PENGEMBANGAN STUDENTPRENEURSHIP BERBASIS LOCAL WISDOM DI SEKOLAH DASAR SEBAGAI UPAYA MENYIAPKAN GENERASI EMAS TAHUN 2045 Studi Deskriptif di SD Laboratorium Percontohan UPI Kampus Tasikmalaya melalui pendekatan Triple Helix ABG (Academicy, Bussinesman, and Government) Sani Aryanto Universitas Pendidikan Indonesia
[email protected] 082-119-620-016 ABSTRAK Pengembangan studentpreneurship berbasis local wisdom di SD merupakan salah satu upaya untuk menyiapkan generasi emas tahun 2045. Konsep ini diharapkan mampu membentuk peserta didik yang memiliki karakter produktif, mampu menciptakan peluang, suka dengan tantangan, mandiri, dan memiliki jiwa pantang menyerah dalam menghadapi kegagalan seperti seorang pengusaha yang berintegritas, profesional, berwawasan dan cinta terhadap budaya Indonesia. Pendekatan Triple Helix ABG menjadi payung yang menghubungkan antara akademisi (Intellectuals), pelaku bisnis kreatif (Businessman), dan pemerintah (Government) dalam mengimplementasikan studentpreneurship berbasis local wisdom di SD. Hubungan yang erat, saling menunjang, dan bersimbiosis mutualisme antara ketiga aktor tersebut akan menentukan pengembangan pembangunan dan peningkatan kualitas pendidikan di SD yang kokoh dan berkesinambungan serta dapat menjawab tantangan perubahan zaman. SD Laboratorium Percontohan UPI Kampus Tasikmalaya sebagai center teaching di Kota Tasikmalaya sedang mengupayakan pengembangan sekolah yang berkearifan lokal dan mendorong para peserta didiknya berjiwa wirausaha, sehingga sekolah tersebut menjadi pioner dalam pengembangan konsep studentpreneurship berbasis local wisdom di Indonesia. Kata Kunci : Studentpreneursip berbasis local wisdom, pendekatan triple helix ABG, Indonesia Emas 2045.
430
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada periode tahun 2012 sampai 2035 bangsa kita dikaruniai oleh Tuhan Yang Maha Kuasa potensi sumber daya manusia berupa populasi usia produktif yang jumlahnya luar biasa. Pada periode tersebut generasi penerus bangsa berada pada titik yang sangat produktif, sangat berharga dan sangat bernilai, sehingga perlu dikelola dan dimanfaatkan dengan baik agar berkualitas menjadi insan yang berkarakter, insan yang cerdas, dan insan yang kompetitif, serta menjadi bonus demografi (demographic dividend) yang sangat berharga, tetapi jika bonus demografi ini tidak dapat dikelola dengan baik tentunya bisa menjadi bencana besar bagi pembagunan bangsa indonesia. Di sinilah peran strategis pembangunan bidang pendidikan untuk mewujudkan hal itu menjadi sangat penting. Kita tentunya memiliki harapan besar kepada anak-anak generasi kita saat ini untuk bisa benar-benar menjadi generasi emas dan membawa kemajuan serta kejayaan bagi bangsa Indonesia tepat pada satu abad kemerdekaan Indonesia. Tetapi mampukah dan bisakah semua harapan dan program itu tercapai? karena bonus demografi juga bisa berbalik menjadi bencana demografi jika tanpa pengawasan dan penanganan yang sungguh-sungguh dan berkala dari pemerintah. Untuk itu perlu upaya komprehensif dari semua pihak khususnya di bidang pendidikan. Salah satu jenjang pendidikan yang memiliki posisi strategis dalam menyongsong generasi emas tahun 2045 adalah
