Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terminologi Judul Judul dari proyek ini adalah Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo. Berikut ini merupakan penjelasan terhadap judul kasus proyek tersebut :
Pengembangan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengembangan adalah proses, cara, perbuatan mengembangkan. Pengembangan merupakan proses, cara, perbuatan mengembangkan atau pembangunan secara bertahap dan teratur yang menjurus ke sasaran yang dikehendaki. 2
Museum Huta Bolon Museum
adalah
institusi
permanen
dalam
hal
melayani
dan
mengembangkan masyarakat, terbuka untuk umum yang mempelajari, mengawetkan, melakukan penelitian, melakukan penyampaian kepada masyarakat dan pameran untuk tujuan pembelajaran, pendidikan, rekreasi, atau wisata, dan memberitahukan aset-aset barang berharga yang nyata dan “tidak nyata” tentang lingkungannya kepada masyarakat. Huta adalah kampung tradisional orang Batak yang dikelilingi oleh benteng dan tanaman pohon bambu untuk menghalangi musuh masuk ke dalam kampung itu, dan hanya ada satu pintu kecil sebagai akses memasuki kampung tersebut. Bolon adalah rumah tradisional Batak Toba yang berada di dalam perkampungan tradisional tersebut. Pada Huta Bolon biasanya terdapat beberapa Rumah Bolon dan Sopo (tempat penyimpanan padi) yang mengikuti pola berbanjar. Museum Huta Bolon merupakan salah satu wadah yang berfungsi sebagai tempat menyimpan, merawat, dan melestarikan budaya Batak dengan tujuan untuk
pembelajaran,
pendidikan,
dan
rekreasi
atau
wisata,
dan
memberitahukan aset-aset budaya tersebut kepada masyarakat, yang terdiri dari museum terbuka (open air museum) yaitu perkampungan Batak Toba (Rumah Bolon dan Sopo) dan solu bolon (perahu), dan museum indoor yaitu perkakas atau peralatan hidup peninggalan budaya Batak Toba (parhalaan, pustaha laklak, tunggal panaluan).
2
http://www.artikata.com/arti-367883-pengembangan.html
Bonyta Ruth H. 11 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir
Simanindo Simanindo adalah sebuah desa yang terletak di Kabupaten Samosir, di tepi Danau Toba, Sumatera Utara, Indonesia. Letak geografis Simanindo berada pada 2º32’ - 2º45’ Lintang Utara dan 98º44’ - 98º50’ Bujur Timur. Simanindo dapat dicapai dalam waktu 30 menit dengan kapal Ferry dari Parapat ke Tomok dan dari Tomok naik angkutan selama 30 menit. Atau bisa juga dengan kapal kecil dari Tigaras yang langsung menuju ke pelabuhan Simanindo. 3 Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo merupakan proses, cara,
perbuatan mengembangkan atau pembangunan secara bertahap pada suatu wadah yang berfungsi sebagai tempat menyimpan, merawat, dan melestarikan budaya Batak Toba dengan tujuan untuk pembelajaran, pendidikan, dan rekreasi atau wisata, dan memberitahukan aset-aset budaya tersebut kepada masyarakat, yang terdiri dari museum terbuka (open air museum) yaitu perkampungan Batak (Rumah Bolon dan Sopo) dan solu bolon (perahu), dan museum indoor yaitu perkakas atau peralatan hidup peninggalan budaya Batak Toba (parhalaan, pustaha laklak, tunggal panaluan) di Kecamatan Simanindo. Pengembangan Museum Huta Bolon ini adalah salah satu objek wisata budaya di Simanindo yang di dalamnya terdapat beberapa aktifitas wisata budaya. Aktifitas wisata budaya meliputi upacara adat, seni pertunjukan adat, ritual-ritual, peninggalan nenek moyang dan lain sebagainya.4 2.2 Tinjauan Umum 2.2.1 Museum 2.2.1.1 Pengertian Museum Secara etimologis, museum berasal dari kata Yunani, “mouseion”, yang sebenarnya merujuk kepada nama kuil untuk sembilan Dewi Muses, anak-anak Dewa Zeus yang melambangkan ilmu dan kesenian. Bangunan lain yang diketahui berhubungan dengan sejarah museum adalah bagian kompleks perpustakaan yang dibangun khusus untuk seni dan sains, terutama filosofi dan riset di Alexandria oleh Ptolemy I Soter pada tahun 280 SM. Ada beberapa pengertian Museum menurut beberapa sumber, yaitu :
3
4
http://id.wikipedia.org/wiki/Simanindo
http://kekayaanindonesiaku.blogspot.com/p/wisata-budaya.html
Bonyta Ruth H. 12 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir
Menurut Association of Museum (1998) definisi tentang museum adalah museum memperbolehkan orang untuk melakukan penelitian untuk inspirasi, pembelajaran, dan kesenangan. Museum adalah badan yang mengumpulkan, menyelamatkan, dan menerima artefak dan spesimen dari orang yang dipercaya oleh badan museum. Sedangkan definisi yang terdahulu menurut Association of Museum, yaitu “Museum merupakan sebuah badan yang mengumpulkan,
mendokumentasikan,
melindungi,
memamerkan,
dan
menunjukkan materi bukti dan memberikan informasi demi kepentingan umum.”
Museum, berdasarkan definisi yang diberikan International Council of Museums disingkat ICOM, adalah institusi permanen, nirlaba, melayani kebutuhan publik, dengan
sifat
terbuka,
dengan
cara
melakukan
usaha
pengoleksian,
mengkonservasi, meriset, mengomunikasikan, dan memamerkan benda nyata kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan, dan kesenangan. Karena itu ia bisa menjadi bahan studi oleh kalangan akademis, dokumentasi kekhasan masyarakat tertentu, ataupun dokumentasi dan pemikiran imajinatif pada masa depan dan sejak tahun 1977 tiap tanggal 18 Mei diperingati sebagai Hari Museum Internasional.
Museum adalah tempat mengoleksi, merekam, dan memamerkan makna dan nilai yang kita temukan di dalam hidup dari seni, sejarah, serta ilmu pengetahuan kita. (Gail Dexter Lord dan Barry Lord, 1991)
Berdasarkan
Pedoman
Pelaksana
Proyek-Proyek
Pembangunan
Permuseuman di Indonesia, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Tahun 1984, museum didefinisikan sebagai satu unit bangunan monumental baik bangunan baru, maupun bangunan lama yang berfungsi sebagai wadah untuk melestarikan koleksi dan aktifitas museum. Museum merupakan sarana dalam pengembangan budaya dan peradaban masnusia. Secara luas museum tidak hanya bergerak di sekyor budaya, melainkan juga di sektor ekonomi, politik, sosial, dll. Museum merupakan wahana yang memiliki peran strategis terhadap penguatan jati diri masyarakat. Museum sebagai media yang universal untuk pelestarian warisan budaya, wahana pembelajaran masyarakat, dan objek wisata yang edukatif, perlu didorong agar menjadi dinamis serta dapat melayani masyarakat dengan memadai.
