PENGENTASAN KEMISKINAN ENERGI MELALUI PENGEMBANGAN POTENSI ENERGITERBARUKAN Oleh: Remi Harimanda •
• ASC Writing Competition Finalist in 2008 and 2011
85
Kata kunc;: energi, krisis energi, energi terbaharokan, solar power system
PENDAHULUAN Kemiskinan energi merupakan fenomena di mana suatu rumah tangga atau seseorang tidak mendapatkan akses terhadap sumbersumber energi seperti listrik dan bahan bakar modem lainnya. Fenom~na ini terjadi di hampir semua negara berkembang. Berdasarkan International Energy Agency jumlah angka kemiskinan energi di dunia mencapai 1,8 milyar populasi atau hampir 20% populasi dunia. . Kemiskinan energi yang terjadi di Indonesia ternyata cukup memprihatinkan. Dengan jumlah populasi yang tidak memiliki akses listrik sebanyak 82 juta orang dan populasi yang masih menggunakan kayu bakar atau biomassa tradisional untuk memasak sebanyak 134 juta orang. Fenomena kemiskinan energi di Indonesia sebagian besar terjadi di wilayah pedesaan yang umumnya terisolasi dan terpencil. Sungguh ironis di satu sisi konsumsi rata-rata energi rumah tangga Indonesia jauh di atas kebutuhan minimum tetapi di sisi lain masih ada cukup banyak populasi yang tidak menikmati sarna sekali akan energi modem. Kemiskinan energi ini tentunya menyebabkan banyak permasalahan Iingkungan, sosial dan ekonomi. Tiadanya akses terhadap sumber energi modem menyebabkan rumah tangga akan menggunakan kayu dari hutan sebagai sumber energi yang berujung kepada perusakan hutan. Tidak mengherankan badan-badan dunia seperti
86
PBB pun ilrut memberikan perhatian serius terhadap upaya-upaya penanggulangan kemiskinan energi. Pemanfaatan potensi energi terbarukan merupakan soIusi yang tepat untuk pengentasan kemiskinan energi. Untungnya Indonesia dikarunia dengan banyak potensi sumber energi terbarukan bahkan keterdapatannya hampir di seluruh wilayah Indonesia. Kurangnya pengetahuan serta modal dalam pengembangan potensi-potensi ini menyebabkan banyak potensi energi terbarukan belum tergarap serius. Padahal menurut perhitungan para ahli, apabila seluruh potensi energi terbarukan di Indonesia diberdayakan akan dapat mengatasi permasalahan kellliskinan energi bahkan menggantikan peran bahan bakar fosil untuk kebutuhan energi nasionaI.
KEMISKiNAN ENERGI DI INDONESIA Kemlskinan Energi Kemiskinan Energi secara etimologi terdiri dari dua suku kata, kemiskinan yang berarti kurangnya kemampuan ekonollli individu atau sekelolllpok individu sementara energi adalah sumber daya yang digunakan individu untuk lllenggerakan aktivitas kehidupannya. Pengertian energi di sini lebih dikaitkan dengan bahan bakar minyak/ gas dan Iistrik. Kellliskinan Energi dapat didefinisikan pula sebagai kondisi kekurangan atau ketiadaan akses kepada sumber energi Iistrik atau bahan bakar modem bagi seseorang maupun sekelompok orang. Kellliskinan Energi ini lllencerminkan ketidakmampuan ekonollli masyarakat dalam pengadaan energi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dalam pengertian yang lebih luas UNDP (2005) mendefinisikan kellliskinan energi sebagai kekuranganl ketiadaan sumber penerangan untuk rulllah tangga di malam har; dan ketidakmampuan untuk memasak dengan menggunakan bahan
87
bakar modern. Menurut Modi V (UNDP, 2005), kebutuhan energi minimum per kapita untuk melakukan aktivitas kehidupannya adalah sebesar 50 kilogram setara rninyak per tahun dengan rincian 40 kilogram setara minyak dipergunakan untuk memasak dan 10 kilogram setara minyak dipergunakan untuk penerangan. Sementara menurut standar lEA (International Energy Agency) kebutuhan minimum energy listrik untuk rumah tangga di pedesaan sebesar 250 Kwh/tahun' dan di perkotaan sebesar 500 kWh/tahun. Secara gans besar kemiskinan energi ini terjadi akibat hal-hal berikut: 1. Ketidaktersediaan sumber-sumber energi akibat kurangnya infrastruktur untuk pendistribusian energi ke masyarakat. 2. Ketidakmampuan masyarakat untuk membeli sumber•sumber energi yang tersedia akibat kemiskinan ekonomi. 3. 'Keterbatasan pengetahuan dan pemahaman masyarakat atas ketersediaan sumber-sumber energi alternatif di sekitar tempat tinggalnya. Kemiskinan Energi ini harns segera ditanggulangi dan menjadi tanggung jawab negara (pemerintah) dalam pemenuhan hak setiap warga negara akan akses kepada sumber-sumber energi sesuai dengan amanat Undang-Undang. Di sisi lain Kemiskinan Energi yang akut juga akan berdampak kepada hal-hal negatif sebagai berikut; I. Kerusakan Lingkungan akibat penggunaan kayu bakar berlebihan untuk kepentingan memasak dan pemanasan untuk pengeringan hasil pertanian. 2. Pembodohan Masyarakat akibat tidak tersedianya fasilitas penerangan yang diperuntukan untuk kepentingan belajar di malam han. 3. Keterisolasian Masyarakat akibat tidak dapat berfungsinya media informasi seperti televisi dan radio. 2
Dengan teknologi lampu CFL konsumsi listrik minimum rumah tangga berkisar lOO kWh/tahuo bahkan dengan lampu LED kebutuhan listrik minimum bias
ditekan hingga 50 kWh/tahuo.
