SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2015 Institut Teknologi Nasional Malang ISSN: 2407 – 7534
Pengendalian Kualitas Produk Kerupuk Bawang Untuk Mengurangi Jumlah Produk Cacat Di UD. Kalirejo Kabupaten Banyuwangi 1Herdiana, 1)
D.S.
Program Studi Teknik Industri, Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi Jl.Adi Sucipto, Banyuwangi, Jawa Timur, Indonesia 68416 e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Pengendalian kualitas pada produk Kerupuk Bawang di UD. Kalirejo Kabupaten Banyuwangi sangat diperlukan untuk mengurangi ketidaksesuaian atau jumlah produk yang cacat sehingga dapat meningkatkan kepuasan konsumen di Kabupaten Banyuwangi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menurunkan jumlah ketidaksesuaian/cacat pada produk Kerupuk Bawang di UD. Kalirejo. Metode penelitian yang digunakan adalah six sigma dan analisa sebab akibat dengan menggunakan fishbone diagram. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penghitungan dengan metode six sigma menghasilkan nilai DPMO (Defects Per Million Opportunities) dari variabel 1 adalah 3,11 yang artinya pada variabel ini masih kurang dari 6 sigma, maka perlu diperbaiki untuk mengurangi jumlah produk cacat di UD. Kalirejo Banyuwangi. Hasil analisa sebab akibat dengan menggunakan fishbone diagram terhadap produk cacat yang terjadi pada produk Kerupuk Bawang menunjukkan perlu perbaikan pada pencahayaan dalam ruang produksi, menambah luas tempat pemotongan kerupuk, meningkatkan daya kerja para pekerja, dan perlunya perbaikan manajemen perawatan pada peralatan mesin potong kerupuk, memperbaiki kekonsistenan tingkat kematangan kerupuk yang akan dipotong, dan penggunaan sinar matahari pada proses penjemuran, dan ketelitian dalam pengukuran bahan baku tepung dan air. Kata kunci: Pengendalian kualitas, Kerupuk Bawang, Six sigma.
ABSTRACT Quality control in Onion Crackers product at Trading Company Kalirejo Banyuwangi is necessary to reduce the amount of discrepancy or defective products that can improve customer satisfaction in Banyuwangi. The purpose of this research is to reduce the number of mismatches / defects in the product Onion Crackers at Trading Company Kalirejo. The method used is the six sigma and causal analysis using the fishbone diagram. The results showed that the calculation with the six sigma method produces value DPMO (Defects Per Million Opportunities) of variable 2 is 3.11, which means the variable is still less than 6 sigma, it needs to be improved to reduce the number of defects in Trading Company Kalirejo Banyuwangi. Results of analysis of cause and effect by using fishbone diagrams to product defects that occur in the product Onion Crackers show needs improvement on the lighting in the production space, increase the area where cutting crackers, increased power of workers, and the need to improve maintenance management on crackers cutting machine tools, repair crackers maturity level of consistency that will be cut, and the use of sunlight in the drying process, and the accuracy in the measurement of flour and water. Keywords: Quality Control, Onion Crackers, Six Sigma
A - 544
Malang, 17 Januari 2015 | SENATEK 2015
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2015 Institut Teknologi Nasional Malang ISSN: 2407 – 7534
