PENGENDALIAN PENYAKIT DIPLODIA (Botryodiplodia theobromae Pat) PADA TANAMAN JERUK DENGAN PESTISIDA NABATI (Phymar C) DI SULAWESI TENGGARA Oleh: Gusnawaty HS dan Mariadi1)
ABSTRACT This research aim to to see efektifitas application pesticide of vegetation Phymar C in controling the disease diplodia at orange crop. The study conducted from in March –July 2012 at three kabupeten producer of orange in Sulawesi South East that is sub province Konawe Selatan, sub province Muna and sub province Kolaka. Treatment consist of five treatments that is without treatment of pesticide of vegetation (Po), Application pesticide of vegetation Phymar C 711 (P1), Application pesticide of vegetation Phymar C 711 N (P2), Application pesticide of vegetation Phymar C 711 Plus (P3), and Aplikasi pesticide of vegetation Liquid Smoke (P4). Each the treatment is repeated by counted 3 ( three) times so that there are 15 treatment and each the treatment consist of 5 orange crop unit so that entirety there are 75 crop sampel in each research location. This research result show that controling of disease diplodia by using pesticide of vegetation (Phymar C 711 and Phymar C 711 plus) at orange crop can improve percentage of disease recovering diplodia 93,33 - 100% three research location. Keywords : pesticide of vegetation, diplodia disease, orange crop
PENDAHULUAN Di Indonesia beberapa jenis jeruk yang umumnya dibudidayakan dapat digolongkan pada beberapa kelompok seperti jeruk keprok, jeruk besar, jeruk nipis dan jeruk lemon. Jeruk siam (Citrus nobilis Var.microcarpa Hassk) termasuk salah satu kultivar keprok yang paling banyak diusahakan, sekitar 60% pasaran jeruk nasional di dominasi oleh kultivar tersebut. Jeruk siam tumbuh baik di berbagai sentra pertanaman jeruk seperti Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Jawa Barat, Bali dan Sulawesi Tenggara ( Dirjenhorti, 2002). Perkembangan pertanaman jeruk siam di Sulawesi Tenggara mengalami peningkatan. Sesuai angka Statistik Hortikultura (2005) produksi jeruk Sulawesi Tenggara mencapai 225.570 ton yang dihasilkan dari 429.221 pohon atau seluas 1.073 ha luas panen dibanding dengan produksi tahun 2003 sebesar 90.575 ton dan produksi tahun 2004 sebesar 126.427 ton. Menurut data terakhir dari Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (2009) jumlah pohon jeruk di Kota Kendari: 5.440 1
pohon, Kabupeten Konawe : 154.670 pohon, Konawe Selatan : 1.401.905 pohon, Kolaka : 225.512 pohon, Kolaka Utara : 18.435 pohon, Buton : 58,105 pohon, Buton Utara : 7.575 pohon, kota Bau-Bau : 3.076 pohon, Muna: 623.395 pohon, Bombana: 92.076 pohon dan Wakatobi : 1.258 pohon sehingga keseluruhan sebanyak 2.591.445 pohon atau sekitar 2.721 ha. Oleh karena itu Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) menjadi salah satu provinsi penyangga untuk memenuhi kebutuhan jeruk nasional. Untuk dapat terus menjadi salah satu provinsi penghasil jeruk nasional di Indonesia maka perlu dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman jeruk di Sultra, baik secara intensifikasi maupun ekstensifikasi, termasuk mengatasi semua permasalahan dalam pertumbuhan dan produksi jeruk seperti pengendalian penyakit diplodia yang mulai banyak menyerang pertanaman jeruk petani di Sulawesi Tenggara yang sangat berpengaruh pada jumlah dan kualitas jeruk yang dapat diproduksi atau dipanen.
