PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGEMBANGAN PROTOTYPE BUKU CERITA ANAK TENTANG TERUMBU KARANG DALAM KONTEKS EMPOWERING MASYARAKAT MENTAWAI UNTUK ANAK 9-12 TAHUN
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
\
Oleh: Merpin Saogo NIM: 121134242 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN Skripsi ini dipersembahkan untuk: 1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu setia menyertai dan memberiku kekuatan jasmani dan rohani 2. Kedua orang tua: Bapak Elimar Saogo dan Ibu Nursi Saogo, yang selalu memberikan perhatian, motivasi dan kasih sayang yang tulus. 3. Kelompok Bakti Kasih Kemanusia (KBKK) yang telah memberikan beasiswa dan perhatian kepada peneliti selama studi di PGSD Universitas Sanata Dharma. 4. Seluruh pastor di Mentawai yang selalu memberikan doa dan dukungan kepada peneliti selama studi di PGSD Universitas Sanata Dharma. 5. Seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan dan nasehat. 6. Teman-temanku PGSD angkatan 2012 yang turut membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Almamater peneliti: Universitas Sanata Dharma.
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
“Dunia adalah sebuah buku dan mereka yang tidak melakukan perjalanan hanya membaca sebuah halaman”. (Santo Agustinus)
Melibatkan imajinasi bukanlah tambahan manis terhadap pembelajaran; Keterlibatan ini adalah inti dari pembelajaran itu sendiri. (Kieran Egan)
Mungkin aku bukanlah teman yang baik untuk diajak ngobrol, tetapi aku adalah teman terbaik jika diajak untuk bekerja. (Merpin Saogo)
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan atau daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 20Januari 2016 Peneliti
Merpin Saogo
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama
: Merpin Saogo
Nomor Mahasiswa
: 121134242
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PENGEMBANGAN TENTANG
PROTOTYPE
TERUMBU
BUKU
KARANG
CERITA
DALAM
ANAK
KONTEKS
EMPOWERING MASYARAKAT MENTAWAI UNTUK ANAK 912 TAHUN. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma baik untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu ijin dari saya atau royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal, 20 Januari 2016 Yang menyatakan,
Merpin Saogo
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK PENGEMBANGAN PROTOTYPE BUKU CERITA ANAK TENTANG TERUMBU KARANG DALAM KONTEKS EMPOWERING MASYARAKAT MENTAWAI UNTUK ANAK 9-12 TAHUN Merpin Saogo Universitas Sanata Dharma 2016 Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan yang diawali adanya potensi dan masalah terkait kurangnya kesadaran masyarakat Mentawai untuk mengkonservasi terumbu karang. Potensi yang peneliti soroti adalah manfaat terumbu karang sebagai pelindung pantai dan tempat tinggal biota laut. Masalah yang peneliti lihat adalah adanya perilaku masyarakat yang mengambil terumbu karang secara sembarangan. Dari hasil analisis kebutuhan guru dan anak di SDK St.Fransiskus Sikabaluan, peneliti mendapatkan data jika mereka membutuhkan buku panduan tentang pentingnya memelihara terumbu karang. Oleh sebab itu, peneliti terdorong mengembangkan prototype buku cerita “ Derita Aat si Gurita Kecil” untuk anak usia 9-12 tahun agar mereka dapat memelihara terumbu karang. Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development atau R&D). Penelitian ini menggunakan tujuh langkah yang diadopsi dari Sugiyono yang meliputi: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk dan (7) revisi akhir produk. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan proses pengembangan prototype buku cerita “Derita Aat si Gurita Kecil” serta kualitas . prototype tersebut dapat anak 9-12 tahun memiliki persepsi untuk memelihara terumbu karang. Prototype divalidasi oleh seorang validator dengan skor 54 (sangat baik), sehingga layak diuji cobakan. Uji coba dilakukan di SDK St. Fransiskus Sikabaluan Mentawai kepada 22 siswa. Hasil persepsi siswa setelah mengikuti uji coba adalah 54.54% anak mengerti dampak kerusakan terumbu karang, 68.18% anak mengetahui penyebab rusaknya terumbu karang, serta 72.72% anak termotivasi untuk menjaga kelestarian terumbu karang. Jadi prototype buku tersebut dapat digunakan untuk melakukan pendidikan tentang konsevasi terumbu karang (empowering).
Kata kunci: pengembangan, buku cerita anak, empowering, terumbu karang.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT Saogo, M. 2016. Developing a Prototype of Children Story Book about Coral reef For Children Aged 9-12 Years In whithin the Context of Empowering in the Mentawai Society. Thesis. Yogyakarta: Elementary School Teacher Study Program of Sanata Dharma University. This research was a research and development that preceded the potential and problems related to lack of awareness of the Mentawai people to conserve coral reefs. The researchers highlight the potential benefits of coral reefs are as protective beach dwelling marine life. Problems that researchers see was the existence of the behavior of the people who takes coral reefs carelessly for building materials and destroy fishing use bomb that destroys coral reefs. Therefore , researchers impelled do research development prototype story books about coral reefs for children aged 9-12 years in the context of empowering the Mentawai society .Thus the prototype can be used for social learning to infuse habit of the importance of tending coral reefs. This research was a research and development (Research and Development or R & D). This research uses seven steps adopted from Sugiyono which includes: (1) the potential and problems, (2) data collection, (3) the design of the product, (4) design validation, (5) a revision of design, (6) test products and (7) the revision of the final product. The purpose of this research was to produce products of prototype story books suffered hen the litle octopus. The prototype validated by a validator with the average of score 54 (very good), So as to be feasible in tested. The trial was done in the SDK St. Francis Sikabaluan Mentawai to 22 students, on 16-19 June 2015 in inside and outside the room. Results perceptions of students after participating in trials was that students understand the impact of damage to coral reefs (54.54%), determine the cause of the destruction of coral reefs (68.18%), motivated to preserve coral reefs (72.72%). Thus the prototype of the book can be a means to carry out education about coral reef conservation. Keywords: development , story books children , empowering , coral reefs.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa (TYME), karena atas berkat dan rahmatnya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PENGEMBANGAN
PROTOTYPE
BUKU
CERITA
ANAK
TENTANG
TERUMBU KARANG DALAM KONTEKS EMPOWERING MASYARAKAT MENTAWAI UNTUK ANAK 9-12 TAHUN. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Peneliti menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu serta memberikan motivasi dalam penyusunan skripsi ini sampai selesai. Pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih kepada: 1. Rohandi, Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma 2. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., SS., BST., M.A., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma. 3. Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum., Dosen Pembimbing I yang telah memberikan saran, kritik, dorongan, semangat, waktu, pikiran, dan tenaga untuk membimbing peneliti dalam menyelesaikan skripsi.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Wahyu Wido Sari, S.Si., M. Biotech., Dosen Pembimbing II yang telah memberikan kritik, saran, semangat, waktu, pikiran dan tenaga untuk membimbing peneliti dalam menyelesaikan skrispi. 5. Seluruh dosen dan staff karyawan Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan pelayanan prima selama perkuliahan. 6. Antonius Samino, S.Ag selaku Kepala Sekolah SDK St.Fransiskus Sikabaluan yang
sudah
mengijinkan
peneliti
dalam
melakukan
penelitian
demi
terselesaikannya skripsi ini. 7. Para guru dan seluruh siswa-siswi SDK St.Fransiskus Sikabaluan yang sudah membantu peneliti demi terselesaikannya skripsi ini. 8. Validator yang berkenan memvalidasi produk skripsi ini dengan memberikan komentar dan saran demi perbaikan kualitas produk yang dikembangkan peneliti. 9. Mespin Zulian Samaloisa dan Agustinus Aris, teman penelitian kolaboratif, yang sama-sama berjuang serta saling menyemangati dan memberikan masukan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. 10. Kelompok Bakti Kasih Kemanusiaan (KBKK) yang telah memberikan perhatian, kasih sayang, dan cinta kepada peneliti selama studi di PGSD Universitas Sanata Dharma. 11. Romo Madya Utama, SJ sebagai bapak rohani peneliti yang telah mendampingi peneliti selama studi di PGSD Universitas Sanata Dharma.
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12. Semua pastor yang berkarya di Mentawai yang selalu memberikan dukungan dan doa yang tulus. 13. Kedua orang tuaku tercinta (Bapak Elimar Saogo dan Ibu Nursi Saogo) yang selalu memberikan doa, perhatian, dan kasih sayang yang tulus. 14. Kakak Yosfrial Saogo dan seluruh keluarga yang memberikan dukungan dan nesehat; 15. Sahabat terdekat Rena Christiani yang selalu memberikan semangat dan dukungan kepada peneliti saat menyelesaikan skripsi ini. 16. Teman-temanku PGSD angkatan 2012
yang turut membantuku dalam
menyelesaikan skripsi ini. 17. Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu yang telah memberikan doa, dukungan, dan semangat hingga skripsi ini terselesaikan dengan baik. 18. Almamater peneliti: Universitas Sanata Dharma Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan. Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca. Yogyakarta, 20 Januari 2016 Peneliti,
Merpin Saogo xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ ii HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv HALAMAN MOTTO ................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................... vi PERNYATAAN PERSETUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............. vii ABSTRAK ..................................................................................................... viii ABSTARCT ................................................................................................... ix PRA KATA .................................................................................................... x DAFTAR ISI .................................................................................................. xiii DAFTAR TABEL ......................................................................................... xvi DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xviii BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1 1.1 Latar Belakang Masalah...................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 4 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 5 1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. 5 1.5 Definisi Operasional ........................................................................... 6 1.6 Spesifikasi Produk yang Diharapkan .................................................. 8 BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................... 9 2.1 Kajian Pustaka ...................................................................................... 9 2.1.1 Kepulauan Mentawai .......................................................................... 9 2.1.1.1 Geografis Sikabaluan .............................................................. 9 2.1.1.2 Latar Belakang Penduduk Mentawai ...................................... 10 2.1.1.3 Latar Belakang Pendidikan Masyarakat Mentawai ................. 12 2.1.2 Terumbu Karang sebagai Salah Satu Sumber Daya Alam Mentawai ........................................................................ 14 2.1.2.1 Definisi Terumbu Karang ....................................................... 14 xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.1.2.2 Manfaat Terumbu Karang ....................................................... 18 2.1.2.3 Penyebab dan Bahaya Kerusakan Terumbu Karang ............... 19 2.1.3 Pendidikan sebagai Sarana Empowering ........................................... 21 2.1.3.1 Pendidikan Empowering ......................................................... 21 2.1.3.2 Empowering dalam Pembelajaran ........................................... 24 2.1.4 Perkembangan Anak Usia 9-12 Tahun .............................................. 27 2.1.4.1 Psikologi Perkembangan Anak Usia 9-12 Tahun ................... 27 2.1.4.2 Ciri Sosiologis Anak Usia 9-12 Tahun ................................... 29 2.1.5 Peran Media Pembelajaran dalam Konteks Pendidikan Empowering ................................................................... 30 2.1.5.1 Pengertian Media .................................................................... 30 2.1.5.2 Media Pembelajaran ................................................................ 32 2.1.5.3 Media Cetak ............................................................................ 33 2.1.5.4 Pengertian Buku Cerita Bergambar ........................................ 37 2.2 Penelitian yang Relevan ....................................................................... 39 2.3 Kerangka Berpikir ................................................................................ 42 2.4 Pertanyaan Penelitian ............................................................................ 44 BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 46 3.1 Jenis Penelitian ...................................................................................... 46 3.2 Setting Penelitian ................................................................................... 46 3.2.1 Tempat Penelitian........................................................................ 46 3.2.2 Subjek Penelitian......................................................................... 46 3.2.3 Objek Penelitian .......................................................................... 47 3.2.4 Waktu Penelitian ......................................................................... 47 3.3 Prosedur Pengembangan ...................................................................... 47 3.3.1 Potensi dan Masalah.................................................................... 49 3.3.2 Pengumpulan Data ...................................................................... 49 3.3.3 Desain Prototype ......................................................................... 49 3.3.4 Validasi Desain ........................................................................... 50 3.3.5 Revisi Desain .............................................................................. 51 3.3.6 Uji Coba Produk.......................................................................... 51 3.3.7 Revisi Akhir Produk.................................................................... 51 3.4 Instrumen Penelitian .............................................................................. 52 3.5 Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 61 3.6 Teknik Analisi Data............................................................................... 61 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 64 xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.1 Hasil Penelitian...................................................................................... 64 4.1.1 Prosedur Pengembangan Prototype Buku Cerita ............................... 64 1. Potensi dan Masalah ............................................................................... 64 2. Pengumpulan Data ................................................................................. 66 3. Desain Produk ........................................................................................ 73 4. Validasi Desain ...................................................................................... 77 5. Revisi Desain ......................................................................................... 81 6. Uji Coba Produk..................................................................................... 83 a. Uji Coba Produk Tanggal 16 Juni 2015 ........................................... 83 b. Uji Coba Produk Tanggal 17 Juni 2015 ........................................... 85 7. Revisi Akhir Produk.............................................................................. 87 4.1.2 Deskripsi Kualitas Prototype Buku Cerita .............................................. 90 4.2 Pembahasan ............................................................................................... 92 1. Prototype Berisi Informasi Tentang Manfaat Terumbu Karang ........... 92 2. Prototype Menjadi Sarana Pendidikan Cinta lingkungan Hidup Demi Masa Depan Mentawai yang Lebih Baik. .......................... 93 3. Prototype Dikembangkan dalam Bentuk Buku Cerita Bergambar yang Sesuai dengan Karakteristik Anak Usia 9-12 Tahun. ................... 95 4. Prototype Tersebut Menginspirasi Guru tentang Pentingnya Mengintegrasikan Pendidikan Cinta Lingkungan di Tengah Masyarakat Mentawai ............................................................................. 97 5. Kelebihan dan Kelemahan Prototype Buku ........................................... 99 BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN ...................... 100 5.1 Kesimpulan .................................................................................... 100 5.2 Keterbatasan ................................................................................... 100 5.3 Saran ............................................................................................... 101 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 103 LAMPIRAN .................................................................................................... 105 RIWAYAT PENELITI .................................................................................. 131
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL Tabel Halaman Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Pra Penelitian untuk Anak.............................. 52 Tabel 3.2 Lembar Pertanyaan Pra Penelitian untuk Anak ............................. 53 Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Pra Penelitian untuk Guru .............................. 54 Tabel 3.4 Lembar Pertanyaan Pra Penelitian untuk Guru .............................. 54 Tabel 3.5 Instrumen Penelitian Persepsi Siswa terhadap Kualitas Prototype Buku Cerita ..................................................... 55 Tabel 3.6 Instrumen Validasi Produk............................................................. 57 Tabel 3.7 Lembar Validitas Kuesioner kepada Anak .................................... 58 Tabel 3.8 Lembar Validitas Kuesioner kepada Guru ..................................... 60 Tabel 3.9 Skala Likert .................................................................................... 62 Tabel 4.1 Data Kuesioner Pra Penelitian untuk Anak.................................... 67 Tabel 4.2 Hasil Rekapan Kuesioner Pra Penelitian untuk Anak .................... 68 Tabel 4.3 Data Kuesioner Pra Penelitian untuk Guru .................................... 69 Tabel 4.4 Hasil Rekapan Kuesioner Pra Penelitian untu Guru ...................... 70 Tabel 4.5 Pedoman Kelayakan Pra Penelitian untuk Anak ........................... 71 Tabel 4.6 Hasil Validasi Instrumen Pra Penelitian untuk Anak..................... 72 Tabel 4.7 Pedoman Kelayakan Pra Penelitian untuk Guru ............................ 72 Tabel 4.8 Hasil Validasi Instrumen Pra Penelitian untuk Guru ..................... 72 Tabel 4.9 Presentase Respon Anak dan Guru dalam Mengisi Kuesioner ...... 73 Tabel 4.10 Validasi Ahli dari Produk Awal ................................................... 77 Tabel 4.11 Pedoman Kelayakan Prototype ................................................... 79 Tabel 4.12 Validasi Ahli dari Produk yang Sudah Direvisi ........................... 79 Tabel 4.13 Pedoman Kelayakan Prototype .................................................... 80 Tabel 4.14 Analisis Instrumen Persepsi Siswa terhadap Kualitas Prototype Buku Cerita .................................................. 90 Tabel 4.15 Persentase Persepsi Siswa terhadap Kualitas Prototype Buku Cerita................................................................. 91 xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR Gambar
Halaman
Gambar 2.1 Bagan Penelitian yang Relevan .................................................... 42 Gambar 3.1 Prosedur Pengembangan .............................................................. 48 Gambar 4.1 Desain Cover Prototype Buku Cerita ........................................... 75 Gambar 4.2 Desain Awal Prototype Buku Cerita ............................................ 76 Gambar 4.3 Perbaikan Cover .......................................................................... 81 Gambar 4.4 Perbaikan Efek Warna yang Cerah .............................................. 82 Gambar 4.5 Perbaikan Bahasa dalam Penulisan .............................................. 82 Gambar 4.6 Pembacaan Prototype Buku Cerita di Kelas ................................ 84 Gambar 4.7 Kegiatan di Luar Kelas Tanggal 16 Juni 2015 ............................. 85 Gambar 4.8 Kegiatan di Luar Kelas Tanggal 17 Juni 2015 ............................. 86 Gambar 4.9 Produk Akhir setelah Revisi ......................................................... 87 Gambar 4.10 Anak sedang Membaca Prototype Secara Bergiliran ................ 97
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
Halaman
Lampiran 1: Kisi-Kisi Instrumen Pra-Penelitian untuk Anak dan Guru .......... 105 Lampiran 2: Lembar Pertanyaan Pra Penelitian untuk Anak ........................... 106 Lampiran 3: Lembar pertanyaan Pra Penelitian untuk Guru ........................... 110 Lampiran 4: Lembar Validitas Kuesioner kepada Anak .................................. 114 Lampiran 5: Lembar Validitas Kuesioner kepada Guru .................................. 116 Lampiran 6: Lembar Kuesioner Validasi Buku oleh Ahli Kelautan dan Perikanan .............................................................. 118 Lampiran 7: Instrumen Penelitian Persepsi Siswa Terhadap Kualitas Prototype Buku Cerita “Derita Aat Si Gurita Kecil” untuk Anak Usia 9-12 Tahun ............................... 122 Lampiran 8: Presensi Kehadiran Uji Coba Produk .......................................... 126 Lampiran 9: Tabel Jadwal Penelitian ............................................................... 128 Lampiran 10: Foto Kegiatan Uji Coba di Dalam Kelas ................................... 129 Lampiran 11: Foto Kegiatan di Luar Kelas...................................................... 130
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan (1) latar belakang masalah, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, (5) spesifikasi produk yang diharapkan, dan (6) definisi operasional. 1.1. Latar Belakang Masalah Sikabaluan merupakan salah satu pusat kecamatan di Pulau Siberut yang disebut dengan Kecamat Siberut Utara. Warga Sikabaluan bermukim tidak jauh dari tepi pantai, sehingga banyak warga menggantungkan hidup mereka sebagai nelayan. Sikabaluan yang juga bagian dari Pulau Siberut memiliki sebaran terumbu karang yang indah dengan berbagai ukuran. Keberadaan terumbu karang menjadi faktor melimpahnya jenis biota laut yang hidup disekitar terumbu karang tersebut. Kondisi seperti ini, dengan banyaknya terumbu karang yang hidup memenuhi hampir seluruh bibir pantai memungkin para nelayan tidak kesulitan dalam mencari ikan. Banyak jenis ikan karang dengan berbagai bentuk dan ukuran bisa dilihat dan diambil sebagai sumber protein bagi masyarakat Sikabaluan. Selain itu, keadaan ekosistem terumbu karang dengan kehidupan di dalamnya menyajikan pemandangan yang indah yang dapat dijadikan sebagai tempat wisata bawah laut. Berdasarkan pengamatan peneliti sebagai warga masyarakat di Pulau Siberut, peneliti melihat bahwa masyarakat di sana kurang menyadari arti pentingnya mengkonservasi terumbu karang. Ada banyak terumbu karang sekarang ini dalam 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
kondisi sangat memprihatinkan atau yang mengalami kerusakan. Kerusakan terjadi karena ulah masyarakat yang mencari ikan dengan melakukan pengeboman ikan, sehingga terumbu karang mengalami kerusakan dan beberapa biota laut yang hidup di sekitar terumbu karang menjadi mati. Selain itu, beberapa masyarakat cenderung melakukan eksploitasi terhadap terumbu karang dengan tujuan bisnis sebagai bahan bangunan, akibatnya terumbu karang tidak dapat optimal untuk menjadi peredam gelombang yang besar. Gelombang besar dengan mudah langsung menerjang ke arah daratan, sehingga garis pantai mengalami abrasi atau pergeseran ke arah darat. Menurut Supriyono (2010: 4-7), terumbu karang sebagai salah satu kekayaan hayati laut memiliki banyak manfaat bagi kehidupan masyarakat di sekitar pantai, seperti: melindungi pantai dari hempasan ombak, tempat tinggal dan menyediakan makanan bagi biota laut (ikan, kepiting, gurita, dll), sumber obat-obatan, sebagai sumber bibit budi daya dan penunjang kegiatan pendidikan dan penelitian. Berdasarkan gagasan tersebut, peneliti mencari data-data awal tentang pemahaman anak usia 9-12 tahun dan guru di SDK St.Fransiskus Sikabaluan, yang terdapat di Pulau Siberut. Data-data yang peneliti gali melalui kuesioner adalah tentang: (1) manfaat terumbu karang bagi masyarakat, (2) bahaya jika merusak terumbu karang, (3) upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk mengkonservasi terumbu karang, (4) sarana yang diperlukan untuk menyadarkan atau memberdayakan (empowering) masyarakat tentang pentingnya mengkonservasi terumbu karang. Berdasarkan hasil kuesioner yang peneliti dapatkan dari 22 anak kelas IV-V SD St.Fransiskus Sikabaluan pada bulan Februari 2015, didapatkan data: 18.18%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
anak mengetahui bahwa terumbu karang diambil untuk dijual, 86.36% anak melihat ada terumbu karang yang mengalami kerusakan di laut, 86.36% anak mengetahui terumbu karang rusak karena ada kebiasaan masyarakat yang mengambilnya untuk dijadikan bahan bangunan, 95.45% anak mengatakan bahwa terumbu karang memiliki manfaat melindungi pantai dari hempasan ombak dan juga tempat tinggal bagi biota laut, 100% anak menjawab bahwa mereka memerlukan buku tentang pentingnya memelihara terumbu karang. Hasil kuesioner yang dibagikan kepada 14 guru di SD St.Fransiskus Sikabaluan pada bulan Februari 2015 adalah: 71.43% guru mengetahui terumbu karang bisa dijadikan sumber ekonomis, 85.71% guru melihat kondisi terumbu karang di Sikabaluan mengalami kerusakan, 85.71% guru mengetahui ada kebiasaan masyarakat yang mengeksploitasi terumbu karang secara liar untuk bahan bangunan, 92.86% guru menjawab tidak pernah mendapat penyuluhan tentang cara memelihara terumbu karang, dan 100% guru memerlukan buku tentang pentingnya memelihara terumbu karang. Data-data tersebut menjadi acuan bagi peneliti untuk melakukan penelitian pengembangan dalam menyusun sebuah prototype buku cerita tentang terumbu karang di Mentawai berjudul “Derita Aat si Gurita Kecil”. Tokoh utamanya adalah seekor gurita kecil yang diberi nama Aat. Selain mudah diingat dan lucu, nama Aat juga sangat terkenal di tengah masyarakat. Aat adalah nama seorang pemuda yang sangat dekat dengan banyak orang. Meski sudah dewasa, kondisi fisik tidak menggambarkan dia seperti itu melainkan dia terlihat seperti anak yang kira-kira baru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
berusia lima belas tahun. Aat bekerja sebagai tukang angkat mesin boat. Senyum dan cara berbicaranya yang sedikit gagap membuatnya disenangi oleh banyak orang. Dengan alasan itulah, peneliti menggunakan nama Aat sebagai nama tokoh utama dalam cerita. Keberadaan nama Aat yang akrab di tengah masyarakat dan juga mudah diingat oleh anak-anak, akan membuat anak-anak semakin tertarik untuk membaca buku cerita tersebut. Maka dari itu, buku tersebut tidak hanya membuat anak tertarik untuk membaca karena Aat sebagai tokoh utama, tetapi lebih dari itu dapat dijadikan sebagai panduan supaya anak-anak di Sikabaluan sedini mungkin menyadari pentingnya mengkonservasi terumbu karang (empowering). Konsep empowering ini peneliti maksudkan untuk merealisasikan ide dari Sastrapratedja (2013:14) tentang pentingnya pendidikan yang dapat memberdayakan atau membantu orang agar dapat mengambil tanggung jawab atas kehidupannya, dan berefleksi atas tindakannya. Dalam konteks ini, tanggung jawab yang hendak ditanamkan pada anak-anak di Sikabaluan adalah tentang pentingnya merawat terumbu karang. Oleh sebab itu penelitian ini berjudul “Pengembangan Prototype Buku Cerita Tentang Terumbu Karang dalam Konteks Empowering Masyarakat Mentawai untuk Anak 9-12 Tahun”. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dapat dirumuskan sebagai berikut : 1.2.1 Bagaimana langkah-langkah pengembangan prototype buku cerita “Derita Aat si Gurita Kecil” untuk anak 9-12 tahun dalam konteks empowering masyarakat Mentawai?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
1.2.2 Bagaimana kualitas prototype buku cerita dapat membantu anak 9-12 tahun memiliki persepsi untuk memelihara terumbu karang dalam konteks empowering cinta lingkungan? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian pengembangan prototype buku cerita tentang terumbu karang ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1.3.1 Mendeskripsikan langkah-langkah pengembangan prototype buku cerita anak terhadap konservasi terumbu karang untuk anak 9-12 tahun dalam konteks empowering masyarakat Mentawai. 1.3.2 Mendeskripsikan kualitas prototype buku cerita membantu persepsi anak 9-12 tahun tentang pentingnya mencintai lingkungan sekitar (empowering). 1.4
Manfaat Penelitian 1.4.1
Manfaat teoritis Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada masyarakat
Sikabaluan
di
Kepulauan
Mentawai
agar
dapat
mengkonservasi terumbu karang. 1.4.2
Manfaat Praktis
a. Peneliti Mampu
melakukan
penelitian
pengembangan
dengan
menghasilkan prototype berupa buku yang dapat digunakan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6
anak SD usia 9-12 tahun di Sikabaluan agar dapat memelihara terumbu karang. b. Guru Guru mendapatkan salah satu sarana berupa buku cerita yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran di kelas IV-VI SD agar anak dapat memelihara terumbu karang. c. Siswa Mendapatkan salah satu sumber bacaan berupa buku cerita yang mampu merangsang imajinasinya tentang kehidupan biota laut yang bergantung pada terumbu karang. Dengan demikian mereka termotivasi memelihara terumbu karang. 1.5 Definisi Operasional a. Prototype Prototype adalah model dari suatu
produk sesungguhnya yang
akan dikembangkan. Model ini harus bersifat representative dari produk akhirnya. b. Buku cerita bergambar Buku cerita bergambar adalah buku cerita dengan dengan narasi singkat yang disertai gambar sebagai ilustrasi yang memberikan efek visual bagi pembacanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
c. Terumbu Karang Terumbu karang adalah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis
dengan
sejenis
tumbuhan
alga
yang
disebut
.zooxanthellae d. Anak usia 9-12 tahun Menurut Piaget, anak usia 9-12 sedang berada berada pada tahap operasional konkrit umumnya mampu berpikir logis, mampu memperhatikan lebih dari satu dimesi sekaligus dan juga dapat menghubungkan suatu dimensi dengan dimensi yang lain, kurang egosentris, dan belum bisa berpikir abstrak. e.
