PENGEMBANGAN PARAGRAF DALAM ARTIKEL KOMPAS-ANAK Oleh: Rina Rosdiana1 dan Suhendra2 ABSTRAK Sebuah gagasan dapat diungkapkan melalui paragraf. Menulis paragraf memerlukan persyaratan dalam pengembangannya, yaitu syarat kesatuan dan kepaduan. Namun, dalam suatu karangan kerap kali ditemukan pengembangan paragraf yang tidak memenuhi persyaratan. Bentuk karangan yang diteliti adalah artikel Kompas Anak. Ada sembilan artikel yang dianalisis dalam penelitian ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian dapat diungkapkan bahwa persentasi ketepatan pengembangan paragraf adalah 72,27 %. Hal tersebut memperlihatkan masih terdapat paragraf yang tidak tepat karena ditemukan paragraf yang dibuat hanya dengan satu kalimat (27,73%) dalam artikel Kompas Anak tersebut. Padahal, paragraf yang satu kalimat ini bila dicermati merupakan kalimat utama atau gagasan utama untuk paragraf berikutnya atau malah sebagai kalimat penjelas pada paragraf sebelumnya. Sebagai sebuah bentuk naskah, secara keseluruhan, naskah tersebut dapat digunakan dalam pembelajaran. Hanya perlu disikapi untuk paragraf yang satu kalimat. Hasil temuan lain bahwa artikel Kompas Anak menggunakan pola pengembangan deduktif. Pengembangan karangan yang digunakan adalah karangan eksposisi. Kata kunci: koherensi, kohesi, deduktif, eksposisi PENDAHULUAN Bahasa sebagai sarana berkomunikasi dalam penyampaian ide, gagasan, perasaan dapat dieksplorasi ke dalam berbagai produk tulisan, seperti catatan harian, puisi, cerpen, novel, naskah drama, makalah ilmiah, resensi, atau bentuk tulisan reproduksi lainnya. Pengembangan gagasan yang kemudian diolah menjadi suatu karya atau tulisan tentu saja menuntut tingkat kemahiran tertentu bagi penutur atau penggunanya. Semakin mahir seseorang berbahasa, semakin mudah baginya mengomunikasikan gagasan dan perasaannya itu kepada orang lain. Kegiatan menulis atau mengarang merupakan kegiatan produktif. Kegiatan tersebut
memerlukan penuangan pikiran, gagasan, dan perasaan untuk mewujudkannya dalam sebuah tulisan. Gagasan yang dikembangkan akan tampak tentu saja dalam untaianuntaian kalimat yang tersusun secara logis dan sistematis. Alat pengembang gagasan tersebut dikenal dengan nama paragraf atau alinea. Menyusun sebuah paragraf diperlukan persyaratan-persyaratan. Persyaratan kesatuan, persyaraan pengembangan, persyaratan kepaduan, dan persyaratan kekompakan. Banyak juga persyaratan lain yang diungkapkan para ahli mengenai syarat-syarat pengembangan paragraf ini. Ada indikator dalam pengembangan paragraf. Hal tersebut 1
berarti ketika menyusun sebuah paragraf harus memerhatikan syaratsyarat pengembangan paragraf. Bila tidak mengindahkan persyaratan tersebut, besar kemungkinan paragraf yang dikembangkan menjadi paragraf yang kurang baik. Pengembangan paragraf terdapat dalam banyak tulisan. Pengembangan paragraf ini pun dapat dibaca dalam banyak tulisan yang dipublikasikan. Salah satunya adalah tulisan berupa artikel. Artikel umumnya terdapat dalam bentuk media massa berupa surat kabar atau majalah. Keberadaan media massa memiliki fungsi yang strategis. Salah satunya adalah bahwa media massa memiliki fungsi mencerdaskan masyarakat dengan bebagai ilmu pengetahuan yang kompeten di bidangnya. Bentuk tulisan di media massa kadang disebut artikel atau opini. Kompas, salah satu media massa terkenal secara nasional ini menyediakan kolom khusus untuk pengembangan gagasan para kontributor tulisannya. Salah satu kolom atau bahkan lembar surat kabar yang menyiapkan kolom opini adalah lembaran Kompas-anak yang terbit setiap Minggu. Pengembangan paragraf dalam artikel Kompas-anak Minggu inilah yang akan dianalisis dalam penelitian ini. Alasan pemilihan artikel dalam Kompas anak tersebut karena pengembangan gagasan yang sederhana, sehingga memudahkan penganalisisan terhadap persyaratan paragraf. Masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana penerapan syarat-syarat pengembangan paragraf dalam artikel Kompas-anak?, 2) Bagaimana kecenderungan bentuk karangan yang dikembangkan dalam artikel Kompasanak?, 3) Bagaimana penggunaan