Pendahuluan Peningkatan pembangunan perekonomian yang semakin tinggi akan membawa konsekwensi yang semakin komplek dan rumit yang dihadapi perusahaan - perusahaan menjaga kelangsungan hidup perusahaannya dengan mempertahankan dan meningkatkan pangsa pasarnya disertai perkembangan perusahaan yang lebih baik. Secara umum tujuan perusahaan adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan secara khusus adalah mencari laba semaksimal mungkin.Untuk dapat mencapai tujuan tersebut pimpinan perusahaan harus dapat mengelola dengan baik perusahaannya dengan bekerja secara efektif dan efisien, sehingga mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan lain yang sejenis. Perusahaan yang ingin bersaing di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) harus terus berusaha meningkatkan kualitas dari produk yang dihasilkan. Kualitas dari produk yang dihasilkan merupakan salah satu faktor yang mendasari konsumen dalam memilih produk, sehingga kualitas menjadi salah satu kunci untuk dapat meningkatkan daya saing dibandingkan dengan produk-produk negara ASEAN lainnya yang memproduksi produk sejenis. Permintaan untuk makanan kerupuk sedang meningkat karena kenaikan tingkat konsumsi dengan meningkatnya penduduk dunia dan kesadaran akan kualitas kesehatan (Emberg et al., 2001). Bawang putih merupakan secara tradisional banyak dimanfaatkan untuk mengobati tekanan darah tinggi, gangguan pernafasan, sakit kepala, ambeien, sembelit, luka memar atau sayat, cacingan, insomnia, kolesterol, flu, gangguan saluran kencing, dan lain-lain (Hermawan dan Setiawan, 2003). Kualitas kesegaran bahan baku memainkan peran penting dalam kesehatan manusia dan penerimaan konsumen serta dalam perdagangan internasional. Barubaru ini, dengan keamanan pangan menjadi isu penting yang menjadi perhatian besar di dunia, tekad dan evaluasi kesegaran bahan baku jauh lebih signifikan dalam penelitian dan pengembangan (Cheng et al., 2013). Pengembangan produk baru harus dilakukan untuk memenuhi permintaan dari konsumen yang berbeda-beda dan dengan kebiasaan yang berbeda juga. Konsumen banyak menginginkan makanan yang renyah dan dapat menyehatkan tubuh serta mengadung banyak gizi (Rohani et al., 2010). Salah satu produk kerupuk olahan makanan ringan yang renyah yang kaya akan gizi adalah Kerupuk (Borderias et al. 2005). UD. Kalirejo adalah suatu industri yang bergerak di bidang non migas yang mengelola bahan baku berupa tepung dan bawang putih untuk dijadikan makanan yang nikmat untuk memenuhi kebutuhan konsumen. UD. Kalirejo mempunyai pasar di dalam negeri dan luar negeri. Daerah pemasaran UD. Kalirejo meliputi Jakarta, Bali, Martapura, dan ekspor ke Korea. UD Kalirejo berharap dapat semaksimal mungkin memenuhi kepuasan bagi konsumen baik dalam bentuk rasa maupun penampilannya agar bisa bersaing dalam menghadapi MEA. Dalam proses produksi yang terjadi diperusahaan masih banyak terdapat ketidaksesuaian atau cacat, untuk itu agar ketidaksesuaian dapat dikontrol dan juga diketahui penyebabnya maka digunakan suatu metode pengendalian kualitas untuk mengendalikan proses produksi sehingga diharapkan jumlah produk cacat dapat dikurangi, sehingga perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan metode pengendalian kualitas dengan menggunakan six sigma yang bertujuan untuk mengendalikan proses produksi yang diharapkan jumlah produk cacat dapat dikurangi.
Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan di UD. Kalirejo di Kabupaten Banyuwangi. Data primer didapatkan dari kuisioner dengan menggunakan skala likert 5 poin yang didapatkan dari pihak manajemen dan konsumen UD. Kalirejo. Hasil data primer, kemudian digunakan untuk menganalisa variabel-variabel yang dapat mempengaruhi tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan terrhadap kualitas produk Kerupuk Bawang di UD. Kalirejo. Pengolahan data meliputi SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015
A - 545
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2015 Institut Teknologi Nasional Malang ISSN: 2407 – 7534
