PENGETAHUAN LANSIA TENTANG DENGAN MOTIVASI LANSIA MENGUNJUNGI POSBINDU 1
Dadan Mardian Priyana, 2 Widyatuti
S1 Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia 16424, Depok Email :
[email protected]
Abstrak
Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan lansia tentang posbindu dengan motivasi lansia mengunjungi Posbindu Anggrek di Desa Kutamekar Kecamatan Cariu Kabupaten Bogor 2014. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif studi cross sectional dengan jumlah sampel sebesar 84 orang dengan analisis data menggunakan uji chi square. Hasil penelitian didapatkan mayoritas lansia berpengetahuan rendah sebanyak 69% dan juga sebagian besar motivasinya rendah yaitu 65.5%. Penelitian ini juga mengidentifikasi adanya hubungan antara pengetahuan lansia dengan motivasi mengunjungi posbindu anggrek di Desa Kutamekar (p-value 0.000 < α 0.05). Untuk meningkatkan motivasi lansia datang ke posbindu puskesmas di sarankan membuka posbindu bertahap sesuai dengan lokasi yang dapat di jangkau dan memungkinkan dengan jumlah tenaga puskesmas.
Kata kunci : Lansia, pengetahuan, motivasi, posbindu ABSTRACT Knowledge is one of the factors that influence a person's motivation. This study aims to determine the relationship between elderly’ motivation visited the posbindu and their knowledge at Desa Cariu Kec.Cariu Bogor, 2014. This study uses descriptive cross-sectional study with a sample of 84 people with data analysis using chi square test. The results showed the majority of the elderly as much as 69% lower knowledgeable and also most of the motivation is low at 65.5%. The study also identified a link between elderly’ motivation visited the posbindu and their knowledge at Desa Kutamekar (p-value 0.000 < α 0:05). To increase the motivation of elderly come to posbindu , recommend opening a clinic in posbindu gradually according to the location that can be reached and allows the number of clinic staff Keywords: Elderly, Knowledge, Motivation, Posbindu
PENDAHULUAN Lansia merupakan seseorang yang sudah berumur di atas 60 tahun. Secara biologis, lansia mempunyai ciri-ciri yang dapat dilihat
secara nyata pada perubahan-perubahan fisik dan mentalnya. Proses ini terjadi secara alami yang tidak dapat dihindari dan berjalan secara terus menerus. Semakin bertambahnya usia seseorang, beberapa fungsi vital dalam tubuh ikut mengalami kemunduran fungsional.
Hubungan pengetahuan..., Dadan Mardian Priyana, FIK UI, 2014
Pendengaran mulai menurun, penglihatan kabur, dan kekuatan fisiknya pun mulai melemah. Menurut WHO (2013), di kawasan Asia Tenggara populasi Lansia sebesar 8% atau sekitar 142 juta jiwa. Pada tahun 2050 diperkirakan populasi Lansia meningkat 3 kali lipat dari tahun 2013. Pada tahun 2000 jumlah Lansia sekitar 5,300,000 (7,4%) dari total polulasi, sedangkan pada tahun 2010 jumlah Lansia 24,000,000 (9,77%) dari total populasi, dan tahun 2020 diperkirakan jumlah Lansia mencapai 28,800,000 (11,34%) dari total populasi. Sedangkan di Indonesia sendiri pada tahun 2020 diperkirakan jumlah Lansia sekitar 80.000.000 (Depkes RI, 2013). Peningkatan jumlah penduduk lansia ini disebabkan peningkatan angka harapan hidup sebagai dampak dari peningkatan kualitas kesehatan. Pembinaan lanjut usia sangat memerlukan perhatian khusus sesuai dengan keberadaannya jika hal ini tidak ditangani maka akan menimbulkan permasalahan yang cukup besar. Sementara itu, negara melalui UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 138 bahwa upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia harus ditujukan untuk menjaga agar tetap hidup sehat dan produktif secara sosial maupun ekonomi sesuai dengan martabat kemanusiaan (Depkes RI, 2011). Berkunjung ke posbindu merupakan salah satu cara untuk mendapatkan dan memenuhi status kesehatan. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Wahono (2010), ada pengaruh dukungan sosial, sikap lansia tentang fungsi dan manfaat posbindu, serta peran kader posbindu dengan pemanfaatan posbindu. Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya kunjungan lansia ke pelayana kesehatan adalah kurangnya informasi lansia tentang posyandu. Dapat di simpulkan bahwa pengetahuan lansia yang meningkat dapat mendorong minat atau
motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posbindu. Mengikuti kegiatan posbindu, lansia akan mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana cara hidup sehat dengan segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang melekat pada mereka. Lansia yang tidak memiliki motivasi berkunjung atau mengikuti kegiatan posyandu maka status kesehatannya tidak akan terpantau dengan baik. Pelayanan yang dilakukan di posbindu merupakan pelayanan ujung tombak dalam penerapan kebijakan pemerintah untuk pencapaian lanjut usia sehat, mandiri dan berdaya guna. Jika seseorang sehat dan aman, maka kesempatan berpartisipasi bertambah besar, masa tua bahagia dan berdayaguna (Komnas Lansia, 2010). Sosialisasi mengenai program posbindu akan menambah pengetahuan lansia mengenai pentingnya mengikutinya. Lansia yang aktif mengunjungi posbindu pengetahuannya akan meningkat, yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posbindu. Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk mengetahui apakah ada hubungan tingkat pengetahuan lansia dengan motivasi mengunjungi posbindu METODE Desain penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kuantitatif dengan desain deskriptif korelasi menggunakan pendekatan cross sectional. Menurut Dharma (2011), desain cross sectional adalah desain penelitian analitik yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel dimana variabel independen dan dependen didefinisikan pada satu satuan waktu. Sebagai variabel independen (faktor risiko) dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan, sedangkan faktor dependen dalam penelitian ini motivasi lansia mengunjungi posbindu
Hubungan pengetahuan..., Dadan Mardian Priyana, FIK UI, 2014
Sampel : Sampel yang digunakan sebanyak 84 orang responden dengan kriteria inklusi Lansia yang umur 60-80 tahun, terdaftar sebagai masyarakat di Desa Kutamekar, bersedia menjadi responden, lansia kooperatif, bisa mendengar, berbicara, dan tidak mempunyai kelainan jiwa. Instrumen : Instrumen yang digunakan berupa kuesioner. Untuk kuesioner pengetahuan dan motivasi disusun sendiri oleh peneliti dan telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. HASIL PENELITIAN
Pengetahuan Rendah Tinggi
Frekuensi 58 26 84
(%) 69 31 100
Tabel 5.2 menunjukkan gambaran pengetahuan lansia di Posbindu anggrek. Hasil penelitian menunjukan sebagian besar lansia mempunyai pengetahuan rendah yakni 69%. Tabel 5.3 Motivasi Lansia di Posbindu Anggrek Desa Kutamekar Wilayah Kerja Puskesmas Cariu Tahun 2014
Analisa Univariat Tabel 5.1 Karakteristik (Jenis Kelamin, Umur, Pendidikan dan Pekerjaan) Responden Lansia di Posbindu Anggrek Desa Kutamekar Wilayah Kerja Puskesmas Cariu Tahun 2014
Variabel Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Umur Elderly (60-74) Old (74-90) Pendidikan Tidak Sekolah SD/Sederajat SMP/SMA/DIII/SI Pekerjaan Tidak Bekerja Bekerja
Tabel 5.2 Pengetahuan Lansia di Posbindu Anggrek Desa Kutamekar Wilayah Kerja Puskesmas Cariu Tahun 2014
F ( n=84)
(%)
38 46
45.2 54.8
71 13
84.5 15.5
59 15 10
70.2 17.9 11.9
24 60
23.8 76.2
Tabel 5.1 menunjukan gambaran karakteristik Lansia yang ada di Posbindu Angrek Desa Kutamekar. Mayoritas jenis kelamin lansia adalah perempuan sebesar 46 (54.8%). Sebagian besar lansia berada pada rentang umur elderly (60-74) sebanyak 71 orang (84.5%). Berdasarkan tabel 5.1 di atas dapat dilihat sebagian besar lansia tidak sekolah sebanyak 59 orang (70.2%) dan lansia yang masih bekerja yaitu sebanyak 60 orang (70.2%).