Empowering Kegiatan yang dapat memberdayakan atau membantu orang agar dapat mengambil tanggung jawab atas kehidupannya, dan berefleksi atas tindakannya. Dalam konteks ini, tanggung jawab yang hendak ditanamkan pada anak-anak di Sikabaluan adalah tentang pentingnya merawat terumbu karang.
f.
Mentawai Mentawai merupakan daerah kepulauan yang terdiri dari beberapa pulau besar. Pulau yang paling besar ada empat, yakni Pulau Siberut, Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara dan Pulau Pagai Selatan. Keempat pulau tersebut selain pulau terbesar juga pulau yang berpenghuni. Memiliki sumber kekayaan hayati seperti pohon bakau,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8
terumbu karang, rumput laut, berbagai jenis ikan dan hasil hutan. Kekayaan tersebut menjadi sumber mata pencaharian masyarakat Mentawai pada umumya. 1.6 Spesifikasi Produk yang Diharapkan Spesifikasi produk yang dihasilkan adalah sebagai berikut: 1. Prototype berupa buku cerita anak berjudul “Derita Aat si Gurita Kecil” 2. Prototype buku cerita terdiri dari cover, kata pengantar, daftar isi, 20 gambar disertai narasi singkat, evaluasi dan kepustakaan. 3. Tokoh utama dalam buku bernama Aat karena merupakan nama salah seorang pemuda yang memiliki postur tubuh seperti anak-anak yang terkenal di Mentawai, mudah diingat dan lucu. 4. Buku tersebut berisi informasi tentang pentingnya terumbu karang bagi kehidupan biota laut. 5. Dalam setiap gambar ada narasi singkat berbahasa Indonesia yang dapat membantu anak untuk mengimajinasikan isi cerita. 6. Prototype buku berisi evaluasi untuk mengetahui persepsi anak tentang pemahamannya dalam konteks memelihara terumbu karang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan diuraikan (1) Kajian Pustaka, (2) Penelitian yang Relevan dan (3) Kerangka berpikir. 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1
Kepulauan Mentawai Mentawai merupakan daerah kepulauan yang terdiri dari empat pulau besar
dan puluhan pulau kecil. Di antara empat pulau besar tersebut, pulau yang paling besar adalah Pulau Siberut dengan luas 4.480 km² (mentawaikab.bps diakses 10 November 2015). Kepulauan Mentawai merupakan sebuah Kabupaten di Propinsi Sumatera Barat. Posisi Mentawai berada pada jarak 150 km sebelah barat lepas pantai Pulau Sumatera. Mentawai terdiri dari 213 pulau dengan 4 pulau utama yaitu Siberut, Sipora, Pagai Utara dan Pagai Selatan. Beribukota di Tuapejat, Kabupaten Mentawai. Penelitian ini dilaksanakan di Sikabaluan yang merupakan pusat salah satu kecamatan di Pulau Siberut. Sikabaluan merupakan pusat kecamatan Siberut Utara yang letaknya tidak jauh dari tepi pantai. 2.1.1.1 Geografis Sikabaluan Sikabaluan merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Siberut Utara, Kabupaten Kepulauan Mentawai. Memiliki salah satu kekayaan laut yakni terumbu karang yang tersebar di seluruh tepi pantai Sikabaluan, tetapi terumbu karang yang begitu melimpah tersebut tidak dapat diolah dengan baik oleh masyarakat karena 9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10
kamajuan teknologi yang tidak diimbangi dengan pengetahuan. Penyebab banyaknya terumbu karang yang mengalami kerusakan, sebagian besar karena diambil oleh masyarakat setempat untuk kepentingan pribadi atau kelompok. Berdasarkan pengamatan peneliti sebagai warga masyarakat Mentawai, peneliti melihat bahwa tidak hanya masyarakat disana yang kurang menyadari arti pentingnya terumbu karang tetapi hampir semua masyarakat Mentawai pada umumnya. Didesak dengan kemajuan zaman masyarakat beralih dari pembangunan rumah dari kayu menjadi berbahan beton. Rumah-rumah yang baru dibangun biasanya memiliki pondasi yang bahan utamanya adalah terumbu karang. Selain rumah, pembangunan jalan dan jembatan rabat beton biasanya membutuhkan karang untuk bahan bangunan tersebut. Maka bisa dibayangkan seberapa banyak terumbu karang yang diambil oleh masyarakat Mentawai untuk memenuhi kebutuhan pembangunan tersebut. Padahal mereka menyadari bahwa terumbu karang merupakan rumah bagi ikan dan biota laut lainnya yang hidup di terumbu karang, tapi ketidak pahaman resiko dari rusaknya terumbu karang masyarakat tetap saja mengambili terumbu karang. 2.1.1.2 Latar Belakang Penduduk Mentawai Masyarakat Mentawai dalam keadaan asalnya hidup dalam kesatuan sosial ekonomi yang sederhana, berdasarkan persamaan derajat, tidak ada kelompok pemimpin dan budak dikalangan mereka. Tanah yang subur dan kaya akan alam membuat masyarakat Mentawai dengan mudah mendapatkan makanan hasil ladang atau kebun dan hasil laut. Pada zaman dahulu, cara hidup masyarakat Mentawai adalah mengelompok pada pemukiman yang disebut UMA. Lazimnya, nama uma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11
berasal dari jenis pohon, sungai, bukit, gunung, hutan atau tempat tertentu dimana orang pertama dari Uma menemukan lokasi tersebut sebelum uma lain dan lokasi uma bermukim (Darmanto, 2009: 134). Masyarakat Mentawai menganut sistem kekeluargaan patrilineal, dimana interaksi sosial berpusat pada Uma yang memiliki kekuasaan tertinggi dalam lingkar budaya Mentawai. Sementara kosmologi masyarakat Mentawai sangat dipengaruhi oleh cara pandang dunianya (Arat Sabulungan). Dalam perspektif agama Mentawai tersebut, makhluk hidup dan alam raya disekitarnya memiliki roh (simagre). Roh memiliki empat bagian dalam pandangan orang Mentawai yaitu sebagai berikut: (1) roh yang ada di tubuh manusia atau mahkluk hidup (Simagre); (2) roh yang telah meninggalkan tubuh manusia atau benda mati (Ketcat); (3) kumpulan rohroh leluhur orang Mentawai yang meninggal, masih hidup seperti manusia tetapi dalam dimensi yang berbeda secara umum (Ukkui), biasanya roh ini suka mendiami hutan belantara; (4) roh jahat yang berasal dari daging dan tulang orang mati (Pitto’) (Darmanto, 2009: 135). Bertepatan dengan penelitian ini, peneliti menggunakan kata roh-roh yang mengacu pada pengertian roh yang ketiga. Oleh karenanya, masyarakat Mentawai berkewajiban untuk menjaga keseimbangan/keserasian antara roh dan hutan untuk terhindar dari penyakit. Kepercayaan mengenai roh dan bagaimana menjaga keseimbangan alam, merupakan prinsip dasar yang melandasi kehidupan orang Mentawai termasuk dalam pemenuhan kehidupan ekonomi. Kehidupan ekonomi masyarakat Mentawai masih menggantungkan diri terhadap hasil alam, bercocok tanam, nelayan, dan jualan. Kendatipun perkembangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12
ilmu dan teknologi semakin pesat, namun sebagian besar masyarakat Mentawai belum bisa mengelola hasil alam dengan baik dan bijaksana karena keterbatasan pengetahuan dan banyak masyarakat yang tingkat pendidikannya masih rendah. Secara umum, masyarakat Sikabaluan hidup dengan hasil nelayan, bercocok tanam, buruh, kulih bangunan dan beberapa berprofesi PNS. 2.1.1.3 Latar Belakang Pendidikan Masyarakat Mentawai Ditinjau dari segi pendidikan, masyarakat Mentawai masih memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Kesadaran akan pentingnya pendidikan belum ada dikarenakan pengaruh budaya lokal yang masih sangat kental dengan kondisi alam yang sangat menguntungkan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Darmanto (2009: 145) bahwa makananan pokok orang Mentawai telah disediakan oleh sagu (Metroxylon sago) dan keladi (Colocasia esculenta). Sagu dan tunas keladi tumbuh dengan pesat di rawa-rawa berair yang dibudidayakan setegah liar atau tanpa memerlukan perawatan secara intensif dari penduduk. Mata pencaharian utama mereka adalah meramu sagu, berburu dan nelayan. Setiap anak laki-laki sejak kecil sudah diajarkan untuk berburu sehingga kelak ketika sudah dewasa setiap anak lakilaki tersebut mengetahui cara berburu yang baik. Dengan latar belakang budaya seperti ini, pendidikan bukan hal yang menjadi prioritas. Hal ini juga dipertegas oleh Darmanto (2009: 145) bahwa kehidupan orang Mentawai yang bergantung dengan kekayaan alam, terbukti bahwa masyarakat Mentawai hanya bekerja dalam kurun waktu selama 21 hari untuk mencari kebutuhan makanan selama 1 tahun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13
Hal inilah yang melatar belakangi rendahnya kesadaran orang Mentawai terhadap pendidikan. Pandangan orang Mentawai terhadap pendidikan sering disamaartikan dengan mempermudah untuk mencukupi kebutuhan ketika sudah mendapatkan pekerjaan sesuai dengan tingkat pendidikan. Sehingga pandangan ini terus menerus dipegang hingga sekarang karena untuk sekedar kebutuhan makanan tidak perlu susah payah bahkan sampai harus sekolah. Di beberapa kampung ada beberapa orangtua yang sampai saat ini masih buta huruf. Jika disimpulkan bahwa para orangtua yang hidup di desa-desa pada umumnya hanya sekolah dari kelas I-V SD atau paling tinggi tamat SD. Tingkat pendidikan yang rendah membuat mereka tidak berkompeten dalam mengelola kekayaan hayati yang ada di kepulauan Mentawai. Buktinya adalah mereka yang menjadi petani hanya sekedar mengetahui menanam dan memanen, yang menjadi nelayan hanya tahu memancing, membom tanpa mengetahui akibat dari tindakannya, dan sebagian dari pedagang mengeksploitasi terumbu karang dengan menjualnya sebagai bahan bangunan dan hiasan. Upaya untuk memajukan pendidikan pun terus dilakukan, namun tidak sedikit juga persoalan yang muncul dalam meningkatkan mutu pendidikan. Pertama, yang ditandai dengan kurangnya jumlah tenaga guru. Di beberapa sekolah masih terdapat tenaga guru tamatan SMA yang dengan secara suka rela mengabdikan diri sebagai honorer demi pendidikan anak-anak bangsa yang ada di Mentawai. Kedua, kurangnya tenaga guru yang berkualitas dan memiliki komitmen untuk mengajar. Banyaknya guru PNS yang sering mangkir ke kabupaten atau kota dengan alasan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14
menyelesaikan urusan administrasi, seolah-olah lebih penting memenuhi urusan administrasi ketimbang anak-anak yang sangat membutuhkan pelajaran. Ketiga, buruknya fasislitas yang dimiliki sekolah. Hal ini ditandai dari sarana dan prasarana, mulai dari kurangnya ruang kelas, kekurangan mobiler, alat peraga pembelajaran, buku-buku sumber belajar yang memadai. Keempat, tingginya angka putus sekolah. Seperti diketahui, banyaknya anak-anak Mentawai yang belum mengenal pendidikan dan anak-anak yang putus sekolah karena faktor ekonomi. Masalah-masalah tersebut menunjukkan belum baiknya pengelolaan pendidikan di Mentawai. Di samping itu, didukung dengan kondisi letak geografis yang terletak di kepulauan menjadikan Mentawai sulit dijangkau. Selain itu tidak adanya pembangunan sarana transportasi dan komunikasi yang memadai menjadi tantangan terbesar bagi para penggiat pendidikan. Maka dari itu, pendidikan sangat penting bagi masyarakat Mentawai. Diharapkan dengan adanya pendidikan akan dapat memberikan gambaran pengetahuan bagi masyarakat untuk mengelolah sumber hayati yang ada dengan baik. Mereka tidak lagi semata-mata hanya melihat keberadaan terumbu karang sebagai batu yang keras yang bisa digunakan untuk bahan bangunan, tetapi mengetahui juga betapa pentingnya terumbu karang bagi biota laut dan kehidupan disekitarnya. 2.1.2
Terumbu Karang sebagai Salah Satu Sumber Daya Alam Mentawai
2.1.2.1 Definisi Terumbu Karang Secara umum, istilah terumbu karang menggambarkan suatu kumpulan organisme laut yang tampak indah dan berasosiasi dengan ikan warna-warni dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15
air laut yang jernih dan relatif dangkal (Saputra, 2006 dalam Alikodra, 2012: 210). Supriyono (2010: 4,6,7) juga mejelaskan beberapa devinisi terumbu karang, terumbu karang adalah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanthellae. Dari asal katanya, istilah terumbu karang tersusun atas dua kata, yaitu terumbuh dan karang. Dua kata tersebut apabila berdiri sendiri akan memiliki makna yang jauh berbeda bila kedua kata tersebut digabungkan. Istilah terumbu karang sendiri sangat jauh berbeda dengan karang terumbu, karena yang satu menunjukkan suatu ekosistem dan kata yang lain menunjukkan suatu komunitas. Berikut ini adalah definisi singkat dari terumbu, karang, karang terumbu, dan terumbu karang. 1. Terumbu (Reef) Terumbu merupakan endapan masif batu kapur (Limestone), terutama kalsium karbonat (Ca2CO3), yang utamanya dihasilkan oleh hewan karang dan biota-biota lain yang mensekresi kapur seperti alga berkapur dan Mollusca. Terumbu dapat pula diartikan sebagai konstruksi batu kapur biogenis yang menjadi struktur dasar suatu ekosistem pesisir. Dalam dunia navigasi laut, terumbuh adalah punggungan laut yang terbentuk oleh batu karang atau pesisir didekat permukaan air 2. Karang (Coral)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16
Disebut juga karang batu (stony coral), yaitu hewan dari Ordo Scleractinia, yang mampu mensekresi CaCO. Hewan karang Tunggal biasanya disebut polip.
