FUN STORY POP-UP: MEDIA MENDONGENG BERBASIS TEMATIK INTEGRATIF GUNA MEMBANGUN KARAKTER GENERASI EMAS 2045
Aulia Azmi Masna Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta Ponggalan UH7/185 RT.15 RW.5 Yogyakarta,
[email protected] Nurrina Dyahpuspita PGSD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta Jln Raya Barat Ajibarang RT 3/8 Ajibarang- Banyumas,
[email protected] Roh Dinia Wati PGSD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta Gintung Bendo RT 02/09 Tampingan, Tegalrejo, Magelang,
[email protected]
Abstrak Pembelajaran yang baik tidak cukup hanya dengan mendapatkan pengetahuan tetapi ada pembentukan sikap (karakter) dan keterampilan, sehingga engan latar belakang tersebut, mendongeng menjadi salah satu alternatif dalam transfer nilai-nilai karakter yang dapat membentuk generasi emas 2045 yakni cerdas secara intelegensi dan cerdas emosi. Dalam pembelajaran, mendongeng termasuk dalam mata pelajaran bahasa Indonesia kelas satu semester dua sekolah dasar. Pentingnya sinergisitas yang baik antar komponen pembelajaran yaitu guru, media, dan siswa. Ketersediaan media sebagai sarana interaktifitas pembelajaran bagi siswa sekolah dasar sangat penting mengingat mereka berada pada tahap berpikir kongkret, dan daya imajinasi mereka sangat tinggi. Salah satu upaya sederhana dan kontributif, penulis membuat media pembelajaran berupa fun story pop-up, buku mendongeng berbentuk pop-up. Menanggapi kurikulum 2013 yaitu kurikulum tematik media ini melalui bentuk pop-up menjadikan kegiatan mendongeng lebih menyenangkan dan tidak monoton sehingga dapat memberikan kesan melalui visualisasi yang ada. Pop-up merupakan sebuah buku yang memiliki bagian yang dapat bergerak atau memiliki unsur 3 dimensi. Media fun story pop-up praktis digunakan sehingga memudahkan guru dalam menggunakannya. Ada tiga poin unggulan dari media ini yang pertama buku pop-up ini praktis digunakan oleh guru serta mudah dibawa, kedua buku pop-up berbeda dengan buku pada umumnya karena memiliki dimensi ketika buku itu dibuka sehingga menambah antusiasme siswa, ketiga mengajak interaktifitas siswa dalam penggunaannya, siswa dapat menggunakan secara mandiri maupun berkelompok dan kegiatan belajarpun akan lebih menyenangkan. Kata Kunci: fun story pop-up, media pembelajaran, mendongeng, karakter
Abstract Learning is not only to gain knowledge but also to build character and skills. With this reason, storytelling became one of the alternatives in the transfer of character values that can shape the golden generation 2045 that smart in intelligent and emotion. Storytelling including the Indonesian subjects at first semester grade two elementary schools. It so important have good synergy between the components of the teacher learning, media, and students. Availability of media interactivity as a means of learning for elementary school students is very important because they are at concrete thinking, and very high of their imagination. One of the simplest and contributive efforts, the authors make media for learning like fun story pop - up, storytelling book as pop-up. Responding to the curriculum in 2013 that the media thematic curriculum through a pop - up storytelling makes activities more enjoyable and not monotonous so as to give the impression that there is through visualization. Pop - up is a book that has moving parts or have a 3 -dimensional elements. Fun media story practical use pop - ups to facilitate teachers in using it. There
are three excellent points from the media that the first pop - up book is practically used by teachers as well as portability, two different books with pop - up books in general because it has a dimension when the book is opened so that adds to the enthusiasm of the students , three students invite interactivity in use, students can use independently or in groups and activities will be more enjoyable learning. Key Words: fun story pop-up, learning media, storytelling, character
sesuai dengan karakter generasi emas 2045, PENDAHULUAN
dimana mereka tidak hanya unggul dalam
Latar Belakang
pengetahuan, namun memiliki sikap dan keterampilan yang memadai. Tolak ukur
Kegiatan pembelajaran di sekolah meliputi
dari keberhasilan pembelajaran mengenai
beberapa komponen yang saling berkaitan
dongeng ini terlihat ketika siswa dapat
yaitu pendidik (guru), peserta didik (siswa),
memahami isi dan pesan moral dongeng,
kurikulum
mampu
dan
media
pembelajaran.
