PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU MEWARNAI TENTANG POHON BAKAU UNTUK ANAK 6-8 TAHUN DALAM KONTEKS EMPOWERING MASYARAKAT MENTAWAI SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
\
Oleh: Mespin Zulian Samaloisa NIM: 121134244 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU MEWARNAI TENTANG POHON BAKAU UNTUK ANAK 6-8 TAHUN DALAM KONTEKS EMPOWERING MASYARAKAT MENTAWAI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
\
Oleh: Mespin Zulian Samaloisa NIM: 121134244 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN Skripsi ini dipersembahkan untuk: 1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu setia menyertai dan memberiku kekuatan jasmani dan rohani. 2. Kedua orang tua tercinta: Bapak Mesta Samaloisa dan Ibu Nursi Berisigep, yang selalu memberikan perhatian dan kasih sayang yang tulus. 3. Kelompok Bakti Kasih Kemanusiaan (KBKK) yang telah memberikan beasiswa dan perhatian kepada peneliti selama studi di PGSD Universitas Sanata Dharma. 4. Kakak Maria Nojalni Samaloisa yang telah memberikan dukungan dan nesehat; Adek Holmestius Samaloisa dan Norpin Samaloisa yang selalu mendukung dan menyemangati; Sahabat terdekat Florentina Nainggolan yang selalu mendukung dan menyemangati. 5. Teman-temanku PGSD angkatan 2012 yang turut membantuku dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Almamaterku: Universitas Sanata Dharma
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
“Berdoalah seperti segalanya bergantung kepada Tuhan. Bekerjalah seperti segalanya bergantung kepadamu”. (Santo Agustinus)
Non Scholae sed Vitae Discimus
“Berusahalah bukan hanya menjadi orang sukses, tetapi juga bermanfaat”. (Albert Eistein)
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU MEWARNAI TENTANG POHON BAKAU UNTUK ANAK 6-8 TAHUN DALAM KONTEKS EMPOWERING MASYARAKAT MENTAWAI Mespin Zulian Samaloisa Universitas Sanata Dharma 2016 Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan yang diawali dengan adanya potensi dan masalah terkait dengan kurangnya kesadaran masyarakat Mentawai mengkonservasi pohon bakau. Masalah yang peneliti lihat adalah adanya kebiasaan masyarakat yang melakukan penebangan pohon bakau secara liar untuk bahan bangunan dan kayu bakar. Oleh sebab itu, peneliti terdorong melakukan penelitian pengembangan prototipe buku mewarnai tentang pohon bakau untuk anak 6-8 tahun dalam konteks empowering masyarakat Mentawai”.Tujuannya untuk menerangkan proses pengembangan dan mendeskripsikan kualitas prototipe buku mewarnai. Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research&Development). Penelitian ini menggunakan enam langkah R&D menurut Sugyono yang meliputi: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain dan (6) uji coba desain. Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan produk berupa prototipe buku mewarnai dengan judul “Memelihara Istana Bakau di Mentawai”. Buku mewarnai tersebut terdiri dari 14 kumpulan gambar-gambar pohon bakau dan berbagai jenis ikan yang hidup di area pohon bakau yang diberi keterangan dengan menggunakan bahasa Mentawai. Prototipe buku divalidasi oleh seorang validator dengan latar belakang ilmu kelautan dan perikanan. Hasil validasi adalah 51 (sangat baik) sehingga layak diujicobakan. Uji coba dilakukan kepada 23 siswa di SDK St Fransiskus Sikabaluan. Uji coba dilakukan baik di dalam maupun di luar kelas. Hasil persepsi siswa seusai uji coba adalah 86.9% siswa mengetahui bahwa pohon bakau yang tidak terawat dapat menyebabkan terjadinya erosi, 93.3% siswa mengerti salah satu cara memelihara pohon bakau adalah dengan tidak mencabutnya sembarangan, 95.6% siswa menyadari tentang pentingnya mencintai lingkungan sekitar. Kata kunci: pengembangan, buku mewarnai, empowering, pohon bakau
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT THE PROTOTYPE DEVELOPMENT OF COLORING BOOK ABOUT MANGROVES FOR 6-8 YEARS OLD CHILDREN IN EMPOWERING CONTEXT OF MENTAWAI SOCIETY Mespin Zulian Samaloisa Sanata Dharma University 2016 This research is a research and development which is begun by the potential and the problems related to the lack of awareness of Mentawai’s society in conserving mangrove trees. The problem that the researcher found was the society’s habit on doing mangroves illegal logging for building materials and firewood. Therefore, the researcher is compelled to do a research on prototype development coloring book about mangrove for 6-8 years old children on empowering context of Mentawai community. This research is aimed to explain the process of development and to describe the quality of prototype coloring book. This type of this research is research and development research (Research and Development). This research uses six R & D paces according to Sugyono that includes: (1) the potential and the problems, (2) the data collection, (3) the product design, (4)the design validation , (5) the design revision and (6) the products trial. The purpose of this research is to produce of prototype coloring book entitled “maintaining the mangroves palace in Mentawai”. The coloring book consists of 14 pictures of mangrove and various species of fish that live in the mangrove trees area in which the explanations used are Mentawai Language. Prototype book was validated by a validator whom master in marine science and fishery .The result of validation was 51 ( very good) so it is feasible to be tried out. The trial was done to 23 students in St. Francis Sikabaluan elementary school. The trial was done both at home and outside the classroom. The result of the students’ perception after the trial was 86.9 percent of the students know that mangroves which are not maintained properly can cause the erosion. 93.3 percent of the students understand that one of the ways to take care of the mangrove is by not revoking wild. 95.6 percent of students are aware of the importance of loving the environment. Keywords: development, coloring books, empowering, mangroves
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRA KATA Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa (TYME), karena atas berkat dan rahmatnya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU MEWARNAI TENTANG POHON BAKAU UNTUK ANAK 6-8 TAHUN DALAM KONTEKS EMPOWERING MASYARAKAT MENTAWAI. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Peneliti menyampaikan perhargaan dan ucapan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu serta memberikan motivasi dalam penyusunan skripsi ini sampai selesai. Pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih kepada: 1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma 2. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., SS., BST., M.A., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma. 3. Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum., Dosen Pembimbing I yang telah memberikan saran, kritik, dorongan, semangat, waktu, pikiran, dan tenaga untuk membimbing peneliti dalam menyelesaikan skripsi. 4. Wahyu Wida Sari, S.Si., M. Biotech., Dosen Pembimbing II yang telah memberikan kritik, saran, semangat, waktu, pikiran dan tenaga untuk membimbing peneliti dalam menyelesaikan skrispi.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Seluruh dosen dan staff karyawan Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan pelayanan prima selama perkuliahan. 6. Antonius Samino, S.Ag selaku Kepala Sekolah SDK St.Fransiskus Sikabaluan yang sudah mengijinkan peneliti dalam melakukan penelitian demi terselesaikannya skripsi ini. 7. Para guru dan seluruh siswa-siswi SDK St.Fransiskus Sikabaluan yang sudah meluangkan waktunya bersama peneliti saat mengikuti uji coba produk skripsi ini. 8. Validator yang berkenan memvalidasi produk skripsi ini dengan memberikan komentar dan saran demi perbaikan kualitas produk yang dikembangkan peneliti. 9. Merpin Saogo dan Agustinus Aris, teman penelitian kolaboratif, yang samasama berjuang serta saling menyemangati dan memberikan masukan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. 10. Kelompok Bakti Kasih Kemanusiaan (KBKK) yang telah memberikan perhatian, kasih sayang, dan cinta kepada peneliti selama studi di PGSD Universitas Sanata Dharma. 11. Romo Madya Utama, SJ sebagai bapak rohani peneliti yang telah mendampingi peneliti selama studi di PGSD Sanata Dharma. 12. Kedua orang tua tercinta (Bapak Mesta Samaloisa dan Ibu Nursi Berisigep) yang selalu memberikan perhatian dan kasih sayang dengan tulus.
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... ………………………………………………………. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................iii HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv HALAMAN MOTTO ....................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ......... vii ABSTRAK ......................................................................................................viii ABSTRACT ...................................................................................................... ix PRA KATA ........................................................................................................ x DAFTAR ISI ...................................................................................................xiii DAFTAR TABEL ......................................................................................... xvii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................xviii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xix BAB I PENDAHULUAN…………………………………………… ...... ……1 1.1 Latar Belakang Masalah ........................ ……………………………..1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 5 1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 5 1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………………. 6 1.5 Definisi Operasional ............................................................................. 7 1.6 Spesifikasi Produk yang Diharapkan ................................................. .. 8 BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................... 10 2.1 Kajian Pustaka…………………………………………………………… 10 2.1.1 Kepulauan Mentawai ............................................................................... 10 2.1.1.1 Geografis Pulau Sikakap dan Pulau Sikabaluan .......................... 10 xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.1.1.2 Latar Belakang Penduduk Masyarakat Mentawai ....................... 12 2.1.1.3 Latar Belakang Pendidikan Masyarakat Mentawai ..................... 14 2.1.2
Pohon Bakau sebagai Salah Satu Sumber Hayati Kepulauan Mentawai ................................. 15 2.1.2.1 Definisi Pohon Bakau ................................................................ 15 2.1.2.2 Manfaat Pohon Bakau ............................................................... 17 2.1.2.3 Bahaya Pengikisan Pohon Bakau .............................................. 18
2.1.3
Pendidikan sebagai Sarana Empowering .............................................. 20 2.1.3.1 Pendidikan Empowering ............................................................ 20 2.1.3.2 Empowering dalam Pembelajaran ............................................. 23
2.1.4
Perkembangan Anak Usia 6-8 Tahun .................................................. 25 2.1.4.1 Psikologis Perkembangan Anak Usia 6-8 Tahun ..................... 25 2.1.4.2 Ciri Sosiologis Anak Usia 6-8 Tahun ...................................... 28
2.1.5
Peran Media Pembelajaran dalam Konteks Pendidikan Arti Media .... 29 2.1.5.1 Pengertian Media ...................................................................... 29 2.1.5.2 Tujuan dan Manfaat Media Pembelajaran ................................ 30 2.1.5.3 Macam-Macam Media .............................................................. 31
2.2
Penelitian yang Relevan………………………………………… .... …33
2.3
Kerangka Berpikir ................................................................................ 35
2.4
Pertanyaan Penelitian ........................................................................... 37
BAB III METODE PENELITIAN ………………………...…..……………38 3.1 Jenis Penelitian …. ...................................................................................... 38 3.2 Setting Penelitian ....................................................................................... 38 3.2.1 Tempat penelitian ............................................................................. 38 3.2.2 Subjek Penelitian ............................................................................. 39 3.2.3 Objek Penelitian ............................................................................... 39 3.2.4 Waktu Penelitian .............................................................................. 39
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.3 Prosedur Pengembangan ............................................................................ 39 3.4 Uji Coba Produk ......................................................................................... 43 3.5 Instrumen Penelitian ................................................................................... 43 3.6 Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 51 3.7 Teknik Analisis Data .................................................................................. 51 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 53 4.1 Hasil Penelitian …………………….. ........................................................ 53 1. Potensi dan Masalah ............................................................................. 53 2. Pengumpulan Data ............................................................................... 55 3. Desain Produk ...................................................................................... 62 4. Validasi Desain .................................................................................... 66 5. Revisi Desain ....................................................................................... 68 6. Uji Coba Produk ................................................................................... 69 a. Uji Coba Prototipe Buku di Sikabaluan ......................................... 69 b. Uji Coba di Sikakap ....................................................................... 71 4.1.2
Deskripsi Kualitas Prototipe Buku Mewarnai ...................................... 73
4.2 Pembahasan ………………………………………………………… .... 75 1. Prototipe Berisi Gambar-gambar Biota Laut yang Bergantung pada Keberadaan Pohon Bakau ………………………........................ 77 2. Prototipe menjadi Sarana Pendidikan Cinta Lingkungan Hidup Demi Masa Depan Mentawai yang Lebih Baik……………………. . 78 3. Prototipe Dikembangkan dalam Bentuk Buku Gambar yang Sesuai dengan Karakteristik Anak Usia 6-8 Tahun………………… . 80 4. Kelebihan dan Kekurangan Produk ………………………… ..... ……82
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN………… ....... 84 A. Kesimpulan ……………………………………………………….. .... 84 B. Keterbatasan …………………………………………………………. 85 C. Saran …………………………………………………………………. 86 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….....87 LAMPIRAN …… ............... ………………….………………………………90 RIWAYAT PENELITI . .............................................................................. 128
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
Tabel 1. Kisi-Kisi Instrumen Pra-Penelitian untuk Guru … . ……………. 44 Tabel 2. Lembar Pertanyaan untuk Guru ..................................................... 44 Tabel 3. Kisi-Kisi Instrumen Pra-Penelitian untuk Anak ............................ 45 Tabel 4. Pertanyaan Pra-Penelitian untuk Anak .......................................... 46 Tabel 5. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Persepsi Siswa Terhadap Kualitas Buku Mewarnai ............................................... 46 Tabel 6. Instrumen Penelitian Persepsi Siswa Terhadap Kualitas Buku Mewarnai ............................................... 47 Tabel 7. Lembar Validitas Kuesioner kepada Guru ..................................... 49 Tabel 8. Lembar Validitas Kuesioner kepada Anak .................................... 50 Tabel 9. Skala Likert .................................................................................... 52 Tabel 10. Data Kuesioner Pra Penelitian untuk Guru. ................................. 56 Tabel 11. Hasil Rekapan Kuesioner Pra Penelitian untuk Guru .................. 57 Tabel 12. Data Kuesioner Pra Penelitian untuk Anak ................................. 58 Tabel 13. Hasil Rekapan Kuesioner Pra Penelitian untuk Anak ................. 59 Tabel 14. Pedoman Kelayakan Pra Penelitian untuk Guru .......................... 60 Tabel 15. Hasil Validasi Instrumen Pra Penelitian untuk Guru .................. 60 Tabel 16. Pedoman Kelayakan Pra Penelitian untuk Anak ......................... 61 Tabel 17. Hasil Validasi Instrumen Pra Penelitian untuk Anak................... 61 Tabel 18. Presentase Respon Guru dan Siswa dalam Mengisi Kuesioner .. ......................................................... 61
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 19. Validasi Ahli Kelautan dan Perikanan ......................................... 66 Tabel 20. Pedoman Kelayakan Prototipe ..................................................... 67 Tabel 21. Instrumen Penelitian Persepsi Siswa Terhadap Kualitas Buku Mewarnai “Memelihara Istana Bakau di Mentawai” untuk Anak Usia 6-8 Tahun .. ..................................................... 73 Tabel 22. Tabel Analisis Instrumen Persepsi Siswa Terhadap Kualitas Buku .............................................................................. 75 Tabel 23. Hasil Rekapan Persepsi Siswa Terhadap Kualitas Buku Mewarnai............................................................. 76
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR Gambar
Halaman
Gambar 1. Bagan Penelitian yang Relevan… .............................................. 35 Gambar 2. Bagan Prosedur Pengembangan .. .............................................. 40 Gambar 3. Desain Cover Buku Mewarnai ................................................... 64 Gambar 4. Desain 14 Gambar dalam Buku Mewarnai “Memelihara Istana Bakau di Mentawai” ................................. 65 Gambar 5. Perbaikan Gambar ...................................................................... 68 Gambar 6. Bakau Berakar Tunjang yang Khas di Mentawai....................... 69 Gambar 7. Kegiatan Mewarnai Buku di Dalam Kelas ................................. 70 Gambar 8. Kegiatan Belajar di Luar Kelas (Pantai) .................................... 71 Gambar 9. Kegiatan Mewarnai Gambar Jenis Biota Laut ………………...72 Gambar 10. Kegiatan Menanam Pohon Bakau ........................................... 72