3. Karang Terumbu Pembangun utama struktur terumbu, biasanya disebut juga sebagai karang hermatipik (hermatypic coral). Jadi, berbeda dengan batu karang yang merupakan benda mati. 4. Terumbu Karang Merupakan ekosistem di dasar laut tropis yang dibangun terutama oleh biota laut penghasil kapur (CaCO) khususnya jenis-jenis karang batu dan alga berkapur, bersam-sama dengan biota yang hidup di dasar lainnya seperti jenis-jenis Mollusca, Crustacea, Echinodermata, Polichaeta, Porifera, dan Tunicata, serta biota-biota lain yang hidup bebas di perairan sekitarnya, termasuk jenis-jenis plankton dan jenis-jenis nekton. Terumbu karang adalah struktur hidup yang besar dan tertua di dunia. Untuk sampai ke kondisi yang sekarang, terumbu karang membutuhkan waktu berjuta tahun lamanya. Bukti-bukti fosil menunjukkan terumbu karang sebagai fenomena yang sangat primitif. Tahap pertama evolusi terumbu karang terjadi kira-kira 500 juta tahun lalu. Terumbu karang pertama ini sudah lama punah, terumbu karang modern hasil evolusi muncul sejak lebih dari 50 juta tahun lalu. Biasanya, waktu yang dibutuhkan terumbu karang untuk tumbuh adalah antara 5.000 sampai 10 ribu tahun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
Sedangkan terumbu karang yang ada saat ini merupakan terumbu karang yang berkembang dalam episode waktu sekitar 5.000 tahun atau kurang. Terumbu karang yang hidup di perairan laut dangkal memiliki dua sistem perkembangbiakan yaitu berkembangbiak secara seksual (kawin)-antara individu polip jantan dan individu polip betina dan juga dapat memperbanyak diri sendiri tanpa melalui perkawinan yaitu dengan membelah diri (Guntur, 2011: 41). Untuk perkembangbiakan secara seksual, satu polip karang keras dapat mengeluarkan sel telur ke air, dan polip yang lain dapat melepaskan sel sperma ke air. Di dalam air sel telur dan sel sperma akan melebur menjadi satu dan membentuk larva (planula), yakni calon atau benih polip karang keras yang baru. Setelah menjalani hidup seperti plankton selama 1 bulan, larva karang keras akan menuju dasar laut dan mencari substrat untuk menempel. Setelah larva karang keras menempel, ia akan berusaha menjadi satu polip karang keras. Kemudian dari satu polip karang keras ini, ia kembali berkembang biak secara membelah diri dan bertunas (aseksual) sehingga terbentuklah koloni karang yang keras yang baru (Wulandari, 2009: 43). Selain proses perkembangbiakan di atas terumbu karang juga membutuhkan banyak aspek atau faktor pendukung dalam mempertahankan hidupnya. Saputra (2006) dalam Alikodra (2012: 212) menjelaskan bahwa dalam mempertahankan hidupnya terumbu karang memiliki beberapa persyaratan hidup diantaranya; (1) cahaya matahari yang cukup, (2) suhu yang berkisar 25-300C, (3) salinitas yang sesuai yakni antara 27-40 promil, (4) kejernihan air, (5) pergerakan air, dan (6) substrat dasar yang keras dan bersih dari endapan. Kondisi Mentawai yang merupakan bagian dari Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18
sebagai daerah tropis sangat baik bagi perkembangbiakan terumbu karang. Jadi, wajar bila di kepulauan Mentawai tersebar banyak terumbu karang dengan beragam jenis dan ukuran.
2.1.2.2 Manfaat Terumbu Karang Terumbu karang mempunyai nilai dan arti penting baik dari segi sosial, ekonomi maupun budaya masyarakat kita. Hampir sepertiga penduduk Indonesia yang tinggal di pesisir menggantungkan hidup dari perikanan laut dangkal. Begitupun dengan masyarakat Mentawai yang pada umumnya tinggal di pesisir pantai dari setiap pulau yang berpenghuni. Di samping itu terumbu karang mempunyai nilai penting sebagai pendukung dan penyedia bagi perikanan pantai termasuk didalamnya sebagai penyedia bahan dan tempat berbagai hasil laut. Berikut ini beberapa manfaat dari terumbu karang yang dapat dirasakan oleh manusia atau pun makhluk hidup laut lainnya menurut Supriyono (2010: 7) yaitu: . 1. Perlindungan pantai dari hempasan ombak 2. Tempat tinggal dan berkembang biak bagi ikan karang 3. Menyediakan sumber protein bagi masyarakat 4. Menyediakan makanan, tempat tinggal, dan perlindungan bagi biota laut 5. Menyediakan lapangan kerja melalui perikanan dan pariwisata 6. Sumber obat-obatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19
7. Sebagai sumber bibit budi daya dan penunjang kegiatan pendidikan dan penelitian. Melihat dari banyaknya manfaat terumbu karang bagi kehidupan masyarakat Mentawai, perlu adanya kesadaran untuk menjaga terumbu karang agar tetap terawat dan tidak rusak. Karena ada banyak dampak yang terjadi jika terumbu karang sampai rusak atau hancur dan bahkan tidak hanya generasi sekarang yang terkena dampak kerusakan tersebut melainkan juga generasi Mentawai selanjutnya yang mungkin hanya bisa mendengar melalui cerita. 2.1.2.3 Penyebab dan Bahaya Kerusakan Terumbu Karang Menurut Burke dalam Sudiono (2008: 39) menyatakan bahwa terdapat beberapa penyebab kerusakan terumbu karang yaitu: (1) pembangunan di wilayah pesisir yang tidak dikelolah dengan baik, (2) aktivitas di laut antara lain dari kapal dan pelabuhan termasuk akibat langsung dari pelemparan jangkar kapal, (3) penebangan hutan dan perubahan tata guna lahan yang menyebabkan peningkatan sedimentasi, (4) penangkapan ikan-ikan secara berlebihan yang memberikan dampak terhadap keseimbangan yang harmonis di dalam ekosistem terumbu karang, (5) penangkapan ikan dengan menggunakan racun dan bom, dan (6) perubahan iklim global. Bahaya pengikisan terumbu karang bagi pantai merupakan sebuah bencana bagi masyarakat yang hidup di daerah tepi pantai khususnya bagi pantai itu sendiri dan biota laut. Melihat dari fungsinya terumbu karang memiliki manfaat seperti berikut ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20
a. Bagi Pantai Alikodra (2012:
208)
mengungkapkan
bahwa selain
potensi
biologinya yang termasuk tinggi, terumbu karang juga berperan sebagai pelindung wilayah pesisir dari ancaman gelombang pasang. Ini membuktikan bahwa terumbu karang melindungi pantai serta aktivitas penduduk yang berada di sekita pantai. Selain itu juga menjaga kestabilan garis pantai agar tidak bergeser akibat abrasi. b. Bagi Biota Laut Terumbu karang merupakan habitat alami bagi berbagai biota laut. Seperti udang, berbagai jenis ikan dan sejenisnya. Karenanya, sangat keliru jika ada yang dengan sengaja merusak dan mengambili terumbu karang untuk tujuan memenuhi kebutuhan individu atau kelompok dengan cara menjual atau menggunakan sebagai bahan bangunan. Iyam (2006: 20) mengungkapkan bahwa terumbu karang bermanfaat sebagai tempat hidupnya ikan-ikan yang banyak dibutuhkan manusia untuk pangan, seperti ikan-ikan kerapu, ikan baronang, ikan hias, gurita, tripang dan lain-lain. Alikodra (2012: 219) menjelaskan bahwa konsep pengelolaan ekosistem terumbu karang atau ekosistem lainnya dan siapa pun pengelolanya, yang penting diperhatikan adalah jangan terjebak pada paradigma enviromentalis dangkal. Artinya hanya berhubungan dengan pengendalian dan manajemen lingkungan demi kepentingan manusia, sehingga perlu penanaman paradigma ekologi dalam (deep ecology) (Deval,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21
1985 dalam Alikodra, 2012: 219) yang berakar pada persepsi realitas yang melampaui kerangka ilmiah hingga mencapai suatu kesadaran intuitif tentang kesatuan semua kehidupan. Pengertian ini sebagai modus kesadaran di mana individu merasa terkait dengan kosmos secara keseluruhan bukan hanya ekosistem terumbu karang. Maka menjadi jelaslah bahwa kesadaran ekologis itu juga menjadi benar-benar bersifat spiritual. Gagasan manusia individual yang terkait dengan kosmos terungkap dalam akar agama (Saputra, 2006) dalam Alikodra (2012: 219). Untuk itu sudah menjadi tanggung jawab kita bersama untuk menjaga keseimbangan alam, agar tercipta sebuah keharmonisan hidup dalam setiap aspek kehidupan yang akan kita jalani. Belum ada kata terlambat untuk menyelamatkan terumbu karang. Kerusakan dapat dihindari jika ada pendidikan cinta lingkungan yang diberikan kepada masyarakat Sikabaluan, dengan begitu masyarakat disadarkan akan tanggungjawabnya untuk memelihara lingkungan. Kegiatan yang membuat masyarakat menjadi tahu akan pentingnya menjaga lingkungan dan sadar akan tanggungjawabnya untuk menjaganya inilah yang disebut empowering. 2.1.3
Pendidikan sebagai Sarana Empowering
2.1.3.1 Pendidikan Empowering Kata empowerment dan empower diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi pemberdayaan dan memberdayakan, menurut Merriam Webster dan Oxfort
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
English Dictionery dalam Prijono dan Pranarka (1996:3) mengandung dua pengertian yaitu : pengertian pertama adalah to give power or authority to, dan pengertian kedua berarti to give ability to or enable. Dalam pengertian pertama diartikan sebagai memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan otoritas ke pihak lain. Sedangkan dalam pengertian kedua, diartikan sebagai upaya untuk memberikan kemampuan atau keberdayaan. Pendidikan menurut Rechey (Noor Syam, 2003: 3-4) dalam bukunya, Planing for Teaching, an Introduction, menjelaskan bahwa pendidikan adalah: “The term education refers to the broad function of preserving the life of the group through bringing new members into its shared concern. Education is thus a far broader process than that which occurs in schools. It is an essensial social activity by which cummunities continue to exist. In complex communities, this function is specialized and institutionalized in formal education, but there is always the education outside the school with which the formal process in related”. Richey dalam bukunya „Planning for teaching, an Introduction to Education‟ menjelaskan istilah „pendidikan‟ berkenaan dengan fungsi yang luas dari pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat terutama membawa warga masyarakat yang baru (generasi baru) bagi penuaian kewajiban dan tanggung jawabnya di dalam masyarakat. Pendidikan merupakan suatu kegiatan secara sadar dan disengaja, penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak sehingga timbul interaksi dari keduanya agar anak tersebut mencapai kedewasaan (Soedijarto, 2008: 260). Kedewasaan yang dimaksud disini ialah aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik). Ketiga aspek tersebut haruslah terpenuhi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
di dalam diri siswa guna bekal hidup layak di tengah masyarakat. Akan tetapi kesemuanya harus dipulangkan kepada satu karakteristik, yaitu keterlibatan intelektual emosional siswa-siswa dalam pembelajaran yang bersangkutan: asimilasi dan akomodasi kognitif dalam pencapaian pengetahuan; perbuatan serta pengalaman langsung terhadap balikannya (feed-back) dalam pembentukan keterampilan motorik maupun kognitif dan sosial; dan penghayatan serta internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan nilai (Isjoni dkk,2012:50). Hakikat pendidikan itu sendiri adalah untuk mengejar pencapaian kualitas hidup yang tinggi para peserta didiknya. Untuk itu pendidikan juga harus didesain sedemikian rupa agar peserta didik mampu memaknai setiap pembelajaran dengan baik. Pendidikan empowering munurut Sastrapratedja (2013: 14) pemberdayaan atau empowerment dapat diartikan sebagai kekuatan atau keberdayaan. Dalam istilah powerment, power diartikan sebagai (1) daya untuk berbuat (power to), (2) kekuatan bersama (power-with), dan (3) kekuatan dari dalam (power-within). Power-to adalah kekuatan yang kreatif, yang membuat seseorang mampu melakukan sesuatu. Hal ini merupakan aspek individual dari pemberdayaan, yaitu membantu orang agar ia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan, memecahkan masalah, bekerja dan membangun berbagai keterampilan dan pengetahuan. Pendidikan empowering menurut jurnal yang berjudul “Does Education Empower Women? Evidence from Indonesia” adalah:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
“Education may increase women’s bargaining power within their households because it endows them with knowledge, skills, and resources to make life choices that improve their welfare (Duflo, 2012; Lundberg & Pollak, 1993). Estimation of the effects of education on empowerment, however, is difficult because women’s preferences, family background, and community characteristics that affect both education and empowerment may be unobserved”. Perkiraan efek pendidikan pemberdayaan sulit karena preferensi perempuan, latar belakang karakteristik keluarga, dan masyarakat yang mempengaruhi baik pendidikan dan pemberdayaan mungkin tidak teramati (Duflo dalam Sari, 2014: 34). Jika karakteristik teramati berkorelasi dengan pendidikan dan pemberdayaan perempuan, perkiraan paling biasa persegi efek pendidikan akan menjadi biasa. Kesimpulan dari definisi tersebut, peneliti menyimpulkan pengertian pendidikan tersebut dalam paradigma pendidikan sebagai humanisasi yang ditulis oleh Sastrapratedja bahwa pendidikan merupakan usaha untuk membantu membangun power-with, kekuatan bersama, yaitu agar peserta didik membangun solidaritas atas dasar komitmen pada tujuan dan pengertian yang sama untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi guna menciptakan kesejahteraan bersama. Dapat dikatakan bahwa pendidikan bertujuan
untuk menciptakan suatu caring
society, suatu komunitas persaudaraan yang memperhatikan kepentingan semua pihak. Yang lebih penting lagi adalah bahwa pendidikan bertujuan membangun power-within, yaitu kekuatan spritual yang ada dalam diri peserta didik. Power-within inilah yang membuat manusia lebih manusiawi karena disitu dibangun harga diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25
manusia dan penghargaan terhadap martabat manusia dan nilai-nilai yang mengalir dalam martabat itu. 2.1.3.2 Empowering dalam Pembelajaran Empowering dalam kegiatan pembelajaran bisa terjadi dalam bentuk apa pun. Seperti dalam penelitian ini, kegiatan empowering dalam pembelajaran dapat berupa hadirnya buku cerita yang memberikan pesan tentang sesuatu hal. Dalam buku tersebut diceritakan bahwa kerusakan terumbu karang akan menyebabkan penderitaan bagi biota laut. Jika biota laut punah, maka masyarakat Mentawai pun akan kehilangan salah satu sumber pangan (ikan, gurita, udang, dan lain-lain). Buku cerita tersebut diharapkan dapat memotivasi anak-anak di Sikabaluan juga di kepulauan Mentawai pada umumnya, untuk mengkonservasi terumbu karang. Dengan demikian anak-anak dapat menjadi generasi pembaharu yang sungguh memahami tentang pentingnya memiliki kebiasaan menjaga terumbu karang. Inilah yang dimaksud dengan konsep pendidikan empowering/pemberdayaan Sastrapratedja (2013:14), yaitu pendidikan yang dapat membantu orang agar dapat mengambil tanggung jawab atas kehidupannya, dan berefleksi atas tindakannya. Aktivitas belajar siswa tidak hanya berpaku pada lingkungan sekolah atau di dalam kelas tapi juga di lingkungan luar sekolah. Bagi anak-anak, alam yang terbentang adalah semesta bermain dan belajar (Farida, et al. 2012). Lingkungan sekolah bukan satu-satunya tempat belajar anak. Dengan melangkah ke luar kelas, bahkan keluar sekolah, pengalaman dan pengetahuan anak-anak akan berkembang lebih luas. Di luar kelas, anak-anak memiliki kesempatan yang lebih bervariasi untuk mengikuti berbagai petualangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26
belajar yang mengandung nilai filosofis, teoritis, dan praktis. Dapat kita pahami bahwa dalam proses pembelajaran merujuk pada segala peristiwa (events) yang bisa memberikan pengaruh langsung terjadinya belajar pada manusia (Kurniawan, 2014: 27). Pembelajaran yang berkutat di kelas dan lingkungan sekolah secara terus menerus bisa membosankan bagi anak-anak. Petualangan yang terbuka akan memantikkan kegembiraan, menghidupkan semangat, dan membuat belajar lebih menyenangkan. Outdoor learning efektif untuk pengembangan karakter dan wawasan anak, karena merupakan miniatur dari kehidupan yang sesungguhnya sesuai dengan konsep pemberdayaan (empowering) dalam upaya perubahan dan pertumbuhan dalam diri peserta didik dan perilaku yang tidak selalu mengutamakan perkembangan kognitif semata tetapi kepada peningkatan kemampuan individual untuk membentuk atau mengorganisir terus menerus hubungannya dengan dunia internal dan eksternal. Salah satu kegiatan pembelajaran yang dilakukan di luar kelas adalah conseravtion scout: program pengenalan konservasi lingkungan pada anak (conservation scout) pernah dilakukan oleh Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) kepada anak-anak usia dini dan sekolah dasar (3-12 tahun). Tujuan dari program ini adalah untuk menanamkan pendidikan karakter cinta lingkungan pada anak-anak. Davis dalam Sari (2014: 34) menuliskan bahwa hubungan antara anak dengan alam sekitarnya merupakan landasan yang penting untuk membangun hubungan yang baik antara manusia dengan alam. Secara alami, anak adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27
penjelajah alami. Mereka mengobservasi dan meneliti lingkungan di sekitar mereka secara alami dan belajar darinya (learning by doing). Kegiatan jalan-jalan di pantai dan membaca buku cerita tentang terumbu karang serta conseravtion scout merupakan kegiatan pembelajaran empowering yang bertujuan untuk menanamkan sikap atau karakter cinta lingkungan kepada anak-anak sebagai generasi peduli lingkungan. Menanam bakau merupakan salah satu cara untuk menumbuhkan kesadaran kepada anak-anak betapa pentingnya menjaga dan melestarikan terumbu karang untuk kelangsungan hidup semua mahkluk hidup. Selain dari menanam bakau, masyarakat khususnya anak-anak sekolah dasar di Mentawai harus diajarkan untuk tidak membuang sampah sembarangan. Dengan begitu anak turut ambil bagian dalam menjaga kelestarian lingkungan dan akan memiliki cinta terhadap lingkungan. Kesadaran anak untuk ambil bagian dalam menjaga lingkungan merupakan bentuk tanggungjawab mereka sebagai pionir untuk memelihara lingkungan yang dalam hal ini adalah terumbu karang. Maka penting bagi guru atau oarang tua memberikan pendidikan cinta lingkungan sedini mungkin yaitu pada saat anak mulai mengikuti pendidikan sekolah dasar. 2.1.4
Perkembangan Anak Usia 9-12 Tahun
2.1.4.1 Psikologis Perkembangan Anak Usia 9-12 Tahun Piaget (Suparno, 2001: 25) berpendapat bahwa pemikiran kanak-kanak berbeda pada masing-masing tingkatan. Ia membagi perkembangan pemikiran kanakkanak menjadi empat tahap yaitu tahap sensorimotorik, praoperasional konkret,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28
operasional konkret, dan operasional formal. Setiap tahap tersebut memiliki tugas perkembangan kognitif yang harus diselesaikan. Dalam penelitian ini, peneliti akan membahas perkembangan anak usia 9 hingga 12 tahun yang berada pada tahap operasional konkret. Piaget (Djiwandono, 2002:73) menjelaskan bahwa anak-anak yang berada pada tahap operasional konkrit umumnya mampu berpikir logis, mampu memperhatikan lebih dari satu dimesi sekaligus dan juga dapat menghubungkan suatu dimensi dengan dimensi lain, kurang egosentris, dan belum bisa berpikir abstrak. Dari penjelasan tersebut peneliti melihat adanya satu sisi perkembangan yang bisa dimanfaatkan yakni adalah kemampuan untuk menghubungkan dimensi satu dengan dimensi lain. Kemampuan ini merupakan daya imajinasi yang tinggi. Peneliti melihat bahwa pada usia 9-12 tahun anak memiliki kemampuan untuk cepat beradaptasi dengan lingkungan bermain, dan mudah mengikuti pola dinamika belajar yang menyenangkan. Pada tahap ini anak-anak juga senang dengan hal-hal yang berbau cerita dan mewarnai gambar. Masa anak merupakan suatu fase yang sangat penting dan berharga, serta merupakan masa pembentukan dalam periode kehidupan manusia (a noble and malleable phase of human life). Oleh karenanya masa anak sering dipandang sebagai masa emas (golden age) bagi penyelenggaraan pendidikan. Masa anak merupakan fase yang sangat fundamental bagi perkembangan individu karena pada fase inilah terjadinya peluang yang sangat besar untuk pembentukan dan pengembangan pribadi seseorang (karakter).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
Hal inilah yang menjadi alasan peneliti untuk mengembangkan prototype buku cerita tentang terumbu karang untuk menyadarkan anak-anak tentang pentingnya memelihara terumbu karang di kepulauan Mentawai serta membantu persepsi siswa anak 9-12 tahun tentang pentingnya mencintai lingkungan sekitar.
