ISSN: 1693 – 7775 Jurnal Pencerahan Volume 6,, Nomor 2, 2 (September) 2012 Halaman 75-83
Majelis Pendidikan Daerah Aceh
Pendidikan Agama Islam di Mekkah dan an Serambi Mekkah Tasnim Idris Institute nstitute Agama Islam Negeri Ar-Raniry Ar – Banda Aceh Abstrak : Paper ini akan memaparkan penelurusan perjalanan erjalanan pendidikan agama di Mekkah dan Serambi Mekkah (Aceh). Mekkah dan Serambi Mekkah dua wilayah yang dianggap oleh penduduknya mempunyai keistimewaan, walaupun demikian dua daerah itu tetap menerima pengaruh dari daerah lain. Sebagai contoh pendidikan n halaqah di masjid telah ada pada masa sahabat Rasul saw , namun demikian perkembangan zaman mendorong masyarakat kedua wilayah ini untuk memilih model pendidikan modern yang dikelola oleh Kementerian Pendidikan dan Pengajaran atau Kementerian Agama. Jadi masjid menjadi pusat kegiatan umat pada masa lalu sudah diambil sebagian perannya oleh dinas atau kementerian pada masa sekarang. sekarang Pada masa sekarang ini sangat diperlukan fatwa atau terobosan baru dari pimpinan dayah seperti transaksi dengan perbankan setelah telah mereka membuka diri untuk belajar di luar negeri atau memanfaatkan kunjungan para ulama ke luar negeri yang dikelola oleh Badan Pemberdayaan dan Pengembangan Dayah Aceh Kata Kunci: Pendidikan Agama, Serambi Mekkah
Pendahuluan Kata Mekkah dalam tulisan ini adalah Kerajaan Arab Saudi, sebab kota Mekkah adalah kota suci umat Islam merupakan salah satu kota besar dalam Kerajaan Arab Saudi. Sebutan kota Mekkah lebih populer dikalangan kaum muslimin dibandingkan sebutan Kerajaan Arab Saudi. Kaum muslimin muslimin ingin mengunjungi kota suci ini setiap tahun berbeda dengan kota Riyadh sebagai ibu kota Kerajaan Arab Saudi. Kota ini pusat agama Islam karena di kota ini mulanya turun Al-Qur’an Qur’an dan tempat melaksanakan rukun Islam yang kelima. Kata Serambi Mekkah indentik ndentik dengan kata Aceh. Kata Serambi Mekkah salah satu dari nama Aceh. Aceh memilki beberapa nama diantaranya Atjeh yang ditulis dalam ejaan lama. Setelah Aceh menjadi salah satu provinsi Republik Indonesia namanya berubah menjadi Daerah Istimewa Aceh. Nama Nama ini berubah lagi menjadi Nanggroe Aceh Darussalam. Tidak lama kemudian nama ini berubah menjadi Provinsi Aceh. Kata Aceh identik dengan Islam. Sebab orang Aceh semuanya orang Islam. Itulah sebabnya daerah ini dijuluki dengan Serambi Mekkah. Kehidupan masyarakat asyarakat di Mekkah dan Serambi Mekkah berdasarkan satu kebudayaan yaitu kebudayaan Islam. Falsafah hidup masyarakat dalam Kerajaan Arab Saudi berdasarkan agama Islam. Masyarakat Aceh telah sepakat menjadikan Islam sebagai petunjuk dalam kehidupan mereka secara secara pribadi dan kelompok. Oleh sebab itu Provinsi Aceh adalah satu-satunya satunya provinsi yang secara resmi berupaya untuk menerapkan ajaran Islam secara kaffah, sehingga di provinsi ini terdapat Dinas Syariat Islam yang tidak ada di provinsi lain di Indonesia. Indonesia Telah banyak peraturan daerah diciptakan untuk mengatur kehidupan masyarakat Aceh. Peraturan daerah dirubah namanya dengan sebutan qanun (berbahasa Arab) yang merupakan ciri khas penerapan Syariat Islam. Kebudayaan Islam baru muncul dengan munculnya agama agama Islam. Sebelum lahir ajaran Islam di Mekkah terdapat kehidupan jahiliyah. Kaum jahiliyah tidak mengenal Allah, mereka beribadat dengan menyembah berhala. Kehidupan sehari-hari hari diwarnai dengan tingkah laku saling bersaing secara tidak sehat. Siapa yang kuat ku menjajah mereka yang lemah. Kasta yang kaya mengeksploitasi kasta yang lemah dan miskin. Kasta yang kaya melahirkan keturunan yang terhormat dan bermartabat. Kasta yang miskin terus melahirkan keturunan yang lemah dan tertindas. Keturunan menentukan martabat rtabat seseorang. Kehidupan bermasyarakat di kalangan mereka diatur oleh kekuasaan dan harta benda. Hal yang sama terjadi di Serambi Mekkah. Penduduk daerah ini pada masa lampau menganut agama Hindu. Mereka tidak menyembah Allah. Kehidupan masyarakat Aceh terdiri atas kasta yang mengeksploitasi tenaga kasta yang lemah. Keturunan dari kasta yang terhormat tidak rela kawin dengan keturunan yang dianggap rendah status kehidupannya. Pada masa lampau daerah Aceh berada dibawah naungan agama Hindu. Pengaruh agama ag Hindu diganti dengan pengaruh agama Islam. Perubahan dalam kehidupan ini suatu keniscayaan. Sebuah wilayah tidak mungkin hidup terpisah dari pengaruh daerah lain, atau dengan kata lain kedua daerah itu saling mempengaruhi. Kehidupan dalam alam globalisasi global saling mempengaruhi. Kebudayaan yang kuat pasti mempengaruhi kehidupan masyarakat yang berkebudayaan lemah. Suatu masyarakat yang menganggap kebudayaannya paling unggul tidak akan dipengaruhi oleh kebudayaan yang lain, adalah anggapan yang salah. Anggapan ggapan ini ada dalam masyarakat Arab Saudi dan masyarakat Aceh. Besar kemungkinan –menurut menurut dugaan sementara dari penulispenulis perubahan kebudayaan sebuah masyarakat terjadi melalui perubahan sistem pendidikan. Itulah sebabnya penulis ingin mengetahui perubahan yang terjadi dalam masyarakat Mekkah dan masyarakat Serambi Mekkah. Penulis akan menelusuri perjalanan pendidikan agama pada dua tempat ini melalui tulisan dari penulis yang berasal dari dua tempat tersebut. Sebab penulis berpikir bahwa dari 75
Copyright © 2012 Hak Cipta dilindungi undang-undang undang
ISSN: 1693 – 7775 Jurnal Pencerahan Volume 6,, Nomor 2, 2 (September) 2012 Halaman 75-83
Majelis Pendidikan Daerah Aceh
dua tempat ini lebih mengetahui dan merasakan perubahan yang terjadi dalam masyarakat mereka. Penulis memilih pendidikan agama karena agama Islam yang terdapat di Serambi Mekkah berasal dari Mekkah.
