Jurnal Fokus Konseling Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 34-44
PENGENALAN MODEL JEMBATAN AKUNTABILITAS: SEBUAH KERANGKA EVALUASI PROGRAM UNTUK KONSELOR SEKOLAH Wahyu Nanda Eka Saputra Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Malang email:
[email protected] Abstract One of evaluation model counseling programs is accountability bridge model. In this model, counseling evaluation cycle is devided into two cycles. The first cycle is counseling program evaluation and the second is counseling context evaluation cycle. Counseling program evaluation cycle focus on the result of counseling service, while counseling context evaluation cycle focus on the trial of counseling service impact by stake holder and uses its feedback, the result of need assessment for fostering and repairing the goal of counseling program. Both cycle are connected by accountability bridge, which the result of counseling practice is communicated to stakeholder in context of the bigger service system. Keywords: Accountability Bridge Model, Program Evaluation, Context Evaluation
efektivitas program konseling sekolah
1. PENDAHULUAN Pada tahun 2001, No Child Left Behind
(NCLB)
dan
Evaluasi program merupakan suatu
menekankan pada pengujian siswa dan
proses sistematis untuk mengumpulkan
efektivitas guru (US Department of
dan
Education,
efisiensi, efektivitas, dan pengaruhnya
2001
disahkan
dan dampaknya terhadap prestasi siswa.
dalam
Coker,
menganalisa
informasi
Astramovich & Hoskins, tanpa tahun).
terhadap
Gerakan ini membuka jalan bagi Asosiasi
(Boulmetis & Dutwin, dalam Coker,
Konselor
Astramovich & Hoskins, tanpa tahun).
Sekolah
Amerika
(ASCA)
untuk mengembangkan suatu kerangka kerja
baru
yang
menekankan
pada
program
Menurut mendefinisikan
dan
tentang
layanan
Henderson
(2004)
evaluasi
sebagai
akuntabilitas dalam konseling sekolah
komponen penting dari perkembangan
(ASCA dalam Coker, Astramovich &
program bimbingan dan konseling serta
Hoskins, tanpa tahun). Kedua upaya ini
meyakinkan akuntabilitas yang bertujuan
telah menciptakan peningkatan kinerja
untuk menentukan nilai dari program,
konselor sekolah dalam menunjukkan
kegiatan, dan personel untuk membuat
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
34
Jurnal Fokus Konseling Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 34-44
keputusan atau mengambil tindakan di
b. Bagaimanakah tingkat kepuasan siswa
masa depan. Evaluasi program layanan
dan guru terhadap layanan yang
konseling juga bisa menyediakan sumber
diterima?
informasi
yang
dibutuhkan
untuk
c. Bagaimana
prestasi
siswa
telah
memverifikasi kekuatan program layanan
dipengaruhi oleh intervensi/program
konseling (Otto, 2001). Konselor yang
khusus?
melaksanakan evaluasi program layanan
d. Bagaimana
bimbingan
dan
membantu
konseling,
akan
konselor
menginformasikan meningkatkan
dalam
praktik
pelayanan
dan
(tanpa
Astramovich
tahun)
&
Hoskins
menjelaskan
evaluasi
untuk konselor sekolah karena dianggap sebagai jenis penelitian tindakan yang untuk
memonitoring
ini dapat dilakukan pada skala yang lebih dapat
direncanakan
dan
dilaksanakan oleh praktisi, serta dapat digunakan
untuk
mengkomunikasikan
dampak program terhadap prestasi belajar siswa dan variabel lain yang berkaitan. Evaluasi
program
dapat
membantu
konselor untuk menjawab pertanyaan, antara lain: a. Metode,
baik
tujuan
program
konseling sekolah terpenuhi?
Hambatan Evaluasi Program Menurut Whiston (dalam Coker, Astramovich & Hoskins, tanpa tahun) hambatan konselor sekolah melakukan evaluasi program, antara lain: a. Kurangnya minat dan kemampuan konselor sekolah yang secara sistematis mengevaluasi layanan konseling. Selain kurangnya minat konselor dalam melakukan evaluasi, kemampuan konselor
merupakan
konselor
yang
layanan
melakukan
konseling
Melakukan
faktor
secara
evaluasi
penting evaluasi
sistematis.
program
tidak
memerlukan tingkat keahlian tertentu Program
dan
intervensi
apakah yang paling bermanfaat bagi siswa?
e. Seberapa
dan
memperbaiki program/layanan. Evaluasi
kecil,
mempengaruhi prestasi belajar siswa?