pola pengembangan paragraf dalam artikel Kompas-anak. Paragraf. Mulyati, dkk (2009:7.17) Mengemukakan pengertian paragraf. Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan. Pendapat senada diungkapkan Oshima (1997:6) dalam buku Introduction to Academic Writing, “paragraph is a group of related statemen that a writer develops about a subject. The first sentence states the specific point, or idea, of the topic”. Pendapat lain, Ramlan (1993:1) mendefinisikan paragraf adalah kesatuan kalimat yang menghadirkan ide pokok sebagai pengendalinya. Sama halnya dengan Ramlan yang menekankan kehadiran ide pokok atau gagasan utama, Keraf pun mengungkapkan paragraf merupakan himpunan kalimat dalam satu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan. Lebih lanjut Tarigan (1991:11) mengemukakan paragraf adalah seperangkat kalimat yang berkaitan erat satu sama lainnya. Kalimatkalimat tersebut disusun menurut aturan tertentu sehingga makna yang dikandungnya dapat dibatasi, dikembangkan, dan diperjelas. Ramlan (1993:1) mengungkapkan pula mengenai paragraf. Paragraf dapat diurai dari segi bentuk dan makna. Dari segi bentuk, paragraf terdiri dai sejumlah kalimat, atau dengan kata lain merupakan kumpulan dari sejumlah kalimat meskipun ada juga yang hanya terdiri dari satu kalimat atau satu kata, misalnya kalimat penutup pada surat yang sering hanya berupa kata terima kasih. Sejumlah kalimat itu kaitmengait sehingga membentuk satu satuan. Di bidang makna paragraf itu merupakan satuan informasi yang 2
memiliki ide pokok sebagai pengendalinya. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa paragraf adalah kumpulan kalimat yang disusun secara logis dan kronologis untuk membentuk kesatuan gagasan. Paragraf-paragraf yang disusun dalam sebuah karangan harus memenuhi tiga bagian, yaitu adanya paragraf pembuka, paragraf penghubung, dan dan paragraf penutup. Mulyati, dkk (2009:7.22) mengungkapkan keberadaan tiga bagian paragraf tersebut bila dikembangkan berdasarkan tujuan. Oshima mengungkapkan bahwa dalam pengembangan karangan yang lebih dari satu paragraf terbagi ke dalam tiga bagian, yaitu bagian awal yaitu pendahuluan (introduction), bagian tengah disebut isi (body), dan bagian akhir disebut kesimpulan (conclusion). Djago Tarigan mengungkap unsur-unsur paragraf yaitu transisi (kalau ada), kalimat utama, kalimat penjelas/kalimat pengembang, dan kalimat penegas. Transisi adalah sebuah pengantar dalam paragraf sebelum sampai pada kalimat topik. Transisi dapat berupa kata, frase, dan kalimat. Kalimat topik atau kalimat utama adalah kalimat yang dijelaskan oleh kalimat-kalimat yang lain (kalimat penjelas. Kalimat penjelas/kalimat pengembang adalah kalimat yang menjelaskan kalimat utama atau kalimat topik. Kalimat penegas adalah kalimat yang berfungsi menegaskan kembali informasi atau gagasan yang telah dikemukakan oleh kalimat utama. Paragraf merupakan bagian dari suatu karangan. Untuk itu paragraf memiliki persyaratan. Dua persyaratan yang dimilikinya adalah kesatuan paragraf dan kepaduan paragraf (Akhadiah, dkk:148-152). Syarat
