Lokakarya Nasional Kambing Potong
PENGEMBANGAN USAHA KAMBING DALAM KONTEKS SOSIAL-BUDAYA MASYARAKAT ANDI DJAJANEGARA dan ARTARIA MISNIWATY Balai Penelitian Ternak, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan: PO Box 151 Bogor 16114 Loka Penelitian Kambing Potong-SeiPutih, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan: PO Box 151 Bogor 16114
ABSTRACT Development of Goat Production within Social-Cultural Context.-.The population of goats in Indonesia is largest between ASEAN countries, however, it has not received high attention. Of the many goat species in Indonesia, the Etawa or crossing (PE goat) has developed, however, the importation during the Dutch colony was aimed at improving milk production, hence, the purpose of Etawa Cross for chefon production is not feasible. The role of goats for Indonesia farmers in East and Central Java is more than sheep, while in in reverse in West Java with the social condition towards ram fighting as attraction could not be obtained by goats. Indonesia people consists of many race and religion that in the socio-cultural context should be considered in developing livestock production. Key words: Goat, socio-culture ABSTRAK Populasi ternak kambing paling banyak terdapat di Indonesia dari negara-negara ASEAN akan tetapi belum memperoleh perhatian yang besar. Dari berbagai jenis kambing yang ada di Indonesia maka kambing Etawa atau peranakannya (kambing PE) berkembang namun kambing ini didatangkan jaman belanda untuk meningkatkan produksi susu, sehingga kambing PE sebagai penghasil daging agak kurang sesuai. Peran kambing bagi masyarakat pertanian di Jawa Tengah dan Jawa Timur lebih besar dari domba sedang di Jawa Barat peran domba lebih besar karena kondisi sosial melibatkan kontes ketangkasan domba menjadi salah satu daya tarik akan tetapi dalam hal ini kambing kurang berfungsi. Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai suku dan agama dan karenanya konteks sosial budaya sangat penting diperhatikan dalam pengembangan ternak Kata- kunci: Kambing, sosial-budaya
PENDAHULUAN Peran kambing sangat berarti bagi masyarakat pedesaan maupun perkotaan di Indonesia, tujuan produksi kambing umumnya untuk daging, walaupun produksi kulit dan susu juga berpotensi. Penyediaan pupuk organik dengan pemanfaatan limbah kotoran maupun limbah pertanian lainnya dalam kerangka pemanfaatan lahan marginal yang tidak digunakan untuk produksi tanaman pangan, pembrantasan gulma di lahan perkebunan dalam integrasi dengan perkebunan dan hortikultura; peningkatan kesehatan gizi masyarakat; sumber pendapatan tambahan; sumber investasi; jaminan hidup dan stabilitas keluarga; bernilai sosial bagi pengikat kebersamaan di pedesaan; dan bernilai rekreasi/hobby. Konsumsi daging tahun 2001 dinyatakan sebesar 5,28 kg/kapita/tahun atau 2,49 g/kapita/hari yang meningkat rata-rata/kapita 3,6%/tahun. Permintaan kambing jantan untuk perayaan Idul Qurban berakibat perlunya dicukupi kebutuhan dengan mengatur pola produksi karena permintaan
yang semakin besar dari tahun ke tahun. Indonesia tahun 1998 pernah ekspor sebanyak 1300 kambing melalui propinsi Sumatera Utara (hanya sekali dan tidak dapat dilakukan lagi karena sulitnya penyediaan secara teratur).amun prospek pengembangan kambing untuk memenuhi permintaan dalam maupun luar negeri menunjukkan gambaran yang cukup cerah. Potensi kambing di negara maju sangat terbatas dan ekspor kambing sangat minimal, kecuali dari Australia, berupa feral goat (kambing liar) yang ditangkap setahun sekali. Kambing dikenal mudah beradaptasi dengan lingkungan dan di daerah tropis kambing dapat birahi sepanjang tahun karena keragaman panjang hari sempit (DEVENDRA dan BURN, 1983). Sifat prolifik merupakan salah satu nilai tambah, akan tetapi integrasi kambing pada usaha tani memberikan kontribusi terhadap pendapatan keluarga dan dengan optimasi produktivitas kambing maka peluang meningkatnya dukungan menjadi lebih besar. Usaha ternak dalam usaha tani umumnya mengurangi kesempatan petani untuk
