Anita Fitriana / Pengembangan Wakaf Produktif di Pondok Pesantren.... 113
PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF DI PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR, PONOROGO Anita Fitriana SMA N Badegan, Ponorogo Abstract Wakaf is defined as wealthy which is used to support the boarding school in education field, agriculture, trade, and service which the advantage is not only for directly wealthy wakaf but also from advantage of wakaf development that is given to Wali Songo Boarding school based on the wakaf goal. This is supported by note in law institution, Widyatmoko, S.H. No. 05, on 4 September 1998. Wakaf structure in wali songo boarding school is (YPPW-PPWS). This is to make clear of the function and job each field is made transparently and clearly. So, never happen the multy function and job description of the institution. It is including the clear role about mechanism of the leader reform in Wali Songo Boarding School. So that the existence of Wali Songo is guaranteed and responsible. The result of this research are: (1) Model gathering productive wakaf Wali Songo Ngabar Ponorogo boarding school is done productive professionally. Professionalism is done from the society giving, management aspect, human resources, partnership style. The source are from individual, organisation/institution or company from government. (2) To producyify the source and aset in Wali Songo Ngabar Ponorogo boarding school, manage some trade: agriculture, canteen, mini market (Wali Songo Bisnis Center/WBC), rice milling, telecommunication stall, convection, transportation service, kopetren, and these is new trade that is laundry. ( 3). Model the use of productive wakaf result di Wali Songo Ngabar Ponorogo boarding school are distribution of worship means, education media, human resources development, adding inventors like new land, adding new business that is regarding to add profitable new business and society empowering. Keywords: Wakaf, Walisongo Boarding School, Management Abstrak Wakaf diartikan sebagai kekayaan yang digunakan untuk mendukung pondok pesantren dalam bidang edukasi, pertanian, perdagangan dan layanan, yang keuntungannya bukan hanya untuk wakaf kekayaan secara langsung, tetapi juga dari keuntungan perkembangan wakaf yang diberikan pada pondok pesantren Walisongo yang didasarkan pada tujuan wakaf. Hal ini didukung dengan catatan dari lembaga hukum, Widyatmoko, S.H. No. 05, pada 4 September 1998. Struktur wakaf di pondok pesantren Walisongo adalah (YPPW-PPWS). Ini untuk memperjelas fungsi dan tugas setiap bidang dan bentuk transparansi. Jadi, tidak akan pernah terjadi fungsi dan tugas ganda dalam suatu lembaga. Ini menunjukkan peran yang jelas tentang mekanisme kepemimpinan di pondok pesantren Wali Songo. Jadi eksistensi pondok pesantren Wali Songo terjamin dan akuntabel. Hasil dari penelitian ini adalah: (1) Model pengumpulan wakaf produktif pondok pesantren Wali Songo Ngabar Ponorogo telah dilakukan secara professional. Profesionalisme dilakukan dari pemberian masyarakat, aspek managemen, SDM,
114 Muslim Heritage, Vol. 1, No. 1, Mei - Oktober 2016
model kelembagaan. Sumber yang diambil dari individu, organisasi/lembaga atau perusahaan dari pemerintah. (2). Untuk menggunakan sumber dan aset di pondok pesantren Wali Songo Ngabar Ponorogo, melalui beberapa sektor usaha: pertanian, kantin, mini market (Wali Songo Bisnis Center/WBC), selep beras, warung telekomunikasi, konfeksi, layanan transportasi, kopetren, and yang baru adalah laundry. (3). Model penggunaan hasil wakaf di pondok pesantren Wali Songo Ngabar Ponorogo adalah penyaluran yang berkaitan dengan ibadah, media edukasi, pengembangan SDM, menambah inventaris sepwrti tanah, menambah bisnis baru yang menguntungkan dan pemberdayaan masyarakat Kata Kunci: Wakaf, Pondok Pesantren Walisongo, Manajemen
A. Pendahuluan Pada masa penjajahan Belanda di Indonesia, penyiaran agama Islam pada umumnya mengalami hambatan dan kesulitan. Demikian halnya di Desa Ngabar yang keadaannya masih sangat mundur, baik di bidang ekonomi, pendidikan maupun sosial budaya, terutama di bidang pengamalan agama Islam. Berjudi, candu, dan minum-minumam keras adalah di antara perbuatan munkar yang biasa dilakukan. Pada tanggal 12 Mei 1925 lahirlah seorang bayi yang diberi nama Ibrahim Thoyyib, dilahirkan disebuah dusun kecil, satu diantara ratusan kampung di Jawa Timur. Letaknya sekitar tujuh kilometer sebelah selatan kota Ponorogo. Kampung Ngabar diambil dari nama kayu yang barnama ”Abar” yang dalam dialek jawa menjadi ”Ngabar”. Di desa Ngabar terdapat sebuah dukuh yang bernama Babadan yang aslinya berasal dari ”babat” atau tebang. Karena saat itu banyak santri dari desa Josari yang mencari kayu dengan cara menebang (membabat), dan yang dibabat adalah kayu ”abar”. Mohammad Thoyyib adalah seorang yang bercita-cita dan berkemauan keras untuk menunjukkan masyarakatnya ke jalan lurus, jalan yang mestinya mereka lalui, yakni jalan Allah SWT.1 Untuk mewujudkan cita-citanya yang luhur itu, pada tahun 1946 didirikan Madrasah Diniyah yang ditangani oleh putra-putra beliau yaitu Ahmad Thoyyib, Ibrohim Thoyyib, Imam Badri dan kawan-kawan yang lain. Madrasah Diniyah yang masuk sore hari ini, kemudian diubah menjadi Madrasah Ibtidaiyah dan masuk pada pagi hari. Sebagai kelanjutannya pada tahun 1958 M, didirikan Madrasah tingkat Tsanawiyah dan Aliyah. Setelah Madrasah ini berjalan 3 (tiga) tahun (1961) diselenggarakan sistem pendidikan Pondok Pesantren yang diberi nama Wali Songo. Pondok 1
Khutbah Iftitah KH. Ibrahim Thoyyib, Wakif Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar Ponorogo. (Ponpes Ngabar Po. Offset 2008), 3.
