Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN : 2335-6371
Maulida
Komunikasi Dan Koordinasi Kader Dengan Pelaksanaan Posbindu Lansia The Relation Between Cadres’ Communication And Coordination With The Implementation Of Integrated Coaching Post
Maulida1Hermansyah2 Mudatsir3 ¹Mahasiswa Magister Keperawatan Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, 2 Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Banda Aceh 3. Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Email:
[email protected]
.
Abstrak Program Posbindu Lansia di Kabupaten Aceh Timur saat ini tidak berjalan seperti yang diharapkan. Kemungkinan hal ini disebabkan masih terdapat beberapa posbindu lansia yang tidak dilaksanakan setiap bulannya, dan kurangnya partisipasi kader dalam bentuk komunikasi dan koordinasi terhadap pelaksanaan posbindu lansia. Jumlah kunjungan lansia pada posbindu tahun 2013 hanya 20.12%. Penelitianini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara komunikasi dan koordinasi kader dengan pelaksanaan posbindu lansia. Penelitian inibersifatkorelasidenganpendekatancross sectional studyterhadap67orang kader yang diperolehdenganteknikpropotional sampling dan dianalisis dengan ujiChi Square. Hasil penelitianmenunjukkanbahwa komunikasi (p=0.000; OR=21.25; 95%CI) dan koordinasi (p=0.000; OR=15.46; 95%CI) kader berhubungan dengan pelaksanaan posbindu lansia, kader yang melakukan komunikasi ternyata 21 kali lebih baik dalam melaksanakan posbindu lansia dan kader yang melakukan koordinasi 15 kali lebih baik dalam melaksanakan posbindu lansia. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan posbindu lansia akan berjalan sebagaimana yang diharapkan jika terbinanya komunikasi yang efektif dan koordinasi yang baik dengan pihak terkait. Kata Kunci: Komunikasi, Koordinasi, Posbindu
Abstract The program of Integrated Coaching Post for Erlderly people in Aceh Timur District has not been run well as expected. Probably, it is caused by the fact that there are still Integrated Coaching Posts for Elderly People that are not conducted every month, and there was alack of cadres’ participation in the form of communication and coodination in the implementation of integrated coaching post for elderly people. The percentage of elderly people’s visit to the Integred Coaching Post in 2013 was only 20,12%. This research aimed to find out the relation between cadres’ comunication and coordination with the imlementation of integrated coaching post for elderly people. This was a correlatonal design wit a cross sectional study appoach at the 67 cadres that werw obtained through a technique of proportional sampling and analysed though a Chi Square test. The results of research of showed that cadres’ communication (p=0.000; oR=21.25; 95%CI) and coordination (p=0.000; oR=15.46; 95%CI) were related to the implementation of integrated coaching post for elderly people. Actually, the cadres who did acommunication werw better for 21 times in performing the integrated coaching post and the cadres’ who did a coordination werw better for 15 times in performing the integrated coaching post. The result showed that the implementation of integrated coaching post will be run as expected if there is a mantainance of effective communication and good coordination with the related parties. Key words : Communication, coordination, Integrated coaching post
194
Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN : 2335-6371
Maulida
kegiatan
Latar Belakang Pos
pembinaan
terpadu
(Posbindu)
Posbindu
Andersson
di
terdapat
dimana
dalam
2010).
Berdasarkan hasil penelitian dari Ansari dan
merupakan suatu wadah kelompok usia lanjut masyarakat
(Sugiyah,
proses
(2011)
keuntungan
melaporkan dari
bahwa
pemberdayaan
pembentukannya dilakukan oleh masyarakat
kader yang telah dilakukan yaitu penekanan
bekerjasama
pada biaya dari program kesehatan di Inggris.
dengan
lembaga
sosial,
pemerintahan dan swasta sebagai wujud peran serta masyarakat dalam pembangunan
Berdasarkan BPS RI tahun 2013 Jumlah
kesehatan yang menitik beratkan pada upaya
penduduk lansia di Indonesia tahun 2012
peningkatan
sekitar 18,55 juta orang atau 7,78 persen dari
dan
masalah-masalah
pencegahan lansia
terhadap
(Notoatmodjo,
total
penduduk
Indonesia.
Persentase
2007). Posbindu salah satu bentuk Upaya
penduduk lansia yang telah mencapai angka
Kesehatan
Masyarakat
di atas tujuh persen, menunjukkan bahwa
(UKBM) untuk meningkatkan kesehatan dan
negara Indonesia sudah mulai masuk ke
mutu kehidupan untuk mencapai masa tua
kelompok negara berstruktur tua (ageing
yang bahagia dan berguna dalam kehidupan
population). Struktur penduduk yang menua
keluarga dan masyarakat (Depkes, 2007)
tersebut merupakan salah satu indikator
Bersumber
daya
keberhasilan
pencapaian
pembangunan
Pelaksanaan Posbindu sangat tergantung
nasional, khususnya sebagai cerminan dari
pada peran kader, kader-kader posbindu ini
semakin panjangnya rata-rata usia penduduk
pada umumnya adalah relawan yang berasal
Indonesia.
dari masyarakat yang dipandang memiliki
Provinsi Aceh berdasarkan hasil BPS pada
kemampuan lebih dibandingkan anggota
tahun 2012 adalah 5,88 % dari total
masyarakat lainnya. Mereka inilah yang
penduduk Aceh, sedangkan di Kabupaten
memiliki andil besar dalam memperlancar
Aceh Timur jumlah penduduk lansia dalam
proses pelayanan kesehatan (Ochman, 2012).