88
4. Kesehatan Masyarakat akibat penggunaan kayu bakar untuk kepentingan memasak yang dapat menimbulkan asap yang menyebabkan penyakit saluran pernapasan. 5. Kemiskinan Ekonomi akibat tidak tersedianya energi untuk melaksanakan aktivilas perekonomian di lingkungan masyarakat. Gambarl. Hubungan Income Per Capita dengan Konsumsi Energi
Jooo. f
I"" J I
f
r"
I
Kemiskinan Energi & "Millennium Development Goals"
"Millenium Development Goa[s" (MDG) yang menjadi komitmen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mernpakan sasaran-sasaran ulama yang hams dicapai da[am rangka pengentasan kemiskinan absolut yang ada di berbagai negara kbususnya negara-negara berkembang. Seperti yang telah disinggung di bagian sebelumnya, kemiskinan energi menjadi salah satu faktor penyebab kemiskinan ekonomi suatu masyarakat. Bisa dikatakan upaya pengentasan kemiskinan energi mernpakan infrastrnktur dalam pencapaian sasaran-sasaran dari MDG sebagai berikut: I. (MDG # I) Kemiskinan. Akses terhadap bahan bakar dan listrik akan membantu masyarakat dalam meningkatkan pendapatan rumah tangga dengan penggunaan mesin-mesin
89
produksi dan peralatan komunikasi modern serta tersedianya waktu kerja produktif yang lebih panjang akibat tersedianya penerangan. 2. (MDG #2) Kelaparan Aleut. Aleses energi juga berimbas kepada pemberantasan kelaparan akut dengan peningkatan produktivitas pertanian di pedesaan' dan penggunaan peralatan memasak yang praktis & modem. 3. (MDG #3) Pendidikan. Ketersediaan energi menyebabkan berkurangnya aktivitas fisik seperti mencari kayu bakar, mengambil air di sungai, memproses makanan dan lain-lain sehingga menyediakan waktu yang cukup bagi anak-anak untuk mendapatkan pendidikan fonnal. Ketersediaan listrik juga memberikan penerangan yang dipergunakan untuk anak-anak belajar di malam hari. 4. (MDG #4) Gender. Peralatan masak modem dapat mengurangi aktivitas fisik wanita dari kebutuhan akan pencarian dan penggunaan kayu bakar untuk keperiuan memasak. Ketersedian listrik memberikan akses infonnasi kepada wanita terhadap isu-isu gender melalui penggunaan televisi dan radio. 5. (MDG #5-8) Kesehatan. Ketersediaan energi memberikan manfaat dalam peningkatan kesehatan dalam berbagai cara. Ketersediaan listrik dapat mengoperasikan peralatan kedokteran modem. Penggunaan televisi dan Radio memberikan infonnasi tentang kesehatan, pencegahan penyakit menular (HIV) dan sanitasi. Ketersediaan energi modem mengurangi pemakaian kayu bakar untuk keperiuan memasak sehingga mengurangi jumlah penderita penyakit saluran pemapasan. 6. (MDG #9) Air Bersih & Sanitasi. Penyediaan air bersih membutuhkan energi untuk membawa air dari sumbemya 90
danjuga memproses air bakumenjadi airbersih. Ketersediaan air juga berdampak kepada kebersihan masyarakat untuk keperluan Mandi Cuci Kakus. 7. (MDG #10) Lingkungan. Pengunaan energi modern khususnya yang terbaharukan akan mengurangi penggunaan energi fosil dan kayu bakar baik untuk memasak alau pemanasan. Pengurangan pemakaian baban bakar fosil mengurangi dampak pemanasan global sementara pengurangan pemakaian kayu bakar dapat mengatasi perambahan hutan. Tabell. Populasi (dalam juta) dan persentase jumlah penduduk di negara/wilayah yaug tidak memiliki akses Iistrik dan yang masih mengguna\
Negm.-Negara Afrika
S87
58%
657
India Bangladesh
289
25%
96
59..
82
36°'0
'" '" .", "
""""".,
M_ PakisWl
Ncgan. Berkembang Asia Lainnya
.. ...
38% 87..
102
6%
Amerib Latin
Jl
7%
Timur Tengah
21
ll%
Totti
1314
Dunl.
IJC'
143
122
65% 72% 88% ~4·,it
'720/.
95% 36% 19%
0
0%
2~·,..
2662
~l%
19~'..
2662
39""
(Sumber lEA 2010)
Potret Kemiskinan Energi Di Indonesia Kemiskinan Energi di Indonesia sebagian besar terletak di daerah pedesaan yang umumnya tidak terjangkau oleh jaringan transmisi listrik dan juga akses transportasi seperti jalan raya. Ketiadaan jaringan transmisi listrik menyebabkan tidak adanya fasilitas
91
penerangan modern yang dibutuhkan masyarakat pada malam hari dan untuk mengoperasikan peralatan listrik seperti televisi atau radio sebagai sumber informasi dan hiburan. Ketiadaan akses transportasi menyebabkan sulitnya pendistribusian bahan bakar minyak dan gas. Memang sebetulnya masih ada sebagian keeil dari masyarakat perkotaan yang dapat dikategorikan dengan miskin energi, namun kemiskinan energi di wilayah perkotaan umumnya terjadi karena adanya kemiskinan ekonomi bukan karena keterisolasian wilayah. Kondisi Kelistrikan di Indonesia DataPLNpadabuianMei20 II menunjukkantingkatrasioelekrifikasi 3 Indonesia masih berkisar di angka 68%. Hal ini menunjukan bahwa lebih dari 30% rumah tangga di Indonesia ternyata belum memiliki akses akan energi listrik. Namun jika ditinjau rasio elektrifikasi per provins} kondisi ini malah sangat memperihatinkan, karena ada beberapa provinsi di kawasan Indonesia Timur yang memiliki rasio sangat rendah yaitu kurang dari 60%. Tabel2. Rasio Elektrifikasi Wilayah Indonesia
2
4
Indonesia Barat
63,8%
Indonesia Timur
54,4%
Indonesia
68,1%
(Sumber detik Fiuance Mei 2011)
Total konsumsi energi listrik Indonesia untuk sektor rumah tangga pada tahun 2009 adalah sebesar 54,945 GWh dengan jumlah pelanggan rumah tangga sebanyak 40,2 luta. Dengan demikian 3
Rasio elektrifikasi adalah perbandingan jumlah mmah tangga yang mendapat akses listrik terhadap jumlah rumah tangga total.
92
konsumsi listrik rata-rata rumah tangga Indonesia yang sudah mendapat aliran listrik adalah 1.370 kWh dan tingkat konsumsi listrik per kapita dengan asumsi satu rumah tangga memiliki empat anggota adalah 342 kWh. Tingkat konsumsi listrik ini sudah jauh di atas kebutuhan dasar minimum rumah tangga sebesar 250 kWh dan terlihat sangat ironis dibanding dengan 36% populasi yang tidak memiliki akses sarna sekali terhadap energi listrik. Penggunaan Kayu Bakar Sebagai Sumber Energi
Berdasarkan data Tabel I, jumlah penduduk Indonesia yang masih menggunakan kayo bakar atau biomass tradisional untuk kepentingan memasak masih terbilang besaryaitu 124juta orang atau sekitar 54% dari total penduduk. Dan kemiskinan energi di sektor ini tidak hanya "terjadi di 'rilayah pedesaan tetapi juga ada di wilayah perkotaan namun hal lni diakibatkan oleh kemiskinan ekonomi bukan karena keterisolasian wilayah. Terlebih paska pengurangan subsidi minyak tanah pada tahun 2005, yang menyebabkan kenaikan harga minyak tanah, sehingga banyak masyarakat miskin beralih kepada pemakaian kayo bakar. Walaupun pencabutan subsidi diikuti dengan program konversi penggunaan minyak tanah menjadi LPG 3 kg bersubsidi yang sayangnya tidak disertai dengan saranalprasarana memadai sehingga masyarakat miskin beralih kembali kepada penggunaan biomassa tradisional untuk kepentingan memasak rumah tangganya. Fakta di atas sangat memperihatinkan mengingat penggunaan kayo bakar yang diikuti dengan kondisi ventilasi yang buruk serta kualitas kompor yang sangat tradisional menimbulkan polusi udara (indoor air pollution) di dalam rumah yang berujung kepada penyakit saluran pernapasan dan pnemonia serta TBC. Secara global WHO (2006), menyebutkan bahwa polusi udara di dalam rumah bertanggung jawab terhadap 1,6 juta kematian manusia setiap tahunnya dan 59% dari semua kematian akibat polusi udara di dalam ruangan dialami perempuan dan anak-anak sebagai efek pemakaian bahan bakar tradisional.