pengolahan tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan yang diuji validitas dan reabilitas, kemudian dilanjutkan dengan analisa kuadran. Tahap selanjutnya adalah analisa data menggunakan metode peta control C dan melanjutkan pengolahan data dengan menghitung nilai DPMO (Defects Per Million Opportunities). Setelah dilakukan perhitungan menggunakan metode six sigma, kemudian dilanjutkan analisa sebab akibat dengan menggunakan fishbone diagram (Gaspersz, 2002)
Hasil dan Pembahasan Pengolahan Data dan Analisa Hasil Variabel 2 (Kerupuk Bawang UD. Kalirejo bentuknya padat, tidak patah, sobek, atau cuil) Pada tahap ini data yang telah di kumpulkan dan diolah untuk selanjutnya menjadi input untuk menganalisa dan mengolah data dengan berdasarkan metode peta kendali dan grafik kontrol. Dari hasil peta kuadran disebutkan bahwa variabel 2 ini masuk pada kuadran IV dimana tingkat kepuasannya rendah dengan prosesntase 41% sangat tidak puas dan 59% tidak puas sedangkan tingkat kepentingannya tinggi dengan prosentase 37% penting dan 63% sangat penting, sehingga harus segera dicari penyebabnya dan cara mengatasinya. Berdasarkan kuisioner yang banyak mendapat keluhan pelanggan yaitu pada variabel 2 ini yang terdapat produk cacat antara lain bentuknya sobek,cuil, dan patah, maka perlu diteliti lebih lanjut untuk mengurangi jumlah produk cacat tersebut. Perbaikan didalam proses produksi dengan metode pengendalian kualitas dengan menggunakan peta kontrol C diperlihatkan pada Gambar 1. C Chart of jumlah cacat 100 1
90
Sample Count
80
UCL=77,78
70 60
_ C=55,44
50 40 LCL=33,10
30 1
3
5
7
9
11
13 15 Sample
17
19
21
23
25
Gambar 1. Peta kontrol C
Gambar 1 memperlihatkan bahwa hasil batas kontrol atas 77,78, rata-rata 55,44 dan batas kontrol bawah 33,10, untuk itu perlu melakukan pemeriksaan dalam proses produksi untuk menemukan penyebab terjadinya data yang keluar dari batas kontrol tersebut. Dari hasil pemeriksaan data yang keluar kontrol tersbut disebabkan karena daya kerja manusia menurun. Tabel 1 memperlihatkan jumlah total dari jenis produk cacat diantaranya bentuknya sobek, cuil, dan patah selama proses produksi 25 (dua puluh lima) hari di UD. Kalirejo dengan jumlah total produksi sebanyak 8.750 Kerupuk Bawang.
A - 546
Malang, 17 Januari 2015 | SENATEK 2015
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2015 Institut Teknologi Nasional Malang ISSN: 2407 – 7534
Tabel 1. Data Jumlah Seluruh Jenis Cacat Kerupuk Bawang Selama 25 Hari di UD. Kalirejo No Jenis Cacat 1 Sobek 2 Cuil 3 Patah Jumlah total
Jumlah Cacat 777 442 176 1395
Perhitungan DPMO (Defects Per Million Opportunities) diperoleh dari rumus: DPMO = [Banyak produk yang cacat/(Banyak produk yang diperiksa x CTQ Potensial)] x 1.000.000 = [1395 / (8750 x 3)] x 1.000.000 = 0,053142 x 1.000.000 = 53.142,86 Selanjutnya melalui konversi DPMO ke nilai sigma degan melihat tabel lampiran 5 dari buku Vincent (2002) diketahui bahwa untuk DPMO = 53.142,86 adalah paling dekat dengan DPMO = 53.699 pada nilai sigma = 3,11. Karena angka ini kurang dari 6 sigma, maka perlu diperbaiki. Untuk perbaikan langkah selanjutnya yaitu dengan menggunakan fishbone diagram. Gambar 5 memperlihatkan analisa sebab-akibat terjadinya output produk cacat pada Kerupuk Bawang di UD. Kalirejo. Metode kerja
Manusia
Kurang baik
Daya kerja
menurun baik
kasar
Pencahayaan kurang ruangan
Bawang putih
Maintenance mesin potong
Terjadinya Produk cacat pada krupuk bawang
kurang
sempit
Lingkungan kerja
Bahan baku
Mesin peralatan
Gambar 2. Analisa sebab-akibat terjadinya output produk cacat pada Kerupuk Bawang
