Serambi Akademica, Vol. IV, No. 1, Mei 2016
ISSN : 2337 - 8085
PENGEMBANGAN PORTOFOLIO ASSESSMENT PADA PEMBELAJARAN MATAKULIAH GEOMETRI RUANG DI PGSD FKIP UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH Burhanuddin1, Erdi Surya2 1 Pendidikan Matematika FKIP USM 2 Pendidikan Biologi FKIP USM ABSTRAK Konsep Geometri Ruang masih dianggap sangat sulit untuk dipahami dalam matakuliah Geometri di PGSD. Permasalahan ini terjadi, karena adanya anggapan geometri ruang mempunyai tingkat kesulitan yang tinggi dan sulitnya penyesuaian mahasiswa dengan pembelajaran yang ada di Perguruan Tinggi. Selain itu, penilaian dosen juga dianggap lebih menitikberatkan pada aspek kognitif. Oleh karena itu, perlu adanya pengembangan penilaian yang dapat mencakup secara keseluruhan aspek yaitu: aspek kognitif, afektif, psikomotorik, dan emosional. Target khusus dalam penelitian ini adalah: (1) dapat menghasilkan instrument portofolio assessment pada pembelajaran geometri ruang yang dilengkapi silabus dan kontrak perkuliahan, (2) buku panduan mahasiswa, (3) lembar kerja mahasiswa, (4) buku pegangan guru SD pada pembelajaran geometri SD, (5) jurnal nasional, (6) jurnal internasional, (7) workshop guru SD se Aceh Besar, dan (8) buku authentic assessment mahasiswa. Penelitian dilakukan dengan sampel mahasiswa PGSD FKIP Universitas Serambi Mekkah. Diharapkan setelah penelitian ini selesai mereka dapat menerapkan langsung ilmunya untuk murid di SD dalam mempelajari geometri. Pengembangan penelitian ini dilaksanakan dalam 5 (lima) tahapan pengembangan Plomp yang dimodifikasi dengan tahapan pengambangan material oleh Nieveen pada 3 aspek kualitas, yaitu: aspek kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan (metode). Sehingga diharapkan mendapatkan keseluruhan aspek penilaian pada geometri. Kata Kunci: Portofolio, Assessment, Geometri Ruang, PGSD PENDAHULUAN Geometri merupakan suatu matakuliah yang sangat fundamental dalam membentuk kemampuan matematika bagi mahasiswa S1 PGSD. Pentingnya, pemahaman konsep geometri karena dalam kenyataan bahwa ada beberapa konsep geometri secara sederhana dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari maupun konteks pengembangan ilmu lainnya. Secara fundamental ternyata hampir semua konsep yang dipelajari di matakuliah lainnya menggunakan konsep-konsep yang ada dalam geometri. Pembelajaran matakuliah geometri di S1 PGSD, mahasiswa sebagai calon guru harus mampu memahami konsep-konsep geometri dengan baik, mulai dari kurva, garis sejajar, segitiga, segiempat, lingkaran, dan bidang sejajar, bidang berpotongan, bidang diagonal, bidang prontal, serta macam-macam bangun ruang. Semua konsep ini 77
Burhanuddin, dan Erdi Surya
mahasiswa harus menguasainya dengan baik sehingga pada akhirnya dapat mengaplikasikannya. Kenyataan di lapangan memperlihatkan sebagian mahasiswa kesulitan memahami konsep-konsep geometri. Hal ini terlihat dari nilai geometri, rata-rata mereka peroleh kurang memuaskan, yaitu: tiap tahun rata-rata IPK kurang dari 3. Dugaan sementara: (1) konsep geometri ruang memiliki kesukaran yang tinggi, (2) pembelajaran di SMA berbeda dengan perguruan tinggi sehingga kebanyakan mahasiswa bingung dengan sistem pembel-ajarannya, dan (3) penilaian dosen cenderung pada pemahaman konsep kognitif, dan kurang memperhatikan aspek afektif dan psikomotorik. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan assessment yang bisa mengukur kompetensi mahasiswa PGSD secara keseluruhan disebut authentic assessment yang pelaksanaannya melalui portofolio. Penerapan authentic asses-sment ini bertujuan untuk mengembangkan keseluruhan aspek penilaian yang mencakup kognitif, afektif, psikomotorik, dan emosional mahasiswa. Authentic assessment diterapkan untuk memperdalam pengetahuan mahasiswa PGSD agar mampu mengenali dan memahami konsep geometri ruang serta dapat mendemontrasikan dan mengaplikasikan di SD. Tujuan utama penerapan model assessment ini, supaya mahasiswa PGSD meninggalkan assessment konvensional yang biasa digunakan oleh guru, karena dipandang kurang relevan dengan kondisi riil peserta didik. Bangun ruang tersusun dari beberapa bangun datar yang membentuk ruang tertutup. Karena itu, jika sebuah bangun ruang “dibuka” selimutnya, maka ditemukan susunan bentuk-bentuk bangun datar yang membentuknya disebut jaring-jaring. Secara umum, bangun ruang dibagi menjadi tiga jenis yaitu: prisma, limas, dan bola. Contoh: limas segitiga, limas segiempat, kerucut. Limas atau prisma diberi nama sesuai dengan bentuk alasnya. Bola bangun ruang yang tidak memiliki garis lurus. Untuk mengetahui kemajuan belajar mahasiswa, dosen perlu melakukan penilaian. Kedudukan penilaian sangat penting bagi keberhasilan melaksanakan tugas utamanya tentang pembelajaran. Pada akhir suatu program pendidikan, pengajaran ataupun pelatihan pada umumnya diadakan penilaian. Tujuannya, untuk mengetahui suatu program pendidikan, pengajaran, ataupun pelatihan telah dikuasai oleh peserta. Penilaian authentic mengukur masukan, proses, dan luaran pembelajaran (Permendikbud 81a, 2013). Penilaian authentic assessment adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Authentic memandang penilaian pembelajaran secara terpadu. Penilaian authentic harus mencerminkan masalah dunia nyata, menggunakan berbagai cara dan kriteria kompetensi utuh merefleksi-kan pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Penilaian authentic tidak hanya mengukur apa yang diketahui oleh peserta didik, tetapi lebih menekankan mengukur apa yang dapat di-lakukan oleh peserta didik. Panduan praktis di atas sesuai dengan hasil analisis Jon Mueller sebagaimana yang terlihat pada tabel dibawah.
78
Serambi Akademica, Vol. IV, No. 1, Mei 2016
ISSN : 2337 - 8085
Penilaian Tradisional Penilaian Authentic Memilih/merespon: pelajar Melaksanakan kegiat-an: pelajar me-lakukan memilih jawaban, menentukan aktivitas yang sesungguh-nya sehingga pilihan, dan menjawab dengan memper-oleh pengalaman belajar. uraian. Dikondisikan: Aktivitas pelajar Kenyataan hidup: pengajar menilai ke-nyataan dikondisikan sesuai dengan yang se-sungguhnya pelajar laku-kan pada keinginan penguji, seperti memilih kehidupan nyata dalam waktu pendek. jawaban yang dikondisikan guru. Mengingat/menyata-kan: pelajar Konstruksi/aplikasi penilaian autentik memmengingat atau menyatakan perhatikan pelajar meng-analisis atau menginformasi informasi yang mereka aplikasikan ilmu dalam proses berkreasi, berkuasai. inovasi atau mencipta. Struktur dirancang: pelajar perlu Struktur perilaku di-kembangkan pelajar: berhati-hati untuk mengembangkan penilaian autentik mem-beri ruang kepada struktur yang pengajar harapkan, pelajar mengembangkan konstruksi sesuai memenuhi target seperti yang guru dengan keinginannya. inginkan. Bukti tidak langsung: dalam Bukti langsung: dalam penilaian autentik penilaian tradisional melalui tes peng-ajar memperoleh bukti langsung tentang pilihan ganda, misalnya per-kembangan kompetensi yang ditunjukkan memperoleh bukti kompetensi pelajar secara langsung. pelajar tidak langsung. John Mueller: http://jfmueller.faculty.noctrl.edu/toolbox/whatisit.htm. METODE PENELITIAN Berdasarkan masalah dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, maka jenis penelitian ini termasuk penelitian pengembangan (develop-mental