kesatuan bahwa dalam tiap paragraf hanya mengandung satu gagasan pokok atau satu topik. Syarat kepaduan atau koherensi dititikberatkan pada hubungan antara kalimat dengan kalimat. Dasar pengembangan paragraf dapat mengacu pada keberadaan kalimat utama yang dikembangkan dengan tiga pola umum pengembangan, yaitu pola pengembangan deduktif, induktif, dan deduktif-induktif (campuran), dan ada juga juga yang berpendapat tentang pola pengembangan inneratif. Namun, pola ini tidak populer dan realitanya pun jarang dipilih para penulis dalam pengembangan gagasannya. Paragraf yang dikembangkan dengan pola deduktif adalah paragraf yang dikembangkan dengan menyimpan atau meletakkan kalimat utama di awal paragraf, sedangkan kalimat-kalimat lain yang mengikutinya adalah paragraf-paragraf penjelas atau pengembang. Pengembangan seperti ini disebut juga pengembangan umum ke khusus. Paragraf deduktif dikembangkan dengan meletakkan kalimat utama pada awal paragraf, paragraf induktif kebalikannya. Letak kalimat utama paragraf ini di akhir paragraf. Jadi, paragraf ini mulai dari kalimat-kalimat penjelas atau kalimat pengembang menuju kalimat umum yang memiliki gagasan utama. Paragraf jenis ini sering disebut juga dengan pengembangan khusus menuju ke umum. Paragraf yang ketiga adalah pengembangan paragraf dengan menggabungkan pola pengembangan umum khusus dan khusus umum. Paragraf jenis ini disebut paragraf campuran. Pengembangan paragrafnya diawali dengan meletakkan kalimat utama pada awal paragraf, kemudian dikembangkan 3
dengan kalimat-kalimat penjelas. Terakhirnya ditutup dengan kalimat utama lagi, namun dengan menggunakan redaksi yang berbeda dengan redaksi pertama pada awal paragraf. Kalimat utama yang diletakkan di akhir ini biasanya disebut kalimat penegas. Di samping tiga pola pengembangan paragraf yang umum tadi terdapat pola pengembangan lain, yaitu paragraf yang meletakkan kalimat utama di tengah paragraf, namun pengembangan ini jarang sekali digunakan dalam mengembangkan gagasan. Paragraf ini disebut paragraf inneratif. Berdasarkan keberadaan letak kalimat utama, paragraf pun kemudian dapat dikembangkan dalam bentuk pengembangan lainnya, seperti paragraf dengan pola deduktif tapi dikembangkannya dengan cara perbandingan. Paragraf dapat dikembangkan puladeengan pengembangan induktif, tapi dengan teknik pengembangan contoh, misalnya, dan sebagainya. Mengenai teknik-teknik pengembanan paragraf ini dapat diungkapkan teknik-teknik pengembangan paragrafnya, yaitu contoh, definisi, klimaks, analogi, sebab-akibat, ilustrasi, perbandingan atau pertentangan, klasifikasi, dll. Paragraf yang terakhir adalah paragraf deskriptif. Paragraf jenis ini tidak memiliki kalimat utama. Gagasan dalam paragraf tersebut implisit dalam keseluruhan kalimat dalam paragraf tersebut. Biasanya paragfraf ini dimanfaatkan dalam pelukisan keadaan. Dengan demikian bila dilihat dari keberadaan letak kalimat utama pola paragraf itu adalah paragraf deduktif, paragraf induktif, paragraf campuran, dan paragraf inneratif. Dan, ada pula pengembangan tanpa
menghadirkan secara eksplisit kalimat utama, yaitu paragraf deskriptif. Artikel. Artikel dapat diartikan sebagai tulisan lengkap yang dimuat dalam surat kabar atau majalah. Yang dimaksudkan lengkap di sini adalah mengandung judul, pendahuluan, penyajian masalah, pembahasan, dan penutup (kesimpulan). Dalam arti itu, artikel hampir sama bentuknya dengan makalah atau kertas kerja yang sering disampaikan dalam suatu pertemuan. Jika makalah ditulis lalu disajikan di media massa cetak, maka makalah itu bisa dinamakan artikel. Berikut ini contoh artikel yang merupakan karangan eksposisi dan dimuat dalam