namun dapat menjawab “Ya” pada pertanyaanpertanyaan lanjutan seperti pernah menemukan kutu busuk, pernah digigit kutu busuk, dan lainnya. Terutama responden laki-laki yang pernah terinfestasi kutu busuk sebelumnya. Hal tersebut dapat disebabkan karena responden berasal dari berbagai wilayah yang berbeda di Indonesia dengan bahasa yang berbeda. Pengertian tentang kutu busuk tidak seragam, beberapa responden menyebut kutu busuk sebagai kepinding dan ada juga yang menyebutnya sebagai tinggi. Sebelum melanjutkan, pembaca pertanyaan atau surveyor menjelaskan nama lain kutu busuk. Oleh karena itu responden dapat menjawab pertanyaan lanjutan di dalam kuesioner kategori pengetahun. Tabel 3 Sebaran jawaban responden terkait tingkat pengetahuan No 1
2
3
4
5
Pernyataan
Jawaban
Responden Pa (%)
Pi (%)
Ya
23 (25%)
12 (12%)
Tidak
70 (75%)
88 (88%)
Pernah menemukan kutu busuk di tempat tinggal
Ya
71 (76%)
20 (20%)
Tidak
22 (24%)
80 (80%)
Pernah merasakan gigitan kutu busuk
Ya
76 (82%)
19 (19%)
Tidak
17 (18%)
81 (81%)
Dapat membedakan kutu busuk dengan serangga lain
Ya
74 (80%)
25 (25%)
Tidak
19 (20%)
75 (75%)
Ada kemungkinan kutu busuk ditemukan di tempat sanitasi baik
Ya
50 (54%)
41 (41%)
Tidak
43 (46%)
59 (59%)
Mengetahui tentang kutu busuk
Total
193
193
193
193
193
Keterangan: Pa: Laki-laki Pi: Perempuan
Sikap Responden Terkait Infestasi Kutu Busuk Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan „predisposisi‟ tindakan atau praktik (Notoatmodjo 2007).
9 Tabel 4 Sebaran tingkat sikap responden terkait kutu busuk dan infestasinya berdasarkan jenis kelamin Sikap Baik Sedang Buruk
Laki-laki (%) 42 5.7 0.5 Total
Jenis kelamin Perempuan (%) 40.4 10.3 1.1
Total (%) 82.4 16 1.6 100
Hasil analisis menunjukkan sikap responden terhadap infestasi kutu busuk berada pada tingkat baik. Sebanyak 82.4% responden memiliki sikap yang baik untuk pencegahan infestasi kutu busuk, 16% responden berada pada tingkat sedang, dan hanya 1.6% responden yang menunjukkan sikap buruk, seperti pada Tabel 4. Hal ini menunjukkan bahwa responden sadar akan pentingnya pengendalian dan pencegahan kutu busuk. Sebaran berdasarkan jenis kelamin terhadap sikap responden terkait infestasi kutu busuk dapat dilihat pada Tabel 4. Responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 42% bersikap baik terhadap pencegahan infestasi kutu busuk dan 40.4% berjenis kelamin perempuan. Sikap yang baik responden didukung oleh jawaban setuju dari pernyataan-pernyataan mengenai pencegahan dan pengedalian kutu busuk yang ada di dalam kuesioner seperti pada Tabel 5. Secara umum responden setuju bahwa mematikan kutu busuk secara manual dan menjemur kasur adalah hal pertama yang dilakukan jika menemukan kutu busuk. Tabel 5 Sebaran jawaban responden terkait tingkat sikap No 1
Pernyataan Mematikan kutu busuk secara manual dan menjemur kasur
Jawaban
Pa (%)
Pi (%)
Setuju
78 (84%)
61 (61%)
Kurang setuju
13 (14%)
32 (32%)
2 (2%)
7 (7%)
Setuju
77 (83%)
67 (67%)
Kurang setuju
10 (11%)
29 (29%)
6 (6%)
4 (4%)
Setuju
77 (83%)
68 (68%)
Kurang setuju
12 (13%)
24 (24%)
4 (4%)
8 (8%)
82 (88%)
92(92%)
Kurang setuju
8 (9%)
5 (5%)
Tidak setuju
3 (3%)
3 (3%)
90 (97%)
96 (96%)
3 (3%)
4 (4%)
0
0
Tidak setuju 2
Pengendalian kutu busuk dengan insektisida sangat diperlukan
Tidak setuju 3
Mengobati bekas gigitan kutu busuk dengan minyak atau lotion
Tidak setuju 4
5
Penyuluhan tentang kutu busuk diperlukan
Keberadaan kutu busuk merupakan masalah yang cukup menganggu
Setuju