93
Gambar2. Penggunaan kayu bakar dan wanita pencari kayu bakar
Kemiskinan Energi dan Dampak Lingkungan Akibat dari kemiskinan energi memaksa penduduk untuk melakukan pengambilan kayu bakar untuk pemenuhan kebutuhan energi rumah tangganya. Jika diasumsikan kebutuhan kayu bakar per hari per kapita sebesar 0,03 m 3, maka dalam satu tahun kebutuhan kayu bakar untuk semua populasi miskin energi Indonesia sebanyak 1,36 milyar m 3 Sebagai ilustrasi dari satu pohon dihasilkan sekitar 0,5 m 3 kayu sehingga untuk kebutuhan 1,36 milyar m 3 kayu bakar membutuhkan 2,72 Milyar pohon hutan per tahun. Bisa dibayangkan betapa dahsyat nya kerusakan hutan yang ditimbulkan dari kemiskinan energi ini sementara pohon kayu merupakan penyerap CO2 utama. Selain itu penggunaannya untuk memasak merupakan pembakaran yang tidak sempuma sehingga menghasilkan gas CO, yang berbahaya untuk lingkungan.
SUMBER-SUMBER ENERGI TERBAHARUKAN Mengapa Energi Terbarukan Energi terbarukan merupakan sumber energi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan dalam jangka panjang. Lain halnya dengan sumber
94
energi konvensional seperti Minyak, Gas Bumi dan Batubara yang berasal dari fosil mahluk hidup jutaan tabun lalu merupakan sumber energi yang tidak berkelanjutan. Diprediksi pula bahan bakar fosil, apabila dikonsumsi dengan tingkat konsumsi saat ini, akan segera habis dalam abad 21 ini. Di sisi lain energi terbaharukan juga memberikan dampak lingkungan yang sangat minimal berkebalikan dengan energi fosiI. Tidak mengemisi CO, berlebihan dan gasgas yang membahayakan, tidak menghasilkan limbah padat dan cair serta tidak mengganggu keseimbangan alamo Oleh karena itu pemanfaatan sumber-sumber energi terbarukan termasuk dalam skenario pembangunan bersih (CDM) dan merupakan salah satu upaya dalam mereduksi pemanasan global. Sumber-sumber energi terbarukan seperti sumber daya air dan biomassa banyak terdapat di wilayah pedesaan yang ketersediaan lahannya juga besar. Selain itu, umumnya wilayah pedesaan memiliki kerapatan penduduk yang rendah serta memiliki kondisi geografis yang sulit diakses sehingga tidak ekonomis untuk kegiatan pendistribusian sumber energi listrik dan konvensional lainnya. Kondisi inilah yang menyebabkan di wilayah pedesaan lebih banyak terdapat kantong-kantong kemiskinan energi dibanding wilayah perkotaan. Dengan demikian pemanfaatan sumber-sumber energi terbarukan sebagai sumber energi listrik sangat tepat untuk mengatasi permasalahan kemiskinan energi yang terjadi di wilayah pedesaaan Indonesia.
Potensi Energi Terbarukan di Indonesia Indonesia dikaruniai dengan potensi energi terbarukan yang sangat berlimpah. Sebagai negara trapis, Indonesia memiliki intensitas matahari yang besar dan cenderung stabil. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki garis pantai yang terpanjang di dunia. Sebagai negara tempat pertemuan tiga lempeng dunia, Indonesia kaya akan aktivitas vulkanis yang menghasilkan kesuburan lahan sehingga kaya
95
akan potensi biomassa. Dari aktivitas vulkanis ini pula, Indonesia memiliki potensi Panas Bumi terbesar di dunia. Sebagai negara yang mengenal dua musim, kemarau dan hujan, Indonesia memiliki curah hujan yang tinggi sehingga memiliki potensi sumber daya air besar. Sebagai negara yang diapit dua samudera dan dua benua, Indonesia memiliki potensi angin yang eukup untuk menggerakan kineir angin. Berdasarkan hasil inventarisasi dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, potensi energi terbarukan di Indonesia seperti pada tabel berikut: Tabel3. Potensi Energi Terbarukan Indonesia 1 2
Tenaga Air Panas Bumi
~
Mini H dro
4 5 6
Tenaga Surya Tenaga Angin Biomassa
7
Teknologi Ombak
Potensi-potensi Energi Terbarukan ini memang tidak terbagi merata di semua daerah di Indonesia. Namun bisa dipastikan hampir di setiap wilayah Indonesia paling tidak terdapat satu potensi yang dapat dikembangkan untuk menghasilkan energi modern. Besaran investasi dan tingkat kesulitan teknologi konversi energi sangat berpengaruh dalarn pemanfaatan potensi energi terbarukan sehingga tidak semua teknologi coeok untuk dikembangkan di setiap daerah khususnya wilayah pedesaaan. Berdasarkan kajian penulis hanya empat jenis potensi energi yang memungkinkan dikembangkan di wilayah pedesaan yaitu Potensi Mini/Mikro Hydro, Tenaga Surya, Tenaga Angin dan Biomassa. Potensi Tenaga Matahari Indonesia sebagai negara tropis memiliki intensitas cahaya matahari yang hampir merata sepanjang tahun. Dapat dipastikan di semua
96
wilayah di Indonesia memiliki intensitas sinar matahari yang cukup untuk dikembangkan menjadi pembangkit listrik tenaga matahari skala kecil bahkan skala rumah tangga. Intensitas radiasi matahari di wilayah Indonesia secara rata-rata berkisar 4.800 Wh/m'/hari. Bahkan di beberapa kawasan di wilayah Indonesia timur intensitas radiasinya mencapai lebih dari 5.000 whlm'/hari. Selain untuk dikonversi menjadi listrik, intensitas energi sebesar ini bisa juga dipergunakan untuk pengeringan produk-produk pertanian. Tabel4. Intensitas Radiasi Matahari di beberapa wilayah Indonesia dalam whlm2. (BPPT)
- -...
..
p-- -
:,
1~"" -. ....
,... ....
199'1 - fll85 I
....... ,
....
1101-
1. . ._
.----......
1 1 ',,".W5 1t79~
•
!t17·11Ft ....1M
.,.
Pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) bekerja berdasarkan prinsip perpindahan elektron di dalam pelat semikonduktor akibat terkena radiasi sinar matahari, yang dalam hal ini dikenal dengan Panel Surya (Photovoltaic). Perpindahan elektron ini kemudian menghasilkan arus listrik. Kemudian arus listrik yang dihasilkan dipergunakan untuk mengisi baterai (aki). Aki ini yang selanjutnya dipergunakan untuk menghidupkan lampu penerangan dan peralatan listrik lainnya.