menceritakan
kembali,
dan
Sinergitas antar komponen pembelajaran
menyebutkan contoh nilai dongeng dan
tersebut dapat menciptakan kegiatan belajar
dapat menerapkannya dalam kehidupan
menjadi
sehari-hari.
lebih
learning).
bermakna
Sebagai
(meaningfull
contoh,
keberadaan
sebuah kurikulum sebagai alat mencapai
Mengutip pandangan teori perkembangan
tujuan pembelajaran hendaknya didukung
kognitif Piaget yang menyatakan bahwa
dengan profesionalisme guru, antusiasme
siswa sekolah dasar yang
siswa dan media pembelajaran yang tepat. Pembelajaran
yang
bermakna
berada pada rentang usia 7-12 tahun, mereka
membuat siswa tidak hanya mengerti materi
berada pada tahap enaktif sehingga belum
pelajaran.Akan tetapi, siswa juga dapat
dapat berpikir secara abstrak. Dengan kata
memahami transfer nilai di dalamnya sepertihidden penanaman dilakukan materi
curriculum nilai-nilai
guru
ketika
mendongeng.
karakter
berupa dapat
menyampaikan Sesuai
dengan
kurikulum 2013 yang saat ini mulai diberlakukan, materi mendongeng mulai dikenalkan dengan siswa sejak mereka duduk di kelas awal sekolah dasar. Titik terang dari implementasi kurikulum 2013 yaitu melalui scientific approachdan juga
lain, anak butuh benda konkret untuk membantunya
mengikuti
alur
berpikir.
Sehingga, seorang pendidik hendaknya tidak melupakan pentingnya keberadaan media. Penggunaan media pembelajaran disadari oleh praktisi pendidikan sangat membantu aktivitas proses pembelajaran baik di dalam maupun luar kelas, terutama peningkatan hasil belajar siswa (Nana Sudjana dan
Ahmad Rivai, 2005: 2). Dengan demikian,
Dengan
dalam mendongengpun diperlukan sebuah
pembelajaran
fun
media yang menunjang. Upaya sederhana
memudahkan
siswa
dan kontributif dilakukan dengan membuat
pelajaran Bahasa Indonesia maupun
inovasi media pembelajaran mata pelajaran
pembelajaran tematik khususnya materi
Bahasa
mendongeng.
Indonesia
atau
pembelajaran
menggunakan
media
story belajar
pop-up mata
tematik berupafun story pop-up,yaitu buku pop-up sebagai sarana mendongeng. Tiga
2. Guru
poin unggulan dari media ini antara lain:
Dengan adanya media pembelajaran fun
buku pop-up ini praktis digunakan serta
story
mudah
(fullcolor)
memberikan masukan kepada guru kelas
berbentuk dua dan tiga dimensi yang dapat
atau guru pengampu mata pelajaran
menambah interaktifitas antusiasme siswa,
Bahasa Indonesia agar dapat menjadikan
dan selain itu siswa dapat menggunakannya
media ini sebagai bahan pertimbangan
secara mandiri maupun berkelompok.
dalam
dibawa,
tampilan
latar
dirumuskan
bagaimana
belakang
di
menghasilkan
Pembelajaran
penggunaan
KAJIAN PUSTAKA Media Pembelajaran
untuk
mendongeng yang layak digunakan siswa
Secara umum media pembelajaran adalah alat bantu proses belajar mengajar. Dalam
sekolah dasar?.
memilih Tujuan
media
pembelajaran,
perlu
disesuaikan dengan kebutuhan, situasi, dan dari
penulisan
ini
ingin
menghasilkan media pembelajaran fun story pop-up sebagai media pembelajaran untuk mendongeng siswa sekolah dasar. Manfaat Penulisan Adapun manfaat dari pengembangan fun story pop-up ini adalah:
kondisi masing-masing. Ada tiga kategori bentuk media pembelajaran (Yusufhadi Miarso, 2005: 462), yaitu: 1. Media penyaji, yaitu media yang mampu menyajikan informasi: grafis, bahan cetak, dan gambar diam. 2. Media objek, yaitu benda tiga dimensi yang dalam
1. Siswa
serta
atas
media pembelajaran fun story pop-up
Tujuan
pemilihan
dapat
karakteristik siswa yang diajar.
