ISSN 1693-7945
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BIOLOGI BERVISI SETS PADA KOMPETENSI KEPENDUDUKAN DAN PERMASALAHAN LINGKUNGAN Oleh: Abdur Rasyid Universitas Majalengka ABSTRAK Pembelajaran IPA pada jenjang MTs belum diajarkan secara terpadu, masih terpisah antara biologi,dan fisika, sehingga IPA dipelajari sebagai konsep yang terpisah-pisah. Pembelajaran IPA belum dikaitkan dengan unsur SETS (Science, Environtment, Technology, Society). Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengembangkan perangkat IPA Biologi bervisi SETS, 2) mengukur efektivitas perangkat pembelajaran terhadap hasil belajar, kreatif dan kemampuan komunikasi ilmiah siswa, 3) mengetahui respon atau tanggapan guru dan siswa terhadap pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran. Siswa kelas VII MTs N 1 Cirebon tahun ajaran 2012/2013 sebagai populasi pada penelitian ini. Desain penelitian menggunakan metode true eksperimental design dengan pretes-posttes kontrol group design, sampel diambil menggunakan teknik cluster random sample. Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian dan pengembangan (R &D). Hasil penelitian, meliputi perangkat pembelajaran IPA Biologi bervisi SETS pada kompetensi kependudukan dan permasalahan lingkungan yang dikembangkan memiliki kriteria valid dengan rata-rata skor sebesar 4.0, adanya ketuntasan hasil belajar secara klasikal mencapai (30 siswa), kreativitas siswa yang sangat kreatif sebanyak (30 siswa), berkomunikasi ilmiah (34 siswa) dan respon positif guru dan siswa (38 siswa) terhadap pembelajaran menyatakan senang selama mengikuti pembelajaran. Perlu dikembangkan kerjasama dengan pelajaran lain yang ada kaitanya dengan pelajaran IPA Biologi Bervisi SETS. Kata Kunci: Pengembangan Perangkat Pembelajaran, SETS. PENDAHULUAN Usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia telah dan sedang dilakukan melalui pengaturan yang lebih operasional seperti undang-undang Kemendikbud No.01 tahun 2012 tentang sistem pendidikan nasional dan beberapa peraturan pemerintah sebagai aturan pelaksanaannya, salah satunya adalah Peraturan Pemerintah No.19 tentang standar nasional pendidikan. Kemendikbud (2012) ujian nasional pada dua tahun terakhir menunujukkan bahwa pemahaman siswa tentang mata pelajaran IPA biologi masih belum memenuhi standar kriteria ketuntasan minimal sebesar 75, rata-rata berkisar sekitar 65-73. Berdasarkan hasil studi pendahuluan dan wawancara dengan guru IPA di MTs Madinatunnajah, MTs Al-Hidayah GUPPI, MTs N I dan MTs N 2 dengan strata berbeda di kota Cirebon tahun 2012, diperoleh data bahwa pelajaran IPA masih diajarkan secara terpisah antara biologi dan fisika. Pembelajaran IPA di MTs N cirebon 1 belum diajarkan secara terpadu antara biologi, fisika dan kimia, sebagai konsep materi yang terpisah-pisah. Pengembangan potensi siswa belum dilakukan sepenuhnya oleh guru karena berbagai alasan, mulai dari keterbatasan waktu, sarana, lingkungan belajar sampai pada jumlah siswa dalam kelas yang terlalu banyak. Pembelajaran IPA masih sering menggunkan metode ceramah dan masih monoton pada buku acuan, sehingga proses pembelajaran kurang efektif dan cenderung membosankan terutama pada materi kependudukan dan permasalahan lingkungan. Berdasarkan penelitian (Mulyasa 2008) pembelajaran IPA seharusnya peserta didik mendapatkan pengalaman langsung sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan menerapkan konsep yang telah dipelajarinya.