surat kabar KompasAnak. Namun, contoh ini hanya dikutif beberapa paragrafnya saja (berupa nukilan karangan berdasarkan artikel yang pernah dimuat dalam surat kabar Kompas-anak). METODOLOGI PENELITIAN Penelitian pemaragrafan ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik analisis isi. Dengan metode ini penulis dapat memperoleh data karangan apa adanya. Hal ini selaras dengan pandangan Sudaryanto yang mengatakan bahwa metode deskriptif melandasi suatu penelitian berdasarkan fakta yang ada atau fenomena yang secara empiris hidup pada penutur-penuturnya. Dengan demikian, hasil yang diperoleh atau yang dicatat berupa perian bahasa yang bisa dikatakan sebagai paparan apa adanya (Sudaryanto 1986:62). Penganalisisan dalam penelitian ini lebih bersifat deskriptif analitik, yang berarti interpretasi terhadap isi dibuat dan disusun secara sistemik dan sistematis dengan teknik analisis isi. Teknik analisis isi digunakan untuk mencari fakta dengan interpretasi data. Analisis isi 4
merupakan suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi yang dapat ditiru dan data yang sahih dengan memperhatikan konteksnya. Fakta data berupa karangan atikel koran anak terbitan Kompas diklasifikasi berdasarkan kriteria paragraf yang baik, seperti kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan. Data yang sudah diklasifikasi itu kemudian diiterpretasi dengan menggunakan acuan teori yang relevan dengan masalah itu. Data penelitian ini berupa kalimat-kalimat yang tersusun dalam paragraf-paragraf. Data yang dikumpulkan berupa kesatuan, kepaduan, kelengkapan, dan pola pengembangan paragraf pada artikel yang terdapat pada koran Kompasanak yang tebit setiap Minggu. Data yang dipilih sebanyak sembilan artikel (artikel terbitan delapan minggu atau dua bulan). Artikel tersebut dipilih secara purposif. Artikel yang dipilih adalah artikel yang berciri wacana eksposisi. Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Tahap permulaan dalam metode ini adalah menemukan gejalagejala secara lengkap di dalam aspek yang diselidiki agar jelas keadaan atau kondisnya. Pada tahap ini, penelitian sebatas menemukan fakta-fakta seadanya, termasuk menunjukkan distribusinya dan usaha mengemukakan hubungan antara gejala yang satu dan gejala lainnya dalam aspek yang diteliti. Pengumpulan data dilakukan dengan cara memilih naskah artikel Kompas-Anak yang terbit setiap Minggu selama dua bulan-- konsep dua bulan tidak terlalu menjadi patokan urutan waktu. Namun, yang dijadikan patokaan adalah jumlah artikel yaitu sembilan artikel.
Analisis Data. Tahap berikutnya adalah memberikan penafsiran yang adekuat atau memadai terhadap fakta-fakta yang ditemukan. Pada tahap ini penelitian sudah sampai pada tahap analisis dan interpretasi tentang arti data itu. Suatu penelitian dapat diwujudkan juga sebagai usaha pemecahan masalah dengan membandingkan persamaan dan perbedaan gejala yang ditemukan, mengukur dimensi suatu gejala, mengadakan klasifikasi gejala, menilai gejala, menetapkan stadar, menetapkan hubungan antargejala yang ditemukan. HASIL PENELITIAN Berikut ini disajikan data pengembangan paragraf dalam artikel Kompas Anak. Data disajikan dengan cara memilah kalimat-kalimat dalam setiap paragraf, kemudian ditentukan ketepatannya dengan melihat jumlah kalimat pengembangannya. Dalam menentukan ketepatan ini kriteria yang digunakan adalah bila paragraf dalam artikel itu hanya satu kalimat, maka dianggap tidak tepat. Bila paragraf tersebut dikembangkan dengan dua kalimat atau lebih, maka paragraf tersebut dinyatakan tepat. Berikut ini disajikan contoh analisis dari satu artikel.
