Etika di Sekolah : Sebuah Model Program Pemberantasan Korupsi di USA Oleh Suradi Widyaiswara Madya Balai Diklat Keuangan Palembang
Ringkasan Pendidikan Model Kode Etik, yang dirancang dan dilaksanakan oleh Miami-Dade Commission on Ethics and Public Trust (USA), mendorong siswa untuk menganalisa permasalahan etika melalui pengujian contoh nyata dalam kehidupan dari adanya pelanggaran etika dan mencari jalan pemecahannya. Berbagai skenario yang digunakan oleh Komisi Kode Etik tiruan, dan peserta mengambil peran yang berbeda, sehingga mereka menyadari tentang begitu sulitnya dalam pengambilan keputusan yang sesuai dengan etika. Miami-Dade Commission on Ethics and Public Trust merupakan suatu lembaga yang independen dibentuk berdasarkan undang-undang bertujuan untuk memulihkan kepercayaan publik kepada pemerintah melalui pendidikan dan pelatihan kepada masyarakat luas. Pendidikan Model Kode Etik telah ditawarkan kepada tiga sekolah lanjutan atas selama tahun 2001 sampai dengan 2002. Komisi Kode Etik membuat jadwal untuk melaksanakan program tersebut kepada lebih dari empat sekolah lanjutan atas untuk tahun ajaran 2004 sampai dengan 2005. Program ini didanai oleh Fund of Miami-Dade County. Latar Belakang "Saya selalu percaya terhadap etika, tetapi setelah mengikuti program pelatihan ini saya telah menyadari bagaimana sulitnya untuk benar-benar harus beretika. " Siswa (15) Di Amerika Serikat, terdapat sejumlah komisi etika lokal, terutama dalam wilayah metropolitan. Komisi-komisi tersebut memiliki wewenang dan tanggung jawab yang berbeda secara substansial. Miami-Dade Ethics Commission merupakan salah satu dari beberapa komisi yang mengalokasikan bagian anggarannya secara signifikan untuk pendidikan dan pelatihan kepada masyarakat luas. Komisi tersebut dibentuk pada tahun 1996 dan memiliki empat tanggung jawab utama sebagai berikut : i. Pendidikan dan Pelatihan masyarakat - untuk mendidik dan melatih pejabat pemerintah daerah, calon karyawan, karyawan dan pihak-pihak yang melakukan hubungan dengan pemerintah, karena sesuai dengan standar kode etik dan bermitra dengan kelompok rnasyarakat lainnya untuk melaksanakan konferensi, program, lokakarya tentang etikan dan dan akuntabilitas; ii. Memberikan saran - suatu proses yang mana suatu pihak berada di bawah yurisdiksi dari Komisi Kode Etik untuk mencari pedoman mengenai etika tentang perilaku individual dan apakah perilaku mereka relevan adalah konsisten dengan hukum dan peraturan;
iii. Penegakan - Komisi mempekerjakan seorang jaksa dan sejumlah investigator untuk menyelidiki adanya pelanggaran etika dan korupsi; dan iv. Kebijakan pembangunan - untuk membantu pemerintah lokal di Miami-Dade County untuk mengadopsi undang-undang tentang tata pemerintahan yang baik. Generasi muda merupakan kelompok sasaran untuk dilakukan pengajaran dari Komisi tersebut. Sebagai calon pemimpin masa depan, pelajar harus dibekali pengetahuan yang diperlukan untuk menjadi pemimpin yang efektif dan beretika. Komisi ini bertugas untuk menyediakan materi pendidikan yang berfokus pada realitas yang dihadapi oleh siswa dalam masyarakat, misalnya media untuk melaporkan adanya penyalahgunaan wewenang dan praktek-praktek korupsi di Florida. Pendidikan harus dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memahami dampak dari adanya penyalahgunaan wewenang dan korupsi kepada masyarakat, dan menemukan cara terbaik untuk mengatasi situasi tersebut. Proyek "Program ini membantu kami untuk membuat pilihan dalam kehidupan nyata dalam situasi yang sulit dan bukan hanya tentang etika, tetapi tentang kenyataan. " Siswa (15) Ide ini berasal dari kursus etika tingkat doktoral untuk etika kepemimpinan bagi administratur sekolah negeri di Miami-Dade. Para administratur sangat setuju dan menyatakan dukungan untuk model yang berupa program pendidikan etika di sekolah. Program ini memerlukan dukungan dari kepala sekolah dan guru pengajar