2.1.4.2 Ciri Sosiologis Anak Usia 9-12 Tahun Erikson (Nuryanti, 2008: 25) menyatakan delapan tahap perkembangnan Psikologi Sosial Anak yang dimana pada usia sekolah dasar anak pada tahap empat yaitu Industry vs Inferiority (tekun versus rasa rendah diri). Tahap ini kira-kira dilalui ketika anak melaui usia sekitar 6 sampai 12 tahun. Pada tahap ini anak-anak mempelajari keterampilan yang lebih formal, seperti: (a) berhubungan dengan teman sebaya berdasar pada aturan-aturan tertentu, (b) berkembang dari pola bermain yang bebas menuju permainan yang menggunakan aturan dan memerlukan kerjasama kelompok, dan (c) menguasai materi pelajaran sosial, membaca, dan matematika. Berdasarkan pendapat dan penejelasan tersebut, peneliti mengembangkan sebuah prototype buku cerita untuk anak supaya dapat memahami pelajaran sosial dan membaca. Prototype buku tersebut dapat dibaca bersama-sama atau secara pribadi yang kemudian diceritakan kepada sesama temannya, dengan begitu buku tersebut dapat menjadi sarana untuk melatih keterampilan berhubungan dengan teman. Selain itu, buku tersebut dapat membantu anak mengasah keterampilan membaca yang sekaligus melatih anak mengembangkan imajinasinya terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungnnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30
Kesempatan inilah yang menginspirasi peneliti membuatkan sebuah buku cerita yang memberikan dorongan bagi anak Mentawai, mengarahkan rasa percaya dan rasa aman serta inisiatif yang tinggi untuk melindungi kekayaan alamnya seperti terumbu karang. Anak usia sekolah dasar masih sangat mudah dibentuk pola pikir dan karakter akan cinta terhadap lingkungan. Seperti yang dinyatakan oleh Piaget dan Kohlberg (Gunarsa dan Yulia, 2008: 69) bahwa anak usia 6-12 tahun mengalami tahap perkembangan moral secara teratur mulai dari kosep „tingkahlaku baik‟ sebagai suatu tindakan yang khusus seperti „patuh pada ibu‟ dilanjutkan tahap konsep selajutnya „mencuri adalah salah‟ sampai dengan kejujuran, hak milik, keadilan dan kehormatan. Pada masa ini, pada anak juga terdapat dorongan untuk melakukan perbuatanperbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lain. Buku cerita yang dalam hal ini sebagai media untuk menyadarkan anak merupakan salah satu media yang dapat digunakan untuk empowering. Buku cerita bisa digunakan di dalam kelas atau di luar kelas. Peran media yang efektif inilah memungkinkan anak bisa mengembangkan imajinasinya tidak hanya di dalam kelas tetapi juga di luar kelas. 2.1.5
Peran Media Pembelajaran Dalam Konteks Pendidikan Empowering
2.1.5.1 Pengertian Media Munadi (2008: 6) menyatakan bahawa kata media berasal dari Bahasa Latin, yakni medius (tengah atau perantara). Perantara yang berarti yang mengantarkan atau menghubungkan atau menyalurkan sesuatu hal dari satu sisi ke sisi lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31
Smaldino, dkk (2011: 7) mengatakan bahwa media merupakan sarana komunikasi yang membawa informasi antara sebuah sumber dan sebuah penerima. Arsyad (2007: 4-5) juga mengemukakan bahwa media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Dari ketiga pernyataan tersebut apabila disimpulkan merupakan pernyataan yang saling melengkapi antara satu dengan yang lain. Dengan demikian, pengertian media menurut ketiga ahli tersebut adalah sarana komunikasi yang menjadi perantara informasi yang akan diterima oleh siswa. Winkel (2004: 318) menyatakan media pengajaran diartikan sebagai suatu sarana nonpersonal (bukan manusia) yang digunakan atau disediakan oleh tenaga pengjar, yang memegang peranan dalam proses belajar mengajar, untuk mencapai tujuan isntruksional. Dari pandapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau saluran komunikasi yang dapat merangsang pemikiran siswa, meningkatkan minat belajar, dan yang terpenting bahwa pembelajaran akan lebih mudah baik itu di dalam kelas ataupun di luar kelas. Rahadi dalam Riyani (2011: 33) menyatakan bahwa sumber belajar memiliki cakupan yang lebih luas dari pada media pembelajaran. Sumber belajar dapat berupa pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan latar/lingkungan. Dalam penelitian ini hanya akan membahas mengenai buku cerita bergambar sebagai media untuk sarana empowering anak-anak Mentawai agar mencintai dan merawat alamnya yang dalam hal ini adalah terumbu karang. Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998: 152) dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32
Riyani (2011: 33) menjelaskan bahwa buku diartikan sebagai “lembar kertas yang berjilid, berisi atau kosong”. Pengertian ini sangat sederhana dan umum tetapi secara khusus menyatakan bahan, susunan, dan isi sebuah buku.
2.1.5.2 Media Pembelajaran Menurut Heinich yang dikutip oleh Arsyad (2011: 4), media pembelajaran adalah perantara yang membawa pesan atau informasi bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran antara sumber dan penerima. Hal tersebut sama seperti yang dinyatakan oleh Criticos yang dikutip oleh Daryanto (2010: 4) media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komikator menuju komunikan. Media pembelajaran yang digunakan memiliki jumlah yang banyak, dan dapat dikolompokkan menjadi beberapa bagian. Menurut Arsyad (2011: 29) media dapat dikelompokkan dalam beberapa kelompok berdasarkan teknologi yang digunakan yaitu: 1) Media hasil teknologi cetak 2) Media hasil teknologi audio-visual 3) Media hasil teknologi yang berdasarkan komputer 4) Media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer. Berdasarkan klasifikasi media di atas, media buku cerita bergambar “Derita Aat Si Gurita Kecil” termasuk klasifikasi media hasil teknologi cetak. Seperti yang dijelaskan dalam spesifikasi produk bahwa prototipe buku cerita bergambar “Derita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33
Aat si Gurita Kecil” merupakan media dua dimensi yang dicetak terdiri atas cover, 20 gambar yang disertai narasi pendek dan juga evaluasi. Media pembelajaran mempunyai fungsi yang besar dalam memberikan pengetahuan yang mudah dipahami oleh anak. Hal tersebut senada dengan apa yang disampaikan oleh Sadiman, dkk (2012: 17) bahwa kegunaan media antara lain: (1) memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan), (2) mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, (3) penggunaan media pembelajaran yang tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik, (4) memberikan perangsang belajar yang sama, (5) menyamakan pengalaman, (6) menimbulkan persepsi yang sama. 2.1.5.3 Media Cetak Menurut Susilana dan Riyana dalam Riyani (2011: 37) media cetak adalah media visual yang pembuatannya melalui proses pencetakan/printing atau offset. Media cetak ini menyajikan pesannya melalui huruf dan gambar-gambar yang diilustrasikan untuk lebih memperjelas pesan atau informasi yang disajikan. Media cetak ini memiliki beberapa jenis yaitu buku, surat kabar dan majalah, ensiklopedi atau kamus besar, pengajaran terpogram atau komik (Daryanto, 2010: 24). Maka berdasarkan jenis media cetak tersebut, media prototype buku cerita “Derita Aat Si Gurita Kecil” termasuk dalam media cetak jenis buku. Media cetak juga termasuk dalam media grafis/visual sehingga dalam mengembangkannya harus memperhatikan prinsip-prinsip visual. Berikut prinsip pengembangan media cetak dalam Arsyad (2013: 103-108):
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34
1) Kesederhanaan Secara umum kesederhanaan mengacu pada jumlah elemen yang terkandung dalam suatu visual. Jumlah elemen yang lebih sedikit memudahkan anak menangkap dan memahami pesan yang disajikan. Pesan atau informasi yang panjang harus dibagi dalam beberapa bahan visual agar mudah dibaca dan mudah dipahami. Kata-kata harus memakai huruf sederhana dengan gaya huruf yang mudah terbaca dan tidak terlalu beragam dalam serangkaian tampilan. Kalimat-kalimatnya harus ringkas, padat dan mudah dimengerti. Maka, dalam pengembangan media prototype buku cerita “Derita Aat si Gurita Kecil” menggunakan prinsip kesederhanaan dengan penggabungan elemen antara gambar yang lebih dominan dengan teks sederhana sebagai pemberi kejelasan. 2) Keterpaduan Keterpaduan mengacu pada hubungan antar elemen-elemen visual yang ketika diamati akan berfungsi secara bersama-sama. Elemen-elemen tersebut harus saling terkait dan menyatu sebagai satu keseluruhan yang merupakan suatu bentuk menyeluruh yang dapat membantu pemahaman pesan dan informasi yang dikandungnya. Dalam pengembangan media prototype buku cerita “Derita Aat si Gurita Kecil”, antara elemen gambar dan teks saling terkait, karena gambar berfungsi memberikan visualisan suatu kondisi dalam teks cerita. Seperti salah satu kodisi dalam cerita yang menunjukan kesedihan, maka ada gambar Gurita sebagai Ibu dari Aat sedang mengeluarkan air mata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35
3) Penekanan Prinsip penekanan harus diperhatikan, meskipun penyajian secara visual dirancang sesederhana mungkin, seringkali konsep yang ingin disajikan memerlukan penekanan terhadap salah satu unsur yang akan menjadi pusat perhatian anak. Menggunakan ukuran, hubungan-hubungan, perspektif, warna atau ruang, penekanan dapat diberikan kepada unsur terpenting. Penekanan dalam media prototype buku cerita “Derita Aat si Gurita Kecil” nampak pada persepktif yang memberikan gambaran pengalaman pada anak. 4) Keseimbangan Keseimbangan mencakup dua macam, yaitu keseimbangan formal (simetris) dan kesimbangan informal (asimetris). Bentuk atau pola yang dipilih sebaiknya menempati ruang penyangan yang memberikan persepsi keseimbangan, meskipun tidak seluruhnya simetris. Keseimbangan yang simetris memberikan kesan yang statis, sebaliknya kesimbangan yang asimetris akan memberikan kesan dinamis. Dalam media prototype buku cerita “Derita Aat si Gurita Kecil” menggunakan keseimbangan asimetris dengan penayangan gambar sesuai dengan kondisi yang disampaikan dalam teks. 5) Garis Garis digunakan untuk menghubungkan unsur-unsur sehingga dapat menentukan perhatian anak untuk mempelajari suatu urutan-urutan khusus. Fungsi garis adalah sebagai penuntun bagi para pengamat (anak), dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36
mempelajari rangkaian konsep, gagasan makna atau isi materi yang disampaikan. Selain itu, garis juga berfungsi untuk membatasi masing-masing elemen. Bentuk garis tidak harus tegak lurus, tetapi dapat menyesuaikan penempatan elemen-elemen tersebut.
6) Bentuk Bentuk yang aneh dan asing bagi anak dapat membangkitkan minat dan perhatian. Oleh karena itu, pemilihan bentuk sebagai unsur visual dalam penyajian pesan, informasi atau isi materi perlu diperhatikan. Dengan demikian, pada prinsip ini untuk prototype buku cerita “Derita Aat si Gurita Kecil” digunakan tokoh gurita yang unik. Dalam gambar pun diberi warna agar dapat menarik perhatian anak. 7) Tekstur Tekstur adalah unsur visual yang dapat menimbulkan kesan kasar atau halusnya permukaan. Tekstur dapat digunakan untuk penekanan, aksentuasi atau pemisahan, serta menambah kesan keterpaduan dari suatu unsur seperti halnya warna. Maka pengembangan media ini, unsur tekstur tidak diperlukan karena lebih menonjolkan penggunaan gambar dan warna. 8) Warna Warna digunakan untuk memberikan kesan pemisahan atau penekanan atau untuk membangun keterpaduan. Di samping itu, warna dapat mempertinggi tingkat realisme objek atau sistuasi yang digambarkan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37
menunjukkan persamaan dan perbedaan, dan menciptakan respon emosional tertentu. Arsyad (2013: 108) mengemukakan ada tiga hal penting yang harus diperhatikan ketika menggunakan warna, yaitu: (1) pemilihan warnna khusus (merah, biru, kuning, dan sebagainya), (2) nilai warna (tingkat ketebalan dan ketipisan warna tersebut dibangdingkan dengan unsur lain dalam visual tersebut), dan (3) intensitas atau kekuatan warna itu untuk memberikan dampak yang diinginkan. Setiap anak menyukai warna yang cerah seperti merah, hijau, kuning dan lain-lain. Dalam hal pengembangan media ini, peneliti menggunakan warna-warna yang yang tingkat keserasian dengan objek yang mau digambarkan seperti warna-warna biota laut yang ada di terumbu karang. 2.1.5.4 Pengertian Buku Cerita Bergambar Cerita bergambar sebagai media grafis yang dipergunakan dalam proses pembelajaran, memiliki pengertian praktis, yaitu dapat mengkomunikasikan faktafakta dan gagasan secara jelas dan kuat melalui perpaduan antara pengungkapan katakata dan gambar. Mitchell dalam Sari (2010: 34) mengatakan, “Picture storybooks are books in which the picture and text are tightly intertwined. Neither the picture nor the words are selfsufficient; they need each other to tell the story”. Pernyataan tersebut memiliki makna bahwa buku cerita bergambar adalah buku yang di dalamnya terdapat gambar dan kata-kata, dimana gambar dan kata-kata tersebut tidak berdiri sendiri-sendiri, melainkan saling bergantung agar menjadi sebuah kesatuan cerita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38
Sedangkan Rothlein dan Meinbach dalam Sari (2010: 34) mengemukakan bahwa “a picture storybooks conveys its message through illustrations and written text; both elements are equally important to the story”. Ungkapan ini mengandung pengertian bahwa buku cerita bergambar adalah buku yang membuat pesan melalui ilustrasi yang berupa gambar dan tulisan. Gambar dan tulisan tersebut merupakan kesatuan. Berikut beberapa karakteristik buku cerita bergambar menurut Sutherland dalam Sari (2010: 34) antara lain adalah: a) buku cerita bergambar bersifat ringkas dan langsung; b) buku cerita bergambar berisi konsep-konsep yang berseri; c) konsep yang ditulis dapat dipahami oleh anak-anak; d) gaya penulisannya sederhana; e) terdapat ilustrasi yang melengkapi teks. Berdasarkan beberapa definisi di atas jelas bahwa prototype buku cerita “Derita Aat Si Gurita Kecil” adalah sebuah cerita yang ditulis dengan gaya bahasa ringan, cenderung dengan gaya obrolan, dilengkapi dengan gambar yang merupakan kesatuan dari cerita untuk menyampaikan fakta atau gagasan tentang kehidupan terumbu karang yang dirusak oleh manusia. Cerita dalam cerita bergambar juga seringkali berkenaan dengan pribadi/pengalaman pribadi sehingga pembaca mudah mengidentifikasi dirinya melalui perasaan serta tindakan dirinya melalui perwatakan tokoh-tokoh utamanya. Buku cerita bergambar memuat pesan melalui ilustrasi dan teks tertulis. Kedua elemen ini merupakan elemen penting pada cerita. Buku-buku ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39
memuat berbagai tema yang sering didasarkan pada pengalaman kehidupan seharihari anak. Karakter dalam buku ini dapat berupa manusia dan binatang. Seperti cerita dalam buku cerita “Derita Aat si Gurita Kecil” merupakan gambaran berkenaan dengan pengalaman pribadi anak dimana terumbu karang yang menjadi sumber daya alam yang ada di lingkungan dieksploitasi secara sembarang tanpa anak menyadari bahwa hal itu merusak terumbu karang. Dan dengan kehadiran prototype buku cerita tersebut anak akan dengan mudah memahami makna atau pesan yang disampaikan dalam cerita karena itu terjadi dalam kehidupan mereka dan ada disekitar mereka. Penelitian yang berkaitan dengan pemberdayaan, buku cerita anak dan bagaimana anak mengekspresikan imajinasinya melalui berbagai media sudah diteliti oleh banyak orang. Seperti halnya penelitian pengembangan prototype buku cerita “Derita Aat si Gurita Kecil” dalam kontek empowering pada anak diperkuat oleh adanya beberapa penelitian yang relevan yang mendukung. 2.2
Penelitian yang Relevan
Ada beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, yaitu : Pertama, penelitian yang berjudul “Upaya The Nature Conservancy Dalam Konservasi Terumbu Karang Dan Lingkungan Pesisir Di Kawasan Perairan Nusa Penida, Bali” yang dilakukan oleh Savitri dkk (2013). Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa kepedulian terhadap terumbu karang adalah tanggung jawab bersama sebagai warga masyarakat dunia secara umum. Salah satu bentuk tanggung jawab dalam memperhatikan kelesetarian terumbu karang adalah organisasi non
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40
pemerintah yang bernama The Nature Conservancy atau disingkat TNC. Dalam penelitian ini menjelaskan bahwa penting bagi masyarakat Nusa Penida mendapatkan sosialisasi dan pelatihan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui latar belakang pengetahuan dan pendidikan setiap masyarakat. Dengan begitu masyrakat Penida tersadarkan bahwa kekayaan hayati yang dimiliki saat ini seperti terumbu karang hanyalah sebuah titipan yang harus diwariskan kepada generasi penerus. Dengan adanya kesadaran seperti ini masyarakat bisa kembali memperkuat kebijakan adat yang sudah ada sebelumnya. Kedua, penelitian ini berjudul “Kampanye Edukasi Eksplorasi Terumbu Karang Untuk Anak Sekolah Dasar di Bali Melalui Desain Komunikasi Visual” yang ditulis oleh Kurniawan (2013). Dalam penelitian ini dibahas bahwa tujuannya adalah bagaimana menciptakan media komunikasi visual yang membantu anak dalam proses edukasi. Pentingnya desain buku cerita yang menarik perhatian anak serta mempermudah anak lebih memahami apa yang dia pelajari dan juga terjadi sebuah konsep belajar yang “fun” yang biasa di sebut dengan Education with Fun. Konsep terseebut merupakan penggambaran dari proses edukasi atau pembelajaran untuk anak dengan cara menyenangkan sehingga komunikasi berjalan efektif. Ketiga, penelitian dengan judul “Pengembangan Media Pembelajaran Memahami Cerita Legenda dengan Buku POP-UP untuk Siswa SMP Kelas VIII di Kabupaten Pati” yang ditulis oleh Nugraheni (2015). Penelitian ini menjelaskan prototype media pembelajaran berupa buku Pop-Up berisikan gambar-gambar ilustrasi cerita dengan tampilan tiga dimensi pada setiap halamannya. Prototype ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41
mempermudah siswa untuk memahami cerita legenda dengan baik. Gambar-gambar yang terdapat dalam ilustrasi cerita membantu siswa untuk mengimajinasikan cerita tersebut, sehingga ada motivasi dan niat untuk mencari tahu isi cerita legenda yang terdapat dalam prototype tersebut. Selain membantu siswa untuk berimajinasi, keberadaan gambar yang menarik membuat siswa tidak bosan dalam belajar atau membaca. Berdasarkan tiga penelitian tersebut, peneliti mendapatkan inspirasi: (1) berkaitan penelitian dengan tujuan pengadaan pelatihan kepada masyarakat pesisir di kawasan perairan Nusa Penida untuk menumbuhkan kepedulian dalam merawat terumbu karang. Peneliti mendapat masukan betapa pentingnya pemberdayaan dan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya kepedulian dan tanggung jawab akan lingkuangan. (2) Dari penelitian tentang desain komunikasi visual yang menarik dan menyenangkan anak sehingga memotivasi anak dalam memahami terumbu karang, peneliti terinspirasi untuk membuat suatu desain media pembelajaran berupa buku cerita untuk membantu anak dalam mengembangkan imajinasinya akan pentingnya memelihara terumbu karang, (3) Dari penelitian yang menghasilkan media buku cerita tiga dimensi tentang legenda. Prototype berisi gambar tiga dimensi membantu anak untuk mengimajinasikan isi cerita legenda tersebut, sehingga anak akan terbantu untuk memahami legenda. Ulasan dari tiga penelitan tersebut semakin memperkuat penelitian pengembangan yang dilakukan oleh peneliti tentang prototype buku cerita. Dengan begitu, peneliti mendapat inspirasi untuk membuat media buku cerita dalam bentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42
fabel. Apabila dibuat dalam bentuk skema, maka konsep skema yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
Penelitian I Santhi Pradayini Savitri,dkk
Upaya The Nature Conservancy dalam Konservasi Terumbu Karang dan Lingkungan Pesisir di Kawasan Perairan Nusa Penida, Bali
Perlunya pelatihan kepada masyarakat pesisir di kawasan perairan Nusa Penida untuk menumbuhkan kepedulian dalam merawat terumbu karang.
Penelitian III Silvia Oti Nugraheni
Penelitian II Kadek Karina Kurniawan
Kampanye Edukasi Eksplorasi Terumbu Karang untuk Anak Sekolah Dasar di Bali melalui Dasain Komunikasi Visual
Pengembangan Media Pembelajaran Memahami Cerita Legenda dengan Buku POP-UP untuk Siswa SMP Kelas VIII di Kabupaten Pati
Perlunya media komunikasi visual dalam bentuk buku cerita dalam proses edukasi yang menyenangkan
Media berisi gambar tiga dimensi tentang cerita legenda dapat membantu siswa mengimajinasikan isi cerita legenda.