5
Data Artikel 1 “Dongeng Putri Berambut Panjang”, Nika/Disney, Kompas, Minggu 28 November 2010. Pa- Jml Data Paragraf KetepaPola rag- Katan paragraf liUnsur raf ke- mat Paragraf 1 1 Rapunzel adalah sebuah dongeng klasik dari × Jerman karya Grimm Bersaudara. 2 2 Dongeng ini berkisah tentang seorang putri √ deduktif berambut panjang yang ditawan di sebuah menara. Kini kisah itu bisa kita nikmati melalui film Disney berjudul Rapunzel: “A Tangled Tale” 3 3 Film animasi ke-50 Disney ini awalnya √ deduktif berjudul Rapuzel. Namun, judul Rapunzel memiliki kesan film ini berisi tentang kisah putri semata. Padahal, di dalam film ada kisah tentang seorang pemuda heroik. 4 2 Kisahnya dimulai ketika seorang bayi √ deduktif perempuan diculik dan dikurung dalam menara. Bayi perempuan itu adalah seorang putri yang bernama Rapunzel. 5 3 Delapan belas tahun kemudian, Rapunzel √ deduktif tumbuh menjadi gadis cantik dengan rambut berwarna emas. Rambutnya sangat panjang, hampir 21 meter! Rambut itu juga memiliki kekuatan magis, seperti untuk menyembuhkan. 6 2 Selama 18 tahun, Rapunzel dirawat oleh √ deduktif Mother Gothel yang tak lain adalah orang yang menculiknya. Ia selalu mengatakan dunia luar sangat jahat dan menakutkan. 7 1 Mother Gothel menggunakan rambut emas × Rapunzel untuk membuatnya tetap cantik dan awet muda. 8 3 Pada saat yang bersamaan, seorang √ deduktif pemuda tampan menjadi orang yang paling dicari oleh kerajaan karena melakukan pencurian. Pemuda itu bernama Flynn. Dia bersembunyi di menara tempat Rapunzel. 9 2 Kehadiran Flynn menjadi jalan bagi √ deduktif Rapunzel untuk melihat dunia luar yang selama ini membuatnya penasaran. Mereka bertualang bersama bunglon teman rapunzel dan kuda teman Flynn. 10 1 Film animasi ini dibintangi oleh Mandy × Moore sebagai pengisi suara Rapunzel, 6
11
1
12
1
13
1
14
2
15
1
16
2
17
2
Keterangan:
Zachary Levi sebagai pengisi suara Flynn Ryder, dan Donna Murphy sebagai pengisi suara Mother Gothel. Ini dia tokoh-tokohnya: Rapunzel Gadis cantik berambut berwarna emas ini walaupun seumur hidup terkurung di dalam menara, tidak merasa tertekan. Ketika bertemu dengan seorang pencuri yang bersembunyi di dalam menara, rapunzel memutuskan untuk keluar menara dan bertualang. Rapunzel tidak sadar kalau dia adalah seorang putri. Flynn Rider Pemuda berwajah tampan ini memiliki rasa percaya diri yang sangat tinggi. Flynn adalah seorang pencuri yang mencari kehidupan seperti yang diimpikannya. Setelah bertemu dengan Rapunzel, gadis cantik berambut panjang, Flynn mendapat sebuah petualangan yang tak akan pernah dilupakan seumur hidupnya. Pascal Satu-satunya teman Rapunzel adalah seekor bunglon pendiam bernama Pascal. Dia memiliki peran penting dalam kehidupan Rapunzel karena dialah yang membuat Rapunzel menjadi percaya diri. Maximus Dia adalah kuda penjaga yang ingin menangkap Flynn, sang pencuri yang paling dicari. Namun, setelah bertemu dengan Rapunzel, hatinya melunak. √ : tepat × : tidak tepat
×
×
× √
deduktif
×
√
deduktif
√
deduktif
Rekapitulasi Ketepatan Penulisan Paragraf Berdasarkan data paragraf dari sembilan artikel yang sudah dianalisis dalam penelitian ini. Berikut ini akan diungkap presentasi ketepatan penulisan paragraf. Rekapitulasi Jumlah Kalimat dalam Paragraf Data Artikel
