Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat ISSN.2541-3805, ISSN 2541-559X
PENGEMBANGAN SENTRA USAHA BERBASIS KOPI MOKA ORGANIK DAN PARIWISATA PEDULI LINGKUNGAN DI SAMIGALUH KULON PROGO, DIY Edy Sriyono1, Harimurti Prawirohardjo2, B. Tresno Sumbodo3, Sri Yuniyarti4 2.
1. Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Janabadra Program Studi Ekonomi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Janabadra 3. Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra 4. Program Studi Teknik Lingkungan, STTL”YLH”Yogyakarta
Email :
[email protected],
[email protected],
[email protected],
[email protected]
ABSTRAK Pengembangan Sentra Usaha Berbasis Kopi Moka Organik dan Pariwisata Peduli Lingkungan di Samigaluh Kulon Progo dilatarbelakangi adanya potensi hasil perkebuan kopi dan pariwisata di Desa Sidoharjo. Potensi tersebut berupa kopi moka. Potensi pariwisata diantaranya adalah: Air Terjun Sidoharjo, Puncak Kendil, dan Puncak Suroloyo. Tujuan kegiatan ini adalah mengembangkan sentra usaha berbasis kopi moka organik dan pariwisata peduli Lingkungan menuju kemandirin ekonomi daerah di Desa Sidoharjo. Strategi pendekatan yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan kombinasi bottom-up dan top down, apa yang dibutuhkan oleh masyarakat disinergikan dengan program yang sudah dicanangkan oleh pemerintah daerah yang terangkum dalam RPJMD 2011-2016. Kegiatan pengembangan infrastruktur, diawali dengan pengukuran rencana pengembangan kawasan pariwisata di lahan seluas 5000 m2. Master plan ini akan digunakan sebagai pedoman tata ruang dalam Pengembangan Sentra Usaha Berbasis Kopi Moka Organik dan Pariwisata Peduli Lingkungan. Penampung Air Hujan (PAH) dibangun dan digunakan sebagai suplai kebutuhan air bersih pada beberapa fasilitas yang berada dalam pengembangan kawasan pariwisata. Di bidang pertanian, dibuat demplot kopi moka dengan pengadaan bibit sebanyak 750 batang, sebagai persiapan display pariwisata perkebunan kopi moka dan sarana pembelajaran perkebuan kopi moka. Pelatihan pembibitan tanaman kopi moka dilaksanakan dengan teknik sambung pucuk dan stek. Pelatihan kepariwisataan dan lingkungan meliputi : Motivasi Usaha Ekonomi Rumah Tangga, Cara Produksi Makanan yang Baik, Penganekaragaman Produk Olahan Buah Lokal, Zat Aditif Dalam Bahan Makanan. Penatakelolaan wilayah agrowisata dengan pemasangan Papan Penunjuk Arah di beberapa tempat menuju Kawasan Pariwisata dan Sentra Kopi Moka. Untuk menunjang pariwisata peduli lingkungan juga dipasang Bak Sampah di beberapa tempat. Kata kunci: Sentra usaha, Kopi Moka Organik, Pariwisata, dan Lingkungan ABSTRACT Development Central Effort Based on Organic Coffee Mocca and Caring Environment Tourism at Samigaluh Kulon Progo DIY Background Development Central Effort Based on Organic Coffee Mocca and Caring Environment Tourism at Samigaluh Kulon Progo, it by potential of coffee plantation product (such as coffee mocca) and tourism potential at Sidoharjo Village. The tourism potential such as The Sidoharjo Waterfall, Puncak Kendil and Puncak Suroloyo. The purpose of this activity is to 46
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat ISSN.2541-3805, ISSN 2541-559X