97
Gambar3. Diagram Pembangkit Listrik Tenaga Snrya
Pembangkit Listrik Tenaga Surya dapat diterapkan pada skala rumah 'langga secara berdiri sendiri (stand alone)'. Pembangkit listrik jenis ini dikenal juga dengan istilah Solar Home Systems (SHS). SHS umumnya memiliki kisaran kapasitas 50 Watt Peak dan dapat dikembangkan kapasitasnya hingga skala 250 Watt Peak. Konstruksi SHS terdiri dari modul pengumpul sinar matahari, alat pengisian batere (controller), batere (aki), pengubah arus DC menjadi AC (inverter) apabila akan dipergunakan untuk mengoperasikan peralatan listrik AC serta paket lampu (opsional). Di Indonesia, lama radiasi matahari yang efektifuntuk mengaktivasi SHS rata-rata 5 jam per hari. Dengan kapasitas modul surya sebesar 50 WP maka jumlah energi listrik yang dapat dihasilkan dari SHS sebesar 250 Watthour per hari alau 91 ,25 kWh per tahun. Jumlah energi sebesar ini cukup untuk memberikan penerangan rumah tangga selama 5 jam di malam hari dan menghidupkan radio serta peralatan listrik bedaya listrik keci!. Potensi surya sebenamya sangat ideal untuk dikembangkan di Indonesia mengingat: 4
Berdiri sendiri (Stand alone) adalah pembangkit listrik yang diperuntukan untuk melayani 53tU rumah tangga sehingga tidak perlu membuat jaringan transmisi listrik untuk pcndistribusian (grid system)
98
(1) Hampir dipaslikan di semua wilayah Indonesia lerdapal pOlensi ini. (2) Dapal berdiri sendiri (non grid) sehingga biaya investasi murah. (3) Tidak memerlukan biaya operasional kecuali pemeliharaan nngan. (4) Inslalasi dan perawalannya mudah dilakukan.
Potensi Tenaga Angin Polensi angin di Indonesia sebenarnya cukup bagus untuk pengembangan pembangkil listrik lenaga angin. Hasil studi Metrologi ITB (Susandi, A.) pOlensi energi angin Indonesia adalah sebesar 75 GW. Walaupun polensi energi ini cukup besar, lidak semua daerah di Indonesia memiliki polensi yang cukup untuk dimanfaalkan sebagai pembangkil listrik. Dengan demikian, sebelum pembangunannya sangal perlu dilakukan idenlifikasi atau studi lerlebih dahulu lerhadap lokasi atau tilik yang berpolensi linggi dan sesuai. Selain pemanfaatan pembangkil listrik, polensi ini juga dapal digunakan untuk mengangkal air lanah, aerasi lambak udang dan keperluan pertanian lainnya. Gambar4. Instalasi Small Wind Turbin
o
l"~
o
~~ o,.~'
°1r :J
~j ~ • o"'~·
0
•
o
T...a fo
99
8M....
Pembangkit listrik tenaga angin bekerja berdasarkan prinsip gaya elektro dinamika. Angin dimanfaatkan untuk memutar kincir dan putaran kincir akan memutar poros dinamo sehingga dihasilkan arus listrik. Listrik yang dihasilkan kemudian disimpan dalam aki. AId inilah lalu dipergunakan sebagai sumber energi listrik untuk menghidupkan lampu atau peralatan listrik lainnya. Tabel5. Potensi angin di beberapa wilayab Indonesia (Dit Jen. EBTKE) 2,5 - 4,0
<75
Skala Menengah
4,0 - 5,0
75 - 150
10 -100
Skala Besar
>5,0
>150
>100
Jawa, NIB. Maluku, Sulawesi NTB, NTT, Sulsel, Sultra, Selatan Jawa Sulsel, NTB, SetatanJawa
Pembahgkit Listrik Tenaga Angin juga dapat dikembangkan untuk skala rumah tangga yang dikenal dengan istilah Small Wind Turbine (SWT). SWT umumnya berkapasitas daya I kW dengan menggunakan kincir angin berdiameter 2 m (semakin besar diameter kincir semakin besar output energi listrik). Bahkan beberapa contoh SWT yang menggunakan kincir berdiameter 15 meter dapat menghasilkan energi listrik berkapasitas 50 kW. Kecepatan angin minimal yang ekonomis untuk menggerakkan SWT adalah sebesar 5 m/det. Dengan kecepatan angin sebesar ini, SWT dapat menghasilkan energi listrik sebesar 300 kWh! tahunl (m' permukaan bidang putar dari kincir). Sebagai contoh, apabila suatu SWT berkapasitas I kW dengan diameter turbin 2 m (3,14 m' permukaan bidang putar) akan berpotensi menghasilkan energi listrik sebesar 942 kWh per tahun. Potensi Tenaga Air Sebagai negara tropis yang memiliki curah hujan cukup tinggi, Indonesia dikarunia dengan sumber daya air yang berlimpah. Air
100
bujan yangjatuh di daerah bulu yang umumnya di daerah pegunungan akan mengisi kantong-kantong air baik di permukaan tanah berupa danau atau masuk ke dalam pori-pori tanah. Berdasarkan efek gravitasi, sumber daya air yang tersimpan di daerah bulu akan turon ke daerah bilir melalui sungai. Dari aliran air sungai inilah, kita dapat memanfaatkannya untuk menggerakan turbin sehingga mmbangkitkan energi listrik. GambarS. Model Small Hidro Power (SHP)
Pembangkit listrik tenaga air sudah terbukti paling andal, ekonomis serta kontinyu produksi listriknya dibanding pembangkit listrik yang bersumber dari energi terbaharukan lainnya. Namun sangat disayangkan keberadaan potensi energi ini tidak merata di semua daerah. Biasanya potensi energi ini berada di daerah hulu dari suatu daerahaliran sungai, dengankarakteristikdebitairkeciltetapimemiliki beda tinggi (head) jatuh air yang besar. Pembangkit listrik tenaga air bekerja berdasarkan jatuhnya air melalui suatu pipa dari suatu ketinggian tertentu yang menumbuk turbinlkincir sehingga berputar. Putaran turbin ini akan menggerakan dinamo sehingga terbangkitnya arus listrik. Listrik yang dihasilkan lalu ditransmisikan ke jaringan listrik setempat untuk didistribusikan ke rumah"rumah pelanggan. Pembangkit listrik tenaga air yang tepat dikembangkan di wilayah pedesaan terpencil adalah pembangkit listrik skala kecil atau
101
dikenal dengan istilah Small Hydropower (SHP). SHP terbagi lagi bedasarkan kapasitas daya pembangkit listrik menjadi Mini Hydro (IOOkW -I MW), MikroHydro (10 kW -IOOkW)danPiko Hydro « 10 kW). Tidak seperti SHS dan SWP yang dapat dikembangkan sebagai pembangkit listrik stand alone, SHP lebih ideal untuk dikembangkan sebagai pembangkit yang terkoneksi dengan jaringan distribusi listrik setempat (minigrid/grid'). Potensi Biomassa Sebagai negara yang memiliki aktivitas vulkanik yang tinggi serta eurah hujan yang terbilang besar pula, Indonesia menjadi negara yang memiliki tanah subur dan eoeok untuk tumbuhnya berbagai jenis flora. Keragaman dan kerapatan flora menjadi tempat ideal juga bagi hidupnya berbagai jenis fauna. Kekayaan flora dan fauna inilah ya,ng menjadi sumber energi terbarukan yang dikenal dengan istilah energi Biomassa. Biomassa merupakan material biologis yang berasal dari mahluk hidup atau yang masih hidup yang memiliki unsur karbon dan senyawa yang mengandung unsur oksigen, hidrogen, nitrogen serta unsur-unsur kimia lainnya. Tenninologi biomassa sebagai sumber energi di sini adalah ranting-ranting kayu dan daun-daunan, hasil dan limbah pertanian, limbah temak tennasuk manusia serta sampah perkotaan. Penggunaan biomassa sebagai bahan bakar sudah dimulai semenjak manusia mengenal api. Bahkan hingga saat ini lebih dari 2,5 milyar populasi dunia masih menggunakan kayu bakar untuk kepentingan memasak dan pembakaran lainnya.