Anita Fitriana / Pengembangan Wakaf Produktif di Pondok Pesantren.... 115
Pesantren Wali Songo ini didirikan oleh KH Mohammad Thoyyib, yang dibantu oleh para putera dan sahabat-sahabatnya, pada hari Selasa tanggal 18 Syawal 1380 H, bertepatan dengan 4 April 1961 M. Pondok Pesantren ini diberi nama: “Pondok Pesantren Wali Songo” alasan diberlakukannya nama ini karena: 1. Santrinya yang pertama kali mondok berjumlah sembilan orang yang datang dari Jawa dan dari luar Jawa. 2. Optimisme agar para santri setelah selesai mondok dapat mengembangkan Dakwah Islamiyah. Hingga akhirnya pada 22 Sya’ban 1400 H / 6 Juli 1980, Pondok Wali Songo Ngabar resmi diwakafkan kepada umat Islam, agar supaya di antaranya “menjadi satu lembaga Islam yang tunduk kepada ketentuanketentuan hukum agama Islam, berkhidmat pada masyarakat, menuju kebahagiaan hidup dunia dan akherat”.2 Sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah: Terwujudnya Cita-Cita membumikan Islam melalui pendidikan yang mencetak generasi muslim yang berilmu, beriman, berakhlakul karimah, sederhana, dan berdikari yang tertuang dalam PANCA JIWA PONDOK. Oleh karena itu aktivitas yang dilakukan pesantren selama ini adalah dengan mengembangkan perekonomian guna membiayai kelangsungan roda dan program kehidupan pesantren. Dengan situasi apapun pesantren, sebagai bagian dari sub kultur masyarakat, tetap eksis walaupun dengan swadaya.3 Kemampuan kiai, para ustaz, santri, dan masyarakat sekitar, menjadi kunci utama untuk meneguhkan atau setidaknya meningkatkan kompetensi pesantren dalam visinya itu. Tetapi, kenyataannya banyak pesantren yang merasa kesulitan pendanaan dan mulai berfikir ulang dalam rangka meningkatkan kemampuan finansialnya, dan acapkali menjadi masalah serius sehingga membuat pesantren kurang dapat melaksanakan visi dan program utamanya. Apalagi, biasanya, pesantren sangat bergantung pada sumber dana tertentu, seperti pendapatan dari iuran santri yang berdampak pesantren kurang berkembang dengan cepat sesuai harapan. Pendanaan memang menjadi masalah dan tantangan besar bagi pengembangan sebagian lembaga pesantren di Indonesia, padahal potensi
2
Hawin Mutafa, Wazar, “Upaya KH. Ibrohim Thoyib Dalam Pengelolaan dan Pengembangan Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar Ponorogo”, (Skripsi STAIN Ponorogo, 2009), 63. 3 Ismail SM, et al. (ed.), Dinamika Pesantren dan Madrasah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), xiv
116 Muslim Heritage, Vol. 1, No. 1, Mei - Oktober 2016
yang ada dalam komunitas pesantren dan ekonomi sebenarnya cukup besar.4 Karena itu dengan institusi wakaf dan pengembangannya diharapkan menjadi upaya bisa membantu kebutuhan pesantren. Berangkat dari latar belakang diatas, tulisan ini secara khusus difokuskan pada pesantren dan perannya di dalam pengelolaan wakaf, dan dukungan wakaf terhadap eksistensi pesantren tersebut, yang dimiliki berkenaan nilai-nilai filosofis yang dimiliki dan pendidikan terhadapnya, serta pengalaman dalam mengelola dan pengembangan aset-aset wakaf dapat dijadikan acuan dan model bagi upaya mengembangkan pesantren dan menumbuhkan kemandirian di dalamnya. C. Model Penghimpunan Sumber Wakaf Produktif Untuk menghimpun kekayaan berupa wakaf yang dimiliki Pondok Pesantren Ngabar Ponorogo agar bisa menuai hasil yang maksimal sesuai dengan yang diharapkan yaitu dengan melakukan perencanaan, pengorganisasian sampai pengawasan. Dalam perencanaan ini dimulai dari Kyai Ibrahim Thoyyib, dalam menjalankan roda kepemimpinannya Kyai Ibrahim Thoyyib menerapkan dual sistem kepemimpinan, tradisional dan modern sekaligus. Ini disesuaikan dengan karakter dan kultur masyarakat Ngabar yang kental dengan kekerabatan dan gotong royong. Karena itu, meski secara normatif awalnya pesantren Ngabar adalah milik kyai, namun KH. Ibrahim Thoyyib tidak ingin pesantrennya mati karena ditinggal oleh kyainya. Beliau berpandangan jika Pondok Pesantren dijadikan milik keluarga secara turun temurun, maka hal itu akan berakibat kurang baik, terutama untuk masa yang akan datang. Penataan organisasi Wakaf yang di awali dengan penyerahan asset Pondok dan pengelolaannya oleh KH. Ibrahim Thoyyib. Menurutnya pengalaman pondok-pondok besar yang kemudian mati karna ditinggal kiainya. Hal ini mendorong Kyai Ibrahim untuk mewakafkan pondok pesantren kepada umat Islam sedunia. Penentuan sikap terhadap hal tersebut merupakan suatu daya upaya agar hasil yang dicapai merupakan suatu yang dapat dibanggakan (only the best is good enough) telah teraplikasi dengan nilai kemandirian dan sudah menjadi satu kesatuan dalam program penghimpunan wakaf Pondok Pesantren Ngabar Ponorogo.5 4
A. Halim, Menggali Potensi Ekonomi Pondok Pesantren, dalam A. Halim et al., Manajemen Pesantren (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005), 222 5 Moh. Yasin, Wawancara, 1 Mei 2015,
Anita Fitriana / Pengembangan Wakaf Produktif di Pondok Pesantren.... 117