Pendidikan Agama di Mekkah Pada abad ke 19 M Jazirah Arab termasuk wilayah lemah dalam berbagai lapangan karena daerah ini dibawah naungan Dinasty Usmany. Dinasty Usmany sendiri termasuk kerajaan yang sedang sakit pada waktu itu. Ketidakstabilan politik menyebabkan terjadi permusuhan permusuhan dan peperangan antar kabilah yang berakibat kepada kemerosotan ekonomi dalam masyarakat tersebut. Di wilayah Nejd terjadi kekacauan, ketidakamanan dan praktek agama sesuai dengan keinginan pimpinan kabilah tanpa memperhatikan pedoman dari kandungan Al-Qur’an Al dan alHadits karena wilayah ini tidak diperhatikan oleh Dinasty Usmany. Hal ini menyebabkan timbulnya gerakan yang dipimpin oleh Syekh Abdul Wahhab untuk menghilangkan khurafat dan bid’ah. Di wilayah timur tepatnya di Ahsa’ terjadi benturan antara penganut nganut mazhab dan benturan antara tokoh kabilah dalam merebut hati rakyat. Hal ini termasuk salah satu sebab kemorosotan ekonomi masyarakat tambah lagi sumber alam pada saat itu sangat berkurang. Keadaan ini semua memaksa anak muda untuk mencari rezeki dan tidak mempergunakan masa kanakkanak kanak dan masa muda untuk menuntut ilmu. Timbulnya gerakan pendidikan harus ditopang oleh situasi masyarakat yang stabil sehingga pendidikan dapat berkembang dengan baik. Sebenarnya pendidikan dapat merubah keadaan masyarakat masyarakat dari tidak baik menjadi baik. Dengan kata lain bila masyarakat sudah stabil timbullah gerakan pendidikan yang membuat masyarakat yang sudah stabil (baik) menjadi lebih baik. 1 Pendidikan agama sudah berjalan sebelum didirikan Direktorat Jenderal Pendidikan Pendidi pada tahun 1344 H di kuttab, halaqah, rumah para ulama, perpustakaan umum, toko-toko toko toko buku, mahligai para amir. Pendidikan agama pada masa itu terbagi atas: a. Pendidikan Tradisional yang berlangsung di kuttab, halaqah di masjid dan majelis para ulama. b. Pendidikan didikan Resmi yang diatur oleh Dinasty Usmany dengan mempergunakan bahasa Turki sebagai bahasa pengantar. c. Pendidikan swasta yang mirip dengan pendidikan tradisional dalam kurikulumnya tetapi sudah ada usaha pembaharuan dari segi materinya.2 Pada saat Raja Abdul Aziz memimpin Kerajaan Arab Saudi dia mendirikan Direktorat Jenderal Pendidikan yang mengatur sistem pendidikan untuk semua wilayah dalam kerajaan. Direktorat ini didirikan pada tanggal 1 Ramadhan 1344 H. Dalam sistem pendidikan yang berlaku pada waktu waktu itu adalah adanya penyatuan kurikulum, penjenjangan pendidikan dan segala jenis pendidikan berada dibawah naungan ajaran Islam. Diantara hasil kerja keras yang patut dicatat dari Direktorat Jenderal Pendidikan adalah peraturan kerajaan tentang peraturan p pendidikan di sekolah-sekolah sekolah yang dikeluarkan tahun 1347 H, peraturan yang mengatur pendidikan private yang dikeluarkan tahun 1371 H , peraturan pendidikan tentang pendirian fakultas Syariah, fakultas Pendidikan di Mekkah al-Mukarramah. al Pada tahun n 1346 keluar peraturan kerajaan untuk dididrikan Majelis Pendidikan yang beranggotakan para ulama dan cendekiawaan dibawah Direktorat Jenderal Pendidikan. Anggota Majelis Pendidikan ditunjuk sesuai keputusan kerajaan. Salah satu hasil kerja majelis ini adalah adalah penyatuan sistem pendidikan dan menyatakan bahwa pendidikan dasar dilakukan secara paksa dan gratis. Penjenjangan pendidikan menjadi : a. Taman Kanak-Kanak b. Sekolah Dasar c. Tsanawiyah d. ‘Aliyah Pada tahun 1355 H didirikan sekolah Persiapan Tugas Belajar ke Luar Luar Negeri. Sekolah ini bertugas untuk mempersiapkan pemuda untuk dikirim ke luar negeri guna memperdalam ilmu pengetahuan untuk kemudian mengajarkan generasi muda Saudi agar tidak ketinggalan dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Pada tahun 1351 H Raja Abdul Aziz mendirikan Kementerian Pendidikan –sebelumnya sebelumnya merupakan sebuah Direktotarat JendralJendral dan ditunjuk Menteri Pendidikan Pertama Pangeran Fahd –kemudian menjadi Raja Fahd-. Kementerian Pendidikan telah melakukan hal-hal hal berikut : a. Membangun kantor pendidikan endidikan di setiap daerah tingkat satu, membangun 406 sekolah dasar, 79 sekolah menengah pertama, 26 sekolah menengah atas, 18 akademi pendidikan. b. Menambah dana untuk Kementerian Pendidikan sebanyak 7 %. c. Membentuk Badan Tinggi Pendidikan yang bertugas untuk untuk menciptakan policy pendidikan pada Kerajaan Arab Saudi.