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Lampiran (1)
Halaman Kisi-Kisi Instrumen Pra-Penelitian untuk Guru dan Anak……………………………………..1
Lampiran (2)
Lembar Pertanyaan Pra Penelitian untuk Guru ………….2
Lampiran (3)
Lembar pertanyaan Pra Penelitian untuk Anak ............... 8
Lampiran (4)
Lembar Validitas Kuesioner kepada Guru ...................... 10
Lampiran (5)
Lembar Validitas Kuesioner kepada Anak ...................... 12
Lampiran (6)
Lembar Kuesioner Validasi Buku oleh Ahli Kelautan dan Perikanan .......................................... 14
Lampiran (7)
Instrumen Penelitian Persepsi Siswa Terhadap Kualitas Buku Mewarnai “Memelihara Istana Bakau di Mentawai” untuk Anak Usia 6-8 Tahun ......... 16
Lampiran (8)
Presensi Kehadiran Workshop “Empowering “ Masyarakat Mentawai dalam Konteks Ekologi, Konservasi, dan Spritualitas ........................................... 25
Lampiran (9)
Presensi Kehadiran Selebrasi Konservasi Mangrove ..... 27
Lampiran (10)
Tabel Jadwal Penelitian .................................................. 29
Lampiran (11)
Hasil Kegiatan Anak Saat Uji Coba Mewarnai Gambar 30
Lampiran (12)
Foto Kegiatan Uji Coba di dalam Kelas ......................... 35
Lampiran (13)
Foto Kegiatan di Luar Kelas ........................................... 38
Lampiran (14)
Biodata Diri .................................................................... 39
xx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan (1) latar belakang masalah, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, (5) spesifikasi produk yang diharapkan, dan (6) definisi operasional. 1.1 Latar Belakang Masalah Kabupaten Kepulauan Mentawai khususnya di Pulau Sikabaluan dan Sikakap memiliki salah satu kekayaan alam yaitu ekosistem bakau yang tersebar di seluruh pantainya. Selain itu, Mentawai merupakan sebuah daerah kepulauan yang hampir sebagian besar bibir pantainya ditumbuhi dengan pohon bakau. Pada tahun 2007 dan 2010, terjadi gempa bumi dan bencana tsunami yang menyapu bersih semua daerah di bibir pantai selatan kepulauan Mentawai. Tsunami yang terjadi pada tahun 2007 dan 2010 menghancurkan daerah di sekitar pesisir pantai sehingga banyak masyarakat yang meninggal dan kehilangan sumber daya alamnya. Hal tersebut terjadi karena masyarakat di sekitar pantai kurang menyadari pentingnya memelihara pohon bakau sehingga menjadi rentan terhadap tsunami. Berdasarkan pengamatan peneliti sebagai salah satu warga masyarakat dari Sikakap melihat bahwa masyarakat di sana maupun di pulau-pulau lain (seperti di Sikabaluan dan Siberut) kurang menyadari pentingnya mengkonservasi bakau. Sekarang ini, ada banyak ekosistem bakau berada dalam kondisi sangat memprihatinkan atau yang mengalami kerusakan. Kerusakan itu terjadi karena ulah masyarakat yang melakukan penebangan pohon bakau secara liar yang
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
mengakibatkan flora dan fauna khususnya biota laut yang hidup di sekitar bakau terancam punah. Mengatasi masalah ini, perlu ada kerja sama semua pihak baik di lingkungan masyarakat maupun sekolah. Kesadaran akan pentingnya menjaga kesatabilan atau keseimbangan ekologi lingkungan perairan pantai sangat berpengaruh terhadap kelestarian pohon bakau sehingga masyarakat khususnya anak-anak perlu mendapatkan pendidikan tentang konsep konservasi yang mendidik anak untuk mencintai lingkungan hidup. Menurut Suryono (2013: 18) manfaat bakau bisa dibagi menjadi 3 bagian yaitu dari segi fisik, biologis, dan ekonomis. Manfaat bakau dari segi fisik, untuk menjaga garis pantai agar tetap stabil, melindungi pantai dan sungai dari bahaya erosi dan abrasi, serta menahan badai atau angin kencang dari laut. Manfaat bakau dari segi biologis, yaitu sebagai tempat memijah dan berkembang biaknya ikanikan, kerang, kepiting dan udang; tempat berlindung, bersarang dan berkembang biak berbagai burung dan satwa lain. Sedangkan manfaat bakau secara ekonomis adalah bakau bermanfaat untuk dijadikan kayu bakar, arang, bahan bangunan, bahan baku industri (pupl, tanin, kertas, tekstil, makanan, obat-obatan, kosmetik). Selain itu bakau juga dapat dijadikan sebagai tempat untuk pembibitan ikan, kerang, kepiting, serta tempat wisata, penelitian dan pendidikan. Berdasarkan gagasan di atas, peneliti mencari data-data awal tentang pemahaman guru dan anak usia 6-8 tahun di Sikabaluan tentang: (1) manfaat bakau bagi masyarakat, (2) bahaya jika merusak pohon bakau, (3) upaya-upaya yang sudah dilakukan untuk mengkonservasi pohon bakau, dan (4) sarana yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
diperlukan untuk menyadarkan atau memberdayakan (empowering) masyarakat tentang pentingnya mengkonservasi pohon bakau. Caranya: peneliti membagikan kuesioner kepada 23 anak kelas 1-3 SD St.Fransiskus Sikabaluan pada bulan Februari 2015. Peneliti mendapatkan data: 56.52% anak menjawab pohon bakau yang tidak terawat dapat membahayakan kehidupan ikan-ikan, 69.57% anak menjawab bahwa pohon bakau yang tidak terawat dapat menyebabkan pantai menjadi rusak, 73.91% anak menjawab bahwa pohon bakau yang tidak terawat dapat menyebabkan terjadinya erosi, 96.65% anak mengatakan bahwa perlu buku panduan tentang cara memelihara pohon bakau supaya tidak rusak. Kuesioner juga peneliti bagikan kepada 14 guru di SD St.Fransiskus Sikabaluan pada bulan Februari
2015. Hasilnya adalah: 100% guru melihat
adanya kerusakan pohon bakau di sekitar pantai yang dilakukan oleh masyarakat dengan cara menebang pohon bakau sembarangan, 92.86% guru mengetahui kerusakan ekosistem bakau dapat menyebabkan terjadinya bahaya erosi dan abrasi, 91.6 % guru menjawab tidak pernah mendapat penyuluhan tentang cara meremajakan bakau, 83.3% guru menjawab jika mereka tidak pernah mengajarkan tentang pentingnya memelihara pohon bakau kepada anak-anak, dan 100% guru menyadari bahwa mereka memerlukan buku panduan yang dapat digunakan untuk menyadarkan anak tentang manfaat pohon bakau. Data-data tersebut menjadi acuan bagi peneliti melakukan penelitian pengembangan dengan menyusun prototipe berupa buku mewarnai berjudul “Memelihara Istana Bakau di Mentawai”. Tujuannya menggugah kesadaran anak di Mentawai agar bersedia merawat kelestarian pohon bakau (empowering) yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
menjadi salah satu kekayaan hayati kepulauan Mentawai. Prototipe buku yang dikembangkan berupa buku mewarnai karena dapat dijadikan sebagai
media
edukasi untuk membantu perkembangan anak pada usia 6-8 tahun yang sedang berada pada tahap operasional kokret dan intuitif. Kekhasan anak pada tahap tersebut menurut Piaget adalah mampu memperoleh pengetahuan secara simbolik melalui media tertentu dalam memahami sesuatu. Prototipe buku mewarnai yang dikembangkan peneliti dapat menjadi salah satu sarana untuk membantu siswa memperoleh persepsi atau pengetahuan tentang manfaat dan pentingnya merawat pohon bakau. Dengan demikian anak-anak tersebut diharapkan dapat menjadi generasi pembaharu yang memiliki kebiasaan menjaga kelestarian pohon bakau. Inilah konsep empowering (pemberdayaan) yang peneliti maksudkan untuk merealisasikan ide dari Sastrapratedja (2013:14) tentang pentingnya pendidikan yang membantu orang agar bertanggung jawab atas lingkungannya. Oleh sebab itu penelitian ini berjudul “Pengembangan Prototipe Buku Mewarnai Tentang Pohon Bakau untuk Anak 6-8 Tahun dalam Konteks Empowering Masyarakat Mentawai”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dapat dirumuskan sebagai berikut: 1.2.1
Bagaimana
prosedur
pengembangan
prototipe
buku
mewarnai
“Memelihara Istana Bakau di Mentawai” untuk anak 6-8 tahun dalam konteks empowering masyarakat Mentawai? 1.2.2
Bagaimana kualitas prototipe buku mewarnai “Memelihara Istana Bakau di Mentawai” membantu persepsi
anak 6-8 tahun tentang pentingnya
mencintai lingkungan sekitar (empowering). 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian pengembangan modul konservasi pohon bakau ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1.3.1
Menerangkan
proses
pengembangan
prototipe
buku
mewarnai
“Memelihara Istana Bakau di Mentawai” untuk anak 6-8 tahun dalam konteks empowering masyarakat Mentawai. 1.3.2
Mendeskripsikan kualitas prototipe buku mewarnai “Memelihara Istana Bakau di Mentawai” membantu persepsi anak 6-8 tahun tentang pentingnya mencintai lingkungan sekitar (empowering).
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1
Manfaat teoritis
1.4.2
Peneliti berharap, hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan yang positif dalam konteks pendidikan, khususnya untuk anak SD usia 6-8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6
tahun di Sikabaluan dan Sikakap agar dapat memahami tentang pentingnya mencintai lingkungan sekitar (empowering). 1.4.3
Manfaat Praktis
a. Peneliti 1.4.4
Penelitian ini dapat memberikan konfirmasi dan sumbangan pemikiran kepada masyarakat Sikabaluan dan Sikakap di Kepulauan Mentawai agar dapat mengkonservasi pohon bakau serta memahami tentang pentingnya mencintai lingkungan sekitar (empowering).
b. Guru Guru mendapatkan salah satu contoh berupa buku mewarnai agar dapat menyadarkan anak usia 6-8 tahun (kelas 1-3 SD) untuk memelihara dan merawat pohon bakau. c. Anak Anak usia 6-8 tahun (kelas 1-3) memiliki salah satu sumber buku mewarnai tentang pentingnya memelihara pohon bakau dan mencintai lingkungan sekitar (empowering). 1.5 Definisi Operasional a. Prototipe Prototipe/pro·to·ti·pe/ n model yg mula-mula (model asli) yg menjadi contoh; contoh baku; contoh khas. Prototype adalah model atau simulasi dari semua aspek produk sesungguhnya yang akan dikembangkan, model ini harus bersifat representative dari produk akhirnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
b. Buku mewarnai Buku mewarnai adalah buku yang digunakan sebagai media edukasi untuk menambah pengetahuan anak kelas bawah dengan cara mewarnai gambar. c. Pohon Bakau Pohon bakau adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa dan daerah pinggir tepi pantai yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut d. Anak usia 6-8 tahun Perkembangan anak pada usia 6-8 tahun umumnya berada pada tahap operasional kokret dan intuitif. Kekhasan anak pada tahap adalah mampu memperoleh pengetahuan secara simbolik melalui media tertentu dalam memahami sesuatu. Selain itu anak mampu memperoleh prinsipprinsip secara benar. Dia mengerti terhadap sejumlah objek yang teratur dan cara mengelompokkannya. Anak-anak pada usia 6-8 tahun dapat memahami dan mengelompokkan objek-objek tertentu dengan cara yang berbeda. e. Empowering Pendidikan yang dapat memberdayakan atau membantu orang agar dapat mengambil tanggung jawab atas kehidupannya dalam mencintai lingkungan sekitar dan tentang pentingnya merawat pohon bakau (empowering).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8
f. Pulau Sikabaluan dan Sikakap Pulau Sikabaluan dan Sikakap merupakan dua pulau terbesar dari Kepulauan Mentawai. Pulau Sikabaluan dan Sikakap merupakan daerah kepulauan yang memiliki sumber kekayaan hayati seperti pohon bakau, terumbu karang, rumput laut, berbagai jenis ikan. Kekayaan tersebut menjadi sumber mata pencaharian masayarakat Mentawai pada umumya. 1.6 Spesifikasi Produk yang diharapkan Spesifikasi produk yang dihasilkan adalah sebagai berikut: 1. Prototipe berupa buku mewarnai “Memelihara Istana Bakau di Mentawai” 2. Prototipe buku mewarnai terdiri dari cover, kata pengantar, daftar isi, 14 gambar, sumber kepustakaan. 3. Kata pengantar dalam prototipe buku berisi informasi tentang pohon bakau 4. Prototipe buku tersebut terdiri dari 14 gambar dengan keterangan berbahasa Mentawai di bawahnya. Ke- 14 gambar tersebut adalah gambar: pohon bakau dewasa (bakat), pohon bakau muda, pohon bakau kecil, ikan patcengau, ikan tuktukbekbek, ikan sikapla, ikan pamemelak, ikan labo,ikan bue, ikan butekbaga, ikan peddeman, lagguk,tuktuk, dan kopek. 5. Prototipe buku mewarnai dapat membantu anak mengekspresikan kreativitas untuk mewarnai gambar dengan aneka macam warna.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9
6. Prototipe buku berisi refleksi yang mengugah kesadaran anak (empowering) agar memiliki persepsi untuk mencintai pohon bakau yang menjadi salah satu kekayaan hayati masyarakat Mentawai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan diuraikan (1) Kajian Pustaka, (2) Penelitian yang Relevan dan (3) Kerangka berpikir. 2.1 KAJIAN PUSTAKA 2.1.1
Kepulauan Mentawai
2.1.1.1 Geografis Pulau Sikakap dan Pulau Sikabaluan Kabupaten Kepulauan Mentawai merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Barat dengan posisi geografis yang terletak di antara 0055’00’’–3021’00” Lintang Selatan dan 98035’00”–100032’00” Bujur Timur dengan luas wilayah tercatat 6.011,35 km2 dan garis pantai sepanjang 1.402,66 km. Secara geografis, daratan Kabupaten Kepulauan Mentawai ini terpisahkan dari Provinsi Sumatera Barat oleh laut, yaitu dengan batas sebelah utara adalah Selat Siberut, sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia, sebelah timur berbatasan dengan Selat Mentawai
serta
sebelah
barat
berbatasan
dengan
Samudera
Hindia
(mentawaikab.bps.go.id). Kondisi geografis kepulauan Mentawai yang kaya akan laut dan alamnya membuat masyarakat Mentawai banyak yang menjadi petani, nelayan, pedangang, dan berkebun. Petani dan peladang bekerja untuk mengolah hasil kebun, nelayan bekerja untuk mengolah hasil laut, seperti memancing ikan, menyelam, dan budidaya rumput laut, sedangkan pedagang bekerja untuk menampung semua hasil dari petani, peladang, dan nelayan. Kehidupan ini menjadi ciri khas masyarakat Mentawai karena 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11
keanekaragaman hayati yang tersedia mempermudah mereka untuk bertahan hidup sesuai dengan kemampuannya. Mentawai merupakan daerah kepulauan yang terdiri dari beberapa puluh pulau. Pulau yang paling besar ada tiga, yakni Pulau Siberut, Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara dan Pulau Pagai Selatan. Di antara ketiga pulau tersebut, pulau yang paling besar adalah Pulau Siberut dengan luas 4.480 km2. Sejak era otonomi daerah, pulaupulau Mentawai tidak lagi termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Padang Pariaman, melainkan menjadi kabupaten tersendiri, yaitu Kabupaten Kepulauan Mentawai dengan ibukotanya Tuapejat dan termasuk wilayah Provinsi Sumatra Barat. Pulau Sikabaluan dan Sikakap merupakan daerah kepulauan yang memiliki sumber kekayaan hayati seperti pohon bakau, terumbu karang, rumput laut, berbagai jenis ikan. Kekayaan tersebut menjadi sumber mata pencaharian masayarakat Mentawai pada umumya. Ekosistem pohon bakau dimanfaatkan untuk mencari kepiting, memijah ikan-ikan kecil, dan berbagai kebutuhan hidup lainnya, seperti kayu bakar, perabotan rumah, dll. Adanya terumbu karang yang masih terjaga menjadi mata pencaharian khusus bagi para nelayan untuk mendapatkan ikan, gurita, dan hasil laut lainnya yang bisa dijual. Sedangkan rumput laut biasanya dibudidayakan di sekitar tepi pantai yang lautnya tenang yang terlindungi oleh sekumpulan pohon bakau. Kecamatan Sikakap terletak di Kabupaten Kepulauan Mentawai Provinsi Sumatera Barat berjarak 150 meter dari lepas pastai Pulau Sumatera. Desa Sikakap sendiri mempunyai luas 202,3 Km2. Sejak lama Sikakap menjadi sebuah pusat kota
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12
bagi penduduk yang berada di kawasan Pagai Utara dan Selatan. Penduduknya mayoritas Mentawai, Batak, Jawa, Flores, Nias, Minang, dan sejumlah kecil orang kulit putih. Data Badan Statistik Kabupaten Kepulauan Mentawai tahun 2014 menunjukkan
bahwa
jumlah
penduduk
berjumlah
9.544
jiwa
(pencerahnusantara.org). 2.1.1.2 Latar Belakang Penduduk Masyarakat Mentawai Hidaya, Z. (1997: 182) mengemukakan bahwa masyarakat Mentawai dalam keadaan asalnya hidup dalam kesatuan sosial ekonomi yang sederhana, berdasarkan persamaan derajat, tidak ada kelompok pemimpin dan budak dikalangan mereka. Tanah yang subur dan kaya akan alam membuat masyarakat Mentawai dengan mudah mendapatkan makanan hasil ladang atau kebun dan hasil pantai. Pada zaman dahulu, cara hidup masyarakat Mentawai adalah mengelompok pada pemukiman yang disebut UMA. Namun sekarang khususnya di Sikakap, masyarakat sudah hidup seperti kebanyakan orang pada zaman ini. Secara tradisional, kehidupan sosial dan budaya masyarakat Mentawai menganut paham patrilinial, dimana interaksi sosial berpusat pada UMA (nama rumah adat Mentawai) yang memiliki kekuasaan tertinggi dalam lingkar budaya Mentawai. Secara kosmologis, masyarakat Mentawai sangat dipengaruhi oleh cara pandang dunianya (arat sabulungan) yang berdimensi religius yaitu menghormati dunia atau yang makhluk hidup dan alam raya di sekitarnya yang memiliki kekuatan gaib/roh (simagre). Oleh karenanya, manusia berkewajiban menjaga keserasian hubungan antara roh dan jasa untuk terhindar dari penyakit. Dalam rangka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13
menyeimbangkan roh dan raga tersebut, dilakukan upacara keagamaan pesta (punen) atau puliaijat yang dipimpin oleh para pemimpin adat (sikerei). Jadi secara etnografis, kehidupan masyarakat Mentawai sangatlah dekat dan bergantung pada alam karena menganut sistem kepercayaan yang percaya terhadap benda-benda dan tumbuhtumbuhan dianggap mempunyai jiwa dan roh yang dapat berfikir seperti manusia dan dipakai oleh masyarakat dalam bentuk larangan-larangan (tabu). Peneliti melihat bahwa kedekatan dan ketergantungan masyarakat Mentawai terhadap alam merupakan salah satu satu peluang yang baik untuk mengedukasi mereka tentang cara mengkonservasi alam. Kehidupan ekonomis masyarakat Mentawai masih menggantungkan diri terhadap hasil ladang (kebun), bercocok tanam, nelayan, dan pedagang. Masyarakat yang bekerja sebagai nelayan cenderung menjadikan ekosistem pohon bakau sebagai tempat mata pencaharian mereka untuk mencari kepiting, memancing ikan, dan sebagian ada yang membudidayakan rumput laut. Kepiting, ikan-ikan, dan rumput laut yang mereka dapatkan kemudian dijual kepada pedagang. akan tetapi juga dapat diolah sendiri (khususnya rumput laut). Masyarakat yang menjadi petani,
setiap hari bercocok tanam untuk
menghasilkan sagu, keladi, ubi-ubian yang menjadi makanan pokok penduduk Mentawai. Meskipun sekarang ada sebagian masyarakat yang mengolah lahan pertanian untuk menanam padi. Selain menjadi nelayan dan petani, sebagian masyarakat Mentawai ada yang berdagang. Pedagang ini biasanya menampung hasil para nelayan, petani, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14