Sementara tujuan yang hendak dicapai dengan diberlakukannya wakaf yaitu dengan di dengan amanatkannya Pondok Pesantren Wali Songo supaya: a. Menjadi lembaga pendidikan yang tunduk kepada undang-undang Islam, berkhidmat kepada masyarakat menuju kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. b. Menyelanggarakan lembaga pendidikan Taman Kanak-Kanak, Ibtidaiyah, Mu'allimin dan Mu'allimat dan apabila sudah membolehkan Pendidikan Tinggi . c. Menjadi Lembaga Pendidikan Islam yang berjiwa pondok pesantren dengan mengutamakan arah pendidikannya kepada: Taqwa kepada Allah, beramal soleh, berbudi luhur, berbadan sehat, berpengetahuan luas, berfikiran bebas dan berwiraswasta. d. Menjadi tempat beramal untuk meninggikan Kalimah Allah. e. Tidak bersekutu kepada partai politik atau golongan mana-mana.6 Berdasarkan pemaparan tujuan yang hendak dicapai dari diamanatkanya Pondok Pesantren Wali Songo sebagaimana yang telah dijelaskan diatas maka program ini telah menemukan relevansinya dengan konsep yang di sampaikan oleh Stoner yang dikutip oleh Handoko menyatakan bahwa manajemen merupakan proses perencanan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan, usaha-usaha para anggota organisasi dan pengguna sumber daya organisasi lainya untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Stoner menekanan bahwa manajemen di titik beratkan pada proses dan sistem. Oleh karena itu, apabila dalam sistem dan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, penganggaran, dan sistem pengawasan tidak baik, proses manajemen secara keseluruhan tidak lancar sehingga proses pencapaian tujuan akan terganggu atau mengalami kegagalan.7 Konsep inilah yang diharapkan bahwa wakaf yang ada di PPWS menjangkau segala aspek baik bisnis maupun peningkatan dalam hal pendidikan. Dalam mengaplikasikan wakaf mencakup perencanaan pembentukan wakaf yang berada PPWS pendiri meng-“Ikrar-wakafkan” Pondok ini kepada umat Islam untuk kepentingan Pendidikan Islam. Dengan ikrar wakaf ini diharapkan kelangsungan hidup dan perkembangan Pondok ini di 6 7
Moh. Yasin, wawancara, Ponorogo, 1 Mei 2015. Syhabuddin Qalyubi, dkk., Dasar-dasar Perpustakaan dan Informasi, Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Adab (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2007) 271
118 Muslim Heritage, Vol. 1, No. 1, Mei - Oktober 2016
masa yang akan datang menjadi lebih terjamin. Pada hari Ahad; 22 Sya’ban 1400 H, bertepatan dengan 6 Juli 1980 M, KH Ahmad Thoyyib dan KH Ibrohim Thoyyib mengikrarkan bahwa Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar dengan segala kekayaan yang dimilikinya sebagai “Wakaf Untuk Pendidikan Islam”. agar supaya diantaranya menjadi satu lembaga pendidikan Islam yang tunduk kepada ketentuan-ketentuan hukum agama Islam, berkhidmat pada masyarakat, menuju kebahagiaan hidup dunia akhirat.Untuk itu ditunjuk 15 (lima belas) orang dari Keluarga Besar Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar untuk bertindak sebagai Nadzir atas wakaf tersebut.8 Apa yang diamanatkan oleh K.H Ibrahim Thoyib tidak dapat dipungkiri bahwa hal tersebut selaras dengan prinsip atau kaidah dan teknik manajemen menurut agama Islam. Menurut Mulyono teknik manajemen menurut agama Islam yaitu antra lain 1. Prinsip amar makruf nahi mungkar. Prinsip ini terkait dengan hukum Islam dan perundang-undangan manusia yang bertujuan: a. Memelihara agama (ad-din) b. Memelihara jiwa (an-nafsi) c.Memelihara akal (al-aql) d. Memelihara keturunan (an-nasl) e.Memelihara dan melindungi harta (al-mal) 2. Menegakkan kebenaran 3. Menegakkan keadilan 4. Keadilan menyampaikan amanat.9 Sedangkan jangka panjang diselenggarakannya wakaf di PPWS menemukan kesepadanan dengan Undang-Undang no. 41 Tahun 2004 mengamanatkan agar wakaf menjadi produktif dan tidak konsumtif, sehingga memiliki dampak bagi penanggulangan persoalan ekonomi ummat dan dapat mensejahterakan mereka.10 Dengan demikian, kehadiran PPWS dalam mengelola aset wakaf yang ia miliki bisa dikatakan sebagai salah satu upaya atau terobosan yang untuk mensejahterakan masyrakat dan peningkatan proses belajar mengajar sesuai dengan apa yang dicanangkan pemerintah. 8
Lihat transkip dokumen PPWS Mulyono. Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidkan (Yogyakarta. Ar Ruzz Media Group. 2009), 35 10 Suyono, Yusuf, dkk, Wakaf Produktif Di Indonesia: Studi atas Pengelolaan Aset Wakaf Pondok Modern Gontor Ponorogo 1958-2006, (Semarang: IAIN Wali Songo 2007), 2-3 9
Anita Fitriana / Pengembangan Wakaf Produktif di Pondok Pesantren.... 119
Menurut Wahbah salah satu bagian penting dalam mauquf ’alaih (pihak yang diberi wakaf tersebut adalah tentang nazhir wakaf. Selain itu Muhammad Abu Zahr dalam karyanya yang berjudul Muhadlarah fi al-Waqf lafadz nazhir berasal dari kata kerja bahasa Arab nazhara yang mempunyai arti, menjaga, memelihara, mengelola dan mengawasi. Adapun (nazhir) adalah isim fâ’il dari kata nazhara yang kemudian dapat diartikan dalam bahasa Indonesia dengan pengawas atau penjaga.11 Teori yang disampaikan oleh Wahbah tersebut menemukan titik relevasi dengan ketentuan pelaksanaan perwakafan di pesantren Wali Songo Ngabar Ponorogo; a) Wakaf diberikan kepada alumni dan keluarga yang dianggap tahu visi, misi Wali Songo Ngabar, serta menghayati sunnah, nilai dan disiplinnya. b) Dibentuk yayasan wakaf. c) Didalam akte wakaf dicantumkan wewenang pendiri (selama pendiri masih hidup pengurus yayasan sebagai pembantu pendiri). d) Anggota Badan Wakaf tidak boleh menggantungkan hidupnya dari pondok. e) Keluarga pondok adalah pembantu langsung pondok. f) Keluarga