1 2
Salim bin Ali al-Wahhabi, al-Ta’lim Ta’lim fi al-Mamlakah, hal 28 Muhammad bin Mu’jib al-Hamid, Hamid, al-Tathawwur al-Tarikhi li nidzam al-Ta’lim, hal 25 76
Copyright © 2012 Hak Cipta dilindungi undang-undang undang
ISSN: 1693 – 7775 Jurnal Pencerahan Volume 6,, Nomor 2, 2 (September) 2012 Halaman 75-83
Majelis Pendidikan Daerah Aceh
Pada tanggal 28 Shafar 1424 H dikeluarkan peraturan kerajaan tentang perubahan Kementerian Pendidikan menjadi Kementerian Pendidikan dan Pengajaran.3 Kementerian ini membimbing dan mengawasi : a. Taman Kanak-Kanak b. Pendidikan anak laki-laki laki terdiri atas • Sekolah Dasar 6 tahun • Sekolah Menengah Pertama 3 tahun • Sekolah Menengah Atas 3 tahun c. Pendidikan anak perempuan (seperti jenjang pendidikan anak laki-laki) laki d. Pendidikan swasta bagi anak laki-laki laki laki dan perempuan (seperti jenjang pendidikan anak laki-laki) laki e. Pendidikan Tahfizh Al-Qur’an Qur’an f. Pendidikan Orang Dewasa dan Pemberantasan Buta Huruf g. Pendidikan kejuruan h. Pendidikan asing (sekolah asing yang ada di kerajaan) Tujuan Pendidikan 4 : a. Taman Kanak-Kanak Kanak adalah disesuaikan dengan kebutuhan anak pada umurnya dengan mengembangkan kepribadiannya sebagai persiapan memasuki sekolah dasar. b. Sekolah Dasar adalah mengembangkan kepribadian anak melalui pendidikan Islam yang konprehensif konpr dalam perkembangan akhlak, phisik, pikiran, bahasa, dan loyalitas kepada umat Islam, dengan penekanan pada kemahiran dasar (bahasa, matematik, dan psikomotorik) c. Sekolah Menengah adalah menanam akidah islamiyah sebagai pedoman dalam tingkah laku dan kegiatan lain, menambah wawasan keilmuan, ketrampilan yang sesuai dengan usia anak didik, sebagai persiapan untuk memasuki jenjang pendidikan di sekolah menengah atas. d. Sekolah Menengah Atas adalah penguatan akidah islamiyah sebagai pedoman dalam memandang jagat raya, manusia, kehidupan dunia dan akhirat. Mengembangkan kemampuan anak didik sesuai dengan umurnya dengan penekanan pada pengembangan cara berpikir, kemampuan meneliti, mengadakan eksperimen, dan kebiasaan mengikuti metode ilmiah. e. Pendidikan Tinggii adalah mempersiapkan mahasiswa untuk berpikir ilmiah dalam berbakti kepada bangsa dan negara dibawah bimbingan akidah islamiyah dan prinsip Islam, melaksanakan penelitian ilmiah, menulis buku dan menghasilkan penemuan ilmiah. Materi yang diajarkan pada : • Halaqah di masjid adalah pelajaran agama, sastera (arab), dan sejarah dalam berbagai jenjang pendidikan sesuai dengan kemampuan pengajar. Bagi anak didik dapat memilih halaqah yang sesuai dengan keinginan dan kemampuannya. Qur’an secara musyafahah (praktek). Mempelajari al-Hadits, al • Kuttab adalah cara membaca dan menghafal Al-Qur’an mukaddimah berhitung dan khat. Materi pelajaran pada Sekolah Tahfizh Al-Qur’an Al sesuai dengan jenjang5 : • Ibtidaiyah : a. Al-Qur’an al-Karim Karim diajarkan 10 s/d 15 jam,kelas 1 s/d kelas 6. 6 b. al-Tajwid Tajwid diajarkan 1 jam , kelas 3 s/d kelas 6. c. al-Tauhid Tauhid diajarkan 1 jam, kelas 1 s/d kelas 6. d. al-Fiqh Fiqh diajarkan 1 jam , kelas 1 s/d 6. e. al-Hadits Hadits diajarkan 1 jam, kelas 5 s/d 6. • Mutawassithah a. Al-Qur’an al-Karim Karim diajarkan 9 s/d 10 jam, kelas 1 s/d 3. b. al-Tauhid Tauhid diajarkan 2 jam, kelas 1 s/d 3. c. al-Tafsir Tafsir diajarkan 2 jam, kelas 1 s/d 3. d. al-Hadits Hadits diajarkan 1 jam, kelas 1 s/d 3. e. al-Tajwid Tajwid diajarkan 2 jam, kelas 1 s/d 3. f. al-Fiqh Fiqh diajarkan 2 jam, kelas 1 s/d 3.