AGRIPLUS, Volume 23Pertanian NomorUniversitas : 02 Mei 2013, ISSN 0854-0128 )Staf Pengajar Jurusan Agroteknologi Fakultas Halu Oleo, Kendari
98
99
Untuk mengendalikan penyakit diplodia pada tanaman jeruk, umumnya petani masih tergantung pada penggunaaan pestisida dari bahan kimia, dan tidak sedikit pula petani yang sering mencoba-coba berbagai jenis pestisida, namun hasilnya belum juga memuaskan bahkan menimbulkan dampak negatif bagi petani, masyarakat sekitar, lingkungan termasuk residu pada buah jeruk yang mengakibatkan jeruk tidak diterima dipasaran karena saat ini aturan perdangangan dunia telah mensyaratkan produksi pertanian yang bebas dari residu pestisida. Selain menggunakan pestisida kimia saat ini tidak sedikit pula petani yang terpaksa hanya membiarkan tanaman jeruk mereka yang terserang penyakit ini, sehingga menjadi sumber inokulum bagi perkembangan penyakit diplodia pada pertanaman jeruk, akibatnya populasi tanaman jeruk yang terserang dan mengalami kematian menjadi bertambah. Phymar C adalah pestisida nabati yang dibuat dari kulit biji mete yang telah cukup banyak diteliti kemampuannya untuk mengendalikan beberapa penyakit pada tanaman perkebunan khususnya di Sulawesi Tenggara. Oleh karena itu penelitian ini diperlukan untuk melihat kemampuan pestisida nabati Phymar C khususnya dalam mengendalikan penyakit diplodia pada tanaman jeruk yang ada di Sulawesi Tenggara.
Pelaksanaan Penelitian 1. Rancangan Percobaan Penelitian ini akan dilaksanakan berdasarkan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri atas 5 (lima) perlakuan yaitu: 1. Tanpa perlakuan pestisida nabati (Po) 2. Aplikasi pestisida nabati Phymar C 711 (P1) 3. Aplikasi pestisida nabati Phymar C 711 N (P2) 4. Aplikasi pestisida nabati Phymar C 711 Plus (P3) 5. Aplikasi pestisida nabati Liquid Smoke (P4) Masing-masing perlakuan tersebut diulang sebanyak 3 (tiga) kali sehingga terdapat 15 perlakuan dan setiap perlakuan tersebut terdiri atas 5 unit tanaman jeruk sehingga keseluruhan terdapat 75 tanaman sampel ditiap lokasi penelitan.
METODE PENELITIAN
3. Pengamatan Setelah aplikasi pestisida nabati selanjutnya dilakukan pengamatan terhadap kesembuhan luka pada setiap tanaman uji yaitu berdasarkan persentase kesembuhan luka pada batang tanaman jeruk. Pengamatan dilakukan sebanyak 4 kali (sekali dalam sebulan) selama 4 bulan. Persentase kesembuhan luka dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut :
Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Maret – Juli 2012 bertempat ditiga kabupaten di Sulawesi Tenggara yang mempunyai populasi tanaman jeruk cukup banyak dan menunjukkan adanya serangan penyakit diplodia, yaitu di Desa Mekar Jaya Kec. Tiworo Tengah (Kabupaten Muna), Desa Lambodi Jaya Kec. Lambandia (Kabupaten Konawe Selatan) dan Desa Wungguloko Kec. Ladongi (Kabupaten Kolaka).
2. Aplikasi Pestisida Nabati Pestisida nabati yang digunakan diaplikasikan pada setiap tanaman jeruk yang memperlihatkan gejala penyakit diplodia dengan terlebih dahulu membersihkan bagian batang yang terserang penyakit diplodia dari busa atau blendok, setelah blendok atau busanya hilang kemudian pestisida nabati dioleskan pada bagian luka yang sudah dibersihkan tersebut sesuai dengan pestisida nabati yang ditentukan pada setiap perlakuan.