2. PEMBAHASAN
program merupakan alat yang berharga
diarahkan
kelas
konseling
(Astramovich & Coker, 2007). Coker,
penempatan
dalam metode penelitian dasar. Akan tetapi, konselor biasanya kurang berminat dan kurang mendapat pelatihan untuk
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
35
Jurnal Fokus Konseling Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 34-44
mempersiapkan
mereka
dalam
melakukan evaluasi.
dapat bekerja lebih efektif dengan lebih fokus
pada
upaya
pencegahan
dan
intervensi yang telah terbukti efektif b. Konselor sekolah percaya terhadap untuk evaluasi. Hambatan evaluasi
merasa kurang kemampuannya
dalam tugas-tugas tambahan yang tidak
kedua
program
pelaksanaan
layanan
konseling
adalah kurangnya kepercayaan konselor tehadap
kemampuannya
dalam
melakukan evaluasi. Kurang percaya pada kemampuan diri konselor dalam melakukan
evaluasi
meliputi
mengumpulkan data, menganalisis data, dan
menggunakan
daripada menghabiskan waktu mereka
temuanya
untuk
langsung menguntungkan siswa. d. Keterbatasan waktu yang dimiliki konselor sekolah Ada anggapan dari konselor bahwa dalam melakukan evaluasi, terlalu banyak yang harus dilakukan, tapi terlalu sedikit waktu yang ada. Hal tersebut tentunya menjadi
salah
satu
penghambat
pelaksanaan evaluasi layanan konseling.
memperbaiki program konseling. Kurang percaya pada kemampuan diri konselor tersebut ternyata menjadi salah satu
e. Kurangnya dukungan dari administrator untuk melaksanakan evaluasi program
hambatan konselor dalam pelaksanaan Konselor sekolah merupakan peran
evaluasi layanan konseling.
penting dan sentral dalam meningkatkan c. Konselor sekolah merasa takut jika hasil evaluasi program yang didapat tidak mendukung gagasan bahwa program mereka efektif. Hambatan ketiga adalah beberapa konselor telah mengakui jika mereka memiliki keterampilan untuk melakukan evaluasi program, akan ada rasa takut yang menyertainya dan temuan mereka tidak
mendukung
gagasan
bahwa
program mereka efektif. Padahal, jika melakukan evaluasi program, konselor
prestasi belajar siswa. Administrator selayaknya melihat konselor sekolah bukanlah sebagai personel pendukung yang perannya adalah untuk bereaksi terhadap
permasalahan
yang
terjadi,
melainkan sebagai personel kunci dalam tim pendidik yang tujuannya untuk memberikan persiapan akademis untuk semua siswa. Beberapa hambatan konselor dalam melaksanakan
evaluasi
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
tersebut
36
Jurnal Fokus Konseling Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 34-44
mengakibatkan kegagalan konselor dalam
memanfaatkan
melakukan evaluasi, sehingga, program
dikumpulkan
pendidikan konselor telah dikritik karena
mereka sendiri.
gagal
untuk
memberikan
dari
informasi
yang
evaluasi
program
pelatihan
Dengan
demikian,
evaluasi dan penelitian untuk konselor
akuntabilitas
baru (Borders; Heppner, Kivlighan, &
informasi spesifik kepada stakeholder
Wampold; Sexton,; Sexton, Whiston,
dan otoritas pengawas lainnya tentang
Bleuer, & Walz dalam Astramovich &
efektivitas
Coker, 2007).
konseling Studer & Sommers (dalam
konseling
dan
Astramovich Evaluasi Program dan Akuntabilitas Membedakan
antara
konsep memberikan
efisiensi
&
pelayanan
Coker,
2007).
menunjukkan akuntabilitas membentuk
akuntabilitas
jembatan antara praktik konseling dan
dan evaluasi program sangat penting
konteks yang lebih luas dari dampak
karena banyak yang menggunakan kedua
layanan
istilah ini secara bergantian dan kadang-
demikian,
kadang sebagai kategori satu sama lain.