jenjang Sekolah Dasar (SD). Keberhasilan pendidikan di tingkat/jenjang berikutnya ditentukan berdasarkan keberhasilan anak di SD. Karakter anak di usia SD akan mudah dibentuk dan melekat pada diri mereka hingga dewasa. Menurut Piaget (dalam Budiamin dkk., 2006, hlm. 98) mengungkapakan bahwa; Anak di usia SD sebagian besar berada dalam tahap operasional kongkret, artinya karakteristik anak SD dicirikan dengan pemikiran yang reversibel, mulai mengkonfirmasi pemikiran tertentu, adaptasi gambaran yang menyeluruh, melihat suatu objek dari berbagai sudut pandang, mampu melakukan seriasi, dan berfikir kausalitas. Berdasarkan pernyataan di atas, maka anak usia SD merupakan usia yang tepat dalam menanamkan karakter dan menjadi upaya solutif dalam menyongsong masa keemasan Indonesia. Karakter yang dapat dilatih guna menyiapkan generasi emas 2045 adalah studentpreneurship berbasis local wisdom. Studentpreneurship berbasis local wisdom diharapkan dapat membentuk karakter peserta didik menjadi lebih produktif, mampu menciptakan peluang, suka dengan tantangan, mandiri, dan memiliki jiwa pantang menyerah dalam menghadapi kegagalan sepertihalnya seorang wirausahawan yang berkearifan. Konsep ini bukan semata ingin menjadikan peserta didik sebagai seorang pengusaha industri kreatif, tetapi menumbuhkan mental 431
pengusaha yang cinta dengan budaya lokal. Namun tidak disalahkan pula apabila kedepannya timbul paradigma pada diri peserta didik ingin menjadi seorang pengusaha. Dalam proses pengimplentasian studentpreneurship berbasis local
wisdom, dibutuhkan upaya komprehensif dan sinergis dari setiap stake holder melalui pendekatan Triple Helix ABG (Academcy, Bussinesman, and Government).
PEMBAHASAN A. Metodologi 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif (descriptive research) dengan pendekatan kualitatif, yaitu: Prosedur penelitian yang menghasilkan data desriptif berupa kata-kata tertulis dari orang-orang dan perilaku yang diamati, didukung dengan studi literatur atau studi kepustakaan berdasarkan pendalaman kajian pustaka berupa data dan angka, sehingga realitas dapat dipahami dengan baik (Moloeng, 1990, hlm.5).
yang dianalisis. Prosedur penulisan karya tulis ilmiah ini adalah : (1) Identifikasi masalah; (2) Pencarian data sumber terpercaya; (3) penyusunan penulisan dirancang secara sistematis dan runtut; (4) pencarian kajian pustaka yang didukung oleh hasil pengamatan (5). Karya tulis di analisis-sintesis, kesimpulan dan rekomendasi.
Penekanan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengeksplorasi dan mengklarifikasi mengenai suatu fenomena yang terjadi atau kenyataan secara konseptual. 2. Teknik dan Prosedur Penulisan Teknik penulisan dilakukan dengan memahami atau mengekplorasi beberapa data sehingga mampu memberikan deskripsi tentang masalah B. Pengembangan Studentpreneurship Berbasis Local Wisdom di SD Implementasi studentpreneurship berbasis local wisdom di SD dianggap
3. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi literatur dan observasi semi terstruktur. Data-data tersebut diperoleh dari beberapa media, baik media cetak maupun media elektronik, serta melalui observer di SD Laboratorium Percontohan UPI Kampus Tasikmalaya. Setelah data terkumpul, selanjutnya diikuti dengan kegiatan pengolahan data (data processing), lalu dianalisis hingga diinterpretasikan dalam bentuk pernyataan deskriptif dan disimpulkan.