Jumlah kalimat dalam paragraf 7
1 2 3
-
6 -
5 -
4 3
3 3 6 3
2 7 8 8
Jml
Persentase Kesalahan
Persentase ketepatan
35 48 25
65 52 75
1 7 13 5
18 27 19
7
4 5 6 7 8 9 Jumlah %
1
-
-
2 4 4
6 5 7
9 7 9
5 7 5
22 23 26
22,7 33,3 19,3
77,3 66,7 80,7
1 O,5
1 1 0,5
1 1 0,5
1 1 2 17 7,7
7 3 10 50 22,7
12 11 7 79 35,9
8 2 9 61 27,7
28 17 30 220
32,1 11,8 30 27, 73
68,9 88,2 70 72,27
Berdasarkan data di atas dapat diungkapkan bahwa pada artikel pertama, terlihat bahwa pesentase ketepatannya 65 %, pada artikel 2, persentase ketepatannya 52 %, pada artikel 3, persentase ketepatannya 75 %, pada artikel 4, persentase ketepatannya 77,3 %, pada artikel 5, persentase ketepatannya 66,7 %, pada artikel 6, persentase ketepatannya 80,7 %, pada artikel 7, persentase ketepatannya 68,9 %, pada artikel 8, persentase ketepatannya 88,2 %, pada artikel 9, persentase ketepatannya 70 %. Bila dijumlahkan ketepatan penulisan paragraf secara keseluruhan adalah 72,27 %. Berdasarkan data tersebut berarti masih terdapat paragraf yang tidak tepat karena ditemukan paragraf yang dibuat hanya dengan satu kalimat untuk seluruh artikel Kompas Anak tersebut (27,73%). Padahal paragraf yang satu kalimat ini bila dicermati merupakan kalimat utama atau gagasan utama untuk paragraf berikutnya. Selain itu, konsep paragraf merupakan seperangkat kalimat yang mengandung ide pokok/gagasan utama sebagai pengendalinya. Hal tersebut sebaiknya dipenuhi dalam pengembangan paragraf. Contohnya pada kutipan data artikel 1 berikut. Rapunzel adalah sebuah dongeng klasik dari Jerman karya Grimm Bersaudara. (paragraf 1) Dongeng ini berkisah tentang seorang putri berambut panjang yang ditawan di sebuah menara. Kini kisah itu bisa
kita nikmati melalui film Disney berjudul Rapunzel: “A Tangled Tale” (paragraf 2) Kutipan di atas bila digabungkan dapat menjadi paragraf yang memenuhi persyaratan paragraf dan memenuhi unsur pembentuk paragraf. Jadi bila digabungkan akan menjadi Rapunzel adalah sebuah dongeng klasik dari Jerman karya Grimm Bersaudara. (paragraf 1)Dongeng ini berkisah tentang seorang putri berambut panjang yang ditawan di sebuah menara. Kini kisah itu bisa kita nikmati melalui film Disney berjudul Rapunzel: “A Tangled Tale” (paragraf 2) Bila paragraf ini digabung maka paragraf ini memenuhi syarat pengembangan paragraf, syarat kesatuan dan kepaduan. Menjadi paragraf yang baik. Menghadirkan dua kalimat dalam paragraf sudah sesuai dengan kecukupan pengembangan, seperti yang dicontohkan Ramlan dalam kajian teori di atas. 1)Setiap hari komputer mencatat ribuan nama, alamat, nomor telepon, dan kisah pembelanjaan uangnya. 2) nama-nama itu dimasukkan ke komputer lain yang segera bekerja meneleponi mereka. Kasus lain yang ditemukan adalah paragraf satu kalimat yang sebenarnya merupakan lanjutan 8