3
Muhammad bin Mu’jib al-Hamid, Hamid, al-Tathawwur al-Tarikhi li nidzam al-Ta’lim, hal 41 Musthafa Abdul Qadir, Siyasah al-Ta’lim al fi al-Mamlakah, hal 63 5 Nabil Abdul Khaliq Mutawalli, Andzimah Ta’limiyah dzatu Ahdaf Naw’iyah, Naw’iyah hal 224. 4
77
Copyright © 2012 Hak Cipta dilindungi undang-undang undang
ISSN: 1693 – 7775 Jurnal Pencerahan Volume 6,, Nomor 2, 2 (September) 2012 Halaman 75-83
Majelis Pendidikan Daerah Aceh
• Tsanawiyyah a. Al-Qur’an al-Karim Karim diajarkan 5 jam, kelas 1 s/d 3. b. al-Qiraat Qiraat diajarkan 3 dan 4 jam, kelas 1 s/d 3. c. Ulumul Qur’an diajarkan 3 jam pada kelas 1 saja. d. Tafsir al-Qur’an al-Karim Karim diajarkan 2 jam, kelas 1 s/d 3. e. al-Hadits Hadits dan Tsaqafah Islamiyah diajarkan 1 jam, kelas 1 s/d 3. f. al-Tauhid diajarkan kan 1 jam, kelas 1 s/d 3. g. al-Fiqh dan al-Faraidh Faraidh diajarkan 1 jam , kelas 1 s/d 3. h. Ushul Fiqh diajarkan 3 jam pada kelas 3. i. Ulumul Hadits diajarkan 2 jam pada kelas 2. • Sekolah Dasar adalah6: Al tajwid, fiqh, akhlak dan al-Hadits Hadits sebanyak 9 jam untuk setiap kelas a. Pendidikan Islam mencakup Al-Qur’an, (1-6 th)/tahun. b. Bahasa Arab mencakup membaca, menulis, mahfudzah, imlak, ta’bir, qawaid diajarkan dalam 9 sampai 12 jam dimulai dari kelas 3 kecuali membaca dan menulis untuk setiap kelas. c. Kemasyarakatan (ijtima’iyah) iyah) mencakup sejarah dan ilmu bumi diajarkan dalam 2 jam dimulai pada kelas empat untuk setiap kelas. d. Berhitung diajarkan dalam 2 sampai 5 jam untuk setiap kelas/tahun. e. Ilmu alam diajarkan dalam 1 sampai 3 jam untuk setiap kelas/ tahun. f. Pendidikan kesenian ian diajarkan dalam 1 sampai 2 jam untuk setiap kelas/tahun. g. Pendidikan kebangsaan diajarkan 1 jam dimulai pada kelas empat/tahun. h. Pendidikan Jasmani diajarkan 2 jam untuk setiap kelas/tahun. - Kelas 1 sampai kelas 2 jumlah jam pelajaran 28 jam pelajaran. - Kelas elas 3 sampai kelas 6 jumlah jam pelajaran 31 jam pelajaran. • Sekolah Menengah Pertama a. Pendidikan Islam mencakup Al-Qur’an, Al al-Hadits, Hadits, tafsir, tauhid, dan fiqh diajarkan 1 sampai 2 jam pelajaran. b. Bahasa Arab mencakup qawaid, membaca, teks arab, ta’bir, dan imlak diajarkan 2 jam untuk qawaid dan materi yang lain diajarkan 1 jam pelajaran. c. Ilmu Kemasyarakatan (ijtima’iyah) mencakup sejarah dan ilmu bumi diajarkan 2 jam pelajaran. d. Ilmu alam diajarkan 4 jam pelajaran. e. Matematika diajarkan 4 jam pelajaran. f. Pendidikan ndidikan kesenian diajarkan 2 jam pelajaran. g. Pendidikan kebangsaan hanya untuk murid laki-laki laki diajarkan 1 jam pelajaran. h. Pendidikan Jasmani untuk murid laki-laki laki diajarkan 1 jam pelajaran. Untuk murid perempuan diganti dengan materi ketrampilan perempuan. Jumlah jam pelajaran kelas 1 sampai 3 adalah 18 jam pelajaran/kelas. • Sekolah Menengah Atas Terbagi atas jurusan agama, jurusan administrasi dan kemasyarakatan, jurusan ilmu pengetahuan alam, dan jurusan teknik. Al al-Hadits, Hadits, tafsir, tauhid, dan fiqh diajarkan 1 sampai 2 jam pelajaran a. Pendidikan Islam mencakup Al-Qur’an, pada semua jurusan th 1 s/d 3. b. Bahasa Arab mencakup nahwu dan sharaf, balaghah dan kritik sastera, sastera, muthala’ah, insya’ diajarkan 1 sampai 2 jam pelajaran pada semua jurusan th 1 s/d 3. c. Ilmu Administrasi mencakup ilmu administrasi, ilmu ekonomi, dan akutansi diajarkan 1 sampai 2 jam pada jurusan administrasi dan kemasyarakatan th 2 dan 3 . d. Ilmu Kemasyarakatan (ijtima’iyah) mencakup sejarah, ilmu bumi, ilmu jiwa, sosiologi. Sejarah dan ilmu bumi diajarkan 1 sampai 2 jam pada jurusan agama, jurusan administrasi dan kemasyarakatan. Ilmu jiwa dan sosiologi diajarkan 1 jam pada jurusan administrasi dan kemasyarakatan th 1 s/d 2. e. Scain mencakup fisika, kimia, biologi, dan ilmu pertambangan pertambangan diajarkan 4 jam pada jurusan ilmu pengetahuan alam. f. Matematika diajarkan 5 jam pelajaran pada tahun pertama untuk semua jurusan, diajarkan 4 jam pelajaran pada jurusan agama, jurusan administrasi dan kemasyarakatan, diajarkan 6 jam pelajaran pada jurusan ilmu pengetahuan alam dari 1 s/d 3. g. Bahasa Inggris diajarkan 4 jam pelajaran pada semua jurusan th 1 s/d 3. 6
Nabil Abdul Khaliq Mutawalli, Andzimah Ta’limiyah dzatu Ahdaf Naw’iyah, Naw’iyah hal 94 78
Copyright © 2012 Hak Cipta dilindungi undang-undang undang
ISSN: 1693 – 7775 Jurnal Pencerahan Volume 6,, Nomor 2, 2 (September) 2012 Halaman 75-83
Majelis Pendidikan Daerah Aceh
h. i. j. k.
Penelitian diajarkan 1 jam pelajaran pada semua jurusan th 1 s/d 3. Pendidikan Jasmani diajarkan 1 jam pelajaran pada semua jurusan th 1 s/d 3. Pendidikan Kewargenegaraan diajarkan 1 jam pelajaran pada semua jurusan th 1 s/d 3. Ketrampilan diajarkan 1 jam pelajaran pada semua jurusan th 1 s/d 3.