research). Menurut Seels dan Richey (dalam Richey dan Nelson, 1996) penelitian pengambangan berorientasi pada pengembang-an produk dimana proses pengembangannya dideskripsikan seteliti mungkin dan produk akhirnya dievaluasi. Dalam penelitian ini yang dikembangkan berupa model pembelajaran, perangkat pembelajaran, dan instrumen-instrumen yang diperlukan. Proses pengembangan berkaitan dengan legiatan pada setiap tahap pengembangan. Produk akhir dievaluasi berdasarkan aspek kualitas produk yang ditetap-kan. Pengembangan dilakukan mengikuti 5 tahapan pengembangan model perancangan pendidikan dari Plomp. Model perancangan pendidikan ini masih terlalu umum, sehingga perlu dilakukan modifikasi dengan mengkombinasikan tahapan pengembangan material (produk) oleh Nieveen tentang 3 aspek kualitas, yaitu: aspek kevalidan, aspek kepraktisan, dan aspek keefektifan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pada Fase Investigasi Awal Pada tahapan ini dilakukan kajian tahapan (1) permasalahan pembelajaran geometri ruang di PGSD, (2) teori-teori yang relevan dengan porfotolio assessment, (3) teori tentang pengembangan model pembelajaran, (4) analisis kondisi mahasiswa, dan 79
Burhanuddin, dan Erdi Surya
(5) analisis kurikulum. Hasil investigasi awal pengembangan pembelajaran geometri ruang portofolio assessment, dijelaskan beriktu. Beberapa masalah pembelajaran geometri (1) nilai rata-rata geometri mahasiswa kurang dari 3, (2) konsep dalam geometri ruang memiliki kesukaran agak tinggi, (3) pem-belajaran di sekolah menengah atas berbeda dengan perguruan tinggi sehingga kebanyakan mahasiswa kerkejut dengan sistem pem-belajarannya, dan (4) penilaian dosen lebih cenderung pada pemahaman konsep secara kognitif, dan kurang memperhatikan aspek afektif dan psikomotorik. Kenyataan tersebut mengindikasikan bahwa perlu ada pem-benahan pembelajaran geometri. Dalam hal ini untuk pembentukan dan pengembangan kemampuan berfikir kreatif mahasiswa. Dengan demikian, pembelajaran geometri diharapkan mengalami beberapa perubahan paradigm antara lain: (1) perubahan perilaku belajar mengajar, (2) berorientasi tujuan pembelajaran geometrid dan strategi pem-belajaran yang disesuaikan dengan karakteristik geometri khususnya geometri ruang kaitannya dengan portofolio assessment, dan (3) aspek penilaian tidak hanya unsur kognitif, melainkan juga unsur lainnya, yaitu aspek afektif dan psikomotorik. Perubahan paradigma di atas, mengakibat-kan perlu adanya scenario baru pembelajaran geometri untuk mengembangkan kemampuan berfikir kreatif, yaitu dalam konteks penilaian portofolio assessment dapat diartikan sebagai kumpulan karya atau dokumen peserta didik yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi yang diambil selama proses pembelajaran, digunakan oleh pengajar dan peserta didik untuk menilai dan memantau perkembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik dalam geometri ruang. Penilaian autentik, dilakukan secara menyeluruh untuk menilai masukan, proses, dan keluaran pembelajaran: (1) terpadu dengan pembelajaran, (2) menilai kesiapan, proses, dan hasil belajar peserta didik secara utuh, (3) meliputi ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan, (4) relevan dengan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran, dan (5) tidak hanya mengukur yang siswa ketahui, tetapi mengukur yang peserta didik lakukan. Hasil pada Fase Desain Dasar penyusunan SAP adalah komponen-komponen pembelajaran (terutama sintaks pembelajaran), analisis kurikulum, analisis topik, dan analisis tugas yang dijabarkan ber-dasarkan materi pembelajaran untuk mencapai sub-sub kompotensi yang diterapkan. Berdasarkan