ilmu pengetahuan sosial sekolah negeri di Miami-Dade. Untuk pertama kali sekolah distrik mengakui adanya manfaat dari program ini, Model Program pendikan Siswa tentang Kode Etik juga mencakup bantuan pendidikan karakter. sekolah diberikan pilihan untuk memilih model dari Program pendidikan Kode Etik untuk memenuhi kurikulum pendidikan yang diamanatkan oleh undangundang. Komite Penasehat Kode Etik dari sekolah distrik dan anggota komite sekolah memberikan penilaian sangat positif terhadap program tersebut. Alasan Untuk Program Etika Tujuan dari program tersebut adalah untuk meningkatkan ketrampilan dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dari para siswa yang berkaitan dengan permasalahan etika dan karakter; memberikan contoh dalam kehidupan nyata terhadap pelanggaran etika untuk dapat dimengerti dan adanya kesulitan yang berhubungan untuk memberikan hukuman yang setimpal. Dengan demikian para siswa harus menyadari meskipun suatu tindakan kecil terhadap pelanggaran suatu etika namun memiliki implikasi yang sangat serius terhadap masyarakat secara keseluruhan, hal ini memiliki dua alasan utama : Pertama, orang mungkin memiliki kesulitan untuk berhubungan dengan orang lain jika mereka percaya bahwa sebagian besar orang yang berhubungan dengannya tidak dapat dipercaya. Kedua, sebagai siswa ditempatkan di posisi kepemimpinan, taruhannya menjadi lebih tinggi karena keputusannya berdampak kepada pihak lain. Oleh karena itu, para pelajar harus belajar bahwa suatu perilaku yang melanggar etika meskipun kecil merupakan tahap dari adanya pelanggaran etika yang lebih serius, hal demikian harus diperhatikan, termasuk menciderai keperyaan publik, penyuapan dan korupsi. Program etika berlangsung selama 32 jam, biasanya satu jam per minggu selama delapan bulan. Siswa yang mengikuti program tersebut berusia antara usia 14 dan 18 dan program tersebut ditawarkan untuk setiap kelas terdiri dari 25-30 siswa. Program ini merupakan bagian
dari kurikulum sekolah dan tidak ada tambahan credit point yang diberikan. Namun, para siswa menerima surat keterangan dan Sertifikat setelah selesai mengikuti program tersebut.
Isi dan Metodologi Pembelajaran Setiap sekolah menetapkan metode pembelajaran apa yang akan digunakan. Idealnya, Komisi tersebut menawarkan program satu jam per minggu untuk delapan bulan. Komisi Kode Etik sebagai spesialis pelatihan melaksanakan program ini untuk seluruh acara. Para instruktur harus mempersiapkan kurikulum untuk program tersebut, termasuk ceramah dan studi kasus. Instruktur menyiapkan bahan-bahan dan melakukan ceramah pada awal pelatihan tentang tema pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan yang pokok adalah teori tentang etika. Sisa waktu dari program tersebut digunakan untuk pemecahan masalah tentang studi kasus dan dan latihan bermain peran, misalnya sebuah komisi etika tiruan. Peserta dilakukan rotasi sehingga mereka mampu memainkan peran setiap adegan. Pada acara tersebut tidak dilakukan justifikasi benar atau salah terhadap argumen dari para peserta, sebagai gantinya peserta diberikan studi kasus yang berkaitan dengan permasalahan yang dialami para remaja dan masalah sosial yang lebih luas. Sebagian acara diisi dengan perkuliahan secara ketat. Setelah memasuki acara studi kasus, siswa dipilih secara acak untuk duduk di komisi etika tiruan, ada yang memainkan peran sebagai terdakwa, sebagai pengacara atau jaksa. Semua siswa yang lain berada dalam suatu ruangan dan mereka diperbolehkan berpartisipasi hanya sekali terhadap permasalahan etika yang telah dipresentasikan kepada komisi etika dan komisi telah mengambil keputusan. Dalam sesi selanjutnya, pelaku peran diganti, agar lebih banyak mahasiswa untuk menjadi bagian dari proses 'resmi' ini. Bagi mereka yang tidak resmi untuk memainkan peran, mereka tetap antusias dan mereka semua cenderung sangat emosional tentang proses dan hasil yang diputuskan.