Berdasarkan
Media
diharapkan
media pembelajaran yang sesuai dengan
Rumusan Masalah
sebagai
pop-up
mengandung bentuk
informasi,
penyajiannya
tidak tetapi
melalui ciri fisiknya. Media objek ini
meliputi dua kelompok, yaitu objek
Walau
yang sebenarnya dan objek pengganti.
memfokuskan diri pada menciptakan objek
3. Media interaktif.
atau
demikian
origami
benda.sedangkan
lebih
pop-up
lebih
Karakteristik dari kelompok ini ialah
cenderung pada pembuatan mekanis kertas
bahwa
yang dapat membuat gambar tampak secara
siswa
tidak
hanya
memperhatikan penyajian atau objek,
lebih
berbeda
baik
dari
tetapi dipaksa untuk berinteraksi selama
perspektif/dimensi,
pembelajaran berlangsung.
hingga dapat bergerak yang disusun sealami
perubahan
sisi bentuk
mungkin (Ann Montanaro, 2000). Dengan Penulisan ini untuk mengembangkan media pembelajaran yang termasuk kategori media penyaji dalam kelompok grafis dan media objek dalam kelompok objek pengganti karena media pembelajaran ini memiliki
demikian,
fun
story
pop-up
dapat
memberikan visualisasi yang lebih menarik. Mulai dari tampilan gambar yang terlihat lebih memiliki dimensi, gambar yang dapat bergerak ketika setiap halamannya dibuka.
bentuk penyajian visual diam dibuat dengan melalui proses gambar dan memperagakan
Karakteristik Anak Sekolah Dasar
pesan yang ditampilkan secara langsung. Perkembangan kognitif masa kanak-
Media pembelajaran fun story pop-up juga termasuk dalam kategori media objek
kanak akhir (7-12 tahun) berada dalam operasi konkret pada masa ini anak mampu
tiruan.
berpikir
logis
mengenai
obyek
dan
kejadian, meskipun terbatas pada hal-hal
Fun Story Pop-Up
yang siafatnya konkret, dapat digambarkan Pop-up book is a book that offers the
atau pernah dialami. Meskipun sudah
potential for motion and interactive through
mampu berpikir logis, tetapi cara berpikir
the use of paper mechanisms such as fold,
mereka masih berorientasi pada kekinian
scrolls, slides, tabs, or wheels (Nancy dan
Jean Piaget (1896-1980 dalam Rita Eka
Rondha, 2012: 1). Jadi dalam hal ini pop-up menyajikan visualisasi dengan bentukbentuk yang dibuat dengan melipat dan sebagainya.
Buku
pop-up
merupakan
sebuah buku yang memiliki bagian yang dapat bergerak atau memiliki unsur 3 dimensi. Sekilas pop-up hampir sama dengan origami dimana kedua seni ini mempergunakan teknik melipat kertas.
Izzaty, 2008: 117). Dunia sosio-emosional mereka menjadi semakin kompleks dan berbeda dengan masa sebelumnya.Anakanak senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, dan senang melakukan sesuatu secara langsung atau
memperagakannya.
Ditinjau
dari
proses perkembangan siswa, aspek afektif siswa juga berkaitan dengan proses belajar.
Konsekuensinya,
hasil
untuk menanamkan berbagai nilai dan etika
sangat
kepada anak, bahkan untuk menumbuhkan
bergantung kepada kualitas proses belajar
rasa empati. Misalnya nilai kejujuran,
siswa tersebut, baik di lingkungan sekolah
rendah hati, kesetiakawanan, kerja keras,
dan di lingkungan yang lebih luas.
maupun tentang berbagai kebiasaan sehari-
perkembangan
kualitas sosial
siswa
hari seperti pentingnya makan sayur dan Dari beberapa paparan di atas mengenai
menggosok gigi.
karakteristik siswa sekolah dasar tersebut mendorong guru agar dalam melaksanakan
Dongeng dapat menjadi langkah awal untuk
pembelajaran
menumbuhkan minat baca anak. Setelah
dapat
memuat
unsur
keterlibatan siswa di dalamnya. Dimana
tertarik
keterlibatan tersebut yakni berupa belajar
diceritakan oleh guru, anak diharapkan
dalam kelompok kecil dan permainan.
mulai menumbuhkan ketertarikannya pada
Selain itu, hendaknya guru memberikan
buku. Diawali dengan buku-buku dongeng
pengalaman
yang kerap didengarnya, kemudian meluas
belajar
kepada
anak-anak
pada
berbagai
buku-buku
lain
dongeng
seperti
yang
secara langsung dengan lingkungan sebagai
pada
buku
sumber belajarnya. Misalnya ketika guru
pengetahuan, sains, agama, dan sebagainya.