kelompok umur 60 tahun adalah 5,55 % dari
Kader
total penduduk kabupaten tersebut (Prov.
diharapkan
bisa
memberikan
dukungan berupa berbagai pelayanan yang
Jumlah
penduduk
lansia
di
Aceh, 2013).
meliputi pengukuran tinggi dan berat badan, pengukuran tekanan darah, pengisian lembar
Pada hakikatnya menjadi tua merupakan
KMS,
atau
proses alamiah yang berarti seseorang telah
kesehatan,
melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu :
menggerakkan serta mengajak lanjut usia
masa anak, masa dewasa, dan masa tua. Tiga
(Lansia) untuk hadir dan berpartisipasi dalam
tahap ini berbeda, baik secara biologis
memberikan
menyebarluaskan
penyuluhan
informasi
195
Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN : 2335-6371
Maulida
maupun psikologis. Memasuki masa tua
Peran
berarti mengalami kemunduran secara fisik
memelihara kesehatan lansia ditunjukkan
maupun psikis. Penelitian yang dilakukan
oleh adanya partisipasi kader kesehatan yang
Lembaga Demografi Universitas Indonesia
berasal dari anggota masyarakat dan menjadi
pada tahun 2010 menemukan bahwa sekitar
komunitas pemerhati kesehatan lansia yang
74
bekerja di Posbindu Lansia. Dan juga
persen
lansia
dinyatakan
mengidap
serta
masyarakat
berbagai
penyakit kronis yang banyak diderita lanjut
partisipasi lansia dalam kegiatan posbindu
usia, sehingga mereka tidak dapat melakukan
yang telah direncanakan untuk meningkatkan
aktifitas kehidupan sehari-hari. Penurunan
kesehatan masyarakat lanjut usia, dimana
kondisi fisik lanjut usia berpengaruh pada
pengetahuan lansia tentang posbindu erat
kondisi
berubahnya
kaitannya dengan penyuluhan kesehatan
penampilan, menurunnya fungsi panca indera
yang dilakukan oleh kader kesehatan dan
menyebabkan lanjut usia merasa rendah diri,
tenaga kesehatan Puskesmas baik dalam
mudah tersinggung dan merasa tidak berguna
bentuk pengumuman, selebaran, undangan
lagi. Kondisi ini membuat lansia menjadi
maupun penyuluhan.
kelompok
rentan
Dengan
terhadap
yang
ikut
penyakit kronis. Tekanan darah tinggi adalah
psikis.
faktor
untuk
mempengaruhi
gangguan
kesehatan dan membutuhkan perhatian yang
Berdasarkan
survei
awal
yang
penulis
serius dari anggota masyarakat disekitar
lakukan didapatkan bahwa Kabupaten Aceh
lansia tersebut (Setiawan, 2006).
Timur
terdapat 24 kecamatan, 503 desa
dengan 26 Puskesmas. Pada tahun 2002 Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan
Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur
untuk
meningkatkan
yang telah membentuk 10 Posbindu Lansia.
kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah
Sejalan dengan adanya pemekaran wilayah
dan masyarakat. Hal ini berarti bahwa
serta penambahan Puskesmas di wilayah
peningkatan kesehatan ini baik kesehatan
Kabupaten Aceh Timur, maka Posbindu
individu, kelompok atau masyarakat harus
Lansia menjadi 22 Posbindu pada tahun
diupayakan dalam mewujudkan kesehatan
2007. Pada tahun 2013 terdapat 68 Posbindu
yang dilakukan oleh individu, kelompok
Lansia. Setiap desa terdapat 2 sampai 3
masyarakat, lembaga pemerintahan ataupun
kader. Kader di Aceh Timur belum ada
swadaya masyarakat. Upaya mewujudkan
pemilahan berdasarkan tugas-tugas, semua
kesehatan tersebut dapat dilihat dari dua
kader mengikuti kegiatan dalam upaya
aspek yaitu pemeliharaan kesehatan dan
meningkatkan kesehatan masyarakat. Kecuali
peningkatan kesehatan (Notoatmodjo, 2007)
Kader Comunity Mental Health Nursing
memlihara
dan
196
Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN : 2335-6371
Maulida
(CMHN), berbeda karena ada pelatihan
koordinasi
kader
dengan
pelaksanaan
khusus (Dinkes Aceh Timur, 2013).
Posbindu lansia di wilayah Kabupaten Aceh Timur.
Program Posbindu Lansia di Kabupaten Aceh Timur saat ini tidak berjalan seperti yang
Metode
diharapkan dan kurangnya partisipasi kader
Penelitian ini adalah penelitian korelasi
dalam bentuk komunikasi dan koordinasi
dengan
terhadap
pelaksanaan
sectional
beberapa
Posbindu
posbindu.
Lansia
yang
Ada
menggunakan yang
pendekatan bertujuan
cross untuk
tidak
menggambarkan hubungan antar variabel.
dilaksanakan setiap bulannya. Dari laporan
Pada penelitian ini, pengukuran dilakukan
Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur
satu kali dalam waktu yang bersamaan
tahun 2013 juga diperoleh informasi jumlah
dengan menggunakan alat ukur berupa
kunjungan Lansia di Posbindu binaan hanya
kuesioner. Populasi penelitian ini adalah
20,12% (Dinkes Aceh Timur, 2013).
seluruh kader desa di wilayah Kabupaten Aceh Timur yang berjumlah 204 orang.