tidak mempunyai hak waris pondok, kecuali yang terlibat langsung sesuai dengan prosedur.12 Merujuk pada teori organizing dalam mengelola benda wakaf produktif akan lebih baik jika nadhirnya adalah orang yang memiliki keterampilan dan kompeten di bidangnya dalam mengelola aset wakaf, sehingga aset wakaf yang dikelolanya bisa berkembang. Sebagai contoh jika benda wakaf berupa lahan pertanian, diupayakan yang menjadi nādhir adalah orang yang memiliki kemampuan dalam bidang pertanian ata sebut saja insinyur pertanian atau jika berupa tambak ikan maka yang mengelola dicarikan orang yang pintar agrobisnis; jika benda wakaf produktif berupa koperasi, hendaknya nādhir dipilih dari orang-orang yang memiliki ketrampilan, pengalaman ekonomi manajemen.13 Setelah adanya ikrar wakaf Badan Wakaf membentuk YPPW-PPWS sebagai pelaksana teknis pengelolaan asset dan tanah wakaf pada tahun tanggal. pada hari jum’at 4 Juli 1975. Hal tersebut tercantum dalam akta notaris: Pertama : R.N. Sinulingga, S.H. No. 9, tanggal 4 Juli 1975 Kedua : R.N. Sinulingga, S.H. No. 18, tanggal 6 April 1987 Ketiga : Widyatmoko, S.H. No. 05, tanggal 4 September 1998 11
Wahbah Zuhaili, al-Fiqh al-Islâm wa Adillatuh, X (Beirut: Dar al-Fikr, tt), 7686-7686. Moh. Yasin, wawancara, Ponorogo, 1 Mei 2015 13 Ahmad Khomsa Hariadi, wawancara, 3 Mei 2015. 12
120 Muslim Heritage, Vol. 1, No. 1, Mei - Oktober 2016
Terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Ponorogo No. : 16/Prb.non/1998 Tanggal 7 September 1998 Lebih lanjut, dengan pelaksanaan wakaf di PPWS, mengindikasikan semakin menguatkan keberadaan pesantren bahwa dirinya telah terlibat dan berperan dalam menegakkan negara dan mengisi pembangunan sebagai pusat perhatian pemerintah saat ini. Menurut Harrison Budaya ini ada kaitannya dengan prosedur birokratis, seperti peraturan organisasi dan peran/jabatan/posisi spesifi yang jelas karena diyakini bahwa hal ini akan mengstabilkan sistem. Keyakinan dan asumsi dasar tentang kejelasan status/posisi/peranan yang jelas inilah akan mendorong terbentuknya budaya positif yang jelas akan membantu menstabilkan suatu organisasi.14 Adapun metode fundraising yang sudah dilakukan YPPW-PPWS dalam konteks resource fundraising dilihat dari perspektif programnya dapat dipilah menjadi beberapa program, seperti: program rumah cinta yatim, pena bangsa, kemanusiaan, salur tebar hewan kurban, dan program Ramadan. Sedangkan model fundraising secara umum dapat dikelompokkan menjadi: program intensifikasi, program ekstensifikasi, dan program layanan donatur/wāqif. Untuk menghimpun wakaf itu diambil dari SPP dan usaha milik yayasan seperti penggilingan padi WBC dan lainnya Perolehan dari SPP pada april 2015 yang dipungut dari santri berjumlah 202.400.050 sedangkan untuk pengeluarannya mencapai angka 340.439.650 angka pengeluaran tersebut tidak sebanding dengan pemasukan SPP dari santri. Untuk mengimbangi pengeluaran yang tidak sepadan tersebut kami ambilkan dari wakaf YPPW-PPWS ini perinciannya. Dari hasil selepan padi uang masuk mencapai 20.000.000 hasil sawah 132.184. dari hasil tebu 25.480. dari foto kopi 4.401.000.15 Selain itu agar aset wakaf yang ada di YPPW-PPWS semakin melimpah fihak yayasan melakukan strategi, di antaranya: pertama, mengajak simpatisan masyarakat. Dalam prakteknya program ini mengajak dan memotivasi masyarakat untuk bisa berperan mengajak keluarga, saudara, atau temannya yang lain untuk menjadi simpatisan baru di YPPWPPWS. Kedua, kegiatan penghimpunan dan sosialisasi program seperti gerai 14
Harisson R., Understanding your Organization’s Character, (Harvard Business Review, May-June1972 : 119-128). dikutif langsung (atau tidak langsung) oleh Eugene McKenna dan Nic Beec, The essence of : Mannajemen Sumber Daya Manusia, Trj. Toto Budi Santoso, (Yogjakarta : Penerbit Andi, 2002), 65 15 Data pemasukan dan pengeluaran, dokumentasi YPPW PPWS
Anita Fitriana / Pengembangan Wakaf Produktif di Pondok Pesantren.... 121
wakaf, gerai zakat, gerai kurban, surat langsung, telepon donatur atau wāqif, penghimpunan lewat elektronik (melakukan proses marketing melalui website, mailing list, dan e-mail), spanduk dan banner, gerakan saudara infak, zakat, dan wakaf di media, dan stiker pencitraan di mobil. Ketiga, gelar stand dengan membuka gerai pada saat event-event tertentu dengan bekerjasama dengan panitia event. Keempat, kerjasama dengan CSR dan pemerintah. Kelima, kerjasama dengan sekolah dan komunitas. Pengawasan merupakan hal yang sangat penting. Karena dengan adanya pengawasan terhadap pengelola benda wakaf, perwakafan akan dapat berjalan dengan baik dan aset wakaf akan terjaga keamanannya. Perwakafan akan berjalan dengan baik apabila terdapat dukungan dari nadzir yakni bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya. 16 Apa yang disampaikan Nahrowi tersebut potut diakui karena pengawasan yang telah dilaksnakan sudah sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Harahab menurutnya pengawasan adalah keseluruhan sistem, teknik, cara yang mungkin dapat digunakan oleh seorang atasan untuk menjamin agar segalaaktivitas yang dilakukan oleh dan dalam organisasi benar-benar menerapkan prinsip efisiensi dan mengarah pada upaya mencapai keseluruhan tujuan organisasi.17 Keberadaan di PPWS