menjadi satu-satunya motivasi untuk
Loesch (dalam Astramovich & Coker,
evaluasi
2007) menyatakan evaluasi program
memaparkan (dalam Astramovich &
konseling
praktisi
Coker, 2007) evaluasi program konseling
memaksimalkan efisiensi dan efektivitas
harus dilakukan untuk meningkatkan
pelayanan melalui pemeriksaan yang
pelayanan
cermat
memberikan pembenaran untuk program
membantu
dan
para
sistematis
komponen
program, metodologi, dan hasil. Evaluasi program
konseling
intrinsik
yang
merencanakan,
memiliki
membantu
kebutuhan
untuk
menunjukkan
akuntabilitas. Untuk memberikan bukti efektivitas
dan
konselor
dapat
dampak secara
akuntabilitas
program
tidak
konseling.
konseling
bukan
Dengan harus
Loesch
hanya
yang ada. Model Evaluasi Program Jembatan Akuntabilitas
dan
memperbaiki praktik konseling terlepas dari
stakeholder.
nilai
konselor
melaksanakan,
pada
program, efektif
Konselor sekolah profesional sebagai bagian dari tim pendidik di sekolah memiliki
kinerja
yang
menunjang
pencapaian tujuan yang dicanangkan oleh sekolah (Dahir & Stone, 2009). Kinerja
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
37
Jurnal Fokus Konseling Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 34-44
konselor sekolah tersebut tertuang dalam
konsekuensi
program layanan konseling dan program
kurangnya pelatihan, kurangnya finansial
tersebut terbukti keefektifannya dalam
dan sumber daya manusia, kendala
pencapaian
tujuan
sekolah
waktu,
peningkatan
prestasi
belajar
dan siswa
negatif
tidak
pengukuran,
dari
evaluasi,
memahami
dan
muncul
kriteria anggapan
(Astramovich, Coker & Hoskins, tanpa
kegiatan evaluasi adalah berat dan sulit
tahun).
(Edwards, 2009).
Menurut
Duncan
Salah satu model evaluasi program
(2013) untuk menunjukkan efektifitas
layanan konseling adalah model jembatan
program layanan konseling di sekolah
akuntabilitas. Model evaluasi program
yang bisa diukur (measurable), konselor
jembatan
sekolah yang profesional melaporkan
oleh Astramovich dan Coker (Edwards,
bagaimana
memperoleh
2009). Model evaluasi program jembatan
keuntungan sebagai hasil dari program
akuntabilitas ini digunakan di Las Vegas
layanan konseling di sekolah. Konselor
(Astramovich & Coker, 2007). Model
sekolah yang profesional menggunakan
jembatan
data
&
pengaruh
kerangka kerja yang dikembangkan dapat
dalam
membantu memfasilitasi keduanya yaitu
siswa
untuk
program
Bardhoshi
menunjukkan
layanan
konseling
akuntabilitas
dikembangkan
akuntabilitas
peningkatan sekolah dan prestasi siswa.
melakukan
Konselor sekolah profesional melakukan
mengkomunikasikan
audit program konseling di sekolah
jembatan akuntabilitas dirancang untuk
sebagai petunjuk pelaksanaan tindakan di
membantu
masa depan.
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian
Banyak
litelatur
mengekspresikan
kebutuhan
sekolah
berpartisipasi
untuk
yang konselor dalam
evaluasi
merupakan
Model
sekolah
dalam
layanan mereka. Menurut
sekolah
akuntabilitas
melakukannya.
dan
terhadap efektivitas dan dampak dari
(2007)
gagal
hasil.