'"
Sebenamya sangat beragam teknologi konversi biomassa menjadi energi namun seeara garis besar proses konversi terdiri dari proses konversi panas dan proses konversi biokimia. Namun mengingat besaran investasi, tingkat kesulitan teknologi serta output (produktivitasl dari teknologi, hanya beberapa teknologi yang tepat S
Minigrid adalah pembangkit dengan jaringan distribusi listrik terbatas, Grid adalah pembangkit listrik yang terkoneksi dengan pembangkit lainnya dan
jaringan distribusi listrik suatu wilayah
102
1
----
untuk dikembangkan di wilayah pedesaan seperti: (1) Budidaya tanaman penghasil energi dan (2) Pembuatan biogas dari limbah ternak. Budidaya Tanaman Penghasil Energi.
Tanaman penghasil energi dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian besar: sebagai tanaman penghasil minyak sayur (kelapa, sawit, jarak) dan sebagai tanaman penghasil zat gulalpati (ubi kayu, tebu, nira). Dari beberapajenis tanaman tersebut, komoditi yang memiliki teknologi yang tergolong sederhana, tidak memiliki manfaat lain selain untuk produksi energi, dan memiliki produktivitas yang cukup tinggi serta dapat dikembangkan secara massal di hampir di seluruh wilayah Indonesia dengan biaya investasi yang relatif murah adalah budidaya tanaman jarak pagar.
/.,. - .... ~... .. -I .. I" 1
!
'
-I11I1II
103
Tabel6. Jenis tumbuhan penghasil energi
.E.'"".·
···.1;I.·lliiW.;;ii~ •.
' .U:I1'.'
·1iI)• • I ••·.·!li.'~II . IIi·i .;iI!!90.'.<.
Ii.'.'1M.".'.
Aleur~fottli;(bijikemitl):
.' Llll1l14.700
•. • .aa.99Q,31.7.lMli', ..' 17.000-25.500
1,200-2.000
(Sumber Business Week 2006)
Jarak pagar (Jathropa Coreas) merupakan tumbuhan semak berkayu yang banyak ditemukan di daerab tropis. Tumbuhan ini dikenal sangat taban kekeringan dan mudab dibudidayakan di laban-laban kritis. Jarak Pagar menghasilkan biji yang mengandung minyak' nabati yang dapat dikonversi menjadi biodiesel. Kandungan minyak bijinya bisa meneapai 63% melebihi kandungan minyak biji kedelai (18%), bunga matahari 40% bahkan inti sawit 45%. Minyak nabatinya didominasi asam oleat 44,7% dan asam !inoleat 32,8%. Pohon jarak merupakan tumbuhan yang tergolong eepat menghasilkan. Bunga mulai terbentuk ketika berusia tanam 3-4 bulan sementara buab mulai muneul pada usia tanam 4-5 bulan. Buah akan masak dan kemudian dapat dipanen ketika buah tersebut sudah meneapai umur 6 bulan. Produksi buah mulai optimal ketika umur tanaman sudab meneapai 6 tabun dan dapat berproduksi seeara ekonomis hingga umur 20-25 tahun. Dalam satu hektar lahan dapat dibudidayakan sebanyak 3000-3500 pohon jarak dengan produktivitas buah per pohon sebesar 4 kgltahun sehingga produktivitas rata-rata lahan jarak pagar per hektar berkisar 12-14 tonltahun. Biji jarak hasil panen sebetulnya sudah dapat langsung dipergunakan untuk keperluan memasak sebagai pengganti arang. Untuk itu perlu dilakukan sedikit modifikasi terhadap kompornya. Namun
104
idealnya biji jarak sudab dipecab kulitnya (kernel) sehingga proses pembakaran efisien dan lebih cepat. Untuk memasak nasi buat kebutuhan rumab tangga per hari diperlukan sebanyak 100 gram kernel yang dihasilkan dari 130 gram biji jarak utuh. Berdasarkan ini estimasi kebutuhan biji jarak untuk kebutuhan memasak rumah tangga adalab sebanyak 6-7 kg per bulan. Tabel7. Jumlab luas lahan yang sesuai dengan Jarak Pagar dalam Ha.
.-.... ,, ..." INA!>
,.-
...... ....... . .. ,.5._bi
,
111-,
,leI""
...,,,
.,., ""'"
13Ql475
lo:m
lIUIIP I......
nU>l
n..ll ".,W DLOll
..,
35m ...,~
14......
a....
LS_~i
. .......
,37m
11.NIT
Sl1421
W.lWq
1:lOlS IB74S
.,....
" .... ''''''''' '''"'' """"' ,..- '0"" "' ".2L .....
,,-
"''''
..,au
...
1'l.41tr
"
nt.Ul
1~16
51.<15
.,.", "''''' ......,
..",
6«>.4118
n_),b1If.~
....
41Ab!l1
...
122«11
"". a.701 ,.,..,
BCI94i
980457
14..2n.535
m'"
...
1UlB 5-534.911
""""
U'5llal
"'<S<
"""" 1211418
l"J5R.991
mau l.tTTr I...,.,
lInau
00'"
''''
L1llCl438
]17."»6
.55.
""It>
"""'" ""
,on:•
1I1l.'<1
'''''' J7J.'"
loU1IS
ll .....
43S4111 L015.525
""'" m", ..... , ..,.ftl ""'., """ '''if 15,m ",.,,, ...
.u.»_714
i3Q2Oi
IHiUl
,,,<TIl
...
.,
lU3iU
'11>l.l",
"'"....
S:l3B ...",
fU1!l m.l3l
I7l6/0 I".".
n.",
.....,
,..,...,
n.69m
U460ll!l L52Ii3'1!i1
5.1311115
2lI:71U54
~2L~OO
Proses konversi biji jarak menjadi baban bakar nabati sebenarnya juga sederhana. Proses berroula dengan rnenggiling biji tersebut sehingga dihasilkan minyak jarak mentab. Minyak jarak mentah kemudian diolah menjadi biodiesel atau minyakjarak murni dengan proses transesterifikasi. Sementara ampas yang dihasilkan dari penggilingan biji jarak masih memiliki manfaat sebagai pupuk.
