PENGEMBANGAN PARIWISATA HUTAN PAYAU CILACAP SEBAGAI PRODUK WISATA UNGGULAN DI JAWA TENGAH
(Disusun untuk Mengikuti Lomba Penulisan Artikel dalam Rangka HUT KORPRI ke-43 Tingkat Kabupaten Cilacap yang ke-44)
Oleh: Adhi Setyawan Nur Persada Program Studi D3 Akuntansi Angkatan 2013
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret Surakarta 2014
Dewasa ini, Cilacap memiliki tempat wisata yang sangat berpotensi menjadi tempat wisata unggulan, salah satunya Hutan Payau. Hutan ini berada di daerah Tritih Wetan, Kecamatan Cilacap Utara. Hutan ini sampai saat ini dikelola oleh Perhutani dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cilacap. Luas hutan ini mencapai 10 hektar. 1 Tempat wisata ini dahulu terkenal karena terdapat Jembatan Mesra yang menjadi ikon wisata tahun 1990-an. Jembatan itu terbuat dari bambu sehingga memberikan efek tersendiri bagi pengunjung yang melewatinya. Potensi pendapatan di Hutan Payau sangat besar karena pada era tersebut banyak turis mancanegara datang ke sana. Di hutan tersebut ada banyak satwa langka yang dilindungi sehingga menambah daya tarik wisatawan pada masa itu. Selain itu, ada paket perjalanan menggunakan perahu kayu untuk menikmati perjalanan wisata di area tersebut. 2 Selain dari sisi potensi pendapatan wisata, juga ada potensi manfaat ekonomis, yaitu sebagai sentra penghasil kayu bakar yang diambil dari tumbuhan bakau di daerah ini. Ada 18 jenis tumbuhan bakau yang tumbuh di hutan wisata ini, yaitu bakau bakau tajang, tancang sukun, bandul, dan masih banyak lagi lainnya. Teknik penanaman pohon bakau agak berbeda dengan wilayah lain karena menanam pohon bakau tidak memakai bamboo atau aljir sebagai penopang ketika ada air pasang naik. Masyarakat di daerah hutan itu sering menanam tanaman pinggir laut itu hanya dengan menancapkan bibit dari pohon mangrove ke dalam lumpur.3 Tak hanya itu, mereka juga
1
Anonim.2014. Hutan Payau – Menengok Potensi Hutan Yang Sedang Berbenah. Diakses pada tanggal 14 November 2014, dari http://jalan2.com/city/cilacap/hutan-payau/ 2 Khusumantoro, Rois. Obyek Wisata Payau 2013. Diakses pada tanggal 14 November 2014, dari http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2013/02/23/obyek-wisata-hutan-payau-2013531378.html 3 Anonim.2014. Hutan Payau – Menengok Potensi Hutan Yang Sedang Berbenah. Diakses pada tanggal 14 November 2014, dari http://jalan2.com/city/cilacap/hutan-payau/
memperhatikan jarak antarpohon sehingga ketika tumbuhan sudah besar nanti, tidak terlalu rapat antara satu pohon dengan pohon lainnya. Sebenarnya potensi wisata di hutan bakau ini sangat besar. Hutan bakau ini bisa dijadikan obyek penelitian hutan mangrove oleh mahasiswa dan sebagai ekowisata baru bagi Kabupaten Cilacap. Untuk bisa
memaksimalkan pendapatan asli daerah, terutama dari segi
pendapatan, Pemerintah Daerah Cilacap harus bisa menjual ciri khasnya, yaitu
ekosistem
hutan
bakaunya.
Selain
itu,
Pemerintah
Daerah
Kabupaten Cilacap harus memberdayakan penduduk dalam sektor kepariwisataan agar mereka merasa memiliki dengan hutan tersebut. Tak hanya itu, pemerintah daerah harus menata tempat wisata ini agar terlihat indah dan teduh. Hutan Wisata Eko-Mangrove Di Jawa Tengah itu ada 20 habitat hutan payau. Salah satunya di Desa Tritih Wetan, Kecamatan Cilacap Utara, Kabupaten Cilacap.i Namun, di wilayah lain banyak yang tidak terawat karena karena kondisi wilayahnya. Saya memberikan solusi dengan hutan wisata eko-mangrove. Hutan ekomangrove ini nantinya tidak hanya sebagai hutan wisata saja. Namun juga sebagai tempat penangkaran flora dan fauna langka, tempat penangkaran hewan laut yang bernilai jual tinggi dan sebagai pusat laboratorium hutan bakau terbesar di Jawa Tengah
Bagan 1. Hutan Wisata Eko-Mangrove
Solusi yang kami tawarkan antara lain: Penangkaran Flora dan Fauna Di hutan wisata eko-mangrove nanti akan dijadikan pusat penangkaran flora dan fauna langka seperti rusa, kijang dan bunga wijayakusuma agar tidak punah di masa yang akan datang. Contohnya di wilayah Penangkaran Rusa Cariu di Desa Buana Jaya Kecamatan Tanjung Sari Kabupaten Bogor. Di desa tersebut telah dibangun pusat penangkaran hewan langka seperti rusa jawa (Cervus timorensis), rusa bawean (Axis kuhli) dan rusa totol (Axis axis) dan menjadi produk andalan desa ekowisata di Kabupaten Bogor.
4
Desa Wisata 4
Anonim. 2013. Penangkaran Rusa Cariu. Diakses pada tanggal 15 November 2014, dari http://jarambah.riftom.com/2013/11/kawasan-penangkaran-rusa-cariu/
Di hutan wisata eko-mangrove nanti akan dijadikan tempat penjualan makanan dan minuman khas tempat tersebut dan pusat penjualan cenderamata. Hal ini akan secara langsung akan meningkatkan perekonomian warga tersebut sehingga ada proses timbal balik antara masyarakat lokal dan pengelola wisata Hutan Payau Ekowisata Di hutan wisata eko-mangrove nanti juga akan dijadikan pusat penangkaran kepiting bakau dan ikan sidat untuk peningkatan perekonomian masyarakat dan daya dukung lingkungan. Hewan-hewan yang dilestarikan tersebut ketika dewasa nantinya akan dijual kepada masyarakat sebagai sumber pendapatan utama Hutan Payau tersebut. Pusat Penelitian Di hutan wisata eko-mangrove nanti juga akan dibuat sebagai pusat penelitian hutan mangrove terbesar di Jawa Tengah yang memiliki fungsi edukasi bagi kalangan akademisi dan masyarakat. Strategi pemerintah dalam mempromosikan produk hutan wisata ekomangrove dengan mempromosikan melalui internet, bekerjasama dengan agensi perjalanan wisata dan bekerjasama dengan Kementerian Pariwisata Republik Indonesia dengan mengikuti pameran wisata di luar negeri. Tak hanya itu, pemerintah seharusnya memperbaiki sarana dan prasarana seperti memperbaiki akses jalan menuju tempat wisata, menambah area Wi-Fi di Hutan Payau Cilacap, membuat wahana bermain anak-anak, membuat arena outbond, dan membuat dermaga kecil bagi pengunjung yang akan melanjutkan perjalanan. Akhirnya Pemerintah Daerah Kabupaten Cilacap akan memperbaiki Hutan Payau ini sebagai destinasi wisata unggulan di Jawa Tengah i
Dwi Setyawan, A. & Winarno, K. 2006. Pemanfaatan Langsung Ekosistem Di Jawa Tengah dan Penggunaan Lahan Di Sekitarnya, Kerusakan dan Upaya Restorasinya. Diakses pada 15 November 2014, dari biodiversitas.mipa.uns.ac.id/D/D0703/D070318.pdf