Indikator
penilaian
partisipasi
kader
Perhitungan besar sampel ditentukan dengan
Posyandu Lansia seperti yang dikemukakan
menggunakan rumus yang dikemukakan oleh
adalah dengan menilai kinerja kader terkait
Slovin (Notoatmodjo, 2010.
pengenalan program, perencanaan kegiatan, pelaksanaan atau pengorganisasian kegiatan,
Jumlah kader di desa bervariasi maka peneliti
pemantauan kegiatan dan evaluasi kegiatan
menggunakan
Posbindu lansia (Budi, 2011). Penelitian
jumlah responden pada setiap desa agar
yang
jumlah
dilakukan
memaparkan
Mardikanto partisipasi
responden
untuk
menjadi
menentukan
proporsional
pada
sesuai dengan jumlah pada masing-masing
bentuk
desa maka peneliti menggunakan rumus
keterlibatan dan keikutsertaan secara aktif
proportional sampling. Metode pengambilan
dalam keseluruhan proses kegiatan yang
sampel
yang
bersangkutan
pengambilan
random
sampling
keputusan dalam perencanaan, pengendalian
individu
dapat
serta permanfaatan hasil kegiatan.
mempertimbangkan
dasarnya
bahwa
(2003)
rumus
merupakan
suatu
mencakup
digunakan yaitu
dijadikan
adalah
simple
dimana
setiap
sampel
tanpa
karakteristik
yang
dimiliki individu (Dharma, 2011) Kemudian Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti
didata dan dipilih sampel dengan menarik
tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul
hubungan
komunikasi
dan 197
Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN : 2335-6371
Maulida
undian nama kader yang menjadi calon
Bedasarkan
tabel
responden.
mayoritas responden berusia 21-30 tahun 35.8%.Pendidikan
2
diperoleh
responden
bahwa
mayoritas
Hasil Penelitian
Tingkat SMA73,1%. Pekerjaan sebagai ibu
Pengumpulan data penelitian ini dilakukan
rumah tangga 89,6%. Penghasilan keluarga
tanggal 6 – 30 April 2015, di
wilayah
perbulan dibawah 1.000.00091%. Mayoritas
Kabupaten Aceh Timur. Hasil penelitian ini
kader tidak memiliki sertifikat posbindu
mengambarkan
lansia
karakteristik
responden
82.1%,
dan
kader
yang
tidak
berupa usia, tinggkat pendidikan, pekerjaan,
mengikuti pelatihan 76,1%. Mayoritas telah
penghasilan keluarga setiap bulan, memiliki
menjadi kader 6-10 tahun 50,7%.
sertifikat,
lamanya
menjadi
kader
dan
pelatihan dapat dilihat pada tabel 1 dibawah
Pada data penelitian didapatkan kader sudah
ini :
melakukan pencatatan pada meja pertama
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Data Demografi Responden
(44.8%), menyiapkan materi /media, menulis lansia yang hadir (35.8%), menimbang berat
Karakteristik
badan lansia,
Jumlah f (%)
pada pelaksaaan posbindu
lansia (47.8%). Hasil jawaban rata-rata 49.1,
Usia 21-30 tahun 24 (35,8) 31-40 tahun 40 (59,7) > 40 tahun 3 (4,5) Tingkat Pendidikan SD 4 (7,5) SMP 12 (17,9) SMA 49 (73,1) Perguruan Tinggi 1 (1,5) Pekerjaan Petani,nelayan, 5 (9) pedagang IRT 60 (89,6) Kategori Pelaksanaan Tidak bekerja 1 (1,5) Penghasilan keluarga perbulan <1.000.000 61 (91) ≥1.000.000 6 (9) Memiliki sertifikat pelatihan posbindu lansia Ada 12 (17,9) Tidak ada 55 (82,1) Lama menjadi kader 1-5 tahun 28 (41,8) 6-10 tahun 34 (50,7) > 10 tahun 5 (7,5) Pelatihan Ada 16 (23,9) Tidak ada 51 (76,1)
jawaban yang paling tinggi 60, dan jawaban paling rendah 32. Selanjutnya, gambaran distribusi
pelaksanaan
Posbindu
di
Kabupaten Aceh Timur dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah ini : Tabel. 2 Distribusi pelaksanaan Posbindu di Kabupaten Aceh Timur (n=67) Jumlah f(%) 1. 2.
Berjalan Tidak
38 (56,7) 29 (43,3)
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa pelaksanaan Posbindu lansia di Kabupaten Aceh Timur sebanyak 38 (56,7%), dan yang tidak melaksanakan posbindu 29 (43,3%).
198
Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN : 2335-6371
Maulida
Gambaran distribusi komunikasi kader di
Dari hasil analisis juga diperoleh nilai
Kabupaten Aceh Timur dapat dilihat pada
OR=21.25, artinya
Tabel 3 berikut ini.
komunikasi
kader yang melakukan
21 kali lebih baik
dalam
pelaksanaan posbindu lansia dibandingkan Tabel. 3. Distribusi komunikasi kader di Kabupaten Aceh Timur (n=67)
kader yang tidak melakukan komunikasi yang baik
Kategori Komunikasi
Jumlah f(%)
1. 2.
Baik Kurang
Berdasarkan Hasil penelitian menunjukkan
36 (53,7) 31 (46,3)
bahwa mayoritas kader sudah menggunakan komunikasi yang baik dalam pelaksanaan
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa
posbindu lansia, hal ini didukung karena
kader yang melakukan komunikasi baik saat
kader sudah berpengalaman, rata-rata kader
Posbindu sebesar 36 orang (53,7%), dan
sudah menjadi kader 6-10 tahun (50.7%),
yang kurang
kader telah terlatih, namun kader yang ada
melakukan komunikasi 31
mengikuti pelatihan khusus tentang posbindu
orang (46.3%)
lansia hanya 23.9%.