Bonyta Ruth H. 13 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir Museum sebagai suatau lembaga yang mempunyai ciri khas, yakni rekreatif. Selain itu, museum menjalankan peran sebagai lembaga yang menyandang fungsi edukatif. Sumber-sumber informasi disediakan untuk berbagai raga pengunjung, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Begitu juga dengan berbagai aspek kebudayaan, sejarah, dan ilmu pengetahuan yang disediakan oleh museum. Museum mengumpulkan dan merawat benda-benda ilmu pengetahuan alam, benda-benda seni, dan benda-benda yang memiliki sejarah penting agar tampak bernilai dan untuk dipamerkan kepada masyarakat umum melalui pameran permanen atau temporer. Museum besar terletak di kota besar dan museum lokal berada di kota kecil. Museum memiliki berbagai tipe dilihat dari jenis koleksi yang dimilikinya. Kategorinya meliputi barang-barang kesenian (seni lukis, patung) , arkeologi, antropologi, etnologi, sejarah, sejarah militer,spesialisasi, virtual, numismatis, botani, zoologi, prangko. Juga ada museum dengan kategori khusus seperti museum seni modern, museum sejarah lokal, museum penerbangan, pertanian, atau geologi. Jenis-jenis museum berdasarkan jenis koleksi yang dimilikinya, antara lain : Museum Seni juga dikenal sebagai sebuah galeri seni , merupakan sebuah ruang untuk pameran seni , biasanya merupakan seni visual , dan biasanya terdiri dari lukisan , ilustrasi , dan patung . Koleksi dari lukisan dan dokumen lama biasanya tidak dipamerkan didinding , akan tetapi diletakkan di ruang khusus. Museum Sejarah
merupakan museum yang memberikan edukasi terhadap
sejarah dan relevansinya terhadap masa sekarang dan masa lalu . Beberapa museum sejarah menyimpan aspek kuratorial tertentu dari sejarah dari daerah lokal tertentu . Museum jenis ini memiliki koleksi yang beragam termasuk dokumen , artefak , seni , benda arkeologi. Museum Maritim merupakan museum yang menspesialisasi terhadap objek yang berhubungan dengan kapal , dan perjalanan di laut dan danau. Museum Otomotif merupakan museum yang memamerkan kenderaan. Museum Sejarah alam merupakan museum yang memamerkan dunia alam yang memiliki fokus di alam dan budaya. Pada umumnya memberi edukasi yang berfokus pada dinosaurus , sejarah kuno, dan antropologi.
Bonyta Ruth H. 14 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir Museum Open Air merupakan museum yang mengkoleksi dan membangun kembali bangunan tua di daerah terbuka luar. Biasanya bertujuan untuk menciptakan kembali bangunan dan suasana lansekap masa lalu. Science Museum merupakan museum yang membahas tentang seputar masalah scientific, dan sejarahnya. Untuk menjelaskan penemuan-penemuan yang kompleks, pada umumnya digunakan media visual. Museum jenis ini memmungkinkan memiliki studioIMAX yang merupakan studio visual tiga dimensi. Museum Spesialisasi merupakan museum yang menspesialisasikan pada topik tertentu. Contoh museum ini adalah museum musik , museum anak , museum gelas, dsb. Museum ini pada umumnya memberi edukasi dan pengalaman yang berbeda dibandingkan museum lainnya. Museum Virtual merupakan museum yang berada di dunia maya berupa internet dimana tidak memiliki fisik museum dan isinya hanya berupa data. Berdasarkan jenis-jenis museum menurut jenis koleksi yang dimilikinya, seperti yang telah diuraikan di atas, Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo adalah penggabungan dua jenis museum yaitu, Museum Open Air yang bertujuan untuk menciptakan kembali bangunan dan suasana lansekap masa lalu dan Museum Spesialisasi yang menspesialisasikan pada topik tertentu, yaitu kebudayaan Batak Toba. Kebanyakan museum menawarkan program dan kegiatan yang menjangkau seluruh pengunjung, termasuk orang dewasa, anak-anak, seluruh keluarga, dan tingkat profesi lainnya. Program untuk umum terdiri dari perkuliahan atau pelatihan dengan staf pengajar, orang-orang yang ahli, dengan film, musik atau pertunjukan tarian, dan demontrasi dengan teknologi. Kedudukan museum di Indonesia sekarang di bawah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. 2.2.1.2 Sejarah Permuseuman di Indonesia Perkembangan museum di Indonesia bermula pada tanggal 24 April 1778 dengan
didirikannya
Museum
Bataviaasch
Genootshap
Van
Kunsten
en
Westenschappen di Batavia (sekarang menjadi Kota Jakarta). Museum ini berfungsi sebagai museum kebudayaan dan mempunyai peranan penting dalam penelitian dan pengumpulan benda-benda bersejarah dan mengenai alam kebudayaan Indonesia. Pada masa pemerintahan Inggris di Indonesia, Raffles melengkapi
Bonyta Ruth H. 15 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir bangunan museum tersebut dengan bangunan administrasi dan perpustakaan. Pada tahun 1782, museum ini dijadikan sebagai museum nasional dan seratus tahun kemudian pada tahun 1817 dibuat Kebun Raya Bogor, kemudian pada tahun 1894 dijadikan museum zoologi.5 Jumlah museum yang terdapat di Indonesia ±30 buah sampai akhir Perang Dunia II. Jumlahnya terus bertambah setelah kemerdekaan Indonesia dan tujuan pendiriannya berubah, yaitu awalnya untuk kepentingan pemerintah penjajah, berubah menjadi untuk kepentingan masyarakat dalam usaha pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Pada tahun 1964, masalah museum ditingkatkan menjadi Lembaga Museum-Museum Nasional, kemudian pada tahun 1966 diganti menjadi Direktorat Museum dalam lingkungan Direktorat Jenderal Kebudayaan. Dalam rangka pembinaan dan pengembangan permuseuman di Indonesia, maka : Pada tahun 1971 Direktorat Permuseuman mengelompokkan museum menurut jenis koleksinya menjadi tiga jenis, yaitu Muesum Umum, Museum Khusus, dan Museum Lokal. Pada tahun 1975, pengelompokan tersebut diubah menjadi Museum Umum, Museum Khusus, dan Museum Pendidikan. Pada tahun 1980, kemudian disederhanakan menjadi Museum Umum dan Museum Khusus. Berdasarkan tingkat kedudukan, Direktorat Permuseuman mengelompokkan Museum Umum dan Museum Khusu menjadi Museum Tingkat Nasional, Museum Regional (Provinsi), dan Museum Tingkat Lokal (Kodya/Kabupaten). Pada tahun 1981 tercatat bahwa di Indonesia terdapat 135 museum. Dalam era pembangunan program pengembangan permuseuman dilakukan melalui : PELITA I dengan proyek rehabilitasi dan perluasan museum pada museum pusat (Museum Nasional) dan Museum Bali (Denpasar). PELITA II sampai tahun kedua (1975/1976) program proyek dilanjutkan pada sebelas lokasi dan sampai tahun kelima mencapai 26 provinsi. PELITA III, proyek rehabilitasi dan perluasan diganti menjadi proyek pengembangan permuseuman dengan tugas yang lebih luas, yaitu selain membina dan mengembangkan museum yang dikelola oleh swasta dan museum pemerintah daerah.