121
Lokakarya Nasional Kambing Potong
terjun dalam kegiatan di luar pertanian (off farm job), namun sementara ini usaha kambing masih merupakan usaha sambilan yang melibatkan tenaga kerja keluarga baik isteri maupun anak laki-laki atau perempuan. Pasar kambing potong sangat menjanjikan peningkatan produksi karena dari tahun ke tahun permintaan daging kambing meningkat dan banyak diminati masyarakat. Disamping itu pola budaya yang terkait dengan agama menuntut ketersediaan kambing dalam jumlah yang cukup banyak. Permasalahan adalah bagaimana memanfaatkan potensi sumber daya alam, kambing, sumber daya manusia, pasar dan sebagainya secara optimal agar pengembangan kambing dapat direalisasi secara optimal. Daging kambing umumnya disajikan terolah di restoran-restoran berupa, sate kambing, kambing guling, gulai kambing, sop kaki kambing, dan sebagainya banyak diminati yang menunjukkan besarnya preferensi konsumen
Bentuk tubuh lebih kecil dan mirip kambing kacang,
Jenis Kambing di Indonesia
Kambing Boer
Kambing Kacang
Berasal dari Afrika dengan warna rambut tubuh putih sedangkan bagian kepala dan leher berwarna coklat. Berambut pendek sampai sedang, hidung sangat menonjol, tanduk agak menonjol ke depan, telinga lebar dan cendrung ke bawah, tipe pedaging, bobot dewasa untuk betina berkisar 60– 75 kg, sedangkan yang jantan dapat mencapai 120 kg
Juga ditemukan di Asia, badan kecil dan pendek, warna rambut bervariasi hitam, coklat putih atau kombinasinya. Bulu kambing betina pendek sampai sedang, pada pejantan agak panjang. Baik jantan maupun betina kebanyakan bertanduk, telinga berukuran sedang, punggung agak melengkung, ekor kecil dan tegak. Tinggi kambing jantan dewasa sekitar 60–65 cm dan betina 56 cm dengan bobot badan jantan dewasa antara 20-25 kg. Sering terjadi kelahiran anak kembar dan kadang-kadang terdapat gelambir kecil di leher bagian dalam dan beradaptasi baik di berbagai lingkungan. Kambing Nubian)
Peranakan
Etawa
(Etawa
Anglo-
Di Indonesia berkembang persilangan Etawa dengan kambing lokal dan dikenal sebagai kambing Peranakan Etawa atau PE dan sudah kurang jelas keaslian genetiknya. Ada yang bertanduk, tetapi ada juga yang tidak bertanduk, kaki panjang, berrambut pendek, warna rambut campuran antara coklat, putih dan hitam. Kambing PE merupakan kambing yang relatif subur untuk beranak kembar. Kambing Marica Banyak ditemukan di Sulawesi yang mungkin merupakan persilangan lokal dan kambing kacang.
122
Kambing Gembrong Terdapat di Pulau Bali bagian timur-lebih besar dari pada kambing kacang dengan rambut putih panjang dan pada betina dapat mencapai 20-22 cm, Rambut panjang terutama pada jantan dan jantan maupun betina bertanduk, telinga kecil, leher pendek tetapi agak tipis, bentuk muka cembung Kambing Bligon Merupakan keturunan kambing Ettawa dengan Kambing Kacang (persentase darah lebih 50%) yang banyak tersebar di pantai Utara Jawa dan Yogyakarta, moncong lancip, telinga tebal dan lebih panjang dari kepalanya, leher tidak bersurai, sosok tubuh terlihat tebal, rambut kasar.