105
Pemanfaatan budidaya jarak pagar sebagai penyedia bahan bakar nabati di Indonesia sangat tepat karena; (I) Ketersediaan lahan yang besar, indonesia memiliki lahan tidur lebih dari 9 Juta hektar. (2) Jarak Pagar dapat tumbuh hampir di seluruh wilayah Indonesia bahkan di daerah Indonesia timur pun yang memiliki tingkat curah hujan 500 mm pun tetap bisa dibudidayakan. (3) Jarak pagar tidak memiliki manfaat sampingan selain sebagai penghasil energi lain halnya dengan sawit, ubi kayu danjagung. (4) Buah Jarak dapat dimanfaatkan langsung sebagai bahan bakar pengganti arang tanpa hams diproses lebih lanjut. (5) Pohon jarak merupakan tanaman yang cepat tumbuh dan •menghasilkan serta mudah perawatannya.
.
Pembuatan Biogas.
Biogas adalah gas metana yang dihasilkan oleh dekomposisi kotoran temak dan manusia dan juga dari· proses pembusukan mahluk biologis dan komponennya. Gas Metana sebenamya termasuk gas efek rumah kaca yang apabila dilepaskan di udara terbuka dapat menyebabkan pemanasan global bahkan ditenggarai dampaknya 4 kali lebih kuat dibanding gas CO,. Namun demikian, gas ini apabila dapat diambil dan dikelola dengan baik sangat bermanfaat sebagai sumber energi untuk bahan bakar terutama keperluan memasak rumah tangga. Sumber biogas yang umum dimanfaatkan sebagai sumber energi adalah kotoran temak, limbah pertanian, dan sisa-sisa makanan namun demikian yang ideal untuk memproduksi biogas berasal dari kotoran sapi. Produksi biogas dilakukan dengan memasukkan kotoran sapi tersebut ke dalam suatu reaktor digester yang kedap air dan kedap udara untuk menghasilkan kondisi anaerob. Konstruksi reaktor digester ini sebetulnya sangat sederhana, berupa tabung-tabung dari drum bekas. Begitu juga dengan tahapan yang terjadi dalam 106
proses pembentukan biogas dari biomassa ini yang hanya terdiri dari: (I) Dekomposisi komponen organiklbiomasa (hidrolisa), (2) Sintesa asam asetat oleh bakteri acidogenic, dan (3) Pembentukan gas metana dari asam asetat melalui bakteri metbanogenic. Dari satu ekor sapi akan dihasilkan limbah 23 kg kotoran per harinya. Dari kotoran sebanyak itu akan dihasilkan gas methane sebanyak 1,2 m' atau setara 0,75 liter minyak tanah. Gas sebanyak ini dapat dipergunakan untuk kepentingan memasak selama 3 jamlhari. Pembangkit Hibrida Pembangkit hibrida adalah pembangkit listrik yang menggunakan lebih dari satu jenis potensi energi di dalam satu kesatuan sistem pembangkit listrik. Sebagai contoh modul surya dikombinasikan dengan kiQcir angin atau bahkan ditambahkan dengan generator diesel. Deugan sistem hibrida dapat meningkatkan kinerja dari sistem pembangkitan listrik serta mengurangi resiko kekurangan energi karena saling melengkapi. Di kala siang hari mengambil energi matahari dan ketika malam memanfaatkan energi angin. Gambar7. Diagram Pembangkit Hibrida
_\J,.,. ~;"
.....~
.
')
/ . rjjo j~~1 1~
•.
,~-.
•
107
PENGENTASAN KEMISKINAN ENERGI INDONESIA Target Pengentasan Kemiskinan Energi Sesuai data Tabel I, jumlah populasi indonesia yang mengalami kemiskinan energi yaitu 82 juta orang yang tidak memiliki akses listrik dan 124 juta orang yang masih menggunakan kayu bakar atau biomassa tradisional untuk keperluan memasak. Jumlah populasi di atas sudah termasuk dengan sebagian keeil penduduk perkotaan yang diperkirakan meneapai 10-15% dari total populasi. Mengingat sumber data yang didapat berasal dari tahoo 2009 yang tentunya sebagian populasi tersebut sudah dientaskan dari permasalahan kemiskinan energi, untuk itu penulis mengambil justifikasi sebanyak 90% dari jumlah populasi 2009 yang menjadi target dalam program pengentasan kemiskinan energi seperti tabel berikut: ,,
Tabel8, Target jumlah populasi dau rumah tangga yang harus dientaskan dari kemiskinau energi
Kebutuhau Energi Minimum Kebutuhan energi listrik minimum yang dipergunakan dalam pemenuhan kebutuhan dasar rumah tangga untuk penerangan selama 5 jam di malam hari, menghidupkan radio serta peralatan listrik lainnya yang mengkonsumsi sedikit energi listrik adalah sebagai berikut: Tabel9. Kebutuhan Iistrik rumah tangga minimum per hari dau per tahuu 5 5 Total/hari Total1mhun
108
1
~--
Sementara kebutuhan energi minimum untuk kebutuhan memasak rumah tangga selama 3 jam per hari yang dipergunakan untuk memasak nasi, sayur dan Iauk pauk serta air. Untuk kepentingan tersebut dibutuhkan minimum I liter bahan bakar setara minyak tanah per hari atau 365 liter per tahun. Berdasarkan perhitungan kebutuhan energi mInimum rumah tangga di atas, dapat diestimasikan total kebutuhan energi yang harus disediakan untuk program pengentasan kemiskinan energi di Indonesia sebagai berikut: TabeIIO. Total kebutuhan energi pengentasan kemiskinan energi per tahun 1,4 X 109 kWh 10,2 X 109 Liter
Pen ediaan Boer i Listrik P~yediaan Bahan Bakar
Total kebutuhan energi di atas merupakan kebutuhan minimum yang diperuntukkan hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar rumah tangga. Tentunya sejalan dengan perbaikan keadaan ekonomi rumah tangga, diharapkan rumah tangga tersebut dapat meningkatkan suplai energinya secara swadaya dan bertahap sehingga dapat memenuhi kebutuhan energi untuk kebutuhan produktif dan sosial. Rekomendasi Jenis Potensi Energi Yang Dikembangkan Kriteria utama dalam pemilihan potensi energi yang tepat untuk dijadikan tulang punggung dalam program pengentasan kemiskinan energi adalah keterdapatan potensi dan kemudahan pembangunannya. Untuk penyediaan energi listrik penulis merekomendasikan pemanfaatan SHS karena keterdapatan potensi ini hampir di seluruh Indonesia (Tabel II). SHS lebih mudah diimplementasikan karena dapat dipasang secara stand alone. Wilayah pedesaan umumnya memiliki kerapatan rumah tangga yang rendah sehingga sangat tidak ekonomis bila membuat jaringan distribusi antar rumah tangga. Juga 109