Tabel .4. Hasil Analisis Bivariat Hubungan antara Komunikasi dengan Pelaksanaan Posbindu Di Kabupaten AcehTimur adalah (n=67) Komunikasi
Pelaksanaan Posbindu Berjalan n (%)
Tidak n (%)
Baik
31 (86,1)
5 (13,9)
Kurang
7 (22,6)
24 (77,4)
38 (56,7)
29 (43,3)
Jumlah
Total
pval ue
n (%) 36 0.00 (100) 0 31 (100) 67 (100)
OR (95% CI)
Kegiatan posbindu merupakan kegiatan nyata yang
melibatkan
partisipasi
masyarakat
dalam upaya pelayanan kesehatan dari
21,25
masyarakat, yang diakukan oleh kader-kader kesehatan yang telah mendapat pendidikan dan pelatihan dari puskesmas mengenai pelayanan kesehatan dasar. Keaktifan kader
Tabel 4 diatas menunjukkan hasil analisis hubungan
antara
komunikasi
dalam kegiatan posbindu akan meningkatkan
dengan
ketrampilan karena dengan selalu hadir
pelaksanaan posbindu lansia diperoleh bahwa
dalam
sebanyak 31 orang (86,1%) kader yang melakukan
komunikasi
baik,
kegiatan,
tambahan
sedangkan
kader
ketrampilan
akan dari
mendapat pembinaan
petugas maupun dengan belajar dengan
kader yang kurang melakukan komunikasi 7
teman
orang (22,6%). Hasil uji statistik diperoleh
penting
nilai p=0.000 maka dapat disimpulkan ada
sekerjanya. dalam
Pengetahuan memberikan
sangat pengaruh
terhadap sikap dan tingkah laku kader
hubungan yang signifikan antara komunikasi
terhadap pelaksanaan kegiatan posbindu.
kader dengan pelaksanaaan posbindu lansia.
Oleh karena itu, kader harus menambah 199
Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN : 2335-6371
Maulida
pengetahuan tentang pelayanan kesehatan
pengetahuan sehingga dapat meningkatkan
pada lansia dengan pembinaan kader meliputi
kesadaran untuk mendorong kader dalam
: sosialisasi tentang pentingnya posyandu
melakukan tugasnya di posbindu lansia
lansia, penjelasan tentang tugas 5 meja ya
tersebut.
ada di posyandu lansia, penjelasan tentang cara membaca dan mengisi KMS, penjelasan
Keberadaan
tentang cara mengukur tekanan darah dan
kadersebagai
nadi,
memberikandampak
penyuluhan-penyeuuhan
kesehatan
yang harus diketahui oleh lansia.
Posbindu
lansia
penggeraknya positif
pembangunankhususnya kesehatan.Adapun
beserta telah terhadap
di
bidang
tujuanposyandu
lansia
Menurut Syakira (2009) motivasi merupakan
adalah meningkatkan derajatkesehatan dan
daya
mengakibatkan
mutu kehidupan untuk mencapaimasa tua
seorang anggota organisasi mau dan rela
yang bahagia dan berguna dalamkeluarga dan
untuk
masyarakat
pendorong
yang
menyerahkan
kemampuan
dalam
bentuk keahlian atau keterampilan, tenaga, dan
waktunya
untuk
sesuai
denganeksistensinya
dalam strata kemasyarakatan.
menyelenggarakan
berbagai kegiatan yang menjadi tanggung
Hal ini sesuai dengan jawaban responden
jawabnya dan menunaikan kewajibannya
dimana 50.7% kader senang terlibat dalam
dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai
pelaksanaan posbindu lansia, dan keluarga
sasaran organisasi yang telah ditentukan
selalu mendukung kader dalam perannya
sebelumnya.
sebagai kader (43.3%), sehingga kader selalu meluangkan
Seluruh
kader
pernah
mengenyam
lansia
mempunyai
pendidikan
SMA/sederajat
pelaksanaan
waktu yang telah ditetapkan (44,8).
tingkat 73,1%.
Keaktifan kader adalah tindakan nyata kader
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang
dalam melaksanakan tugas-tugas kegiatan
semakin
posyandu baik sebelum kegiatan posyandu,
mudah
yaitu
untuk
kegiatan posbindu lansia sesuai dengan
pendidikan sekolah, dan sebagian besar kader posbindu
waktu
menerima
informasi
sehingga makin banyak pula pengetahuan
selama
yang dimiliki. Motivasi tidak muncul atau
kegiatan posyandu. Hal ini sesuai dengan
terbentuk secara alamiah tetapi diperoleh
jawaban
melalui proses pembelajaran dan sosialisasi,
memberitahukan/menginformasikan kepada
dengan proses pembelajaran atau sosialisasi
masyarakat
diharapkan
pelaksanaan Posbindu lansia (61.2%) dan
kader
dapat
memperoleh 200
kegiatan
posyandu
responden
khususnya
dan
dimana
lansia
setelah
kader
jadwal
Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN : 2335-6371
Maulida
berperan aktif dalam mengajak lansia untuk
mencakup pengambilan keputusan dalam
ikut terlibat dalam kegiatan Posbindu lansia
perencanaan,
(50,7%)
evaluasi dan pengawasan) serta pemanfaatan
pengendalian
(pemantauan,
hasil kegiatan yang dicapai. Keaktifan kader menunjukkan pada tingkat kesempurnaan pelayanan kader posyandu
Tjiptono (2008) menjelaskan bahwa adanya
lanjut usia dalam menimbulkan rasa puas
komunikasi
pada diri setiap lansia. makin sempurna
Posbindu
kepuasan lansia, berarti menunjukkan bahwa
lansia, kepuasan ditentukan oleh beberapa
semakin aktif kader posyandu lanjut usia
faktor yaitu kinerja, keandalan, kesesuaian,
dalam pelayanan (Mujahiddah 2008).