Setuju Kurang setuju Tidak setuju
Keterangan: Pa: Laki-laki Pi: Perempuan
Responden
Total
193
193
193
193
193
10 Sebanyak 97% responden laki-laki dan 96% perempuan, yaitu hampir seleuruh responden setuju akan keberadaan kutu busuk merupakan masalah yang cukup menganggu. Survei terkait sikap masyarakat perlu dikaitkan dengan studi terhadap keyakinan yang dipegang oleh masyarakat tersebut. Hal ini juga diperlukan untuk mengetahui faktor yang memengaruhi dan berkaitan dengan status kesehatan masyarakat (Crabtree et al. 2001). Sikap responden yang baik, menunjukkan pemikiran yang baik untuk menerima, menghargai, dan merespon positif terhadap pencegahan infestasi kutu busuk (Notoatmodjo 2007).
Praktik Respoden Terkait Infestasi Kutu Busuk Praktik atau tindakan merupakan perwujudan suatu sikap, yang telah mendapat fasilitas dan dukungan (Notoatmodjo 2007). Tabel 6 menunjukkan bahwa 71% responden berpraktik baik terhadap pencegahan dan pengendalian infestasi kutu busuk, sedangkan sebanyak 29% responden memiliki tingkat praktik buruk. Praktik baik tersebut seperti, menjemur kasur yang terinfestasi kutu busuk, mengganti seprai kasur secara rutin, dan menyemprot dengan insektisida. Tabel 6 Sebaran tingkat praktik responden terkait kutu busuk dan infestasinya berasarkan jenis kelamin Sikap Baik Buruk
Laki-laki (%) 35.2 12.9 Total
Jenis kelamin Perempuan (%) 35.8 16.1
Total (%) 71 29 100
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sumanto dan Alhamidy (2010) yaitu 53.3% dari 30 responden warga Desa Gebang Kabupaten Sragen Jawa Tengah, memiliki tingkat praktik yang baik dalam pencegahan dan pengendalian infestasi kutu busuk. Praktik dengan kategori baik tersebut seperti, membersihkan rumah, membersihkan tempat tidur, dan menjemur kasur atau alas tidur yang dilakukan secara rutin. Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin terhadap tingkat praktik terkait pegendalian infestasi kutu busuk dapat dilihat pada Tabel 6. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa praktik responden laki-laki dan perempuan berada pada tingkat baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa baik responden berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan memiliki upaya yang baik untuk mempertahankan kebersihan di asrama. Tingkat praktik responden yang baik berdasarkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di dalam kuesioner seperti yang terlihat pada Tabel 7. Sebanyak 81% responden laki-laki dan 62% perempuan mengganti kasur jika menemukan infestasi kutu busuk yang sangat tinggi, karena mengganggu kenyamanan responden di asrama. Praktik responden berada pada tingkat yang baik, namun terdapat 58% responden perempuan yang tidak pernah menjemur kasur selama tinggal di asrama dibandingkan hanya 24% responden laki-laki. Kemungkinan hal tersebut karena menjemur kasur bukan merupakan pekerjaan yang mudah untuk perempuan terutama mengeluarkan kasur dari asrama,
11 mengingat asrama merupakan gedung yang cukup luas dan ukuran kasur yang cukup besar dan berat. Praktik seseorang yang didasari oleh penglihatan, kesadaran, dan sikap positif maka praktik tersebut akan bersifat langgeng (Notoatmodjo 2003). Praktik responden berada pada tingkat baik karena didasari oleh kesadaran akan pentingnya kebersihan. Sistem pengelolaan kebersihan di asrama TPB IPB menerapkan standar kebersihan yang mendorong responden untuk berpraktik baik terhadap kebersihan asrama. Hal tersebut secara tidak langsung dapat mencegah dan mengendalikan infestasi kutu busuk. Tabel 7 Sebaran jawaban responden terkait tingkat praktik No 1