analisis kurikulum, dipilih satu kompotensi, yaitu: “bangun ruang”. Kompotensi dasar dan kriteria kinerja dirumuskan kembali agar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Berdasarkan analisis topik ditetapkan banyak waktu yang tersedia untuk mengajarkan kompotensi tersebut adalah 7 kali pertemuan. Lembar Kegiatan Mahasiswa (LKM) dirancang mengacu pada unsur-unsur portofolio assessment. LKM disusun dengan sistematika: (1) persepsi, (2) tujuan, (3) materi, dan (4) kesimpulan, serta soal bangun ruang, kemudian ditutup dengan latihan dan tugas mingguan. Sedangkan jawaban latihan di LKM diberikan untuk pegangan pengajar dalam menuntun mahasiswa. Kegiatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah memilih formatdan jenis instrumen yang dibutuhkan, menetapkan aspek dan indicator pengukuran kevalidan, keterlaksana-an, dan keefektifan portofolio assessment untuk masing-masing jenis instrumen, merancang aturan dan kriteria penentuan validitas dan reliabilitas masingmasing jenis instrumen. 80
Serambi Akademica, Vol. IV, No. 1, Mei 2016
ISSN : 2337 - 8085
Hasil pada Fase Realisasi Pertama hasil realisasi SAP. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan adalah Satuan Acara Perkuliahan (SAP), dan LKM. Secara operasional sintaks portofolio assessment diuraikan dalam satuan acara perkuliahan. Kegiatan pembelajaran berisikan uraikan kegiatan mahasiswa dan pengajar menurut langkah-langkah pembelajaran beserta alokasi waktu yang direncanakan. Kedua Hasil realisasi Lembar Kerja Mahasiswa (LKM) dan Buku Panduan Mahasiswa (BPM). Di dalam LKM dan BPM dimuat langkah-langkah pemecahan masalah dan kegiatan yang mendorong mahasiswa untuk mengkomukanikasikan ide mereka dalam bentuk tulisan. Dari proses pemecahan masalah, mahasiswa dituntut membangun konsep dan menuliskannya dengan kata-kata sendiri pada temapt telah tersedia di LKM tersebut. Kegiatan akhir pada LKM disajikan soal-soal aplikasi kemampuan mengaitkan kehidupan sehari-hari dengan geometri ruang. Hasil Fase Tes, Evaluasi, dan Revisi Uji kelayakan lembar validasi. Seluruh instrument dalam penelitian ini terlebih dahulu diuji kelayakannya atau divalidasi oleh pakar dan praktisi, sebelum dipergunakan untuk mengukur kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan portofolio assessment. Kelayakan setiap instrumen ditinjau dari 5 aspek, yaitu: (1) petunjuk penggunaan instrumen, (2) materi (isi dan tujuan), (3) konstruksi, (4) bahasa, dan (5) peneilaian secara umum (hasil). Validator memberikan check list pada kolom y (valid) atau tidak (tidak valid). Pemberian 2 pilihan (option) ini dimaksudkan untuk memberikan ketegasan kepada validator untuk menilai layak/tidak lembar validasi digunakan atau tidak digunakan. Dengan demikian, keputusan yang diperoleh: valid (dapat langsung dipergunakan), tidak valid (dibuang atau direvisi). Validator pada uji kelayakan lembar validasi ini ada 4 orang. Data hasil penilaian validator terhadap instrumen validasi dapat dilihat pada lampiran. Rekapitulasi dan analisis data hasil uji kelayakan dan keterangan revisi yang dilakukan disajikan berikut ini. Hasil validasi SAP. Data penilaian validator terhadap SAP. Rerata nilai indikator diperoleh dari hasil bagi jumlah nilai-nilai indikator untuk setiap aspek yang diberikan masing-masing validator dengan banyaknya indicator pada aspek tersebut. Nilai aspek diperoleh dari hasil bagi jumlah rerata nilai yang diberikan validator untuk masing-masing indikator dengan banyaknya indikator untuk masing-masing aspek. Nilai Va atau nilai rerata total adalah 4,46 yang diperoleh dari hasil bagi jumlah nilai aspek dengan banyaknya aspek penilaian kevalidan SAP. Jika dirujuk pada kriteria penentuan tingkat kevalidan yang tetapkan, maka dapat dinyatakan bahwa SAP yang dikembangkan memiliki tingkat kevalidan pada kriteria valid. Beberapa catatan yang diperoleh dari validator untuk perbaikan ini SAP 1) Koreksi bahasa, agar bahasa yang dipergunakan dalam SAP sederhana dan mudah difahami oleh pengajar. 