Sekolah Menengah Atas terbagi atas laki-laki laki laki dan perempuan. Materi diatas untuk anak didik laki-laki, sedangkan untuk anak didik perempuan sebagai berikut. Jurusan yang tersedia bagi anak didik perempuan adalah jurusan IPS dan IPA. • Materi yang diajarkan : a. Pengetahuan Agama tahun pertama dan kedua diajarkan 4 jam pelajaran dan tahun ketiga diajarkan 3 jam pelajaran pada setiap jurusan. b. Bahasa Arab diajarkan 9 jam pelajaran pada kelas 1 , pada kelas 2 dan 3 jurusan IPS diajarkan 11 jam dan IPA diajarkan 4 jam. c. Ilmu Kemasyarakatan diajarkan 4 jam pada kelas 1. Pada kelas 2 dan 3 hanya diajarkan diaja pada jurusan IPS 8 jam pelajaran. d. Matematika diajarkan 5 jam pada semua jurusan. Pada kelas 2 dan 3 diajarkan 7 jam pada jurusan IPA. e. Sains diajarkan 6 jam pada kelas 1. Pada kelas 2 hanya diajarkan pada jurusan IPA 7 jam pelajaran. f. Bahasa Inggris diajarkan ajarkan pada semua jurusan dan tingkat sebanyak 4 jam. g. Ekonomi Rumah Tangga dan Pendidikan Kesenian diajarkan pada kelas 1 dan 2 jurusan IPA dan IPS. h. Kepustakaan diajarkan 1 jam pada kelas 1 dan pada kelas 2 hanya diajarkan 1 jam jurusan IPS. Jumlah jam pelajaran elajaran kelas 1 sampai 3 adalah berkisar antara 28 dan 35 jam pelajaran/kelas . Beberapa kendala dalam penerapan pendidikan dan pengajaran pada7 : • Taman Kanak-Kanak a. Kurang kerja sama antara wali murid dengan pihak taman kanak-kanak. kanak kanak. Wali murid mengantar anaknya ke taman kanak-kanak kanak karena kesibukan mereka sehari-hari. sehari hari. Wali murid merasa lepas tanggung jawab karena telah menitip anaknya pada pihak taman kanak-kanak. kanak b. Lemah manajemen dan proses belajar mengajar pada taman kanak-kanak. kanak • Sekolah Dasar8 a. Putus sekolah kolah yaitu anak didik setelah belajar beberapa tahun pada sekolah dasar keluar dari sekolah karena tidak ada bimbingan dari orang tua dan atau merasa berat mengikuti pelajaran karena guru mengajar dengan cara yang tidak benar menurut ilmu pendidikan. b. Anak tinggal kelas yang berakibat kepada rasa jenuh dalam belajar pada kelas yang sama. c. Ada guru yang tidak layak menjadi pengajar di sekolah dasar. • Sekolah Menengah Pertama a. Ada buku ajar yang kurang cocok dengan perkembangan kepribadian anak didik. b. Akidah islamiyah amiyah belum mampu membimbing anak didik untuk berkepribadian muslim c. Guru belum memberi teladan dalam berprilaku islami kepada anak didik d. Lemah manajemen dan proses belajar mengajar. • Sekolah Menengah Atas a. Sekolah belum berhasil mendidik anak didik untuk menghayati dan membela akidah islamiyah b. Sekolah belum berhasil membina anak didik untuk loyal kepada negara dan bangsa c. Sebagian guru mengajar materi ajar dengan metode yang tidak dapat mengembangkan cara berpikir anak didik, dengan istilah sekarang belum PAKEM. P d. Sebagian anak didik yang drop out dari sekolah akan menjadi penganggur dan pengacau keamanan.
Pendidikan Agama Islam di Serambi Mekkah Para saudagar Arab menjalankan dua fungsi dalam kegiatan mereka berpindah dari jazirah Arab ke tempattempat tempat yang lain. Fungsi pertama dan merupakan tugas suci adalah menyebarkan ajaran Islam, mengikuti jejak Rasul saw yang pernah berhijrah dari Mekkah ke Madinah. Fungsi kedua dan nyata adalah mencari nafkah, mengikuti kebiasaan nenek moyang mereka yang suka berpindah dari suatu tempat ke tempat di sebelah utara pada musim panas, ke tempat di sebelah selatan pada musim dingin. Para saudagar Arab ketika sampai di tanah Aceh bergaul dengan anak negeri dengan mempergunakan senjata yang ampuh yaitu akhlak yang mulia, mereka dapat mengambil hati penduduk Aceh. Mereka membangun tempat shalat berjamaah mengikuti petunjuk Rasul saw “ Jika kamu bertiga angkatlah salah seorang dari kamu menjadi imam.” Sesudah shalat berjamaah mereka mengajar dasar-dasar dasar dasar agama di suatu sudut tempat shalat yang merupakan 7 8
Nabil Abdul Khaliq Mutawalli, Andzimah Ta’limiyah dzatu Ahdaf Naw’iyah, Naw’iyah hal 95 Badran bin Juwai’id al-‘Utaibi, Musykilat al-Ta’lim, al hal 229 79
Copyright © 2012 Hak Cipta dilindungi undang-undang undang
ISSN: 1693 – 7775 Jurnal Pencerahan Volume 6,, Nomor 2, 2 (September) 2012 Halaman 75-83
Majelis Pendidikan Daerah Aceh