5
Tedjo Susuli. Drs, Buku Pedoman Pendirian Museum, Penerbit Departemen Pendidikan Nasional Dirjend Kebudayaan Proyek Pembinaan Permuseuman Jakarta, 1999.
Bonyta Ruth H. 16 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir Pembinaan dan pengembangan permuseuman di Indonesia, khususnya museum di lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan meliputi bidang koleksi, fisik bangunan, ketenagaan, sarana penunjang, fungsionalisasi, dan peranan museum sebagai museum pembinaan museum daerah dan swasta. 2.2.1.3 Jenis dan Status Museum di Indonesia Secara garis besar museum terbagi atas 2 jenis6, yaitu : Museum Umum Museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia dan lingkungannya yang berkaitan dengan seni, disiplin ilmu dan teknologi. Museum Khusus Museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia dan lingkungannya yang berkaitan dengan salah satu cabang disiplin ilmu pengetahuan dan cabang teknologi. Berdasarkan Kedudukannya, museum dibagi menjadi tiga bagian7, yaitu :
Museum Nasional Museum yang koleksinya terdiri atas kumpulan benda-benda yang mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia atau lingkungannya dari seluruh wilayah Indonesia yang bernilai material.
Museum Provinsi Museum yang koleksinya terdiri atas kumpulan benda yang berasal, mewakili, dan berkaitan dengan bukti material atau lingkungannya dari suatu provinsi tertentu.
Museum Lokal Museum yang koleksinya terdiri atas kumpulan benda-benda yang berasal dari, mewakili, dan berkaitan dengan bukti material manusia atau lingkungan sekitarnya dari wilayah kabupaten atau kotamadya tertentu.
Berdasarkan Pengelolanya, museum dibagi menjadi 2 jenis8, yaitu :
Museum Pemerintah Museum yang penyelenggaraan dan pengelolaannya dilakukan oleh pemerintah. Museum ini dapat dibagi lagi menjadi museum yang penyelenggaraan dan pengelolaannya dilakukan oleh pemerintah daerah.
6
Ibid Ibid 8 Ibid 7
Museum Swasta
Bonyta Ruth H. 17 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir Museum yang penyelenggaraan dan pengelolaannya dilakukan oleh suatu badan swasta. Tipe eksibisi pada museum9 adalah sebagai berikut :
Eksibisi seni latar belakang pemandangan (Complementative Aesthetic Exhibition).
Display tematik (Thematic Display)
Diorama, merupakan sekelompok objek yang ditata sedemikian rupa sehingga membentuk suatu lingkungan.
Penataan Ruang (Room Setting), yaitu pendekatan tingkatan suatu ruang sejarah aktual, di mana diselang-selingi sesuai periode tertentu.
Eksibisi sistematik (Systemathic Exhibition), penyajian objek koleksi secara sistematik sesuai jenis dan tipenya.
Penyimpanan yang terlihat, yaitu dengan penempatan beberapa koleksi pada tempat tertutup/dibatasi, namun dapat terlihat, dan diberi penjelasan seperti kartu indeks, elektronik, atau grafis.
Koleksi-koleksi yang dipamerkan pada museum dapat dikelompokkan menjadi 6 kelompok utama10, yaitu sebagai berikut : 1) Koleksi Display (pada tempat display atau tempat terbuka). Kegunaannya adalah sebagai : -
edukasional, display tematik
-
kotak display terbuka yang dapat dilihat
-
dipinjam dari museum lain.
2) Koleksi
Studi
(pada
tempat
display
atau
penyimpanan
terkontrol).
Kegunaannya adalah untuk : -
penelitian
-
perbandingan contoh-contoh yang diwakili
-
melengkapi mandate koleksi museum.
3) Koleksi Simpanan (pada tempat penyimpanan terkontrol). Kegunaannya adalah : -
sebagai perletakan untuk bagian kebutuhan prioritas perbaikan konservasi untuk memasukkan koleksi display
-
sebagai perletakan untuk objek di bawah pertimbangan untuk aksesioning atau deaksesioning
9 10
Ibid Ibid
Bonyta Ruth H. 18 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir -
sebagai perletakan untuk bagian yang ditransfer atau pertukaran.
4) Koleksi demonstrasi (pada tempat display atau tempat penyimpanan). 5) Tujuan koleksi kategori ini adalah untuk mengizinkan agar objek (duplikat, replikasi, alat, dan sejenisnya) yang mana memungkinkan agar tidak menjadi semakin buruk sepanjang penggunaan terkontrol, seperti : -
penanganan ekspresimental
-
pengoperasian
-
eksperimen ilmu pengetahuan.
6) Koleksi arsip dan perpustakaan (pada tempat penyimpanan terbuka atau terkontrol). Koleksi ini digunakan sebagai informasi pelengkap untuk display edukasional. 2.2.1.4 Garis Besar Kebijakan Permuseuman di Indonesia Tahun 1984-1989 Rencana induk permuseuman di Indonesia merupakan perwujudan hasil pemikiran di bidang pembinaan dan pengembangan permuseuman secara garis besar sebagai landasan dan pedoman pengembangan Museum Nasional, Museum Umum, dan Museum Khusus di Indonesia. Rencana induk permuseuman ini mencakup kebijaksanaan programprogram pengembangan Museum Nasional, Museum Umum, dan Museum Khusus dengan penekanan pada REPELITA IV, dan dengan berpedoman kepada sasaran yang ingin dicapai pada akhir REPELITA V, yaitu kesiapan “tinggal landas”. Pengembangan permuseuman di Indonesia pada kurun waktu REPELITA IV pada dasarnya merupakan kelanjutan dan peningkatan usaha penekanan pada pembinaan REPELITA sebelumnya, dan memberi tekanan pada pembinaan dan pengembangan suatu sistem permuseuman nasional yang dijiwai falsafah Pancasila dan berdasarkan kepada Undang-Undang Dasar 1945. Kebijakan pengembangan permuseuman di Indonesia juga berpegang kepada rumusan ICOM mengenai fungsi museum, yaitu :
Mengumpulkan dan pengamanan warisan alam dan budaya
Dokumentasi dan penelitian ilmiah
Konservasi dan preservasi
Penyebaran dan pemerataan ilmu untuk umum
Pengenalan dan penghayatan kesenian
Pengenalan kebudayaan antar daerah dan bangsa
Bonyta Ruth H. 19 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir
Visualisasi warisan alam dan budaya
Cermin pertumbuhan peradaban umat manusia
Pembangkit rasa bertaqwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Fungsi di atas menunjukkan bahwa warisan budaya dan alam perlu
dipelihara dan diselamatkan. Dengan demikian, dapat dibina nilai-nilai budaya nasional yang dapat memperkuat kepribadian bangsa, mempertebal harga diri dan kebanggaan nasional serta memperkokoh kesatuan nasional. 2.2.1.5 Landasan Kebijaksanaan a) Landasan Ideal Landasan ideal permuseuman merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari landasan ideal pembinaan dan pengembangan kebudayaan nasional,
yaitu
Landasan
ideal
Pancasila,
yang
tercantum
dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 : “….. dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial…..” b) Landasan Konstitusional Yang menjadi landasan konstitusional ini terdapat pada Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31, yaitu: 1) Tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran. 2) Pemerintahan mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur oleh undang-undang. Selain itu, juga pada Undang-Undang Dasar 1945 pasal 32, yaitu : “Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia”. Dari hal tersebut mengandung arti seperti disebut dalam penjelasan pasal tersebut. c) Landasan Operasional Sejalan dengan Garis-Garis Besar Haluan Negara (Ketetapan MPR No.II/MPR/1983), landasan operasional pembinaan dan pengembangan kebudayaan termasuk pembinaan penghayatan Kepercayaan Terhadap Yang Maha Esa, yang menyebutkan sebagai berikut :
Nilai budaya Indonesia yang mencerminkan nilai tukar bangsa harus dibina
dan
dikembangkan
guna
memperkuat
penghayatan
dan
pengamalan Pancasila, memperkuat kepribadian bangsa, mempertebal
Bonyta Ruth H. 20 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir rasa harga diri dan kebangsaan nasional serta memperkokoh jiwa kesatuan.