1
GEMA WIRALODRA VOL.VII No.1 JUNI 2015
Pembelajaran IPA belum dikaitkan dengan unsur SETS (Science, Environment, Technology, Society), sehingga pembelajaran IPA lebih bersifat konseptual, bukan kontekstual. Penelitian Holbrook (2005) menunjukan bahwa sains tidak relevan dalam pandangan siswa dan tidak disukai siswa. Siswa beranggapan bahwa belajar IPA biologi sulit karena terlalu banyak materi hafalanya, dan banyak istilah nama ilmiah yang sulit diingat serta dimengerti, sehingga siswa merasakan bosan dan jenuh terhadap mata pelajaran IPA biologi. Salah satu pembelajaran yang mengaitkan sians teknologi dengan teknologi dengan kehidupan sehari – hari adalah pembelajaran bervisi SETS ( Science, Environtment, Technology, and Society) (Binadja 2005). Pengembangan perangkat pembelajaran yang diperlukan saat ini adalah pembelajaran yang inovatif dan kreatif antara lain mengembangkan model perangkat pembelajaran bervisi SETS. Pembelajaran biologi di MTs Negeri 1 cirebon belum menggunakan pendekatan SETS, Oleh sebab itu perlu dikembangkan perangkat bervisi SETS. Tujuan penelitian ini adalah 1) mengembangkan perangkat pembelajaran IPA bervisi SETS pada materi kependudukan dan permasalahan lingkungan. 2) Mengukur efektifitas perangkat pembelajaran IPA Biologi bervisi SETS pada materi kependudukan dan permasalahan lingkungan terhadap hasil belajar, kreativitas, dan kemampuan berkomunikasi ilmiah siswa. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and DevelopmentR&D), yang bertujuan menghasilkan n produk berupa perangkat pembelajaran bervisi SETS untuk siswa kelas VII di MTs N 1 Cirebon. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan meliputi silabus, RPP, bahan ajar, dan LKS. Pengambilan sampel sebagai subjek dilakukan dengan cluster random sampling. Produk penelitian ini diujicobakan di kelas VII MTs Negeri Cirebon I. Pada tahun ajaran 2012/2013 terdapat 7 kelas masing-masing 40 orang, sehingga keseluruhan jumlah siswa 280 orang. Subjek uji coba penelitian dilakukan di kelas VII A untuk eksperimen dan VII C untuk kelas kontrol. Penelitian pengembangan merupakan metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk baru dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono 2009). Rancangan penelitian dibagi tiga tahap yaitu: 1) Studi Pendahuluan, 2) Pengembangan, dan 3) Pengujian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar validasi perangkat, lembar observasi kreativitas siswa, lembar observasi kemampuan berkomunikasi ilmiah siswa, tes hasi belajar dan angket respon siswa. Hal tersebut dapat disimpulkan berupa jenis data, metode dan instrumen pengumpulan data, serta teknik analisis data. Sugiyono (2009) menyebutkan bahwa pretest-posttes kontrol group design terdapat dua kelompok yang dipilih secara acak, kemudian diberi pretes untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan hasil belajar kognitif antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini didasarkan atas analisis kebutuhan, Hasil wawancara dengan guru bidang IPA biologi kelas VII untuk mengetahui gambaran umum pembelajaran biologi di MTs N 1 Cirebon menunjukan hasil seperti pada tabel 1. Tabel 1. Hasil Wawancara Mengenai Kondisi Awal Pembelajaran No. Hal Keterangan 1. Metode pembelajaran Seringkali menggunakan metode ceramah, yang dilakukan selama ini walau terkadang diskusi. 2. Belum tersedia perangkat Belum ada, padahal hal ini sangat penting untuk pembelajaran IPA yang membantu proses belajar agar lebih efektif terpadu kendala yang sering terjadi adalah bahwa tidak 3. Kendala dalam semua siswa aktif, konsep pembelajaran IPA pembelajaran IPA Biologi lebih bersifat konseptual, kurang dikaitkan secara umum dengan kehidupan sehari- hari, sehingga cukup mempengaruhi proses serta hasil belajar yang 2
ISSN 1693-7945
4.
Perlu ataukah tidak untuk membelajarkan materi biologi bervisi SETS dengan cara mengkaitkan pada masalah kehidupan sehari-hari.
diperoleh. Perlu, hal ini akan sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari siswa, sehingga siswa dapat lebih termotivasi.
Berdasarkan Tabel 1 hasil wawancara kondisi awal pembelajaran di MTs N 1 kota Cirebon, belum tersedianya perangkat pembelajaran IPA terpadu, pembelajaran bersifat konseptual dan pembelajaran IPA belum dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari terutama bervisi SETS. Hal ini akan berdampak pada pembelajaran sehingga kurang bermakna. Menurut (syah, 2004) Suasana yang jenuh dalam pembelajaran dan kurang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari akan mengurangi proses pemahaman konsep. Solusi untuk mengatasi hal tersebut maka perlu dikembangkan perangkat pembelajaran IPA biologi bervisi SETS. Berikut adalah identifikasi perangkat pembelajaran berdasarkan studi lapangan di tiga sekolah menengah pertama di Kota Cirebon. Tabel 2. Identifikasi perangkat pembelajaran berdasarkan studi lapangan di MTs N 1 Cirebon, MTs N 2 cirebon, dan MTs GUPPI Cirebon No. 1.