cikal bakal bagi sebuah model pendidikan Islam. Mereka kawin dengan anak negeri dan membuat rumah untuk keluarga kecil dan keluarga besar. Di rumah ini diperuntukkan sebuah tempat bagi pengajian agama untuk muridmurid murid yang ingin memperdalam ilmu agama. Pengajian di masjid dan rumah ulama dilakukan secara gratis, karena sang guru mengajar demi memperoleh pahala dari Allah. Adapun para murid memberikan sedekah kepada sang guru, bukanlah imbalan dari pengajian itu tetapi merupakan sebuah penghormatan belaka.9 Peran dayah dalam kehidupan umat Islam sebagai lembaga pendidikan untuk membina generasi muda yang mempunyai ilmuu pengetahuan agama Islam, berakhlak mulia , dan dapat merespon masalah kehidupan duniawi di bawah ajaran Al-Qur’an , al-Hadits, Hadits, ijma’ dan qiyas.Metode pengajaran yang dterapkan di Dayah lebih dominan metode Targhib dan Tarhib. Metode Ini menitik beratkan pada kesadaran keinginan terhadap kekuatan, kenikmatan, kesenangan hidup dan kehidupan abadi yang baik serta ketakuan akan kepedihan, kesengsaraan dan kesudahan yang buruk.10 Dayah memiliki peran dalam membangun akhlak umat, sekaligus sebagai benteng pertahanan pert akhlak. Disamping itu, dayah berperan dalam membina para pejuang muslim dalam mempertahankan aqidah dan tanah air. Dayah telah berjaya menciptakan para pejuang yang berakidah islamiyah, berakhlak mulia seperti Tgk Chik Tanoh Abee, Tgk Chik Ditiro, dan an Tgk Cot Plieng. Pada masa Kerajaan Islam Darussalam dayah telah menawarkan tiga tingkatan pengajaran11: a. Rangkang (yunior) b. Bale (senior) c. Dayah manyang (fakultas) Materi yang diajarkan berkisar pada kitab kuning. Kitab kuning berisi materi pelajaran meliputi : a. Al-Qur’an Qur’an (tajwid, tafsir, dan ilmu tafsir) b. Al-Hadits c. Aqidah/Tauhid d. Akhlak/Tasawuf e. Fiqh f. Bahasa Arab (nahwu, sharf, balaghah) g. Mantiq h. Tarikh (sejarah islam) Pola umum pendidikan di dayah sebagai berikut : a. Adanya hubungan yang akrab antara teungku dengan murid. b. Tradisi ketundukan dan kepatuhan seorang murid terhadap teungku. c. Pola hidup sederhana. d. Kemandirian dan independensi. e. Berkembangnya iklim dan tradisi tolong menolong dan suasana persaudaraan. f. Disiplin ketat. g. Berani menderita untuk mencapai tujuan. h. Kehidupan dengan tingkat relegius yang tinggi. Para Santri tidak membayar uang pendidikan dan semacamnya karena Ilmu pengetahuan agama tidak boleh diperjualbelikan dengan uang.12 Dayah dan masyarakat tidak dapat dipisahkan daripada hubungan persaudaraan Islam. Persaudaraan ini atas dasar keilmuan, ketaqwaan serta keikhlasan untuk memperkokoh hubungan silaturrahmi antara teungku chik, teungku rangkang dengan murid, guru dengan orang tua murid serta dayah dengan imam setempat.13 Dayah adalah lembaga baga pendidikan tertua di Aceh. Dayah Cot Kala adalah dayah pertama muncul di Aceh, setelah itu muncul dayah-dayah dayah yang bertebaran di tanah Aceh seperti Dayah Serele dibawah pimpinan Teungku Syekh Sirajuddin, Dayah Blang Priya dipimpin oleh Teungku Ya’cob, Ya’cob, Dayah Batu Karang dipimpin oleh Teungku Ampon Tuan, dayah Lam Keuneuen dibawah pimpinan Teungku Syekh Abdullah Kan’an. Kan’an adalah nama sebuah kota di Jazirah Arab. Dayah-dayah Dayah dayah tersebut berkembang sebelum tahun 1225 M ( abad ke 13 M).14 9
Tgk Faisal Ali, Dayah Salafi, dalam Refleksi Setengah Abad Pendidikan Aceh, Aceh hal 315 Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-Prinsip Prinsip Prinsip Metode Pendidikan Islam dalam keluarga, di Sekolah dan di Masyarakat, hal. 410 11 Azman Ismail dan Syukrinur, dalam Refleksi Setengah Abad Pendidikan Aceh, Aceh Hal 93 12 Karel A. Steenbrink, Pesantren, Madrasah, Sekolah, Sekolah 1994, hal. 19 13 Tasnim Idris, Penerapan Metode Targhib dan Tarhib dalam Pendidikan Islam, Islam, Progam Pasca Sarjana IAIN Ar-Raniry, 2005, hal 2 14 Fazzan, Prospek Dayah di Aceh,, Pascasarjana IAIN Ar-Raniry;2010, Ar hal 4 10
80
Copyright © 2012 Hak Cipta dilindungi undang-undang undang
ISSN: 1693 – 7775 Jurnal Pencerahan Volume 6,, Nomor 2, 2 (September) 2012 Halaman 75-83
Majelis Pendidikan Daerah Aceh