sebagai upaya solutif menyiapkan generasi emas tahun 2045. Studentpreneurship berbasis local wisdom diharapkan dapat membentuk karakter peserta didik menjadi lebih
432
produktif, mampu menciptakan peluang, suka dengan tantangan, mandiri, dan memiliki jiwa pantang menyerah dalam menghadapi kegagalan seperti halnya seorang wirausahawan yang berkearifan. Konsep ini bukan semata ingin menjadikan peserta didik sebagai seorang pengusaha industri kreatif, tetapi menumbuhkan mental pengusaha yang cinta dengan budaya lokal. Namun tidak disalahkan pula apabila kedepannya timbul paradigma pada diri peserta didik ingin menjadi seorang pengusaha. Kearifan lokal (local wisdom) dipandang sebagai basis yang tepat dalam mengantisipasi pengaruh negatif terhadap kemungkinan tantangan global mendatang, sehingga diharapakan nilai-nilai kearifan lokal menjadi identitas khas yang dapat membedakan identitas bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa lainnya. Nilai-nilai kearifan lokal juga diyakini lebih mudah diterima oleh peserta didik karena lebih dekat dengan lingkungan di mana peserta didik itu tinggal. Kearifan lokal setidaknya sudah menjadi bagian dari peserta didik itu sendiri, sehingga peserta didik merasa sudah punya ikatan sebelumnya dengan kearifan lokal tersebut. Mereka lebih cenderung mematuhi apa yang menjadi aturan dan kebiasaan dalam masyarakat. Salah satu tujuan pendidikan yaitu harus menjamin adanya pewarisan kebudayaan dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Maka dari itu, studentpreneurship berbasis local wisdom merupakan upaya solutif untuk membentuk karakter peserta yang
berbudaya lokal namun berdaya saing global, sehingga diupayakan mampu mengubah ancaman menjadi solusi, tantangan menjadi peluang, dan mampu menyikapi permasalahan secara arif/bijaksana dan siap menjadi generasi emas 2045. Secara teoretis, belum banyak literatur yang membahas mengenai studentpreneurship berbasis local wisdom, namun secara praktis, konsep ini mulai diimplementasikan di SD Laboratorium Percontohan UPI Kampus Tasikmalaya sebagai refresentasi dari sekolah yang menjunjung nilai-nilai kearifan lokal sebagai landasan dalam penyelenggaraan pendidikan. Oleh karena itu, studentpreneurship berbasis local wisdom diharapkan dapat menjadi upaya solutif dalam menyiapkan generasi emas tahun 2045. Dalam proses pengimpletasiannya, Studentpreneurship berbasis local wisdom diintegrasikan dalam muatan kurikulum formal maupun informal, sehingga berimplikasi terhadap pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, ekstrakurikuler dan display room (penataan ruangan) di Sekolah. a. Implementasi Studentpreneurship Berbasis Local Wisdom Dalam Pembelajaran Intrakurikuler Dalam pembelajaran intrakurikuler studentpreneurship berbasis local wisdom dapat dintegrasikan dalam semua interverensi meliputi pengembangan mata pelajaran. Salah satu contohnya dalam 433
pengembangan bentuk soal evaluasi pembelajaran dibawah ini. Pertanyaan: Ibu membuat kue getuk sebanyak 30 kue, lalu ibu memberikan kue kepada Mustafa sebanyak 4 kue, Koko 5 kue, dan Dewi Sartika bersama 3 temannya sebanyak 15 kue. Berapa banyak sisa kue getuk yang dimiliki oleh ibu?