Perangkat Pembelajaran Silabus dan RPP Belum tersedia
2.
Bahan ajar
3.
LKS (lembar kerja siswa)
Fakta di lapangan
Target pengembangan
Sialbus dan RPP belum memadukan konsep IPA, kegiatan pembelajaran kurang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.
Pemaduan konsep IPA dan mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari (science, Environmnet, Technology, Society).
Bahan ajar berisi banyak konsep materi konseptual dan kurangnya aplikasi keterkaitan SETS LKS belum melatih kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari
Menciptakan bahan ajar inovatif yang mengaitkan unsur SETS dalam pembelajaranya. LKS bervisi SETS (Science, Environmnet, Technology, Society)
Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa pelajaran IPA yang berlangsung di sekolah belum sesuai dengan hakikat IPA. Studi lietratur menunujukan pembelajaran IPA bervisi SETS seharusnya berkaitan dengan fakta–fakta yang aktual dan kebenaran yang nyata (Binadja, 2005). Hasil analisis Tabel 3 menunjukan bahwa secara umum perangkat pembelajaran yang digunakan di sekolah belum mampu melatih peserta didik untuk memahami manfaat dari keterkaitan konsep dengan kehidupan sehari-hari. Perangkat pembelajaran juga belum melibatkan peran aktif peserta didik dalam pembelajaran. Selain itu guru kesulitan untuk mengembangkan dan mengaitkan perangkat pembelajaran karena kurangnya pelatihan dari pakar. Perangkat pembelajaran dikembangkan berdasarkan hasil studi pendahuluan yang didukung dengan identifikasi perangkat pembelajaran. Oleh karena itu perlu dikembangkan perangkat pembelajaran IPA terpadu bervisi SETS.
3
GEMA WIRALODRA VOL.VII No.1 JUNI 2015
Pengembangan perangkat pembelajaran didasari pada fakta bahwa siswa cenderung pasif dan hasil belajar rendah. Penyebab kesulitan siswa dalam memahami pembelajaran IPA Biologi pada Kependudukan dan permasalahan lingkungan di MTs N 1 Cirebon yaitu siswa kurang mampu mengembangkan kreativitas dan komunikasi ilmiah. Dengan adanya pembelajaran bervisi SETS, kreativitas dan komunikasi ilmiah siswa meningkat, ini dapat dilihat dari hasil tes hasil belajar dan hasil pengamatan. Perangkat pembelajaran yang digunakan sudah sesuai kriteria perangkat pembelajaran yang baik dan tidak hanya mengacu pada satu sumber saja tetapi masih membutuhkan media penunjang pembelajaran, guru dan siswa di sekolah menengah membutuhkan media yang dapat menunjang proses pembelajaran. Media diperlukan agar menarik minat siswa sehingga siswa menjadi lebih aktif dan pembelajaran menjadi lebih efektif. Katarzyna (2006) menyatakan bahwa penggunaan ICT dalam pembelajaran Biologi serta pengembangan bahan ajarnya dapat dilakukan dengan mempertimbangkan struktur kurikulum, kognif siswa, dan prinsip pengajaran. Salah satu kriteria untuk menentukan dipakai tidaknya suatu perangkat pembelajaran adalah hasil validasi oleh ahli. Validasi perangkat pembelajaran dalam penelitian ini ditentukan oleh hasil pakar IPA terpadu yaitu 1). Prof. Dr. Sri Mulyani ES., M. Pd., pakar SETS yaitu 2). Prof Achmad Binadja, A.Pt., Ph.D, dan 3). Ipin Aripin. M. Pd. Secara umum hasil validasi ahli terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan berkriteria valid (Tabel 3) Tabel 3. Rekapitulasi hasil validasi ahli perangkat pembelajaran Rata-rata hasil validasi No Validator Silabus RPP Bahan LKS Ajar 1 1 4.4 4.2 4.3 3,8 2 2 4.5 4,3 4.1 4,3 3 3 4.2 4.0 3.7 3.8 Jumlah 13.1 12,5 11,2 11,3 Rata-rata 4.3 4.1 4.0 3,9 Kriteria Sangat valid Sangat valid Valid Valid