2
3
Pernyataan Hal yang dilakukan jika menemukan kutu busuk
Hal yang dilakukan jika menemukan infestasi kutu busuk sangat tinggi
Menjemur kasur diperlukan
Jawaban
Pa (%)
Pi (%)
Mematikan manual
38 (41%)
65 (65%)
Mengganti seprai
42 (45%)
18 (18%)
Membuang kasur
13 (14%)
17 (17%)
Membiarkan saja
0
0
Mengganti kasur
75 (81%)
62 (62%)
Pengendalian kimia
15 (16%)
12 (12%)
Penyuluhan
2 (2%)
25 (25%)
Membiarkan saja
1 (1%)
1 (1%)
Perlu sekali
29 (31%)
46 (46%)
Perlu
61 (66%)
54 (54%)
3 (3%)
0
0
0
2 (2%)
2 (2%)
Seminggu sekali
24 (26%)
13 (1%)
Sebulan sekali
45 (48%)
27 (27%)
Tidak pernah
22 (24%)
58 (58%)
Seminggu sekali
16 (17%)
16 (16%)
Dua minggu sekali
31 (33%)
29 (29%)
Sebulan sekali
38 (41%)
54 (54%)
8 (9%)
1 (1%)
Tidak perlu Tidak perlu sekali 4
5
Frekuensi menjemur kasur
Frekuensi mengganti seprai
Responden
Setiap hari
Tidak pernah Keterangan: Pa: Laki-laki Pi: Perempuan
Total
193
193
193
193
193
Hubungan antara Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Hasil uji korelasi menunjukkan terdapat hubungan (p=0.000, p<0.05) antara pengetahuan dengan praktik responden terhadap pencegahan infestasi kutu busuk. Berdasarkan Uji Gamma koefisien korelasi bersifat lemah atau kecil dengan nilai sebesar 0.268.
12 Tabel 8 Hubungan antara pengetahuan, sikap, dan praktik responden terkait kutu busuk dan infestasinya Peubah
Pengetahuan Nilai p R
Pengetahuan Sikap 0.767 Praktik 0.048* *berbeda nyata pada p < 0.05
0.020 0.268
Sikap Nilai p 0.767
R 0.020
0.317
-0.178
Praktik Nilai p R 0.048* 0.268 0.317 -0.178
Indikator penyebab korelasi yang lemah yaitu peraturan yang mengharuskan responden berpraktik tertentu. Peraturan di asrama antara lain, penghuni asrama diharuskan menjaga kebersihan tempat tidur dan lingkungan masing-masing, membuang sampah secara rutin agar tidak menjadi sarang penyakit, serta tidak meletakkan alas kaki sembarangan karena dapat menjadi media perpindahan ektoparasit. Hal ini membuktikan bahwa tingkat praktik yang baik terkait pengendalian infestasi kutu busuk tidak selalu didasari oleh pengetahuan yang baik mengenai kutu busuk. Peraturan yang ditetapkan oleh pengelola asrama dapat memengaruhi praktik penghuni asrama. Sejalan dengan penelitian Fitriani (2011) menyatakan, praktik seseorang dalam memberikan respon tidak hanya bergantung pada faktor internal (kecerdasan, pengetahuan, jenis kelamin, dll) saja, tetapi juga fator eksternal (lingkungan). Penelitian ini sejalan dengan uji korelasi pengetahuan dengan praktik yang dilakukan oleh Zulmy (2013) tentang pengetahuan, sikap, dan praktik masyarakat Desa Laladon Kabupaten Bogor terhadap vektor penyakit demam berdarah. Nilai r yang dihasilkan sebesar 0.27, menunjukkan bahwa korelasi antara pengetahuan dengan praktik bersifat lemah. Korelasi yang lemah menunjukkan bahwa praktik atau tindakan yang baik tidak hanya dipengaruhi oleh pengetahuan, tetapi ada faktor lain seperti fasilitas atau sarana dan prasarana.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Sebanyak 47.7% mahasiswa asrama TPB IPB Dramaga Bogor memiliki pengetahuan yang buruk terkait infestasi kutu busuk, 82.4% responden memiliki sikap dengan kategori baik, dan 71% responden berpraktik baik terhadap pencegahan infestasi kutu busuk. Berdasarkan hasil uji korelasi didapatkan peubah pengetahuan memiliki korelasi yang lemah terhadap praktik.