Perkembangan Populasi Kambing Perkembangan populasi Kambing 1998s/d2002 di Indonesia (Tabel 1) dapat dikatakan tidak mengalami peningkatan yang mungkin karena belum ada penanganan secara khusus serta usaha ternak masih merupakan usaha sambilan. Tabel 1. Populasi Kambing di Indonesia Tahun 1998– 2002 (000 Ekor ) Tahun
Populasi
1998
13.560,5
1999
12.701,4
2000
12.565.0
2001
12.323,3
2002
13.044,9
Sumber: Buku Statistik Peternakan,(2002; * angka sementara ) Penyebaran populasi kambing meluas di Indonesia dan pada tahun 2001 (Tabel 2) dengan
Lokakarya Nasional Kambing Potong
sebanyak 51,71% total populasi kambing terdapat di pulau Jawa dan banyak terdapat di Jawa Tengah (23,8%), menyusul di Jawa Timur (18,4%), di Jawa Barat 7,4%, Lampung 5,8% dan Sumatera Utara 5,6% dan potensial untuk dikembangkan Tabel 2. Populasi kambing/Propinsi th 2001 (%) Propinsi
%
NAD
5.1
Sumut
5.6
Sumbar
2.2
Riau
1.6
Jambi
0.9
Bengkulu
0.8
Lampung
5.8
Sumsel
3.5
DKI
0.01
Jabar
7.4
Jateng
23.8
D.Khusus Jogja
2.1
Jatim
18.4
Bali
0.5
NTB
1.9
NTT
3.1
Kalbar
0.7
Kalteng
0.1
Kalsel
0.5
Kaltim
0.5
Sulut
0.3
Sulteng
1.3
Sulsel
4.2
Sultra
0.7
Maluku
1.1
Papua
0.3
Banten
4.5
Gorontalo
0.6
Maluluku Utara
1.2
Bangka Belitung
0.02
Sumber: BUKU STATISTIK PETERNAKAN , (2002)
Pemeliharaan Pemeliharaan kambing umumnya di kandangkan dan penggembalaan kambing dalam satu areal hendaknya singkat dan diperlukan 10 unit dalam satu areal. Setiap unit hanya digunakan selama 4-7 hari untuk kemudian dipindahkan ke unit berikutnya. Penerapan rotasi selama 30-40 hari agar telur cacing dalam kotoran kambing pada rumput pada hari 3–4 hari akan mulai berkembang dan setiap unit penggembalaan kemudian di istirahatkan selama 30 hari sebelum digunakan kembali. Sistem pengembalaan ementara berlaku juga pada ternak yang hanya ditambatkan dan disarankan agar diberikan pakan tambahan. Kambing yang baru disapih sebaiknya tidak digabungkan dengan kambing lainnya dalam satu unit, karena masih sangat sensitif terhadap infeksi cacing dan gangguan kambing dewasa. Pengandangan ternak setelah diberi obat cacing akan mencegah kambing luar masuk dalam unit tersebut. Jumlah kambing yang digembalakan dalam satu unit sangat ditentukan oleh daya tampung (carrying capacity) luasan areal yang digunakan Pemeliharaan kambing bunting pada kehamilan enam (6) minggu terakhir dengan perut dan kelenjar ambing membesar, memerlukan perhatian khusus terutama pemberian pakan (kualitas maupun kuantitas) dan kesehatan. Sebaiknya kambing bunting ditempatkan dikandang tersendiri, tidak digembalakan, dengan diberikan cukup vitamin. Ari-ari dan lendir bercampur darah akan keluar 24 jam setelah anak lahir. Apabila kambing dikebiri maka aroma daging tidak terlalu berbau menyengat bagi konsumen dan kambing betina sebagai calon induk meneruskan keturunan memerlukan manajemen pembiakan kambing untuk menghasilkan anak melalui perkawinan alam. Data kambing meliputi data produksi dan reproduksi perlu diketahui antara lain produksi (bobot lahir, bobot badan, pertumbuhan, produksi daging, susu dan sebagainya) dan data reproduksi meliputi umur induk saat dikawinkan, jumlah anak yang dilahirkan, lama kebuntingan, siklus dan lama birahi dsbnya yang sering disebut Kalender Produksi. Mengawinkan betina yang sedang birahi sebaiknya dicampur dengan pejantan dalam satu kandang dan waktu yang tepat untuk mengkawinkan kambing adalah 12–18 jam setelah terlihat tanda birahi pertama Pemberian pakan disesuaikan dengan tujuan kondisi physiologis ternak dan pemberian air
123
Lokakarya Nasional Kambing Potong