estetika dan kualitas. Kinerja yang baik
kader dapat
pada
pelaksanaan
meningkatkan
kepuasan
dilakukan oleh kader sangat berpengaruh Melihat hasil penelitian ini diharapkan para
kepada kepuasan yang dirasakan lansia.
kader untuk lebih meningkatkan kualitas pelayanan dalam kegiatan posyandu lansia,
Tugas kader dalam Posbindu lansia dapat
dan
mempersiapkan sarana dan prasarana yang
melakukan
tugas-tugasnya
di
luar
posyandu, seperti melakukan kunjungan
diperlukan
rumah, mengajak para lansia untuk datang
memobilisasi pada hari pelayanan Posbindu,
pada kegiatan posyandu, serta melaksanakan
melakukan
kegiatan yang menunjang kegiatan posyandu
Posbindu lansia, melaksanakan kegiatan
lansia agar minat lansia yang datang ke
penimbangan berat badan, pengukuran tinggi
posyandu meningkat. kader juga dapat
banda lansia dan mencatatnya dalam Kartu
melakukan komunikasi yang baik dengan
Menuju Sehat (KMS), membantu petugas
pihak
dalam pelaksanaan pemeriksaan kesehatan
puskesmas
bila
terjadi
masalah
kesehatan lansia
pada
kegiatan
pendaftaran
Posbindu,
sasaran
pada
dan melakukan penyuluhan sesuai dengan masalah yang didapat. Hal ini sejalan dengan
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
penelitian Joeharno, dkk (2008) melaporkan
dikemukakan oleh Mardikanto (2003) yang
bahwa terdapat hubungan ketanggapan atau
menyatakan bahwaadanya peran kader pada
komunikasi
pelaksanaan
suatu
perwujudan dan mutu pelayanan yang cukup
bentuk keterlibatan dan keikutsertaan secara
memberi indikasi bahwa berbagai upaya
aktif dan suka rela baik karena alasan dari
peningkatan kemampuan kerja dan respon
dalam maupun dari luar dalam keseluruhan
semangat kerja kepada petugas.
proses
Posbindu
kegiatan
merupakan
yang
bersangkutan 201
yang
baik
kader
terhadap
Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN : 2335-6371
Maulida
Komunikasi yang dilakukan kader sudah
perencanaan
menggunakan strategi komuniksai langsung
pelaporan, mengelola pertemuan kader dan
yaitu komunikasi yang dilakukan antaa
menilai (mengevaluasi) hasil kegiatan dan
petugas dengan lansia secara langsung
merencanakan kegiatan hari posbindu pada
sehingga informasi yang disampaikan kepada
bulan berikutnya, 3) kader sekaligus dapat
lansia tepat sasaran, dan lansia memahami
berperan sebagai pengguna posbindu lansia
manfaat dari pelaksanaan posbindu lansia.
khususnya kader yang sudah memasuki
Sebagaimana
lanjut usia (Falen dan Budi Dwi, 2010).
Mulyani hubungan
penelitian
(2008) antara
yang
didapatkan
dilakukan hasil
pengetahuan
kegiatan,
pencatatan
dan
ada
tentang
Kader juga memerlukan keterampilan dalam
kegiatan posbindu lansia dengan partisipasi
melakukan
lansia. Komunikasi yang baik merupakan
masyarakat
salah satu bentuk partisipasi kader yang
berhubungan dengan posbindu lansia sesuai
melibatkan keterlibatan mental atau pikiran
dalam Ibori (2006) disebutkan ada beberapa
atau moral atau perasaan di dalam situasi
bentuk keahlian yang harus dimiliki kader
kelompok
dalam pelaksanaan posbindu seperti keahlian
yang
mendorong
untuk
komunikasi dan
pihak
dengan
lansia,
terkait
memberikan sumbangan kelompok dalam
dalam
usaha mencapai tujuan serta tanggung jawab
menjelaskan bentuk kegiatan, merapikan
terhadap
tempat agar menarik minat pengunjung,
pelaksanaan
posbindu
lansia
(Muhaimin, 2013).
mengundang
yang
pengunjung,
mengadakan pendekatan yang rutin pada masyarakat
Kader dapat melakukan komunikasi yang
untuk
ikut
seta
terhadap
pelaksanaan posbindu.
baik dapat menjalankan tiga (3) perannya Tabel. 7 Hasil Analisis Bivariat Hubungan antara Koordinasi dengan Pelaksanaan Posbindu Lansia Di Kabupaten Aceh Timur adalah (N=67)
sebagai kader yaitu 1) sebagai pelaksana dalam melaksanakan pelayanan kegiatan bulanan posbindu dari meja 1 sampai meja
Koordinasi
5, menggerakkan lansia untuk menghindari dan ikut serta dalam kegiatan posbindu, baik
Baik
langsung ketengah masyarakat atau melalui
Kurang
tokoh masyarakat dan membantu petugas kesehatan termasuk
dalam
pelayanan
penyuluhan
Jumlah
Pelaksanaan Posbindu berjalan Tidak n (%) n (%) 29 (85,3) 5 (14,7) 9 (27,3) 24 (72,7) 29 (43,3) 38 (56,7)
Total
n (%) 34 (100) 33 (100) 67 (100)
p-value
0.000
OR (95% CI)
15,46 (4.5-52,3)
kesehatan
kesehatan
secara
Selanjutnya, hubungan antara koordinasi
sederhana dan pelaksanaan senam lansia, 2)
kader dengan pelaksanaan posbindu lansia
kader sebagai pengelola yaitu mengelola 202
LowerUpper
Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN : 2335-6371
Maulida
dapat terlihat pada table 5 diatas. Tabel diatas
jawaban respoden bahwa Kader selalu
menunjukkan hasil analisis hubungan antara
berkerjasama dalam pelaksanaan kegiatan
koordinasi dengan pelaksanaan posbindu
posbindu (44.8%), kader selalu memberi
lansia diperoleh bahwa koordinasi baik
pelayanan yang ramah (44.8%).