Pengembangan Prototipe Buku Cerita Anak Tentang Terumbu Karang Untuk Anak 9-12 Tahun Dalam Konteks Empowering” Masyarakat Mentawai. Gambar 2.1. Bagan Penelitian yang Relevan 2.3
Kerangka Berpikir Ide dari Savitri, dkk tentang Perlunya pelatihan kepada masyarakat pesisir di
kawasan perairan Nusa Penida untuk menumbuhkan kepedulian dalam merawat terumbu karang dan dari Kadek Karina Kurniawan tentang menciptakan media komunikasi visual dalam proses edukasi terumbu karang, serta ide dari Silvia Oti Nugraheni tentang media berisi gambar tiga dimensi tentang cerita legenda dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43
membantu siswa mengimajinasikan isi cerita legenda, menginspirasi peneliti untuk mengembangkan prototype buku cerita. Prototype yang peneliti kembangkan berupa buku cerita dengan judul “ Derita Aat si Gurita Kecil”. Prototype buku cerita tersebut dapat dijadikan sarana pembelajaran (baik di dalam maupun di luar kelas) untuk menumbuhkan kesadaran dan rasa tanggung jawab akan pentingnya memelihara terumbu karang yang menjadi salah satu kekayaan hayati kepulauan Mentawai Masyarakat Mentawai mempunyai tingkat pendidikan yang cukup rendah. Melihat dunia pendidikan di Mentawai khususnya di tingkat SD yang masih rendah, minimnya bahan ajar salah satunya buku, dan minimnya media pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam mengajar, maka sebagai calon guru peneliti ikut menyumbangkan pemikiran untuk menyediakan salah satu media buku cerita bergambar karena buku merupakan media yang penting untuk belajar. Media buku cerita bergambar itu penting karena anak dapat mengeskpresikan perasaannya atau memberikan pada anak suatu cara untuk berkomunikasi melalui cerita (berkaitan dengan imajinasi). Hasil pengamatan yang didukung oleh data pra penelitian melalui pembagian kuesioner kepada 22 anak dan 14 guru di SDK. St.Fransiskus Sikabaluan, menunjukkan bahwa terumbu karang di Mentawai saat ini dalam kondisi sangat memprihatinkan dimana banyak ditemukan terumbu karang yang mengalami kerusakan akibat ulah manusia maupun secara alami karena gempuran ombak. Kerusakan itu terjadi karena ulah masyarakat yang melakukan penagkapan ikan secara liar yakni dengan menggunakan bom yang mengakibatkan tidak hanya ikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44
yang mati tetapi juga terumbu karang ikut mati dan hancur. Selain itu masyarakat pun melakukan eksploitasi terhadap terumbu karang dengan mengambil terumbu karang untuk digunakan sebagai bahan bangunan. Hal tersebut membuat peneliti menjadi prihatin sehingga peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengembangan Prototipe Buku Cerita Anak Tentang Terumbu Karang dalam Konteks Empowering Masyarakat Mentawai Untuk Anak 9-12 Tahun” supaya dapat digunakan oleh peneliti untuk memberikan pembelajaran dalam konteks empowering. Prototype yang peneliti susun tersebut mendapat inspirasi dari penelitian yang relevan dari Savitri, dkk dan Kadek Karina Kurniawan yang sama-sama memberikan informasi konservasi terumbu karang sehingga menjadi wadah edukasi peduli lingkungan. Prototipe buku cerita “Derita Aat si Gurita Kecil” yang peneliti susun terdiri dari dua puluh gambar dengan teks narasi disetiap gambarnya. Kedua puluh gambar tersebut memberikan informasi bagaimana terumbu karang memiliki arti penting dalam kelangsungan hidup biota laut lainnya yang mendiami terumbu karang. Selain itu, terdapat evaluasi di akhir cerita tujuannya agar menggugah kesadaran anak untuk memiliki motivasi menjaga kelestarian terumbu karang. 2.4
Pertanyaan Penelitian Berdasarkan uraian teori diatas maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan
penelitian sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45
1. Bagaimana langkah-langkah pengembangan prototype buku cerita “Derita Aat si Gurita Kecil” untuk anak 9-12 tahun dalam konteks empowering masyarakat Mentawai ? 2. Bagaimana kualitas prototype buku cerita “Derita Aat si Gurita Kecil”
membantu persepsi anak 9-12 tahun tentang pentingnya mencintai lingkungan sekitar (empowering)?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Pada penelitian ini menggunakan jenis penelitian dan pengembangan, yang biasa dikenal dengan nama R&D (Research and Development). R&D merupakan sebuah penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, yang nantinya produk tersebut akan diuji keefektifannya (Sugiyono, 2010: 407). Dalam penelitian ini, produk yang akan dikembangkan berupa prototype buku cerita tentang terumbu karang dalam konteks empowering masyarakat Mentawai untuk anak usia 9-12 tahun. 3.2 Setting Penelitian 3.2.1
Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua tempat. Penelitian awal dan pembuatan
prototype buku dilakukan di Kampus Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan uji coba penelitian dilakukan di SD St.Fransiskus yang berlokasi di Sikabaluan Kabupaten kepulauan Mentawai. 3.2.2
Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah anak kelas IV-V yang berjumlah 22 orang
serta 14 orang guru di SD St. Fransiskus Sikabaluan. Untuk anak perempuan berjumlah 10 dan anak laki-laki berjumlah 12 orang. Seluruh anak kelas IV-V serta guru akan menjadi subjek analisis kebutuhan sedangkan untuk uji coba hanya bisa dilakukan pada anak saja. 46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47
3.2.3
Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah pengembangan prototype buku cerita tentang
terumbu karang dalam konteks empowering masyarakat Mentawai untuk anak usia 912 tahun yang diujikan di SD St. Fransiskus Sikabaluan, Mentawai. 3.2.4
Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan satu tahun, terhitung mulai dari bulan Januari
2015 sampai Januari 2016. Dalam kurun waktu satu tahun tersebut dilakukan penelitian dengan tahapan sebagai berikut: (1) Analisis kebutuhan dengan memberikan kuesioner, (2) studi pustaka (Bab I-III), (3) membuat produk sebagai respon atas analisis kebutuhan (4) Validasi, (5) revisi prototype dan cetak prototype, (6) uji terbatas ke Mentawai, (7) training guru dan siswa di Mentawai, (8) olah data, (9) menyusun bab IV, (10) revisi bab I-IV, (11) persiapan ujian skripsi, dan (12) ujian skripsi. 3.3 Prosedur Pengembangan Prosedur pengembangan prototype buku cerita tentang terumbu karang untuk anak 9-12 tahun dalam konteks empowering di SD St.Fransiskus Sikabaluan Kabupaten Kepulauan Mentawai mengikuti langkah-langkah penelitian dan pengembangan dalam buku Sugiyono (2010: 298). Peneliti menggunakan tujuh tahap dari sepuluh tahap yang ditawrkan, yaitu (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk, (7) revisi akhir produk. Ke tujuh langkah tersebut akan diuaraikan sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48
Tahap I Potensi dan Masalah
Potensi : manfaat terumbu karang. Masalah: perilaku masyarakat yang mengambil terumbu karang secara sembarangan
Tahap II Pengumpulan Data
Wawancara Pembagian lembar kuesioner Guru Pembagian Lembar Kuesioner Siswa
Tahap III Desain Prototype
Menentukan Cerita dan Tokoh Membuat Sketsa Merancang Prototipe Buku Cerita
Tahap IV Validasi Prototype
Dilakukan oleh seorang ahli Kelautan dan Perikanan
Revisi prototype berdasarkan masukan validator
Tahap V Revisi Prototype
Tahap VI Uji Coba Prototype
Tahap VII Revisi Akhir Prototype Prototipe Pengembangan Buku Cerita tentang Terumbu Karang untuk Anak 9-12 Tahun dalam Konteks Empowering Masyarakat Mentawai
Gambar 3.1 Prosedur Pengembangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49
3.3.1
Potensi dan Masalah Penelitian ini dilatarbelakangi oleh potensi dan masalah tentang terumbu
karang yang ditemukan oleh peneliti melalui observasi dan analisis kebutuhan kepada 22 anak dan 14 orang guru yang berada di SDK. St.Fransiskus Sikabaluan. Analisis kebutuhan dilakukan dengan membagikan lembar kuesioner. Pembagian lembar kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui apakah anak-anak dan guru membutuhkan sebuah buku cerita tentang terumbu karang dalam meningkatkan pemahaman mereka akan pentingnya memelihara terumbu karang. 3.3.2
Pengumpulan Data Pengumpulan data ini dilakukan dengan cara membagikan lembar kuesioner
kepada 22 orang anak dan 14 orang guru di SDK. St.Fransiskus Sikabaluan, untuk analisis kebutuhan, pada bulan Februari 2015. Pengumpulan data ini dilakukan sebagai salah satu cara untuk mengetahui bentuk perencanaan buku cerita yang akan dibuat sehingga produk yang dihasilkan dapat membantu pemahaman anak-anak dan guru di SDK. St.Fransiskus Sikabaluan terhadap terumbu karang. Pengumpulan data untuk pembuatan buku cerita sebagai media, juga dilakukan dengan studi pustaka, mencari bahan melalui internet dan mengumpulkan jenis-jenis cerita dari berbagai sumber. 3.3.3
Desain Prototype Dari data hasil kuesioner yang berkaitan dengan kurang adanya kesadaran
anak maupun guru (sebagi bagian dari masyarakat Mentawai) yang kurang peduli
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50
terhadap kelestarian terumbu karang, peneliti menentukan desain prototype adalah sebuah buku cerita. Buku tersebut diperuntukkan untuk anak usia 9-12 tahun. Setelah menentukan cerita dan membuat cerita yang sesuai dengan tingkat pemahaman anak, peneliti mencoba menggambar ilustrasi dalam setiap bagian cerita dengan tujuan memberikan efek visual pada anak dengan begitu anak akan lebih mudah untuk mengimajinasi realita kehidupan di dalam komunitas terumbu karang. Seperti yang dinyatakan oleh Lynch-Brown dalam Astuti (2012: 18) buku bergambar adalah buku-buku yang banyak mengandung ilustrasi, untuk mendeskripsikan sesuatu hal baik itu pesan atau pun situasi di dalam cerita. Untuk alasan ini, ilustrasi gambar dalam buku-buku cerita sangat penting keberadaannya sebagai elemen yang memberikan efek visual dalam cerita dan terlebih lagi akan membantu anak memahami situasi cerita dengan baik. Ilustrasi dalam buku-buku bergambar menyediakan plot aktual atau informasi konsep serta petunjuk untuk jalan tokoh, setting, dan suasana hati. Pada tahap ini, peneliti merancang dan menyusun prototype buku cerita tentang terumbu karang agar ilustrasi yang terkandung di dalam buku tersebut dapat meningkatkan pemahaman anak-anak terhadap terumbu karang. Peneliti mendesain prototype buku cerita tentang terumbu karang untuk anak 9-12 tahun dalam konteks empowering. 3.3.4
Validasi Desain Produk yang peneliti kembangkan, divalidasi oleh seorang ahli kelautan dan
perikanan sebagai evaluasi formatif terhadap desain bahan produk pengembangan buku cerita tentang terumbu karang. Validasi desain produk ini bertujuan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51
mendapatkan kritik dan saran serta penilaian terhadap produk yang dikembangkan. Melalui kritik dan saran maka peneliti dapat menemukan kelebihan dan kekurangan dari produk yang dikembangkan. 3.3.5
Revisi Desain Revisi desain dilakukan setelah mendapatkan kritik dan saran dari ahli
kelautan. Kritik dan saran dari para pakar menjadi landasan bagi peneliti dalam memperbaiki kekurangan dari produk. Hasil akhir dari penelitian ini adalah produk berupa prototype buku cerita “Derita Aat si Gurita Kecil” yang baik dan mudah dipahami oleh anak-anak usia 9-12 tahun. 3.3.6
Uji Coba Produk Uji coba produk dilakukan dengan mengumpulkan berbagai informasi dalam
menentukan kualitas buku cerita “Derita Aat si Gurita Kecil”. Data tersebut diperoleh dari validasi seorang validator pakar kelautan dan perikanan yang digunakan untuk memperbaiki dan menyempurnakan produk prototype buku cerita tentang terumbu karang. Hasil validasi tersebut, maka produk dapat diuji cobakan kepada siswa SDK. St.Fransiskus Sikabaluan. Uji coba ini bertujuan untuk mengetahui apakah prototype buku cerita tentang terumbu karang ini benar-benar layak dan mempunyai kualitas yang baik untuk diajarkan kepada siswa. 3.3.7
Revisi Akhir Produk Revisi akhir produk dilakukan peneliti seteleh melakukan uji coba produk.
Produk yang sudah divalidasi dan direvisi kembali sebelum diujicobakan sampai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52
benar-benar layak untuk diujicobakan. Maka untuk memperoleh kualitas produk yang lebih baik, perlu dilakukan revisi akhir setelah mendapat saran dan masukan dari ahli. 3.4 Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menyusun 2 instrumen yaitu: (1) instrumen pra penelitian untuk anak dan guru , (2) instrumen setelah uji coba untuk mengetahui persepsi siswa terhadap kualitas buku cerita “Derita Aat Si Gurita Kecil”. 1) Instrumen Pra Penelitian untuk Anak dan guru Peneliti menyusun instrumen pra penelitian untuk menyusun produk yang dikembangkan. Instrumen yang berupa kuesioner pra penelitian dibagikan kepada 22 anak dan 14 guru SD St. Fransiskus Sikabaluan pada Februari 2015. Lembar kuesioner tersebut telah divalidasi dengan teknik expert judgement (oleh ahli). Adapun kisi-kisi dan kuisioner yang digunakan pada pra penelitian untuk anak dan guru. kisi-kisi ada
4 aspek dan 15
pertanyaan. Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Pra-Penelitian untuk Anak No 1. 2. 3.
Aspek Manfaat terumbu karang bagi masyarakat Mentawai Bahaya jika merusak terumbu karang Upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk mengkonservasi terumbu karang Sarana-sarana yang diperlukan untuk menyadarkan atau 4 memberdayakan (empowering) masyarakat tentang mengkonservasi terumbu karang Saran atau komentar:
Nomor Item 1-4 5-10 11-13 14-15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53
Tabel 3.2 Lembar Pertanyaan Pra-Penelitian untuk Anak Jawaban No.
Pertanyaan Ya
1. 2. 3. 4. 5. 6.
7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Saya tahu terumbu karang bisa diambil untuk dijual dengan mudah. Saya mengetahui terumbu karang memiliki manfaat utama sebagai tempat tinggal dan berkembang biak ikan karang. Saya mengetahui terumbu karang dapat bermanfaat melindungi pantai dari hempasan ombak Saya mengetahui bahwa terumbu karang itu indah dan bisa dijadikan sebagai tempat wisata. Saya melihat ada banyak terumbu karang yang mengalami kerusakan di pantai. Saya mengetahui penyebab dari kerusakan terumbu karang adalah karena banyak diambil masyarakat untuk bahan bangunan. Saya mengetahui ada kebiasaan masyarakat yang mencari ikan dengan melakukan pengemboman sehingga menghancurkan beberapa terumbu karang. Saya tahu terumbu karang terbentuk sangat lama. Saya tahu bahwa terumbu karang terbentuk dari fosil-fosil binatang karang. Saya melihat salah satu akibat kerusakan terumbu karang adalah terkikisnya pantai/ terjadinya abrasi. Saya mengetahui salah satu cara memelihara terumbu karang adalah dengan tidak merusaknya. Saya pernah diajarkan cara memelihara terumbu karang. Saya perlu mengingatkan teman-teman tentang pentingnya memelihara terumbu karang. Saya pernah membaca buku tentang cara memelihara terumbu karang. Saya merasa perlu buku panduan tentang cara memelihara terumbu karang.
Tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Pra-Penelitian untuk Guru
No
Aspek
Manfaat terumbu karang bagi masyarakat Mentawai Bahaya jika merusak terumbu karang Upaya-upaya yang dilakukan mengkonservasi terumbu karang Sarana-sarana yang diperlukan untuk menyadarkan atau memberdayakan (empowering) masyarakat tentang mengkonservasi terumbu karang Saran atau komentar: 1. 2. 3. 4.
Nomor Item 1-4 5-10 11-12 13-15
Tabel 3.4 Lembar Pertanyaan Pra Penelitian untuk Guru
No. 1. 2. 3. 4.
5.
6. 7. 8. 9. 10.
Pertanyaan Menurut bapak/ ibu apakah terumbu karang bisa dijadikan uang? Bagaimana caranya? Apakah manfaat terumbu karang bagi biota laut yang bapak/ ibu ketahui? Apakah manfaat utama dari terumbu karang bagi perlindungan pantai? Jika terumbu karang berpotensi sebagai tempat wisata, apakah itu akan merusak atau justru melestarikan? Mengapa? Bagaimana keadaan terumbu karang di sini? Apakah terawat atau rusak? Jika rusak, mengapa? Bagaimana perilaku masyarakat dalam mengeksploitasi terumbu karang? Dijadikan apa? Bagaimana cara nelayan menangkap ikan? Apakah bapak/ ibu mengetahui akibat kerusakan terumbu karang adalah terjadinya abrasi? Terbuat dari apakah terumbu karang? Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk
Jawaban
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55
11. 12. 13 14 15
terbentuknya terumbu karang? Bagaimana cara memelihara bakau supaya tidak rusak? Apakah bapak/ibu pernah mendapat penyuluhan tentang cara memelihara terumbu karang? Apakah bapak/ibu pernah mengajarkan tentang pentingnya memelihara terumbu karang? Apakah bapak/ibu pernah membaca buku tentang cara memelihara terumbu karang? Apakah bapak/ibu memerlukan buku panduan tentang cara memelihara terumbu karang?
2) Instrumen Penelitian Persepsi Siswa terhadap Kualitas Buku Cerita tentang Terumbu Karang untuk usia 9-12 tahun Selain instrumen pra penelitian, peneliti juga menyusun instrumen yang akan digunakan pada saat penelitian. Tujuan dari pengadaan intrumen ini adalah untuk melihat persepsi siswa terhadap kualitas prototipe buku cerita “Derita Aat Si Gurita Kecil”. Berikut instrumen tersebut yang dibuat dalam bentuk tabel. Tabel 3.5 Instrumen Penelitian Persepsi Siswa terhadap Kualitas Prototype Buku Cerita Keterangan: 1: kurang baik, 2: cukup, 4: baik, 5: sangat baik
No. 1 2. 3.
Pernyataan Buku Derita Aat si Gurita Kecil mudah dipahami karena bahasanya sederhana. Saya memahami alur/ jalan cerita tentang “Derita Aat si Gurita Kecil” Saya tertarik dengan gambar-gambar
1
skor 2 4
5
Komentar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56
4.
5.
6. 7. 8.
9.
10.
11.
12.
yang terdapat dalam buku “Derita Aat si Gurita Kecil” Warna-warna dari gambar pada buku “Derita Aat si Gurita Kecil” membuat saya senang mempelajari pentingnya memelihara terumbu karang. Tampilan gambar serta alur cerita pada buku “Derita Aat si Gurita Kecil” membuat saya tertarik untuk mempelajari pentingnya terumbu karang. Saya mengerti jalan cerita dalam buku ini. Melalui buku ini saya mengerti penyebab rusaknya terumbu karang. Dengan buku cerita “Derita Aat si Gurita Kecil” membuat saya mengerti manfaat dari terumbu karang. Buku cerita “Derita Aat si Gurita Kecil” membuat saya mengerti dan aktif bertanya tentang terumbu karang Buku “Derita Aat si Gurita Kecil” membuat saya mengerti dampak kerusakan terumbu karang. Buku cerita “Derita Aat Si Gurita Kecil” membuat saya menemukan sendiri masalah dan kesimpulan dari kondisi terumbu karang saat ini. Buku cerita “Derita Aat Si Gurita Kecil” membuat saya dalam mencari jalan bagaimana menjaga kelestarian terumbu karang. Jumlah Skor Komentar umum dan saran perbaikan untuk buku cerita “Derita Aat Si Gurita
Kecil”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57
3) Instrumen Validasi Tabel 3.6 Instrumen Validasi Produk Keterangan: 1: sangat kurang baik, 2: kurang baik, 4: baik, 5: sangat baik No.
1
2
3.
4.
Komponen yang dinilai Cover a. Judul buku menarik b. Judul buku sesuai dengan tujuan pengenalan konservasi terumbu karang c. Ilustrasi cover mendukung judul d. Ilustrasi buku menggambarkan konservasi terumbu karang Format penulisan buku a. Sesuai kaidah penulisan buku b. Gambar pada buku mendukung alur cerita Bahasa a. Bahasa sesuai dengan kaidah penulisan yang baik dan benar. b. Susunan kalimat dapat dipahami oleh anak seusia 9-12 tahun. c. Pilihan kata sesuai karakteristik anak Isi Buku a. Materi membantu pembaca untuk menyadari pentingnya memelihara terumbu karang
1
Skor 2 4
5
Saran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58
b. Isi cerita mengandung unsur refleksi bagi anak untuk membangun niat memelihara terumbu karang c. Materi yang disampaikan memberikan tambahan wawasan bagi anak mengenai terumbu karang d. Materi yang disampaikan menggugah atau membangun kesadaran anak untuk melakukan aksi untuk memelihara terumbu karang e. Pertanyaan yang diajukan sesuai dengan konteks nyata kehidupan anak-anak di Pagai. Total Skor
Tabel 3.7 Lembar Validitas Kuesioner kepada Anak
No.
Komponen yang dinilai
No. Aitem
Bahasa
1.
1
d. Bahasa sesuai dengan kaidah penulisan yang baik dan benar. e. Susunan kalimat dapat dipahami oleh anak. f. Susunan kalimat mendukung pencarian data yang berkaitan dengan tema penelitian. Pertanyaan
1-15 1-15
1-15
2. f. Pertanyaan
Skor
yang
1-3
2
4
Saran 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59
g.
h.
i.
j.
k.
diajukan untuk mengetahui manfaat terumbu karang bagi masyarakat. Pertanyaan yang diajukan untuk mengetahui bahaya bagi masyarakat apabila merusak terumbu karang. Pertanyaan yang diajukan untuk mengetahui upayaupaya yang sudah dilakukan masyarakat untuk mengkonservasi terumbu karang. Pertanyaan yang diajukan untuk mengetahui saranasarana apa yang diperlukan Bapak/Ibu untuk empowering (pemberdayaan) tentang mengkonservasi terumbu karang. Pertanyaan yang diajukan sesuai dengan konteks nyata kehidupan anak-anak di pulau Sikakap. Pertanyaan yang diajukan sesuai dengan tingkat pemahaman siswa. Total Skor
4-7
8-11
12-15
1-15
1-15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60
Tabel 3.8 Lembar Validitas Kuesioner kepada Guru No.
1.
2.