Gambar 2.2 Contoh Soal Berdasarkan soal evaluasi di atas sepintas tidak ada perbedaan dengan soal-soal evalusasi pada umumnya, namun apabila dicermati secara seksama jelas ada makna tersirat yang terkandung dalam redaksi soal tersebut, contohnya kata “membuat” yang berarti ibu memiliki sikap produktif karena membuat sendiri, tentu berbeda halnya ketika soal tersebut diubah dengan kata “membeli” yang berarti ibu bersikap konsumtif, dan hal ini mengubah paradigma siswa untuk membiasakan hidup produktif bukan konsumtif, selain itu terdapat kata ”kue Getuk” merupakan kue tradisional asli Jawa Barat yang perlu diketahui oleh siswa. Disamping itu pula, terdapat kata “Mustafa, Koko dan Dewi Sartika” yang secara tidak langsung mengenalkan tokohtokoh berpengaruh di Jawa Barat, seperti Mang Koko pionir musik pop sunda, KHZ. Mustafa pahlawan nasional asli Tasikmalaya dan Dewi Sartika pahlawan emansipasi wanita di
Jawa Barat. Sehingga dalam konteks ini, siswa tidak hanya mahir menjawab pertanyaan matematika melainkan cerdas memaknai redaksi kata sehingga mengubah cara berpikir mereka untuk memiliki kepribadian yang lebih baik berdasarkan konsep studentpreneurship berbasis local wisdom. b. Implementasi Studentpreneurship Berbasis Local Wisdom Dalam Pembelajaran Kokurikuler Kegiatan kokurikuler merupakan kegiatan praktis sebagai bentuk tindak lanjut dalam pembelajaran intrakurikuler, bentuk pembelajaran kokurikuler bisa berupa permainan edukatif, Project Based Learning (PBL), study tour, dan lain-lain. Salah satu contoh bentuk pengimlementasian studentpreneurship berbasis local wisdom dalam pembelajaran kokurikuler adalah program PBL dengan mengunjungi tempattempat wisata edukatif seperti mengunjungi tempat pembuatan anyaman di Tasikmalaya sebagai bentuk sosialisasi dan konsolidasi produk asli dalam negeri yang merefresentasikan bentuk kebudayaan asli Indonesia. Dalam prosesnya peserta didik diberi serangkaian tugas praktek untuk dapat melakukan teknik dasar menganyam. Bentuk lain pengimlementasian studentpreneurship berbasis local wisdom dalam pembelajaran kokurikuler bisa dilakukan melaui 434
pengembangan permainan edukatif yang berkearifan lokal, seperti peserta didik diajak belajar berhitung sambil melakukan permainan congkak, egrang, galah, dan permainan tradisional lainnya yang menuntut guru untuk lebih berinovasi dalam menciptakan situasi pembelajaran yang efektif dan mengasyikan. c. Implementasi Studentpreneurship Berbasis Local Wisdom Dalam Pembelajaran Ekstrakurikuler Kegiatan ekstrakurikuler yang dikembangkan melalui konsep studentpreneurship berbasis local wisdom dapat diinterpretasikan dalam bentuk program-program keunggulan yang dirancang berdasarkan potensi keunggulan daerah setempat. Beberapa contoh program ekstrakurikuler yang dikembangkan di SD Laboratorium Percontohan UPI Kampus Tasikmalaya sebagai refresentasi sekolah yang mengimplementasikan konsep bentuk pengimlementasian studentpreneurship berbasis local
wisdom, diantaranya: Creativity Class, Hidrokebun berbasis keraifan lokal, pelatihan Kaganga, Tulisan ASIK (Asli Tasik) dan lain-lain. Dalam proses pengimplementasiannya dapat dibantu oleh pelaku industri kreatif secara langsung melalui metode collaborative teaching. Hasil karya yang dibuat siswa diharapkan memiliki nilai jual sehingga peserta didik dibiasakan untuk dapat membuat, memasarkan, dan menghasilkan uang dengan karyanya sendiri, dan diharapkan mampu memanfaatkan lingkungan yang berada di sekitarnya. Contohnya adalah karya dibawah ini melalui pemanfaatan Koran bekas dan tempat teh gelas.
d. Implementasi Studentpreneurship Berbasis Local Wisdom Dalam Display Room (Penataan Ruangan) di Sekolah. Penataan ruangan/ Display Room merupakan bentuk interpretasi dari kurikulum informal yang secara langsung ataupun tidak langsung memberikan dampak terhadap karakter siswa. Dalam
mengimplementasikan studentpreneurship berbasis local wisdom, setiap bagian ruang di sekolah harus merefresentasikan terciptanya sekolah yang berbudaya, hal ini bisa dilakukan dengan menempelkan poster/gambar yang berkearifan lokal, atau dengan menempelkan kata-kata himbauan/ slogan daerah setempat. Misalnya: Hadé gogog, hadé tagog, cikaracak
Gambar 2.2 Contoh Karya Siswa
435
ninggang batu laun-laun jadi legok dan istilah lainnya.