pemasangan SHS tidak memerlukan studi telmis yang komprehensif terlebih dahulu sebelum pemasangannya lain halnya dengan SHP danSWT. Sementara untuk program penyediaan bahan bakar, penulis merekomendasikan pembudidayaan jarak pagar dibanding komiditi lainnya (TabeI12). Jarak pagar dapat tumbuh hampir di semuajenis lahan termasuk daerah yang bercurah hujan rendah. Pengkonversian jarak pagar menjadi bahan bakar memerlukan teknologi sederhana tidak seperti halnya dengan komoditi ubi kayu, tebu danjagung yang memerlukan investasi dan tidak sesuai untuk skala rumah tangga. Rekomendasi di atas tentunya tidak menutup upaya pengembangan potensi lainnya yang memang ada di suatu daerah dan layak secara ekonom!s untuk dikembangkan. Pengadaan SHS Berdasarkan perhitungan kebutuhan energi listrik mlmmum rumah tangga yang berkisar 210 Walthour, kapasitas SHS yang direkomendasikan adalah penggunaan SHS 50 WP yang menghasilkan 250 Walthour per hari. Biaya pengadaan seperangkat SHS 50 WP lengkap dengan 4 unit lampu CFL berikut instalasi pemasangannya diestimasi berkisar $ 600/unit. Pembudidayaan Jarak Pagar Dalam satu hektar kebun jarak dapat memproduksi minyak jarak sebanyak 2100-2800 liter per tahun. Sementara kebutuhan minimum bahan bakar rumah tangga per tahun adalah 365 liter, sehingga kebutuhan minimum kebun jarak per rumah tangga adalah 0,25 Ha (I Ha untuk mengakomodasi 4 rumah tangga). Totalluas lahan yang dibutuhkan dalam program ini berkisar berkisar 7 juta Ha. Adapun kebutuhan modal untuk penyiapan lahan dan pengadaan bibit serta pupuk untuk I ha kebunjarak berkisar Rp 1.500.000. Biaya lainnya
110
seperti penanaman, pemeliharaan dan panen serta pengadaan kompor minyak jarak merupakan beban rumah tangga. Sedangkan' biaya pengadaan lahan diasumsikan tidak ada. Tabeill. Perbandingan potensi energi terbarukan untuk Iistrik
TenagaAir
Rendah
Jarang
renaga Angin
Sedang
Sedang
30-40%
rena a S
Tin
Semua
20%
• ••
a
100% Minimum
Kompleks
;>
1000 Wan
Sedang
Sedang
'::>
500 Watt
Minimum
Mudah
> 50 Watt
Ketersediaan dalam satu hari Kapasitas minimum untuk pengembangan yang layak secara ekonomi
Tabel12. Pe,;bandingan komoditas tanaman penghasil energi
JarakPagar
2100-2800
Banyak
Tidakada
Sawi!
3600-4000
Terbaw
Pangan
tinggi
Tehu
2450
Terbatas
Pangan
sedang
1020
Sedang
Pangan
sedang
Tidak ada
rendah
Ubi Kayu Kotoran Sa i (
,)
l\iler!hari
rendah
ESTIMASI ANGGARAN BIAYA PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN Estimasi anggaran biaya untuk pengadaan perangkat SHS dan persiapan lahan budidaya tanaman penghasil energi dapat dilihat pada tabel 13. Total anggaran (Sekitar 110 Trifiun) untuk program pengentasan kemiskinan ini cukup fantastis namun sebetulnya anggaran itu masih jauh lebih kecil dibandingkan dengan anggaran subsidi BBM tahun 20 12 yang lebih dari 200 triliun. Lagipula dengan program
III
pengadaan SHS sebesar ini tentunya akan menciptakan economic of scale dalam pertumbuhan industri manufaktur khususnya industri pembuatan solar panel yang selama ini masih diimpor sehingga biaya fabrikasinya jauh lebih murah. Tabel13. Estimasi Anggaran Pengentasan Kemiskinan Energi Indonesia
Sumber Pembiayaan Pembiayaan program tentunya dapat bersumber dari pemerintah, bantuan pemerintah negara-negara maju, lembaga-lembaga Intemasibnal, swasta ataupun swadaya masyarakat dalam format hibah, pinjaman atau pun bisnis mumi. Pemerintah. Akses akan sumber energi modem merupakan hak dari setiap warga negara sehingga pemerintah berkewajiban untuk menyediakan akses sumber-sumber energi modem kepada setiap warga negaranya. Dana yang berasal dari pencabutan subsidi BBM dapat dipergunakan sebagai sumber pembiayaan utama dari program pengentasan kemiskinan. Bantuan Pemerintab Negara-Negara Maju. Kemiskinan energi menyebabkan kerusakan hutan yang cukup masif sementara dalam skenario perdagangan karbon negara-negara maju yang umumnya sebagai penghasil emisi CO, besar memiliki konsekuensi untuk melakukan upaya reduksi karbon. Program pengentasan kemiskinan energi dengan pemanfaatan sumbersumber energi terbarukan memiliki dua peran penting dalam upaya reduksi CO2 yaitu dari pemanfaataan energi terbarukan sebagai pengganti energi fosil dan juga upaya mencegah kerusakan hutan.
112
Lembaga Intemasional. Upaya pengentasan kemiskinan energi merupakan infrastruktur dalam pencapaian sasaran Millenium Development Goals yang dicanangkan oleh PBB untuk pemberantasan kerniskinan absolut. Banyak dana hibah dan alokasi anggaran yang disediakan oleh lembaga-Iembaga intemasional untuk pembiayaan program pemberantasan kemiskinan absolut dunia. Swasta. Dana CSR dari perusahaan-perusahaan yang beroperasi di wilayah Indonesia khususnya yang bergerak di sektor pertambangan dan energi seperti batubara, minyak dan gas bumi yang banyak bersentuhan dengan masyarakat hulan sebagai kompensasi ekstenalitis atas produksi bahan bakar fosH yang menjadi penyurnbang terbesar gas rurnah kaca. Swasta dapat juga berinvestasi dalam pembangunan pembangkit listrik untuk mendapatkan keuntungan yang wajar. Swadaya. Untuk menekan anggaran program pengentasan kemiskinan, sebagian pekeIjaaan pembangunan tentunya dilakukan secara swadaya oleh masyarakat setempat. Seperti halnya pekeIjaan pembangunan lahan perkebunan tentunya sebagai tenaga pelaksana untuk pembukaan lahan, penanaman dan pemeliharaan. Begitu juga dengan pembangunan SHP yang dapat dikeIjakan secara gotong royong.
KELEMBAGAAN DESA MANDIRI ENERGI Terrninologi dari DME adalah desa yang masyarakatnya dapat memenuhi sendiri akan kebutuhan energi (listrik dan bahan bakar) lebih dari 60% yang berasal dari potensi energi terbaharukan setempat. Berdasarkan surnber energinya, DME dapat diklasifikasikan menjadi DME yang berbasis pertanian seperti biofuel dan biogas dan DME yang berbasis non pertanian seperti energi matahari, angin dan air.
113
Konsep pengembangan DME sebenamya menekankan kepada: (1) Bagaimana mengembangkan potensi energi terbahamkan yang selaras dengan kelestarian lingkungan; (2) Bagaimana mengembangkan kelembagaan untuk melibatkan masyarakat lokal untuk bertanggung jawab melestarikan lingkungannya; dan (3) Bagaimana mengembangkan potensi energi terbaharukan menjadi kegiatan ekonomi produktif. Oleh karena itu diperlukan beberapa kriteria dan prasyarat agar konsep DME berjalan sinergis dan berkesinambungan sebagai berikut: I.