masyarakat yang melakukan jual beli kebutuhan. Nelayan, petani, dan pedagang merupakan pekerjaan sehari-hari namun mereka belum bisa mengembangkan profesi ini secara maksimal karena keterbatasan pengetahuan dan banyak masyarakat yang tingkat pendidikannya masih rendah. 2.1.1.3 Latar Belakang Pendidikan Masyarakat Mentawai Latar belakang pendidikan masyarakat Mentawai secara umum masih berada di tingkat yang rendah. Sebelum masuknya pengaruh kebudayaan luar pada setengah abad yang lalu masyarakat Mentawai masih hidup dalam taraf peradaban neolitik. Mata pencaharian utama mereka adalah meramu sagu dan berburu. Setiap anak lakilaki sejak kecil sudah diajarkan untuk berburu sehingga kelak ketika sudah dewasa setiap anak laki-laki tersebut mengetahui cara berburu yang baik (Hidaya, 1997: 182). Dengan latar belakang budaya seperti ini, pendidikan bukan hal yang menjadi prioritas. Orang tua cenderung tidak mengijinkan anak-anaknya bersekolah karena bagi para orangtua berburu lebih penting dari pada bersekolah. Di beberapa kampung ada beberapa orangtua yang sampai saat ini masih buta huruf. Jika disimpulkan bahwa para orangtua yang hidup di desa-desa pada umumnya hanya sekolah dari kelas 1-5 SD atau paling tinggi tamat SD. Tingkat pendidikan yang rendah membuat mereka tidak berkompeten dalam mengelola kekayaan hayati yang ada di kepulauan Mentawai. Buktinya adalah mereka yang menjadi petani hanya sekedar mengetahui menanam dan memanen, yang menjadi nelayan hanya tau memancing, membom tanpa mengetahui akibat dari tindakannya, dan sebagian dari pedagang mengeksploitasi bakau dengan menjualnya sebagai perabot rumah dan kayu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15
bakar. Tingkat pengetahuan masyarakat yang rendah ini sangat memprihatinkan karena mereka tidak bisa merawat bakau dan sebagian kekayaan hayati lainnya. Peneliti berupaya menumbuhkan kesadaran para orang tua tentang pentingnya anak-anak mengenyam pendidikan. Selain itu, peneliti juga menghendaki agar anakanak dapat merawat bakau sebagai salah sayu kekayaan hayati di Mentawai. Masyarakat di Mentawai khususnya anak-anak perlu mendapatkan pendidikan yang layak dan baik agar mereka mendapatkan pemahaman mengenai alam, laut, dan lingkungan sekitar khususnya pohon bakau yang saat ini banyak mengalami keusakan. 2.1.2
Pohon Bakau sebagai Salah Satu Sumber Hayati Kepulauan Mentawai
2.1.2.1 Definisi Pohon Bakau Pohon bakau adalah jenis tanaman dikotil yang hidup di habitat payau atau individu jenis tumbuhan maupun komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah pasang surut. Hutan bakau juga dapat didefinisikan sebagai suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut (terutama di pantai yang terlindung, laguna, muara sungai) yang tergenang pada saat pasang dan bebas dari genangan pada saat surut yang komunitas tumbuhannya bertoleransi terhadap garam. Pohon bakau (mangrove) biasa ditemukan di sepanjang pantai daerah tropis dan subtropis, antara 32 Lintang Utara dan 38 Lintang Selatan (Suryono, 2013: 56). Pohon bakau (mangrove) merupakan ekosistem yang kompleks terdiri atas flora dan fauna daerah pantai, hidup sekaligus di habitat daratan dan air laut, antara batas air pasang dan surut. Selain itu, pohon bakau (mangrove) tumbuh subur dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16
luas di daerah delta dan aliran sungai yang besar dengan muara yang lebar. Bakau merupakan istilah yang sering dipakai untuk tumbuhan mangrove secara keseluruhan, namun nama ilmiahnya sendiri dari bakau adalah Rhizophora sp. Saputro et Al. (Suryono, 2013) mengatakan bahwa mangrove atau bakau adalah sekelompok tumbuhan, terutaman golongan halopit yang terdiri dari beragam jenis, dari suku tumbuhan yang berbeda-beda tetapi mempunyai persamaan dalam hal adaptasi morfologi dan fidiologi terhadap habitat tumbuhannya dan genangan pasang surut air laut yang mempengaruhinya. Pengertian tersebut hampir sama dengan pendapat Purnobasuki (2005) yang mengatakan bahwa mangrove adalah vegetasi hutan yang tumbuh pada tanah alluvial di daerah pantai dan sekitar muara sungai yang dipengaaruhi oleh arus pasang surut air laut dan juga tumbuh pada pantai karang atau daratan terumbu karnag yang berpasir tipis atau pada pantai berlumpur. Ciri-ciri lingkungan hutan mangrove adalah: a. Tumbuh pada daerah yang memiliki jenis tanah berlumpur, berlempung atau berpasir, b. Tergenang air laut atau air payau secara teratur, c. Terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat. Pohon bakau (mangrove) merupakan salah satu ekosistem yang khas dan unik. Tumbuhan-tumbuhan di ekosistem ini mempunyai akar yang berbeda dengan tumbuhan-tumbuhan di darat. Pohon bakau sendiri terbagi menjadi 3 yaitu pohon bakau kecil (bakat sigoisok dalam bahasa Mentawai), pohon bakau muda dan pohon bakau dewasa/tua. Biasanya pohon bakau kecil dimanfaatkan sebagai bibit karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
akarnya yang masih kecil sehingga mudah untuk dicabut dan dipindahkan ke tempat lain. Sedangkan pohon bakau muda dan tua yang memiliki akar kuat berfungsi sebagai peredam hantaman gelombang dan ombak. Kekuatan angin dan badai dahsyat akan berkurang ketika mencapai ekosistem pohon bakau yang memiliki hutan lebat (Gufran, 2012: 65). Jadi, pohon bakau (mangrove) perlu dijaga dan dirawat agar dapat tumbuh besar sehingga bisa melindungi pantai dari hantaman gelombang (tsunami) dan ombak. 2.1.2.2 Manfaat Pohon Bakau Tumbuhan pohon bakau selalu hijau dan terdiri dari bermacam-macam campuran apa yang mempunyai nilai ekonomis baik untuk kepentingan rumah tangga (rumah, perabot) dan industri (pakan ternak, kertas, arang). Beberapa manfaat dari pohon bakau menurut Suryono (2013: 71) adalah sebagai berikut: a. Peredam gelombang dan badai, pelindung abrasi, serta penahan lumpur dan sedimen, b. Menghasilkan serat untuk keset dan bahan bangunan (kayu), c. Menyediakan bahan baku untuk makanan, minuman, obat-obatan dan kosmetik, d. Menghasilkan bahan kimia: arang, bahan pewarna kain, retenone (bahan semacam racun yang digunakan untuk membunuh ikan hama atau ikan lain yang tidak dikehendaki), tanin, flavonoid (senyawa yang dapat mencegah serangan jantung dan kanker), gula alkohol, asam asetat, dan lain-lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18
e. Menghasilkan madu, kepiting, udang, tiram, kerang-kerangan dan ikan serta makanan bagi binatang. Pohon bakau (mangrove) juga merupakan tempat terbaik bagi budidaya ikan air payau dalam keramba. f. Memberikan tempat tumbuh untuk udang dan ikan yang berimigrasi ke area pohon bakau (mangrove) ketika muda, dan kembali ke laut ketika mendekati usia matang seksual. Selain itu udang karang dan ikan yang bereproduksi di hulu sungai (freshwater upstream) dan bermigrasi pada masa mudanya karena makanan berlimpah di daerah pohon bakau (mangrove). g. Sebagai
tempat
hidup
tuktukbekbek,sikapla,
jenis
ikan
pamemelak,
dan
kerang,
labo,bue,
seperti
patcengau,
butekbaga,
peddeman,
lagguk,tuktuk, dan kopek (diterjemahkan dalam bahasa Mentawai) h. Sebagai tempat wisata Jadi, Pohon bakau memiliki nilai yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan keberlangsungan hidup biota laut. 2.1.2.3 Bahaya Pengikisan Pohon Bakau Bahaya pengikisan pohon bakau bagi pantai merupakan sebuah bencana bagi masyarakat yang hidup di daerah tepi pantai khususnya bagi pantai itu sendiri dan biota laut. Melihat dari fungsinya pohon bakau (mangrove) memiliki manfaat untuk menghindari bahaya pengikisan pohon bakau seperti berikut ini: a. Bagi Pantai Suryono (2013:19) mengungkapkan bahwa secara fisik pohon bakau (mangrove) berfungsi untuk menjaga garis pantai agar tetap stabil, melindungi pantai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19
dan tebing sungai, mencegah terjadinya erosi laut serta sebagai perangkap zat-zat pencemar dan limbah, mempercepat perluasan lahan, melindungi daerah di belakang mangrove dari hempasan dan gelombang serta angin kencang. Jika terjadi pengikisan pohon bakau maka perlahan-lahan pantai akan terkikis habis, erosi yang gampang terjadi, dan daerah yang berada di belakang mangrove akan terkena hempasan gelombang dan angin kencang. b. Bagi Biota Laut Hutan bakau (mangrove) merupakan habitat alami bagi berbagai biota laut. Seperti udang, berbagai jenis ikan dan sejenisnya. Karenanya, sangat keliru jika ada yang dengan sengaja menebang hutan mangrove untuk tujuan memperluas tambak karena tindakan tersebut dapat merusak kelestarian biota-biota laut. Naamin (Suryono, 2013: 21) mengungkapkan bahwa kerusakan pohon bakau (mangrove) akan berdampak pada penurunan volume dan keragaman jenis ikan yang ditangkap, seperti jenis ikan (patcengau, tuktukbekbek,sikapla, pamemelak, labo,bue, butekbaga, peddeman, lagguk,tuktuk, dan kopek) menjadi langkah/sulit didapat dan jenis ikan menjadi hilang atau tidak pernah lagi tertangkap. Selain itu hasil laporan Amala (2004) dalam Suryono (2013:22) menyatakan bahwa rusaknya ekosistem pohon bakau (mangrove) menyebabkan berkurangnya secara nyata kelimpahan kepiting bakau (Scylla serrata). c. Mencegah Tsunami Keberadaan pohon bakau (mangrove) dapat memperkecil gelombang tsunami yang menyerang daerah pantai. Istiyanto, Utomo dan Suranto (2003) dalam Suryono
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20
(2013: 20) menyimpulkan bahwa rumpun bakau (Rhizipora) memantulkan, meneruskan, dan menyerap energi gelombang tsunami yang diwujudkan dalam perubahan tinggi gelombang tsunami ketika menjalar melalui rumpun tersebut. Data pasca tsunami 26 Desember 2004 yang melanda Asia dengan pusat di pantai barat Aceh terdapat fakta bahwa hutan bakau (mangrove) yang kompak mampu melindungi pantai dari kerusakan akibat tsunami. Demikian juga hal sama dijumpai pada kawasan pantai dengan hutan pantai yang baik
akan mampu meredam dampak
kerusakan tsunami (WIIP, 2005). 2.1.3
Pendidikan sebagai Sarana Empowering
2.1.3.1 Pendidikan Empowering Kata “empowerment” dan “empower” diterjemahkan dalam bahasa indonesia menjadi pemberdayaan dan memberdayakan. Menurut Merriam Webster dan Oxfort English Dictionery (Prijono & Pranarka, 1996:3) mengandung dua pengertian yaitu: pengertian pertama adalah to give power or authority to, dan pengertian kedua berarti to give ability to or enable. Dalam pengertian pertama diartikan sebagai memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan otoritas ke pihak lain. Sedangkan dalam pengertian kedua, diartikan sebagai upaya untuk memberikan kemampuan atau keberdayaan. Pendidikan menurut Rechey (Syam, 2003:3-4) dalam bukunya, Planing for Teaching, an Introduction, menjelaskan bahwa pendidikan adalah: “The term education refers to the broad function of preserving the life of the group through bringing new members into its shared concern. Education is thus a far broader process than that which occurs in schools. It
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21
is an essensial social activity by which cummunities continue to exist. In complex communities, this function is specialized and institutionalized in formal education, but there is always the education outside the school with which the formal process in related”. (Prof. Richey dalam bukunya ‘Planning for teaching, an Introduction to Education’ menjelaskan Istilah ‘Pendidikan’ berkenaan dengan fungsi yang luas dari pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat terutama membawa warga masyarakat yang baru (generasi baru) bagi penuaian kewajiban dan tanggung jawabnya di dalam masyarakat). Definisi pendidikan menurut Rechey sependapat dengan Syam (2003: 4) yang mengemukakan bahwa proses pendidikan jauh lebih luas dari pada proses yang berlangsung di sekolah sehingga pendidikan merupakan suatu aktivitas sosial penting yang berfungsi untuk mentransformasikan keadaan suatu masyarakat menuju keadaan yang lebih baik. Pendidikan empowering menurut Sastrapratedja (2013: 14) pemberdayaan atau empowerment dapat diartikan sebagai kekuatan atau keberdayaan. Dalam istilah powerment, power diartikan sebagai 1) daya untuk berbuat (power to), 2) kekuatan bersama (power-with), dan kekuatan dari dalam (power-within).Power-to adalah kekuatan yang kreatif, yang membuat seseorang mampu melakukan sesuatu. Hal ini merupakan aspek individual dari pemberdayaan, yaitu membantu orang agar ia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan, memecahkan masalah, bekerja dan membangun berbagai keterampilan dan pengetahuan. Pendidikan empowering menurut jurnal yang berjudul ”Does Education Empower Women? Evidence from Indonesia” adalah:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
“Education may increase women’s bargaining power within their households because it endows them with knowledge, skills, and resources to make life choices that improve their welfare (Duflo, 2012; Lundberg & Pollak, 1993). Estimation of the effects of education on empowerment, however, is difficult because women’s preferences, family background, and community characteristics that affect both education and empowerment may be unobserved”. Duflo (Lasibani & Kamal, 2010) menyatakan bahwa pendidikan dapat meningkatkan kekuatan perempuan dalam rumah tangga mereka karena dengan pengetahuan, keterampilan, dan sumber daya mereka mampu untuk membuat pilihan hidup yang meningkatkan kesejahteraan mereka. Perkiraan efek pendidikan pemberdayaan sulit karena preferensi perempuan, latar belakang karakteristik keluarga, dan masyarakat yang mempengaruhi baik pendidikan dan pemberdayaan mungkin tidak teramati . Jika karakteristik teramati berkorelasi dengan pendidikan dan pemberdayaan perempuan, perkiraan paling biasa persegi efek pendidikan akan menjadi biasa. Kesimpulan dari definisi tersebut, peneliti menyimpulkan pengertian pendidikan tersebut dalam paradigma pendidikan sebagai humanisasi yang ditulis oleh Sastrapratedja bahwa pendidikan merupakan usaha untuk membantu membangun power-with, kekuatan bersama, yaitu agar peserta didik membangun solidaritas atas dasar komitmen pada tujuan dan pengertian yang sama untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi guna menciptakan kesejahteraan bersama. Dapat dikatakan bahwa pendidikan bertujuan
untuk menciptakan suatu caring
society, suatu komunitas persaudaraan yang memperhatikan kepentingan semua pihak. Yang lebih penting lagi adalah bahwa pendidikan bertujuan membangun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
power-within, yaitu kekuatan spritual yang ada dalam diri peserta didik. Power-within inilah yang membuat manusia lebih manusiawi karena disitu dibangun harga diri manusia dan penghargaan terhadap martabat manusia dan nilai-nilai yang mengalir dalam martabat itu. 2.1.3.2 Empowering dalam Pembelajaran Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dari pengertian ini tersirat bahwa dalam pembelajaran itu adanya dua hal yaitu adanya aktivitas individu siswa dan adanya lingkungan yang dikondisikan secara khusus untuk mengarahkan aktivitas siswa. Aktivitas belajar siswa tidak hanya berpaku pada lingkungan sekolah atau di dalam kelas tapi juga di lingkungan luar sekolah. Bagi anak-anak, alam yang terbentang adalah semesta bermain dan belajar (Farida, et al. 2012). Lingkungan sekolah bukan satu-satunya tempat belajar anak. Dengan melangkah ke luar kelas, bahkan keluar sekolah, pengalaman dan pengetahuan anak-anak akan berkembang lebih luas. Di luar kelas, anak-anak memiliki kesempatan yang lebih bervariasi untuk mengikuti berbagai petualangan belajar yang mengandung nilai filosofis, teoritis, dan praktis. Dapat kita pahami bahwa dalam proses pembelajaran merujuk pada segala peristiwa (events) yang bisa memberikan pengaruh langsung terjadinya belajar pada manusia (Kurniawan, 2014:27).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
Pembelajaran yang berkutat di kelas dan lingkungan sekolah secar terus menerus bisa membosankan bagi anak-anak. Petualangan yang terbuka akan memantikkan kegembiraan, menghidupkan semangat, dan membuat belajar lebih menyenangkan. Outdoor learning efektif untuk pengembangan karakter dan wawasan anak, karena merupakan miniatur dari kehidupan yang sesungguhnya sesuai dengan konsep pemberdayaan (empowering) dalam upaya perubahan dan pertumbuhan dalam diri peserta didik dan perilaku yang tidak selalu mengutamakan perkembangan kognitif semata tetapi kepada peningkatan kemampuan individual untuk membentuk atau mengorganisir terus menerus hubungannya dengan dunia internal dan eksternal. Salah satu kegiatan pembelajaran yang dilakukan di luar kelas adalah conseravtion scot: program pengenalan konservasi lingkungan pada anak (conservation scot) pernah dilakukan oleh Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) kepada anak-anak usia dini dan sekolah dasar (3-12 tahun). Tujuan dari program ini adalah untuk menanamkan pendidikan karakter cinta lingkungan pada anak-anak. Davis (1998) dalam Sari, W (2014:34) menuliskan bahwa hubungan antara anak dengan alam sekitarnya merupakan landasan yang penting untuk membangun hubungan yang baik antara manusia dengan alam. Secara alami, anak adalah penjelajah alami. Mereka mengobservasi dan meneliti lingkungan di sekitar mereka secara alami dan belajar darinya (learning by doing). Kegiatan menanam bakau dan conseravtion scot merupakan kegiatan pembelajaran empowering yang bertujuan untuk menanamkan sikap atau karakter cinta lingkungan kepada anak-anak sebagai generasi peduli lingkungan sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25
menanam bakau merupakan salah satu cara untuk menumbuhkan kesadaran kepada anak-anak betapa pentingnya menjaga dan melestarikan pohon bakau untuk kelangsungan hidup semua mahkluk hidup. 2.1.4
Perkembangan Anak Usia 6-8 Tahun
2.1.4.1 Psikologis Perkembangan Anak Usia 6-8 Tahun Piaget (Suparno, 2001:25) berpendapat bahwa pemikiran kanak-kanak berbeda pada masing-masing tingkatan. Ia membagi perkembangan pemikiran kanakkanak menjadi empat tahap, yaitu tahap sensorimotorik, tahap praoperasional konkret, tahap operasional konkret, dan tahap operasional formal. Setiap tahap tersebut mempunyai tugas perkembangan kognitif yang harus diselesaikan. Penelitian ini akan fokus membahas tentang tahap praoperasioanal konkrit sesuai dengan anak usia 6-8 tahun. Tahap
ini
dibagi
menjadi
dua,
yaitu
praoperasional
dan
intuitif
Piaget mengatakan bahwa anak pada tahap praoperasional konkret berada diantara usia 2 -7/8 tahun. Ciri pokok perkembangan pada tahap praoperasional konkret (usia 2-4 tahun) adalah pada penggunaan simbol dan mampu menggunakan bahasa dalam mengembangkan
konsepnya,
walaupun
masih
sangat
sederhana.