Motivasi Rendah Tinggi
Frekuensi 55 29 84
(%) 65.5 34.5 100
Tabel 5.3 menunjukkan gambaran motivasi lansia di Posbindu Anggrek. Mayoritas lansia memiliki motivasi yang rendah sebanyak 55 orang. Analisa Bivariat Tabel 5.4 Hubungan Tingkat Pengetahuan Lansia tentang Posbindu dengan Motivasi Lansia Mengunjungi Posbindu Anggrek di Desa Kutamekar Wilayah Kerja Puskesmas Cariu Tahun 2014
Penget ahuan
Motivasi Rendah Tinggi n (%) n (%)
N
(%)
Rendah
49
58
Tinggi
6
69. 0 31. 0 100
55
58. 3 7.2 65. 5
9 20 29
10. 7 23. 8 34. 5
Total
26 84
OR
Pvalu e
18.148 5.70957.690
0.00 0
Hasil analisis diperoleh bahwa ada 10,7% lansia yang berpengetahuan rendah mempunyai motivasi tinggi sedangkan diantara lansia yang berpengetahuan tinggi ada 23,8% memiliki motivasi tinggi. Hasil uji statistik diperoleh
Hubungan pengetahuan..., Dadan Mardian Priyana, FIK UI, 2014
nilai P-value < α, maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi motivasi lansia mengunjungi posbindu anggrek antara yang pengetahuannya tinggi dan rendah (ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan motivasi mengunjungi posbindu). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=18.148, artinya lansia yang memiliki pengetahuan tinggi mempunyai peluang 18.15 kali untuk datang ke posbindu di banding dengan lansia yang berpengatahuan rendah. PEMBAHASAN Karakteristik Responden Lansia di Posbindu Anggrek Desa Kutamekar 1. Jenis Kelamin Hasil penelitian menemukan bahwa lebih banyak responden lansia berjenis kelamin perempuan. Menurut Hardywinoto (2005) jumlah penduduk lanjut usia wanita pada umumnya lebih banyak dibandingkan pria, hal ini dapat dilihat dari presentasi pria dan wanita serta ratio jenis kelamin dari penduduk lanjut usia lelaki dan perempuan. Penelitian ini menunjukan bahwa lansia perempuan cenderung memeliki motivasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan motivasi lansia laki-laki untuk mengunjungi posbindu. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Sigalingging (2008) tentang sikap motivasi lansia terhadap kegiatan senam lansia berdasarkan jenis kelamin di desa Sihumbang Taput didapatkan hasil bahwa kepercayaan lansia perempuan terhadap kegiatan senam lansia cukup baik, sedangkan kepercayaan lansia laki laki terhadap kegiatan senam lansia masih kurang. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan dan kepercayaan lansia perempuan lebih baik dibandingkan lansia laki laki. Oleh sebab itu, sebagian besar
lansia yang datang dan memanfaatkan Posbindu Anggrek adalah perempuan. 2. Umur Hasil penelitian menemukan bahwa responden lansia lebih banyak berada pada usia antara 60 sampai 70 tahun atau kategori elderly. Menurut Wijayanti (2008) hal ini mungkin dikarenakan lansia mengalami perubahan atau kemunduran dalam berbagai aspek kehidupannya, baik secara fisik maupun psikis. Hal ini sependapat dengan penelitian Rahayu (2010) yang mengatakan bahwa lansia yang berusia 70 tahun keatas tidak aktif mengikuti posbindu dikarenakan adanya penurunan fungsi tubuh. Penurunan fungsi tubuh pada lansia seiring dengan bertambahnya waktu dan bertambahnya usia, sehingga lansia akan mengalami perubahanperubahan baik secara fisik dan psikologik (Stanhope & Lancaster, 2004). Dari Konsep dapat disimpulkan bahwa semakin usia bertambah, maka akan disertai dengan penurunan fungsi tubuh. Penurunan fungsi tubuh baik secara fisik maupun psikologi yang dialami lansia akan mempengaruhi motivasi lansia dalam memanfaatkan posbindu. Penelitian lain yang dilakukan Henniwati (2008) mengatakan bahwa umur tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pemanfaatan posbindu. Artinya seiring dengan bertambahnya umur lansia maka akan sering datang ke posbindu. Hal ini menunjukan umur dapat dikaitkan dengan pengalaman, semakin tua umur maka semakin banyak pengalaman yang didapat dan semakin banyak informasi yang diperoleh (Notoatmodjo, 2007). Kematangan usia akan mempengaruhi pengalaman dan pengetahuan lansia. Pengetahuan yang didapat inilah yang mempengaruhi lansia untuk memanfaatkan posbindu