minum secara ad libitum. Dalam pemeliharaan kambing di kandang, kebersihan kandang termasuk lantai, tempat pakan dan minuman tetap harus dijaga agar terhindar dari penyakit. Pakan kepada kambing diberikan untuk memenuhi kebutuhan pokok pengganti sel-sel tubuh yang aus, metabolisme dan regulasi suhu tubuh, kebutuhan produksi untuk tumbuh, gemuk, produksi susu, dan kebutuhan reproduksi saat kawin, bunting, beranak dan menyusui. Kambing pada dasarnya senang meramban berbagai jenis tanaman dan macammacam jenis pakan kambing antara lain daun kacang-kacangan, daun pepohonan hasil ikutan pertanian dan limbah industri, biji-bijian, mineral dan air. Patokan umum ransum yang dibutuhkan mengikuti 4% bobot tubuh dalam ukuran bahan kering Penyakit kambing akan mempengaruhi produksi dan dapat mengakibatkan kerugian ekonomi. Berdasarkan sifatnya, penyakit dapat digolongkan menjadi penyakit menular dan tidak menular. Penyakit menular karena organisme seperti virus, bakteri, jamur, parasit (cacing, parasit darah dan kutu), sedangkan penyakit tidak menular misalnya kekurangan mineral, keracunan akan tanaman. Di Jawa Tengah masalah penyakitpenyakit yang ada penanganan khusus (Tabel 3 dan 4) memberikan peluang pengembangan selanjutnya dan penggunaan obat tradisional, sepanjang mudah diperoleh, akan lebih ekonomis dan mudah penggunaannya Tabel 3. Penyakit Kambing di Jawa Tengah Penyakit
Frekuensi (%)
Mencret/Diarc
19.74
Kembung/Tympani
19.74
Kudis/Scabies
18.42
Cacing
9.20
Kuku busuk (foot rot)
6.58
Orf
3.95
Keracunan
2.63
Sumber: GULTOM et. al.(1991)
Peran Kambing di Indonesia. Dalam konteks sosial-budaya masyarakat Indonesia maka bagi petani ketersediaan pangan
124
dari tanaman pangan umumnya cukup, dan selama 4 dekade lalu tidak ada laporan kejadian kelaparan (honger oedeem = HO). Sebagai suatu usaha integrasi tanaman pangan-kambing, kesenangan petani akan kambing dikaitkan dengan kemudahan dan harga yang relatif terjangkau petani disamping ketersediaanya, maka usaha ternak kabing cukup menarik. Masyarakat Indonesia mengenal produk kambing berupa daging, kulit dan susu kambing. Ternak dapat dijual saat membutuhkan karenanya penjualan terjadi setiap saat dengan harga cukup tinggi. Karena kondisi ini maka permintaan akan daging kambing bukan masalah, akan tetapi untuk pemasaran susu kambing masih memerlukan proses yang cukup lama. Peran kambing bagi petani dalam sistem usaha tani umumnya masih sebagai tabungan yang se waktu-waktu dipasarkan/dijual untuk memenuhi kebutuhan dana yang relatif besar dan mendesak seperti pembayaran biaya sekolah, biaya pernikahan anak dan kelahiran, biaya kesehatan, pembangunan/perbaikan rumah, dan lain sebagainya. Dalam kondisi masyarakat Indonesia (populasi 220 juta) dengan 90% beragama islam, maka bagi yang mampu menjadi kewajiban untuk melaksanakan ‘Akikah (syukuran kelahiran sampai hari ke 7 setelah kelahiran) yang untuk kelahiran anak laki-laki disyaratkan 2 kambing dan bagi kelahiran anak perempuan cukup satu (1) kambing. Bagi petani maka ternak yang dipelihara sendiri secara otomatis akan dikurbankan untuk syukuran Selanjutnya dalam pengamanan budaya hari Raya Qurban (‘Idul Adha) peluang bagi petani menjual kambing juga besar yang umumnya kambing dipelihara sampai umur lebih satu (1) tahun untuk dijual menjelang ‘Idul Adha. Permintaan akan kambing untuk ‘Idul Adha cukup besar dengan meningkatnya kondisi ekonomi masyarakat, dikaitkan dengan kewajiban sebagai umat beragama. Pemenuhan permintaan saat lebaran (Hari Raya ‘Idul Fitri) juga menjadi peluang bagi petani untuk menjual ternak. Nilai kambing umumnya stabil, tetapi dapat dimanfaatkan pengusaha untuk membeli kambing dewasa dengan peluang meningkatnya harganya saat mendekati hari Raya Qurban (sekitar 2–3 bulan setelah ‘Idul Fitri). Usaha ini telah berjalan lama dan akan berkelanjutan.