Dalam
mengembangkan prototipe buku mewarnai, peneliti mengasah kemampuan bahasa anak dengan memberikan keterangan setiap gambar menggunakan bahasa Mentawai. Tujuannya adalah agar anak-anak mampu memahami bahasa Indonesia dan Mentawai dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26
Sedangkan pada tahap intuitif ini menjadi langkah mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif (umur 4-7 atau 8 tahun) dan anak telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak abstraks. Pada penelitian ini, prototipe buku mewarnai merupakan media yang peneliti gunakan untuk mengembangkan pengetahuan anak terhadap manfaat pohon bakau dan pentingnya memelihara pohon bakau dan lingkungan sekitar. Oleh sebab itu, penelitian ini dikategorikan pada tahap praoperasional konkrit dan intuitif karena pada tahap tersebut anak dapat memahami dan menggambarkan suatu konsep melalui media gambar. Melalui gambar, anak-anak dapat memahami pesan yang ingin disampaikan. Adapun karakteristik tahap ini adalah : 1. Anak dapat mengelompokkan beberapa objek meskipun kurang disadarinya. 2. Anak mulai mengetahui hubungan secara logis terhadap hal-hal yang lebih kompleks. 3. Anak dapat melakukan sesuatu terhadap sejumlah ide. 4. Anak mampu memperoleh prinsip-prinsip secara benar. Dia mengerti terhadap sejumlah objek yang teratur dan cara mengelompokkannya sehingga anak memahami bahwa jumlah objek adalah tetap sama meskipun objek itu dikelompokkan dengan cara yang berbeda. Maria Montessori (Gerald, 2011) berpendapat bahwa usia kisaran 3-8 tahun merupakan periode sensitive atau masa peka pada anak, yaitu suatu periode dimana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27
suatu fungsi tertentu perlu dirangsang, diarahkan sehingga tidak terhambat perkembangannya. Misalnya masa peka untuk berbicara pada periode ini tidak terlewati maka anak akan mengalami kesukaran dalam kemampuan berbahasa untuk periode selanjutnya. Masa-masa sensitif anak pada usia ini menurut Montessori mencakup sensitivitas terhadap keteraturan lingkungan, mengeksplorasi lingkungan dengan lidah dan tangan, berjalan, sensitivitas terhadap obyek-obyek kecil dan detail, serta terhadap aspek-aspek sosial kehidupan. Oleh sebab itu dalam penelitian ini periode sensitifitas anak diolah melalui kegiatan mewarnai dan menggambar. Selain itu dalam mengeksplorasi lingkungan dengan tangan dan berjalan, peneliti mengajak anak-anak untuk melihat dan menanam secara langsung pohon bakau di tepi pantai. Masa anak merupakan suatu fase yang sangat penting dan berharga, serta merupakan masa pembentukan dalam
periode kehidupan manusia (a noble and
malleable phase of human life). Oleh karenanya masa anak sering dipandang sebagai masa emas (golden age) bagi penyelenggaraan pendidikan. Masa anak merupakan fase yang sangat fundamental bagi perkembangan individu karena pada fase inilah terjadinya peluang yang sangat besar untuk pembentukan dan pengembangan pribadi seseorang (karakter). Hal inilah yang menjadi alasan peneliti untuk mengembangkan prototipe buku mewarnai tentang pohon bakau untuk menyadarkan anak-anak tentang pentingnya memelihara pohon bakau dan membantu persepsi anak 6-8 tahun tentang pentingnya mencintai lingkungan sekitar (empowering).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28
2.1.4.2 Ciri Sosiologis Anak Usia 6-8 Tahun Erikson (Nuryanti, 2008: 25) menyatakan delapan tahap perkembangnan Psikologi Sosial Anak yang dimana pada usia sekolah dasar anak usia tersebut berada pada tahap empat yaitu Industry vs. Inferiority (Tekun vs. Rasa rendah diri). Tahap ini dilalui ketika anak berusia sekitar 6 sampai 12 tahun. Pada tahap ini anak-anak mempelajari keterampilan yang lebih formal, seperti: (a) berhubungan dengan teman sebaya berdasar pada aturan-aturan tertentu dan (b) berkembang dari pola bermain yang bebas menuju permainan yang menggunakan aturan dan memerlukan kerjasama kelompok. Peneliti melihat bahwa pada usia 6-8 tahun anak-anak dapat mengembangkan aspek-aspek sosial kehidupan mereka melalui kerja sama kelompok, yakni memiliki kesadaran untuk memelihara pohon bakau dan peduli terhadap lingkungan sekitar (empowering). Anak-anak yang berhasil melalui tahap ini akan menjadi anak yang memiliki rasa percaya dan rasa aman yang tinggi dan memiliki inisiatif. Kesempatan inilah yang menginspirasi peneliti mengembangkan prototipe buku mewarnai yang memberikan dorongan bagi anak Mentawai, mengarahkan rasa percaya dan rasa aman serta inisiatif yang tinggi untuk melindungi kekayaan alamnya seperti pohon bakau. Selain itu, anak usia sekolah dasar masih sangat mudah dibentuk pola pikir dan karakter akan cinta terhadap lingkungan. Seperti yang dinyatakan oleh J. Piaget dan L. Kohlberg (Gunarsa & Yulia, 2008: 69) bahwa anak usia 6-12 tahun mengalami tahap perkembangan moral secara teratur mulai dari kosep ‘tingkah laku baik’ sebagai suatu tindakan yang khusus seperti ‘patuh pada ibu’ dilanjutkan tahap konsep
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
selajutnya ‘mencuri adalah salah’ sampai dengan kejujuran, hak milik, keadilan dan kehormatan. Peneliti melihat bahwa pada usia 6-8 tahun anak memiliki kemampuan yang cepat beradaptasi dengan lingkungan bermain, mudah mengikuti pola dinamika belajar yang menyenangkan sehingga dapat memungkinkan anak-anak juga senang dengan hal-hal yang berbau cerita dan mewarnai gambar. Pada masa ini, anak-anak juga memiliki dorongan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lain salah satunya adalah menanam pohon bakau. 2.1.5
Peran Media Pembelajaran Dalam Konteks Pendidikan Arti Media
2.1.5.1 Pengertian Media Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Arsyad, 2011:3). Menurut Gerlach & Ely (Arsyad, 2009), media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi dan kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Sedangkan menurut Criticos (Daryanto, 2011: 4) media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan. Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan dapat digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran (Ena, 2001). Pembelajaran adalah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar, dan bahan ajar. Jadi dapat dikatakan bahwa,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30
bentuk komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana untuk menyampaikan pesan. Bentuk-bentuk stimulus dapaat dipergunakan sebagai media, diantaranya adalah hubungan atau interaksi manusia, realitas, gamabr bergerak atau tidak, tulisan dan suara yang direkam. 2.1.5.2 Tujuan dan Manfaat Media Pembelajaran Tujuan dan manfaat media pembelajaran adalah sebagai berikut: 1.
Tujuan Media Pembelajaran Tujuan media pembelajaran sebagai alat bantu pembelajaran untuk: a.
Mempermudah proses pembelajaran di kelas,
b.
Meningkatkan efisiensi proses pembelajaran,
c.
Menjaga relevansi antara materi pelajaran dengan tujuan belajar,
d.
Membantu konsentrasi pembelajar dalam proses pembelajaran.
2. Manfaat Media Pembelajaran Manfaat media pembelajaran baik secara umum maupun
khusus
sebagai alat bantu pembelajaran bagi pengajar dan pembelajar. jadi manfaat media pembelajaran adalah: a. Pengajaran lebih menarik perhatian pembelajar sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar, b. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat dipahami pembelajar,
serta
memungkinkan
pengajaran dengan baik,
pembelajar
menguasai
tujuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31
c. Metode pembelajaran bervariasi, tidak semata-mata hanya komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata lisan pengajar, pembelajar tidak bosan, dan pengajar tidak kehabisan tenaga, d. Pembelajar lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan penjelasan dari pengajar tetapi bisa melakukan pengamatan, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain 2.1.5.3 Macam-macam Media Setelah mengetahui tujuan dan manfaat media pembelajaran, alangkah baiknya kita juga perlu mengetahui media apa yang bisa digunakan untuk bisa menarik perhatian siswa dan menumbuhkan semangat belajar mereka. Media yang digunakan pun harus berdasarkan kriteria siswa yang diajarkan. Dalam konteks ini, media yang baik digunakan untuk anak kelas 1-3 SD dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: 1. Gambar dan Lukisan Gambar atau lukisan yang berwarna menjadi daya tarik tersendiri bagi siswa usia 6-8 tahun karena menggambar dan melukis merupakan kegiatan yang sangat menyenangkan bagi anak kecil. Dengan menghadirkan media ini anak-anak akan mengekspresikan jiwanya dengan bebas dalam bentuk coretan-coretan yang mungkin bagi orang dewasa tidak mempunyai arti. Dalam tahap ini anak-anak dengan bebas melakukan sesuatu berdasarkan imajinasinya. Mereka juga belajar mengendalikan tangan, mengkoordinasikan pikiran, mata dan tangan serta mengekpresikan diri melalui seni.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32
2. Menggunting dan menempel Menggunting dan menempel merupakan salah satu kegiatan yang menarik bagi anak kecil. Kegiatan ini dapat merangsang kreativitas anak dalam memilih dan menyusun apa yang sedang diguntingnya, seperti potongan huruf, dan lainlain. 3. Poster Poster tidak saja penting untuk menyampaikan kesan-kesan tertentu, tetapi mampu pula untuk memengaruhi dan memotivasi tingkah laku yang orang yang melihatnya. Poster adalah gambar dengan ukuran besar dan memberi tekanan pada satu atau dua ide pokok yang divisualisasikans ecara sederhana dan jelas. 4. Menjiplak Menggambar
dengan
cara
menjiplak
adalah
kegiatan
yang
cukup
menyenangkan dan mengundang rasa keingintahuan anak. Ia akan merasa senang bila bisa membuat gambar, yang rumit sekalipun, mirip atau serupa dengan aslinya. Ini akan membangkitkan keinginannya untuk terus mencoba menjiplak semua gambar-gambar yang diinginkannya. Sama halnya dengan mewarnai, juga merupakan kegiatan yang sangat menyenangkan bagi anak. Dalam kegiatan mewarnai anak-anak belajar untuk memadukan warna dengan gambar sesuai dengan yang mereka lihat sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33
5. Mewarnai Mewarnai merupakan kegiatan memberi warna pada suatu media tertentu atau pada media bergambar. Mewarnai merupakan suatu keterampilan yang disukai oleh anak, khususnya anak-anak usia 3-9 tahun sebab mewarnai menjadi media bagi mereka untuk menuangkan segala imajinasi dan inspirasi tentang segala hal yang mungkin pernah disentuh atau yang mereka alami (Niluh, 2010). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan media berupa buku mewarnai karena dapat dijadikan sebagai media edukasi untuk membantu perkembangan anak pada usia 6-8 tahun yang sedang berada pada tahap operasional kokret dan intuitif. Kekhasan anak pada tahap tersebut menurut Piaget adalah mampu memperoleh pengetahuan secara simbolik melalui media tertentu dalam memahami sesuatu. Prototipe buku mewarnai yang dikembangkan peneliti dapat menjadi salah satu sarana untuk membantu siswa dalam memperoleh persepsi atau pengetahuan tentang manfaat dan pentingnya merawat pohon bakau 2.2 PENELITIAN YANG RELEVAN Ada beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, yaitu : Pertama, penelitian yang berjudul “Konservasi Hutan Mangrove sebagai Ekowisata”, yang ditulis oleh Edi Mulyadi, Okik Hendriyanto, Nur Fitriani (2009) dalam Jurnal Teknik Lingkungan FTSP UPN Veteran, Jawa Timur. Penelitian ini diutarakan
bahwa
tujuan
penelitian
ini
adalah
untuk
menyusun
strategi
pengembangan dan pengolahan hutan mangrove di Sungai Wain Balikpapan melalui konsep ekowisata berdasarkan 3 (tiga) aspek yaitu: aspek teknis (jenis mangrove,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34
pola dan teknik penanaman mangrove), aspek sosial (jumlah dan kepadatan penduduk, peran serta dan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan hutan mangrove), aspek kelembagaan (dukungan Pemerintah Kota Balikpapan, dukungan Peraturan Perundangan, Partisipasi BLH, dan kalangan Perguruan Tinggi) dengan tujuan untuk membentuk suatu kepedulian masyarakat dan unsur ekowisata dalam upaya rehabilitasi mangrove. Kedua, Penelitian ini berjudul “Kampanye Edukasi Eksplorasi Terumbu Karang untuk Anak Sekolah Dasar di Bali melalui Desain Komunikasi Visual” yang ditulis oleh Kadek Karina Kurniawan (Kurniawan, 2013). Dalam penelitian ini dibahas bahwa tujuannya adalah bagaimana menciptakan media komunikasi visual yang membantu anak dalam proses edukasi. Pentingnya desain panduan praktikum yang menarik perhatian anak serta mempermudah anak lebih memahami apa yang dia pelajari dan juga terjadi sebuah konsep belajar yang “fun” yang biasa di sebut dengan education with fun. Konsep terseebut merupakan penggambaran dari proses edukasi atau pembelajaran untuk anak dengan cara menyenangkan sehingga komunikasi berjalan efektif. Berdasarkan dua penelitian tersebut, peneliti mendapatkan inspirasi: (1) berkaitan dengan penelitian yang menghasilkan modul strategi pengembangan dan pengolahan hutan mangrove di sungai Wain Balikpapan melalui konsep ekowisata, peneliti mendapat masukan tentang pentingnya membangun kepedulian terhadap lingkungan mangrove. (2) Dari penelitian tentang desain komunikasi visual yang menarik dan menyenangkan anak sehingga memotivasi anak dalam memahami terumbu karang,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35
peneliti mendapatkan inspirasi untuk membuat suatu desain pembelajaran berupa buku mewarnai. Apabila dibuat dalam bentuk skema, maka konsepnya adalah sebagai berikut: Gambar 2.1 Bagan Penelitian yang Relevan Penelitian I
Penelitian II
Edi Mulyadi,dkk
Kadek Karina Kurniawan
Menciptakan media komunikasi visual: Edukasi terumbu karang
Strategi Pengembangan Mangrove: Ekowisata
Menghasilkan modul strategi pengembangan dan pengolahan hutan mangrove di sungai Wain Balikpapan melalui konsep ekowisata.
Menghasilkan desain komunikasi visual yang menarik dan menyenangkan anak sehingga memotivasi anak dalam memahami terumbu karang
Pengembangan Prototipe Buku Mewarnai tentang Pohon Bakau untuk Anak 6-8 Tahun dalam Konteks “Empowering” Masyarakat Mentawai.
2.3 KERANGKA BERPIKIR Ide dari Edi Mulayadi, dkk tentang strategi pengembangan hutan mangrove dan dari Kadek Karina Kurniawan tentang menciptakan media komunikasi visual dalam proses edukasi terumbu karang, menginspirasi peneliti untuk mengembangkan prototipe buku mewarnai. Prototipe yang peneliti kembangkan berupa buku mewarnai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36
dengan judul “Memelihara Istana Bakau di Mentawai”. Prototipe buku tersebut dapat dijadikan sarana pembelajaran (baik di dalam maupun di luar kelas) untuk menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya mengkonservasi pohon bakau yang menjadi salah satu kekayaan hayati kepulauan Mentawai. Masyarakat Mentawai mempunyai tingkat pendidikan yang cukup rendah. Melihat dunia pendidikan di Mentawai khususnya di tingkat SD yang masih rendah, minimnya bahan ajar salah satunya buku, dan minimnya media pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam mengajar, maka sebagai calon guru ikut menyumbangkan pemikiran untuk menyediakan salah satu media buku mewarnai karena buku merupakan media yang penting untuk belajar. Media buku gambar itu penting karena anak dapat mengeskpresikan perasaannya atau memberikan pada anak suatu cara untuk berkomunikasi, tanpa menggunakan kata (berkaitan dengan imajinasi). Hasil pengamatan peneliti yang didukung oleh data dari kuesioner pra penelitian yang dibagikan kepada 14 guru dan 23 anak di SDK St.Fransiskus Sikabaluan, menunjukkan bahwa pohon bakau di Mentawai saat ini dalam kondisi yang sangat memprihatinkan dimana banyak ditemukan pohon bakau yang mengalami kerusakan akibat ulah manusia maupun secara alami karena gempuran ombak. Kerusakan itu terjadi karena ulah masyarakat yang melakukan penebangan pohon bakau secara liar yang mengakibatkan flora dan fauna khususnya biota laut yang hidup di sekitar bakau punah. Selain itu masyarakat pun melakukan eksploitasi terhadap bakau dengan tujuan untuk bahan bangunan, kayu bakar, dan lain-lain yang menyebabkan terjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37
pergeseran garis pantai sehingga dapat menyebabkan abrasi, habitat biota laut yang terancam, dan potensi bahaya terhadap tsunami. Hal tersebut membuat peneliti menjadi prihatin sehingga peneliti terdorong untuk menyusun prototipe buku berjudul “Pengembangan Prototipe Buku Mewarnai Tentang
Pohon Bakau Untuk Anak 6-8 Tahun dalam Konteks Empowering
Masyarakat Mentawai”. Prototipe yang peneliti susun berupa buku mewarnai berjudul “Memelihara Istana Bakau di Mentawai” terdiri dari empat belas gambar dengan keterangan berbahasa Mentawai di bawahnya. Ke- 14 gambar tersebut adalah gambar: pohon bakau dewasa (bakat), pohon bakau muda (simatuak), pohon bakau kecil (bakat sigoisok), ikan patcengau, ikan tuktukbekbek, ikan sikapla, ikan pamemelak, ikan labo,ikan bue, ikan butekbaga, ikan peddeman, lagguk,tuktuk, dan kopek. Nama-nama biota laut tersebut disusun dengan nama lokal Mentawai supaya mempermudah anak-anak untuk mengenal dan merawatnya. 2.4 PERTANYAAN PENELITIAN Adapun pertanyaan penelitian ini adalah: 1.6.1 Bagaimana prosedur pengembangan prototipe buku mewarnai “Memelihara Istana Bakau di Mentawai”
untuk anak 6-8 tahun dalam konteks
empowering masyarakat Mentawai? 1.6.2 Bagaimana kualitas prototipe buku mewarnai “Memelihara Istana Bakau di Mentawai” membantu persepsi anak 6-8 tahun tentang pentingnya mencintai lingkungan sekitar (empowering)?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 JENIS PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan, yang biasa dikenal dengan penelitian R & D (Research and Development). Research and Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tertentu (Sugiyono, 2010: 297). Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan produk berupa prototipe buku mewarnai dengan judul “Memelihara Istana Bakau di Mentawai”. Buku mewarnai tersebut terdiri dari 14 kumpulan gambar-gambar pohon bakau dan berbagai jenis ikan yang hidup di area pohon bakau yang diberi keterangan dengan menggunakan bahasa Mentawai. Prototipe buku tersebut berguna untuk menyadarkan masyarakat Mentawai khususnya anak-anak dalam upaya melestarikan pohon bakau di SD St.Fransiskus Sikabaluan dan di Dusun Kosai Baru, Sikakap. 3.2 SETTING PENELITIAN 3.2.1
Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat. Penelitian awal dan pembuatan
prototipe buku dilakukan di Kampus Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan uji coba penelitian dilakukan di SD St. Fransiskus yang berlokasi di Sikabaluan dan di Dusun Kosai Baru, Sikakap, Kepulauan Mentawai.