konselor
kegiatan evaluasi, tetapi banyak konselor yang
program
Astramovich
pada ini,
&
Coker
model
jembatan
evaluasi
konseling
Berbagai macam alasan konselor sekolah
dibagi dalam dua siklus kejadian. Siklus
tidak melaksanakan evaluasi program
pertama adalah siklus evaluasi program
adalah
konseling dan siklus kedua adalah siklus
adanya
kekhawatiran
dari
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
38
Jurnal Fokus Konseling Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 34-44
evaluasi
konteks
mewakili
konseling
perbaikan
yang
Dua
siklus
evaluasi
program
terus-menerus
konseling jembatan akuntabilitas pada
terhadap layanan berdasar hasil, umpan
gambar di atas, dapat dijelaskan sebagai
balik
berikut:
stakeholder,
dan
kebutuhan
populasi yang dilayani. Siklus evaluasi program
konseling
pada
Siklus evaluasi program konseling
persediaan dan hasil layanan konseling,
meliputi empat tahap, yaitu perencanaan
sedangkan
program,
siklus
konseling
berfokus
a. Siklus Evaluasi Program Konseling
evaluasi
konteks
pengujian dampak layanan
konseling
oleh
program,
monitoring, dan perbaikan program, dan
dan
penilaian hasil (Astramovich & Coker,
menggunakan umpan baliknya, bersama
2007). Pada tahap perencanaan program,
dengan hasil dari need assesment, untuk
informasi dikumpulkan dari pelaksanaan
membangun dan memperbaiki tujuan
need assesment dan identifikasi tujuan
program
layanan, program dan layanan konseling
konseling.
dihubungkan
oleh
stakeholder
implementasi
Kedua sebuah
siklus jembatan
akuntabilitas, di mana hasil dari praktik konseling stakeholder
dikomunikasikan dalam
konteks
direncanakan dan dikembangkan. Pada tahap ini, konselor sekolah
kepada
mengidentifikasi intervensi dan program
sistem
yang akan dilaksanakan serta sumber
pelayanan yang lebih besar. Memberikan
daya
pertanggungjawaban
para
melaksanakan implementasi, termasuk
stakeholder merupakan bagian integral
staf, fasilitas dan bahan-bahan khusus
dari model ini. Gambar siklus model
(Royse dkk., dalam Astramovich &
evaluasi program jembatan akuntabilitas
Coker, 2007). Pada tahap ini juga,
menurut Astramovich, R.L. & Coker,
konselor
J.K. (2007) dapat dilihat pada Gambar 1:
merencanakan cara-cara mereka untuk
kepada
yang
diperlukan
sekolah
perlu
untuk
sengaja
menilai hasil. Sarana untuk menilai hasil dapat mencakup instrumen pra-post, indikator kinerja, dan daftar cek. Selain itu, data dasar yang tersedia di sekolah, data selfreport, dan data hasil diobservasi dapat
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
39
Jurnal Fokus Konseling Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 34-44
digunakan (Gysbers & Henderson, 2000;
layanan konseling dan memaksimalkan
Studer
kemungkinan menemukan hasil positif
&
Sommers,
dalam
Coker,
Astramovich & Hoskins, tanpa tahun). Pada tahap implementasi program,
selama penilaian hasil (Astramovich & Coker, 2007).
konselor sekolah memulai program dan
Tahap terakhir dari siklus evaluasi
layanan. Menurut Astramovich & Coker
program adalah tahap penilaian hasil.
(2007) tahap ini kadang-kadang disebut
Menurut Astramovich & Coker (2007)
sebagai
hasil
evaluasi
formatif
karena
penilaian
membantu
pemberian layanan terbentuk berdasarkan
menentukan
input dari siklus evaluasi konteks. Selama
dipenuhi. Oleh karena itu, selama tahap
pelaksanaan program, konselor dapat
penilaian hasil, data akhir dikumpulkan,
mengidentifikasi
antara
dan semua data program dianalisis untuk
program yang direncanakan dan realitas
menentukan hasil dari intervensi dan
penyiapan layanan. Oleh karena itu, pada
program.
perbedaan
tahap ini, keputusan dapat dibuat untuk
apakah
untuk
Konselor
tujuan
telah
sekolah
dengan
mengubah program sebelum program-
keterbatasan pengetahuan dan pelatihan
program tersebut sepenuhnya operasional
dalam metode penelitian, mungkin perlu
atau untuk membuat perbaikan dalam
berkonsultasi
program dan layanan sesuai dengan
supervisor
untuk
kebutuhan yang muncul.
penganalisisan.