develop central of organic coffee mocca effort and caring environment tourism go in to economic region independence at Sidoharjo Village. Approachment strategic used to achieve the purpose, with combination “bottom up” and “top down”, what is community needed egree with local government program are there RPJMD 2011-2016. Infratructure development activities, early with measuring of development plant tourism area widely about 5000m2. This master paln will use as layout directive on “development central effort based on organic coffee mocca and Caring Environment Tourism”. Saving rain water build up and used to supply for fresh water at many facilities around tourism development area. In Agriculture sector, will make coffee mocca demplot with provisioning seedling amount 750 stems, as display preparation of coffee mocca platation tourism and learning medium for coffee mocca plantation. Coffee mocca plant nursery coaching implemented by Cleft Grafting and stems technic. Tourism and environment coaching are covered : the household economic effort motivation, How to produce a good food, Varieties of local fruits product, aditif added on food. The management of Agrowisata zone to do with installation direction board at many place go in the direction tourism area and coffee mocca central to support Caring Environment Tourism, laid the trash at many places. Keywords : Central effort, Organic coffee mocca, tourism, environment
LATAR BELAKANG 1.1.Kondisi Existing Wilayah Desa Sidoharjo Kecamatan Samigaluh Wilayah Sidoharjo diproyeksikan sebagai kawasan terpadu untuk pengembangan Agro dan Wisata. Sudah barang tentu, itu semua memerlukan ide-ide cemerlang, khususnya dari masyarakat kampus untuk turut membantu pembenahan infrastruktur yang diperlukan. Peluang ini terbuka pula untuk para dosen melaksanakan program penelitian dan pengabdian masyarakat dari berbagai disiplin ilmu. Desa Sidoharjo ini mempunyai panorama alam yang menakjubkan, dan sebenarnya merupakan daerah perkebunan kopi tua (sejak era kolonial Belanda), selain itu juga untuk kakao, cengkeh, teh dan kelapa. Bukan hanya itu, ternyata desa ini juga menyimpan beragam potensi wisata yang cukup kaya. Selain wisata agro (kopi dan kakao khususnya) yang dikelola oleh rakyat, terdapat wisata alam yang cukup atraktif yakni: Air Terjun di dusun Cemani, Sunrise di puncak dusun Madigondo, Sunset di puncak Pungangan, Puncak Kendil dimana para pengunjung juga bisa melihat Yogyakarta atau Magelang malam hari yang begitu indah dan masih banyak lagi lainnya yang masih tersembunyi. 1.
Sejarah Perkebunan Kopi dan Kakao Kopi Moka organik yang merupakan kontaminasi media (tanah) antara kopi dan kakao, mempunyai sejarah panjang. Pada tahun 1825-1830 di Perbukitan Menoreh, Belanda melakukan penanaman Kopi dan Kakao secara paksa di beberapa daerah seperti: Pedukuhan Kampong, Pedukuhan Tanjung, Pedukuhan Promasan, Kopen, Pedukuhan Kajoran, Samigaluh, dan lain-lain. Kopi Moka artinya sama dengan Kopi Java dan hanya ada di bukit 47
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat ISSN.2541-3805, ISSN 2541-559X
Menoreh. Kopi moka ditanam dengan susunan 2 baris tanaman kopi sejajar, kemudian diselingi 1 baris tanaman kakao sejajar, dan begitu seterusnya. Pada era Presiden Soekarno, sekitar tahun 1950an, pakar dari Belanda datang untuk memastikan keberadaan Kopi Moka di bukit Menoreh Indonesia. Pada tahun 1983 pakar dari Belanda (Prof. Vanden Ler, Prof. Ketty, dan Prof. Mei) ditemani Muchtar Hadikusuma datang ke perbukitan Menoreh. Mereka transit di Sendangsono, kemudian menyusuri daerah di Kecamatan Kalibawang dan Samigaluh hingga ke Suroloyo.Setelah Indonesia mengalami swasembada pangan pada era Presiden Soeharto keberadaan Kopi Moka terlantarkan. Baru 7 tahun terakhir ini sejak tahun 2008 keberadaan Kopi Moka mulai tertelusuri kembali dan dengan berbagai usaha untuk mengembalikan kesuksesan legendaris Kopi Moka yang ada di perbukitan Menoreh Indonesia. 2.
Kelompok Tani Ngudi Mulyo Para petani kopi moka organik di Dusun Madigondo, Sidoharjo, Samigaluh tergabung dalam Kelompok Tani Ngudi Mulyo. Kelompok Tani Ngudi Mulyo ini beranggotakan 88 petani kopi moka organik, dengan jumlah pohon kopi 29.346 batang.