Hubungan pengetahuan..., Dadan Mardian Priyana, FIK UI, 2014
3. Pendidikan Penelitian ini memperoleh hasil bahwa, pendidikan terakhir lansia yang terbanyak berada pada kategori pendidikan rendah yaitu tidak pernah sekolah. Menurut Raharjo & Le (2002) bahwa lansia di Indonesia ratarata berpendidikan rendah. Hal ini sependapat dengan penelitian Rahayu (2010) yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan tidak mempengaruhi intensitas kunjungan ke posbindu. Lansia dengan berpendidikan rendah tidak berarti mutlak memiliki pengetahuan rendah. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidiakan non formal. Lanjut usia dengan pendidikan rendah tidak menutup kemungkinan mampunyai pemahaman, pengetahuan ataupun wawasan baik bila lanjut usia banyak membaca sumber informasi. Pengetahuan yang di dapat meningkatkan motivasi lansia untuk datang dan memanfaatkan Posbindu Anggrek. Berbanding terbalik dengan penelitian Henniwati (2008) yang mengatakan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang akan meningkatkan pula ilmu pengetahuan, informasi yang didapat. Tingkat pendidikan lansia akan berdampak pada tujuan kesehatan yang akan dicapai oleh lansia, sehingga akan mempengaruhi perilaku lansia dalam mencapai tujuan kesehatan dan kesejahteraan lansia (Burke & Laramie, 2000). Berdasarkan hasil analisis dapat dinyatakan bahwa tingkat pendidikan pada lansia akan mempengaruhi lansia dalam menerima informasi dan akan berdampak pada pola pengetahuan dan perilu lansia. Semakin tinggi pendidikan lansia maka semakin mudah menerima informasi tentang posbindu. Informasi dan pengetahuan itu bisa di dapat dari penyuluhan petugas kesehatan, media massa dan informasi dari
orang sekitar. Informasi yang diperoleh dapat meningkatkan pengetahuannya, pengetahuan yang baik dapat memberi motivasi yang lebih pada lansia untuk rutin datang ke posbindu Menurut Mubarak (2007) pendidikan sebagai suatu proses dalam rangkaian mempengaruhi dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan perilaku pada dirinya, karena tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi kesehatan. Hal ini menunjukan semakin tinggi pendidikan maka kebutuhan dan tuntutan terhadap pelayanan kesehatan semakin meningkat pula, semakin rendah pendidikan akan mengakibatkan mereka sulit menerima penyuluhan yang diberikan. 4. Pekerjaan Hasil penelitian menemukan bahwa mayoritas reponden lansia masih bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dikarenakan lansia ingin hidup mandiri tanpa bantuan dari keluarganya. Hal ini didukung oleh penelitian Rahayu (2010) yang mengatakan bahwa ketidakaktifan lansia karena lansia mayoritas masih bekerja dan juga tidak ingin tergantung pada orang lain. Jadi sedapat mungkin mereka ingin mempunyai sumber daya sendiri. Adanya aktifitas atau lansia yang bekerja membuat lansia belum merasakan pentingnya kegiatan posbindu, tidak adanya posbindu lansia di sekitar wilyahnya, dan jarak tempuh yang relatif jauh dari posbindu tempat lain membuat lansia tidak datang ke posbindu. Penelitian lain yang dilakukan oleh Henniwati (2008) menjelaskan bahwa pekerjaan tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap pemanfaatan posbindu. Menurut Iqbal, Chayati, Rozikin, dan Supradi (2007) Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh
Hubungan pengetahuan..., Dadan Mardian Priyana, FIK UI, 2014
pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak secara langsung. Jadi ketika lansia bekerja mereka mendapatkan informasi baik secara langsung (dari teman) maupun tidak (media massa), sehingga informasi yang didapat dapat menambah pengetahuannya. Pengetahuan yang diterima dapat memberikan motivasi kepada lansia untuk selalu memanfaat posbindu Motivasi Lansia Mengunjungi Posbindu Anggrek di Desa Kutamekar Penelitian ini memperoleh hasil bahwa sebagian besar lansia di Desa Kutamekar mempunyai motivasi yang rendah untuk mengunjungi posbindu. Menurut Marquis dan Huston (2012) motivasi adalah tindakan yang dilakukan orang untuk memenuhi kebutuhan yang belum tercapai. Motivasi itu timbul karena adanya suatu kebutuhan atau keinginan yang harus dipenuhi. Keinginan itu akan mendorong individu untuk melakukan suatu tindakan, agar tujuannya tercapai serta motivasi adalah dorongan penggerak untuk mencapai tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari. Menurut Sunaryo, 2004 motivasi dapat timbul dari dalam diri individu (internal) atau datang dari lingkungan (external). Pengetahuan yang rendah merupakan salah satu faktor internal yang memepengaruhi motivasi lansia mengunjungi posbindu. Posbindu yang jauh, jalan ke posbindu yang masih jelek juga merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi lansia mengunjungi posbindu. Lansia di Desa Kutamekar memiliki pengetahuan yang rendah karena kurangnya informasi, sehingga lansia kurang sadar pentingnya manfaat posbindu bagi kesehatannya. Posbindu yang hanya satu membuat lansia yang berada jauh dari posbindu tidak mengetahui kegiatannya, akses jalan yang jelek juga membuat lansia tidak dapat memanfaatkan posbindu.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Veronika, Widyastuti (2010) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan keaktifan lansia mengikuti posyandu diperoleh hubungan yang bermakna antara motivasi dengan kunjungan posbindu. Lansia yang memliki motivasi rendah, disebabkan karena kurangnya informasi tentang posbindu dan manfaatnya. Hal ini disebabkan oleh jadwal kegiatan Posbindu tidak disebarkan ke seluruh masyarakat desa, hanya ada satu posbindu di Desa Kutamekar. Pengumuman lewat Toa Mesjid hanya yang dekat dengan Mesjid dan yang dipinggir jalan saja yang bisa mendengarkan. Kegiatan Posbindu saat ini masih berlangsung pada jam kerja, sementara sasarannya adalah masyarakat yang produktif. Hubungan Pengetahuan dengan Motivasi Lansia Mengunjungi Posbindu Temuan Penelitian ini teridentifikasi bahwa lansia yang memiliki motivasi rendah memiliki proporsi pengetahuan yaitu 58.3% di bandingkan dengan responden yang berpengetahuan tinggi yaitu 7.2%. Hasil uji statistik diperoleh nilai P-value < α, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan motivasi mengunjungi posbindu anggrek. Lansia yang memiliki pengetahuan rendah mempunyai peluang 18.15 kali untuk tidak datang ke posbindu anggrek. Penelitian ini menunjukan lansia berpengetahuan tinggi lebih besar porsinya untuk termotivasi datang ke posbindu. Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang penting dalam membentuk tindakan seseorang. Hal ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Tri Ariyani (2011) di Puskesmas Bangbanglipuro
Hubungan pengetahuan..., Dadan Mardian Priyana, FIK UI, 2014
D.I Yogyakarta yang berjudul Identifikasi Faktor Perilaku dalam Pemenfaatan Posyandu Lansia di dapatkan hasil adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pemenfaatan posbindu.