Komponen yang dinilai Bahasa a. Bahasa sesuai dengan kaidah penulisan yang baik dan benar. b. Susunan kalimat dapat dipahami oleh guru. c. Susunan kalimat mendukung pencarian data yang berkaitan dengan tema penelitian. Pertanyaan a. Pertanyaan yang diajukan untuk mengetahui manfaat terumbu karang bagi masyarakat. b. Pertanyaan yang diajukan untuk mengetahui bahaya bagi masyarakat apabila merusak terumbu karang. c. Pertanyaan yang diajukan untuk mengetahui upayaupaya yang sudah dilakukan masyarakat untuk mengkonservasi terumbu karang . d. Pertanyaan yang diajukan untuk mengetahui saranasarana apa yang diperlukan Bapak/Ibu untuk empowering (pemberdayaan) tentang mengkonservasi terumbu karang. e. Pertanyaan yang diajukan sesuai dengan konteks nyata kehidupan guru di pulau Sikakap. Total Skor
No. Aitem
Skor 1
1-5 1-15
1-15
1-3
4-7
8-11
12-15
1-15
2
4
Saran 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61
3.5 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah berupa uji coba produk prototipe buku cerita dan pembagian kuesioner. Hasil pengumpulan data pada penelitian ini berupa kuantitatif yang diperoleh dari hasil kuesioner yang diberikan kepada 22 orang anak dan 14 orang guru. Teknik pembagian kuesioner bertujuan untuk membantu peneliti dalam melakukan revisi ulang atas pengembangan prototipe buku cerita “Derita Aat Si Gurita Kecil” tersebut. Data atau informasi yang diperoleh kemudian dianalisis untuk mendapatkan informasi mengenai kebutuhan siswa terhadap pentingnya menjaga kelestarian terumbu karang. 3.6 Teknik Analisis Data Teknik analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. a. Data kualitatif Data kualitatif dapat berupa kritik dan saran yang dikemukakan oleh ahli kelautan dan perikanan, guru, dan siswa yang dikumpulkan dan disarikan untuk memperbaiki produk pengembangan prototipe buku mewarnai. Selain itu diperoleh komentar terhadap kuesioner yang disebarkan. Adapun komentar tersebut diperoleh dari komentar para pakar yang akan memberikan masukan terhadap kelayakan prototipe buku cerita “Derita Aat Si Gurita Kecil” yang sudah dirancang oleh peneliti. Jumlah item pada kuesioner tersebut adalah 15 item. Data dianalisis sebagai dasar untuk mengetahui kelayakan produk yang dihasilkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62
b. Data kuantitatif Data kuantitatif berupa skor dari hasil pra penelitian anak dan guru serta validasi ahli kelautan dan perikanan. Data dianalisis sebagai dasar dari kuesioner diubah menjadi data interval. Peneliti dalam hal ini akan memberikan rentan skor atas komentar para pakar dan siswa sehingga data yang awalnya berupa kuesioner akan menjadi data interval. Skala penilaian terhadap pengembangan prototype buku cerita anak, seperti sangat baik (5), baik (4), tidak baik (2), dan sangat tidak baik (1). Skor yang sudah didapat kemudian dikonversikan menjadi data kualitatif menggunakan tabel konversi nilai skala lima berdasarkan penilaian acuan patokan (PAP) atau skala Likert (Widoyoko, 2012: 112 ) sebagai berikut: Tabel 3.9 Skala Likert Rentang Skor Jawaban
Klasifikasi Kelayakan (Sikap)
>4,2 s/d 5,0
Sangat Baik (SB)
>3,4 s/d 4,2
Baik (B)
>1,8 s/d 2,6
Tidak Baik (TB)
>1,0 s/d 1,8
Sangat Tidak Baik (STB)
Skala Likert sebenarnya ada tiga alternatif model, yaitu model tiga pilihan (skala tiga), empat pilihan (skala empat), dan lima pilihan (skala lima). Dari ketiga alternatif model yang digunakan untuk mengukur,
masing-masing memiliki
kelemahan. Pada penelitian ini, peneliti lebih memilih menggunakan skala empat seperti yang terlihat pada tabel di atas dari pada skala tiga atau pun skala lima. Ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63
pun alasan kenapa peneliti menggunakan skala empat adalah variabilitas respon yang memungkinkan responden tidak memiliki ruang untuk bersikap netral dan bisa memaksa responden untuk menentukan sikap terhadap fenomena sosial yang ditanyakan atau dinyatakan dalam instrumen (Widoyoko, 2012: 105). Maka untuk penelitian ini, peneliti akan lebih terbantu untuk bisa melihat sejauh mana kualitas prototype buku cerita “Derita Aat si Gurita Kecil” tanpa ada usur ragu-ragu. Bagus atau tidaknya kualitas prototype tersebut responden akan dipaksa untuk memberikan jawaban yang pasti tanpa ada jawaban netral atau ragu-ragu yang dapat mempengaruhi akurasi terhadap produk yang dikembangkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini, peneliti akan menguraikan: Hasil penelitian yang berisi tentang: (1) prosedur pengembangan prototype buku cerita “Derita Aat si Gurita Kecil” tentang terumbu karang dalam konteks empowering masyarakat Mentawai untuk anak 9-12 tahun, (2) deskripsi kualitas prototype buku cerita “Derita Aat si Gurita Kecil” membantu persepsi anak 9-12 tahun tentang pentingnya mencintai lingkungan sekitar (empowering). Pembahasan berkaitan dengan hasil penelitian. Semua itu akan peneliti uraikan berikut ini. 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Prosedur Pengembangan Prototype Buku Cerita Prototype buku cerita berjudul “Derita Aat si Gurita Kecil” peneliti kembangkan dengan mengadopsi tujuh langkah dari sepuluh yang ditawarkan oleh Sugiyono. Adapun langkah-langkah yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut: 1. Potensi dan Masalah Mentawai sebagai kabupaten yang terdiri dari pulau-pulau memiliki salah satu sumber daya alam yaitu terumbu karang yang sangat dibutuhkan oleh manusia ataupun biota laut. Keberadaan terumbu karang yang tersebar diseluruh pulau-pulau yang berpenghuni seperti Pulau Siberut dan Pulau Pagai sangat mempengaruhi perekonomian masayarakat setempat. Sebagai pulau terbesar, Siberut tergolong memiliki banyak ragam terumbu karang dengan ukuran yang bervariasi. Ada yang 64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65
berbentuk besar, lunak, keras, bercabang dan bulat. Selain memiliki beragam bentuk dan warna yang sangat menarik, terumbu karang juga memiliki banyak manfaat yang menjadi potensi dan disoroti oleh peneliti. Menurut Supriyono (2010: 4-7), terumbu karang sebagai bagian dari biota laut memiliki banyak manfaat dalam kehidupan masyarakat di sekitar pantai sebagai contoh masyarakat Sikabaluan, seperti: melindungi pantai dari hempasan ombak, tempat tinggal dan berkembang biak bagi ikan karang, menyediakan sumber protein bagi masyarakat, menyediakan makanan juga tempat tinggal dan perlindungan bagi biota laut, sumber obat-obatan, sebagai sumber bibit budi daya dan penunjang kegiatan pendidikan dan penelitian. Kesadaran untuk pembangunan berwawasan lingkungan serta kurang adanya kesadaran untuk menjaga dan melestarikan lingkungan menjadi masalah yang peneliti lihat. Masyarakat di Sikabaluan maupun di pulau-pulau lain, seperti di Pulau Siberut dan Pulau Pagai kurang menyadari arti pentingnya mengkonservasi terumbu karang. Kurangnya kesadaran akan mengkonservasi terumbu karang di Mentawai sama persis seperti perilaku masyarakat di Nusa Penida Bali dalam jurnal yang di tulis oleh Savitri, dkk (2013: 6). Dalam jurnal tersebut dijelaskan bahwa masyarakat masih minim ketertarikannya terhadap konservasi karena mereka menganggap dengan mengkonservasi terumbu karang tidak berpengaruh pada mereka. Sekarang ini, ada banyak ekosistem terumbu karang berada dalam kondisi sangat memprihatinkan atau yang mengalami kerusakan. Kerusakan itu terjadi karena ulah masyarakat yang melakukan pengeboman ikan secara liar yang mengakibatkan tidak hanya ikan yang mati tetapi juga terumbu karang ikut mati dan hancur. Selain itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66
masyarakat pun melakukan eksploitasi terhadap terumbu karang dengan tujuan untuk bahan bangunan, di jual untuk hiasan, dan lain-lain yang menyebabkan terjadi pergeseran garis pantai sehingga dapat menyebabkan abrasi, habitat biota laut yang terancam, dan potensi bahaya terhadap tsunami. Beberapa hal yang menjadi faktor penyebab rusaknya terumbu karang adalah sebagai berikut: (1) Pengendapan atau sedimentasi dari daratan, (2) pencemaran dari daratan, (3) penangkapan ikan yang merusak (misalnya menggunakan bom atau racun sianida), (4) pembuangan jangkar kapal, (5) sampah yang sembarangan dibuang sembarangan di laut, (6) hewan laut berduri pemakan karang (Bulu Seribu/ Acanthaster), dan (7) gempa bumi. 2. Pengumpulan Data Berdasarkan hasil pengamatan, peneliti perkuat dengan menyusun kuisioner tentang (1) manfaat terumbu karang bagi masyarakat, (2) bahaya jika merusak terumbu karang, (3) upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk mengkonservasi terumbu karang, (4) sarana yang diperlukan untuk menyadarkan atau memberdayakan (empowering) masyarakat tentang pentingnya mengkonservasi terumbu karang. Kuesioner
dibagikan kepada 22 anak kelas IV-V dan kepada 14 guru SD
St.Fransiskus Sikabaluan pada bulan Februari 2015. a. Data kuisioner pra penelitian untuk anak Data kuisioner yang peneliti dapatkan dari anak yaitu anak mengetahui ada kebiasaan masyarakat yang mencari ikan dengan melakukan pengeboman sehingga menghancurkan beberapa terumbu karang (68.18%). Selain itu juga mereka mengetahui penyebab dari kerusakan terumbu karang adalah karena banyak diambil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67
masyarakat untuk bahan bangunan (86.36%). Dengan begitu, pantaslah jika ada banyak kerusakan terumbu karang di laut yang mereka lihat (86.36%), yang mana menjadi sangat memprihatikan bahwa mereka mengetahui manfaat dari terumbu karang itu sendiri adalah melindungi pantai dari hempasan ombak dan rumah bagi biota laut (95.45%). Dengan demikian, mereka perlu mendapatkan buku panduan tentang cara memelihara terumbu karang (100%). Berikut hasil data kuisioner pra penelitian untuk anak yang disarikan dalam bentuk tabel Tabel 4.1 Data Kuesioner Pra Penelitian untuk Anak
Keterangan: 1 = Jawaban Positif
0 = Berarti tidak atau negatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68
Tabel 4.2 Hasil Rekapan Kuesioner Pra Penelitian untuk Anak No 7
6 5 3
15
Pernyataan Kebiasaan masyarakat yang mencari ikan dengan menggunakan bom sehingga menghancurkan beberapa terumbu karang. Penyebab dari kerusakan terumbbu karang adalah karena banyak diambil masyaakat untuk bahan bangunan. Ada banyak terumbu karang yang mengalami kerusakan di laut. Saya mengetahui terumbu karang dapat bermanfaat melindungi pantai dari hempasan ombak dan sekaligus tempat hidup biotal laut. Saya merasa perlu buku panduan tentang cara memelihara terumbu karang.
Persentase Jawaban 68,18%
86,36% 86,36% 95,45%
100%
Dari tabel dapat dilihat bahwa pemberian nomor dilakukan secara acak. Angka yang tertera dalam tabel nomor tersebut adalah nomor urut dari item kuesioner pra penelitian. Alasan kenapa tidak diurutkan, karena peneliti menyusun tabel tersebut berdasarkan besarnya persentase jawaban dari anak yang dapat dilihat pada kolom persentase jawaban. Berdasarkan hasil kuesioner pra penelitian yang dibagikan kepada 22 anak, dapat disimpulkan bahwa terumbu karang yang memiliki manfaat sebagai pelindung pantai dan tempat tinggal biota laut lainnya banyak ditemukan dalam kondisi rusak di laut. Selain itu, anak mengetahui bahwa masyarakat mengambil terumbu karang sebagai bahan bangunan. Dengan demikian anak memerlukan buku panduan tentang cara memelihara terumbu karang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69
b. Data kuisioner pra penelitian untuk guru Hasil kuesioner yang dibagikan kepada 14 guru di SD St.Fransiskus Sikabaluan pada bulan Februari 2015 adalah: 57.14% guru mengetahui bahwa akibat kerusakan terumbu karang adalah terjadinya abrasi, 85.71% guru menjawab bahwa kondisi terumbu karang di Mentawai terkhusus di Sikabaluan mengalami kerusakan, 85.71% guru menjawab bahwa masyarakat mengeksploitasi terumbu karang secara liar dan diambil untuk bahan bangunan, 92.86% guru menjawab tidak pernah mendapat penyuluhan tentang cara memelihara terumbu karang, dan 100% guru menyadari bahwa mereka memerlukan buku panduan yang dapat digunakan untuk menyadarkan anak tentang manfaat terumbu karang. Berikut adalah tabel kuisioner pra penelitian untuk guru: Tabel 4.3 Data Kuesioner Pra Penelitian untuk Guru Jumlah
Item
Kode Probandus 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
12
2
1
0
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
12
3
1
1
1
0
1
0
1
0
0
0
0
1
1
1
1
9
4
1
1
1
0
1
0
0
1
0
0
1
1
1
1
1
10
5
1
1
0
1
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
11
6
1
1
1
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70
7
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Item
14 Jumlah
Kode Probandus
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
8
0
0
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
10
9
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
0
1
11
10
0
0
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
10
11
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
14
12
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
0
1
11
13
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
12
14
1
0
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
0
1
1
11
Jumlah
10 71, 43
10 71, 43
9 64, 29
9 64, 29
12 85, 71
12 85, 71
11 78, 57
8 57, 14
5 35, 71
11 78, 57
12 85, 71
13 92 ,86
11 78, 57
12 85, 71
14
%
100
Keterangan: 1 = Jawaban Positif 0 = Berarti tidak atau negatif Tabel 4.4 Hasil Rekapan Kuisioner Pra penelitian untuk Guru. No 8 5 6 12 15
Pertanyaan
Jawab an (%) Guru mengetahui akibat dari kerusakan terumbu karang adalah terjadinya 57,14% abrasi Guru menjawab bahwa kondisi terumbu karang di Mentawai terkhusus di 85,71% Sikabaluan mengalami kerusakan Guru menjawab bahwa masyarakat mengeksploitasi terumbu karang secara 85,71% liar dan diambil untuk bahan bangunan. Guru menjawab tidak pernah mendapat penyuluhan tentang cara 92,86% memelihara terumbu karang. Guru menyadari bahwa mereka memerlukan buku panduan yang dapat 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71
digunakan untuk menyadarkan anak tentang manfaat terumbu karang.
Data-data tersebut menjadi acuan bagi peneliti untuk melakukan penelitian pengembangan dalam menyusun buku cerita “Derita Aat si Gurita Kecil” yang berisi tentang peranan terumbu karang bagi kehidupan biota laut. Prototype buku cerita tersebut dapat dijadikan sebagai panduan supaya anak-anak di Sikabaluan dan Mentawai secara keseluruhan, menyadari tentang pentingnya mengkonservasi terumbu karang (empowering) sedini mungkin. Hal ini senada dengan seperti yang dinyatakan oleh J. Piaget dan L. Kohlberg (Gunarsa dan Yulia, 2008: 69) bahwa anak usia 6-12 tahun mengalami tahap perkembangan moral secara teratur mulai dari kosep „tingkahlaku baik‟ sebagai suatu tindakan yang khusus seperti „patuh pada ibu‟ dilanjutkan tahap konsep selajutnya „mencuri adalah salah‟ sampai dengan kejujuran, hak milik, keadilan dan kehormatan. Pada masa ini, pada anak juga terdapat dorongan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lain. c. Validasi ahli terhadap kuisioner pra penelitian untuk anak dan guru Peneliti menyusun lembar validitas kuesioner instrumen pra penelitian untuk anak dan guru yang divalidasi oleh seorang ahli, agar peneliti dapat membuat prototype buku cerita “Derita Aat si Gurita Kecil”. Adapun hasil validasi tersebut adalah: Tabel 4.5 Pedoman Kelayakan Pra Penelitian untuk Anak. Rentan Skore 1 sd 11 12 sd 22
STB TB
Skor Maksimal 45 Keseluruhan instrumen tidak layak digunakan Keseluruhan instrumen belum layak digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72
23 sd 33 34 sd 45
B SB
Keseluruhan instrumen sudah layak dengan perbaikan Keseluruhan instrumen sudah layak digunakan
Tabel 4.6 Hasil Validasi Instrumen Pra Penelitian untuk Anak Total Skor 37
Kelayakan Keseluruhan instrumen sudah layak digunakan
SB
Hasil dari validasi ahli adalah 37 (sangat baik) yang berarti keseluruhan intrumen sudah layak digunakan. Tabel 4.7 Pedoman Kelayakan Pra Penelitian untuk Guru Rentan Skor 1 sd 10 11 sd 20
STB TB
21 sd 30 31 sd 40
B SB
Skor Maksimal 40 Keseluruhan instrumen tidak layak digunakan Keseluruhan instrumen belum layak digunakan Keseluruhan instrumen sudah layak dengan perbaikan Keseluruhan instrumen sudah layak digunakan
Tabel 4.8 Hasil Validasi Instrumen Pra Penelitian untuk Guru Total Skor 36
SB
Kelayakan Keseluruhan instrumen sudah layak digunakan
Hasil validasi dari ahli adalah 36 (sangat baik) yang berarti keseluruhan instrumen sudah layak digunakan. d. Presentase Respon Anak dan Guru dalam Mengisi Kuesioner Dari 30 kuesioner yang dibuat oleh peneliti, yang disebarkan adalah 22 kuesioner kepada 22 anak dan kembali semua. Demikian juga yang dibuat oleh peneliti untuk guru berjumlah 30 kuesioner. Kuesioner tersebut dibagikan kepada 14 guru dan kembali semua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73
Tabel 4.9 Presentase Respon Anak dan Guru dalam Mengisi Kuesioner No 1 2
Nama Instrumen kuesioner pra penelitian untuk anak kuesioner pra penelitian untuk guru
Jumlah Disebar
Jumlah Kembali
%
30
22
76.67
14
14
100
Peneliti melihat bahwa ada respon baik dari anak dan guru terhadap pengisian kuesioner. Hal itu terlihat dari sebarapa banyak jumlah responden yang diberikan kuesioner akan kembali dengan jumlah yang sama saat membagikan kuesioner. 3. Desain Produk Peneliti menyusun prototype buku cerita anak dengan judul “Derita Aat si Gurita Kecil”. Prototype buku cerita tersebut terdiri dari 20 kumpulan gambargambar ilustrasi tentang kehidupan terumbu karang dan berbagai jenis ikan yang hidup di sekitar terumbu karang. Dari dua puluh gambar tersebut terdapat narasi singkat dalam setiap gambar ilustrasi dari buku cerita tersebut. Selain teks narasi dan gambar ilustrasi, ada juga evaluasi di akhir cerita. Tujuan dari evaluasi tersebut agar setiap pembaca dalam hal ini adalah anak mampu membahasakan sendiri cerita yang telah ia baca. Di samping itu, anak juga sambil mengisi evaluasi, mereka juga sambil berimajinasi dan memaknai pesan yang mau disampaikan penulis kepada pembaca. Tokoh dalam cerita merupaka salah satu biota laut yang sering dijumpai oleh anak Mentawai yaitu gurita yang dalam bahasa Mentawainya adalah goritak. Hal ini setiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74
elemen yang terdapat dalam prototype buku cerita “ Derita Aat Si Gurita Kecil” menjadi lebih dekat dengan anak-anak Mentawai. Penggunaan salah satu biota laut dalam cerita tersebut, merupakan pandangan peneliti yang melihat kedekatan masyarakat Mentawai terhadap alam. Anak-anak Mentawai memiliki dasar kecintaan akan lingkungan yang pada dasarnya adalah turunan dan kebiasaan dari budaya Mentawai yang mungkin tanpa disadari oleh masyarakat di zaman sekarang. Keharmonisan hubungan antara masyarakat dengan alam terlihat dalam kepercayaan masyarakat yang mengatakan bahwa alam memliki roh. Kondisi dan kepercayaan seperti ini sudah ada sejak berabad-abad lamanya dalam dimasyarakat mentawai biasa dikenal dengan sebutan arat sabulungan. Pada prinsipnya Arat Sabulungun merupakan suatu pengetahuan, nilai, aturan dan norma yang dipergunakan oleh masyarakat dalam memahami serta menginterpretasi lingkungan hidup yang ada di sekitarnya yang terdiri dari pola-pola interaksi manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, tanah, air, udara, dan juga benda-benda hasilhasil buatan manusia (Pujiraharjo & Rudito, 2014) Dari pemahaman tersebut, peneliti melihat bahwa menggunakan cerita dalam bentuk fabel dengan tokoh salah satu biota yang hidup di terumbu karang dalam upaya mendekatkan kembali anak-anak Mentawai untuk mencintai alam (terumbu karang) yang menjadi tradisi yang diwariskan secara turun temurun. Budaya yang memelihara lingkungan sungguh budaya memberikan pandangan akan sakralnya alam sehingga siapapun memiliki tanggung jawab untuk menjaganya. Oleh sebab itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75
maka peneliti mengembangkan prototype buku cerita dengan judul “Derita Aat si Gurita Kecil” dalam upaya menyadarkan anak agar menkonservasi terumbu karang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76
Gambar 4.1 Desain Cover Prototype Buku Cerita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77
Gambar 4.2 Desain Awal Prototype Buku Cerita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78
4. Validasi Desain Validasi desain dilakukan dua kali oleh seorang ahli kelautan dan perikanan (Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Nusa Cendana, Kupang, Nusa Tenggara Timur). Adapun hasil validasi pertama dari ahli kelautan dan perikanan adalah: Tabel 4.10 Validasi Ahli dari Produk Awal No.
Komponen yang dinilai Cover e. Judul buku menarik f. Judul buku sesuai dengan tujuan pengenalan konservasi terumbu karang g. Ilustrasi cover mendukung judul h. Ilustrasi buku menggambarkan konservasi terumbu karang
1
Skor 2 4 v V
v V
1
2
3.