Gambar 2.3 C. Optimalisasi Peranan Stake Holder : Pendekatan Triple Helix ABG Dalam pengimplementasian studentpreneurship berbasis local wisdom diperlukan usaha kolektif dari berbagai pihak secara sinergis dan komprehensif. Pendekatan Triple Helix ABG (Academicy, Businessman, Government) diyakini sebagai pendekatan yang mampu mengimplementasikan gagasan ini melalui optimalisasi peranan akademisi, pelaku bisnis, dan pemerintah. Ketiga helix tersebut merupakan aktor utama penggerak lahirnya kreativitas, ide, ilmu pengetahuan, dan teknologi yang vital dalam pengimplentasian studentpreneurship berbasis local wisdom di SD. Hubungan yang erat, saling menunjang, dan bersimbiosis mutualisme antara ke-3 aktor tersebut akan menentukan integritas sekolah dalam menyiapkan generasi emas 2045 Setiap helix memiliki kapasitas dan entitas yang berbeda-beda, namun memiliki beban tugas yang sama dalam menjalankan peranannya. Berikut penjelasan peranan akademisi, pelaku bisnis, dan pemerintah dalam mengimplentasikan
Poster Studentpreneurship Berbasis Local Wisdom
studentpreneurship berbasis local wisdom di SD. a. Akademisi Akademisi di SD terdiri dari guru, kepala sekolah, komite sekolah, dan dewan pendidikan. Setiap akademisi diharapkan mampu mengaktualisasikan potensi dan kompetensi yang dimilikinya dalam upaya mewujudkan studentpreneurship berbasis local wisdom sesuai dengan standar pendidik dan tenaga pendidikan yang terdapat dalam UU No 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, PP No.19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Permen No. 13 Tahun 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah, dan Permen No. 16 Tahun 20017 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Upaya kongkret yang dapat dilakukan akademisi dalam mewujudkan konsep ini adalah Sekolah membentuk Tim Pengembang Kurikulum (TPK) yang beranggotakan guru, kepala sekolah, komite sekolah, dewan pendidikan dan narasumber (pengawas/dosen/tim ahli kurikulum). Kemudian TPK mulai 436
merancang/ merevitalisasi dan mengintegrasikan nilai-nilai karakter studentpreneurship berbasis local wisdom pada kurikulum yang dinterpretasiasikan ke dalam bentuk pengembangan buku 1 atau dokumen 1. b. Pelaku Usaha Dalam pengimplementasian studentpreneurship berbasis local wisdom di SD, dibutuhkan peranan pelaku usaha dalam melatih karakter enterpreneurship yang dimiliki peserta didik dan memberikan gambaran pengalaman dan aktivitasnya dalam menjalankan usaha kepada diri peserta didik. Sehingga peserta didik mampu mengambil nilai-nilai karakter dari para pelaku usaha secara langsung, apalagi karakteristik peserta didik SD menurut teori kognitif Piaget menyebutkan bahwa peserta didik dalam usia SD berada dalam tahap operasional kongkret yang berarti hanya mampu menterjemahkan segala sesuatu/input informasi melalui benda-benda kongkret. Hal ini pula yang menjadi dasar urgensi pelaku industri harus turun tangan secara langsung dalam implementasi studentpreneurship berbasis local wisdom di SD. Konsep ini dapat dilakukan melalui metode collaborative teaching, sehingga pelaku usaha dapat secara langsung mengajar di kelas. kegiatan ini dapat diintegrasikan dalam program pengembangan diri di sekolah, sehingga dalam pelaksanaanya bersifat teragendakan satu minggu satu
kali/ satu bulan satu kali, namun bisa juga insidental di sesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolah. c. Pemerintah Pemerintah sebagai pemegang regulasi dalam tataran kebijakan harus turut andil dalam mengimplementasikan studentpreneurship berbasis local wisdom di SD, Upaya kongkret yang dapat dilakukan pemerintah dalam mewujudkan konsep ini diantaranya: 1) Optimalisasi kebijakan yang sudah dikeluarkan pemerintah. Dalam mengimplementasikan studentpreneurship berbasis local wisdom di SD dapat dilakukan oleh setiap satuan pendidikan melalui optimalisasi standar isi yang terdapat dalam permendiknas No. 22 Tahun 2006 untuk KTSP dan permendikbud No. 64 tahun 2013 untuk K13. Karena seyogyanya pemerintah telah menyediakan materi struktur kurikulum yang sudah jelas, sehingga setiap satuan pendidikan memiliki otoritas dalam mengkreasikan ide dan gagasanya melalui pengembangan program kurikulum yang terdapat dalam BUKU 1 atau DOKUMEN 1 termasuk konsep studentpreneurship berbasis local wisdom. Konsep ini dapat diintegrasikan dalam pengembangan pembelajaran di kelas, muatan lokal ataupun program pengembangan diri. 2) Mengeluarkan edaran sebagai bentuk penguatan. Agar gagasan ini dapat diimplementasikan dalam setiap 437
satuan pendidikan jenjang/tingkatan SD, maka permerintah dapat mengeluarkan edaran mengenai urgensi studentpreneurship berbasis local wisdom dalam upaya menyiapkan generasi emas 2045 sebagai bentuk penguatan untuk mengimplementasikan konsep ini secara komprehensif.