Saran Sebaiknya diadakan sosialisasi mengenai peran penting kutu busuk terhadap kesehatan kepada mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama IPB sehingga diharapkan pengetahuan, sikap, dan praktik mahasiswa TPB IPB menjadi lebih baik.
13
DAFTAR PUSTAKA Ahmad I. 2014. Fakta tentang kutu busuk (bed bugs) Cimex hemipterus (Hemiptera: Cimicidae) dan cara pengendaliannya. Institut Teknologi Bandung. Arikunto S. 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi Enam. Jakarta (ID): Rineka Cipta. Crabtree SA, Wong CM, Mas‟ud F. 2001. Community parcipatory approach to dengue prevention in Sarawak, Malaysia. Human Organ. 60(3): 281-287. Criado PR, Junior WB, Criado RFJ, Silva RV, Vasconcellos C. 2011. Bedbugs (Cimicidae) infestation: the worldwide renaissance of an old partner of human kind. Braz J Infect Dis 15(1): 74-80. Dabbak H, Arafa MA. 2014. Risk assessment and risk perception of coronary heart disease in Gaza strip, Palastine. SCIRP. 6(21): 2883-2893. Dogget S, Geary MJ, Russel RC. 2004. The resusgence of bed bugs in Australia with notes on their ecology and control. Environmental Health 4(2): 30-38. Emmanuel OI, Cyprian A, Agbo OE. 2014. A survey of bedbug (Cimex lectularius) infestation in some home and hostel in Gboko Benue State Nigeria. Psyche Vol 2014. Fitriani S. 2011. Promosi Kesehatan. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu. Hlm 264. Fuentes MV, Elipe SS, Duran SS, Puchades MTG. 2010. Bedbug infestations acquired whilst travelling in the European Union. Rev Ibero-Latinoam Parasitol 69(2): 204-209. Giorda F, Guardone L, Mancini M, Accorsi A, Macchioni F, Mignone W. 2013. Cases of bedbug (Cimex lectularius) infestations in Northwest Italy. Vet Italiana 49(4): 335-340. Hafeez F, Akram W, Suhail A, Arshad M. 2012. Knowledge and attitude of the public towards dengue control in urban and rural areas of Punjab. Pakistan J Zool. 44(1): 15-21. How YF, Lee CY. 2010. Fecundity, nympal development, and longevity of field collected tropical bedbugs Cimex hemipterus. Med Vet Entomol 24: 108-116. Khan HR, Rahman MDM. 2012. Morphology and biology of the bedbug Cimex hemipterus (Hemiptera: Cimicidae) in the laboratory. Dhaka Uni J Biol Sci. 21(2): 125-130. Krueger L. 2000. Don‟t get bitten by the resuegence of bed bugs. Pest Control 68: 58-64. Lauren S. 2012. The cultural conceptions of dengue fever in the Cayo District of Belize. Human Organ. 71(1): 65-75. Lee IY, Ree H, An SJ, Linton JA, Yong TS. 2008. Reemergence of the bedbug Cimex lectularius in Seoul Korea. Kor J Parasitol 46(4): 269-271. Mumcuoglu KY. 2008. A case of imported bedbug (Cimex lectularius) infestation in Israel. IMAJ 10: 388-389. Myles T, Brown B, Bedard B, Bhooi R, Bruyere K, Chua AL, Macsai M, Menezes R, Salwan A, Takahashi M. 2003. Bed bugs in Toronto. Centre for Urban and Community Studies. Research Bulletin 19. Notoatmodjo S. 2003. Pengantar Perilaku Kesehatan. Jakarta (ID): Universitas Indonesia.