Pendidikan dayah sesudah itu merosot karena para pimpinan dayah terlibat dalam peperangan melawan Belanda dan Jepang. Baru kemudian pada abad ke 20 M dayah muncul lagi kepermukaan dengan adanya Dayah Kreung Kalee. Dayah berkembang dibawah pimpinan Teungku H. Muhammad Hasan Hasan Kruengkalee setelah beliau belajar di Mekkah. Sesudah itu muncul pula Dayah Darussalam Labuhan Haji yang dipimpin oleh Teungku Haji Muhammad Muda Waly al-Khalidy. Khalidy. Beliau Belia memimpin dayah ini setelah menimba ilmu di Mekkah. Dayah-dayah Dayah yang muncul kemudian ian kebanyakan dipimpin oleh teungku yang merasa cukup belajar agama dari teungku-teungku teungku yang telah menimba ilmu di Mekkah.15 Teungku Abdul Hamid yang kemudian dikenal dengan Ayah Hamid adalah seorang pemuda Aceh yang pernah mengecap ilmu pengetahuan agama agama di dayah. Dia tidak puas dengan ilmu yang diajarkan oleh teungku di dayah adalah suatu persamaan antara dia dengan Teungku Haji Muhammad Muda Waly al-Khalidy. al Dia melanjutkan petualangannya untuk menuntut ilmu di Mekkah. Ayah Hamid mendapat ide untuk untuk mendirikan Madrasah Diniyah sebagai model dari pengembangan dayah. Dia mendirikan Madrasah Masakinah di Tanjungan Samalanga dan Madrasah Diniyah di Tufa Jeunieb. Ulama-ulama Ulama yang sepaham dengannya mendirikan Madrasah Sa’adah Abadiah di Sigli, Madrasah Al-Muslim Al di Peusangan, AlMadeni di Idi, Djadam di Montasik, dan Al-Islah Al Islah di Kuta Blang. Kurikulum dari madrasah-madrasah madrasah tersebut diatur sesuai dengan keahlian dan keinginan pimpinan madrasah atau yayasan yang menaunginya.16 Baru pada tahun 1939 kurikulum madrasah (sekolah agama) di seluruh Aceh dipersatukan dengan lama belajar di sekolah agama 7 tahun. Setelah merdeka sekolah-sekolah sekolah sekolah agama dinegerikan dengan keluarnya Qanun pada tanggal 1 November 1946. Sekolah agama pada waktu itu bernama Sekolah Rendah Islam Islam Negeri (SRIN) dengan kurikulum sebagai berikut : Qur’an, Ibadah/Fiqh, Tauhid, Tafsir/Hadits, Tahzib/Akhlak, dan Tarikh Islam. a. Agama mencakup : Al-Qur’an, b. Bahasa Arab mencakup : Muhadasah, Muthalaah, Qawaid, Insyak, dan Imlak. c. Umum mencakup : Bahasa Indonesia, Berhitung, Menulis, Menggambar, Seni suara, Bersenam(olah Raga), Pekerjaan Tangan, Ilmu Bumi, Ilmu Alam, Ilmu Hayat, Sejarah. Dalam perkembangan Pendidikan Agama Islam dizaman modern ini para ahli merumuskan tujuan Pendidikan Agama Islam yaitu untuk meningkatkan gkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yan beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlaq mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.Adapun ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara, hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia,hubungan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya.Sedangkan kungannya.Sedangkan bahan pelajaran pendidikan Agama Islam meliputi: Al-Quran,Aqidah, Al Quran,Aqidah, Syari’ah, Akhlaq dan Tarikh.17 Sekolah Rendah Islam Negeri (SRIN) berada dibawah asuhan Departemen Agama Republik Indonesia dengan Penetapan Menteri Agama No. 43 tanggal 24 Desember 1952. Sekolah Rendah Islam Negeri (SRIN) berubah nama menjadi Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) dengan Keputusan Keputusan Menteri Agama No. 104 tahun 1962, dan lama belajar berubah pula dari 7 tahun menjadi 6 tahun. Jam pelajaran 218 jam berubah menjadi 251 jam. Perbandingan antara mata pelajaran umum dengan mata pelajaran agama berbanding 66:34 menjadi 68:32. Pada saat perubahan ini jumlah MIN sebanyak 210 buah dan MIS (Madrasah Ibtidaiyah Swasta) sebanyak 175 (tahun 1962). Dalam tempo 3 tahun jumlah MIN bertambah 120 buah. Ini berarti kepercayaan umat Islam di Aceh kepada MIN bertambah kuat. Akibatnya pembentukan filial filial MIS kepada MIN bertambah pada setiap kabupaten/kota, seperti terlihat dalam tabel berikut: berikut Tabel 1. Departeman Agama Propinsi D.I Aceh No Wa/I/PP.00.4/97/1987 No
Kabupaten /Kota
Jumlah MIS
1
Aceh Besar
14 madrasah
2
Banda Aceh
9 madrasah
3
Aceh Timur
12 madrasah
4
Pidie
31 madrasah
5
Aceh Utara
46 madrasah
6
Aceh Barat
42 madrasah
7
Aceh Selatan
25 madrasah
15
Tgk Faisal Ali, Dayah Salafi, dalam Refleksi setengah Abad Pendidikan Aceh, Aceh hal 317 Sri Rahayuningsih dan Nurchaili, Madrasah Ibtidaiyah, dalam Refleksi ksi Setengah Abad Pendidikan Aceh, Aceh hal 27 17 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, cetakan 4, 4 2005, hal,22 16
81
Copyright © 2012 Hak Cipta dilindungi undang-undang undang
ISSN: 1693 – 7775 Jurnal Pencerahan Volume 6,, Nomor 2, 2 (September) 2012 Halaman 75-83
Majelis Pendidikan Daerah Aceh
8
Aceh Tengah
20 madrasah
Total
199 madrasah
Ketika bumi Aceh dilanda musibah Tsunami tanggal 26 Desember 2004 banyak gedung sekolah (MI) yang rusak sebanyak 199 buah atau 37,06 % dari total 537 MI. Sebelumnya ketika status Aceh sebagai Daerah Operasi Militer (DOM) banyak sekolah dibakar sebanyak SD/MI SD/ 494 buah.