Jenis validitas yang diukur adalah validitas konstruk dan validitas isi. Menurut Sudijono (2006) Validitas isi adalah validitas yang diperoleh setelah melakukan penganalisaan, penelusuran atau pengujian sesuai isi kurikulum. Perbaikan perangkat pembelajaran secara umum mencangkup keterkaitan unsur SETS yang seharusnya dibahas secara menyeluruh misalnya, RPP,LKS, dan bahan ajar yang direvisi dengan mengaitkan implikasi satu unsur SETS dengan unsur lain. Dalam melakukan revisi perangkat pembelajaran, peneliti mengikuti saran-saran serta petunjuk validator. Tabel 4. Revisi draf perangkat pembelajaran kependudukan dan permasalahan lingkungan No Perangkat Revisi Perbaikan 1. Silabus − Silabus dan RPP tidak − Pembuatan matrik keberadaan unsur disertai dengan matrik SETS keterkaitan unsur SETS − Materi perlu diuraikan − Menambahkan materi secara garis secara garis besar besar − Alokasi waktu 4 x 45 − Alokasi waktu 4 x 40 menit menit − Kurangnya keterkaitan − Menambahkan keterkaitan unsur unsur SETS SETS 2. RPP − Alokasi waktu yg − Diperinci waktu dalam kegiatan kurang sesuai pembelajaran − Kurang karakter − Sudah ditambahi karakter SETS 4
ISSN 1693-7945
3.
Bahan Ajar
4.
LKS
terutama unsur SETS dengan masing-masing aitem dalam dalam kegiatan kegiatan pembelajaran pembelajaran − Lebih dispesifisikkan lagi udara − Penjelasan ciri-ciri yang berpolusi, air yang udara,air dan tanah (keruh,berwarna, dan berbau), tanah − Rubrik penilaian belum yang tercemar (berbagai sampah ada organik maupun non organik) − Sudah ditambah rubrik penilaian − Modul pembelajaran − Sudah diperbaiki modul yang kurang mengena unsur berhubungan dengan SETS SETS nya terlampir − Implikasi SETS kurang − Memberi contoh pengaplikasian − Revisi Penulisan unsur SETS dalam kehidupan sehari − Dilengkapi dengan -hariSudah daftar pustaka − disesuaikan dengan EYD − Sudah dilengkapi dengan daftar pustaka − Revisi petunjuk dan − Ditambahkan petunjuk pengerjaan identitas LKS dan identitas − Pertanyaan terkait unsur − Menambah pertanyaan –pertanyaan SETS masih kurang yang mewakili permasalahan yang dapat dikaji implikasinya dalam − Identitas untuk SETS kelompok tidak ada − Ditambahkan kolom untuk identitas kelompok
Berdasarkan tabel 4. dapat diketahui bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan meliputi silabus, RPP, Bahan ajar, dan LKS mengalami beberapa revisi berdasarkan penilaian validator. Jenis validitas yang diukur adalah validitas konstruk dan validitas isi. Menurut Sudijono (2006) Validitas isi adalah validitas yang diperoleh setelah melakukan penganalisaan, penelusuran atau pengujian sesuai isi kurikulum. Keterkaitan unsur Science, Environtment, Technology, Society diperjelas dan tidak didominasi salah satu unsur saja. Hasil belajar adalah indikator adanya perubahan tingkah laku siswa (Sadiman 2010). Hasil belajar siswa diambil dengan melakukan pretest, posttest dan portofolio nilai tugas. Hasil belajar siswa merupakan akumulasi antara nilai lembar diskusi siswa dan nilai laporan pada saat pembelajaran. Target yang ingin dicapai yaitu,nilai minimal 75. Nilai 75 dipilih karena nilai tersebut merupakan standar ketuntasan batas minimal untuk kompetensi dasar kelas VII MTs Negeri 1 Cirebon. Nilai akumulasi menunjukkan sebanyak 30 siswa tuntas pada kelas VII-A dan tidak ada yang tuntas siswa pada kelas VII-C. Terdapat perbedaan hasil dikarenakan peserta didik masih butuh penyesuaian untuk mengenal pengertian dan contoh-contoh implikasi SETS. Hasil belajar tidak hanya dipengaruhi oleh aktivitas, minat, dan motivasi serta cara belajar, melainkan juga karakteristik dan intelegensi. Hal ini sesuai dengan pendapat Suparno (2001) bahwa berhasil tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Hasil ketuntasan belajar siswa bisa dilihat pada Gambar 4.1.