Kebudayaan nasional terus dibina dan diarahkan pada penerapan nilainilai kepribadian bangsa yang berlandaskan Pancasila.
Dengan tumbuhnya kebudayaan yang berkepribadian nasional, maka sekaligus dapat dicegah dengan nilai-nilai sosial budaya yang bersifat feudal dan kedaerahan yang sempit serta ditanggulangi pengaruh kebudayaan asing yang negatif sedang di lain pihak ditimbulkan.
2.3 Tinjauan Khusus 2.3.1 Museum Huta Bolon Simanindo 2.3.1.1 Sejarah Singkat Saat Belanda berkuasa di Sumatera Utara, mereka mengangkat seorang raja untuk mengepalai nagari dengan menunjuk Raja Sidahuruk sebagai penguasa. Raja Sidahuruk tersebut tinggal di sebuah perkampungan yang disebut Huta Bolon yang berada di Pulau Samosir. Huta Bolon adalah sebuah kampung tua. Huta berarti kampung tradisional orang Batak yang dikelilingi benteng dengan tanaman bambu guna menghalangi musuh masuk ke dalam. Huta hanya mempunyai satu pintu gerbang. Rumah di dalam Huta berbaris di samping kanan dan kiri rumah raja. Rumah raja dinamakan Rumah Bolon. Di hadapan Rumah Bolon terdapat lumbung padi diberi nama Sopo. Dia antara Rumah Bolon dan Sopo ini biasanya diadakan upacara ritual adat Batak. Saat ini Huta Bolon dikenal sebagai Museum Huta Bolon Simanindo. Museum Huta Bolon Simanindo dijadikan museum terbuka (open air museum) sejak tahun 1969 dan diresmikan pada tahun 1971. Museum ini sekarang dikelola oleh Yayasan Bolon Simanindo yang dipimpin RPH Sidahuruk (keturunan Raja Sidahuruk) dan menjadi salah satu objek wisata budaya yang sering dikunjungi wisatawan domestik dan mancanegara. 2.3.1.2 Fasilitas dan Pertunjukan yang Disediakan Fasilitas yang ada pada Museum Huta Bolon Simanindo ini adalah ticketing, museum indoor berupa rumah adat tradisional Batak, museum terbuka (open air museum), dan toilet. Pada museum indoor, terdapat perkakas atau peralatan hidup
Bonyta Ruth H. 21 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir peninggalan budaya Batak Toba (parhalaan, pustaha laklak, tunggal panaluan) yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Gambar 2.1 Museum Indoor dan Solu Bolon Sumber : Hasil Survey
Gambar 2.3 Koleksi Museum Indoor Sumber : Hasil Survey NO
JENIS KOLEKSI
Gambar 2.2 Solu Bolo Sumber : Hasil Survey
Gambar 2.4 Koleksi Museum Indoor Sumber : Hasil Survey KOLEKSI MUSEUM INDOOR HUTA BOLON SIMANINDO
1
Ilmu Pengetahuan
2
Pakaian Adat, Perhiasan, dan Aksesoris Rambut
Ulos Bintang Maratur Ulos Ragi Hidup Ulos Mangiring Ulos Pinan Lobu-Lobu Ulos Ragihotang Ulos Ragihuting Ulos Sibolang Rasta Pamontari Ulos Suri-Suri Ganjang Ulos Tumtuman Ulos Tutur-Tutur
3 4
Tempat Penyimpanan Peralatan Dapur, Memasak, &
Hombung Hudon Tano
Pustaha Porhalaan Parhalaan (1) Parhalaan (2) Bulu Parhalaan (Tondung Sahala) Bulu Partonaan Garung-Garung Sondi Ruji-Ruji Bindu Matoga
Bonyta Ruth H. 22 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir Makan
5
Alat Tenun dan Tradisional
6
Alat Musik
Poting Tabu-Tabu Dalihan Hudon Pangalompaan Susuban Geang-Geang Sonduk Seak Papene Panutuan Tutu Parang Busur Hapas Sorha Tangan Sorha Pat (1) Sorha Pat (2) Pangunngasan Unggas Sarune Bolon Ogung Ponggora Gordang Hesek Hasapi Ende Hasapi Doal Sarune Getep Sulim Garantung Tulila Sordam Tataloat Saluang Sidideng
Bonyta Ruth H. 23 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir 7
Mistis dan Seni Ukir
Tunggal Panaluan Tungkot Balehat Sahan (Naga Morsarang) Sahan (Sibiaksa) Piso Halasan (1) Piso Halasan (2) Sahan Sondi Hajo Patung Debata Idup Laki-Laki Patung Debata Idup Perempuan Patung Debata Idup Patung Ajidonda Silinduat Patung Siharhari Patung Sitolu Patung Sidua Saihot Bulu Sondi Salung Topeng Sondi Tanduk
Tabel 2.1 Koleksi Museum Indoor Huta Bolon Simanindo
Pada museum terbuka terdapat perkampungan Batak (Rumah Bolon dan Sopo) dan solu bolon (perahu). Pada perkampungan Batak tersebut terdapat tiga rumah dan empat Sopo yang kurang mendapatkan perawatan, serta satu Sopo yang sudah rubuh. Selain itu juga terdapat beberapa makam Batak.
Gambar 2.5 Sopo (Tempat Penyimpanan Padi) Sumber : Hasil Survey
Gambar 2.6 Rumah Bolon (Warisan Rumah Adat Raja Sidahuruk Sumber : Hasil Survey
Gambar 2.7 Makam Batak Sumber : Hasil Survey
Bonyta Ruth H. 24 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir Pada museum ini biasanya dihadirkan pertunjukan bagi para wisatawan domestic dan mancanegara, yaitu pertunjukan tari Tor-tor Sigale-gale dan ritual adat Mangalahat Horbo (pemotongan kerbau). Kedua pertunjukan ini diadakan di halaman yang berada di antara Rumah Bolon dan Sopo.