Lokakarya Nasional Kambing Potong
Tabel 4. Penanganan Pengobatan Praktis yang Digunakan di Jawa Tengah. Penyakit Diare
Bahan/ramuan dan penyediaannya
Penggunaan
daun pepaya segar
Dimakan bersamaan hijauan
daun nangka dan mangga
Dimakan sebagai hijauan 1x/hari 2x/hari untuk diare berat
Kembung
Kudis
Mata merah
Cacingan
Kuku busuk
ORF
daun pepaya segar
Dimakan sebagai hijauan
jahe giling
Digosokkan pada tubuh 1-3x sampai sembuh
daun tembakau
Digosokkan pada daerah yang terkena
daun lamtoro
Digosokkan pada daerah yang terkena
giling 5 lembar daun sirih ditambahkan air satu gelas, kemudian disaring
Cuci mata dengan air bersih
urine sendiri
Setelah mata dibersihkan, diteteskan urine 5 tetes ke dalam mata
biji timun
Makan 1x/hari untuk3 hari
daun waru segar digiling,campur air
Diberikan ke mulut ternak
ditambah 1 sendok garam disaring
1x per hari
tepung ubi segar /tapioka
Ditutup bagian yang luka
campurkan daun tembakau dengan tembakau dengan 70% alkohol
Letakkan campuran tersebut di daerah yang terluka
melarutkan garam dalam air panas
Cuci daerah terluka, lalu gosokkan campuran tersebut.
melarutkan sulfa tembaga dalam air panas
keracunan
minyak kelapa dua (2) sendok
Berikan ke mulut ternak
campurkan air kelapa+1 sendok garam
Berikan ke mulut ternak
Sumber: GULTOM et. al.(1991)
Umumnya daging kambing merupakan sajian untuk pesta dan sajian di rumah makan/restoran sebagai kambing guling, sate kambing, gulai kambing, sop kaki kambing dan sajian lainnya. Permintaan konsumen akan kambing cukup besar karena satu usaha sate kaki lima sering membutuhkan 10 kg daging/hari. Sate kambing yang dijual umumnya tidak menjadi masalah harga bagi pembeli yang ingin makan sate, sedangkan harga susu kambing saat ini mencapai Rp.15.000,00/liter malahan ada yang menjual Rp. 30,000.00/liter di Maribaya. Masalah kepastian kualitas susu yang dihasilkan merupakan topik yang perlu pertahian besar, agar tidak terjadi sebagaimana susu sapi. Secara kopeartif belum ada yang wadah dalam penjualan susu kambing, karena tingginya permintaan dan rendahnya produksi.
Alternatif Pengembangan Kambing Mengikuti pendekatan pasar (Market Oriented Approach) maka pasar menjadi faktor penentu awal dikaitkan dengan efisiensi usaha. Suatu misal bila pasar menuntut 10 kambing setiap hari maka perlu terpelihara 2700 kambing yang diusahakan melahirkan 100 % digemukkan. Anak kambing dipelihara sampai mencapai berat yang diminta pasar (25–30 kg) atau 1200 kambing yang digemukkan selama 4 bulan. Setiap hari tersedia 10 kambing yang dikumpulkan selama 4 bulan. Ini mungkin akan sulit atau seminggu sekali disiapkan 70 kambing. Masalah utama adalah ketersediaan materi dalam bentuk dan jenis yang diinginkan pasar pada harga yang sesuai. Target pengembangan perlu ditentukan dan dikelola secara kooperative disuatu wilayah.
125
Lokakarya Nasional Kambing Potong
Usaha pembiakan perlu dimulai pembinaan petani pemelihara kambing menjadi usaha kambing yang minimal ditargetkan menjual satu (1) kambing setiap bulan yang identik dengan penghasilan setiap bulan. Bila kurang cukup penghasilan yang diperoleh maka tipe usaha diperbesar kelipatan 8 induk satu jantan (17-18 kambing betina induk untuk produksi 2 kambing setiap bulan). Kambing jantan tetap disediakan untuk kawin secara alami dan menjadi sumber gentik yang diandalkan dengan melakukan seleksi secara ketat. Ukuran besarnya badan dan bentuk kambing makin besar tentunya akan makin baik dari segi nilai. Umur dipasarkan minimal 3 bulan agar tidak menuntut pakan yang banyak, dan maksimal umur 8 bulan dengan target berat 15–25 kg. Untuk menghasilkan kambing umur 8 bulan yang lebih berat maka jenis kambing besar perlu tersedia. Percobaan kambing Boer diharapkan dapat menyelesaikan masalah ini dengan memberikan manajemen yang baik dan benar sesuai dengan kemampuan gentik kambing. Usaha dalam pola cooperative