14 Notoatmodjo S. 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta (ID): Rineka Cipta. Pinto LJ, Cooper R, Kraft SK. 2007. Bed Bug Handbook: The complete guide to bed bugs and their control. Mechanicsville Maryland (MD): Pinto and Assciates Inc. Potter MF. 2005. A bed bug state of mind: emerging issues in bed bug management. Pest Control Technol 33: 82-97. Santi DN. 2004. Pemberantasan Arhtropoda Yang Penting Dalam Hubungan Dengan Kesehatan Masyarakat. Bagian Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Soviana S. 2006. Kepinding/ Kutu Busuk. Di dalam: Singgih Harsoyo Sigit dan Upik Kesumawati Hadi, editor. Hama Pemukiman Indonesia: Pengenalan, Biologi, dan Pengendalian. Bogor: Unit Kajian Pengendalian Hama Pemukiman, Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. hlm 131136. Sumanto D, Alhamidy F. 2010. Survei keberadaan serangga Cimex sp. pada lingkungan rumah tangga dikaitkan dengan kadar hemoglobin penghuni rumah di Desa Gebang Sukodono Sragen [Prosiding]. Semarang (ID): Universitas Muhammadiyah Semarang. Suwannayod S, Chanbang Y, Buranapanichpan. 2010. The life cycle and effetiveness of insecticides against the bed bugs of Thailand. Southeast Asian J Trop Med Public Health 41(3): 548-554. Tawatsin A, Thavara U, Chompoosri J, Phusup Y, Jonjang N, Khumsawads C, Bhakdeenuan P, Sawanpanyalert P, Asavadachanukorn P, Mullas MIRS, Siriyasatien P, et al. 2011. Insecticide resistance in bedbugs in Thailand and laboratory evaluation of insecticides for the control of Cimex hemipterus and Cimex lectularius (Hemiptera: Cimicidae). J Med Entomol 48(5): 1023-1030. Usinger RL. 1966. Monograph of Cimicidae (Hemiptera-Heteroptera). Thomas Say Foundation Volume VII. Entomological Society of America. College Park Maryland. USA. Wang C, Wen X. 2011. Bed bug infestations and control practices in China: implications for fighting the global bed bug resurgence. Journal Insect 2: 839. Wardana A. 2007. Menggunakan SPSS dalam Penelitian Sosial. Yogyakarta (ID): Universitas Yogyakarta. Zulfa M. 2010. Studi tentang pengetahuan penghuni asrama terhadap gangguan kutu busuk di Asrama Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor (TPB IPB) [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Zulmy A. 2013. Pengetahuan, sikap, dan praktik masyarakat Desa Laladon Kabupaten Bogor terhadap vektor penyakit Demam Berdarah Dengue [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [WHO]. World Health Organization. 2006. Pesticides and their application. For the control of vector and pests of poblic health importance. WHO Pesticides Evaluation Scheme (WHOPES). Geneva (CH): WHO Press. P 9-36.
15
Lampiran 1 Kuesioner penelitian
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BAGIAN PARASITOLOGI DAN ENTOMOLOGI KESEHATAN JL. AGATIS KAMPUS IPB DARMAGA, TELP/FAKS.(0251) 8421784 BOGOR 16680 E-mail ;
[email protected]
KUESIONER INSPEKSI KUTU BUSUK DI ASRAMA & RUMAH TAHUN 2015 Hari/Tanggal/Jam Nama Responden Jenis kelamin Usia Pendidikan terakhir Pekerjaan Alamat Asal Alamat sekarang No telepon
:................................../....................................../............................... :......................................................................................................... :P/L : ....................................................................................................... : ....................................................................................................... : ....................................................................................................... : ........................................................................................................ : ....................................................................................................... :.........................................................................................................
Pengetahuan No Pertanyaan 1 2
3
Apakah anda mengetahui tentang kutu busuk ? Apakah pernah ditemukan kutu busuk di tempat tinggal anda ? Jika jawaban YA : Di mana pernah menemukan kutu busuk Apakah anda pernah merasakan gigitan/gangguan kutu busuk ? Jika jawaban YA : Di bagian mana yang pernah digigit kutu busuk ?