Gambar 2.8 Pertunjukan Tor-tor Sigale-gale Sumber : www.google.com
Pertunjukan tari Tor-tor Sigale-gale (Gondang Sigale-gale) ini merupakan pertunjukan tari boneka yang terbuat dari kayu mirip dengan manusia di mana pada zaman dahulu kala ada seorang raja yang hanya mempunyai seorang anak tunggal. Pada suatu saat anak tersebut jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia. Raja sangat sedih menerima musibah tersebut, sebab anak yang diharapkannya untuk meneruskan cita-citanya (kerajaannya) sudah tiada. Jadi, untuk meringankan penderitaan raja, sekaligus untuk mengenang anaknya, maka raja memerintahkan rakyatnya untuk mengukir sebuah patung yang sangat mirip dengan anaknya. Sehingga saat raja ingin melihat anaknya, maka raja akan mengundang rakyatnya untuk membuat pesta Tarian Sigale-gale. Saudara perempuan Sigale-gale akan melepaskan kerinduannya dengan menari bersama Sigale-gale. Inilah asal mula dari patung Sigale-gale (Patung putra seorang Raja yang bernama Manggale).
Gambar 2.9 Pertunjukan Ritual Adat Mangalahat Horbo Sumber : www.google.com
Bonyta Ruth H. 25 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir Sedangkan pertunjukan ritual adat Mangalahat Horbo adalah acara adat memotong kerbau dan memukul gendang. Di halaman tengah antara Rumah Bolon dan Sopo didirikan sebuah tonggak dihiasi dengan daun-daun melambangkan pohon suci. Tonggak bernama Borotan, di Borotan itulah kerbau digiring serta disembelih. Pesta adat dilakukan sekitar 10 orang, yaitu lima perempuan dan lima lelaki, mereka nantinya akan menari diiringi musik yang berada di dalam Rumah Bolon. Tahapan-tahapan pesta adat Mangalahat Horbo adalah melakukan : Gondang Lae-lae, doa kepada dewata agar kerbau tidak bertingkah jelek sewaktu digiring ke Borotan. Kepercayaan orang Batak zaman dahulu setiap tingkah laku kerbau merupakan tanda baik atau buruk terhadap sebuah pesta. Gondang Mula-mula, doa kepada dewa pencipta bumi, langit dan segala isinya
agar
dianugerahkan
putra
dan
putri,
membawa
kekayaan,
menjauhkan bala dan menyembuhkan segala penyakit kepada yang menyelenggarakan pesta. Gondang Mula Jadi, tarian untuk mengatakan bahwa doa telah dikabulkan oleh dewata atau Tuhan. Gondang Sahata Mangaliat, orang berpesta menari dengan mengelilingi tonggak atau Borotan penyembelih kerbau. Kerbau selanjutnya disembelih dan dagingnya dibagi-bagikan kepada yang berpesta serta kepada yang berhak menerima sesuai dengan adat yang ditentukan. Gondang Marsiolop-olopan, orang berpesta saling memberi selamat kepada sesama. Gondang Siboru, tari untuk para pemuda. Ketika pemuda menari datanglah puteri yang masing-masing mengharapkan agar pemuda melamarnya. Gondang Sidoli, tari untuk para pemudi. Saat pemudi menari datanglah pemuda untuk mendekati seorang puteri yang dicintainya dan didambakan. Sebagai tanda pemuda mencintai puteri, dia akan memberi sejumlah uang. Gondang Pangurason, roh nenek moyang berpesta datang dan menyusup pada tubuh salah satu seorang penari dan memberi berkat kepada mereka. Tari bersama, semua tamu diajak menari bersama tuan rumah yang mengadakan pesta. Tortor Tunggal Panaluan, tari diperankan seorang
Bonyta Ruth H. 26 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir dukun untuk berkomunikasi dengan dewata Natolu meminta sesuatu seperti meminta hujan, keturunan atau kesuksesan dalam kehiduapan. Kedua pertunjukan tersebut dilakukan dua kali sehari pada hari Senin s/d Sabtu pukul 10.30 - 11.45 WIB dan 11.45 - 12.30 WIB, sedangkan pada hari Minggu pada pukul 11.45 – 12.30 WIB. 2.3.2 Batak Toba Batak Toba merupakan sub etnis Batak yang merupakan salah satu penduduk asli Sumatera Utara. Batak Toba, umumnya bermukim di Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Humbang Hasudutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir. Adat istiadat Batak toba dikenali dnegan struktur sosialnya yang disebut dengan Dalihan na Tolu yang terdiri atas : Hula-hula, Dongan Tubu, dan Boru. Orang Batak Toba menganut paham patrilineal. Orang Toba percaya bahwa leluhurnya yakni Si Raja Batak diturunkan di Pusuk Buhit. Dari sinilah muncul asal-usul dan marga-marga orang Toba dan keturunannya. Sistem kepercayaan tradisionalnya disebut dengan Malim yang mengedepankan kesucian dan penganutnya disebut dengan Parmalim. Siklus Batak Toba yang utama adalah kelahiran, perkawinan, dan kematian. Pada proses dan pasca kelahiran terdapat ritual seperti Manghare atau Mangganje (pemberian makan bagi orang yang hamil tua), Pabosurhon (memberi makan), Mangharoan atau Manaha Saganon (membakar kayu), Martutut Aek (pergi ke air), Mangebang (membawa ke pasar), dan Mampe Goar (memberi nama).
Gambar 2.10 Ulos Batak Toba Sumber : Hasil Survey
Gambar 2.11 Pakaian Adat Batak Tob Sumber : Hasil Survey
Perkawinan yang dikenal pada masyarakat Batak Toba seperti : mangalua (kawin lari), taru jual (pernikahan di tempat perempuan), Na Ni Alap Ni Appang (pernikahan di tempat laki-laki). Bentuk perkawinan yang ideal adalah Na Ni Alap Ni
Bonyta Ruth H. 27 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir Appang. Pada umumnya, perkawinan Batak Toba adalah eksogam marga. Kain khas tradisional Batak Toba disebut Ulos, yang memiliki makna magis.
Gambar 2.12 Rumah Bolon Sumber : Hasil Survey
Rumah khas Batak Toba disebut dengan Rumah Bolon. Batak Toba memiliki aksara atau biasa disebut Surat Batak yang berjumlah 21 huruf. Aksara/Surata Batak ka ba
a
ha
pa
na
wa
ga
ja
da
ra
ma
ta
sa
ya
nga
la
nya
i
u
ké
ki
ko
ku
kang
Alfabe t Latin
Transli terasi
Tabel 2.2 Aksara/Surat Batak Toba
Pada suku Batak Toba, terdapat dua jenis seni tari yaitu :
Tumba yaitu suatu tarian bagi anak remaja, biasanya dilakukan malam hari di halaman desa, dan peristiwanya terlepas dari konteks upacara. Gerakannya didominasi gerakan tortor, tetapi ada kombinasi gerakan hentakan kaki dan mengayun disertai menepuk lutut dengan kedua tangan
Bonyta Ruth H. 28 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir dilanjutkan dengan bertepuk tangan. Paduan gerak dan nyanyian ini disebut Tumbas. Sementara dalam syair lagunya ada kata tumba. Tumba adalah syairnya, embas adalah gerakannya.