n P = -------- x 100% N Keterangan : P = Persentase Kesembuhan (%) n = Jumlah pohon/tanaman yang sembuh
AGRIPLUS, Volume 23 Nomor : 02 Mei 2013, ISSN 0854-0128
100
N
= Jumlah keseluruhan pohon/tanaman yang diamati
4. Analisis Data Data hasil pengamatan ditabulasi sederhana dan dianalisis secara deskriptif.
HASIL DAN PEMBAHASAN Rata-rata persentase kesembuhan penyakit busuk batang diplodia pada tanaman jeruk pada setiap bulan pengamatan pada tiap lokasi penelitian seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Rata-rata persentase kesembuhan penyakit busuk batang diplodia pada tanaman jeruk disetiap bulan pengamatan pada tiap lokasi penelitian (%)
Perlakuan
P0 P1 P2 P3 P4
I 0,00 61,66 56,66 53,33 63,33
Rata-rata Persentase Kesembuhan (%) pada setiap bulan pengamatan di setiap lokasi penelitian Desa Mekar Jaya Desa Lambodi Jaya Desa Wungguloko Kec. Tiworo Tengah Kec. Lambandia Kec. Ladongi Kab. Muna Kab. Konsel Kab. Kolaka II III IV I II III IV I II III 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 6,66 0,00 0,00 0,00 75,00 88,33 100,00 76,66 81,66 100,00 100,00 66,66 80.00 95,00 66,66 76,66 100,00 65,00 88,33 100,00 100,00 78,33 86,66 93,33 68,33 83,33 100,00 68,33 90,00 100,00 100,00 68,00 90,00 96,66 76,66 85,00 93,33 75,00 83,33 93,33 81,66 65,00 76,66 85,00
IV 0,00 100,00 98,33 100,00 85,00
Keterangan : P0 = Kontrol, P1 = Aplikasi pestisida nabati Phymar C 711, P2 = Aplikasi pestisida nabati Phymar C 711 N, P3 = Aplikasi pestisida nabati Phymar C 711 Plus, P4 = Aplikasi pestisida nabati Liquid Smoke. I, II, III, IV = pengamatan pada bulan ke I, II, III, IV.
Penyakit busuk batang diplodia pada tanaman jeruk diamati dengan melihat gejala yang terdapat pada batang / cabang yang diamati, gejala tersebut ditandai dengan keluarnya cairan warna kuning keemasan atau berbusa dan retaknya kulit akibat patogen penyebab penyakit busuk batang diplodia. Penyakit diplodia atau sering disebut dengan penyakit blendok karena bereaksi mengeluarkan blendok. Penetrasi menyebabkan tanaman bereaksi dengan mengeluarkan substansi pertahanan berupa gummosis (gom/blendok) berwarna kuning. Gummosis dikeluarkan oleh tanaman sebagai bentuk reaksi setelah adanya serangan patogen dalam jaringan, gummosis diproduksi untuk melokalisasi patogen agar tidak berkembang lebih luas. Gummosis yang keluar dari permukaan kulit jaringan tanaman menunjukan tingkat serangan yang sudah lanjut. Ditlin Hortikultura (2008) menyatakan bahwa pada jeruk: dikenal dua macam diplodia yaitu diplodia "basah" dan diplodia "kering". Dimana serangan diplodia basah ditandai dengan mengeluarkan "blendok" yang berwarna kuning emas dari
batang atau cabang-cabang tanaman. Kulit tanaman yang terserang setelah beberapa lama dapat sembuh kembali, kulit yang terserang mengering dan mengelupas, sedangkan serangan diplodia kering ditandai dengan kulit batang atau cabang tanaman yang terserang mengering, terdapat celahcelah kecil pada permukaan kulit, dan pada bagian kulit dan batang yang ada di bawahnya berwarna hitam kehijauan. Pada bagian celah-celah kulit terlihat adanya massa spora cendawan berwarna putih atau hitam. Perluasan kulit yang mengering sangat cepat dan bila sampai menggelang tanaman, menyebabkan daun-daun tanaman menguning dan kematian cabang atau pohon. Hasil pengamatan persentase kesembuhan penyakit busuk batang diplodia pada tanaman jeruk memperlihatkan semua perlakuan aplikasi pestisida nabati terjadi peningkatan persentase kesembuhan pada setiap pengamatan bulan mulai ke- 1 sampai bulan ke- 4, kecuali pada kontrol. Pada pengamatan bulan pertama uji efikasi pestisida nabati terhadap penyakit busuk batang diplodia pada tanaman jeruk di Desa Mekar Jaya Kec. Tiworo Tengah