2) Perlu dipertegas lagi tentang aktivitas mahasiswa dan pengajar pada saat mahasiswa dalam pelaksanaan portofolio bangun ruang dalam latihan dan tugas. 3) Alokasi waktu setiap tahapan pembelajaran. 81
Burhanuddin, dan Erdi Surya
Berdasarkan masukan validator tersebut selanjutnya dilakukan beberapa revisi untuk penyempurnaan SAP yang sedang dikembangkan. Dari aspek bahasa, perbaikan atau revisi dilakukan langsung pada kata atau kalimat yang belum jelas atau kurang baik. Hasil validasi dan revisi LKM, BPM, dan Buku Autentik Assessment Mahasiswa (B2AM). Data hasil penilaian validator terhadap LKM, B2AM, dan BPM dari masing-masing validator. Rerata nilai, diperoleh dari hasil bagi jumlah nilai-nilai indikator untuk setiap aspek yang diberikan masing-masing validator dengan banyaknya indikator pada aspek tersebut. Nilai aspek diperoleh dari hasil bagi jumlah rerata nilai yang diberikan validator untuk masing-masing indikator dengan banyaknya indikator untuk masing-masing aspek penilaian kevalidan LKM, B2AM, dan BPM pada kriteria penetuan tingkat kevalidan yang telah ditetapkan sebelumnya, maka dapat dinyatakan bahwa LKM, B2AM, dan BPM yang dikembangkan memiliki tingkat kevalidan pada tingkat valid nilai Va atau nilai rerata total adalah 4,45. Beberapa catatan yang diperoleh dari validator untuk perbaikan isi LKM, B2AM, dan BPM adalah: 1) Koreksi bahasa, agar bahasa yang dipergunakan dalam LKM, B2AM, dan BPM sederhana dan mudah difahami oleh mahasiswa. 2) Langkah memfalisitasi mahasiswa memahami konsep yang dituju hendaknya dijabarkan lebih lanjut sesuai tingkat berfikir mahasiswa dalam menafsirkan bangun ruang dengan kehidupan sehari-hari harus jelas dan tugas yang dikerjakan oleh kelompok dan individual. Berdasarkan masukan validator tersebut selanjutnya dilakukan beberapa revisi untuk penyempurnaan LKM, B2AM, dan BPM yang sedang dikembangkan. Dari aspek bahasa, revisi dilakukan langsung pada kata atau kalimat yang belum jelas atau kurang baik. Hasil validasi oleh pakar dan revisi tes. Rerata nilai indikator dari hasilbagi jumlah nilai-nilai indikator untuk setiap aspek yang diberikan masing-masing validator dengan banyaknya indikator pada aspek tersebut. Nilai aspek diperoleh dari hasibagi jumlah rerata nilai yang diberikan validator untuk masing-masing indikator dengan banyaknya indikator untuk masing-masing aspek. Nilai Va atau nilai rerata total adalah 4,45 yang diperoleh dari hasilbagi jumlah nilai aspek dengan banyaknya aspek penilaian kevalidan tes hasil belajar. Nilai Va = 4,45 jika dirujuk pada kriteria penentuan tingkat kevalidan yang telah ditetapkan, maka dapat dinyatakan bahwa tes hasil belajar yang dikembangkan memiliki kevalidan pada tingkat valid (content validity). Beberapa catatan yang diperoleh dari validator untuk perbaikan tes hasil belajar adalah koreksi bahasa, agar bahasa yang dipergunakan dalam soal (tes hasil belajar) sederhana dn mudah dipahami mahasiswa. 1) Pertanyaan di setiap soal hendaknya diperinci, dan 2) Perlu adanya petunjuk, bila dipandang perlu. Berdasarkan masukan validator tersebut selnjutnya dilakukan beberapa revisi untuk penyempurnaan tes hasil belajar yang sedang dikembangkan. Dari aspek bahasa, revisi dilakukan langsung pada kata atau kalimat yang belum jelas atau kurang baik.