Tortor, yang dilakukan dalam setiap upacara dengan iringan gondang sabangunan, secara umum terlihat seperti hiburan. Akan tetapi dalam pemikiran yang asli, kedudukan tor-tor bagi masyarakat Batak Toba tidaklah merupakan suatu seni hiburan.
Sedangkan seni suaranya terdiri dari :
Joting adalah seni suara dengan syair yang beraturan dipadukan dengan gerakan yang seragam. Permainan joting biasanya ramai pada saat bulan purnama usai panen raya.
Andung adalah ratapan bernuansa kesedihan.
Oing mirip dengan nyanyian sinden Jawa. Oing kebanyakan mengutarakan suka duka dan pengharapan, biasanya dinyanyikan perlahan dan dalam kesendirian.
Dideng adalah seni suara bernuansa sanjungan dan motivasi kepada seseorang.
Doding adalah kepandaian merangkai kata-kata untuk menyemangati seseorang atau kelompok orang.
Ende (nyanyian) adalah syair dan irama yang dilagukan oleh pemain joting dan tumbas. Dalam kehidupan masyarakat Batak Toba karya seni rupa mempunyai
kedudukan penting dalam religi, adat, dan kehidupan sehari-hari. Wawasan seni rupa yang ada pada masyarakat Batak Toba mencakup tenun, ragam hias, patung, dan berbagai bentuk lainnya. Salah satu yang khas dalam penyajiannya adalah apa yang tertera pada bangunan ruma dan sopo (tempat menyimpan padi dan beberapa kegiatan desa yang menyangkut kehidupan muda-mudi). Secara umum, pola-pola ragam hias tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut: a. Pola berbentuk manusia, misalnya: ulu paung, singa-singa. b. Pola berbentuk hewan, misalnya: boraspati, hoda-hoda. c. Pola berbentuk raksasa, misalnya: jengger, jorngom. d. Pola berbentuk tumbuhan, misalnya: hariara, sundung di langit. e. Pola berbentuk geometris, misalnya: ipon-ipon, iran-iran.
Bonyta Ruth H. 29 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir f. Pola berbentuk kosmos, misalnya: silintong, simarogung-gung. Di samping berfungsi sebagai magis, di sisi lain seni rupa yang berbentuk tenunan, ulos misalnya berfungsi dalam upacara adat. Setiap corak atau motif ulos yang dibedakan dalam warna, pola, bahan, dan ukuran memiliki nama-nama tersendiri. Misalnya: ragidup, abit godang, runjat, sibolang, ragi hotang, sadum, parompa, dan sebagainya. Tetapi dalam masing-masing upacara adat, nama ulos tersebut berubah menurut kepentingan dan fungsi ulos tersebut. Secara umum dapat dijelaskan bahwa dalam musik masyarakat Batak Toba terdapat dua jenis ensambel yang dalam beberapa repertoar memiliki kesamaan fungsi sebagai pengiring upacara, yaitu gondang hasapi dan gondang sabangunan. 1) Gondang hasapi, yang memiliki beberapa variasi dalam instrumentasinya, tergantung pada guna dan jumlah pemainnya.
Instrumen pembawa melodi: hasapi ende (plucked lute dua senar), garantung (xylophone), sarune etek (single reed).
Instrumen ritme konstan; hasapi doal (plucked lute dua senar) dan hesek (plat logam atau botol kosong).
2) Gondang sabangunan, yang terdiri dari:
Instrumen pembawa melodi: sarune (shawm), taganing (drume chime).
Instrumen ritme variabel : gordang (single headed drum), taganing.
Instrumen ritme konstan: ogung (gong) yang terdiri dari oloan, ihutan, doal dan panggora, hesek (plat logam atau botol kosong).
Batak Toba juga memiliki seni teatrikal, yaitu Opera Batak yang diiringi Gondang Hasapi dan nyanyian (andung, ende, oing) untuk hiburan rakyat. Opera Batak mempopulerkan kesenian andung, ende, oing, dan pemainnya sering menampilkan (bernyanyi seperti menangis). Kebudayaan Batak toba yang telah disebutkan di atas memiliki nilai sejarah yang tinggi. Selain itu, terdapat juga peninggalan Batak Toba yang juga memiliki nilai sejarah tinggi. Adapun peninggalan Batak Toba tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini. NO 1
JENIS KOLEKSI Ilmu Pengetahuan
PENINGGALAN BATAK TOBA Pustaha Porhalaan Parhalaan (1) Parhalaan (2) Bulu Parhalaan (Tondung Sahala) Bulu Partonaan
Bonyta Ruth H. 30 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir Garung-Garung Sondi Ruji-Ruji Bindu Matoga
2
Pakaian Adat, Perhiasan, & Aksesoris Rambut
3
Tempat Penyimpanan
4
Peralatan Dapur, Memasak, & Makan
Leang Laki-laki Leang Perempuan Golang Sibong Sitepal Sibong Ottok-Ottok Sortali Laki-laki Sortali Perempuan Tagan Ulos Antak-Antak Ulos Bintang Maratur Ulos Bolean Ulos Ragi Hidup Ulos Mangiring Ulos Padang Ursa Ulos Pinan Lobu-Lobu Ulos Pinuncaan Ulos Ragihotang Ulos Ragihuting Ulos Sibolang Rasta Pamontari Ulos Sibunga Umbasang Ulos Simpar Ulos Sitolu Tuho Ulos Suri-Suri Ganjang Ulos Ragi Harangan Ulos Simarinjam Sisi Ulos Ragi Pakko Ulos Tumtuman Ulos Tutur-Tutur Hombung Hudon Tano Sapa Poting Tabu-Tabu Dalihan Hudon Pangalompaan Susuban Geang-Geang Sonduk Seak Seak-Seak Borhu Lage-Lage Papene Panutuan Tutu Losung Andalu Parang Rumbi
Bonyta Ruth H. 31 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir 5
Alat Pertanian
6
Alat Menangkap Ikan
7
Alat Berburu dan Senjata
8
Alat Tenun Tradisional
9
Alat Musik
Ansuan Ordang Panasapi Pangali Sorha-Sorha Auga Ninggala Sisir Gair-Gair Sitolu Raja Tali Hotang Rogo Pandabui Sasabi Rahat Ampang Parmasan Ampang Papalian Parrasan Andok-Andok Solup Tektek Pambalbal Takkik Guris Haminjon Parang Bubu Tiri-Tiri Bubu Jahir Bubu Ihan Herengan Hirang-Hirang (1) Hirang-Hirang (2) Hirang-Hirang (3) Ultop Pulur Pana Siar Hujur Parang Palait Hujur Bulu Busur Hapas Sorha Tangan Sorha Pat (1) Sorha Pat (2) Pangunggasan Unggas Sosa Anian Tundalan (Pamunggung) Hasoli Sitadoan Sarune Bolon Taganing (5 buah) Ogung Ponggora Ogung Pangalusi