3. Klinik Konsultasi Pertanian (KKP) Semua petani kopi moka organik yang tergabung dalam Kelompok Tani Ngudi Mulyo menjadi anggota Klinik Konsultasi Pertanian (KKP). Tetapi tidak semua pengurus KKP Dusun Madigondo adalah petani kopi moka organik. KKP ini lebih banyak berperan pada tanggung jawab teknik produksi dan pengadaan Saprotan (sarana produksi pertanian). Ada 12 orang tenaga kerja produksi, yang terdiri dari tenaga kerja tetap 4 orang dan tenaga kerja tidak tetap 8 orang yang merupakan warga sekitar. Mereka mempunyai waktu kerja 7 jam per hari. Upah mereka berdasarkan Hari Orang Kerja, yaitu sebesar Rp. 35.000,per hari dan Rp. 20.000,- apabila hanya bekerja setengah hari. Kantor KKP masih menempati rumah salah seorang penduduk yang kebetulan juga menjadi pengurus. Kepengurusan KKP ini berasal dari 4 Kecamatan yaitu: Samigaluh, Sentolo, Kalibawang, dan Wates. Kepengurusan ini terdiri dari: Ketua I, Ketua II, Sekretaris I, Sekretaris II, Bendahara I, Bendahara II, Advokasi & Pemberdayaan Masyarakat, Seksi Humas, dan Koordinator Wilayah. 4. Air Terjun Sidoharjo Air Terjun ini berada di Pedukuhan Gonolangu, Desa Sidoharjo, Kecamatan Samigaluh. Air terjun ini memiliki ketinggian sekitar 75 meter, dan belum banyak dikenal sehingga masih 48
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat ISSN.2541-3805, ISSN 2541-559X
sangat alami. Air terjun mengalir sangat indah saat musim hujan. Saat musim kemarau aliran air terjun ini ditutup oleh penduduk setempat karena digunakan untuk irigasi pertanian di atas bukit. Tetapi aliran air terjun ini akan dibuka kembali apabila ada wisatawan yang berkunjung sehingga mereka tetap bisa menikmati indahnya Air Terjun Sidoharjo ini. 5. Puncak Kendil Puncak Kendil merupakan bagian dari Pegunungan Menoreh yang menjadi tempat terbaik untuk menikmati indahnya panorama alam berupa perkebunan rakyat dan wilayah sekitar Magelang. Puncak Kendil juga menyuguhkan indahnya Candi Borobudur yang tampak berdiri menjulang diantara titik-titik hijau pepohonan. Para pengunjung juga bisa melihat indahnya Kota Yogyakarta atau Magelang pada malam hari. Selain itu di tempat ini kita bisa melihat Sunset.
6. Puncak Suroloyo Puncak Suroloyo atau Gunung Suroloyo juga merupakan tempat wisata terkenal di Kulon Progo yang letaknya di daerah Pegunungan Menoreh Kecamatan Samigaluh. Banyak pecinta wisata pegunungan berkunjung ke tempat ini untuk mendaki gunung. Pada tanggal 1 Suro tempat ini selalu dijadikan tempat ritual oleh penduduk setempat atau penduduk Yogyakarta yang ingin mencapai suatu hajat tertentu, tentu bagi yang mempercayainya. Dari Puncak Suroloyo dapat dilihat Candi Borobudur Magelang dengan pemandangannya yang indah.
Sunrise di Puncak Suroloyo
Sunset di Puncak Suroloyo
7. Kondisi Air Bersih Pedukuhan Madigondo, Desa Sidoharjo, Kecamatan Samigaluh yang akan dijadikan Pengembangan Sentra Usaha ini, seluruh warganya bermukim di daerah yang sulit air, terutama air bersih baik di musim penghujan dan terlebih di musim kemarau. Hal ini terjadi karena di Pedukuhan Madigondo tidak ada sumber mata air. Sebagian warga sejak tahun 1986 sampai saat ini sudah membuat Penampung Air Hujan (PAH) di 5 titik, 3 PAH masih berfungsi namun tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari, terutama di musim kemarau. Ada 3 kepala keluarga yang 49
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat ISSN.2541-3805, ISSN 2541-559X
berusaha membuat sumur gali sampai dengan kedalaman 23 m, hanya 1 sumur yang dapat menghasilkan air. Ada sebuah mata air Nglerak Pringkudo di Pedukuhan Nglambur yang bisa dimanfaatkan, namun jarak dari Pedukuhan Madigondo sekitar 8 km sehingga membutuhkan pipa yang sangat panjang untuk bisa mengalirkan airnya. 8. Bekas Kantor UPP Kopi Madigondo Di Pedukuhan Madigondo ada lahan seluas 5.000 m2 milik Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian Republik Indonesia. Di atasnya berdiri 3 bangunan yang sudah dalam kondisi rusak. Oleh Dinas Pertanian dan Kelautan Kulon Progo sudah diserahkan secara lisan kepada Kelompok Tani Ngudi Mulyo yang dipimpin bapak Dukuh Suradi. Saat ini bangunan tersebut dalam keadaan kosong tidak ditempati. Sayang sekali kalau bangunan tersebut tidak dimanfaatkan.