Analisis Ketika kita telusuri perkembangan sekolah agama di Saudi Arabia dan di Aceh terdapat titik persamaan yaitu : a. Mekkah dan Serambi Mekkah dua wilayah yang dianggap oleh penduduknya mempunyai keistimewaan, walaupun demikian dua daerah itu tu tetap menerima pengaruh dari daerah lain. Sebagai contoh pendidikan halaqah di masjid telah ada pada masa sahabat Rasul saw , namun demikian perkembangan zaman mendorong masyarakat kedua wilayah ini untuk memilih model pendidikan modern yang dikelola oleh oleh Kementerian Pendidikan dan Pengajaran atau Kementerian Agama. Jadi masjid menjadi pusat kegiatan umat pada masa lalu sudah diambil sebagian perannya oleh dinas atau kementerian pada masa sekarang. b. Pengelolaan pendidikan agama melalui dua jalur : resmi dan dan swasta tetap berlaku pada dua wilayah ini (Mekkah dan Serambi Mekkah). Walaupun sudah ada pendidikan resmi, masyarakat tetap saja mempertanyakan : Apakah pendidikan swasta lebih berbobot dari pendidikan resmi atau sebaliknya ? Masyarakat rela membayar mahal m kepada pendidikan swasta bila mutunya lebih berbobot. Masyarakat lebih tenteram hatinya ketika mereka mengantar anak-anak anak mereka ke dayah atau sekolah terpadu karena anak-anak anak anak mereka terpelihara dari bahaya narkoba dan bahaya globalisasi yang lain. c. Karena arena hati sebagian masyarakat terikat dengan dayah salafi dan dayah terpadu, kiranya dayah harus berusaha untuk mengikuti perkembangan zaman, karena lulusan dayah telah mendapat kepercayaan untuk menjadi pejabat eksekutif atau anggota legislatif. Bila lulusan lulusan dayah tidak pernah mempelajari materi pendidikan umum seperti hukum positif dan administrasi kepegawaian, maka seorang pejabat eksekutif akan mengeluarkan pernyataan yang menertawakan. d. Pengurus dayah berhutang budi kepada pelopor pendidikan agama di di daerah Aceh seperti Teungku Haji Muhammad Hasan Kreung Kalee, Teungku Haji Syekh Muhammad Wali al-Khalidy al Khalidy dan Teungku Abdul Hamid Samalanga , ketiga teungku ini telah bersedia meninggalkan tanah rencong untuk meudagang menuntut ilmu di Mekkah. Kiranya semangat ini perlu ditiru oleh pengelola dayah pada masa kini. e. Ketiga lulusan pendidikan agama di Mekkah ini telah berani mengeluarkan pendapatnya untuk kemajuan pendidikan Islam di Aceh. Teungku Haji Muhammad Hasan Kreung Kalee dengan gagah berani menghidupkan menghid kembali semangat untuk belajar di dayah. Sementara Teungku Haji Syekh Muhammad Wali al-Khalidy al telah merubah sistem pembelajaran di dayah dari sistem halaqah dengan sistem kelas dengan mempertimbangkan umur murid pada setiap kelas. Aneuk beut di dayah dayah digelar dengan kaum ija krong diperbolehkan memakai celana panjang dengan fatwa beliau. Teungku Abdul Hamid Samalanga meneruskan inisiatif Teungku Haji Syekh Muhammad Wali al-Khalidy Khalidy dalam hal sistem kelas sehingga muncul madrasah. Akibatnya lulusan dayah da dan lulusan madrasah sama-sama sama dalam membela Syariat Islam di Aceh tidak perlu dibedakan lagi dalam berkiprah di tengah masyarakat. f. Pada masa sekarang ini sangat diperlukan fatwa atau terobosan baru dari pimpinan dayah seperti transaksi dengan perbankan setelah mereka membuka diri untuk belajar di luar negeri atau memanfaatkan kunjungan para ulama ke luar negeri yang dikelola oleh Badan Pemberdayaan dan Pengembangan Dayah Aceh. g. Materi pendidikan agama harus diperbanyak pada madrasah, sebab dalam kenyataannya materi agama terus berkurang dari perbandingan 66:34 menjadi 68:32. Materi pelajaran agama lebih banyak berbahasa Arab bukan berbahasa Indonesia atau berbahasa Jawo (Malim Jawo)
Penutup Demikian tulisan tentang pendidikan agama di Mekkah dan dan Serambi Mekkah yaitu meliputi pendidikan di dayah dan di madrasah sebagai pertanda kecintaan penulis kepada proses pendidikan di kedua institusi ini dan penulis telah meneliti dan menulis tentang dayah di skripsi pada saat menyelesaikan studi pada strata str satu dan tesis di saat menyelesaikan studi pada strata dua. Allahul muwaffiq ila ahsanit thariq.
Daftar Pustaka Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-Prinsip Prinsip Prinsip Metode Pendidikan Islam dalam Keluarga, di Sekolah dan di Masyarakat, Masyarakat Bandung: Diponogoro, 1996. Azman Ismail dan Syukrinur, Peran DAYAH, Perkembangan dan Tantangan Masa Depan dalam Refleksi Re Setengah Abad Pendidikan Aceh, Menjenguk Masa Lampau, Menjangkau Masa Depan, Majelis Pendidikan Aceh, 2010. Badran bin Juwai’id al-‘Utaibi, Musykilat al-Ta’lim, al ar-Riyadh: Dar ar-Rasyid, 2007 Fazzan, Prospek Dayah di Aceh,, Program Pasca Sarjana IAIN Ar-Raniry, Ar Raniry, Banda Aceh, 2010. 82
Copyright © 2012 Hak Cipta dilindungi undang-undang undang
ISSN: 1693 – 7775 Jurnal Pencerahan Volume 6,, Nomor 2, 2 (September) 2012 Halaman 75-83
Majelis Pendidikan Daerah Aceh
Muhammad bin Mu’jib al-Hamid, Hamid, al-Tathawwur al-Tarikhi li nidzam al-Ta’lim ar-Riyadh: ar-Rasyid, Rasyid, 2007 Mustafa Abdul Qadir, Sirayasah al-Ta’lim al fi, al-Mamlakah Nabil Abdul Khaliq Mutawalli, Andzimah Ta’limiyah dzatu Ahdaf Naw’iyah, ar-Riyadh: ar Dar ar-Rasyid, ar 2007 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam : Jakarta, Kalam Mulia, 2005. Salim bin Ali al-Wahhabi, al-Ta’lim Ta’lim fi al-Mamlakah, al Mekkah, Maktabah ‘Ubaikan, 2007 Sri Rahayu Ningsih dan Nurchaili, Madrasah Ibtidaiyah dalam Refleksi Setengah Abad Pendidikan Aceh, Menjenguk Masa Lampau, Menjangkau Masa Depan, Depan Majelis Pendidikan Aceh, 2010. Tasnim Idris, Penerapan Metode Targhib dan Tarhib dalam Pendidikan Islam, Program Pasca Sarjana IAIN Ar-Raniry, Ar Banda Aceh, 2005. Tgk Faisal Ali, Dayah Salafi dalam Refleksi Setengah Abad Pendidikan Aceh, Menjenguk Masa lampau, Menjangkau Masa Depan, Majelis Pendidikan Aceh, 2010.
83
Copyright © 2012 Hak Cipta dilindungi undang-undang undang