status kesehatannya. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terlihat bahwa tingkat pengetahuan responden yaitu rendah sehingga mempunyai pengaruh besar terhadap motivasi lansia tersebut dalam mengunjungi posbindu.
Berdasaran hasil penelitian, peneliti berasumsi bahwa pengetahuan yang diperoleh oleh responden sangat berpengaruh terhadap motivasi lansia mengunjungi posbindu. Karena semakin tinggi pengetahuan yang diperoleh maka akan semakin timbul motivasi lansia untuk datang ke posbindu sebagai sarana untuk mengecek kondisi kesehatan. Peningkatan pengetahuan memiliki hubungan yang positif dengan perubahan perilaku. Dimana pengetahuan dapat diperoleh melalui pendidikan dan penyuluhan-penyuluhan kesehatan (Notoatmodjo, 2007). Hal ini bisa didapatkan juga dengan membaca buku dan mendengarkan televisi, radio, juga dapat diperoleh melalui pengamatan berupa penglihatan, penciuman dan raba. Selain itu pengetahuan juga dapat diperoleh melalui institusi pendidikan. Dimana institusi pendidikan merupakan tempat diselenggarakannya proses belajar mengajar secara formal, dimana terjadi transformasi ilmu pengetahuan dari para guru atau pengajar kepada anak didiknya. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi kemampuan penyerapan informasi. Informasi inilah yang menjadi pengetahuan bagi seseorang.
Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan baik juga tidak menjamin seseorang untuk berprilaku baik, seseorang yang memiliki pengetahuan baik tentang kesehatan belum tentu ia memiliki prilaku kesehatan yang baik pula dan perlu faktor-faktor pendukung lainnyan untuk membuat para lansia memiliki motivasi tinggi datang ke posbindu. Dalam penelitian ini lansia mengetahui kegiatan apa saja yang ada di posbindu tapi mereka tidak memiliki motivasi untuk datang karena adanya faktor fisik, lingkungan dan ketersediaan posbindu disekitar wilayah mereka.
Hal ini didukung dengan teori Harbandiyah (2006), yang mengatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi meningkatnya motivasi seorang lansia untuk mengunjungi posbindu dapat berasal dari dalam individu itu sendiri (faktor predisposisi yaitu pengetahuan). Jika pengetahuan masyarakat baik, maka mempunyai pengaruh besar terhadap peningkatan kesehatan seseorang, sedangkan jika pengetahuan masyarakat buruk maka dapat menyebabkan kegagalan dalam peningkatan
KESIMPULAN Hasil penelitian ini didapatkan mayoritas lansia berpengetahuan rendah tentang posbindu, sebagian besar juga memiliki motivasi yang rendah untuk mengunjungi Posbindu Anggrek. Hasil analisa didapatkan hubungan yang signifikan antara Pengetahuan dengan Motivasi Lansia Mengunjungi Posbindu Anggrek di Desa Kutamekar Kecamatan Cariu Kabupaten Bogor 2014. Artinya, pengetahuan sangat mempengaruhi motivasi lansia mengunjungi Posbindu Anggrek. Lansia yang memiliki pengetahuan tinggi akan mempunyai motivasi yang besar untuk datang dan memanfaatkan Pobindu Anggrek dan sebaliknya bagi lansia yang memiliki pengetahuan rendah. REFERENSI Ariyani, Tri,. 2011. Identifikasi faktor perilaku dalam pemanfaatan posyandu lansia di puskesmas Bambanglipuro Kabupaten Bantul D.I Yogyakarta.Skripsi.FKM UI. DepoK