MASALAH Dua aspek kewilayahan yang menjadi sumber persoalan prioritas untuk ditangani, yaitu aspek Pertanian dan aspek Wisata. Dua aspek inilah yang diusulkan untuk dikelola secara maksimal sehingga bisa mewujudkan kemandirian ekonomi Desa Sidoharjo yang berbasis pada pertanian dan pariwisata (agro wisata) unggulan yang berdaya saing dan berkelanjutan bertumpu pada pemberdayaan masyarakat sesuai dengan Visi dan Misi pembangunan daerah Kulon Progo butir 3 serta sesuai dengan Program Prioritas Bupati Tahun 2015 dan 2016. Permasalahan-permasalahan prioritas telah disepakati bersama antara Pemerintah Kabupaten Kulon Progo dengan Universitas Janabadra Yogyakarta dan STTL ”YLH” Yogyakarta untuk ditangani melalui program selama tiga tahun. Berdasarkan rapat antara Pemerintah Daerah Kulon Progo yang dalam hal ini diwakili oleh Pengurus Kelompok Tani Ngudi Mulyo; Pengurus Klinik Konsultasi Pertanian (KKP); Petugas Penyuluh Lapangan (PPL); Dukuh Madigondo; dan sebagian warga bersama tim dari Universitas Janabadra yang diwakili oleh Sardi, S.T., M.T. selaku Ketua LP3M dan 3 orang dosen yaitu Dr. Ir. Edy Sriyono, M.T., Drs. Harimurti Prawirohardjo, M.M. dan Ir. Tresno Sumbodo, M.Si. dan STTL ”YLH” Yogyakarta yang diwakili oleh Ir. Sri Yuniyarti, M.Par. pada hari Kamis tanggal 2 April 2015, telah disepakati prioritas masalah yang akan diprogramkan selama 3 tahun.
METODE PELAKSANAAN Strategi pendekatan yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan prioritas adalah dengan metode kombinasi bottom-up dan top down. Pendekatan bottom-up dilakukan dengan metode survey oleh Tim ke lapangan dan berkomunikasi langsung dengan masyarakat. Dari hasil survey diperoleh informasi penting mengenai “apa yang dibutuhkan oleh masyarakat di wilayah
50
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat ISSN.2541-3805, ISSN 2541-559X
tersebut” sehingga program/kegiatan yang akan dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan permintaan masyarakat. Sedangkan pendekatan top down adalah mensinergikan program yang sudah dicanangkan oleh pemerintah daerah yang terangkum dalam RPJMD 2011-2016 dan bekerjasama dengan masing-masing Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) terutama dengan Dinas Pertanian dan Kelautan serta Dinas Pariwisata Kulon Progo yang nantinya akan mengawal kegiatan di lapangan agar terjadi sinkronisasi dan tidak tumpang tindih (overlap). Hasil dari kedua pendekatan tersebut akan digunakan untuk memecahkan Dua aspek kewilayahan yang menjadi sumber persoalan prioritas untuk ditangani, yaitu aspek Pertanian dan aspek Wisata di Kecamatan Samigaluh tersebut agar sesuai dengan Visi dan Misi pembangunan daerah Kulon Progo butir 3 serta sesuai dengan Program Prioritas Bupati Tahun 2015 dan 2016. Berdasarkan analisis situasi sebagaimana telah dijelaskan pada Bab 1 dan rapat bersama antara Pemerintah Daerah Kulon Progo bersama Universitas Janabadra dan Akademi Pariwisata Indraphrasta pada hari Kamis tanggal 2 April 2015, maka sesuai dengan Permasalahan Prioritas Yang Disepakati, berikut ini adalah solusi yang ditawarkan untuk menyelesaikan permasalahan prioritas selama 3 tahun tersebut. Tabel 1.1. Program Yang Disepakati Untuk Menyelesaikan Permasalahan Prioritas
No 1.
Program Peningkatan Infrastruktur Wilayah
2.
Peningkatan Ipteks bagi masyarakat Pemanfaatan Potensi SDM dan SDA Penatakelolaan Wilayah Agro Wisata
3.
4.
a. b. c. d. 1. 2.