82
Serambi Akademica, Vol. IV, No. 1, Mei 2016
ISSN : 2337 - 8085
PENUTUP Berdasarkan temuan-temuan dan hasil analisis data dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Pengalaman pakar dan data persepsi dapat disimpulkan bahwa pengembangan portofolio assessment pembelajaran geometri kopetens “bangun ruang” yang dikembangkan dapat diterapkan secara praktis dan efektif dalam pelaksanaan pembelajaran geometri ruang untuk mahasiswa PGSD USM menggunakan perangkat pembelajaran yang disediakan. 2. Menghasilkan perangkat pendukung portofolio assessment dalam pelaksanaan pembelajaran geometri authentik assessment melalui portofolio kompetensi “bangun ruang” yang akan memenuhi kriteri kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan. Perangkat pembelajaran terdiri dari SAP, BPM, B2AM, buku pegangan guru, dan intrumen lainnya. 3. Pengalaman pakar dan data persepsi. Pembelajaran geometri kompetensi “bangun ruang” dapat diuji cobakan pada mahasiswa PGSD. Bertujuan agar mahasiswa PGSD semakin mengetahui dan menyadari bahwa aspek penilaian tidak hanya untuk kognitif, melainkan juga aspek afekti dan psikomotorik untukdapat meningkatkan kreativitas mahasiswa PGSD dalam pembelajaran geometri ruang. 4. Untuk mahasiswa, dapat dijadikan sebagai tahap awal pelatihan dalam mengaplikasikan kompetensi geometri ruang di SD. 5. Bagi mahasiswa PGSD portofolio assessment pada geometri bangun ruang dapat dijadikan acuan dalam pembelajaran di sekolah dasar. DAFTAR PUSTAKA Angari, Angie Siti. 2005. Rubrik sebagai salah satu alat assessment. Makalah disajikan dalam seminar nasional pendidikan matematika, himpunan matematika Indonesia bekerjasama dengan SBI MADANIA Parung, Bogor, 9-11 April. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdiknas 2015. Pengembangan Sistem Assessment Berbasis Kompetensi, Buku I Pedoman Umum. Jakarta: Dirjen Dikti. Kahfi, Muhammad, Shohibul. 2005. Panduan Belajar Mengembangkan Perangkat Pembelajaran Matematika dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Malang: FMIPA UM Karim, Muchtar, Abdul. 2004. Assessment Authentic dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah. Makalah Disajikan dalam Seminar dan Workshop Calon Fasilitator Kolaborasi FMIPA UM-MGMP kota Malang. Malng, 19-20 Maret 2004. Murni, 2013. Open-Ended Approach In Learning to Improve Students Thinking Skills In Banda Aceh International Journal of Independent Research and Studies-IJIRS (pp. 95-101) Malaysia. Murni, Muhammad Uzy, Noorsyah Saad. 2014. Context-Besed Mathematics Learning. Innovation and Development in Teaching and Learning (pp. 97-103). Kuala Lumpur: Sultan Idris Education University. 83
Burhanuddin, dan Erdi Surya
Plomp, Tjeerd, 2001. Development Research in on Educational Development. Makalah disampaikan untuk seminar Nasional “Pendidikan Matematika Realistik Indonesia” di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, tanggal 14-15 Nopember 2001. Reigeluth, C.M. 1996. “What in instructional Design Theory and How is It Changing?”. In Reigeluth, C.M. (Ed) Instructional design Theoris and Models: A New Paradigm of Instructional. Richey, R. and Nelson. 1996. “Developmental Research”. In Jonasse (Ed) Handbook of Resear for Educational Communications and Technology. New York: Macmillan Simon and Schuster. Setyono, B. 2004. Penilaian Authentic dalam KBK. Dalam Jurnal Pengembangan Pendidikan Vol. 2 No. 4tahun 2005. Surapranata, S. & Hatta, M. 2006. Penilaian Portofolio. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Yasin, Anas. 2002. Penerapan Model Assessment Portofolio pada Pengajaran Bahasa Inggris. Gentengkali. Vol. 4 (3 dan 4), halaman 64.
84