kalimat penjelas pada paragraf sebelumnya. Contoh: Selama 18 tahun, Rapunzel dirawat oleh Mother Gothel yang tak lain adalah orang yang menculiknya. Ia selalu mengatakan dunia luar sangat jahat dan menakutkan. (paragraf 6) Mother Gothel menggunakan rambut emas Rapunzel untuk membuatnya tetap cantik dan awet muda.(paragraf 7) Bila dicermati paragraf 6 mengandung 2 paragraf. Paragraf tersebut benar. Paragraf berikutnya hanya terdiri dari satu kalimat. Dan itu salah. Paragraf 7 bila dilihat dari gagasannya merupakan lanjutan dari paragraf 6. Jadi, paragraf 7 itu merupakan kalimat penjelas paragraf 6. Sebaiknya, Penulisannya digabung dengan paragraf 6.Dengan demikian penulisannya menjadi Selama 18 tahun, Rapunzel dirawat oleh Mother Gothel yang tak lain adalah orang yang menculiknya. Ia selalu mengatakan dunia luar sangat jahat dan menakutkan. Mother Gothel menggunakan rambut emas Rapunzel untuk membuatnya tetap cantik dan awet muda. Kasus-kasus serupa dijumpai dalam kedelapan artikel Kompas Anak lainnya. Paragraf ditulis hanya satu kalimat, padahal ia bisa menjadi kalimat utama pada paragraf berikutnya atau justru sebagai kalimat penjelas pada paragraf yang mendahuluinya. Ditemukan pula paragraf yang dapat dikembangkan dengan memenggalnya menjadi beberapa kalimat. Pengembangan paragraf dalam Kompas Anak ini persentasenya kecil, tetap masih ditemukan pengembanganpengembangan yang sudah baik. Paragraf tidak dikemas hanya satu
kalimat tetapi sudah memenuhi aspek kohesi dan koherensinya. Hal lain yang ingin diungkap selain data ketepatan paragraf, permasalahan berikutnya mengenai penerapan syarat paragraf. Ada dua syarat paragraf yaitu syarat kesatuan dan syarat kepaduan. Syarat kesatuan dalam tiap paragraf hanya mengandung satu gagasan pokok atau satu topik. Semua kalimat dalam paragraf harus membicarakan gagasan pokok tersebut. Paragraf dianggap mempunyai kesatuan, jika kalimat-kalimat dalam paragraf itu selalu relevan dengan topik. Syarat kepaduan atau koherensi dititikberatkan pada hubungan antara kalimat dengan kalimat. Bila dilihat dari syarat kesatuan dan kepaduan, syarat tersebut dipenuhi oleh paragrafparagraf yang masuk kategori tepat yang ada dalam artikel Kompas Anak ini. Salah satu contoh tampak pada kutipan berikut. Pascal Satu-satunya teman Rapunzel adalah seekor bunglon pendiam bernama Pascal. Dia memiliki peran penting dalam kehidupan Rapunzel karena dialah yang membuat Rapunzel menjadi percaya diri. Paragraf di atas sudah memenuhi persyaratan paragraf, baik syarat kesatuan (kohesi) maupun kepaduan (koherensi). Syarat kesatuan dipenuhi karena mengandung satu gagasan atau topik. Kedua kalimat tersebut mendukung satu gagasan pokok yaitu tentang Pascal, teman Rafunsel. Syarat kepaduan pun dipenuhi. Pada kalimat utama diungkap gagasan tentang teman Rafunsel bernama Pascal. Kalimat keduanya diawali dengan kata Dia, yang merujuk pada Pascal. Kata ganti Dia menjadi ciri adanya koherensi dalam paragraf tersebut. 9
Jumlah dua kalimat dalam satu paragraf ini pun sudah memadai, karena menurut Ramlan, paragraf dapat dibangun oleh setidaknya dua kalimat. Pada artikel Kompas Anak ini banyak paragraf yang disusun dengan dua kalimat. Pola pengembangan paragraf yang digunakan dalam artikel-artikel Kompas Anak menggunakan pola pengembangan deduktif. Pola ini disusun dengan mengembangkan gagasan utama yang diletakan pada awal paragraf. I.