mendongeng dengan bantuan alat peraga
Dongeng tak hanya bisa disampaikan
dari buku pop-up, maka siswa akan
melalui lisan saja tetapi juga bisa dengan
membayangkan karakter-karakternya serta
alat peraga, contohnya yaitu dengan media
siswa pun dapat menggunakan dengan
fun story pop-up ini. Alat- alat pada media
gurunya sehingga ada interaktifitas.
fun story pop-up mencakup suatu panggung kecil sebagai setting tempat suatu lakon
Mendongeng
yang tokoh-tokohnya dibawakan dengan
Menurut sejarah, sebelum ada sekolah
boneka tangan. Boneka tangan tersebut
formal,
terbuat dari kain dan kayu yang dibuat
pendidikan
yang
berprogram
muatan lokal telah dilaksanakan oleh para
seperti
orang tua peserta didik dengan metode drill
menyerupai
dan
serta
pahlawan dan lain-lain sesuai dengan cerita
berdasarkan berbagai pengalaman yang
yang dibawakan. Anak juga diharapkan
mereka hayati. Bahan yang diajarkan ialah
dapat lebih mudah menyerap berbagai nilai
bahan yang diambil dari berbagai keadaan
karena para tokoh cerita dalam dongeng
yang ada dialam sekitar. Sedangkan kriteria
tersebutlah yang diharapkan menjadi contoh
keberhasilannya ditandai dengan mereka
atau teladan bagi anak.
dengan
trial
and
error
telah dapat hidup mandiri. Cerita atau dongeng merupakan media yang efektif
bentuk
setengah binatang,
Tematik Integratif
badan
yang
tokoh-tokoh
Secara
sederhana,
kurikulum
tematik
Muhammad
Nuh,
Menteri
merupakan kurikulum yang memuat konsep
Indonesia
pembelajaran terpadu yang menggunakan
Bersatu menegaskan bahwa Kurikulum
tema untuk mengaitkan beberapa mata
2013
pelajaran
mempersiapkan generasi Indonesia 2045
sehingga
dapat
memberikan
periode
Pendidikan
dirancang
tepatnya
100
Kabinet
Indonesia
sebagai
upaya
pengalaman bermakna pada para peserta
yaitu
tahun
Indonesia
didik (Muryanti, dkk, 2010: vi).
merdeka, sekaligus memanfaatkan populasi usia produktif yang jumlahnya sangat
Melalui pembelajaran tematik, guru harus mengintegrasikan beberapa mata pelajaran
melimpah agar menjadi bonus demografi dan tidak menjadi bencana demografi.
yang berkaitan satu sama lain ke dalam tema tertentu. Dalam pernyataan lain pun
Pernyataan-
dikatakan bahwa dengan pembelajaran
mengindikasikan
tematik, guru dapat memberikan ruang
pembelajaran tematik yang terdiri dari
penuh kepada siswa untuk mengeksplorasi
beberapa
gagasannya serta memunculkan dinamika
dipadukan, dapat membuat peserta didik
dalam pendidikan (Ibnu Hajar, 2013: 22).
mendapat pengalaman langsung dan lebih
Kurikululum
bermakna (meaningfull learning).
2013
pembelajaran
yang
tematik
memuat
pernyataan
di
bahwa
mata
pelajaran
atas dengan
yang
saling
menerapkan
pembelajaran tema yang lebih actual dan
PEMBAHASAN
kontekstual dalam kehidupan sehari-hari.
Media pembelajaran merupakan sarana
Menurut Lara Fridani (2009: 47), pada
dalam kegiatan pembelajaran, dan juga
pembelajaran tematik ini, guru dan peserta
menjadi
didik
komunikan (guru) dan komunikator (siswa).
mendapatkan
keuntungan
di
antaranya:
Komunikasi
1. Kegiatan pembelajaran lebih fokus pada
2. Mendorong peserta didik menemukan
dapat
meningkatkan
berbagai kompetensi dasar antarberbagai materi pelajaran. 4. Peserta didik mendapatkan pemahaman materi secara lebih mendalam, konkret dan nyata.
tidak
antara
hanya
namun
pesan
itu
dapat
memberikan penerapan sikap rasa malu khususnya untuk siswa sekolah dasar
pengetahuannya sendiri. didik
disini
komunikasi
penyampaian pesan berupa materi-materi pelajaran
proses.