dapat pula difungsikan sebagai lembaga yang mengkoordinasikan para nadzir sesuai dengan level masing-masing. Dengan koordinasi yang baik, diharapkan yayasan Wakaf PPWS dapat mendistribusikan manfaat benda ke pesantren ngabar sehingga pesantren tersebut bisa mandiri tanpa perlu bantuan dari pihak lain, sehingga dapat mewujudkan kemaslahatan dan pemerataan D. Model Memproduktifkan Sumber Wakaf atau Aset Yayasan Pemeliharaan dan Pengembangan Wakaf, atau biasa disingkat YPPW-PPWS adalah suatu lembaga ekonomi yang menjadi tulang punggung (backbond) Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar di bidang ekonomi dan bertugas memelihara dan mengembangkan wakaf dan aset Pondok. Profesi masyarakat Ponorogo bekerja di sektor pertanian, baik sebagai petani maupun menjadi buruh tani. Untuk itu sangat tepat
16 17
Muhammad Nahrowi, wawancara, 6 Mei 2015 Harahap, Sofyan. Sistem Pengawasan Manajemen, (Jakarta. Penerbit Quantum, 2001)., 14
122 Muslim Heritage, Vol. 1, No. 1, Mei - Oktober 2016
Pesantren mempunyai kebijakan dalam hal ini bagian pertanian dan pertanahan PPWS mengarahkan program pemberdayaan masyarakat ke sektor pertanian dan memaksimalkan potensi yang ada mereka dilibatkan secara aktif menggarap tanah pertanian pondok yang setiap tahunnya selalu bertambah. Mekanisme imbalan yang telah mereka berikan kepada PPWS berupa penggarapan tanah yaitu memberlakukan sistem bagi hasil istilah jawanya “maro” yakni setelah sistim 60% 40% enam puluh persen untuk yang punya tanah sedang penggarapnya memperoleh hasil 40% 18 Implementasi tersebut dikomentari oleh pakar wakaf yakni Miftahul Huda, menurutnya, aset wakaf dapat dikelola dalam bentuk investasi usaha. Aset wakaf ini adalah kekayaan nadzir hasil pengelolaan usaha produk barang atau jasa yang sukses untuk kemudian dikembangkan melalui investasi pada pihak ketiga atau lembaga nadzir lain. Bentuk investasi usaha yang akan dilakukan harus memenuhi standart syariah. Misalnya, akad musyarokah yaitu merupakan bentuk partisipasi usaha yang melibatkan kedua belah pihak atau lebih termasuk nadzir dalam suatu usaha tertentu dengan menyertakan jumlah modal dengan pembagian keuntungan sesuai dengan kepakatan bersama. Apabila terjadi kerugian masing-masing harus menangung sesuai dengan kadar modal yang ditanamkan.19 Untuk lebih mensukseskan dalam sektor pertanian pengurus YPPWPPWS mensejahterakan petani yang ada dibawah naungannya YPPWPPWS membentuk beberapa kelompok tani, di mana setiap kelompok terdiri 25 petani. Mereka diberikan pelatihan dan penyuluhan untuk meningkatkan hasil pertanian dalam segala aspek baik kualitas maupun kwantitas. Menurut Didin Hafidhuddin Analisis yang bersifat psikis, dapat digambarkan dengan masyarakatyang merasa tidak butuh, sehingga perlu diberi penyadaran. Penyadaran itu diperlukan agar merasa bahwa proyek ini dibutuhkan. Di samping analisis kebutuhan juga diperlukan analisis kekuatan dan kelemahan.20 Berangkat dari analisis ini, baru disusun langkah-langkahnya. Dengan demikian nādhir benda wakaf produktif tidak saja memperhatikan factor faktor fisik dan lingkungan tetapi juga harus memperhatikan faktor-faktor 18
Lihat transkip wawancara dengan bapak Tarmuji, S. Ag 10 Mei 2015 Miftahul Huda, Mengalirkan Manfaat Wakaf: Potret Wakaf Hukum dan Tatakelola Wakaf di Indonesia (Ponorogo, STAIN PO Press, 2014) 20 Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syari'ah dalam Praktik,( Jakarta: Gema Insani, 2005), 98. 19
Anita Fitriana / Pengembangan Wakaf Produktif di Pondok Pesantren.... 123
psikologis sosiologis dalam menyusun rencana untuk mengembangkan benda wakaf produktif ini. Bisnis pesantren Ngabar dalam memproduktifkan aset wakaf sektor pertanian tidak hanya berhenti sampai sini. Dalam hal pertanian semua proses dikuasai mulai benih sampai menjadi beras yang dikonsumsi. Usaha tersebut yaitu mendirikannya selepan padi. Peran nazhir harus menjalin kemitraan usaha dengan pihak-pihak lain yang mempunyai modal dan ketertarikan usaha sesuai dengan posisi tanah strategis yang ada dengan nilai komersialnya cukup tinggi. Jalinan kerja sama ini dalam rangka menggerakkan seluruh potensi ekonomi. Sekali lagi harus ditekankan bahwa sistem kerja sama dengan pihak ketiga tetap harus mengikuti sistem Syariah, baik dengan cara musyarakah maupun mudharabah sebagaimana yang disebutkan sebelumnya. 21 Untuk pemberdayaan santri dan pemasukan yang mumpuni YPPW mendirikan koperasi, koperasi tersebut dalam bentuk minimart yang berada di depan pintu gerbang masuk PPWS Para guru, mahasiswa, dan santri dilibatkan didalamnya. Ditunjuknya para santri untuk mengelola minimart tersebut dimaksudkan agar pengelolaan usaha-usaha tersebut tetap diwarnai jiwa kesantrian berupa keikhlasan, kejujuran, amanah, tanggung jawab, kesungguhan, pengabdian, dan kesetiaan.22 Sejalan dengan apayang disampaikan oleh Miftahul Huda bahwa Ketika harta wakaf itu sudah diwakafkan oleh para wakif, maka suatu keharusan bagi nādhir untuk mengelola dan mengembangkannya agar harta tersebut tidak habis. Dalam menahan pokok harta wakaf tentu dengan memakai pola dan strategi yang berbasis ekonomi syariah yang jauh dari transaksi yang bersifat ribawi.23 Pendidikan penguatan kecakapan hidup memiliki peran penting dalam membangun masyarakat mandiri. Langkah ini pula yang menjadi perhatian serius PPWS. Di antara Pendidikan penguatan kecakapan hidup yang telah diberdayakan oleh YPPW-PPWS yaitu usaha konveksi, usaha konveksi merupakan pendidikan pengembangan diri bagi warga maupun santri, selain itu merupakan jenis usaha yang prospektif, menurut Bapak