Dilema Dalam Etika : Suatu Contoh Salah satu skenario yang digunakan oleh pelatih adalah 'Good Coach/Bad Coach'- hal ini merupakan sebuah dilema bagi presiden suatu universitas yang harus memutuskan kemenangan klub sepak bola, yang secara rutin bertindak kasar kepada para pemain, komunitas universitas dan dan media. Skenario yang kedua bernama "To Cheat or Not to Cheat" merupakan suatu skenario yang dihadapi para siswa yang mengingatkan tentang suatu fakta bahwa jawaban atas suatu pertanyaan ada dalam papan tulis dimana sang guru tidak mengetahuinya. Diskusi berikutnya berfokus pada faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan para siswa sebelum cheating atau not cheating. Studi kasus yang ketiga berkaitan dengan tampilan raut muka dan berbagai persepsi dan salah persepsi yang dimiliki oleh masing-masing individu ketika mereka melakukan observasi terhadap berbagai situasi. Tidak ada jawaban yang tepat untuk kasus ini, namun sejumlah tanggapan mungkin dipandang sebagai jawaban yang lebih etis dibandingkan dengan yang lain. Dalam menetapkan keputusannya, para siswa diminta untuk melakukan evaluasi apakah tindakan mereka konsisten dengan aturan terakhir (ends-based), berdasarkan aturan (rule-based), atau memperhatikan dasar filosopi (care-base philosophies).
Hasil "Sekarang saya melihat pentingnya etika sebagai sesuatu yang akan mempengaruhi masyarakat. Hal demikian menunjukkan bahwa diskusi dan keputusan yang dibuat melalui skenario ini sangat penting untuk masyarakat" Siswa (16) Keberhasilan dari suatu program dapat diilustrasikan dengan pemberitaan oleh suatu kejadian ketika salah satu sesi yang dijadwalkan untuk tanggal 11 September 2001 telah dibatalkan
karena adanya serangan teroris di New York. Para siswa sangat bingung atas informasi pembatalan ini, dan mereka was-was jika kejadian tersebut akan terjadi kembali. Sejumlah peserta mengira instruktur mungkin membantu mereka membuat rasa lebih baik dari peristiwa tragis 11 September. Biasanya, setelah mengikuti program ini, banyak siswa meningkat pemahamannya yang lebih baik dari konsekuensi yang terkait dengan perilaku tidak etis dan bagaimana dilema etika tersebut dapat menjadi bagian dari kehidupan masyarakat seharihari. Sejumlah peserta berpendapat bahwa orang dewasa sebaiknya juga mengikuti pelatihan ini. Beberapa siswa menunjukkan minat yang lebih besar untuk dapat terlibat dalam komunitas mereka - bahkan mereka menulis surat kepada editor dan yang berhubungan dengan pelanggaran-pelanggaran yang lain yang terjadi di dunia mereka. Program ini juga telah menyebabkan mereka untuk mengevaluasi kembali cara pandang mereka terhadap kejadian-kejadian yang terjadi saat ini.