Penggunaan
Pada tahap monitoring dan perbaikan program,
konselor
perlu
melakukan
dengan
kolega
membantu
(misalnya, SPSS, SAS, Microsoft Excel) dapat
berdasarkan hasil awal dan umpan balik
interpretasi dan penyajian data.
konseli
dan
pihak
lain
kemungkinan perlu disempurnakan dan untuk
kebutuhan Monitoring
berhasil
konseli
yang
keberhasilan
membantu
mempercepat
yang
berkepentingan. Program dan layanan ada
diubah
program
perangkat lunak untuk analisis data
penyesuaian terhadap praktik mereka
dari
atau
memenuhi dilayani. program
membantu untuk memastikan kualitas
b. Jembatan Akuntabilitas Proses
pengkomunikasian
hasil
program untuk stakeholder utama sebagai jembatan akuntabilitas antara program konseling dan konteks layanan konseling (Astramovich & Coker, 2007). Data hasil
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
40
Jurnal Fokus Konseling Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 34-44
program dan temuan-temuan evaluasi
telah sampai pada stakeholder dalam
merupakan sarana untuk memberikan
konteks sistem organisasi yang lebih
informasi tentang efektivitas program
besar. Siklus ini mencakup pemberian
untuk para stakeholder. Ketika konselor
umpan balik stakeholder, perencanaan
diminta untuk menunjukkan efektivitas
strategis, need assesment, dan tujuan
dan efisiensi program, mereka dapat
layanan.
menunjukkan
informasi
siklus
Selama tahap pemberian umpan
evaluasi program konseling kepada pihak
balik dari stakeholder, konselor secara
yang
aktif
berkepentingan.
dari
Administrator,
mengumpulkan
umpan
balik
orang tua, personil kantor pusat, siswa,
berdasarkan hasil komunikasi. Umpan
konselor sekolah lainnya, dan guru
balik
mewakili beberapa stakeholder yang
elemen penting dalam desain layanan
mungkin memiliki investasi utama dalam
konseling. Viabilitas layanan konseling
keberhasilan siswa.
dipertahankan
Berkomunikasi dengan stakeholder
stakeholder
dianggap
melalui
sebagai
siklus
terus-
menerus dari umpan balik stakeholder
mewakili pengambilan sikap proaktif
mengenai
yang
desain program serta evaluasi layanan
dirancang
untuk
membantu
perkembangan
konselor sekolah memelihara dukungan
konseling
untuk layanan mereka dan meningkatkan
Astramovich & Coker, 2007).
permintaan untuk layanan mereka (Ernst
(Ernst
Setelah
&
tujuan
umpan
balik,
konselor
sekolah
Hoskins, tanpa tahun). Komunikasi hasil
strategis yang mencakup pengujian dan
dapat disampaikan melalui beberapa
kemungkinan revisi terhadap misi dan
bentuk
visi
laporan,
ringkasan,
presentasi, dan diskusi.
keseluruhan
dalam
dalam
& Hiebert dalam Coker, Astramovich &
termasuk
terlibat
Hiebert
dan
perencanaan
program
konseling
sekolah (Astramovich & Coker, 2007). Tahap ini merupakan perwakilan dari
c. Siklus Evaluasi Konteks Konseling Siklus evaluasi konteks konseling merupakan siklus kedua dalam model ini. Siklus
evaluasi
konteks
konseling
konteks di mana program konseling sekolah terjadi, dan memperhitungkan dampak program terhadap keseluruhan misi dan visi lingkungan sekolah.
berfokus pada dampak praktik konseling
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
41
Jurnal Fokus Konseling Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 34-44
Tahap selanjutnya adalah tahap need
dan strategi yang memiliki tujuan yang
assesment. Need assement menjadi aspek
dirancang secara jelas dan objektif. Jika
penting yang perlu dilakukan konselor
implementasi program tidak memiliki
dalam
tujuan yang dikenali, mereka tidak secara
membuat
progam
BK
yang
komprehensif (Gysbers & Henderson,
memadai
2006). Menurut Astramovich & Coker
Setelah
(2007) tahap need assesment dapat
seluruh siklus evaluasi konteks konseling
menyediakan informasi penting bagi
akan kembali lagi ke dalam tahap
konselor sekolah untuk merancang dan
perencanaan
mendefinisikan
evaluasi program konseling.
ulang
keseluruhan
mengevaluasi tujuan
efektivitas.