Bonyta Ruth H. 32 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir
10
Ogung Doal Ogung Oloan Hesek Hasapi Ende Hasapi Doal Sarune Getep Sulim Garantung Tulila Sordam Tataloat Saluang Along-Along Tanggetong Sidideng Saga-Saga Genggong Ulu Paung Jenggar Santung-Santung Gaja Dompak Dorpi Jolo Singa-Singa
Mistis dan Seni Ukir
Tabel 2.3 Peninggalan Batak Toba
2.4 Tinjauan Lokasi Studi kasus proyek ini merupakan Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo, sehingga lokasi proyek sudah ditentukan, yaitu di lokasi Museum Huta Bolon, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara. Adapun alasan pemilihan lokasi tersebut didasarkan pada Kabupaten Samosir merupakan asal mula orang Batak dan memiliki banyak potensi wisata budaya yang menjadi objek tujuan wisata. Selain itu, terdapat alasan lain meliputi alasan pemilihan lokasi, lokasi, dan deskripsi lokasi. 2.4.1 Alasan Pemilihan Lokasi Alasan pemilihan lokasi Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo adalah sebagai berikut: 1) Pencapaian Terdapat banyak sarana angkutan umum ke lokasi Aksesbilitas yang mudah bagi pengunjung, pengelola, maupun kendaraan servis. 2) Area pelayanan Jarak dekat dengan fungsi sejenis (situs budaya masyarakat Batak Toba)
Bonyta Ruth H. 33 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir Terletak tidak jauh dari objek-objek wisata lain Jarak dekat dengan fasilitas umum (akomodasi hotel, rumah makan, dll) Tersedianya
jaringan
utilitas,
seperti
jaringan
PLN,
PDAM,
telekomunikasi, saluran pembuangan kota dan lain-lain. 3) Nilai Historis Terdapat peninggalan budaya Memiliki citra sebagai situs kebudayaan yang cukup dikenal. 4) Persyaratan Lain Memiliki potensi wisata yang tinggi. 2.4.2 Lokasi 2.4.2.1 Fisik 1) Letak Geografis Secara geografis Kabupaten Samosir terletak pada 2º21’38’’ - 2º49’48’’ Lintang Utara dan 98º24’00’’ - 99º01’48’’ Bujur Timur. Secara administratif Kabupaten Samosir diapit oleh tujuh kabupaten, yaitu : Utara
: Kabupaten Karo dan Simalungun
Selatan
: Kabupaten Tapanuli Selatan dan Humbangn Hasundutan
Barat
: Kabupaten Dairi dan Phakpak Barat
Timur
: Kabupaten Toba Samosir.
Letak geografis Simanindo sendiri terletak pada 2º30’ - 2º45’ Lintang Utara dan 98º45’ - 98º55’ Bujur Timur. Secara administratif Kecamatan Simanindo diapit oleh empat kecamatan dan Danau Toba, yaitu : Utara
: Kecamatan Pangururan dan Kecamatan Ronggur Nihuta
Selatan
: Danau Toba
Barat
: Kecamatan Onan Runggu, Kecamatan Palipi, dan Danau Toba
Timur
: Danau Toba
2) Topografi dan Kemiringan Lahan Kabupaten Samosir terletak pada wilayah dataran tinggi dengan kemiringan antara 700 s/d 1.995 m di atas permukaan laut. Topografi dan kontur tanah di Kabupaten Samosir pada umumnya berbukit-bukit dan bergelombang,
Bonyta Ruth H. 34 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir dengan komposisi ketinggian daratan di atas permukaan laut dan kemiringan, sebagai berikut : Ketinggian Daratan 700 m s/d 1.000 m dpl 1.000 m s/d 1.500 m dpl > 1.500 m dpl
Kemiringan Datar 0 – 20 Landai 2 – 15 15 – 400 Miring > 400 Terjal
Persentase ± 10 % ± 20 % ± 55 % ± 15 %
Tabel 2.4 Kemiringan Lahan Kabupaten Samosir (Sumber : Samosir Dalam Angka 2012)
Kabupaten Samosir merupakan salah satu kawasan wisata yang sudah lama dikenal oleh para wisatawan domestik dan mancanegara karena keindahan panorama alam Danau Toba dan sejumlah situs budaya tradisional khas Batak Toba, dan salah satunya adalah Kecamatan Simanindo. Kecamatan Simanindo, khususnya Museum Huta Bolon Simanindo berada pada ketinggian 931 m dpl, maka tergolong pada 700 m s/d 1000 m dpl, dengan komposisi kemiringan 0-20 (datar). Luas daratan dan wilayah Kabupaten samosir mencapai 1.444,25 km2 dan luas perairan Danau Toba 1.102,60 km2. Kabupaten Samosir memiliki Sembilan kecamatan, dan kecamatan Harian adalah kecamatan dengan luas daratan terluas, yaitu 580.45 m2. Di urutan kedua ada Kecamatan Simanindo dengan luas 198.20 km2. Sedangkan Kecamatan Sitiotio merupakan kecamatan yang memiliki luas daratan yang terkecil, yaitu 50.76 km2. Data tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini. No
Kecamatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Sianjur Mulamula Harian Sitiotio Onanrunggu Nainggolan Palipi Ronggurnihuta Pangururan Simanindo Jumlah
Luas Wilayah (km2) 140,24 580,45 50,76 50,89 87,86 129,55 94,87 121,43 198,20 1444.25
Penduduk (jiwa) 9.224 7.933 7.191 10.425 11.960 16.237 8.434 29.687 19.681 120.772
Tabel 2.5 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Kabupaten Samosir Menurut Kecamatan (Sumber : Samosir Dalam Angka 2012)
Bonyta Ruth H. 35 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir 3) Iklim dan Cuaca Rata-rata curah hujan yang terjadi di Kabupaten Samosir pada tahun 2011 berdasarkan hasil pengamatan sembilan kecamatan yang ada di Kabupaten Samosir adalah sebesar 2.541 mm/bulan dengan jumlah hari hujan sebanyak 162 hari. Temperatur Kabupaten Samosir berkisar antara17ºC-29ºC dengan kelembaban udara rat-rata 85.04% dan tergolong beriklim tropis. 4) Kondisi Infrastruktur, Sarana dan Prasarana Kondisi Jalan Panjang jalan dan jenis permukaan jalan pada Kabupaten Samosir dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Uraian
Jalan Negara
Jalan Provinsi
Jalan Kabupaten
2009
32
156.3
609.33
Jenis Permukaan Jalan (km) Bukan Aspal/ aspal/ Hotmix Hotmix 711.85 85.78
2010
32
156.3
611.43
711.85
Panjang Jalan (km)