sebanyak 29 orang (85,3%) dan pelaksanaan posbindu berjalan baik, sedangkan kader
Keaktifan kader menunjukkan pada tingkat
yang tidak melakukan koordinasi 9 (27,3%).
kesempurnaan pelayanan kader posyandu
Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.000
lanjut usia dalam menimbulkan rasa puas
maka dapat disimpulkan ada hubungan yang
pada diri setiap lansia. makin sempurna
signifikan antara koordinasi kader dengan
kepuasan lansia, berarti menunjukkan bahwa
pelaksanaaan posbindu lansia. Dari hasil
semakin aktif kader posbindu lansia dalam
analisis juga diperoleh nilai OR=15.46,
pelayanan (Mujahiddah 2008).
artinya kader yang melakukan koordinasi 15 kali lebih baik dalam pelaksanaan posbindu
Hasil penelitian ini diharapkan para kader
lansia
untuk lebih meningkatkan kualitas pelayanan
dibandingkan
kader
yang
tidak
melakukan koordinasi yang baik.
dalam
kegiatan
posbindu
lansia,
dan
melakukan tugas-tugasnya di luar posbindu Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
lansia, seperti melakukan kunjungan rumah,
bahwa kader sudah melakukan koordinasi
bagi lansia yang sakit tidak sanggup untuk
dengan pihak puskesmas dan masyarakat
mengikuti kegiatan posbindu mengajak para
pada pelaksanaan posbindu. Hasil penelitian
lansia untuk datang pada kegiatan posyandu,
juga
serta
didapatkan
bahwa
kader
sudah
melaksanakan
kegiatan
(34,3%),
melakukan koordinasi yang baik dengan
mengajak lansia dalam kegiatan sosial,
pihak
seperti mengunjungi lansia lain yang sakit
puskesmas
untuk
persiapan
pelaksanaan posbindu, hal ini sesuai dengan
(37,3%),
serta
menyarankan
jawaban responden (50.7%), serta kader
beristirahat secukupnya (46,3%) hal ini akan
sering melakukan koordinasi dengan tokoh
menunjang
masyarakat (40.3%).
sehingga minat lansia yang datang ke
kegiatan
posbindu
lansia
lansia,
posyandu meningkat. Keaktifan kader adalah tindakan nyata kader dalam melaksanakan tugas-tugas kegiatan
Kader kesehatan mempunyai peran yang
posbindu baik sebelum kegiatan posbindu
besar
lansia, selama kegiatan posbindu dan setelah
kemampuan masyarakat menolong dirinya
kegiatan posbindu.
untuk mencapai derajat kesehatan yang
Hal ini sesuai dengan 203
dalam
upaya
meningkatkan
Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN : 2335-6371
Maulida
optimal serta ikut membina masyarakat
menyarankan lansia menghindari dari hal-hal
dalam bidang kesehatan dengan melalui
yang dapat menyebabkan stress (46,3%)
kegiatan yang dilakukan di posyandu (Heru, 1995).Partisipasi kader merupakan salah satu
Pelaksanaan kegiatan posyandu lanjut usia di
kunci keberhasilan sistem pelayanan di
masyarakat, akan mendapatkan hasil yang
posyandu. Jika partisispasi kader dalam
optimal apabila semua unsur terkait dalam
pelayanannya di posyandu kurang aktif,
pembinaan
maka tidak akan mendapat respon positif dari
Koordinasi yang terjalin dari semua unsur
para lansia untuk berkunjung ke posyandu
terkait baik pemerintah maupun swasta akan
lansia (Syakira, 2009).
menentukan keberhasilan tersebut (35,4%).
Tiap kader dituntut untuk menjalankan
Penelitian ini sesuai dengan penelitian
perannya baik dalam persiapan, pelaksanaan
Muninjaya
dan kegiatan setelah posyandu dilakukan
koordinasi pelaksanaan posbindu lansia yang
serta
baik dapat memberikan
menjalankan
fungsinya
sebagai
lanjut
usia
(2011),
ikut
berperan.
mengatakan
bahwa
pelayanan sesuai
penyuluh, perencana, pelaksana, pembina,
dengan harapan. Koordinasai kader sangat
penghubung dan perintis dengan sebaik-
dibutuhkan untuk meningkatkan kepuasan
baiknya
lansia meliputi koordinasi pada perencanaan
Agar
kmandirian
mampu
dan
mengembangkan
kesadaran
kesehatan (Depkes, 2005).
lansia
akan
dalam
Menurut
menyusun
perencanaan
yang
dibutuhkan seperti jumlah penduduk dan
Turindra (2009) metode patisipasi dikenal
Kepala Keluarga (KK) di wilayah cakupan,
lima dasar program yaitu: Penjajakan atau
kondisi sosial ekonomi penduduk, jumlah
pengenalan program, Perencanaan kegiatan,
lanjut usia keseluruhan, kondisi kesehatan
Pelaksanaan atau pengorganisasian kegiatan,
lansia, jumlah lansia yang mandiri, cacat,
Pemantauan kegiatan, Evaluasi kegiatan.
terlantar, lansia produktif dan lansia yang
Para lansia diharapkan berpartisipasi aktif
mengalami tindakan penelantaran, pelecehan,
dalam pelaksanan posyandu lansia untuk
pengucilan
mewujudkan
penelitian juga didapatkan sebagian
kesehatan
dengan
cara:
dan
kekerasan.