Kesimpulan Dalam membuat paragraf, syarat kesatuan dan kepaduan mestilah dipenuhi dalam mengembangkan sebuah paragraf. Di samping itu, unsur-unsur paragraf yang meliputi kalimat utama, kalimat penjelas, dan kalimat penegas harus pula terpenuhi. Namun, untuk pola pengembangan paragraf deduktif, tentu saja hanya dua unsur yang dipenuhi, yaitu kehadiran kalimat utama dan kalimat penjelas. Umumnya pola yang digunakan adalah deduktif. Penelitian ini mengungkap pengembangan paragraf pada artikel Kompas Anak yang terbit setiap hari Minggu. Ada Sembilan artikel yang dipilih sebagai sampel dalam penelitian ini. Temuan hasil penelitian ini adalah 1) Ketepatan penulisan paragraf mencapai 72,27 %. Hal ini dilihat dari pengembangan dari sembilan artikel yang memuat lebih dari 2 kalimat, sedangkan paragraf yang ditulis hanya dengan satu kalimat ada 27,73%. Hal tersebut memperlihatkan masih terdapat paragraf yang tidak tepat karena ditemukan paragraf yang dibuat hanya dengan satu kalimat.. Padahal, paragraf yang satu kalimat ini bila dicermati merupakan kalimat utama
atau gagasan utama untuk paragraf berikutnya. Sebagai sebuah bentuk naskah, secara keseluruhan, naskah tersebut dapat digunakan dalam pembelajaran. Hanya perlu disikapi untuk paragraf yang satu kalimat. Dan, untuk penulis atau editor Kompas Anak perlu kecermatan lagi dalam menyusun gagasan yang tersaji dalam paragrafparagraf. Hasil temuan lain adalah 1) artikel Kompas Anak menggunakan pola pengembangan deduktif, 2) Jika dicermati dari jenis karangan, dapat diungkap pula pengembangan karangan yang digunakan adalah karangan eksposisi. Jenis karangan ini dapat dijadikan model pula dalam pengembangan jenis karangan eksposisi. Bila dilihat pemanfaatan naskah artikel dari Kompas Anak ini bahwa naskah ini dapat digunakan sebagai bahan atau materi ajar dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. DAFTAR PUSTAKA Akhadiah, Sabarti dkk. 1999. Pembinaan Keterampilan Menulis. Jakarta: Erlangga. Mulyati. Yeti, dkk. 2009. Bahasa Indonesia. Jakarta Universitas Terbuka.. Oshima, Alice dan Ann Hogue. Introduction to Academic writing (Second Edition). New York: Longman. Ramlan. Paragraf: Pikiran, alur, dan kepaduannya. Jakarta: Erlangga. Roberrt C. Bogdan dan Sari Knopp Biklen. 1982. Qualitative Researech for Education: An introduction to Theori and Methods. Boston: Allyn and Bacon) Sudaryanto. 1986. Metode Linguistik I: Ke Arah Memahami Metode 10
Linguistik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press) Tabroni, Roni. 2007. Proses Kreatif Menulis di Media Massa: Dari Memburu Ide Hingga Menjaring Media. Bandung:Nuansa. Tarigan. Djago. 1988. Keterampilan Menulis Paragraf. Bandung: Angkasa.
Sutiyono. 2006. “Membuat Kliping .... Tidak Harus Menunggu Tugas dari Sekolah”. Dalam Kompas, 21 Mei 2006. Jakarta. “Dongeng Putri Berambut Panjang”, Nika/Disney, Kompas, Minggu 28 November 2010.
1
Dosen PBS Indonesia FKIP Universitas Pakuan, Bogor, Pendidikan S-1, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, IKIP Bandung; S-2 Program Studi Pendidikan Bahasa, Universitas Negeri Jakarta; lahir di Bogor, 17 Januari 1970.
2
Dosen PBS Indonesia FKIP Universitas Pakuan, Bogor, Pendidikan S-1, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, IKIP Bandung; S-2 Program Studi Pendidikan Bahasa, Universitas Negeri Jakarta; lahir di Bogor, 17 Januari 1970.
11