Pengembangan DME ditujukan untuk menciptakan lapangan kerja dan mengatasi persoalan kemiskinan energi dan kemiskinan ekonomi.
2.
Pengembangan DME hams melibatkan masyarakat secara kelembagaan mulai dari tahapan awal sehingga masyarakat nierasa ikut memiliki.
3.
Komoditas yang dikembangkah hams sesuai dengan potensi lokal.
4.
Kelembagaan DME tidak melulu dibatasi dengan batas-batas administratif desa karena beberapa potensi seperti minihidro dapat melistriki beberapa desa.
Pemerintah sudah meluncurkan program Desa Mandiri Energi (DME) sejak tahun 2006 sebagai upaya pengentasan kemiskinan energi dan penciptaan ekonomi lokal. Sejak program ini diluncurkan bam 633 desa yang berhasil dientaskan dari total 80 ribu desa. Kendala utama dari pelaksanaan program DME adalah ketersedian dana. Hitung-hitungan pemerintah, anggaran yang dibutuhkan untuk pengembangan satu DME adalah Rp I Milyar.
114
PENUTUP Pemanfaatan sumber-sumber energi terbarukan merupakan solusi yang tepat dalam pengentasan kemiskinan energi di Indonesia, di samping Indonesia merupakan negara yang kaya akan potensi sumber-sumber energi terbarukan, pemanfaatannya juga sejalan dengan isu reduksi ketergantungan bahan bakar fosH, isu kerusakan lingkungan serta isu pengurangan dampak pemanasan global. Untuk itu beberapa upaya untuk mengakselerasi Pengentasan kemiskinan energi Indonesia sebagai berikut: I. Perlu dibentuk tim pengentasan kemiskinan energi di tingkat Kabupaten di seluruh Indonesia yang mempunyai tugas pokok untuk melakukan inventarisasi angka kemiskinan, inventarisasi potensi-potensi energi terbarukan di daerah kantong-kantong kemiskinan energi, mensosialisasikan konsep Desa Mandiri Energi, . mensosialisasikan teknologi pemanfaatan potensi energi terbarukan dan mendistribusikan paket bantuan kepada masyarakat miskin. 2. Mengundang pihak swasta dalam investasi pembangunan pembangkit energi terbarukan dengan skenario keuntungan yang wajar. Untuk ini tentunya pemerintah harus memberikan insentif pajak dan non pajak. 3. Apabila jarak antar rumah tangga saling berdekatan lebih ekonomis untuk membangun sistem pembangkit terpusat yang terkoneksi dengan minigrid. 4. Lahan perkebunan jarak akan lebih ekonomis apabila dikelola secara kolektif oleh beberapa rumah tangga sebagai pengguna (dalam format yang lebih luas dikelola dalam wadah kelembagaan DME). 5. Pengembangan industri manfaktur untuk pembuatan komponen pembangkit listrik terbarukan. Khususnya komponen solar panel
115
yang merupakan komponen utama dari SHS yang selama ini masih merupakan komponen impor. Di sisi lain bahan baku pasir silica untuk membuat solar panel sangat berlimpah di Indonesia. 6. Pengembangan industri manufaktur pembuatan kompor minyak jarak secara massal. Kompor minyak jarak sebagai sarana dalam pemanfaatan bahan bakar nabati memiliki karakteristik yang berbeda dengan minyak tanah sehingga perlu kompor khusus. Namun demikian biaya fabrikasi kompor tersebut hampir sarna dengan kompor minyak tanah sehingga masih tetjangkau.
DAFTAR ISTILAH CFL CSR DME GWh IEA kWh SHP SHS SWT WP
's
: Chlor Fluor Lamp : Corporate Social Responsibility : Desa Mandiri Energi : Giga Watt Hour = 1.000 MWh = 1.000.000 kWh : International Energy Agency : Kilo Watt Hour (1000 Watt Hour) : Small Hydro Power : Solar Home System : Small Wind Turbin : Watt Peak (Kapasitas maksimum menyerap daya radiasi matahari)
DAFTAR PUSTAKA Agus Salim Dasuki Photovoltaic Development Strategy Program in Indonesia. Kementerian Daerah Tertinggal. Jakarta. . Arinal Hamni. Rancang Bangun dan Analisa Tekno Ekonomi Alat Biogas Kotoran Ternak Skala Rumah Tangga. UNILA. Lampung. 2008.
116
Arrni Susandi. Potensi Energi Angin dan Surya di Indonesia. ITB. Bandung. Contained Energy Indonesia. Energi yang Terbarokan: Buku Panduan. PNPM. 2011 Dilip Ahuja & Marika Tatsutani. Sustainable Energyfor Developing Country. TWAS. Italy. 2008. Edi Purlan et al. Kompor Minyak Jarak. Balai Penelitian Tanaman Tembakau & Seral. Malang. 2008. Elizabeth Bast & Srinivas Krishnaswarny. Access to Energy: The Clean Energy Option.Oilchange International & Actionaid. 2011. Erwin SlIsanto Sadirsan Cs. Renewable Energy Policy Implementation for Supporting Energy Mixed and Energy Security in Indonesia. MET!. 20 II. Euis Herrniati et al. Potential Utilization of Cassava Pulp for Ethanol Production in Indonesia. IPB. Bogor. 2012. Fabby Tumiwa & Henrieta Imelda. Kemiskinan Energi: Fakta-Jakta yang ada di Masyarakat. IESR. 2011. Guido Glania, Simon Rolland & Aneri Patel. Best Practises of The Alliancefor Rural Electrification. Alliance for Rural Electrification. Brussels. 20 II. Harijatno Dwiprabowo. Kajian Kebijakan Kayu Bakar Sebagai Sumber Energi Di Pedesaan Pulau Jawa. Puslit Sosial Ekonomi dan Kcbijakan Kehutanan. Bogor. 2010. lEA. Energy For All: Financing Accessfor The Poor. France. 2011. lEA. Energy Poverty: How to Make Modern Energy Access Universal. France. 2010
117
Irwan Rahardjo & Ira Fitriana. Analisa Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Indonesia. BPPT. Jakarta Jun Hada et al. Study to Determine Outline Plans For Eliminating Energy Poverty in Nepal. Practical Action Nepal Office. Nepal. 2009. Martini Rahayu. Teknologi Proses Produksi BiojUel. Prospek Pengembangan BiojUel Sebagai Subtitusi BBM. Nike Triwahyuningsih & RahmatAdiprasetya. Pemanfaatan Energi Biomassa Sebagai BiojUel: Konsep Sinergi dengan Ketahanan Pangan. Universitas Muhamadiyah. Yogyakarta. . Paul Osborn, Nasrulah Salim & Dono Indarto. Menyibak Kegelapan: Transisi Energi Indonesia. Senter Novern. Netherlands. , R. Nugroho Purwantoro. Sekilas Pandang Industri Sawit. Lembaga Managemen ill. Jakarta. 2008. Simon Rolland. Rural Electrification With Renewable Energy: Technologies, Quality Standards and Business Models. Alliance for Rural Electrification. Brussels. 20 I I.
118