market management system (CMMS) menerapkan pola usaha rakyat sebagai produsen yang dibantu usaha penggemukan dalam kerangka pemasaran kambing secara berkesinambungan. Target pemasaran sudah harus di tetapkan sebelumnya dan harga mengikuti yang berjalan yang kalau dapat ditetapkan terlebih dahulu akan memberikan rangsangan usaha pada petani sebagai inti disamping mencegah kemungkinan terjadinya tindak pemalsuan kualitas. Perlu diantisipasi melonjaknya permintaan dan peningkatan harga saat ‘Idul Fitri dan Idul Adha. Disamping untuk produksi daging, maka produksi susu kambing sementara ini menunjukkan peningkatan permintaan yang belum terpenuhi. Manfaat susu kambing adalah untuk meningkatkan stamina dengan meningkatnya usia, penyakit respiratori di samping kosmetik. Untuk informasi maka di negara jiran sudah dimanfaatkan produksi susu kambing secara mantap dan kiranya dapat diisi oleh Indonesia dengan jumlah kambing yang cukup besar DAFTAR PUSTAKA ANONYMOUS, 2002. Buku Statistik Peternakan Ditjen Bina Produksi Peternakan, Jakarta. BUDI, H and ANDI DJAJANEGARA, 1972. Energy and Protein Requirements For Small Ruminant In The Humid Tropics. In New Technology For Small
126
Ruminant Production In Indonesia. Winrock International. Institute For Agricultural Development. DEVENDRA, C and BURN, M. 1983. Goat Production In The Tropics (Rev Edition). Technical Communication Commonwealth Bureau Of animal Breeding and Genetics. Commonwealth Agriculture Bureaux: Egland, XIII. 183 pp. DJAJANEGARA, A. 1992. Industrialisasi Usaha Ternak Domba dan Kambing. Dalam “Domba Dan Kambing Untuk Kesejahteraan Masyarakat” ISPI, HPDKI Bogor. GULTOM, D.,S. PRAWIRODIGDO, W. DIRDJOPRATONO, MURYANTO and SUBIHARTA. 1991. The Use Of Traditional Medicine For Small Ruminants In Central Java. In : Traditional Veterinary Medicine For Small Ruminants In Java. Indonesia Small Ruminants Production Systems Network, Bogor, Indonesia. KEARL, L.C. 1982. Nutrient Requirements Of Ruminants In Developing Countries, Internationals Feedstuff Institute. Utah Agric Exp. Station. Utah state University Logan Utah, 84332, USA. MATHIUS, I.W. 1994. Potensi dan Pemanfaatan Pupuk Organik Asal Kotoran Kambing-Domba. Wartazoa. Majalah Semi Ilmiah Peternakan. Volume 3, Nomor 2-4 Maret 1994. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian
Lokakarya Nasional Kambing Potong
Lampiran 3. Alternatif pengembangan kambing
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nop Des Jan Feb
Jan ®
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun 0
®
Jul
Agu
Sep
Okt
Nop
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
0 ®
0 ® Peternak ® 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 0 ®
0 ®
pengumpul
0
sate ® pasar ®
0 rumah makan
0
® pesta ®
0 0 ®
0 ®
0 ®
0
Agu
Lokakarya Nasional Kambing Potong
Lampiran 1. Produktivitas kambing Uraian
Ratan
Bobot lahir: a. anak tunggal
2.6 Kg
b. anak kembar 2
2.0 Kg
c. anak kembar 3
1.4 Kg
Bobot lahir kambing kacang
1.3 Kg
Pertumbuhan anak kambing kacang
43 – 80 g/h
Bobot sapih
4 – 10.2 Kg
Bobot dewasa kelamin betina
20 Kg
Bobot dewasa kelamin jantan
25 Kg
Bobot dewasa tubuh kambing kacang
20 – 30 Kg
Persentase karkas
45 - 50 %
Bobot karkas a. kambing kacang
9.7 Kg
b. kambing peranakan etawah
11.8 Kg
Lampiran 2. Reproduktivitas kambing Kacang Uraian
Nilai Rataan
Beranak tunggal
43.5%
Beranak kembar 2
52.5%
Beranak kembar 3
4.0%
Umur disapih
3 – 5 bulan
Umur dewasa kelamin (betina)
8 – 12 bulan
Umur dewasa kelamin (jantan)
6 – 8 bulan
Umur induk pertama kali dikawinkan
9 – 12 bulan
Umur pejantan pertama kali dikawinkan
12 bulan
Umur dewasa tubuh betna
15 – 18 bulan
Umur dewasa tubuh jantan
10 bulan
Siklus birahi
19 – 23 hari
Lama birahi
2 hari
Waktu yang tepat dikawinkan, setelah terlihat tanda tanda birahi
12 – 18 jam
Lama kebuntingan
150 hari ( 5 bulan )
Interval beranak
7 – 8 bulan sekali