Format penulisan buku c. Sesuai kaidah penulisan buku d. Gambar pada buku mendukung alur cerita Bahasa
V v
5
Saran a. Sebaiknya penamaan bisa membuat anak-anak makin mengingat nama atau jenis biota. Saya merasa nama Aat tidak dapat memberikan “pahatan” organisme laut kepada anak-anak. c. ilustrasi cover tidak menggambarkan penderitaan. Nampaknya semua senang, biota yang ada sangat beragam. d. ilustrasi terumbu karang masih terlalu jauh dari bentukbentuknya yang indah, saya khawatir anak-anak tidak dapat memahami betapa indahnya terumbu karang. Kalau ilustrasi gurita sudah sesuai dengan kondisi aslinya dalam konteks karikatur. a. masih terdapat beberapa kesalahan tata bahasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79
g. Bahasa sesuai dengan kaidah penulisan yang baik dan benar.
v
a. apakah bahasa yang dirancang memang sesuai dengan bahasa Indonesia gaya Mentawai atau mau seutuhnya menggunakan kaidah EYD? Harus sudah ditentukan oleh penulis
h. Susunan kalimat dapat v dipahami oleh anak seusia 9-12 tahun. i. Pilihan kata sesuai v karakteristik anak Isi Buku l. Materi membantu pembaca v a. kurang terasa peran untuk menyadari terumbu karang bagi Aat dan pentingnya memelihara biota lainnya terumbu karang m. Isi cerita mengandung v unsur refleksi bagi anak untuk membangun niat memelihara terumbu karang n. Materi yang disampaikan v 4. memberikan tambahan wawasan bagi anak mengenai terumbu karang o. Materi yang disampaikan v menggugah atau membangun kesadaran anak untuk melakukan aksi untuk memelihara terumbu karang p. Pertanyaan yang diajukan v Tidak ada pertanyaan refleksi sesuai dengan konteks dari awal sampai akhir cerita nyata kehidupan anak-anak di Pagai. Saran validator: 1. Ilustrasi cover tidak menggambarkan penderitaan, nampaknya semua senang 2. Ilustrasi terumbu karang masih jauh dari bentuk-bentuknya yang indah, saya khawatir anak tidak akan tertarik. 3. Masih ada kesalahan dalam tata bahasa 4. Tidak terdapat pertanyaan refleksi. 2 + 12 + 24 = 48 Total Skor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80
Tabel 4.11 Pedoman Kelayakan Prototipe Score 1 sd 16 17 sd 32 33 sd 48 49 sd 65
(Score max 65) STB TB B SB
Keterangan Prototipe Buku Tidak Layak Digunakan Prototipe Buku Belum Layak Digunakan Prototipe Buku Sudah Layak Dengan Perbaikan Prototipe Buku Sudah Layak Digunakan
Keteraangan: STB = Sangat Tidak Baik, TB = Tidak Baik, B = Baik, SB = Sangat Baik Hasil validator adalah 48. Berdasarkan tabel kelayakan tersebut di atas maka prototype yang dikembangkan peneliti “baik”. Buku sudah layak tetapi harus melakukan perbaikan sehingga dengan perbaikan buku layak diujicobakan. Tabel 4.12 Validasi Kedua dari Produk yang Sudah Direvisi. No.
1
2
3.
Komponen yang dinilai Cover i. Judul buku menarik j. Judul buku sesuai dengan tujuan pengenalan konservasi terumbu karang k. Ilustrasi cover mendukung judul l. Ilustrasi buku menggambarkan konservasi terumbu karang Format penulisan buku e. Sesuai kaidah penulisan buku f. Gambar pada buku mendukung alur cerita Bahasa j. Bahasa sesuai dengan kaidah penulisan yang baik dan benar.
1
Skor 2 4 V v
v v
v v
v
5
Saran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81
4.
k. Susunan kalimat dapat dipahami oleh anak seusia 912 tahun. l. Pilihan kata sesuai karakteristik anak Isi Buku q. Materi membantu pembaca untuk menyadari pentingnya memelihara terumbu karang r. Isi cerita mengandung unsur refleksi bagi anak untuk membangun niat memelihara terumbu karang s. Materi yang disampaikan memberikan tambahan wawasan bagi anak mengenai terumbu karang t. Materi yang disampaikan menggugah atau membangun kesadaran anak untuk melakukan aksi untuk memelihara terumbu karang u. Pertanyaan yang diajukan sesuai dengan konteks nyata kehidupan anak-anak di Sikabaluan. Total Skor
v
v
v
v
V
Tidak ada penjelasan mengenai terumbu karang
v
v
2
10
Refleksi cerita sudah ada di dalam buku.
2
Tabel 4.13 Pedoman Kelayakan Prototype Score 1 sd 16 17 sd 32 33 sd 48 49 sd 65
(Score max 65) STB TB B SB
Keterangan Prototipe Buku Tidak Layak Digunakan Prototipe Buku Belum Layak Digunakan Prototipe Buku Sudah Layak Dengan Perbaikan Prototipe Buku Sudah Layak Digunakan
Keterangan: STB = Sangat Tidak Baik, TB = Tidak Baik, B = Baik, SB = Sangat Baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82
Hasil validator adalah 54. Berdasarkan tabel kelayakan tersebut di atas maka prototype yang dikembangkan peneliti “sangat baik”. Buku sudah layak tanpa melakukan perbaikan dan buku layak diujicobakan. 5. Revisi Desain Peneliti melakukan revisi desain prototype buku cerita sesuai dengan komentar validator saat melakukan validasi. Komentar yang diberikan sesuai dengan kekuarangan yang harus diperbaiki agar produk layak untuk diujicobakan. Adapun komentar validator, yaitu: pertama, memperbaiki cover. Kedua, memberikan efek warna yang lebih cerah dan menarik. Ketiga, memperbaiki beberapa bahasa yang salah dalam penulisan. Dan yang keempat, memberikan evaluasi di akhir cerita, agar anak semakin mendalami isi dan pesan yang mau disampaikan. a. Memperbaiki cover
Gambar 4.3 Perbaikan Cover
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83
b. Memberikan Efek Warna yang Cerah
Gambar 4.4 Perbaikan Efek Warna yang Cerah c. Memperbaiki Bahasa dalam Penulisan
Gambar 4.5 Perbaikan Bahasa dalam Penulisan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84
d. Evaluasi Evaluasi merupakan elemen dalam produk yang berisi petunjuk berupa pertanyaan. Tujuannya, untuk memberikan ruang bagi anak untuk membahasakan sendiri cerita yang telah ia baca dan mengimajinasikan cerita tersebut. 6.
Uji Coba produk Uji coba produk dilakukan di dalam dan di luar kelas. Kegiatan ini
dilaksanakan pada tanggal 16-17 Juni 2015. a. Uji Coba Produk Tanggal 16 Juni 2015 Prototype buku cerita “Derita Aat si Gurita Kecil” peneliti perkenalkan kepada anak-anak kelas IV-VI SD St.Fransiskus Xaverius Sikabaluan, pada tanggal 16 Juni 2015. Ada sekitar 22 anak yang mengikuti kegiatan yang peneliti lakukan baik di dalam kelas maupun di luar kelas (di tepi pantai yang jaraknya sekitar 200 meter dari sekolah). Saat peneliti masuk ke dalam kelas, pertama-tama peneliti memperkenalkan diri, kemudian mengajak anak-anak bermain sambil menyanyikan lagu-lagu yang berkaitan binatang-binatang (gajah, burung dan ikan). Setelah itu peneliti menunjukkan prototipe buku cerita “Derita Aat si Gurita Kecil” dan membacakan buku tersebut di hadapan mereka. Membaca adalah aktivitas yang kompleks dengan mengerahkan aktivitas mengimajinasikan/berkhaya, mengamati, dan mengingat-ingat. Hal ini juga dikemukakan oleh Wainwright (2007: 42) yang menyatakan
memahami bacaan merupakan proses kompleks yang melibatkan
kemampuan seseorang untuk mengingat informasi dalam bacaan tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85
Setelah peneliti selesai membacakan buku tersebut, peneliti mengajukan beberapa pertanyaan untuk mengetahui apakah anak-anak mengetahui tokoh dan isi cerita dari buku tersebut. Tujuannya untuk mengetahui sejauh mana mereka memahami alur ceritanya, isi ceritanya maupun pesan dari cerita tersebut. Setelah itu anak-anak diminta bergantian untuk maju ke depan kelas membacakan buku tersebut dengan suara yang jelas, intonasi yang tepat dan penuh penghayatan.
Gambar 4.6 Pembacaan Prototype Buku Cerita di Kelas. Setelah berceritera, peneliti melakukan tanya jawab dengan anak-anak, misalnya: (1) Dari cerita tersebut, bagaimana sikap kita sebaiknya terhadap nasehat ibu, ayah atau orang yang lebih tua dari kita?, (2) Bagaimana perilaku manusia terhadap terumbu karang?, (3) Pesan apakah yang kalian dapatkan dari kisah Aat yang hidupnya bergantung dari terumbu karang?. Hampir semua menjawab bahwa harus mendengarkan nasehat ibu atau yang lebih tua dari kita. Mereka juga menjawab, bahwa manusia secara sembarangan mengambil terumbu karang tanpa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86
peduli dengan biota laut yang hidup di terumbu karang. Maka dari itu, mereka harus menjaga dan merawat terumbu karang dengan baik. Sore harinya setelah pagi sampai dengan siang hari di dalam kelas, peneliti mengajak anak-anak belajar di tepi pantai yang berada tak jauh dari lokasi sekolah. Kegiatan tersebut peneliti lakukan untuk mengajak anak-anak mengamati keindahan pantai, mengimajinasikan apa-apa saja yang ada di bawah air laut, membayangkan bahayanya apabila terumbu-terumbu karang yang ada di pantai itu dirusak manusia.
Gambar 4.7 Kegiatan di Luar Kelas Tanggal 16 Juni 2015 b. Uji Coba Produk Tanggal 17 Juni 2015 Kegiatan di luar kelas yang kedua dilakukan pada tanggal 17 Juni 2015 sekitar pukul 08.00 WIB. Tempatnya pun berbeda, kali ini di bantaran sungai yang berbatasan langsung dengan laut. Tempatnya cukup strategis dan sangat indah. Di tempat tersebut peneliti beserta anak-anak dapat menikmati hijaunya pohon bakau dan sejuknyanya angin. Kegiatan kali ini, lebih mendekatkan anak pada lingkungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87
Bermain sambil belajar di lingkungan yang terbuka dapat membantu anak lebih lepas dalam berekspresi. Kegiatan di luar juga sekaligus memberikan pengarahan melihat langsung kondisi alam sekitar yang mesti mereka jaga dan lestarikan. Nilai meningkatkan kesadaran lingkungan, terlebih lingkungan alam sekitar anak yang dalam hal ini adalah terumbu karang itu sangatlah penting. Michaels dalam jurnal yang di tulis oleh Anderson tentang persepsi anak terhadap alam lokal menyatakan bahwa koneksi awal untuk lingkungan dan kelestarian lingkungan merupakan dasar untuk masa depan. Anak akan tumbuh sebagai orang dewasa muda dengan tanggung jawab yang besar untuk lingkungan dan bumi, dan menjadi pribadi dewasa yang mampu membuat kontribusi asli serta keputusan yang merujuk pada perubahan, penanggulangan pemanasan global dan keberlanjutan.
Gambar 4.8 Kegiatan di Luar Kelas Tanggal 17 Juni 2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88
7.
Revisi Akhir Produk Setelah melakukan uji coba produk, peneliti melakukan revisi akhir dengan
sedikit perbaikan dari produk yang sudah di uji cobakan. Berikut produk yang berupa prototipe buku cerita “Derita Aat Si Gurita Kecil” yang di kembangkan oleh peneliti; Gambar 4.9 Produk Akhir setelah Revisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91
4.1.2
Deskripsi Kualitas Prototype Buku Cerita Deskripsi kualitas prototype buku cerita “Derita Aat Si Gurita Kecil” peneliti
dapatkan setelah mengolah kuesioner persepsi siswa terhadap kualitas buku tersebut. Kuesioner dibagikan setelah peneliti melakukan uji coba di Sikabaluan kepada 22 siswa. Adapun hasil olah data yang didapat peneliti adalah sebagai berikut: Tabel 4. 14 Analisis Instrumen Persepsi Siswa Terhadap Kualitas Buku. kode probandus 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Jumlah
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Rentang Skor 2 4 4 4 0 1 0 1 0 2 2 3 2 2 0 6 0 5 0 6 0 6 0 2 1 5 0 8 1 3 1 4 0 4 3 4 2 1 1 5 0 2 0 4 17 78
5 4 11 11 10 7 8 6 7 6 6 10 6 4 8 7 8 5 9 6 10 8 157
Jumlah 44 59 59 58 51 52 54 55 54 54 58 52 52 54 53 56 47 53 52 58 56 1131
Rerata 3,66 4,91 4,91 4,83 4,25 4,33 4,50 4,58 4,50 4,50 4,83 4,33 4,33 4,50 4,41 4,66 3,91 4,41 4,33 4,83 4,66 4,48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92
Hasil persepsi anak terhadap kualitas buku cerita “Derita Aat si Gurita Kecil” adalah 4,48. Jika mengikuti skala Likert menurut Widoyoko (2012: 112) maka rerata skore 4,48 dikategorikan sangat baik. Dan jika diambil 3 item penting dari penyataan yang terdapat dalam koesioner untuk dapat mengetahuhi ukuran persepsi siswa terhadap kualitas buku, maka peneliti melakukan rekapan. Adapun hasil rekapan tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 4. 15 Persentase Persepsi Siswa terhadap Kualitas Prototype Buku Cerita No 6 7 11
Pernyataan
Persentase Jawaban Siswa mengerti dampak kerusakan terumbu karang 54.54% Siswa mengetahui penyebab rusaknya terumbu karang 68,18% Dengan adanya buku cerita siswa termotivasi untuk 72.72% menjaga kelestarian terumbu karang
Persentase hasil persepsi siswa tersebut diambil dari nilai tertinggi dari skal Likert (skala empat) yaitu lima. Pernyataan siswa lewat nilai lima tersebut dari ketiga item diatas ditotal dari seluruh jumlah siswa yang memberi nilai lima dibagi jumlah seluruh siswa dikali seratus persen. Maka dapatlah persentase dari item tersebut seperti yang terlihat dalam tabel di atas. Hasil persepsi siswa di Sikabaluan setelah mengikuti uji coba adalah 54.54% siswa memahami dampak kerusakan terumbu karang adalah abrasi dan hilangnya tempat tinggal bagi biota laut yang hidup di sekitarnya, 68.18% siswa mengetahui penyebab rusaknya terumbu karang adalah adanya masyarakat yang menangkap ikan dengan bom dan pengambilan terumbu karang untuk bahan bangunan, dan 72.72%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93
siswa mengatakan bahwa dengan adanya buku cerita memotivasi mereka untuk menjaga kelestarian terumbu karang. 4.2 Pembahasan Nilai validasi prototype buku cerita “Derita Aat si Gurita Kecil” adalah 54 maka layak diuji cobakan. Uji coba peneliti lakukan pada tanggal 16-19 Juni 2015 di SD St.Fransisikus, Sikabaluan. Hasil persepsi siswa seusai uji coba adalah 54.54% siswa memahami dampak kerusakan terumbu karang adalah abrasi dan hilangnya tempat tinggal bagi biota laut yang hidup di sekitarnya, 68.18% siswa mengetahui penyebab rusaknya terumbu karang adalah adanya masyarakat yang menangkap ikan dengan bom dan pengambilan terumbu karang untuk bahan bangunan, dan 72.72% siswa mengatakan bahwa dengan adanya buku cerita memotivasi mereka untuk menjaga kelestarian terumbu karang. Kualitas prototype buku dinilai sangat baik oleh validator dan persepsi siswa terhadap prototype tersebut juga sangat baik karena prototype tersebut dikembangkan peneliti dengan memperhatikan beberapa prinsip sebagai berikut: 1.
Prototype Berisi Informasi Tentang Manfaat Terumbu Karang. Prototype buku cerita “Derita Aat Si Gurita Kecil” terdiri atas 20 gambar
yang menggambarkan pentingnya terumbu karang bagi biota laut yang hidup di sekitar terumbu karang. Dari dua puluh gambar, setiap gambar menggambarkan bagaimana biota laut bisa hidup dan berlindung pada terumbu karang. Keberadaan terumbu karang di Mentawai juga pasti tidak hanya bermanfaat bagi biota laut tetapi juga bagi masyarakat Mentawai. Hanya saja masyarakat memanfaatkan terumbu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94
karang dengan cara merusakanya seperti diambil sebagai bahan bangunan. Dalam buku cerita “ Derita Aat si Gurita Kecil” juga digambarkan bagaimana manusia mengambil terumbu karang tanpa menyadari bahwa dapat mengganggu kehidupan biota laut lainnya. 2. Prototype Menjadi Sarana Pendidikan Cinta Lingkungan Hidup Demi Masa Depan Mentawai yang Lebih Baik. Alam merupakan satu-satunya realitas yang menyertai manusia. Ada tiga aspek alam yang menonjol: kekuatannya, keindahannya dan keagungannya. Kekuatan alam senantiasa menimbulkan perasaan gentar sekaligus terancam dalam diri manusia. Keindahan alam membangkitkan perasaan estetis dalam jiwa manusia atau membangkitkan hasratnya untuk mengekspresikan kekaguman akan keindahan tersebut lewat: lagu (misalnya “Rayuan pulau kelapa” dll), lukisan, puisi, dll. Tujuannya supaya keindahan alam yang menimbulkan kesan mempesona itu tidak akan dengan mudah hilang dari ingatan manusia. Keagungan alam juga menghidupkan perasaan religius manusia sehingga ia memiliki hasrat untuk memuja serta membaktikan diri pada pada kekuatan yang lebih besar daripada dirinya (Sumarah, 2016: 37). Bumi Mentawai pun memiliki kekayaan hayati yang demikian besar yang harus diupayakan kelestariannya. Salah satu kekayaan hayati di sana adalah adanya pohon-pohon bakau (Rhizopora sp). Akar-akar pohon bakau yang tumbuhnya melengkung, saling berkeliling dan satu sama lain menunjukkan jika pada dasarnya pohon-pohon tersebut telah membentuk pagar alami untuk melindungi pantai dari gerusan abrasi. Sementara itu, di bawah naungan kerindangan pohon-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95
pohon bakau tersebut hiduplah kerang, kepiting dan biota laut lainya. Begitu pun dengan terumbu karang yang hidup dan tersebar di setiap laut di Mantawai. Kondisi Mentawai sebagai daerah kepulauan yang letaknya tidak jauh dari garis khatulistiwa memberikan potensi dan keindahan terumbu karang yang sungguh memukau. Air, hutan dan spesies endemik seperti monyet (Bilou) yang hanya bisa ditemukan di Mentawai pun membuktikan bahwa alam Mentawai begitu kaya dan mempesona. Keindahan alam yang begitu memukau dan sumber daya alam yang begitu melimpah kerap kali membuat orang gelap mata akan hal itu. Dan ini terbukti di dalam masyarakat Mentawai sendiri. Keinginan untuk mengambil dan mengeksploitasi sumber daya alam sampai-sampai tidak perduli lagi akan rusaknya alam. Paradigma tersebut diperparah dengan adanya keyakinan dalam diri manusia bahwa sumber daya alam tak mungkin habis.
Akibatnya, manusia cenderung
bersikap konsumtif dan boros dalam penggunaan sumber daya alam, sehingga alam menjadi “kehilangan daya hidupnya” (=kekuatan, keindahan dan keagungannya). Hal tersebut diungkapkan oleh Paus Fransiskus dalam ensiklik Laudate Si, no.106: “Manusia selalu campur tangan atas alam, tetapi untuk waktu yang lama aktivitas itu berciri mendukung sambil menyesuaikan diri pada kemungkinan yang ditawarkan oleh benda-benda alam sendiri. Manusia menerima apa yang diizinkan oleh kenyataan alam sendiri, yang sepertinya mengulurkan tangannya. Kini, sebaliknya campur tangan manusia berniat memeras sebanyak mungkin segala benda, sambil mengabaikan atau melupakan kenyataan yang ada di depannya. Itulah sebabnya manusia dan benda-benda alam tidak lagi ramah saling mengulurkan tangan; hubungan telah menjadi konfrontatif. Dari situ orang dengan mudah menerima gagasan pertumbuhan tanpa batas, yang telah menggairahkan banyak ekonom, pemodal, dan teknolog. Gagasan itu didasarkan pada kebohongan tentang persediaan sumber daya alam yang tak terbatas, yang menyebabkan planet ini diperas habis-habisan. Ada asumsi yang salah bahwa “persediaan energi dan sumber
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96
daya itu tak terbatas untuk dimanfaatkan, bahwa regenerasinya terjadi dengan cepat, dan bahwa efek-efek negatif dari manipulasi tatanan alam dengan mudah dapat diserap”. Erosi kesadaran untuk memelihara alam sebagaimana diungkapkan Paus Fransiskus di atas ternyata telah terjadi juga di kepulauan Mentawai. Peneliti yang juga putra daerah membuat sebuah prototype buku cerita yang berisikan pesan untuk memelihara kekayaan alam. Buku cerita tersebut diharapkan dapat
memotivasi anak-anak di Sikabaluan juga di kepulauan Mentawai pada
umumnya, untuk mengkonservasi sumber daya alam seperti terumbu karang. Dengan demikian anak-anak dapat menjadi generasi pembaharu yang sungguh memahami tentang pentingnya memiliki kebiasaan menjaga terumbu karang. Inilah yang dimaksud dengan konsep pendidikan empowering/pemberdayaan
Sastrapratedja
(2013:14), yaitu pendidikan yang dapat membantu orang agar dapat mengambil tanggung jawab atas kehidupannya, dan berefleksi atas tindakannya. Anak akan tumbuh sebagai orang dewasa muda dengan afinitas untuk lingkungan dan bumi, dan menjadi pribadi dewasa yang mampu membuat kontribusi asli serta keputusan yang merujuk pada perubahan, penanggulangan pemanasan global dan keberlanjutan. 3.