21
Lihat transkip wawancara dengan bapak Nahrowi tanggal 12 Mei 2015 Lihat transkip wawancara dengan bapak Nahrowi tanggal 12 Mei 2015 23 Miftahul Huda, Mengalirkan Manfaat Wakaf: Potret Wakaf Hukum dan Tatakelola Wakaf di Indonesia (Ponorogo, STAIN PO Press, 2014) 22
124 Muslim Heritage, Vol. 1, No. 1, Mei - Oktober 2016
Alwi keuntungan yang didapat dari usaha ini berkisar sampai 17 juta perbulan. Apa yang sudah diimplimentasikan oleh YPPW-PPWS sudah selaras dengan teori milik Syafi’i Antonio, dalam pengelolaan wakaf yang profesional terdapat tiga filosofi dasar, yaitu; pertama, pola manajemennya harus dalam bingkai proyek yang terintegrasi. Kedua, mengedepankan asas kesejahteraan nāẓir, yang menyeimbangkan antara kewajiban yang harus dilakukan dan hak yang diterima. Ketiga, asas transparansi dan akuntabilitas.24 Menurutnya kesejahteraan para nadzir bisa diartikan sebagai membekali kemandirian dengan pendidikan kecakapan hidup, dengan demikian ketika santri pulang ke daerah masing-masing santri tidak hanya berbekal tekad saja akan tetapi santri di pandu dengan potensi dan bakat yang diperoeh semasa dipesantren dahulu ketika menghadapi persaingan hidu santri sudah siap dhohir dan batin. Azas Tranformasi dan Transparansi. Azas tranformasi merupakan Transformasi input menjadi output untuk menambah nilai atau manfaat lebih. Proses produksi berarti proses kegiatan yang berupa; pengubahan fisik, memindahkan, meminjamkan dan menyimpan. Dengan demikian, wakaf produktif yang ada di YPPW-PPWS merupakan transformasi dari pengelolaan wakaf tradisional menjadi pengelolaan wakaf secara profesional untuk meningkatkan atau menambah manfaat wakaf. Sedangkan asas transparansi menjadi penting sebagai bentuk kredibilitas dan accountabilitas yang di dalamnya harus terdapat pencatatan dalam bentuk akuntansi, di mana badan wakaf dan lembaga yang dibantunya harus melaporkan tiap tahun akan proses pengelolaan dana kepada umat dalam bentuk audited financial report atau laporan keuangan yang telah di audit. Dalam prakteknya transparansi yang ada di YPPW-PPWS masih sebatas laporan kepada atasan terhadap keluar masuk keuangan yang telah dibelanjakannya dalam kurun waktu satu tahun. E. Model Pemanfaatan Hasil Wakaf Produktif Bahwa dalam rangka mencapai tujuan dan fungsi wakaf, harta benda wakaf yang dimiliki oleh YPPW-PPWS hanya dapat diperuntukkan bagi sarana dan kegiatan ibadah; sarana dan kegiatan pendidikan serta
24
M. Syafi’i Antonio, Pengelolaan Wakaf secara Produktif, dalam Achmad Djuneidi, Menuju Era Wakaf Produktif (Jakarta: Mumtaz Publishing, 2008), VIII.
Anita Fitriana / Pengembangan Wakaf Produktif di Pondok Pesantren.... 125
kesehatan; bantuan kepada fakir miskin, anak terlantar, yatim piatu, bea siswa; kemajuan dan peningkatan ekonomi santri; dan/atau kemajuan kesejahteraan umum lainnya yang tidak bertentangan dengan syari’ah dan peraturan perundang-undangan. Konstribusi wakaf yang ada PPWS sebagian dialokasikan untuk penegembangan sarana ibadah berupa masjid yang di PPWS hal ini dimaksudkan agar keberlangsungan ibadah yang dilakukan oleh para santri bisa dilaksanakan dengan khusuk. 25 Dalam bidang pendidikan dan pengajaran, konstribusi wakaf PPWS dipergunakan untuk menyuplai biaya pendidikan. Biaya pendidikan tersebut berupa honor yang diberikan pada staf pengajar yang ada di PPWS selain itu sumbasih wakaf ditujukan untuk biaya hidup bagi para guru yang masih berstatus mahasiswa. Menurut Bapak Khudlori bahwa selain itu hasil wakaf diperuntukkan untuk peningkatan mutu SDM hal tersebut berupa Progam kaderisasi studi lanjut di jenjang S1, S2, hingga S3 yang dilakukan para santri yang berprestasi. Sebagian ada yang di ikutkan workshop, MGMP dan Up-Grading Guru Bimbel, pelatihan kewirausahaan. Konstribusi wakaf yang ada di PPWS selanjutnya berupa sumbangan terhadap sarsana pendidikan, seiring dengan perkembangan pondok pemeliharaan dan pembangunan sarana dan prasarana pendidikan semakin meningkat, kebutuhan terhadap pembangunan dan rehab gedung-gedung sekolah, asrama, laboratorium, perpustakaan, perkantoran, dan perumahan guru dan dosen. 26 Selain hasil wakaf dialokasikan untuk pendidikan hasil dari wakaf digunakan untuk menambah inventaris PPWS berupa membeli tanah. Dana pembelian tersebut sebagian diambil dari hasil wakaf sawah, dan sebagian lagi dari hasil unit-unit usaha. Tanah hasil wakaf tersebut dikelola sebagai usaha-usaha yang produktif dan selanjutnya dari hasil pembelian tanah tersebut bisa digunakan untuk anggaran dana yang lain. Selain itu,problem yang dihadapi masyarakat miskin mayoritas tentang tingginya biaya kesehatan dan akses menuju rumah sakit dirasa sulit. Kegelisahan warga tersebut ditangkap oleh YPPW-PPWS dengan mendirikan balai pengobatan, hal ini sekaligus merupakan jawaban atas problem yang dirasakan santri ngabar khususnya masyarakat desa Ngabar
25 26
Yasin. Wawancara, 15 Mei 2015. Rohmat Sulaiman. Wawancara, 17 Mei 2015.