38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39
3.2.2
Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah 23 siswa-siswi kelas 1-3 di SD St. Fransiskus
serta 14 guru SDK St.Fransiskus Sikabaluan dan 6 anak di Dusun Kosai Baru, Sikakap. 3.2.3
Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah pengembangan prototipe buku mewarnai
mewarnai tentang pohon bakau untuk anak 6-8 tahun dalam konteks empowering di SD St.Fransiskus Sikabaluan dan Dusun Kosai Baru, Sikakap. 3.2.4
Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan satu tahun, terhitung mulai dari bulan Januari 2015 sampai Januari 2016. (Terlampir) 3.3 PROSEDUR PENGEMBANGAN Prosedur pengembangan buku mewarnai tentang pohon bakau untuk anak 6-8 tahun dalam konteks empowering masyarakat Mentawai mengikuti langkah–langkah penelitian dan pengembangan dalam buku Sugyono yang berjudul “metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D”. Adapun Prosedur pengembangan ini melalui enam tahapan yang dimodifikasi dari Sugiyono (2010: 298), seperti tahap (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk. Keenam langkah tersebut akan diuaraikan di bawah ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40
Pengembangan Prototipe Buku Mewarnai tentang Pohon Bakau untuk Anak 68 Tahun dalam Konteks Empowering Masayarakat Mentawai Tahap I Potensi dan Masalah
Potensi: manfaat dari pohon bakau sebagai salah satu kekayaan hayati. Masalah: kebiasaan masyarakat yang melakukan penebangan pohon bakau secara liar untuk bahan bangunan dan kayu bakar.
Tahap II Pengumpulan Data
Tahap III Desain Produk
Menentukan beberapa gambar pohon bakau dan biota laut Membuat sketsa Merancang prototipe buku mewarnai “Memelihara Istana Bakau di Mentawai”.
Tahap IV Validasi Desain
Tahap V Revisi Desain
Tahap VI Uji Coba Produk
Wawancara Pembagian lembar kuesioner guru Pembagian lembar kuesioner anak
Validator dengan latar belakang ilmu kelautan dan perikanan
Revisi prototipe buku mewarnai berdasarkan saran validator
Uji coba di SD St.Fransiskus Sikabaluan Uji coba di Dusun Kosai Baru, Sikakap
Bagan 3.3 Prosedur Pengembangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41
a. Potensi dan Masalah Penelitian ini dilatarbelakangi oleh potensi dan masalah tentang pohon bakau yang ditemukan oleh peneliti melalui analisis kebutuhan kepada 14 guru dan 23 orang anak yang berada di SDK. St. Fransiskus Sikabaluan. Analisis kebutuhan dilakukan dengan membagikan lembar kuesioner. Pembagian lembar kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui apakah anak-anak membutuhkan sebuah buku mewarnai tentang pohon bakau dalam meningkatkan pemahaman mereka akan pohon bakau. Kuesioner untuk guru bertujuan untuk mengetahui apakah mereka membutuhkan buku mewarnai tentang pohon bakau yang dapat dijadikan media pembelajaran untuk membantu pemahaman anak tentang pentingnya menjaga dan melestarikan pohon bakau. b. Pengumpulan Data Pengumpulan data ini dilakukan pada bulan Februari 2015, dengan membagikan lembar kuesioner kepada 14 orang guru dan 23 orang anak di SDK. St. Fransiskus Sikabaluan, untuk analisis kebutuhan. Pengumpulan data ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman anak dan guru tentang manfaat pohon bakau dan bagaimana dampaknya apabila pohon bakau tidak dirawat. Buku mewarnai yang akan dibuat diharapkan dapat membantu persepsi anak-anak di SDK. St. Fransiskus Sikabaluan tentang manfaat pohon bakau.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42
c. Desain Produk Dari data hasil kuesioner yang berkaitan dengan kurang adanya kesadaran anak maupun guru (sebagai bagian dari masyarakat Mentawai) yang kurang peduli terhadap kelestarian pohon bakau, peneliti mendesain sebuah buku mewarnai. Buku mewarnai tersebut diperuntukkan untuk anak usia 6-8 tahun. Desain produk diawali dengan menentukan gambar-gambar yang akan dipakai dalam buku mewarnai tentang pohon bakau. Setelah menentukan gambar-gambar tersebut peneliti mencoba menggambar sketsa beberapa pohon bakau dan biota laut, seperti ikan-ikan dan jenis kerang yang hidup di ekosistem pohon bakau. Pada tahap ini, peneliti merancang dan menyusun prototipe buku mewarnai tentang pohon bakau agar gambar-gambar yang terkandung di dalam buku tersebut dapat meningkatkan pemahaman anak-anak terhadap pohon bakau. d. Validasi Desain Produk yang peneliti kembangkan divalidasi oleh seorang dosen dengan latar belakang pendidikan kelautan dan perikanan. Validasi desain produk ini bertujuan untuk mendapatkan kritik dan saran serta penilaian produk yang dikembangkan. Melalui kritik dan saran maka peneliti dapat menemukan kelebihan dan kekurangan dari produk yang dikembangkan. e. Revisi Desain Revisi desain dilakukan setelah mendapatkan kritik dan saran dari Validator dengan latar belakang ilmu kelautan dan perikanan. Hasil kritik dan saran dari validator tersebut menjadi landasan bagi peneliti dalam memperbaiki kekurangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43
dari produk buku mewarnai tentang pohon bakau menjadi lebih baik dan mudah dipahami oleh anak-anak usia 6-8 tahun. 3.4 UJI COBA PRODUK Uji coba produk dilakukan dengan mengumpulkan berbagai informasi dalam menentukan kualitas buku mewarnai tentang pohon bakau. Data tersebut diperoleh dari validator dengan latar belakang ilmu kelautan dan perikanan yang digunakan untuk memperbaiki dan menyempurnakan produk buku mewarnai “Memelihara Istana Bakau di Mentawai”. Berdasarkan hasil validasi tersebut, maka produk dapat diuji cobakan kepada siswa SDK. St.Fransiskus,Sikabaluan dan di Dusun Kosai Baru, Sikakap. Uji coba ini bertujuan untuk mengetahui apakah buku mewarnai tersebut dapat membantu persepsi anak 6-8 tahun tentang pentingnya mencintai lingkungan sekitar (empowering). 3.5 INSTRUMEN PENELITIAN Dalam penelitian ini, peneliti menyusun tiga instrumen yaitu: (a) instrumen pra penelitian untuk guru, (b) instrumen pra-penelitian untuk anak, (c) instrumen uji coba untuk mengetahui persepsi siswa terhadap kualitas buku mewarnai “Memelihara istana bakau di Mentawai” untuk anak usia 6-8 tahun a. Instrumen Pra Penelitian untuk Guru Peneliti menyusun instrumen pra penelitian untuk guru agar dapat menyusun produk yang dikembangkan. Adapun kisi-kisi dan kuesioner adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44
Tabel 1 Kisi-Kisi Instrumen Pra-Penelitian untuk Guru
No
Aspek
Nomor Item
1.
Manfaat bakau bagi masyarakat Mentawai
1-3
2.
Bahaya jika merusak pohon bakau
4-7
3.
Upaya-upaya yang dilakukan mengkonservasi pohon bakau
8-9
4.
Sarana-sarana yang diperlukan untuk menyadarkan atau
10-12
memberdayakan (empowering) masyarakat tentang mengkonservasi pohon bakau Saran atau komentar:
Tabel 2 Lembar Pertanyaan Untuk Guru No. 1.
2.
3.
4.
5.
Pertanyaan Apakah Bapak/Ibu mengetahui manfaat bakau dapat menahan badai, angin kencang, dan juga tsunami? Apakah Bapak/ibu mengetahui manfaat bakau sebagai tempat memijah dan berkembangbiaknya biota laut? Apakah Bapak/Ibu mengetahui manfaat pohon bakau untuk dijadikan kayu bakar, arang, dan bahan bangunan? Apakah Bapak/Ibu melihat adanya kerusakan pohon bakau di sekitar pantai? Apakah Bapak/Ibu mengetahui adanya perilaku masyarakat yang menebang pohon bakau secara liar? Apakah Bapak/Ibu melihat adanya perilaku masyarakat
6.
yang tidak memikirkan pentingnya meremajakan pohon bakau melainkan mengeksploitasi bakau secara terus menerus untuk bahan bangunan dan kayu bakar?
Jawaban
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45
7.
8.
9.
10.
11.
Apakah Bapak/Ibu mengetahui kerusakan ekosistem bakau dapat menyebabkan terjadinya bahaya erosi dan abrasi? Apakah Bapak/Ibu mengetahui cara memelihara pohon bakau supaya tidak rusak? Apakah Bapak/Ibu pernah mendapat penyuluhan tentang cara meremajakan bakau? Apakah Bapak/Ibu pernah mengajarkan tentang pentingnya memelihara bakau? Apakah Bapak/Ibu pernah membaca buku tentang cara meremajakan pohon bakau? Apakah bapak/ibu memerlukan buku panduan yang dapat
12.
digunakan untuk menyadarkan anak tentang manfaat pohon bakau?
b. Instrumen Pra Penelitian untuk Anak Peneliti menyusun instrumen pra penelitian untuk anak agar dapat menyusun produk yang dikembangkan. Adapun kisi-kisi dan kuesioner adalah Tabel 3 Kisi-Kisi Instrumen Pra-Penelitian untuk Anak No 1. 2. 3.
Aspek Manfaat pohon bakau bagi masyarakat Mentawai Bahaya jika merusak pohon bakau Upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk mengkonservasi pohon bakau Sarana-sarana yang diperlukan untuk menyadarkan atau 4 memberdayakan (empowering) masyarakat tentang mengkonservasi pohon bakau Saran atau komentar:
Nomor Item 1-3 4-7 8-9 10-12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46
Tabel 4 Pertanyaan Pra-Penelitian untuk Anak No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9 10 11 12 c.
Pertanyaan Pohon bakau dapat melindungi pantai dari badai Pohon bakau dapat menjadi tempat berlindungnya ikan-ikan Pohon bakau dapat dijadikan kayu bakar Pohon bakau yang tidak terawat dapat menyebabkan pantai menjadi rusak Pohon bakau yang tidak terawat dapat membahayakan kehidupan ikan-ikan Pohon bakau yang tidak terawat dapat menyebabkan terjadinya erosi Pohon bakau perlu dipelihara supaya tidak rusak Cara memelihara pohon bakau adalah dengan tidak mencabutnya sembarangan Buah dari pohon bakau sebaiknya tidak saya jadikan untuk mainan Buah dari pohon bakau sebaiknya ditanam supaya dapat tumbuh menjadi pohon bakau yang baru. Saya pernah membaca buku tentang cara memelihara pohon bakau. Saya merasa perlu buku panduan tentang cara memelihara pohon bakau Instrumen setelah uji coba untuk mengetahui persepsi siswa terhadap kualitas buku mewarnai “Memelihara istana bakau di Mentawai” untuk anak usia 6-8 tahun.
Tabel 5. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Persepsi Siswa Terhadap Kualitas Buku Mewarnai No Aspek Nomor Item Manfaat pohon bakau bagi masyarakat Mentawai 1. 1-3 Bahaya jika merusak pohon bakau 2. 4-7 Upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk mengkonservasi pohon 3. 8-9 bakau Sarana-sarana yang diperlukan untuk menyadarkan atau 4 10-12 memberdayakan (empowering) masyarakat tentang mengkonservasi pohon bakau Saran atau komentar:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47
Tabel 6. Instrumen Penelitian Persepsi Siswa Terhadap Kualitas Buku Mewarnai “Memelihara Istana Bakau di Mentawai” untuk Anak Usia 6-8 Tahun No. Pernyataan 1. Buku mewarnai “Memelihara Istana 1 Bakau di Mentawai” mudah dipahami karena bahasanya sederhana. 2. Gambar pada buku mewarnai “Memelihara Istana Bakau di Mentawai” membuat saya tertarik untuk mempelajari bakau. 3. Dengan mewarnai, saya memahami bahwa pohon bakau dapat melindungi pantai dari badai. 4. Gambar-gambar dalam buku mewarnai “Memelihara Istana Bakau di Mentawai” mudah untuk diwarnai. 5. Dengan mewarnai, saya mengerti bahwa pohon bakau dapat menjadi tempat berlindungnya ikan-ikan kecil. 6. Dengan mewarnai, saya mengerti cara memelihara pohon bakau dengan tidak mencabutnya sembarangan. 7. Dengan mewarnai, saya mengetahui bahwa pohon bakau yang tidak terawat dapat menyebabkan terjadinya erosi. 8. Dengan mewarnai, saya mengetahui bahwa buah dari pohon bakau sebaiknya ditanam supaya dapat tumbuh menjadi pohon bakau yang baru. 9. Dengan mewarnai, saya mengetahui
skor 2 4
Komentar 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48
jenis-jenis ikan yang hidup di sekitar bakau 10. Dengan mewarnai, saya dapat memahami bahwa pohon bakau yang tidak terawat dapat menyebabkan pantai menjadi rusak. 11. Dengan adayanya buku mewarnai “Memelihara Istana Bakau di Mentawai” membuat saya cinta akan lingkungan sekitar. 12. Buku mewarnai “Memelihara Istana Bakau di Mentawai” membantu saya menjadi duta cilik lingkungan peduli bakau. Jumlah Skor Komentar umum dan saran perbaikan untuk Buku mewarnai “Memelihara Istana Bakau di Mentawai”.
Kesimpulan: Buku Mewarnai yang dikembangkan dinyatakan: 1. Layak untuk digunakan/uji coba lapangan tanpa revisi 2. Layak untuk digunakan/uji coba lapangan dengan revisi sesuai saran 3. Tidak layak untuk digunakan/uji coba lapangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49
d. Lembar Validasi Ahli Tabel 7. Lembar Validitas Kuesioner kepada Guru No.
1.
2.
Komponen yang dinilai Bahasa a. Bahasa sesuai dengan kaidah penulisan yang baik dan benar. b. Susunan kalimat dapat dipahami oleh guru. c. Susunan kalimat mendukung pencarian data yang berkaitan dengan tema penelitian. Pertanyaan a. Pertanyaan yang diajukan untuk mengetahui manfaat bakau bagi masyarakat. b. Pertanyaan yang diajukan untuk mengetahui bahaya kerusakan pohon bakau bagi masyarakat. c. Pertanyaan yang diajukan untuk mengetahui upaya-upaya yang sudah dilakukan masyarakat untuk mengkonservasi bakau. d. Pertanyaan yang diajukan untuk mengetahui sarana-sarana yang diperlukan demi terciptanya kebiasaan untuk mengkonservasi pohon bakau (empowering) e. Pertanyaan yang diajukan sesuai dengan konteks nyata kehidupan guru di pulau Sikakap. Total Skor
1
Skor 2 4
Saran 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50
Tabel 8. Lembar Validitas Kuesioner kepada Anak No.
Komponen yang dinilai
1.