3. Peserta
perantara
sebagai generasi penerus. Menurut Dede Martino, dosen Universitas Jambi dalam seminarnya beliau menyampaikan bahwa nilai karakter terbangun ketika ada rasa malu, dan nilai-nilai karakter juga sangat abstrak untuk dinilai, namun sangat besar maknanya, jika dianalogikan nilai karakter
itu seperti sebuah pohon kokoh yang
Seperti
berasal dari benih yang subur. Pohon yang
dikemukakan oleh Jerome S. Bruner,
kokoh dapat menjadi pondasi yang kuat,
siswa
dan benih yang subur itu berasal dari benih
enaktif.dimana
yang selalu disiram dan diberi pupuk.
secara aktif dengan bantuan benda-
Demikian halnya siswa sekolah dasar,
benda konkret atau situasi yang nyata.
secara continue dan sejak dini nilai karakter
Artinya dibutuhkan sebuah media yang
ditanamkan maka akan semakin kuat pula
mampu menarik antusiasme siswa yang
nilai
Melalui
dapat menjadikan situasi belajar aktif.
pendidikan salah satunya, banyak sekali hal
Seperti media fun story pop-up ini yang
yang bisa kita lakukan dalam menamkan
dirancang dengan menuntut keaktifan
karakter, sebagai pemuda hendaknya kreatif
siswa.
karakter
memberikan
itu
mengakar.
solusi
kontributif
untuk
teori
SD
Pembelajaran
yang
berada
pada
tahap
siswa
dapat
belajar
3. Analisis tugas pembelajaran
pembangunan karakter.Sehingga penulis
Materi dongeng mulai diajarkan di kelas
mengembangkan media pembelajaran fun
satu semester dua.
story pop-up. 4. Desain Produk Adapun
pengembangan
pembelajaran
fun
menggunakan
story
model
media pop-up
ini
pengembangan
Sugiyono yang terdiri dari 6 tahap meliputi:
Dari hasil analisis tersebuat dijadikan pedoman bagaimana merancang sebuah media pembelajaran yang menarik dan dapat memudahkan siswa belajar serta
1. Analisis lingkungan belajar Dari
hasil
diskusi
praktis digunakan oleh guru.menarik dengan
disini harus sesuai dengan prinsip desain
seorang guru diketahui bahwa siswa
pembelajaran yang disampaikan oleh
membutuhkan suasana yang baru ketika
Fleming dan Levie (Asri Budiningsih,
belajar serta guru pun membutuhkan
2000: 21), pertama prinsip kesiapan dan
media
dapat
motivasi dalam media ini diberikan
belajar
tujuan pembelajaran yang diharapkan
yang
digunakan mengajar.
penulis
praktis dalam
namun proses
Mendongeng
yang
tidak
serta
disediakan
sebuah
pengantar.
hanya membutuhkan kepiawaian dalam
Kedua yaitu prinsip pemusat perhatian,
mendongeng
alat
media fun story pop-up dibuat ada
dalam
animasi pop-up yang dibuat dari kertas
peraga
juga
untuk
dibutuhkan
mendukung
mendongeng. 2. Analisis karakteristik siswa
untuk menarik perhatian siswa.Prinsip yang ketiga yaitu keaktifan siswa, dalam media fun story pop-up ini tidak hanya
guru yang dapat menggunakan tetapi
- Halaman 3-4: Pengantar
siswa juga bisa turut aktif ketika memainkan pop-up. Prinsip keempat prinsip perulangan disini dalam media ini menyajikan resume serta disediakan game engklek sebagai intisari dari dongeng tersebut. Selain itu untuk memudahkan siswa dalam belajar, materi yang disampaikan harus sesuai dengan silabus dan praktis digunakan oleh guru, sehingga dihasilkan sebuah rancangan desain sebagai berikut:
Gambar 4: Halaman Pengantar fun story pop-up - Halaman 5 – 12: Kisah, konsep dari fun story pop-up ini adalah ketika setiap halaman dibuka akan muncul bentuk 3D. Di dalam halaman tersebut tersedia
- Halaman Depan (cover), tulisan yang
papan dongeng dan alur ceritanya.
ada disesuaikan dengan nilai yang akan
Adapun
disampaikan.
menggunakan kertas yang dibentuk 3D
penokohan
dengan
pula.