Kegiatan Pembangunan Penampung Air Hujan (PAH) Pembangunan Kaptering (Bangunan Penangkap Mata Air) Pembangunan Pipa Air Bersih dari mata air Nglerak Pringkudo Renovasi Bekas Kantor UPP Kopi Madigondo sebagai Pusat Informasi Agro Wisata Pembuatan Web Pusat Informasi Agro Wisata Sertifikasi Organik terhadap Produk Kopi Moka
a. Pelatihan Sistem Pertanian Organik b. Pelatihan Penatakelolaan Obyek Wisata dan Homestay c. Pelatihan Pemandu Wisata dan MC Bahasa Jawa a. Pengembangan Pesona Budaya dan Kesenian • Pelatihan Mocopat • Pengadaan Gamelan (Gender, Slentem, Siter, Suling dan Gambang) b. Pengembangan Pesona Alam dan Lingkungan • Pembuatan Papan Penunjuk Arah Menuju Obyek Wisata • Penyediaan Tempat Sampah • Pembangunan Sanitasi • Pembuatan Poster Peduli Lingkungan c. Pengembangan Pesona Kuliner • Pengadaan Mesin Packaging Kopi Moka • Pelatihan Pemasaran Makanan Tradisional dan Produk Souvenir d. Pengembangan Pesona Sejarah Diponegoro • Pembuatan Papan Penunjuk Arah Menuju Masjid Suroloyo • Pembuatan Papan Penunjuk Arah Menuju Sendangsono
51
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat ISSN.2541-3805, ISSN 2541-559X
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinjauan Lapangan dan Rapat Koordinasi Pelaksanaan Setelah penandatanganan Surat Perjanjian Penugasan Dalam Rangka Pelaksanaan Program Hibah Pengabdian Tahun Anggaran 2016 Nomor: 48/D.4/LP3M/V/2015, pada tanggal 23 Mei 2016 dan diterimanya dana termin I sebesar 70 % (Rp. 70.000.000,-) pada tanggal 19 Juli 2016, maka Tim Pelaksana yang terdiri dari: Dr. Ir. Edy Sriyono, M.T. selaku Ketua Tim, Drs. Harimurti Prawirohardjo, M.M. selaku Anggota 1, Ir. B. Tresno Sumbodo, M.Si. selaku Anggota 2, dan Ir. Sri Yuniyarti, M.Par. selaku Anggota 3 segera mengadakan tinjauan ke lapangan dan rapat koordinasi pelaksanaan. Tinjauan lapangan Tim Pelaksana ke lokasi pengabdian dilaksanakan pada tanggal 28 Juli 2016, dan sesampainya di lokasi didampingi oleh beberapa tokoh masyarakat. Dalam acara tinjauan ke lokasi ini, dibicarakan mengenai langkah-langkah pelaksanaan program beserta pengadaan material/bahan dan tenaga kerja. Gambar 3.1 memperlihatkan foto koordinasi dengan tim pelaksana program.
Gambar 3.1. Foto koordinasi Tim Pelaksana Program Setelah tinjauan lapangan dan koordinasi dengan tim pelaksana program dilaksanakan, dilanjutkan dengan Rapat Koordinasi pelaksanaan pengabdian dengan BAPPEDA Kulon Progo pada tanggal 1 Agustus 2016. Dalam acara rapat koordinasi ini, Tim Pelaksana melaporkan mengenai langkah-langkah pelaksanaan program pengabdian beserta pengadaan material/bahan dan tenaga kerja. Dibicarakan juga mengenai partisipasi/keikutsertaan masyarakat dalam proses pelaksanaan program. Pihak BAPPEDA menyampaikan terima kasih kepada Perguruan Tinggi atas partisipasinya dalam membangun pengembangan pariwisata di Kulon Progo. Gambar 3.2 berikut ini memperlihatkan foto saat rapat koordinasi pelaksanaan program dengan BAPPEDA Kulon Progo.