Prototype Dikembangkan dalam Bentuk Buku Cerita Bergambar yang Sesuai dengan Karakteristik Anak Usia 9-12 Tahun. Buku bergambar memberikan kontribusi sederhana, konsep yang dibangun
dalam buku bergambar memberikan keseimbangan antara teks dan gambarnya, Jalongo (2006: 10) dalam Astuti (2012: 2). Menurut Nurgiyantoro (2010: 154) gambar dalam buku mengandung cerita. Gambar digunakan untuk memperkaya teks,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97
mengkonkretkan karakter dan alur secara naratif serta digunakan sebagai daya tangkap dan imajinasi anak terhadap narasi teks yang masih terbatas. Dengan begitu dari pengertian dapat disimpulakan bahwa buku cerita bergambar mampu merangsang imajinasi anak dan membentuk anak dalam memperkaya imajinasi. Imajinasi adalah daya pikir untuk membayangkan tentang kejadian yang begitu dekat dengan kenyataan atau pengalaman seseorang (Kartono, 2009: 174). Melalui buku cerita bergambar, secara tidak langsung anak akan berinteraksi baik sebagai pembaca atau sebagai pendengar. Anak semakin terdorong untuk bisa mengerti akan apa yang ia baca atau dengar melalui cerita yang dalam hal ini adalah cerita fabel dengan judul Derita Aat Si Gurita Kecil. Menurut Suparno (2013: 81), dalam bukunya yang berjudul
Guruku Panutanku,
dijelaskan bahwa bercerita
merupakan cara yang efektif bagi guru untuk mengundang perhatian siswa dalam menyampaikan pesan atau nasehat secara tidak langsung. Gagasan tersebut mendorong penulis menyusun sebuah buku cerita yang dilengkapi dengan gambar agar lebih menarik minat anak saat membacanya dan memudahkan anak menerima pesan yang terdapat di dalam buku tersebut. Melalui cerita bergambar yang kisahnya begitu
dekat dengan kehidupan anak, maka anak dapat berimajinasi untuk
memahami isi cerita dan pesan yang terdapat di dalamnya. Bagi anak saat sedang berimajinasi, mereka akan dengan polos memahami pesan yang disampaikan melalui cerita. Anak usia sekolah dasar masih sangat mudah dibentuk pola pikir dan karakter akan cinta terhadap lingkungan. Seperti yang dinyatakan oleh J. Piaget dan L. Kohlberg (Gunarsa dan Yulia, 2008: 69) bahwa anak usia 6-12 tahun mengalami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98
tahap perkembangan moral secara teratur mulai dari kosep „tingkahlaku baik‟ sebagai suatu tindakan yang khusus seperti „patuh pada ibu‟ dilanjutkan tahap konsep selajutnya „mencuri adalah salah‟ sampai dengan kejujuran, hak milik, keadilan dan kehormatan. Pada masa ini, pada anak juga terdapat dorongan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lain.
Gambar 4.10 Anak sedang Membaca Prototype Secara Bergiliran 4. Prototipe
Tersebut
Menginspirasi
Guru
tentang
Pentingnya
Mengintegrasikan Pendidikan Cinta Lingkungan di Tengah Masyarakat Mentawai. Insipirasi utama dari lahirnya buku cerita “Derita Aat Si Gurita Kecil” adalah alam Mentawai yang begitu indah dan melimpah. Ketersediaan sumber daya alam yang melimpah berbanding terbalik dengan latar belakang pendidikan yang kurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99
memadai bagi masyarakat Mentawai, sehingga banyak kekeliruan dalam beranggapan tentang pengolahan sumber daya alam. Pendidikan di Mentawai masih terhambat oleh keberadaan beberapa faktor yang salah satunya adalah pengaruh budaya. Kebudayaan serta kebiasaan masyarakat Mentawai sebelum masuknya kebudayaan luar serta kemajuan teknologi adalah hidup dan bersatu dengan alam. Namun setelah masuknya budaya luar dan majunya teknologi terlebih dalam pembangunan, masyarakat kerap kali mengolah sumber daya alam yang berujung pada tindakan eksploitasi secara liar yang menimbulkan kerusakan dan bahkankepunahan pada sumber daya alam mentawai. Keinginan yang begitu besar sebagai putera daerah Mentawai, maka peneliti membuat sebuah buku cerita untuk anak usia sekolah dasar yakni 9-12 tahun. Ada pun tujuan dari buku cerita tersebut agar anak Mentawai memahami bahwa terumbu karang yang merupakan salah satu sumber daya alam harus di jaga dan dilestarikan. Selain itu, keprihatinan peneliti terhadap lingkungan dan alam Mentawai terinspirasi dari sebuah program kegiatan yaitu “Program pengenalan konservasi lingkungan pada anak (conservation scout)” di Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) – Universitas Sanata Dharma. Program tersebut ditujukan kepada anak-anak usia dini dan sekolah dasar (3-12 tahun). Tujuan dari program ini adalah untuk menanamkan pendidikan cinta lingkungan pada anak-anak.
5. Kelebihan dan Kelemahan Prototype Buku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100
Melalui validasi dan uji coba, peneliti memperoleh masukkan tentang kualitas produk yang peneliti kembangkan. Data-data tersebut, membantu peneliti untuk dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan produk yang peneliti kembangkan. Berikut penjelasan mengenai kelebihan dan kelemahan produk berupa prototype buku cerita “Derita Aat si Gurita Kecil” untuk anak usia 9-12 tahun. a. Kelebihan Prototype Buku 1.
Berisi informasi tentang pentingnya terumbu karang bagi kehidupan biota laut.
2.
Disusun dengan memperhatikan karakteristik anak usia 9-12 tahun yang senang dengan cerita dan gambar.
3.
Disusun sesuai dengan konteks kehidupan anak-anak di Mentawai
4.
Terdiri dari gambar dengan narasi yang pendek sehingga memudahkan anak untuk membaca dan mengimajinasikannya.
5.
Berisi evaluasi yang menggugah kesadaran anak untuk memiliki motivasi menjaga kelestarian terumbu karang.
b. Kelemahan Prototype Buku 1.
Huruf dalam buku cerita terlalu kecil
2.
Tokoh yang menonjol dalam cerita “Derita Aat si Gurita Kecil” hanya berfokus pada kehidupan Aat dan ibunya saja, penderitaan biota laut lainnya kurang mendapat penekanan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN Isi dari bab ini adalah uraian tentang kesimpulan, keterbatasan penelitian dan saran, berikut penjelasannya. 5.1. Kesimpulan Prototype buku cerita “Derita Aat Si Gurita Kecil” untuk anak usia 9-12 tahun dalam konteks empowering masyarakat Mentawai yang dikembangkan oleh peneliti sudah layak untuk digunakan. Prototype tersebut dapat dikatakan layak, karena sudah melalui proses validasi ahli dan uji coba. Pelaksanaan uji coba kepada anak dilakukan para tanggal 16-17 Juni 2015 di SDK St.Fransiskus Sikabaluan. Kelayakan prototype buku cerita “Derita Aat si Gurita Kecil” dapat ditunjukkan melalui: 1.
Proses penyusunan prototype buku cerita “Derita Aat si Gurita kecil” dilakukan dengan 7 langkah penelitian dan pengembangan yang meliputi: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk, (7) revisi akhir produk.
2.
Kualitas prototype buku yang dihasilkan mendapatkan nilai 4,48 yang artinya sangat baik dan layak untuk digunakan.
5.2. Keterbatasan Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini antara lain:
101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102
1. Prototype buku hanya divalidasi oleh satu orang validator ahli kelautan dan perikanan, sebab instrumen validasi yang diberikan kepada guru tidak dikembalikan. 2. Kepulauan Mentawai terdiri dari 4 pulau besar. Pelaksanaan uji coba prototype buku hanya bisa dilakukan kepada salah satu sekolah di SD St.Fransiskus, Sikabaluan Pulau Siberut. 3. Uji coba prototype buku kepada guru tidak bisa peneliti lakukan sebab guru-guru sudah disibukkan dengan pelatihan dan seminar seusai pembagian raport. 4. Masih perlu dipikirkan buku cinta terumbu karang yang dapat digunakan oleh masyarakat luas. 5. Peneliti melakukan uji coba dengan dana dari salah satu instansi sosial swasta yang bergerak di bidang pendidikan, bukan atas bantuan dari pihak sekolah dan pemerintah daerah Mentawai. 6. Prototype buku cerita “Derita Aat Si Gurita Kecil” menggunakan huruf terlalu kecil dan hanya berfokus pada kehidupan Aat dan ibunya saja, penderitaan biota laut lainnya kurang mendapat penekanan. 5.3. Saran 1. Sebaiknya prototype buku minimal divalidasi oleh dua orang validator: (1) Validator dari pakar lingkungan hidup dan (2) Validator dari seorang guru sekolah dasar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103
2. Pelaksanaan uji coba sebaiknya meliputi empat sample dari SD yang terdapat di setiap pulau di Mentawai. 3. Sebaiknya uji coba prototype buku cerita juga dilakukan kepada guru dari SD yang terdapat di setiap pulau di Mentawai. 4. Pengadaan buku cerita anak yang mengandung peran cinta terumbu karang yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Mentawai secara umum perlu ditindaklanjuti. 5. Peneliti perlu bekerja sama dengan pihak pihak sekolah dan pemerintah daerah Mentawai. 6. Prototype buku cerita “Derita Aat si Gurita Kecil” hendaknya berisi kisah tentang penderitaan biorta laut pada umumnya apabila terumbu karang mengalami karusakan, sekaligus menggunakan huruf yang cukup besar sehingga memudahkan anak untuk membacanya dan mengimajinasikannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA Alikodra, H. S. 2012. Konservasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan; Pendekatan Ecosophy bagi Penyelamatan Bumi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Arsyad, A. 2013. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Arsyad, A. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Arsyad, A. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Astuti, R. D. 2012.Pengaruh Buku Bergambar Terhadap Minat Baca Siswa di Sekolah Dasar Negeri Lempuyangwangi Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Islam Negeri sunan Kalijaga. Darmanto. 2009. BAB IX: Pandangan Tentang Hutan, Tempat Keramat dan Perubahan Sosial di Pulau Siberut, Sumatera Barat. Dalam: Situs Keramat Alami: Peran Budaya Dalam Konservasi Keanekaragaman Hayati (Ed: Hermono dkk). Jakarta: Obor-LIPI. Hlm. 130-164. Daryanto. 2010. Media Pembelajaran: Perannya Sangat Penting dalam Mencapai Tujuan Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media. Djiwandono, S. E. W. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Grasindo. Sumarah, Esti, Ign. 2016. Ke Mentawai Aku Kan Kembali: Sebuah Refleksi atas Pendampingan Mahasiswa. Dalam: Refleksi Pengembangan Buku Cinta Lingkungan “Ke Mentawai Aku Kan Kembali” (Ed: Madya Utama). Yogyakarta: USD Farida, A. dkk. 2012. Sekolah yang Menyenangkan: Metode Kreatif Mengajar dan Pengembangan Karakter Siswa. Bandung: NUANSA. Gunarsa, S dan Yulia, S. 2008. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia. Guntur. 2011. Ekologi Karang pada Terumbu Buatan. Bogor: Ghalia Indonesia. Isjoni. 2012. Pembelajaran Visioner: Perpaduan Indonesia-Malaysia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Iyam. 2006. Pemeliharaan Terumbu Karang. Bandung: TITIAN ILMU Kartono, St. 2009. Sekolah Bukan Pasar. Jakarta: Kompas. Kurniawan, D. 2014. Pembelajaran Terpadu Tematik. Bandung: Alfabeta. Kurniawan, K. K. 2013. Kampanye Edukasi Eksplorasi Terumbu Karang untuk Anak Sekolah Dasar Di Bali Melalui Desain Komunikasi Visual. Dalam Jurnal Ilmiah Strata I. Bali: Institut Seni Indonesia. Munadi, Y. 2008. Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada (GP) Press. Nugraheni, S. O. 2015. Pengembangan Media Pembelajaran Memahami Cerita Legenda dengan Buku Pop-Up untuk Siswa SMP Kelas VIII di Kabupaten Pati. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Nuryanti, L. 2008. Psikologi Anak. Jakarta: PT INDEKS. Prijono, O & Pranarka, A. 1966. Pemberdayaan (Empowerment): Konsep, Kebijakan dan Implementasi. Jakarta: CSIS 104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105
Riyani, E. 2015. Pengembangan Media Buku Bergambar Tema “Tanah Airku” untuk Menstimulus Aspek Bahasa Anak Taman Kanak-Kanak Kelompok B. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Sadiman, A. S, dkk. 2012. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: Grafindo Persada. Sari, A. K. 2010. Pengaruh Penggunaan Media Cerita Bergambar Terhadap Peningkatan Keterampilan Menyimak dan Membaca Pada Anak Berkesulitan Belajar Kelas II SDN Petoran Jebres Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Sari, Wahyu W. 2014. Persepsi Guru dan Siswa SD di Yogyakarta terhadap Program Conservation Scout. Dalam Jurnal BIOEDUKATIKA Vol.2 No. 2. Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan. Sastrapratedja. 2013. Pendidikan sebagai Humanisasi. Jakarta: Pusat Kajian Filsafat dan Pancasila. Smaldino, S. E. 2011. Instructional Technologi & Media For Learning: Teknologi Pembelajaran dan Media untuk Belajar. Jakarta: Kencana. Soedijarto. 2008. Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita. Jakarta: Kompas Sudiono, G. 2008. Analisis Pengelolaan Terumbu Karang Pada Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Pulau Randayan Dan Sekitarnya Kabupaten Bengkayang Provinsi Kalimantan Barat. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suparno, P. 2001. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Kanisius Suparno, P. 2013. Guruku Panutanku. Yogyakarta: Percetakan Kanisius. Supriyono, Dwi. 2010. Terumbu Karang. Jakarta: CV. Pamularsih. Widoyoko, S. 2012. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Winkel, W. S. 2004. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi Wulandari, S. 2009. Ekosistem Perairan. Semarang: PT .Sindur Press. Sumber dari Internet: http://kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/basisdata-kawasankonservasi/details/1/102 http://mentawaikab.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/8 di akses 10 November 2015) http://pencerahnusantara.org/kabupaten-kepulauan-mentawai/ di akses 10 November 2015)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1. Kisi-kisi Instrumen Pra Penelitian Kisi-Kisi Instrumen Pra-Penelitian untuk Anak dan Guru Nomor No
Aspek Item
1.
Manfaat terumbu karang bagi masyarakat Mentawai
1-4
2.
Bahaya jika merusak terumbu karang
5-10
3.
Upaya-upaya yang dilakukan mengkonservasi terumbu karang
11-12
4.
Sarana-sarana yang diperlukan untuk menyadarkan atau
13-15
memberdayakan (empowering) masyarakat tentang mengkonservasi terumbu karang Saran atau komentar:
106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 107
Lampiran 2. Pertanyaan Pra Penelitian untuk Anak Lembar Pertanyaan Pra Penelitian untuk Anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 111
Lampiran 3. Pertanyaan Pra Penelitian untuk Guru Lembar pertanyaan Pra Penelitian untuk Guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 113
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 114
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 115
Lampiran 4. Validasi Kuesioner untuk Anak Lembar Validitas Kuesioner kepada Anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 116
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 117
Lampiran 5. Validasi Kuesioner untuk Guru
Lembar Validitas Kuesioner kepada Guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 118
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 119
Lampiran 6. Lembar Validasi Buku
Lembar Kuesioner Validasi Buku oleh Ahli Kelautan dan Perikanan Validasi Pertama Ahli Kelautan dan Perikanan Skor No.
Komponen yang dinilai
Saran 1
2
4
Cover m. Judul buku menarik
v
n. Judul buku sesuai dengan
V
tujuan pengenalan konservasi terumbu karang o. Ilustrasi cover mendukung
v
judul
1
p. Ilustrasi buku menggambarkan
V
konservasi terumbu karang
2
a. Sebaiknya penamaan bisa membuat anak-anak makin mengingat nama atau jenis biota. Saya merasa nama Aat tidak dapat memberikan “pahatan” organisme laut kepada anakanak. c. ilustrasi cover tidak menggambarkan penderitaan. Nampaknya semua senang, biota yang ada sangat beragam. d. ilustrasi terumbu karang masih terlalu jauh dari bentukbentuknya yang indah, saya khawatir anak-anak tidak dapat memahami betapa indahnya terumbu karang. Kalau ilustrasi gurita sudah sesuai dengan kondisi aslinya dalam konteks karikatur.
Format penulisan buku g. Sesuai kaidah penulisan buku
V
h. Gambar pada buku
v
mendukung alur cerita 3.
5
Bahasa
a. masih terdapat beberapa kesalahan tata bahasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 120
m. Bahasa sesuai dengan kaidah
v
a. apakah bahasa yang dirancang
penulisan yang baik dan
memang sesuai dengan bahasa
benar.
Indonesia gaya Mentawai atau mau seutuhnya menggunakan kaidah EYD? Harus sudah ditentukan oleh penulis
n. Susunan kalimat dapat
v
dipahami oleh anak seusia 912 tahun. o. Pilihan kata sesuai
v
karakteristik anak Isi Buku v. Materi membantu pembaca
v
untuk menyadari pentingnya
karang bagi Aat dan biota
memelihara terumbu karang
lainnya
w. Isi cerita mengandung unsur
v
refleksi bagi anak untuk membangun niat memelihara 4.
a. kurang terasa peran terumbu
terumbu karang x. Materi yang disampaikan
v
memberikan tambahan wawasan bagi anak mengenai terumbu karang y. Materi yang disampaikan menggugah atau membangun kesadaran anak untuk melakukan aksi untuk memelihara terumbu karang
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 121
z. Pertanyaan yang diajukan
v
Tidak ada pertanyaan refleksi
sesuai dengan konteks nyata
dari awal sampai akhir cerita
kehidupan anak-anak di Pagai. Saran validator: 5. Ilustrasi cover tidak menggambarkan penderitaan, nampaknya semua senang 6. Ilustrasi terumbu karang masih jauh dari bentuk-bentuknya yang indah, saya khawatir anak tidak akan tertarik. 7. Masih ada kesalahan dalam tata bahasa 8. Tidak terdapat pertanyaan refleksi. 2 +
Total Skor
12 +
24 = 48
Validasi kedua setelah revisi Tabel 4.12 Validasi Ahli dari Produk yang sudah direvisi. No.
1
2
3.
Komponen yang dinilai Cover q. Judul buku menarik r. Judul buku sesuai dengan tujuan pengenalan konservasi terumbu karang s. Ilustrasi cover mendukung judul t. Ilustrasi buku menggambarkan konservasi terumbu karang Format penulisan buku i. Sesuai kaidah penulisan buku j. Gambar pada buku mendukung alur cerita Bahasa p. Bahasa sesuai dengan kaidah penulisan yang baik dan benar.
1
Skor 2 4 V v
v v
v v
v
5
Saran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 122
4.
q. Susunan kalimat dapat dipahami oleh anak seusia 912 tahun. r. Pilihan kata sesuai karakteristik anak Isi Buku aa. Materi membantu pembaca untuk menyadari pentingnya memelihara terumbu karang bb. Isi cerita mengandung unsur refleksi bagi anak untuk membangun niat memelihara terumbu karang cc. Materi yang disampaikan memberikan tambahan wawasan bagi anak mengenai terumbu karang dd. Materi yang disampaikan menggugah atau membangun kesadaran anak untuk melakukan aksi untuk memelihara terumbu karang ee. Pertanyaan yang diajukan sesuai dengan konteks nyata kehidupan anak-anak di Sikabaluan. Total Skor
v
v
v
v
V
Tidak ada penjelasan mengenai terumbu karang
v
v
2
10
Refleksi cerita sudah ada di dalam buku.
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 123
Lampiran 7. Instrumen Persepsi Siswa Terhadap Prototype
Instrumen Penelitian Persepsi Siswa Terhadap Kualitas Prototipe Buku Cerita “Derita Aat Si Gurita Kecil” untuk Anak Usia 9-12 Tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 124
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 127
Lampiran 8. Presensi Kehadiran Uji Coba Produk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 129
Lampiran 9. Jadwal Penelitian
Tabel Jadwal Penelitian Kegiatan
Bulan Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni-Juli
Studi Pustaka (Bab I-III) Draf I Prototipe Buku Validasi Revisi Prototipe dan Cetak Prototipe Uji Terbatas ke Mentawai Training Guru dan Siswa di Mentawai
Kegiatan
Bulan Agustus
September
Oktober
Olah Data Susun Bab IV Revisi Bab I-IV Revisi Bab I-V Latihan Ujian Skripsi Ujian Skripsi
Revisi Akhir Modul
November
Desember
Januari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 130
Lampiran 10. Foto Kegiatan di Dalam Kelas
Foto Kegiatan Uji Coba di Dalam Kelas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 131
Lampiran 11. Foto Kegiatan di Luar Kelas
Foto Kegiatan di Luar Kelas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 132
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Merpin Saogo lahir di Beleraksok, 23 Juli 1988. Pendidikan dasar diperoleh di SDK St.Vincentius Sikakap Mentawai, tamat tahun 2005. Pendidikan menengah pertama diperoleh di SMP Yossudarso II Muara Siberut Mentawai, tamat pada tahun 2008. Pendidikan menengah atas diperoleh di SMA Negeri 1 Muara Siberut, tamat tahun 2011. Pada tahun 2012,
penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pendidikan di perguruan tinggi diakhiri dengan menulis skripsi berjudul “Pengembangan Prototype Buku Cerita Anak Tentang Terumbu Karang Dalam Konteks “Empowering” Masyarakat Mentawai Untuk Anak 9-12 Tahun”.
Selain itu, selama menempuh studi di
Universitas Sanata Dharma, penulis menjadi ketua Himpunan Mahasiswa Program Studi PGSD 2013/2014.