Gambar 2 memperlihatkan analisa sebab akibat yang menyebabkan terjadinya produk cacat pada Kerupuk Bawang di UD. Kalirejo, antara lain: a) Output hasil kerja kurang baik seperti munculnya produk cacat pada Kerupuk Bawang disebabkan karena menurunnya daya kerja manusia, sehingga diperlukan perbaikan dalam proses selanjutnya dengan melakukan perubahan pada kinerja karyawan agar intonasi kerja selalu stabil dan menghasilkan produk yang baik. b) Hasil dari Kerupuk Bawang bentuknya tidak padat dan cacat disebabkan karena penggunaan bahan baku yang masih belum halus atau masih kasar, sehingga juga perlu diperhatikan pada proses penggilingan bawang. c) Setelah dipotong dengan menggunakan mesin potong, masih didapatkan produk mentah yang kasar, tidak padat dan cacat, sehingga perawatan mesin potong di UD. Kalirejo masih perlu ditingkatkan lagi. Kondisi peralatan juga harus diperhatikan kerena jika menggunakan dengan cara manual kemungkinan cacat pada produk akan lebih besar dan jika mesin rusak maka pembuatan Kerupuk Bawang tidak bisa dilakukan d) Metode kerja yang kurang baik juga menyebabkan cacat pada kerupuk bawang, oleh sebab itu perlu dilakukan perbaikan pada metode kerja dalam pembuatan kerupuk bawang. SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015
A - 547
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2015 Institut Teknologi Nasional Malang ISSN: 2407 – 7534
e) Dalam melakukan pekerjaannya pada waktu proses produksi berjalan lingkungan kerja sempit, pencahayaan kurang, ventilasi kurang, dan suhu ruangan yang panas dapat menghambat kerja para pekerja yang tidak dapat bergerak bebas. sehingga para pekerja kurang nyaman dan kurang leluasa dalam bekerja yang mengakibatkan banyak waktu yang terpakai sia-sia, selain itu pencahayaan dalam ruangan kerja masih belum memberikan penerangan yang dapat menunjang kinerja para operator dalam mengoperasikan mesin produksi sehingga hasilnya kurang maksimal.
Kesimpulan Dari hasil pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a) Hasil pengolahan data dengan menggunkan six sigma, diperoleh DPMO (Defects Per Million Opportunities) didapatkan bahwa nilai sigma dari variabel 2 = 3,11 yang artinya variabel ini masih kurang dari 6 sigma, maka perlu diperbaiki untuk mengurangi jumlah produk cacat di UD. Kalirejo Banyuwangi. b) Hasil fishbone diagram untuk menganalisa sebab akibat terhadap ketidaksesuaian yang tejadi pada produk Kerupuk Bawang, didapatkan bahwa diperlukan perbaikan pada pencahayaan dalam ruang produksi, peningkatan daya kerja para pekerja, memperluas ruang tempat produksi dan perlunya perawatan pada peralatan mesin potong kerupuk, memperbaiki metode kerja, memaksimalkan penggunaan bahan baku bawang putih dan penggunaan sinar matahari pada proses penjemuran.
Daftar Pustaka 1. Borderias, A.J., Alonso, S.I, and Perez-Mateos, M. New applications of fibres in foods: Addition to fishery products. Trends in Fd.Sci and Tech, 16(10), 2005, pp. 458–465. 2. Cheng, J., Sun, D. W., Zeng, X. A., & Liu, D., Recent advances in methods and techniques for freshness quality determination and evaluation of fish and fish fillets: A review, Critical Reviews in Food Science and Nutrition, (just-accepted), 2013. 3. Emberg, J., B.G. Laursen, T. Rathjin and P. Dalgarrd, Microbial spoilage and formation of biogenic amines in fresh and thawed modified atmosphere packed Salmon (Salmon salar) at 2°C. Journal of Applied Microbiology, 92, 2001, pp 790-799. 4. Gaspersz V, Pedoman Implementasi Program Six Sigma Terintegrasi Dengan ISO 9001:2000, MBNQA, Dan HACCP, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2002. 5. Hermawan,U.E., & Setiawan, A.D. REVIEW: Senyawa Organosulfur Bawang Putih (Allium sativumL.) dan Aktivitas Biologinya. Jurnal Biofarmasi Vol. 1, No. 2, Agustus 2003, hal. 65-76 6. Rohani, A. C., Salasiah, M. N., & Ashadi, Y, Effect of cereal fibre on the physico-chemical quality and sensory acceptability of instant fish crackers. J. Trop. Agric. and Fd. Sc, 38(1), 2010, pp 39-49.
A - 548
Malang, 17 Januari 2015 | SENATEK 2015