Bahasa
2.
a. Bahasa sesuai dengan kaidah penulisan yang baik dan benar. b. Susunan kalimat dapat dipahami oleh anak. c. Susunan kalimat mendukung pencarian data yang berkaitan dengan tema penelitian. Pertanyaan
Skor 1
a. Pertanyaan yang diajukan untuk mengetahui manfaat bakau bagi masyarakat. b. Pertanyaan yang diajukan untuk mengetahui bahaya kerusakan pohon bakau bagi masyarakat. c. Pertanyaan yang diajukan untuk mengetahui upaya-upaya yang sudah dilakukan masyarakat untuk mengkonservasi bakau. d. Pertanyaan yang diajukan untuk mengetahui sarana-sarana yang diperlukan demi terciptanya kebiasaan untuk mengkonservasi pohon bakau (empowering) e. Pertanyaan yang diajukan sesuai dengan konteks nyata kehidupan anak di pulau Sikakap. f. Pertanyaan yang diajukan untuk mengetahui manfaat bakau bagi masyarakat. Total Skor
2
4
Saran 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51
3.6 TEKNIK PENGUMPULAN DATA Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah berupa uji coba produk buku mewarnai dan pembagian kuesioner. Hasil pengumpulan data pada penelitian ini
berupa kuantitatif yang diperoleh dari hasil kuesioner yang
diberikan kepada 14 guru dan 23 anak. Teknik pembagian kuesioner bertujuan untuk membantu peneliti dalam melakukan revisi ulang atas pengembangan prototipe buku mewarnai tentang pohon bakau tersebut. Data atau informasi yang diperoleh kemudian dianalisis untuk mendapatkan informasi mengenai kebutuhan siswa terhadap pentingnya menjaga kelestarian pohon bakau. 3.7 TEKNIK ANALISIS DATA Teknik analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. a. Data kualitatif Data kualitatif dapat berupa kritik dan saran yang dikemukakan oleh ahli kelautan dan perikanan, guru, dan siswa yang dikumpulkan dan disarikan untuk memperbaiki produk pengembangan prototipe buku mewarnai. Selain itu diperoleh komentar terhadap kuesioner yang disebarkan. Adapun komentar tersebut diperoleh dari komentar para pakar yang akan memberikan masukan terhadap kelayakan buku mewarnai yang sudah dirancang oleh peneliti. Jumlah item pada kuesioner tersebut adalah 12 item. Data dianalisis sebagai dasar untuk mengetahui kelayakan produk yang dihasilkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52
b. Data kuantitatif Data kuantitatif berupa skor dari hasil pra penelitian guru dan anak serta validasi ahli kelautan dan perikanan. Data dianalisis sebagai dasar dari kuesioner diubah menjadi data interval. Peneliti dalam hal ini akan memberikan rentan skor atas komentar para pakar dan siswa sehingga data yang awalnya berupa kuesioner akan menjadi data interval. Skala penilaian terhadap pengembangan buku mewarnai, seperti sangat baik (5), baik (4), tidak baik (2), dan sangat tidak baik (1). Skor yang sudah didapat kemudian dikonversikan menjadi data kualitatif menggunakan tabel konversi nilai skala lima berdasarkan penilaian acuan patokan (PAP) atau skala Likert (Widoyoko, 2012:112) sebagai berikut: Tabel 9. Skala Likert Klasifikasi Kelayakan Rentang Skor Jawaban
(Sikap)
4,2 < skor ≤5,0
Sangat Baik (SB)
3,4 < skor ≤ 4,2
Baik (B)
1,8 < skor ≤ 2,6
Tidak Baik (TB)
1,0 < skor ≤ 1,8
Sangat Tidak Baik (STB)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini, peneliti akan menguraikan hasil penelitian yang berisi tentang: (1) prosedur pengembangan prototipe buku mewarnai “Memelihara Istana Bakau di Mentawai” untuk anak 6-8 tahun dalam konteks empowering masyarakat Mentawai dan (2) deskripsi kualitas prototipe buku mewarnai “Memelihara Istana Bakau di Mentawai” membantu persepsi
anak 6-8 tahun tentang pentingnya mencintai
lingkungan sekitar (empowering). Selain itu, akan dibahas pula tentang pembahasan hasil penelitian. Semuanya itu akan peneliti uraikan berikut ini. 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1 Prosedur Pengembangan Prototipe Buku Mewarnai Prototipe buku mewarnai berjudul “Memelihara Istana Bakau di Mentawai” peneliti kembangkan dengan mengadopsi enam langkah dari sepuluh yang ditawarkan oleh Sugiyono. Adapun langkah-langkah yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut: 1.
Potensi dan Masalah
Pulau Sikabaluan dan Sikakap memiliki salah satu kekayaan alam yaitu ekosistem bakau yang tersebar di seluruh pantainya. Adapun potensi yang peneliti soroti adalah tentang manfaat dari pohon bakau sebagai salah satu kekayaan hayati di kepulauan Mentawai khsususnya di Pulau Sikabaluan dan Sikakap. Menurut Suryono (2013: 18) manfaat bakau bisa dibagi menjadi 3 bagian yaitu dari segi fisik, biologis, dan ekonomis. Manfaat bakau dari segi fisik, untuk menjaga garis pantai agar tetap stabil, 53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54
melindungi pantai dan sungai dari bahaya erosi dan abrasi, serta menahan badai atau angin kencang dari laut. Manfaat bakau dari segi biologis, yaitu sebagai tempat memijah dan berkembang biaknya ikan-ikan, kerang, kepiting dan udang; tempat berlindung, bersarang dan berkembang biak berbagai burung dan satwa lain. Sedangkan manfaat bakau secara ekonomis adalah bakau bermanfaat untuk dijadikan kayu bakar, arang, bahan bangunan, bahan baku industri (pupl, tanin, kertas, tekstil, makanan, obat-obatan, kosmetik). Selain itu bakau juga dapat dijadikan sebagai tempat untuk pembibitan ikan, kerang, kepiting, serta tempat wisata, penelitian dan pendidikan. Peneliti sebagai salah satu warga masyarakat dari Sikakap melihat bahwa masyarakat di sana maupun di pulau-pulau lain (seperti di Sikabaluan dan Siberut) kurang menyadari pentingnya mengkonservasi bakau. Sekarang ini, ada banyak ekosistem bakau berada dalam kondisi sangat memprihatinkan atau yang mengalami kerusakan. Kerusakan itu terjadi karena ulah masyarakat yang melakukan penebangan pohon bakau secara liar yang mengakibatkan flora dan fauna khususnya biota laut yang hidup di sekitar bakau terancam punah. Hal tersebut selaras dengan pendapat dari Sulistiyowati, H (2009) dalam jurnal yang berjudul “Biodiversitas Mangrove di Cagar Alam Pulau Sempu” yang melihat bahwa keberadaan hutan mangrove sekarang ini cukup mengkhawatirkan karena ulah manusia
untuk
kepentingan
konversi lahan
sebagai
tambak, pemukiman,
perhotelan, ataupun tempat wisata. Oleh karena itu sepanjang pesisir utara Jawa hutan-hutan mangrove ditebang secara legal maupun illegal. Aktivitas ini mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55
menurunkan populasi mangrove hingga lebih dari 50% dalam kurun waktu 30 tahun. Hal tersebut apabila dibiarkan berlarut-larut akan mengakibatkan flora dan fauna khususnya biota laut yang hidup di sekitar bakau akan menjadi punah. Selain itu dapat menyebabkan terjadi abrasi yang berampak pada potensi bahaya tsunami. 2.
Pengumpulan Data Hasil pengamatan peneliti tersebut peneliti perkuat dengan menyusun
kuesioner pra penelitian tentang (1) manfaat bakau bagi masyarakat, (2) bahaya jika merusak pohon bakau, (3) upaya-upaya yang sudah dilakukan untuk mengkonservasi pohon bakau, dan (4) sarana yang diperlukan untuk menyadarkan atau memberdayakan (empowering) masyarakat tentang pentingnya mengkonservasi pohon bakau. Kuesioner dibagikan kepada 23 anak kelas 1-3 dan kepada 14 orang guru SDK St.Fransiskus Sikabaluan pada bulan Februari 2015. a. Data Kuesioner Pra Penelitian untuk Guru Hasil kuesioner yang peneliti dapatkan dari 14 guru di SDK St.Fransiskus Sikabaluan pada bulan Februari 2015 adalah 100% para guru melihat adanya kerusakan pohon bakau di sekitar pantai yang dilakukan oleh masyarakat dengan cara menebang pohon bakau sembarangan, 92.86% guru mengetahui kerusakan ekosistem bakau dapat menyebabkan terjadinya bahaya erosi dan abrasi, 91.6 % guru menjawab tidak pernah mendapat penyuluhan tentang cara meremajakan bakau, dan 83.3% guru menjawab jika mereka tidak pernah mengajarkan tentang pentingnya memelihara pohon bakau kepada anak-anak, dan 100% guru menjawab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56
jika memerlukan buku panduan yang dapat digunakan untuk menyadarkan anak tentang manfaat pohon bakau. Berikut adalah tabel kuesioner pra penelitian untuk guru: Tabel 10. Data Kuesioner Pra Penelitian untuk Guru. Nomor Soal No. Probandus
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Jum
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
8
2
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
8
3
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
7
4
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
11
5
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
0
1
9
6
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
9
7
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
9
8
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
0
1
9
9
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
10
10
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
11
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
8
12
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
0
1
10
13
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
10
14
1
1
1
1
0
0
1
0
1
1
0
1
6
Jumlah
14 100. 00
14 100. 00
8 57. 14
14 100. 00
10 71. 43
10 71. 43
13 92. 86
12 85. 71
11
10
91,6
83,3
8 57. 14
14 100. 00
%
Keterangan: 1 = Jawaban Positif 0 = Berarti tidak atau negatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57
Tabel 11. Hasil Rekapan Kuesioner Pra Penelitian untuk Guru No 4 7 9 10 12
Pertanyaan
Persentase Jawaban Apakah Bapak/Ibu melihat adanya kerusakan pohon bakau 100% di sekitar pantai? Apakah Bapak/Ibu mengetahui kerusakan ekosistem bakau 92,86% dapat menyebabkan terjadinya erosi dan abrasi? Apakah Bapak/Ibu pernah mendapat penyuluhan tentang 91,6% cara meremajakan bakau? Apakah Bapak/Ibu pernah mengajarkan tentang pentingnya 83,3% memelihara bakau? Apakah Bapak/Ibu memerlukan buku panduan yang dapat 100% digunakan untuk menyadarkan anak tentang manfaat bakau?
b. Data Kuesioner Pra Penelitian untuk Anak Hasil kuesioner yang peneliti dapatkan dari 23 anak di SDK St.Fransiskus Sikabaluan pada bulan Februari 2015 adalah 56.52% anak menjawab bahwa pohon bakau yang tidak terawat dapat membahayakan kehidupan ikan-ikan, 69.57% anak menjawab pohon bakau yang tidak terawat dapat menyebabkan pantai menjadi rusak, 73.91% anak menjawab bahwa pohon bakau yang tidak terawat dapat menyebabkan terjadinya erosi, sehingga 96.65% anak mengatakan bahwa mereka perlu mendapatkan buku panduan tentang cara memelihara pohon bakau supaya tidak rusak. Berikut hasil data kuesioner pra penelitian untuk anak yang disarikan dalam bentuk tabel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58
Tabel 12. Data Kuesioner Pra Penelitian untuk Anak Nomor Soal No. Probandus 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Jumlah %
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23 100. 00
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23 100. 00
3 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 17 73. 91
4 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 16 69. 57
Keterangan: 1 = Jawaban Positif 0 = Berarti tidak atau negatif
5 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 13 56. 52
6 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 17 73. 91
7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23 10. 00
8 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 19 82. 61
9 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 13 56. 52
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23 100. 00
11 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 19 82 .61
12 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22 95 .65
Jum 10 10 7 12 12 12 10 9 12 9 9 9 11 9 9 12 10 10 8 10 11 8 9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59
Tabel 13. Hasil Rekapan Kuesioner Pra Penelitian untuk Anak No 4 5 6 12
Pernyataan Pohon bakau yang tidak terawat dapat menyebabkan pantai menjadi rusak Pohon bakau yang tidak terawat dapat membahayakan kehidupan ikan-ikan Pohon bakau yang tidak terawat dapat menyebabkan terjadinya erosi Saya merasa perlu buku panduan tentang cara memelihara pohon bakau
Persentase Jawaban 69,57% 56,52% 73,91% 95,65%
Hasil kuesioner pra peneltian yang diisi oleh guru dan anak menunjukkan bahwa betapa pentingnya memelihara pohon bakau agar keseimbangan ekologi dapat terjaga. Lasibani & Kamal (2010) dalam jurnal yang berjudul “Pola Penyebaran Pertumbuhan “PROPAGUL” Mangrove Rhizophoraceae di Kawasan Pesisir Sumatera Barat” menyatakan bahwa: “Kerusakan ekosistem mangrove di Indonesia lebih karena disebabkan keterbatasan pemahaman masyarakat tentang manfaat ekosistem mangrove di kawasan pasang surut tersebut. Pohon mangrove terus ditebang secara tidak terkendali hanya demi kepentingan ekonomi seperti pemanfaatan sebagai bahan industri arang untuk ekspor, kegiatan perikanan sebagai lahan tambak, pemukiman, pelabuhan, perkebunan, pertambangan, kawasan industri, dan sebagainya. Sehingga mengabaikan keseimbangan ekologi, keadaan ini diperlukan langkah-langkah pengelolaannya yang bijaksana untuk kelestarian sumberdaya alam ini”. Data-data tersebut menjadi acuan bagi peneliti untuk melakukan penelitian pengembangan dalam menyusun buku mewarnai tentang pentingnya memelihara pohon bakau di Mentawai. Buku mewarnai tersebut dapat dijadikan sebagai panduan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60
supaya anak-anak di Pulau Sikabaluan dan Pulau Sikakap menyadari tentang pentingnya mengkonservasi pohon bakau (empowering) sedini mungkin. c. Validasi Ahli Terhadap Kuesioner Pra Penelitian untuk Guru dan Anak Peneliti menyusun lembar validitas kuoesioner instrumen pra penelitian untuk guru dan anak yang divalidasi oleh seorang ahli, agar peneliti dapat membuat prototipe buku mewarnai “Memelihara Istana Bakau di Mentawai”. Adapun hasil validasi tersebut adalah: Tabel 14. Pedoman Kelayakan Pra Penelitian untuk Guru Rentang Skor
Skor Maksimal 45
1 sd 11
STB
Keseluruhan instrumen tidak layak digunakan
12 sd 22
TB
Keseluruhan instrumen belum layak digunakan Keseluruhan
instrumen
sudah
layak
dengan
23 sd 33
B
perbaikan
34 sd 45
SB
Keseluruhan instrumen sudah layak digunakan
Tabel 15. Hasil Validasi Instrumen Pra Penelitian untuk Guru Total Skor 37
Kelayakan SB
Keseluruhan instrumen sudah layak digunakan
Hasil dari validasi ahli adalah 37 (sangat baik) yang berarti keseluruhan instrumen sudah layak digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61
Tabel 16. Pedoman Kelayakan Pra Penelitian untuk Anak Rentang Skor
Skor Maksimal 40
1 sd 10
STB
Keseluruhan instrumen tidak layak digunakan
11 sd 20
TB
Keseluruhan instrumen belum layak digunakan
21 sd 30
B
Keseluruhan instrumen sudah layak dengan perbaikan
31 sd 40
SB
Keseluruhan instrumen sudah layak digunakan
Tabel 17. Hasil Validasi Instrumen Pra Penelitian untuk Anak Total Skor 35
Kelayakan SB
Keseluruhan instrumen sudah layak digunakan
Hasil validasi dari ahli adalah 35 (sangat baik) yang berarti keseluruhan instrumen sudah layak digunakan. d. Presentase Respon Guru dan Siswa dalam Mengisi Kuesioner Dari 30 kuesioner yang disebarkan kepada 23 anak, ada 23 yang kembali. Sedangkan 30 kuesioner yang sebarkan kepada guru, ada 14 yang kembali karena jumlah guru memang hanya ada 14 orang. Tabel 18. Presentase Respon Guru dan Siswa dalam Mengisi Kuesioner No 1 2
Nama Instrumen Kuesioner pra penelitian untuk anak Kuesioner pra penelitian untuk guru
Jum. Disebar
Jum. Kembali
%
30
23
76.67
14
14
100
Peneliti melihat bahwa ada respon baik dari guru dan anak terhadap pengisian kuesioner. Hal itu terlihat dari 30 kuesioner yang disebarkan kepada anak-anak,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62
hampir semua kembali. Semua guru juga mengisi kuesioner yang dibagikan dan mengembalikannya kepada peneliti. 3. Desain Produk Peneliti menyusun prototipe buku mewarnai dengan judul “Memelihara Istana Bakau”. Buku mewarnai tersebut terdiri dari 14 kumpulan gambar-gambar pohon bakau dan berbagai jenis ikan yang hidup di area pohon bakau. Ada empat belas gambar dalam buku yang diberi keterangan dengan menggunakan bahasa Mentawai di bawah gambar-gambar tersebut. Misalnya, bahasa Mentawai untuk gambar(1) “Pohon bakau dewasa”: bakat, (2) “Pohon bakau muda”: bakat simatuak, “Pohon bakau kecil”: bakat sigoisok. Keterangan untuk berbagai gambar ikan juga langsung disebutkan namanya sesuai dengan bahasa Mentawai, sebab anak-anak di sana lebih familiar dengan nama-nama tersebut, misalnya: patcengau, tuktukbekbek, sikapla, pamemelak, labo,bue, butekbaga, peddeman, lagguk,tuktuk, dan kopek. Dalam setiap gambar ada narasi singkat berbahasa Indonesia tentang pentingnya merawat bakau dan biota laut lainnya. Penggunaan bahasa Mentawai dalam penelitian ini dilatarbelakangi oleh kebudayaan setempat yang masih kental dengan kehidupan harmonis dengan alam, seperti arat sabulungan. Pada prinsipnya Arat Sabulungun merupakan suatu pengetahuan, nilai, aturan dan norma yang dipergunakan oleh masyarakat dalam memahami serta menginterpretasi lingkungan hidup yang ada di sekitarnya yang terdiri dari pola-pola interaksi manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, tanah, air, udara, dan juga benda-benda hasil-hasil buatan manusia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63
Hasil pemahaman tersebut digunakan untuk mendorong terwujudnya tindakan yang muncul dari orang-orang sebagai anggota masyarakat suku bangsa Mentawai. Arat sabulungun adalah adat istiadat yang hidup dalam masyarakat yang tercakup di dalamnya kepercayaan kepada hal-hal supra natural seperti roh-roh dan arwah-arwah yang mendiami seluruh alam ini baik tumbuh-tumbuhan, binatang, tanah dan bendabenda buatan manusia, sehingga merupakan juga kosmologi orang Mentawai. (Pujiraharjo & Rudito, 2014). Peneliti melihat bahwa memakai bahasa Mentawai dalam upaya melestarikan alam lingkungan sekitar merupakan sesuai dengan tradisi nenek moyang orang Mentawai yang diajarkan secara turun temurun. Oleh sebab itu memakai nama daerah dalam buku mewarnai “Memelihara Istana Bakau di Mentawai”, akan membuat anak lebih cepat mengingat, memahami apa yang diajarkan, sekaligus merasa dihargai sebagai orang mentawai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64
Gambar 2. Desain Cover Buku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65
Gambar 2. Desain 14 Gambar dalam Buku Mewarnai “Memelihara Istana Bakau di Mentawai”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66
4. Validasi Desain Validasi desain dilakukan satu kali oleh seorang ahli kelautan dan perikanan (Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Nusa Cendana, Kupang, Nusa Tenggara Timur). Adapun hasil validator dengan latar belakang ilmu kelautan dan perikanan adalah: Tabel 19. Validasi dari ilmu kelautan dan perikanan N o. 1
2
3.
Komponen yang dinilai Cover a. Judul buku menarik b. Judul buku sesuai dengan tujuan pengenalan konservasi ekosistem bakau c. Ilustrasi cover mendukung judul d. Ilustrasi buku menggambarkan ekosistem bakau Format penulisan buku a. Sesuai kaidah penulisan buku b. Gambar pada buku mendukung tujuan Bahasa d. Bahasa sesuai dengan kaidah penulisan yang baik dan benar. e. Susunan kalimat dapat dipahami oleh anak seusia 6-8 tahun. f. Pilihan kata sesuai karakteristik anak
4. a.