5
Jumlah Siswa
GEMA WIRALODRA VOL.VII No.1 JUNI 2015
45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
Tuntas Tidak tuntas
Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen
Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Gambar 4.1 Ketuntasan Hasil Belajar
Jumlah Siswa
Gambar 4.1 terlihat ketuntasan belajar kelas eksperimen yang mencapai ketuntasan belajar minimal (KKM) adalah 30 siswa, sedangkan siswa kelas kontrol yang mencapai ketuntasan belajar minimal 75 (KKM) adalah tidak ada. Pada kegiatan belajar kelas kontrol tidak menggunakan perangkat pembelajaran IPA Biologi bervisi SETS. Menurut Minarti (2012), bahwa perangkat IPA Terpadu bervisi SETS berbasis Edutaainment pada tema pencernaan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar. Rekapitulasi kreativitas siswa yang berkriteria baik 16 siswa dan sangat baik 24 siswa pada kelas eksperimen. kreativitas merupakan suatu konstruk multidimensi yang terdiri dari dimensi kognitif (berpikir kreatif), dimensi afektif (sikap dan kepribadian) dan dimensi psikomotor (keterampilan kreatif) serta kemampuan kemampuan dalam memperinci atau elaborasi (Munandar, 2003). Hal ini menunjukkan bahwa indikator penelitian telah tercapai. Berikut gambar persentase kreativitas siswa kelas kontrol dan eksperimen Gambar 4.2. 30 25 20 15 10 5 0
Sangat baik
baik Kelas kontrol
Kelas eksperimen
Kurang baik
Rekapitulasi Kreativitas Siswa Gambar 4.2 Rekapitulasi Kreativitas Siswa Berdasarkan Gambar 4.2 menunjukkan bahwa dari kelas VII-A dan VII-C siswa yang kreatif mencapai katagori sangat baik 24 siswa, katagori baik 16 siswa pada kelas eksperimen dan 25 siswa berkatagori baik dari kelas kontrol. Hal ini dikarenakan setiap siswa memiliki tingkat ke kreativitas yang berbeda-beda. Selain itu metode dan suasana pembelajaran berpengaruh terhadap minat belajar siswa. Menurut Kartikasami (2013) menyatakan model pembelajaran (Number Head Together) NHT dengan berpendekatan SETS dapat meningkatkan kreativitas siswa karena guru memberikan beberapa kebebasan bagi siswa. Presentase kemampuan komunikasi
6
ISSN 1693-7945
ilmiah siswa yang berkriteria baik dan sangat baik pada kelas eksperimen. Hal ini menunjukkan bahwa indikator penelitian telah tercapai.
Jumlah Siswa
30 25 20 15
Sangat Baik
10
Baik
5
Kurang baik
0 Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Rekapitulasi Komunikasi Ilmiah Gambar 4.3 Rekapitulasi Kemampuan Berkomunikasi Ilmiah Siswa Menurut Sadiman (2010), bahwa proses belajar mengajar adalah sebagai proses komunikasi. Berdasarkan Gambar 4.3 persentase kemampuan komunikasi ilmiah siswa kelas Eksperimen berkriteria sangat baik 24 siswa, dan 16 siswa berkriteria baik. Pada kelas kontrol 18 siswa berkriteria baik sedangkan 22 siswa berkriteria kurang baik. Terjadi perbedaan dikarenakan pada saat pembelajaran siswa di kelas kontrol pasif hal ini merupakan dampak dari suasana pembelajaran yang monoton. Penelitian Holbrook (2005) menunjukan bahwa sains tidak relevan dalam pandangan siswa dan tidak disukai siswa. Hasil rekapitulasi respon siswa, rata-rata presentase siswa yang memberikan tanggapan sangat baik di kelas eksperimen sebesar 38 siswa dan di kelas kontrol sebesar 36 siswa. Presentase rekapitulasi jumlah respon siswa yang berkriteria baik dan sangat baik dapat dilihat pada Gambar 4.4.