Gambar 3.2. Foto koordinasi Tim Pelaksana dengan BAPPEDA Kulon Progo 52
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat ISSN.2541-3805, ISSN 2541-559X
2. Pembuatan Master Plan Pengembangan Kawasan Pariwisata Kegiatan pelaksanaan program ini, diawali dengan dilakukannya pengukuran rencana pengembangan kawasan pariwisata seluas 5000 m2. Pengukuran terdiri dari: kountur, situasi, tampang memanjang, dan tampang melintang. Selanjutnya dilakukan pembuatan master plan pengembangan kawasan pariwisata yang terdiri dari: • Konsep Master Plan Pengembangan Pariwisata • Master Plan Pengembangan Pariwisata Gambar 3.3. menunjukkan Konsep Pembuatan Master Plan Pengembangan Pariwisata dan Gambar 3.4. menunjukkan Master Plan Pengembangan Pariwisata. 3. Pengadaan Papan Penunjuk Arah, Bak Sampah, dan Bibit Kopi Moka Sesudah Master Plan Pengembangan Pariwisata disetujui, selanjutnya ditindaklanjuti dengan kegiatan pengadaan Papan Penunjuk Arah dan Bibit Kopi Moka sebanyak 750 batang. Papan Penunjuk Arah bermanfaat untuk menunjukkan arah menuju Kawasan Pariwisata dan Sentra Kopi Moka. Sedangkan bibit kopi moka akan ditanam di demplot perkebunan kopi moka yang akan digunakan sebagai display pariwisata perkebunan kopi moka dan sarana pembelajaran perkebunan kopi moka.
Gambar 3.3. Konsep Master Plan Pengembangan Kawasan Pariwisata
53
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat ISSN.2541-3805, ISSN 2541-559X
Gambar 3.4. Master Plan Pengembangan Kawasan Pariwisata
54
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat ISSN.2541-3805, ISSN 2541-559X
Gambar 3.5 menunjukkan pengadaan Papan Penunjuk Arah yang telah dibuat dan akan dipasang di tempat-tempat strategis guna mengarahkan pengunjung ke tempat-tempat wisata dan sentra kuliner kopi moka. Gambar 3.6 menunjukkan pengadaan bibit kopi moka yang telah dipersiapkan dan akan ditanam di demplot perkebunan.
Gambar 3.5. Pengadaan Papan Penunjuk Arah dan Bak Sampah
Gambar 3.6. Pengadaan Bibit Kopi Moka
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pengamatan selama pelaksanaan program sampai dengan saat ini, dapat disampaikan beberapa kesimpulan dan saran sebagai berikut ini. 1. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat, merupakan salah satu kewajiban bagi para dosen di perguruan tinggi untuk melaksanakannya, terbukti sangat dirasakan manfaatnya bagi masyarakat. 2. Masyarakat mendapatkan manfaat yang berupa transfer ilmu pengetahuan dan teknologi, disamping tentu saja manfaat didapatkannya bangunan infrastruktur yang berupa penampung air hujan (PAH) dan sanitasi.
55
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat ISSN.2541-3805, ISSN 2541-559X
3. Dengan adanya partisipasi/keterlibatan dari masyarakat secara langsung selama proses pelaksanaan program, maka rasa memiliki terhadap bangunan infrastruktur tersebut menjadi besar sehingga timbul pula rasa untuk memelihara bangunan tersebut. Saran 1. Master Plan Pengembangan Pariwisata yang sudah dibuat kiranya dapat dijadikan sebagai pedoman kegiatan pembangunan pariwisata di Desa Sidoharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo. 2. Adanya Demplot Pertanian kiranya dapat dijadikan sebagai sarana edukasi bagi para wisatawan. 3. Dengan mengembangkan sentra usaha berbasis kopi moka organik dan pariwisata peduli Lingkungan diharapkan dapat menciptakan kemandirin ekonomi daerah.
DAFTAR PUSTAKA Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud RI. (2013). Panduan Pelaksanaan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat di Perguruan Tinggi Edisi IX. Pemerintah Kabupaten Kulon Progo. (2014). Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Peraturan Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2011-2016. Pemerintah Kabupaten Kulon Progo. (2015). Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2015 Kabupaten Kulon Progo. Republik Indonesia. (2014). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.
SESI TANYA JAWAB Nama Pemakalah Tresno Sumbodo
Nama Penanya Marlon Leong
Asal Institusi
Isi Pertanyaan
Jawaban
Unika Soesijapranata
Bagaimana tim mengatasi kemungkinan konflik yang muncul ketika ada usaha dari tim untuk mendampingi masyarakat dalam tata kelola wisata ketika ada EO dari jakarta yang sudah masuk dan mengelola bidang wisata ?
Ada berbagai obyek wisata yang baru, kalo dilihat marketnya belum sepadan dengan tempat wisata lain. Dengan hadirnya EO, membantu pengenalan market yang lebih luas. Obyek wisata disana hanya terjangkau untuk warga masyarakat lokal, belum sampai ke internasional. Kalau ada EO yang datang yang membawa EO adalah agen masyarakat, sehingga masyarakat tidak menggangap konflik tetapi dimanfaatkan. Ketika ada profit nanti untuk masyarakat disana.
56