Sejak kapan anda merasakan adanya gangguan kutu busuk?
4
Dapatkan anda membedakan gigitan akibat kutu busuk atau dari gigitan serangga lainnya (misalnya semut, nyamuk, dll)
Jawaban a
Ya
b
Tidak
a
Ya
b
Tidak
a b c d a
Tempat Tidur Kursi/meja belajar Rak buku Lemari pakaian Ya b
Tidak
a b c d e a b c d a
Lengan Punggung Paha Kaki Lainnya, sebutkan ........ < 1 bulan Tiga bulan >3 bulan Lainnya, sebutkan ......... Ya b Tidak
16
Jika jawaban YA : Efek apa yang ditimbulkan dari gigitan kutu busuk 5
Menurut anda apakah ada kemungkinan kutu busuk ditemukan di tempat yang sanitasinya baik?
Sikap No 1
2
3
4
5
2
3
Rasa gatal Kemerahan Anemia Lainnya, sebutkan ......... Ya b Tidak
Pernyataan
Jawaban
Menurut saya jika ada infestasi kutu busuk saya akan mematikan kutu busuk secara manual lalu menjemur kasur atau sofa yang terinfestasi Saya rasa pengendalian infestasi kutu busuk dengan insektisida sangat diperlukan
a b c
Setuju Kurang setuju Tidak setuju
a b c
Setuju Kurang setuju Tidak setuju
Ketika ada gigitan kutu busuk saya akan mengobati bekas gigitan dengan minyak atau lotion Menurut saya penyuluhan tentang kutu busuk diperlukan agar masyarakat mengetahui cara pengendaliannya Menurut saya keberadaan kutu busuk merupakan masalah karena cukup menganggu
a b c
Setuju Kurang setuju Tidak setuju
a b c
Setuju Kurang setuju Tidak setuju
a b c
Setuju Kurang setuju Tidak setuju
Praktik No Pertanyaan 1
a b c d a
Menurut anda apa yang sebaiknya dilakukan untuk mengatasi infestasi kutu busuk? Berapa kali menjemur kasur selama tinggal?
Apa perlu menjemur kasur/kursi?
Jawaban a b c d a b c d a b c
Mengganti kasur yang terinfestasi Pengendalian secara kimiawi (insektisida) Memberikan penyuluhan kepada mahasiswa Membiarkan saja Setiap hari 1x seminggu >2x sebulan Tidak pernah Perlu sekali Perlu Tidak perlu
17
4
Berapa kali mengganti seprai kasur, sarung bantal, dan guling
5
Apa yang dilakukan ketika anda menemukan kutu busuk
d a b c d a b c d
Tidak perlu sama sekali 1x seminggu 2 minggu sekali 1x sebulan Tidak pernah mengganti Langsung membersihkan/mematikan sumber kutu busuk dan menyemprot dengan insektisida Mengganti seprai dan sarung bantal/guling Membuang kasur yang terinfestasi Tidak melakukan apa-apa
CATATAN: Surveyor mengajukan pertanyaan kepada Responden dengan ketentuan sbb: 1. Memberi tanda silang (X) pada jawaban yang paling tepat/mendekati jawaban responden 2. Secara langsung per orangan responden, sehingga jawaban yang diberikan bukan jawaban kelompok responden. 3. Pilihan jawaban tidak dibacakan kepada responden, biarkan responden memberikan jawaban sendiri.
18
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jember pada tanggal 8 September 1994 dari ayah Suprayitno dan ibu Ensiyana. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara. Tahun 2011 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Jember dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Fakultas Kedoteran Hewan. Penulis aktif sebagai anggota Himpunan Profesi Hewan Kesayangan dan Satwa Akuatik Eksotik (HKSA) FKH IPB. Penulis pernah mengikuti kegiatan IPB Goes to Field (IGTF) di Kabupaten Kudus pada tahun 2013 dan kegiatan pengabdian masyarakat di Riau pada tahun 2014.