3) Mengadakan simposium, seminar atau loka karya. Pemerintah dapat memfasilitasi simposium, seminar atau loka karya untuk SD yang telah menerapkan gagasan ini sebagai bentuk pelatihan bagi satuan pendidikan lainnya.
SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Studentpreneurship berbasis local wisdom merupakan konsep baru, sehingga secara teoretis belum banyak literatur yang mengkaji konsep ini, namun secara praktis mulai diimplementasikan di SD Laboratorium Percontohan UPI Kampus Tasikmalaya sebagai refresentasi sekolah yang menjunjung nilai-nilai kearifan lokal dalam menjalankan pengembangan pembelajarannya. Dalam implementasi studentpreneurship berbasis local wisdom di SD, dibutuhkan upaya kolektif yang sinergis dari berbagai pihak. Pendekatan Triple Helix ABG (Academicy, Businessman, Government) diyakini sebagai pendekatan yang mampu mengimplementasikan gagasan ini melalui optimalisasi peranan akademisi, pelaku bisnis, dan pemerintah. Ketiga helix tersebut merupakan aktor utama penggerak lahirnya kreativitas, ide, ilmu pengetahuan, dan teknologi yang vital dalam pengimplentasian studentpreneurship berbasis local wisdom di SD. Hubungan yang erat, saling menunjang, dan bersimbiosis
mutualisme antara ke-3 aktor tersebut akan menentukan integritas sekolah dalam menyiapkan generasi emas 2045. DAFTAR PUSTAKA Kadiman, K. (2005). The Triple helix and The Public. Dipresentasikan pada Seminar on Balanced Perspective in Business Practices, Governance, and Personal Life. Jakarta Lila (2013). http://lilawatyy95.blogspot.co.id/2 013/01/pentingnya-kearifanlokal.html [16 Januari 2013]. Sadulloh, U. (2009). Filsafat pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sitompul, A. (2015). Menyiapkan Generasi Emas Indonesia Dengan Pendidikan Berkualitas. [Online]. Tersedia: http://www.radarbangka.co.id/rubri k/detail/persepktif/11423/menyiap kan-generasi-emas-indonesiadengan-pendidikanberkualitas.html Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
438
Sunaryo. (2012) Pendidikan Harus Antarkan Generasi Emas Indonesia [Online]. Tersedia: http://www.ispi.or.id/2012/11/02/p rof-sunaryo-pendidikan-harusantarkan-generasi-emas-indonesia2045/ Suyitno. (2011) Pengembangan Industri Kreatif Mandiri melalui Pogram Pendampingan Berbasis
Local Wisdom : Pendekatan Triple Helix ABG. Bandung: UPI (Tidak diterbitkan) Suyono. dan Haryanto. (2012). Belajar Dan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosadakarya Syarifudin, T. (2010). Landasan Pendidikan. Bandung: Percikan Ilmu
439