Hasil
dari kader
Berperan aktif dalam kegiatan penyuluhan,
tidak pernah dijelaskan mengenai tugas dan
Olaraga secara teratur sesuai kemampuan,
peran
menjalani pemeriksaan kesehatan secara
membutuhkan pengarahan dan koordinasi
berkala,
agar dapat menjalankan tugasnya dengan
meningkatkan pemenuhan
menjalani
pengobatan,
upaya
kemandirian
kebutuhan
pribadi.
dan
mereka
padahal
baik dan maksimal
Kader 204
mereka
sangat
Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN : 2335-6371
Posbindu
lansia
kemasyarakatan
Maulida
merupakan non
organisasi
struktural
kegiatan,
yang
pengumpulan
data-data
lansia
(Maryam, 2008).
berdasarkan azas gotong royong untuk sehat dan sejahtera, yang diorganisir oleh Ketua,
Sesuai dengan teori G.R Terry dalam
dibantu Sekretaris, Bendahara dan beberapa
Hasibuan (2006) koordinasai merupakan
kader (Muhaimin, 2013). Agar pelaksanaan
usaha
kegiatan Posbindu berjalan efisien dan efektif
menyediakan jumlah dan waktu yang tepat
dibutuhkan koordinasi yang baik, sehingga
dan
posbindu tertata dengan baik
sehingga
menghasilkan suatu tindakan yang beragam
perencanaan,
dan harmonis pada sasaran yang telah
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi dapat
ditentukan. Selain itu tugas kader yang harus
berjalan dengan lancar, sehingga pelayanan
dilakukan sebagai motivator pada pengguna
yang diberikan pada lansia baik. Hal ini
posbindu misalnya dengan kunjungan rumah,
sesuai dengan penelitian Mujahidah (2008)
penyuluhan dan pertemuan-pertemuan diluar
yang menyatakan bahwa terdapat hubungan
hati bukanya posbindu. Penerapan koordinasi
yang bermakna
antara posbindu lansia
akan diperoleh beberapa manfaat yaitu
terhadap kepuasan lansia di Puskesmas
terjadinya efisiensi di semua bidang, adanya
Pangi, Kecamatan Parigi Sulawesi Tenggah.
suasana
mekanisme
kerja
meliputi
yang
sikron
mengarahkan
kerja
atau
sesuai
pelaksanaan
yang
tentram,
untuk
untuk
terdapat
kesatuan tujuan dari masing-masing individu Koordinasi
merupakan
proses
dimana
dalam organisasi, menghindar adanya konflik
aktivitas-aktivitas individu dan kelompok
dan
menjamin
adanya
kesatuan
sikap,
dikaitkan satu sama lain, guna memastikan
tindakan, kebijakan dan pelaksanaan dalam
bahwa dicapai tujuan bersama (Budi, 2011).
pekerjaan.
Dalam mengadakan koordinasi diperlukan suatu pegangan yang berupa prinsip kontak
Kesimpulan
langsung, prinsip penekanan dan hubungan
Peneliti menyimpulkan peningkatan jumlah
timbal balik antra faktor-faktor yang ada.
lansia sebagai akibat dari peningkatan umur
Meskipun
sudah
harapan hidup waktu lahir, berimplikasi pada
koordinasi
permasalahan lansia dalam aspek kehidupan,
dengan lintas sektor, namun koordinasi yang
oleh karena itu diperlukan upaya yang
dilakukan masih belum optimal karena
komprehensif, terpadu, berkesinambungan
koordinasi
koordinasi
mulai dari pemerintahan. Posbindu lansia
laporan
merupakan partisipasi masyarakat yang nyata
sebagian
melakukan
sebatas
besar
penerapan
hanya
menyusun
kader
fungsi
melakukan pembuatan
dalam mewujudkan mutu kehidupan lansia, 205
Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN : 2335-6371
Maulida
maka diperlukannya komunikasi yang efektif Dharma. K, (2011). Metodelogipenelitian keperawatan; panduan melaksanakan dan menerapkan hasil penelitian. Jakarta : Trans Info Medika
dan koordinasi yang baik pada pelaksanaan posbindu lansia untuk mencapai pelayanan yang
optimal,
untuk
meingkatkan
komunikasi yang efektif dan koordinasi yang Dinkes Aceh Timur, (2014). Profil kesehatan tahun 2013.
baik, kader perlu diberikan pelatihan dan bimbingan pada pelaksanaan posbindu lansia,
Falen dan Budi. D, (2010). Keperawatan Komunitas. Nuha Medika Yogyakarta.
serta kader yang bersifat suka rela perlu juga diberikan insentif bulanan sehingga dapat
Hardywinoto. (2005). Panduan gerontologi tinjauan dari berbagai aspek. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
meningkatkan kinerja dari kader lansia. DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. (2009). Pengantar kebutuhan dasar manusia. Jakarta : Salemba Medika.
Ansari. & Andersson, (2011). Beyond value? Measuring the costs and Benefits of Public Participation. Diunduh dari www.ebsco/journal of cultural diversity pada tanggal 4 Februari 2015.