Gambar 2: cover fun story pop-up - Halaman 1-2 : halaman pembuka
Gambar 3: Halaman Pembuka fun story pop-up
Gambar 5: Isi fun story pop-up
Gambar 6: Isi fun story pop-up2
agar lebih berkesan, ketiga mengajak interaktifitas siswa dalam penggunaannya,
- Halaman 13 : Resume berupa permainan engklek sederhana dan mini. Permainan
siswa dapat menggunakan secara mandiri maupun berkelompok.
ini terdapat di akhir cerita buku fun story pop-up. Ini dilengkapi magnet tipis di
Media fun story pop-up ini juga memiliki
belakang permukaannya, kemudian cara
kelemahan
memainkannya yaitu siswa melempar
bakunya sendiri dari kertas sehingga tingkat
pin, kemudian dilihat pin tersebut
keawetannya juga masih kurang.
yaitu
ditinjau
dari
bahan
menempel di kotak mana, selanjutnya siswa membaca dan memahami bersama
SIMPULAN
tulisan tersebut. Di bawah ini hanya
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan
rancangan desain kasar yang nantinya
bahwa
akan dilengkapi gambar nyata.
komponen pembelajaran seperti begitu
-
perlunya
pentingnya
peran
sinergisitas
media
antar
pembelajaran
dalam mewujudkan integritas nilai-nilai karakter. Karena proses pendidikan menjadi bagian
dalam
penanaman
nilai-nilai
karakter. Perkembangan ilmu dan teknologi harus
menuntut
para
pemuda
kreatif
memanfaatkan sebagai sumber belajar. Seperti media fun story pop-up ini bisa dijadikan sebagai alternatif oleh guru untuk digunakan sebagai media mendongeng Gambar 7: Game Engklek fun story popup
siswa
sekolah
dasar
sehingga
dapat
membantu dalam proses pembangunan Pop-up
Kelebihan dan kelemahan
karakter
untuk
membangun
generasi emas 2045 yang tidak hanya Kelebihan dari media ini adalah yang
cerdasa secara kognitif tapi juga cerdas
pertama buku pop-up ini praktis digunakan
karakternya. Perlunya kontinuinitas dalam
serta mudah dibawa, kedua buku pop-up
menanamkan karakter melalui berbagai
berbeda dengan buku pada umumnya
cara, berbagai strategi dan berbagai media.
karena memiliki dimensi ketika buku itu dibuka sehingga menambah antusiasme siswa
serta
terdapat
game
sederhana
mengenai intisari dari dongeng tersebut
PUSTAKA RUJUKAN Arief S. Sadiman dkk. 2005. Media Pendidikan:
Pengertian,
Pengembangan
dan
Pemanfaatannya.
Jakarta:
SD/MI
Raja
kelas
1
Semester
I.
Jakarta:
Grafindo.
Grafindo Persada. Rita Eka Izzaty dkk. 2008. Perkembangan Borg, Walter dan Gall, Meredith. 1983. Educational
Research:
Introduction
Peserta Didik. Yogyakarta: UNY
An
4thed.New
Press.
York: Sugiyono.
Longman.
2010.
Metode
Penelitian:
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Budiningsih C. Asri. 2003. Desain Pesan
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Pembelajaran. Yogyakarta: UNY Suparman, Devi, S. 2010. Jadilah Pembimbing dan Guru
bagi
Panduan
Putra Emosi,
Putri
Anda:
Intelek,
atwi.
2010.
Desain
Instruksional.
Jakarta:
Penerbit
Universitas Terbuka.
dan
Keterampilan. Bandung: NUANSA.
Yusufhadi Miarso. 2004. Menyemai Benih Teknologi
Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar
Pendidikan.
Jakarta:
2013.
Panduan
Kencana.
Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Ibnu Kemenpora. 2011. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Jakarta: Kemenpora
Hajar.
LengkapKurikulum Tematik Untuk SD/MI. Jogjakarta: Diva Press.
Montanaro, Ann R. 2000. Pop-up and
Movable
Books.
Scarecrow
Lara Fridani dan Ape Lestari. 2009. Inspiring Education; Kisah Inspiratif
Press.
Pembelajaran Anak Usia Sekolah Munadi,
Yudhi.
2008.
Media
Pembelajaran, Sebuah Pendeketan Baru. Ciputat: Gaung Persada Press. Muryanti,
dkk.
2010.
Buku
tematik;
Kebersihan dan Kesehatan untuk
Dasar.
Jakarta:
Komputindo
Elex
Media