Isi Buku Gambar-gambar yang disajikan memberi pengertian baru pada anak usia 6-8 tahun
1
Skor 2 4
5 V V
V V
Saran Untuk point c tentang ilustrasi cover : gambar biota dalam ilustrasi cover kurang beragam, didominasi oleh ikan. Mangrovenya hanya ada satu jenis yang ditampilkan. Selain itu jangan lupa, ada moluska dan biota air lainnya, bahkan ada burung d. sama dengan c.
V V
V V V
Definisi bakau terlalu rumit dipahami oleh anak berusia 6-8 tahun dengan bahasa - bahasa yang baru seperti “komunitas”, ekosistem, pasang surut
V
Gambar-gambarnya kurang beragam dan kurang mewakili biota pada ekosistem mangrove. Contoh biota yang tidak ada: gastropoda/keong, ular, burung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67
b.
c.
Isi cerita mengandung unsur refleksi bagi anak untuk memelihara ekosistem bakau Gambar menarik dan sesuai keadaan nyata di Mentawai
V
V
Saya mengalami kesulitan untuk menilai karena saya tidak mengetahui keadaan nyata di Mentawai
d.
Gambar mendukung imajinasi V anak untuk mengembangkan cerita mengenai ekosistem bakau e. Gambar sesuai dengan V kemampuan anak umur 6-8 tahun dalam hal mewarnai dengan baik. Saran validator : 1. Apakah mangrove di Mentawai hanya berakar tongkat/tunjang saja? sebab ada satu lagi yang khas dari mangrove yang memiliki perakaran cakar ayam atau yg lain. 2. Coba tunjukkan pohon bakau dengan dua model perakaran yang khas di Mentawai. 3. Beberapa gambar yang buram harus diperbaiki. 1 + 4 + 36 + 10 = 51 Total Skor
Tabel 20. Pedoman Kelayakan Prototipe Score 1 sd 16 17 sd 32
(Score Max 65) STB TB
33 sd 48 49 sd 65
B SB
Keterangan Prototipe buku tidak layak digunakan Prototipe buku belum layak digunakan Prototipe buku sudah layak dengan perbaikan Prototipe buku sudah layak digunakan
Hasil penilaian validator adalah 51. Berdasarkan tabel kelayakan tersebut di atas maka prototipe yang dikembangkan peneliti “sangat baik” sehingga layak diujicobakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68
5.
Revisi Desain
Peneliti melakukan revisi desain sesuai dengan komentar validator, yaitu: pertama, memperbaiki gambar yang buram. Kedua, tetap mempertahankan gambar bakau yang berakar tunjang, sebab pohon bakau yang berakar tunjang tersebut merupakan bakau yang khas di Mentawai. a. Memperbaiki gambar yang buram
Gambar 5. Perbaikan gambar b. Peneliti tetap mempertahankan gambar bakau yang berakar tunjang, sebab pohon bakau yang berakar tunjang tersebut merupakan bakau yang khas di Mentawai.
Hal
ini
dapat
dibuktikan
dengan
beberapa
foto
yang
didokumentasikan oleh peneliti ketika sedang menanam bakau di Mentawai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69
Gambar 6. Bakau berakar tunjang yang khas di Mentawai 6.
Uji Coba Produk Uji coba produk peneliti lakukan di SD St. Fransiskus Sikabaluan, pada
tanggal 16-19 Juni 2015. Dilanjutkan pada tanggal 25 Juni 2015 peneliti melakukan uji coba di Dusun Kosai Baru, Sikakap. Keterangan tentang pelaksanaan uji coba akan peneliti terangkan berikut ini: a. Uji Coba Prototipe Buku di Sikabaluan Peneliti melakukan uji coba pada tanggal pada tanggal 16 Juni dan 17 Juni 2015 di SDK St.Fransiskus Sikabaluan dengan cara mengajara di kelas dan memperkenalkan prototipe buku mewarnai tersebut. Peneliti menunjukkan gambar-gambar tentang pohon bakau yang masih kecil dan yang sudah besar dilanjutkan dengan berceritera tentang beberapa jenis ikan yang hidupnya disekitar pohon bakau. Setelah itu anak-anak diajak untuk melihat buku tersebut dan dibagikan berbagai macam gambar seperti yang terdapat di dalam buku tersebut, agar mereka dapat mewarnainya. Anak-anak diberi kebebasan untuk mengekspresikan kreativitasnya dalam hal memilih warna untuk memberi warna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70
terhadap
gambar-gambar
yang peneliti
berikan sesuai
dengan
dengan
imajinasinya.
. Gambar 7. Kegiatan Mewarnai Buku di dalam Kelas Selain mengajar di dalam kelas, peneliti juga mengajak anak untuk belajar di luar kelas. Kegiatan mini trip ke pantai ini dilakukan sore hari setelah anak-anak pulang sekolah. Peneliti mengajak anak-anak menuju pantai untuk melihat pohonpohon bakau yang tersebar di sepanjang tepi pantai sambil menerangkan betapa kuatnya akar bakau mencengkeram tanah tepi pantai. Kemudian peneliti mengajak anak-anak duduk melingkar untuk mendengarkan cerita peneliti tentang manfaat pohon bakau. Setelah bercerita singkat tentang pohon bakau, peneliti mengajak anakanak untuk melihat langsung pohon bakau yang berada di tepi pantai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71
Gambar 8. Kegiatan belajar di luar kelas (pantai) Kegiatan belajar di dalam kelas maupun di luar kelas menjadi kegiatan yang sangat menarik dan menyenangkan bagi anak-anak di Sikabaluan. Kegiatan di luar kelas peneliti akhiri dengan kegiatan tanya jawab seputar manfaat pohon bakau. Hasilnya, anak-anak dengan antusias menjawab pertanyaan yang peneliti berikan. b. Uji Coba di Sikakap Di Sikakap, peneliti melakukan uji coba buku dengan mengajak 6 anak mewarnai gambar. Sebelum mewarnai gambar, peneliti mengajak anak duduk melingkar diteras rumah untuk mendengarkan penjelasan singkat tentang gambar yang akan mereka warnai. Setelah menjelaskan, peneliti juga memberikan beberapa pertanyaan tentang pohon bakau dan jenis-jenis ikan yang hidup di sekitar pohon bakau. Beberapa anak menjawab pertanyaan tersebut meskipun jawabannya ada yang keliru. Akhirnya peneliti membagikan gambar-gambar pohon bakau dan biota laut untuk diwarnai oleh mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72
Gambar 9. Kegiatan mewarnai gambar jenis biota laut Setelah mewarnai gambar, peneliti bersama anak-anak menanam pohon bakau di tepi pantai. Sebelumnya, peneliti sudah menyiapkan sekitar 30 batang bibit bakau yang akan ditanam di muara pantai Dusun Kosai Baru, Sikakap. Peneliti membagikan 5 batang bibit bakau kepada setiap anak dan setiap anak harus bertanggung jawab untuk menanamnya.
Gambar 10. Kegiatan menanam pohon bakau Kegiatan menanam pohon bakau merupakan salah satu bentuk “empowering” kepada anak-anak agar dengan menanam pohon bakau secara langsung mereka mengetahui betapa pentingnya menjaga dan memelihara pohon bakau.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73
4.1.2
Deskripsi Kualitas Prototipe Buku Mewarnai Deskripsi kualitas prototipe buku mewarnai “Memelihara Istana Bakau di Mentawai” peneliti dapatkan setelah mengolah kuesioner persepsi siswa terhadap kualitas buku tersebut. Kuesioner dibagikan setelah peneliti melakukan uji coba di Sikabaluan kepada 23 siswa. Adapun hasil olah data yang didapat peneliti adalah sebagai berikut:
Tabel 21. Instrumen penelitian persepsi siswa terhadap kualitas buku mewarnai “memelihara istana bakau di mentawai” untuk anak usia 6-8 tahun No. Pernyataan 1. Buku mewarnai “Memelihara Istana 1 Bakau di Mentawai” mudah dipahami karena bahasanya sederhana. 2. Gambar pada buku mewarnai “Memelihara Istana Bakau di Mentawai” membuat saya tertarik untuk mempelajari bakau. 3. Dengan mewarnai, saya memahami bahwa pohon bakau dapat melindungi pantai dari badai. 4. Gambar-gambar dalam buku mewarnai “Memelihara Istana Bakau di Mentawai” mudah untuk diwarnai. 5. Dengan mewarnai, saya mengerti bahwa pohon bakau dapat menjadi tempat berlindungnya ikan-ikan kecil. 6. Dengan mewarnai, saya mengerti cara memelihara pohon bakau dengan tidak mencabutnya sembarangan. 7. Dengan mewarnai, saya mengetahui
Skor 2 4
Komentar 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74
8.
9.
10.
11.
12.
bahwa pohon bakau yang tidak terawat dapat menyebabkan terjadinya erosi. Dengan mewarnai, saya mengetahui bahwa buah dari pohon bakau sebaiknya ditanam supaya dapat tumbuh menjadi pohon bakau yang baru. Dengan mewarnai, saya mengetahui jenis-jenis ikan yang hidup di sekitar bakau Dengan mewarnai, saya dapat memahami bahwa pohon bakau yang tidak terawat dapat menyebabkan pantai menjadi rusak. Dengan adayanya buku mewarnai “Memelihara Istana Bakau di Mentawai” membuat saya cinta akan lingkungan sekitar. Buku mewarnai “Memelihara Istana Bakau di Mentawai” membantu saya menjadi duta cilik lingkungan peduli bakau. Jumlah Skor
Kesimpulan: Buku Mewarnai yang dikembangkan dinyatakan: 4. Layak untuk digunakan/uji coba lapangan tanpa revisi 5. Layak untuk digunakan/uji coba lapangan dengan revisi sesuai saran 6. Tidak layak untuk digunakan/uji coba lapangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75
Tabel 22. Tabel Analisis Instrumen Persepsi Siswa Terhadap Kualitas Prototipe Buku Nomor Siswa
1
2
4
5
Jumlah
Rerata
1
0
0
2
9
53
4.42
2
0
0
4
8
48
4.00
3
0
0
7
5
53
4.42
4
2
1
6
3
61
5.08
5
2
1
5
4
54
4.50
6
0
0
5
7
60
5.00
7
0
0
5
7
60
5.00
8
4
1
1
6
41
3.42
9
3
2
4
3
26
2.17
10
0
0
9
3
51
4.25
11
0
1
5
6
77
6.42
12
1
0
5
6
56
4.67
13
1
0
5
6
56
4.67
14
0
1
8
3
57
4.75
15
0
0
11
1
93
7.75
16
0
0
4
8
84
7.00
17
0
1
5
5
47
3.92
18
0
1
6
5
57
4.75
19
0
0
6
6
66
5.50
20
1
4
6
1
50
4.17
21
0
0
5
6
60
5.00
22
1
1
5
5
53
4.42
23
1
1
5
5
53
4.42
Jumlah
16
15
124
118
636
4.57
Hasil persepsi anak terhadap kualitas buku mewarnai adalah 4,57. Jika mengikuti skala Likert menurut Widoyoko (2012:112) maka rerata skore 4,57 dikategorikan sangat baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76
Tabel 23. Hasil Rekapan Persepsi Siswa Terhadap Kualitas Buku Mewarnai No 6 7 11
Pernyataan
Persentase Jawaban Siswa mengerti cara memelihara pohon bakau dengan tidak 93,3% mencabutnya sembarangan Siswa memahami bahwa pohon bakau yang tidak terawat 86,9% dapat menyebabkan erosi Dengan adanya buku mewarnai dapat menumbuhkan rasa 95, 6% cinta siswa terhadap lingkungan sekitar Hasil persepsi siswa di Sikabaluan setelah mengikuti uji coba adalah 86.9%
siswa memahami pohon bakau yang tidak terawat dapat menyebabkan erosi, 93.3% siswa mengerti cara memelihara pohon bakau dengan tidak mencabutnya sembarangan, 95. 6% siswa menyadari tentang pentingnya mencintai lingkungan sekitar. 4.2 Pembahasan Nilai validasi prototipe buku mewarnai “Memelihara Istana Bakau di Mentawai” adalah 51 maka layak diuji cobakan. Uji coba peneliti lakukan pada tanggal 16-19 Juni 2015 di SD St.Fransisikus Sikabaluan. Hasil persepsi siswa seusai uji coba adalah 86.9% siswa mengetahui bahwa pohon bakau yang tidak terawat dapat menyebabkan terjadinya erosi, 93.3% siswa mengerti salah satu cara memelihara pohon bakau adalah dengan tidak mencabutnya sembarangan, 95. 6% siswa menyadari tentang pentingnya mencintai lingkungan sekitar. Kualitas prototipe buku dinilai sangat baik oleh validator dan persepsi anak terhadap prototipe tersebut juga sangat baik karena prototipe tersebut dikembangkan peneliti dengan memperhatikan beberapa prinsip sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77
1. Prototipe Berisi Gambar-gambar Biota Laut yang Bergantung pada Keberadaan Pohon Bakau. Pohon bakau (mangrove) merupakan ekosistem yang kompleks terdiri atas flora dan fauna daerah pantai, hidup sekaligus di habitat daratan dan air laut, antara batas air pasang dan surut. Ada banyak manfaat pohon bakau baik dari segi fisik, biologis, maupun ekonomis. Salah satu manfaat pohon bakau di kepulauan Mentawai adalah tempat menghasilkan madu, kepiting, udang, tiram, kerangkerangan dan ikan serta makanan bagi binatang serta tempat terbaik bagi budidaya ikan air payau dalam keramba. Pohon bakau juga bermanfaat untuk memberikan tempat tumbuh bagi udang dan ikan yang berimigrasi ke area pohon bakau (mangrove) ketika muda, dan kembali ke laut ketika mendekati usia matang seksual. Selain itu udang karang dan ikan yang bereproduksi di hulu sungai (freshwater upstream) dan bermigrasi pada masa mudanya karena makanan yang berlimpah di daerah pohon bakau (mangrove). Pada penelitian ini, jenis biota laut yang menggantungkan hidupnya terhadap kelestarian pohon bakau adalah ikan dan kerang, seperti patcengau, tuktukbekbek,sikapla, pamemelak, labo,bue, butekbaga, peddeman, lagguk,tuktuk, dan kopek (diterjemahkan dalam bahasa Mentawai). Buku mewarnai “Memelihara Istana Bakau di Mentawai” terdiri dari kumpulan gambar-gambar pohon bakau dan berbagai jenis ikan yang hidup di area pohon bakau. Jenis ikan dan kerang dipilih karena jenis biota laut tersebut memiliki ketergantungan hidup terhadap kelestarian pohon bakau. Selain itu, jenis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78
biota laut tersebut menjadi jenis biota laut yang familiar dengan anak-anak di Sikabaluan dan Sikakap. Oleh sebab itu, prototipe buku mewarnai “Memelihara Istana Bakau di Mentawai” yang berisi gambar-gambar biota laut dan bergantung pada keberadaan pohon bakau, sangat baik digunakan untuk membantu persepsi anak 6-8 tahun tentang pentingnya mencintai lingkungan sekitar (empowering). 2. Prototipe
Buku
Mewarnai
menjadi
Sarana
Pendidikan
Cinta
Lingkungan Hidup Demi Masa Depan Mentawai yang Lebih Baik. Bumi Mentawai memiliki kekayaan hayati yang demikian besar yang harus diupayakan kelestariannya. Salah satu kekayaan hayati di sana adalah adanya pohon-pohon bakau (Rhizopora sp). Akar-akar pohon bakau yang tumbuhnya melengkung, saling berkelindan satu sama lain menunjukkan jika pada dasarnya pohon-pohon tersebut telah membentuk pagar alami untuk melindungi pantai dari gerusan abrasi. Sementara itu, di bawah naungan kerindangan pohon-pohon bakau tersebut hiduplah kerang, kepiting dan biota laut lainya. Sayangnya, ada beberapa masyarakat Mentawai yang akhir-akhir ini kurang memiliki kesadaran untuk melestarikan bakau, terumbu karang, dll kerap
menebang
pohon-pohon
bakau
dan beberapa mayarakat Mentawai untuk
memenuhi
kebutuhan
perekonomiannya tanpa memikirkan upaya untuk melakukan penghijauan. Upaya tersebut akan berjalan dengan baik jika anak-anak bisa belajar untuk mengetahui cara memelihara pohon bakau.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79
Pendidikan karakter cinta lingkungan adalah suatu proses untuk membangun populasi manusia di dunia yang sadar dan peduli terhadap lingkungan total (keseluruhan) dan segala masalah yang berkaitan dengannya, dan masyarakat yang memiliki pengetahuan, ketrampilan, sikap dan tingkah laku, motivasi serta komitmen untuk bekerja sama, baik secara individu maupun secara kolektif, untuk dapat memecahkan berbagai masalah lingkungan saat ini, dan mencegah timbulnya masalah baru. Upaya untuk mengintegrasikan pendidikan cinta lingkungan baik di kelas maupun di tengah masyarakat Mentawai peneliti lakukan karena mendapat inspirasi saat mengikuti “Program pengenalan konservasi lingkungan pada anak (conservation scout)” di Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) – Universitas Sanata Dharma. Program tersebut ditujukan kepada anak-anak usia dini dan sekolah dasar (3-12 tahun). Tujuan dari program ini adalah untuk menanamkan pendidikan karakter cinta lingkungan pada anak-anak. Davis (1998) menuliskan bahwa hubungan antara anak dengan alam sekitarnya merupakan landasan yang penting untuk membangun hubungan yang baik antara manusia dengan alam. Secara alami, anak adalah penjelajah alami. Mereka mengobservasi dan meneliti lingkungan di sekitar mereka secara alami dan belajar darinya (learning by doing). Belajar adalah aktivitas pengembangan diri, bukan sekedar menguasai hafalan atau mengerjakan latihan tetapi tujuan dari belajar yang utama bukan sematamata demi mendapatkan nilai yang tinggi, tapi menguasai sejumlah keterampilan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80
(lifeskill) yang diperoleh dari proses belajar.