AGRIPLUS, Volume 23 Nomor : 02 Mei 2013, ISSN 0854-0128
101
persentase kesembuhan berkisar antara 53,33 – 63,33 %, Desa Lambodi Jaya Kec. Lambandia 65,00 – 76,66 % dan Desa Wungguloko Kec. Ladongi 65,00 – 78,00 %, Pada pengamatan bulan kedua persentase kesembuhan di Desa Mekar Jaya Kec. Tiworo Tengah berkisar antara 66,66 – 76,66 %, Desa Lambodi Jaya Kec. Lambandia 81,66 - 90,00 % dan Desa Wungguloko Kec. Ladongi 76,66 – 86,66 %, pada pengamatan bulan ketiga persentase kesembuhan penyakit diplodia di Desa Mekar Jaya Kec. Tiworo Tengah berkisar antara 76,66 – 88,33 %, Desa Lambodi Jaya Kec. Lambandia 93,33 – 100,00 % dan Desa Wungguloko Kec. Ladongi 93,33 – 96,66 % sementara pada pengamatan bulan keempat di Desa Mekar Jaya Kec. Tiworo Tengah persentase kesembuhan berkisar antara 93,33 – 100,00 %, Desa Lambodi Jaya Kec. Lambandia 81,66 – 100,00 % dan Desa Wungguloko Kec. Ladongi 85,00 – 100,00 %. Rendahnya persentase kesembuhan pada bulan pertama, dan bulan kedua kemungkinan disebabkan bahan aktif pestisida nabati yang diujikan belum memberikan efek atau pengaruh bagi perkembangan dan pertumbuhan patogen secara keseluruhan, karena patogen penyebab busuk batang diplodia pada tanaman jeruk masih mampu memberikan perlawanan terhadap toksit yang dikandung oleh ketiga pestisida nabati yang diujikan. Pada pengamatan bulan keempat persentase kesembuhan mengalami peningkatan antara 93 – 100 %. Hal tersebut disebabkan karena pestisida nabati yang bahan bakunya dari kulit jambu mete mengandung minyak yang disebut cairan kulit jambu mete atau Cashew Nut Shell liquid (CNSL). Cairan ini bersifat lekat, kental, rasanya pahit, panas, pedas dan berwarna coklat. Minyak tersebut terdiri atas asam Anacardat 90% dan minyak cardol 10%. Diduga zat tersebutlah yang dapat menekan aktifitas jamur Botryodiplodia theobromae Pat. Berdasarkan hasil pengamatan dan uraian tersebut menunjukan bahwa pemberian ramuan pestisida nabati yang mengandung Cashew Nut Shell liquid (CNSL) dan mampu menekan patogen
Botryodiplodia theobromae Pat dan mampu menekan keparahan penyakit dan menghambat berbagai macam pertumbuhan patogen penyakit seperti Phytopthra palmivora. Hal ini sesuai dengan penelitian Mariadi. et. al, (2009) pada tanaman kakao bahwa pemberian pestisida nabati dapat menurunkan intensitas serangan penyakit busuk buah dari kategori serangan berat (50 – 60 %) menjadi kategori serangan ringan (5 – 10 %). KESIMPULAN 1.
2.
Pestisida nabati dapat mengendalikan penyakit diplodia pada tanaman jeruk dengan efektifitas yang berbeda-beda. Pengendalian penyakit diplodia dengan pestisida nabati Phymar C dapat meningkatkan persentase kesembuhan 93,33 sampai 100%. Pestisida nabati Phymar C 711 dan Phymar C 711 Plus memiliki efektifitas yang paling baik dalam mengendalikan penyakit diplodia pada tanaman jeruk di tiga lokasi penelitian yaitu dapat mencapai kesembuhan 100%.
DAFTAR PUSTAKA Anang Tri Wiratno & Siti Nurbanah. 1997. Pengendalian Penyakit Blendok pada Tanaman Jeruk Besar. IPPTP Wonocolo. http://pustaka.litbang.deptan. go.id/agritek/jwtm0106.pdf (akses tanggal 14 Maret 2011) Ashari
S., 2006. Hortikultura (Aspek Budidaya). Universitas Indonesia Press. Yogyakarta.