Hubungan pengetahuan..., Dadan Mardian Priyana, FIK UI, 2014
Azwar, S. 2008. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset Marquis, B.L & Huston, C.J.2012.Leadership Roles and Management Function in Nursing : Theory and Application.chapter 7.Philadelphia : Lippincot & Wilkins. Depkes RI.2000. Pedoman Pembinaan Kesehatan Lanjut Usia bagi Petugas Kesehatan I Kebijaksanaan Program. Jakarta : Direktorat Bina Kesehatan Komunitas Effendy.2008.Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC Fatma. 2008.Keperawatan Komunitas Upaya Memandirikan Masyarakat Untuk Hidup Sehat, Trans Info Media, Jakarta Frans, J.2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Kunjungan Lansia ke Posyandu Lansia di Puskesmas Batang Beruh Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi 2010. Diakses tanggal 20 Oktober 2013 Pukul 20.15 WIB Dari http//jurnal.usu.ac.id/index.php/ws/article/d ownload/2132/1163 Harbandiyah.2006. Perencanaan dan evaluasi pendidikan kesehatan. Semarang: UNDIP Hardywinoto.2005. Panduan Gerontologi. Jakarta : Gramedia Henniwati.2008. faktor-faktor yang mempengaruhi pemenfaatan pelayanan posyandu lanjut usia di wilayah kerja puskesmas Kabupaten Aceh Timur.Tesis.Medan : Universitas Sumatera Utara Komisi Nasional Lanjut Usia.2010.Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia.Jakarta Mubarok, W. I.2008.Ilmu keperawatan komunitas 2. Jakarta: Salemba Medika. Mubarak W I, Chayatin N, Rozikin K, Supradi. 2007. Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta : Graha Ilmu Notoatmodjo, S.2007 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Potter & Perry .2005. Fundamental of Nursing : Concept, process and practice. Mosby Company Rahayu. S, Purwanta, Harjanto,. D. faktorfaktor yang mempengaruhi ketidakaktifan lanjut usia ke posyandu di Puskesmas Cebogan Salatiga. Jurnal kebidanan dan keperawatan, volume 6/nomor 1/Juni 2010. Yogyakarta : ISSN Sigalingging. 2008.Sikap motivasi lansia terhadap kegiatan senam lansia berdasarkan jenis kelamin di desa sihumbang taput.Diakses tanggal 22 Juni 2014 Pukul 17.00 WIB Darihttp://uda.ac.id/jurnal/files/Ganda%202 008.pdf Stanley, M., & Patricia, G.B.2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi : 2. Alih bahasa, Nety Juniarti, Sari Kurnianingsih; Editor Bahasa Indonesia, Eny Meiliya, Monica Ester. Jakarta: EGC Sunaryo. 2004. Psikologi. EGC, Jakarta Veronika, Wulan Widyastuti. 2010. Faktorfaktor yang berhubungan dengan keaktifan lansia mengikuti posyandu di unit Rehabilitasi Wening Wardoyo Undaran. Skripsi Wahono, H.2010.Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu Lansia di Gantungan Makam haji. Diakses tanggal 22 Juni 2014 Pukul 20.15 WIB Darihttp://etd.eprints.ums.ac.id/952 0/1/J210080010.pdf posbindu Wijayanti.2008.Hubungan kondisi fisik RTT lansia terhadap kondisi sosial lansia di RW 03 RT 05 Kelurahan Tegalsari Kecamatan Candi Sari Semarang. Jurnal ilmiah perencanaan kota dan permukiman, volume 7/nomor 1/maret 2008
Hubungan pengetahuan..., Dadan Mardian Priyana, FIK UI, 2014