Jumlah Siswa
40 30 20 Baik
10
Kurang Baik
0
Kelas kontrol
Kelas eksperimen
Respon Siswa Gambar 4.4 Data Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Kompetensi Kependudukan dan Permasalahan Lingkungan Berdasarkan Gambar 4.4 dapat diketahui bahwa hasil respon siswa terhadap pembelajaran bervisi SETS pada kelas eksperimen yang menunjukkan kriteria sangat baik sebesar sebanyak 38 siswa. Pada kelas kontrol yang menunjukan tanggapan sangat baik sebanyak 36 siswa. Dalam pembelajaran praktikum merupakan suatu bagian yang terintegrasi dengan pembelajaran teori. Kegiatan praktikum mempunyai peran yang sangat besar bagi keberhasilan proses pembelajaran, tiga bentuk keterampilan dapat dicapai melalui proses pembelajaran praktikum. Ketiga keterampilan tersebut adalah keterampilan kognitif, psikomotor, dan afektif (Surtikanti et al. 2001). 7
GEMA WIRALODRA VOL.VII No.1 JUNI 2015
Dengan keterampilan kognitif siswa dapat memahami teori lebih dalam. Dengan keterampilan psikomotor, siswa dapat bekerja dalam melakukan suatu percobaan. Dengan keterampilan afektif siswa belajar dengan bekerja sama maupun mandiri. SIMPULAN Dari hasil penelitian mengenai pengembangan perangkat pembelajaran IPA biologi bervisi SETS materi kependudukan dan permasalahan lingkungan. 1. Pengembangan perangkat pembelajaran IPA Biologi Bervisi SETS materi kependudukan dan permasalahan lingkungan yang diuji kelayakannya menunjukkan bahwa silabus, RPP, bahan ajar, dan LKS layak digunakan sebagai perangkat pembelajaran dengan skor masing - masing Silabus (4.3), RPP (4.1), Bahan Ajar (4.0), dan LKS (3.9) dari skor maksimal (5.0) 2. Perangkat pembelajaran IPA Biologi bervisi SETS materi kependudukan dan permasalahan lingkungan efektif diterapkan. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata ketuntasan hasil belajar secara klasikal yang mencapai 30 dari (40 siswa), kreativitas siswa yang mencapai Kreativitas sangat kreatif sebesar 30 dari (40siswa). Sebanyak sepuluh aspek kreativitas yang diamati semuanya dilaksanakan dengan tingkat ketercapaian sangat baik 34 siswa. kemampuan berkomunikasi ilmiah siswa terhadap pembelajaran berkriteria baik 27 siswa. Penerapan perangkat pembelajaran IPA Biologi bervisi SETS pada kompetensi kependudukan dan permasalahan lingkungan dapat menumbuhkan kemampuan berkomunikasi ilmiah secara baik. 3. Guru dan siswa memberi respon positif terhadap pembelajaran, sebagian besar 38 siswa menyatakan senang selama mengikuti pembelajaran IPA Biologi bervisi SETS pada materi pokok kependudukan dan permasalahan lingkungan DAFTAR PUSTAKA Binadja, A. 2002. SETS (Science, Environment, Technology dan society) dan Pembelajaran Biologi. MIPA UNNES Semarang. ________. 2005. Pedoman Praktis Pengembangan Bahan Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum 2004 Bervisi dan Berpendekatan SETS. Laboratorium SETS Universitas Negeri Semarang. Holbrook, J. B. 2005. Assessing the Science-Society relation: The case of US National Science Foundation’s second merit review criterion (Versi Elektronik). Technology in Society. 27:43751. Kartikasasmi, H . 2013. Penerapan Model Pembelajaran NHT dengan Pendekatan SETS pada Materi Cahaya untuk mengembangkan Kreativitas Siswa. Unnes Physics Education Journal. 2(1). Kemendikbud. 2012. Undang-Undang RI Nomor 01 Tahun 2012 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta. Minarti, I. 2012. Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu Bervisi SETS Berbasis Edutainment pada tema Pencernaan. Jurnal of Inovative Science Education. 1(2): 1-8. Potyrala, K. 2006. Improvement of Students’ cognitive skills with the help of a computer in: Biological and Environmental Education (Versi Elektronik). Department of Biology Didactics, 5(1). Sadiman, Arif. S. 2010. Media pendidikan pengertian, pengembangan, dan pemanfaatan. Jakarta: PT Raja Grapindo Persada. Sudijono, A. 2006. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung : CV Alfabeta. Surtikanti, H. Adisendjaja, Y. H. dan Fitriani, A. 2001. Pola/CaraBelajar: Penerapan Metode Penemuan (Discovery dan Inquiri) pada Kegiatan Laboratorium Biokimia di Jurusan Pendidikan Biologi. Jurnal Pengajaran 2 (1): 144-149. Syah, muhibbin. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada`
8