layanan
program
ditetapkan,
tentang
siklus
program dan layanan konseling sekolah yang ditawarkan di dalamnya. Penilaian kebutuhan
tidak
hanya
termasuk
mengenali kebutuhan populasi siswa, tetapi
juga
kebutuhan
stakeholder
lainnya, seperti tenaga administrasi, wali murid dan guru. Penilaian kebutuhan yang
komprehensif,
mengumpulkan
informasi dari berbagai sumber dan perencanaannya
berdasar
pemikiran
tujuan yang jelas (Royse, Thyer, Padgett, &
Logan,
2001
dalam
Coker,
Astramovich & Hoskins, tanpa tahun). Pengidentifikasian tujuan layanan seharusnya
didasarkan
pada
hasil
pelayanan konseling sebelumnya, umpan balik stakeholder tentang perencanaan strategis, dan hasil penilaian kebutuhan (Astramovich & Coker, 2007). Sebuah komponen
kunci
dari
implementasi
Implikasi Dengan akuntabilitas
penekanan baik
dalam
pada pendidikan
dalam konseling umum dan sekolah, khususnya, konselor sekolah tidak bisa lagi mempertanyakan kebutuhan untuk mengevaluasi program-program mereka. Dengan konseptualisasi evaluasi program sebagai proses berkolaborasi, konselor sekolah mungkin lebih tertarik dan termotivasi untuk berpartisipasi dalam evaluasi
program.
akuntabilitas
Model
jembatan
memberikan
konselor
sekolah dengan kerangka kerja untuk melibatkan stakeholder kunci, mengambil sikap
proaktif
ketika
menunjukkan
dampak dari program-program mereka, dan memanfaatkan evaluasi dan penilaian metode praktis untuk menganalisis hasil.
program adalah membangun intervensi
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
42
Jurnal Fokus Konseling Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 34-44
4. DAFTAR PUSTAKA
3. KESIMPULAN Konselor profesional secara aktif mempelajari dan menggunakan metode evaluasi sebagai sarana meningkatkan praktik
konseling,
memberikan
pertanggungjawaban kepada stakeholder, dan meningkatkan identitas profesional konselor. Para profesional konseling secara bertahap mulai menyadari bahwa evaluasi program konseling harus dimulai
Astramovich, R.L. & Coker, J.K. (2007). Program Evaluation: The Accountability Bridge Model for Counselors. Journal of Counseling & Development, 85: 162-172. Astramovich, R. L., Coker, J. K., & Hoskins, W. J. Tanpa tahun. Training school counselors in program evaluation. American School Counseling Association. Bardhoshi, G. & Duncan, K. (2013)
dan dilaksanakan oleh konselor. Salah satu model evaluasi program konseling adalah model jembatan akuntabiltas. Pada model ini, evaluasi konseling dibagi dalam dua siklus. Siklus pertama adalah siklus evaluasi program konseling dan siklus kedua adalah siklus evaluasi konteks
konseling.
Siklus
evaluasi
), diakses 20 Februari 2014. Coker, J. K., Astramovich, R. L. & Hoskins, W. J. Tanpa tahun. Introducing the Accountability Bridge Model: A Program Evaluation Framework for School Counselors.
program konseling berfokus pada hasil layanan konseling, sedangkan siklus evaluasi konteks konseling berfokus pada pengujian dampak layanan konseling oleh
stakeholder
dan
menggunakan
umpan baliknya, bersama dengan hasil need assesment, untuk membangun dan memperbaiki tujuan program konseling. Kedua siklus dihubungkan oleh jembatan akuntabilitas, di mana hasil dari praktek konseling stakeholder
dikomunikasikan dalam
Dahir, C.A. & Stone, C.B. (2009). School Counselor Accountability: The Path to Social Justice and Systemic Change. Journal of Counseling & Development, 87: 12-20.
konteks
kepada
Edwards. L. (2009). Accountability Practices of School Counselors. Disertasi. Auburn University. Gybers, C.N. & Henderson, P. (2006). Developing & Managing Your School Guidance and Counseling Program. American Counseling Association: Alexandria.
sistem
pelayanan yang lebih besar.
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
43
Jurnal Fokus Konseling Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 34-44
Henderson, P. (2004). A Process for Evaluating a Comprehensive, Developmental, Guidance and Counseling Program. Texas Education Agency. Otto, C.N.C. (2001). An Evaluation of the School Counseling Program at Stillwater Area Schools in Stillwater, Minnesota. University of WisconsinStout: The Graduate College.
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
44