Adanya Perbedaan Dalam Melihat Dunia Sebelum program dimulai, para siswa memiliki pengetahuan yang terbatas tentang etika, khususnya ketika mereka menerapkan nilai-nilai kehidupan ke dalam dunia nyata. Mereka memandang suatu masalah dengan sangat sederhana (benar vs salah). Setelah mengikuti program tersebut, para siswa sependapat bahwa yang menentukan benar atau salah merupakan sesuatu yang dapat menjadi rumit dan apa lagi tidak ada kebenaran tunggal atau etika tunggal yang mengatur dan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Siswa juga memperoleh informasi tentang tingkat korupsi yang dapat merusak ke masyarakat - bahkan tindak korupsi yang paling kecil sekalipun. Sebagai aturan umum, para siswa sekarang sepakat untuk melihat dunia dengan cara yang berbeda karena program ini. Siswa juga menyadari bahaya dari menghakimi seseorang sebelum diadili dan mulai menerima suatu kenyataan bahwa mereka memiliki prasangka yang dapat mempengaruhi persepsi mereka. Akhirnya, siswa menemukan bahwa budaya dan faktor lingkungan dapat mempengaruhi pembentukan etika seseorang. Prestasi yang terpenting adalah untuk meningkatkan tingkat kesadaran siswa untuk mengakui relevansi etika dalam kehidupan mereka sehari-hari. Secara khusus, para siswa dihadapkan dengan keputusan sulit dan hal ini penting untuk mengetahui adanya seperangkat aturan yang tersedia untuk membantu mereka dalam menangani masalah tersebut. Adanyatanggapan yang sangat positif dari peserta yang menunjukkan bahwa program ini berhasil.
Rekomendasi Sekolah negeri di Florida merupakan tempat dimana para peserta memperoleh nilai yang bervariasi dan para guru ilmu sosial telah menyatakan frustrasi dengan kurangnya kebebasan untuk mengajar mata pelajaran yang tidak merupakan bagian dari pelajaran yang diujikan, seperti model program. Siswa juga enggan pada awalnya, karena mereka mempunyai kekhawatiran mengenai format dan kemampuan para instruktur untuk berkomunikasi dengan mereka dan berhubungan dengan mereka. Namun, para siswa merasa diberdayakan ketika mereka merasakan sendiri bahwa program tersebut bersifat interaktif dan diterapkan dalam suatu pengaturan di mana mereka dapat menyampaikan sendiri tentang isu-isu yang relevan untuk mereka dan kelompok mereka. Di samping umpan balik yang diterima pada akhir program, hal ini juga bermanfaat untuk melacak para siswa yang mengikuti program tersebut dan meminta umpan balik dari mereka di masa mendatang - mungkin setahun atau dua tahun setelah mereka mengikuti matrikulasi untuk menentukan apakah suatu mata pelajaran masih berguna bagi mereka. Program menghadapi tantangan yang berupa anggaran (dana). Dalam rangka melaksanakan program tersebut di semua sekolah negeri, diperlukan sumber daya yang besar untuk mendukung program tersebut.
Dengan diperbantukannya tenaga tingkat staf pada Komisi Kode Etik sehingga program yang dapat ditawarkan maksimal hanya empat sekolah per tahun. Sekolah negeri Miami - Dade County merupakan sekolah distrik terbesar keempat dan memiliki peringkat keempat, program ini akan berlangsung hampir satu dekade. Jika dana dapat diperoleh dari sumbangan dari pihak swasta, maka program tersebut dapat dilaksanakan di seluruh sekolah di daerah tersebut. Program tersebut dapat dicapai dengan melakukan pelatihan mahasiswa jurusan pendidikan untuk membantu Komisi Kode Etik dengan melaksanakan kursus, antara lain memberikan kesempatan untuk magang para mahasiswa untuk turut serta dalam pengajaran pada program tersebut. Program tersebut akan ditawarkan kepada setiap sekolah negeri di Miami-Dade (sekolah lanjutan atas, sekolah menengah pertama, dan sekolah dasar). Media membantu mempublikasikan program tersebut dan juga bermanfaat untuk mendapatkan sumber dana. Program tersebut merupakan inisiatif dari sekolah negeri di Miami-Dade dan proyek percontohan bagi negara bagian yang lain atau sekolah distrik dan lain-lain. Pendidikan etika dilaksanakan dalam bentuk interaktif yang bersifat universal dan popular di seluruh dunia. Namun, materi pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan setiap sekolah atau distrik. (Tulisan ini disarikan dari TI-International, Anti-Corruption Education, USA, November 2004)