Hasibuan, (2006). Manajemen dasar. Edisi Revisi. Bumi Aksara Jakarta.
Azwar, (2007). Sikap manusia: Teori dan pengukurannya: Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hurlock. E, (1980). Psikologi perkembangan. Erlangga. Jakarta. Ibori, (2006). Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan di Desa Tembuni Kabupaten Teluk Bintuni.
Bondan. P, (2005). Ranah penelitian keperawatan gerontik. http://www.inna-ppni.or.id. Diakses tanggal 18 November 2014
Irene.
BPS RI, (2013). Data jumlah lansia tahun 2012. www.bps.go.id. Diakses tanggal 20 April 2014.
S, (2011). Desentralisasi dan Partisipasi Masyarakat dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Joeharno, (2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.
Budi, (2011). Managemen partisipatif sebuah pendekatan dalam meningkatkan peran serta kader posyandu dalam pembangunan kesehatan di desa. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. 2 (3): 35-47.
Kemenkes, (2011). Profil kesehatan republik Indonesia tahun 2011. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Depkes RI, (2007). Rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010. Jakarta. _________, (2002). Pedoman pengolahan Kegiatan di kelompok usia lanjut. Jakarta. 206
Laksana, (2013). Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat desa dalam program Desa Siaga di Desa Bandung Kecamatan Playen Kabupaten Gunung Kidul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN : 2335-6371
Maulida
Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik. 1 (1): 5-12.
_____________, (2007). Promosi kesehatan dan ilmu perilaku.Jakarta : Rineka Cipta.
Mardikanto, (2003). Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif Kebijakan publik. Bandung: CV Alfabeta.
_____________, (2005). Promosi kesehatan: Teori dan aplikasi, Cetakan Pertama. Jakarta: Rineka Cipta.
Maryam. R, (2008). Mengenal usia lanjut dan perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.
Nugroho. W, (2008). Keperawatan gerontik. Edisi 2, Jakarta: EGC Ochman. (2012). Memberdayakan lansia melalui Posbindu. Dikutip tanggal 9 April 2015 dari http://ochman.andiek.com/2012/07/30 memberdayakan-lansia-melaluiposbindu/.
Mubarak. W, dkk. (2009). Ilmu keperawatan komunitas; Konsep dan aplikasi. Jakarta : Salemba Medika Mubarak. W, (2008). Pengantar keperawatan komunitas. Cetakan pertama. Jakarta: Sagung Seto.
Prasetyo. T, (2008). Tinjauan Kritis Yuridis Terhadap Sistem Perencanaan Pembangunan Di Daerah Pada Era Desentralisasi. Jurnal.pdii.lipi.go.id. Diakses tanggal 2 JJanuari 2015
Muhaimin, (2013). Gambaran partisipasi keluarga lansia dalam kegiatan posbindu lansia di wilayah kerja Puskesmas Selogiri. http:ppm.pasca.uns.ac.id. Diakses tanggal 20 April 2014.
Provinsi. Aceh (2013). Aceh dalam angka tahun 2012. Retrieved 20 April 2014, from www.acehprov.go.id.
Mujahiddah, (2008). Hubungan pelayanan posbindu lansia dengan tingkat kepuasan lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Pangi Kecamatan Parigi.
Sarwono, (1997), Sosiologi Kesehatan, beberapa Konsep berserta Aplikasinya. Gajah Mada University Perss, Jakarta
Muninjaya. A, (2011). Manajemen mutu pelayanan kesehatan. Jakarta: EGC.
Setiawan, Z. (2006). Prevalensi dan determinan Hipertensi di Pulau Jawa, Tahun 2004. KESMAS : Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 1 (2): 57-62. Setiawati. (2008). Teori motivasi dan aplikasinya, Cetakan ketiga. Jakarta: RINEKA CIPTA
Muwarni. A, (2009). Komunikasi terapeutik panduan bagi perawat: Yogyakarta, Fitramaya. Nasir. A, (2009). Komunikasi dalam keperawatan Teori dan Aplikasi, Jakarta: Penerbit Salemba Medika
Siagian. S, (2006). Manajemen sumber daya manusia. Jakarta: PT.Bumi Aksara.
Nilawati, (2008). Peran kader posyandu. http://library.usu.ac.id. Diakses tanggal 2 Januari 2015
Soelaiman, (1980). Partisipasi Sosial dalam Usaha Kesejahteraan Sosial. Bandung
Notoatmodjo. S, (2010). Metodelogi penelitian kesehatan. Cetakan ketiga. Jakarta: Rineka Cipta
Subandiyah, (1982). Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Kurikulum Muatan Lokal. Skripsi. FIP-UNY 207
Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN : 2335-6371
Maulida
Sugiyah, (2010). Partisipasi Komite Sekolah dalam penyelenggaraan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional di Sekolah Dasar Negeri IV Wates. Tesis. PPs UNY. Sugiyono, (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Jakarta: Alfabeta. Syahmasa, 2003. Analisa Hubungan Faktor Demografi dan Motivasi dengan Kinerja Kader dalam Berperan Serta Meningkatkan Pelaporan Keperawatan di Posyandu Wilayah Puskesmas Kecamatan Cipayung Jakarta Timur Tahun 2002. Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia Depok. Tjiptono. F. (2008). Prinsip-prinsip total quality service. Yogyakarta: Andi. Widiastuti, (2006). Faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi kader dalam kegiatan possyandu di Kelurahan Gubug Kecamatan Gubug Kabupaten Brobongan. Tesis. Universitas Negeri Semarang.
208