Balai
Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura. 2010. Laporan Tahunan BPTPH Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2009. Kendari.
Bambang Purnomo, 2006. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman: Konsepsi dan cara Perlindungan Tanaman http://www.geocities.ws/bpurnomo5 1/das_files/das4.pdf (akses tanggal 15 Maret 2011)
AGRIPLUS, Volume 23 Nomor : 02 Mei 2013, ISSN 0854-0128
102
Direktorat Tanaman Buah, 2004. SPO Jeruk Siem Madu Kabupaten Karo. www.deptan.go.id/pesantren/ditbuah /Komoditas/spo/spo_jeruk.pdf (akses tanggal 17 Maret 2011) Direktorat Tanaman Buah, 2007. Metode Pengamatan Organisme Pengganggu Tumbuhan Tanaman Buah. Direktorat Perlindungan Tanaman Hortikultura. Ditjen Hortikultura. Jakarta Ditlin Hortikultura. 2008. Diplodia (Botryoplodia theobromae Pat.). http://ditlin.hortikultura.go.id/opt/jer uk/diplodia/diplodia.html (akses tanggal 15 Maret 2011) Fitriani. 2009. Pengaruh Interval Pengolesan Pestisida Nabati Terhadap Penyakit Busuk Batang Diplodia pada Tanaman Jeruk (Citrus sp.). Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo. Kendari Kardinan A. 1999. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasinya. Penebar Swadaya. Jakarta. Komisi Pestisida. 2002. Pengertian Pestisida http://www.deptan.go.id/pesantren/ data/pestisida/ pestisida.htm (akses tanggal 10 Maret 2011). Ngraho.
2008. Tanaman Jeruk. http//ngraho.wordpress.com/2008/02 /01/tanaman jeruk (akses tanggal 2 Februari 2011).
Pusat
Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. 2007. Budidaya Tanaman Jeruk. Indonesia Center for Horticulture Research and Development. http://www.litganghortikultura.go.id/ images/.gif.(akses tanggal 10 Maret 2011).
Oka L., 1998. Penggunaan, Permasalahan serta Prospek Pestisida Nabati
dalam Mengendalikan Hama Terpadu. Prosiding Seminar Hasil Penelitian dalam Rangka Pemanfaatan Pstisida Nabati. Bogor. Prihatman K. 2008. Jeruk (Citrus sp.). Sistem Informasi Manajemen Pembangunan di Pedesaan. BAPPENAS. Jakarta. http://imadatainstiper. files.wordpress.com/2008/01/jeruk.p df (akses tanggal 12 Maret 2011). Semangun H. 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Sitti
Ramla Bakri. 2008. Uji Efikasi Beberapa Ramuan Pestisida Nabati Terhadap Penyakit Busuk Batang Diplodia pada Tanaman Jeruk (Cetrus reticula). Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo. Kendari.
Soetarno S. 1995. Pemanfaatan Pestisida Nabati Dalam Pengendalian Hama Terpadu. Paper Pelatihan Kerjasama PAU Ilmu Hayati Institut Teknologi Bandung dengan Direktorat Jenderal Perkebunan Dati I Jawa Barat. Bandung. Supriyanto A., Dwiastuti ME., Hardiyanto, dan Riati R. 2003. Penyakit Jamur Diplodia (Botryplodia theobromae Pat.) pada Jeruk. Loka Penelitian Tanaman Jeruk dan Hortikultura Subtropik. Tlekung. www.citrusindo.org.(akses tanggal 12 Maret 2011). Wiratno AT., dan Nurbanah S. 1998. Pengendalian Penyakit Blendok pada Tanaman Jeruk Besar. Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Wonocolo. www.pustakadeptan.go.id/ agritek/jwtm0106.pdf (akses tanggal 10 Maret 2011).
AGRIPLUS, Volume 23 Nomor : 02 Mei 2013, ISSN 0854-0128