126 Muslim Heritage, Vol. 1, No. 1, Mei - Oktober 2016
secara umum. Suatu bentuk pelayanan yang di berikan kepada masyarakat YPPW-PPWS telah mendirikan klinik yang secara khusus melayani masyarakat di bidang kesehatan yaitu Balai Kesehatan Santri dan Masyarakat (BKSM) Selain motifasi berderma dan memproduktifkan aset wakaf dalam segala aspek kehidupan, yang tidak kalah penting adalah penyaluran atau pemberdayaan hasil wakaf untuk masyarakat yang memerlukan, atau memberikan manfaat seluas-luasnya untuk kemaslahatan masyarakat. Asas kemanfaatan benda wakaf menjadi landasan yang saling relevan dengan keberadaan benda wakaf itu sendiri. Lebih-lebih oleh sebagian ulama, wakaf dikategorikan sebagai amal ibadah sedekah jariyah yang memiliki nilai pahala yang terus mengalir walaupun wakifnya sudah meninggal dunia. Artinya kontinuitas yang dimaksud adalah aspek kemanfaatan yang bisa diambil secara kesinambungan oleh masyarakat luas. F. Kesimpulan Dari kajian yang dilakukan, maka dapat dirumuskan dalam beberapa kesimpulan, yaitu: Pertama, Model penghimpunan sumber wakaf produktif di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar Ponorogo yang dilaksanakan secara professional-produktif. Profesionalisme yaitu melalui pemberian dari masyarakat umum, aspek manajemen, SDM kenadhiran, pola kemitraan. Dengan perincian sebagai berikut berasal dari perorangan, organisasi/lembaga atau perusahaan dan dari pemerintah. Kedua, Model memproduktifkan sumber atau aset yang ada di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar Ponorogo, sudah memproduktifkan unit usaha: tanah untuk pertanian, kantin, swalayan (wali Songo Bisnis Center/ WBC), penggilingan padi, wartel, konveksi, jasa transportasi, kopotren dan terdapat usaha baru laundry, dimana semuanya sangat produktif dan berkembang dengan pesat. Ketiga, Model pemanfaatan hasil wakaf produktif di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar Ponorogo berupa pendistribusian sarana ibadah, sarana bidang pendidikan, peningkatan mutu sumber daya manusia (SDM), menambah inventaris berupa pembelian tanah baru dan menambah bisnis yang dianggap lebih menguntungkan maupun pemberdayaan masyarakat. Sementara, beberapa rekomendasi atau saran yang diberikan yaitu: Pertama, Dalam hal penghimpunan sumber wakaf produktif di Pondok
Anita Fitriana / Pengembangan Wakaf Produktif di Pondok Pesantren.... 127
Pesantren Wali Songo Ngabar Ponorogo hendaknya lebih intensif lagi karena aset wakaf merupakan hal yang sangat urgen, dan seharusnya bisa bersifat kreatif dan inofatif dengan mempromosikan diri supaya masyarakat lebih tahu tentang keberadaan wakaf yang ada di pondok pesantren Ngabar Wali Songo, selain itu agar lebih mempererat dalam menjalin kerjasama dengan yayasan wakaf yang lain di luar pesantren yang kompeten di bidang pemberdayaan ekonomi, atau kelompok yang memiliki akses modal dan pemasaran sehingga aktifitas ekonomi lebih produktif. Kedua, Agar lebih memproduktifkan lagi aset wakaf yang ada di PPWS hendaknya nadhir harus kreatif dalam menjadikan sebagai penghasil laba tidak hanya memproduktifkan sawah tetapi harus bisa membangun usaha yang bisa meningkatkan SDM masyarakat sekitar pesantren sehingga masyarakat kesejahteraannya bisa meningkat. Ketiga, Dalam pendistribusian di samping untuk kemandirian pendidikan yang ada di PPWS hendaknya lebih ditekankan lagi dalam aspek kemasyarakatan sosial berupa peningkatan SDM yang dimiliki dalam bentuk memaksimalkan tenaga yang ada di PPWS seperti santri hal ini dimaksudkan agar lebih meminimalisir keuangan yayasan di samping itu bertujuan agar santri terlatih dengan kehidupan berwiraswasta. Dan untuk penyalurannya, seorang nadhir harus bisa memberdayakan masyarakat sekitar.
Daftar Pustaka Al Hajjaj. Muslim ibn. Shahih Muslim Dar Ihya‟ Al- Kutb Al-Arabiyah Indonesia, 1992. Al -Muslim, Shahihul Muslim. Bairut: Darrul Fikr, 1989. Al-Bujayromy Sulaiman. Bujayromy Alalkhotib, Juz 3, Bairut: Darrul Fikr, 2007. Ali, Muhammad Daud. Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf. Jakarta: UIP. 1988. Amin Muhammad Al- Kurdi. Tanwirul Qulub, Lebanon: Darrul Ulum, , 2003. Anwar Syamsul. Studi Hukum Islam Kontemporer, Yogyakarta: Cakrawala, 2006.