Hal tersebut peneliti upayakan
dengan mengajak anak-anak belajar di luar kelas untuk melakukan aksi menanam pohon bakau. Sedini mungkin anak-anak tersebut dilatih untuk memiliki kepedulian terhadap upaya mengkonservasi bakau supaya mereka tumbuh menjadi generasi pembaharu Mentawai yang peduli terhadap lingkungannya. Oleh karena itu, dengan aktivitas menanam bakau yang peneliti dan anak-anak lakukan menjadi salah satu cara memelihara kekayaan hayati (pohon bakau) dan anak-anak di Mentawai dapat menjadi peduli terhadap lingkungan. Peneliti berharap dengan inspirasi tersebut menjadi landasan yang kuat bagi peneliti untuk mengintegrasikan pendidikan cinta lingkungan hidup melalui penyuluhan kepada masyarakat sehingga pendidikan lingkungan hidup dapat mengubah perilaku dan sikap yang bisa meningkatkan pengetahuan ketrampilan dan kesadaran masyarakat tentang nilai-nilai lingkungan dan isu permasalahan lingkungan dan akhirnya mampu menggerakkan masyarakat untuk berperan aktif dalam upaya pelestarian lingkungan dan keselamatan untuk kepentingan generasi Mentawai sekarang dan masa yang akan datang. 3. Prototipe Dikembangkan dalam Bentuk Buku Gambar yang Sesuai dengan Karakteristik Anak Usia 6-8 Tahun. Mewarnai merupakan kegiatan memberi warna pada suatu media tertentu atau pada media bergambar. Mewarnai merupakan suatu keterampilan yang disukai oleh anak, khususnya anak-anak usia 3-9 tahun (dalam hal ini penelitian peneliti masuk ke dalam tahap usia 6-8 tahun) sebab mewarnai menjadi media bagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81
mereka untuk menuangkan segala imajinasi dan inspirasi tentang segala hal yang pernah disentuh atau dialami. Prototipe buku yang dikembangkan peneliti berisi 14 gambar yang dapat digunakan anak untuk mengembangkan imajinasinya. Peneliti memilih media mewarnai buku karena sesuai dengan karakterisitik anak yang berada pada tahap praoperasional konkrit dan intuitif. Adapaun ciri pokok perkembangan pada tahap praoperasional konkret (usia 2-4 tahun) ini adalah anak mampu menggunakan simbol dan bahasa dalam mengembangkan konsepnya, walaupun masih sangat sederhana. Gambar biota laut yang ada di dalam buku mewarnai “Memelihara Istana Bakau di Mentawai” menjadi salah satu simbol yang digunakan peneliti dalam mengembangkan kemampuan anak untuk memahami menggambarkan suatu konsep melalui media gambar. Peneliti juga menggunakan bahasa Mentawai dalam setiap keterangan gambar biota laut. Tujuannya adalah agar anak-anak mampu memahami dan mengasah kemampuan berbahasanya melalui bahasa Indonesia dan Mentawai dengan baik. Pada usia 6-8 tahun merupakan masa-masa sensitif anak usia dini yang mencakup
sensitivitas
terhadap
keteraturan
lingkungan,
mengeksplorasi
lingkungan dengan lidah dan tangan, berjalan, sensitivitas terhadap obyek-obyek kecil dan detail, serta terhadap aspek-aspek sosial kehidupan. Oleh sebab itu dalam penelitian ini periode sensitifitas anak diolah melalui kegiatan mewarnai dan menggambar. Selain itu dalam mengeksplorasi lingkungan dengan tangan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82
berjalan, peneliti mengajak anak-anak untuk melihat dan menanam secara langsung pohon bakau di tepi pantai. Oleh sebab itu, prototipe buku mewarnai “Memelihara Istana Bakau di Mentawai” peneliti kembangkan untuk membantu persepsi anak 6-8 tahun tentang pentingnya mencintai lingkungan sekitar (empowering) khususnya pohon bakau. 4. Kelebihan dan Kekurangan Produk Melalui validasi dan uji coba, peneliti memperoleh masukan tentang kualitas produk yang peneliti kembangkan. Data tersebut membantu peneliti untuk dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan produk yang peneliti kembangkan. Berikut penjelasan mengenai kelebihan dan kelemahan produk berupa prototipe buku mewarnai “Memelihara Istana Bakau di Mentawai” unutuk Anak 6-8 tahun. a. Kelebihan Produk Buku Mewarnai 1. Prototipe buku mewarnai berisi informasi tentang pentingnya bakau bagi kehidupan biota laut dan pelindung pantai dari tsunami. 2. Prototipe buku disusun dengan memperhatikan karakteristik anak usia 6-8 tahun yang senang dengan melihat gambar dan mewarnai. 3. Gambar-gambar yang terdapat dalam prototipe buku sesuai dengan konteks kehidupan anak-anak di Mentawai sehari-hari. 4. Prototipe buku mewarnai dapat membantu anak mengekspresikan kreativitas anak untuk mewarnai gambar dengan aneka macam warna.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83
5. Prototipe buku berisi refleksi yang mengugah kesadaran anak untuk mencintai pohon bakau yang menjadi salah satu kekayaan hayati masyarakat Mentawai. b. Kelemahan Produk Buku Mewarnai 1. Jumlah gambar biota laut terbatas hanya 12 gambar dengan nama yang familiar dengan anak-anak di Mentawai. 2. Prototipe buku mewarnai didominasi oleh 12 gambar biota laut yang tidak ada penjelesan singkat dalam kaitannya dengan pohon bakau.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN Isi dari bab ini adalaha uraian tentang kesimpulan, keterbatasan penelitian dan saran. berikut penjelasannya. A. KESIMPULAN Prototipe buku mewarnai tentang pohon bakau “Memelihara Istana Bakau di Mentawai” untuk anak 6-8 tahun yang dikembangkan melalui penelitian ini sudah layak digunakan. Hal ini dapat dibuktikan melalui tahap validasi oleh ahli dan uji coba kepada siswa di SDK St.Fransiskus Sikabaluan pada tanggal 16-19 Juni 2015 dan tanggal 25 Juni 2015 di Dusun Kosai Baru, Sikakap. Adapun kelayakan kualitas prototipe buku mewarnai tentang pohon bakau “Memelihara Istana Bakau di Mentawai” untuk anak 6-8 tahun ini ditunjukkan dari: 1. Proses penyusunan prototipe buku mewarnai “Memelihara Istana Bakau di Mentawai” dilakukan dengan 6 langkah penelitian dan pengembangan yang meliputi: (1) Potensi dan masalah, (2) Pengumpulan data, (3) Desain produk, (4) Uji validasi desain, (5) Revisi desain, (6) Uji coba produk. 2. Kualitas prototipe buku yang dihasilkan mendapatkan nilai 51 yang berarti sangat baik, sehingga layak diujicobakan.
84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85
B. KETERBATASAN Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini antara lain: 1. Prototipe buku hanya divalidasi oleh satu orang validator ahli kelautan dan perikanan, sebab instrumen validasi yang diberikan kepada guru tidak dikembalikan. 2. Kepulauan Mentawai hanya terdiri dari 4 pulau besar. Pelaksanaan uji coba prototipe buku hanya bisa dilakukan kepada salah satu sekolah di SD St. Fransiskus, Sikabaluan dan Sikakap 3. Uji coba prototipe buku kepada guru tidak bisa peneliti lakukan sebab guru-guru sudah disibukkan dengan pelatihan dan seminar seusai pembagian raport. 4. Masih perlu dipikirkan buku cinta pohon bakau yang dapat digunakan oleh masyarakat luas. 5. Peneliti melakukan uji coba dengan dana dari salah satu instansi sosial swasta yang bergerak di bidang pendidikan, bukan atas bantuan dari pihak sekolah dan pemerintah daerah Mentawai. 6. Prototipe berisi gambar biota laut yang terbatas hanya 12 gambar dengan nama yang familiar dengan anak-anak di Mentawai dan tidak ada penjelasan singkat dalam kaitannya dengan pohon bakau.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86
C. SARAN 1. Sebaiknya prototipe buku minimal divalidasi oleh dua orang validator. 2. Pelaksanaan uji coba sebaiknya meliputi empat sample dari SD yang terdapat di setiap pulau di Mentawai. 3. Sebaiknya uji coba prototipe buku juga dilakukan kepada guru dari SD yang terdapat di setiap pulau di Mentawai. 4. Pengadaan buku cinta pohon bakau yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Mentawai secara umum perlu ditindaklanjuti. 5. Peneliti perlu bekerja sama dengan pihak pihak sekolah dan pemerintah daerah Mentawai. 6. Prototipe sebaiknya berisi gambar biota laut yang lebih dari 12 gambar dan dikaitkan dengan pohon bakau.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87
DAFTAR PUSTAKA Arsyad , A. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers. Arsyad , A. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Arsyad, A. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Arief, A. 2003. Hutan Mangrove, Fugsi dan Manfaatnya. Yogyakarta: Kanisius. Arikunto, S. 1990. Manajemen Pengajaran secara Manusiawi. Jakarta: Rineka Cipta. Davis, Julie. 1998 Young Children, Environmental Education and The Future. Dalam Journal of Education and The Environment, (hal 11). Daryanto. 2011. Media Pembelajaran. Bandung: PT. Sarana Tutorial Nurani Sejahtera. Djiwandono & Wuryani, Esti Sri. 2002. Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Grasindo. Ena, Teda Ouda. 2001. Multimedia Interaktif. Jakarta : PT Rineka Cipta. Farida, A. 2012. Sekolah yang Menyenangkan: Metode Kreatif Mengajar dan Pengembangan Karakter Siswa. Bandung: NUANSA. Gerlad, L.G. (Ed.). 2011. Metode Montessori: Panduan Wajib untuk Guru dan Orangtua Didik PAUD. Yogyakarta: Citra Mandiri. Gunarsa, S & Yulia, S.G 2008. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia. Gufran, MH. 2012. Ekosistem Mangrove. Jakarta: Rineka Cipta. Hidaya, Z. 1997. Ensiklopedia: Suku Bangsa Indonesia. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia. Hujair, AH. 2013. Media Pembelajaran Interaktif-Inovatif. Yogyakarta: Kaukaba Dipantara. Kurniawan, D. 2014. Pembelajaran Terpadu Tematik. Bandung: Alfabeta. Kurniawan, K. K. 2013. Kampanye Edukasi Eksplorasi Terumbu Karang untuk Anak Sekolah Dasar di Bali melalui Desain Komunikasi Visual. Dalam Jurnal Ilmiah Strata 1. Bali: Institut Seni Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88
Lasibani, M.S & Kamal, Eni. 2010. Pola Penyebaran Pertumbuhan ”Propagul” Mangrove Rhizophoraceae di Kawasan Pesisir Sumatera Barat. Dalam Jurnal Mangrove dan Pesisir X (1), Februari 2010: 33-38. Lowe, Phil. 1993. Empowering Individuals. Great Bretain: Kogan Page. Mulyadi, dkk. 2009. Konservasi Hutan Mangrove sebagai Ekowisata. Dalam Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol.1 Edisi Khusus. Jawa Timur: UPN Veteran. Murdianin, S.N. 2009. Pengaruh Kegiatan Mewarnai Gambar dalam Meningkatkan Motorik Halus Anak di Kelompok B Tk Jaya Kumara Desa Balinggi Jati Kecamatan Balinggi. Kabupaten Parigi Moutong. Dalam Jurnal Ilmu Pendidikan No. Stambuk A 411 09 039. Palu: Universitas Tadulako. Nuryanti, L. 2008. Psikologi Anak. Jakarta: PT INDEKS. Prasetyo, DS. 2008. Biarkan Anakmu Bermain. Yogyakarta: DIVA Press. Prijono, O & Pranarka, A. 1966. Pemberdayaan (Empowerment) Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan dan Implementasi. Jakarta: CSIS. Purnobasuki, Hery. 2005. Tinjauan Perspektif Hutan Mangrove. Surabaya: Airlangga University Press. Pemerintah Republik Indonesia, (2003), Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta. Samarakoon, S & Parinduri, A. R. 2015. Does Education Empower Women? Evidence from Indonesia. Dalam Journal World Development Vol. 66, pp. 428–442. Sari, Wahyu W. (2014) “Persepsi Guru dan Siswa SD di Yogyakarta terhadap Program Conservation Scout”. Dalam Jurnal BIOEDUKATIKA Vol.2 No. 2. Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan Sastrapratedja. 2013. Pendidikan sebagai Humanisasi. Jakarta: Pusat Kajian Filsafat dan Pancasila. Sulistiyowati, Hari. 2009. Biodiversitas Mangrove di Cagar Alam Pulau Sempu. Dalam Jurnal Sainstek, Vol 8 No. 1, Juni 2009. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suparno, Paul. 2001. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Kanisius.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89
Suparno, Paul. 2002. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Kanisius. Suryono. Ahmad. 2013. Sukses Usaha Pembibitan Mangrove: Sang Penyelamat Pulau. Yogyakarta: Pustaka Baru Press. Syam, dkk. 2003. Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan. Surabaya: Usaha Nasional. Widoyoko, P.E. 2012. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Sumber Internet: http://mentawaikab.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/8 di akses 10 November 2015). http://pencerahnusantara.org/kabupaten-kepulauan-mentawai/ di akses 10 November 2015).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1. Pengumpulan Data Awal Kisi-Kisi Instrumen Pra-Penelitian untuk Guru dan Anak Nomor No
Aspek Item
1.
Manfaat bakau bagi masyarakat Mentawai
1-3
2.
Bahaya jika merusak pohon bakau
4-7
3.
Upaya-upaya yang dilakukan mengkonservasi pohon bakau
8-9
4.
Sarana-sarana yang diperlukan untuk menyadarkan atau memberdayakan (empowering) masyarakat tentang mengkonservasi pohon bakau
Saran atau komentar:
10-12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91
Lampiran 2. Instrumen Pra Penelitian Guru Lembar Pertanyaan Pra Penelitian untuk Guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97
Lampiran 3. Instrumen Pra Penelitian Anak Lembar pertanyaan Pra Penelitian untuk Anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99
Lampiran 4. Instrumen Validasi Guru Lembar Validitas Kuesioner kepada Guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101
Lampiran 5. Instrumen Validasi Anak Lembar Validitas Kuesioner kepada Anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103
Lampiran 6. Instrumen Validasi Ahli Lembar Kuesioner Validasi Buku oleh Ahli Kelautan dan Perikanan Validasi Ahli Kelautan dan Perikanan No. 1
2
3.
4.
Komponen yang dinilai Cover e. Judul buku menarik f. Judul buku sesuai dengan tujuan pengenalan konservasi ekosistem bakau g. Ilustrasi cover mendukung judul h. Ilustrasi buku menggambarkan ekosistem bakau Format penulisan buku c. Sesuai kaidah penulisan buku d. Gambar pada buku mendukung tujuan Bahasa g. Bahasa sesuai dengan kaidah penulisan yang baik dan benar. h. Susunan kalimat dapat dipahami oleh anak seusia 6-8 tahun. i. Pilihan kata sesuai karakteristik anak
Isi Buku
1
Skor 2 4
5 V V
V V
Saran Untuk point c tentang ilustrasi cover : gambar biota dalam ilustrasi cover kurang beragam, didominasi oleh ikan. Mangrovenya hanya ada satu jenis yang ditampilkan. Selain itu jangan lupa, ada moluska dan biota air lainnya, bahkan ada burung d. sama dengan c.
V V
V
V
V
Definisi bakau terlalu rumit dipahami oleh anak berusia 6-8 tahun dengan bahasa - bahasa yang baru seperti “komunitas”, ekosistem, pasang surut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104
f. Gambar-gambar yang disajikan memberi pengertian baru pada anak usia 6-8 tahun g.
h.
Isi cerita mengandung unsur refleksi bagi anak untuk memelihara ekosistem bakau Gambar menarik dan sesuai keadaan nyata di Mentawai
V
Gambar-gambarnya kurang beragam dan kurang mewakili biota pada ekosistem mangrove. Contoh biota yang tidak ada: gastropoda/keong, ular, burung V
V
Saya mengalami kesulitan untuk menilai karena saya tidak mengetahui keadaan nyata di Mentawai
i. Gambar mendukung V imajinasi anak untuk mengembangkan cerita mengenai ekosistem bakau j. Gambar sesuai dengan V kemampuan anak umur 6-8 tahun dalam hal mewarnai dengan baik. Saran validator : 4. Apakah mangrove di Mentawai hanya berakar tongkat/tunjang saja? sebab ada satu lagi yang khas dari mangrove yang memiliki perakaran cakar ayam atau yg lain. 5. Coba tunjukkan pohon bakau dengan dua model perakaran yang khas di Mentawai. 6. Beberapa gambar yang buram harus diperbaiki. 1 + 4 + 36 + 10 = 51 Total Skor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105
Lampiran 7. Instrumen Persepsi Siswa Instrumen Penelitian Persepsi Siswa Terhadap Kualitas Buku Mewarnai “Memelihara Istana Bakau di Mentawai” untuk Anak Usia 6-8 Tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 113
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 114
Lampiran (8) Presensi Kehadiran Workshop “Empowering Masyarakat Mentawai dalam Konteks Ekologi, Konservasi, dan Spritualitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 116
Lampiran (9) Presensi Kehadiran Selebrasi Konservasi Mangrove
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 118
Lampiran (10) Tabel Jadwal Penelitian
Kegiatan
Bulan Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni-Juli
Studi Pustaka (Bab I-III) Draf I Prototipe Buku Validasi Revisi Prototipe dan Cetak Prototipe Uji Terbatas ke Mentawai Training Guru dan Siswa di Mentawai
Kegiatan
Bulan Agustus
September
Oktober
Olah Data Susun Bab IV Revisi Bab I-IV Revisi Bab I-V Latihan Ujian Skripsi Ujian Skripsi
Revisi Akhir Modul
November
Desember
Januari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran (11) Hasil Kegiatan Anak Saat Uji Coba Mewarnai Gambar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 121
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 122
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 123
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran (12) Foto Kegiatan Uji Coba di Dalam Kelas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 127
Lampiran (13) Foto Kegiatan di Luar Kelas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 128
Lampiran (14)
BIODATA PENULIS Mespin Zulian Samaloisa dilahirkan di Kosai Baru, Kecamatan Sikakap, Kabupaten Kepulauan Mentawai tanggal 14 April 1992. Penulis lulus SD tahun 2003 dari SDK St.Vincentius, Sikakap. Pada tahun 2003 penulis melanjutkan pendidikan di SMP Swt. Tri Bhakti, Sikakap. Pada tahun 2006 melanjutkan studi di SMA N I Pagai Utara Selatan, Sikakap. Pada tahun 2009-2010 melanjutkan studi di Seminari Menengah St.Petrus Aek Tolang, Sibolga. Pada tahun 2010-2012, penulis melanjutkan pendidikan di Tahun Orientasi Rohani (TOR) di Pematang Siantar. Tahun 2012 terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama menempuh studi di Universitas Sanata Dharma, penulis aktif dalam kegiatan BEMF, HMPS, Seminar, dan kegiatan kepanitiaan.