128 Muslim Heritage, Vol. 1, No. 1, Mei - Oktober 2016
Departemen Agama RI, 2006. Fiqih Wakaf, Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf Dirjen Bimas Islam Depag RI, Departemen Agama RI. Perkembangan Pengelolaan Wakaf di Indonesia, Jakarta: Proyek Peningkatan Zakat dan Wakaf, 2003. Departemen Agama. Al-Quran dan Terjemahannya. 2004.
Surabaya: Mekar,
Departemen Agama. Fiqh Wakaf. Jakarta:Direktorat Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI, 2003. Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2004. Eugene McKenna dan Nic Beec. The essence of : Mannajemen Sumber Daya Manusia, Trj. Toto Budi Santoso, Yogjakarta : Penerbit Andi, 2002. Fuad,
Muhammad. Membangunkan Raksasa Tidur: Problematika Pengelolaan dan Pendayagunaan wakaf di Indonesia, Depok: Piramedia. institusi wakaf, 2008.
Ghofur Abdul Anshori. Hukum dan Praktik Perwakafan di Indonesia, Yogyakarta: Pilar Media, 2006. Halim Abdul. Hukum Perwakafan Di Indonesia, Jakarta: Ciputat Press, 2005. Harahap, Sofyan. 2001.
Sistem Pengawasan Manajemen, Jakarta: Quantum,
Harisson R. Understanding your Organization’s Character, Harvard Business Review, May-June: 1972. Hasan, T. Perkembangan Kebijakan Wakaf di Indonesia, dalam Republika, 2009. Rabu, 22 April 2011, accessed 3 april. 2015. Hidayati, Tri Wahyu. Problematika Pengelolaan Wakaf di Indonesia, Jurnal Ekonomi dan Perbankan Muqtasid. Salatiga: Progdi Perbankan Syariah STAIN, 2010. Husnaini, Usman. Manajemen Teori Praktik Dan Riset Pendidikan, Jakarta. Bumi Aksara, 2001. Ibrahim Ismad Mutthowi. Al-Ushul al-Idariyah li al-Tarbiyah, Riyad: Dar al-Suruqi, 1996.
Anita Fitriana / Pengembangan Wakaf Produktif di Pondok Pesantren.... 129
Koto Alaiddin, Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004. M. Syafi’i Antonio. Pengelolaan Wakaf secara Produktif, dalam Achmad Djuneidi, Menuju Era Wakaf Produktif Jakarta: Mumtaz Publishing, 2008. Huda Miftahul, Mengalirkan Manfaat Wakaf: Potret Wakaf Hukum dan Tatakelola Wakaf di Indonesia Ponorogo, STAIN PO Press, 2014. __________. 2012. Wakaf Dan Kemandirian Pesantren Dari Tebuireng Hingga Gontor Jurnal. ISLAMICA, Volume 7, Nomor 1. ___________. Mengalirkan Manfaan Wakaf, Potret Perkembangan Hukum Wakaf Dan Tata Kelola Wakaf Di Indonesia Bekasi: Gramata Publishing, 2015 Mulyadi, Sistem Akuntansi, Jakarta: Selemba Empat. 2007. Mulyono. Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidkan Yogyakarta. Ar Ruzz Media Group. 2009. Munir dan Wahyu Ilahi. Manajemen Dakwah. Jakarta: Prenada Media, 2006. Nasihin Durorun. Peran Pondok Pesantren Dalam Pemberdayaan Anak-
Anak Marginal Studi Deskriptif Implementasi Program Pendidikan Terpadu Anak Harapan Di Pondok Pesantren Darul Falah Sukorejo Ponorogo. Tesis. Ponorogo: Insuri, 2012. Nata Abuddin. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-lembaga Pendidikan Islam di Indonesia Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia Bekerjasama dengan IAIN Jakarta, 2001. Nawawi Muhammad Bin Umar Al-Bantani, Tausekh ala Ibni Qosim, Jakarta:DarAl-ktb al-Islamiyah, Putra Haidar Daulay. Historisitas dan Eksistensi Pesantren Sekolah dan Madrasah, peny. Imron Rosyidi Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2001. Qahar Mundzir. Manajemen Wakaf Produktif, Jakarta: PT Khalifa, 2005. Qalyubi Syhabuddin, dkk. Dasar-dasar Perpustakaan dan Informasi, Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. 2007. Qomar Mujamil. Pesantren: Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi Jakarta: Erlangga, 2001.
130 Muslim Heritage, Vol. 1, No. 1, Mei - Oktober 2016
Robbins, Stephen P. dan Mary Coulter. Management. 8th Edition. Prentice Hall, New Jersey, 2005. Rofiq Ahmad. Fiqh Kontekstual. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004. Rofiq Ahmad. Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998. S. Praja, Juhaya. Perwakafan Di Indonesia. Bandung:Yayasan Piara. 1997. Sondang P. Siagian. Teori dan Praktek Kepemimpinan, Jakarta. PT. Rineka Cipta, 2003 ST Vembriarto. Pengantar Perencanaan Pendidikan Educational Planning, Yogyakarta: Andi Offset, 1988. Sule, Trisnawati Ernie dan Saefullah, Kurniawan. Pengantar Manajemen. Jakarta: Kencana. 2005. Usman, Rachmadi. Hukum Perwakafan di Indonesia, Grafika, 2009.
Jakarta: Sinar
Wadjdy Farid. Mursyid, wakaf & kesejahteraan Umat, Cet.1 Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007. Widjaya, Perencanaan sebagai Fungsi Manajemen, Aksara, 1987.
Jakarta: PT Bina
Wojowarsito, Purwadarminta, Kamus lengkap Indonesia Inggris, Jakarta: Hasta, 1974. Yahya Abi Zakariya al-Anshori, Fathul Wahab,Juz 1, Lebanon: Dar al-Fikr Zuhaili Wahbah, Fiqih Imam Syafi’i, Jilid II, Jakarta: Almahira, 2010.