Tahun
87.88
2011 32 156.3 615.99 776.37 82.56 Tabel 2.6 Panjang Jalan dan Jenis Permukaan Jalan di Kabupaten Samosir (Sumber : Samosir Dalam Angka 2012)
Menurut kondisi jalan, jalan propinsi yang masih baik adalah sepanjang 86.65 km, kondisi sedang sepanjang 10.20 km, rusak sepanjang 10.85 km, dan rusak parah sepanjang 48.65 km. Sedangkan kondisi jalan kabupaten yang masih baik adalah sepanjang 303.75 km, kondisi sedang sepanjang 142.56 km, kondisi rusak sepanjang 41.31 km, dan kondisi rusak parah sepanjang 128.37 km. Kondisi Jalan yang tergolong baik ada 41.32%, sedang 24.66%, rusak ringan 5.45% dan rusak parah 28.57%. 2
Panjang Jalan (km ) Kecamatan Sianjur Mulamula Harian
Baik
Jalan Propinsi Sedang Rusak
Jalan Kabupaten Rusak Parah
Baik
Sedang
Rusak
Rusak Parah
Jumlah
0.00
0.00
0.00
0.00
39.46
6.26
3.60
1.68
51.00
11.75
4.00
2.55
4.17
11.78
17.30
1.48
0.00
53.03
Bonyta Ruth H. 36 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir Sitiotio
0.00
0.00
0.00
0.00
6.11
1.02
1.58
14.62
23.33
Onanrunggu
0.00
0.00
0.00
26.75
41.95
26.63
8.81
53.86
158
Nainggolan
1.00
1.20
3.25
8.05
23.18
20.77
5.33
13.22
76.00
14.85
0.00
0.00
0.00
31.56
26.10
8.08
11.99
92.58
0.00
0.00
0.00
0.00
41.53
14.19
8.73
20.37
84.82
Palipi Ronggurnihuta Pangururan
21.15
5.00
5.00
0.00
57.54
16.92
0.89
3.01
109.51
Simanindo
37.90
0.00
0.00
13.85
50.47
13.38
2.81
9.64
128.05
86.65 10.20 10.85 52.82 303.58 142.57 41.31 128.39 Tabel 2.7 Panjang Jalan Menurut Kecamatan di Kabupaten Samosir
776.37
Jumlah Total
(Sumber : Samosir Dalam Angka 2012)
Terminal Bus dan Daftar Transportasi Darat Terminal Bus
Lagundi, Kec. Onanrunggu
Onanrunggu, Kec. Onanrunggu
Transportasi Darat dalam Kabupaten
No
1
2
3
4
TRANSPORTASI DARAT DALAM KABUPATEN Tipe Nama Kapasitas Jadwal Kendaraan Trayek Usaha Penumpang Keberangkatan Samosir Tiap jam dari Tour Mini BusPangururan14 pukul 07.00 s/d Transport Kijang Tomok PP 17.00 (STT) Po. Tiap jam dari Mini BusPangururanSumber 8 pukul 07.00 s/d Kijang Tomok PP Sari 17.00 Pulo Tiap jam dari Samosir Mini BusPangururan18 pukul 07.00 s/d Nauli Kijang Tomok PP 17.00 (PSN) Harian Pangururan- Tiap 2 jam dari Transport Mini Bus18 Nainggolan pukul 07.00 s/d Nainggolan Kijang PP 17.00 (HTN) Tabel 2.8 Transportasi Darat dalam Kabupaten Samosir (Sumber : www.samosirkab.go.id/2012)
Transportasi Darat Antar Kabupaten No
1
TRANSPORTASI DARAT ANTAR KABUPATEN Tipe Kapasitas Nama Usaha Kendaraan Trayek Trayek Penumpang Samosir Pribumi Mini Bus 18 Pangururan-
Bonyta Ruth H. 37 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir (SAMPRI)
Medan PP
PangururanSidikalang PP Pulo Samosir PangururanMini Bus 8 Nauli (PSN) Medan PP Harian Transport Tiap hari Nainggolan Mini Bus 8 berangkat (HTN) pukul 08.00 Tabel 2.9 Transportasi Darat Antar Kabupaten Samosir Pribumi (SAMPRI)
2 3 4
Mini Bus
18
(Sumber : www.samosirkab.go.id/2012)
Dermaga Pada umumnya kondisi dermaga di Kabupaten Samosir masih berkonstruksi kayu sesuai dengan tabel di bawah ini. NO
Dermaga
Komposisi
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Simanindo Pangururan Nainggolan Onanrunggu Palipi Lagundi Tomok Wisata Lopo Parindi, Tomok Siallagan
Beton Kayu Kayu Kayu Kayu Kayu Kayu Beton Kayu
Luas (m2) 200 200 100 60 148 100 120 200 120
Tabel 2.10 Luas dan Komposisi Dermaga di Kabupaten Samosir (Sumber : Samosir Dalam Angka)
Dermaga yang terdapat di Kecamatan Simanindo adalah : a. Dermaga Simanindo b. Dermaga Siallagan c. Dermaga Wisata Tomok d. Dermaga Ferry Tomok e. Dermaga Lopo Parindo f.
Dermaga Pardomuan Lontung
g. Dermaga Ferry Simanindo
Daftar Transportasi Penyeberangan Danau di Kecamatan Simanindo a. Trayek Kapal Penumpang Umum
Simanindo – Haranggaol : 1 x sehari
Bonyta Ruth H. 38 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir
Tomok, Lopo Parindo – Tiga Raja : 10 x sehari
b. Trayek Kapal Wisata
Tomok Tour – Ajibata : 14 x sehari
Tuktuk – Tiga Raja : 8 x sehari
c. Trayek Kapal Penyeberangan Fery
KMP TAO TOBA ( Tomok – Ajibata ) Setiap Hari : 5 x sehari
2.4.2.2 Non Fisik a) Kondisi Pariwisata di Kabupaten Samosir Tahun
Wisatawan Domestik 73593 87257 97366 109897
2008 2009 2010 2011
Jumlah Kunjugan Wisatawan Wisatawan Mancanegara 32278 22207 20849 22732
Total 105871 109464 118215 132629
Tabel 2.11 Kondisi Kunjungan Wisata di Kabupaten Samosir Sumber : Samosir Dalam Angka 2012
b) Objek Wisata di Kecamatan Simanindo 1. Makam tua Raja Sidabutar Simanindo Sejarah 2. Batu Kursi Parsidangan Simanindo Sejarah 3. Museum Huta Bolon Simanindo Sejarah 4. Kawasan agro wisata aek natonang Simanindo Alam 5. Pertunjukan sigale-gale Simanindo Budaya 6. Kawasaan hotel dan restoran Tuktuk, Siadong Simanindo Alam 7. Kawasan wisata Siulakhosa Bukit Beta Simanindo Alam c) Kondisi Sarana dan Prasarana Penunjang Pariwisata di Kecamatan Samosir Hotel Kelas Bintang
: 6 (simanindo) 448 jumlah kamar 897
Hotel Kelas Melati
: 78 (simanindo) 705 jumlah kamar 1549
Rumah Makan/Restoran
: 70 unit
Bar
: 5 unit
Souvenir Shop
: 200 unit
Money Changer
: 5 unit
Bonyta Ruth H. 39 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir Angkutan Wisata
: 4 jenis (Mini bus, angkutan umum, becak bermotor, kapal wisata)
Pramuwisata
: 20 orang
d) Arahan Kebijakan Pembangunan Pariwisata di Kabupaten Samosir Visi dan Misi Kabupaten Samosir dalam bidang Pariwisata Kabupaten Samosir memiliki visi : “Samosir menjadi daerah tujuan wisata lingkungan yang inovatif 2015”. Visi tersebut mengandung makna sebagai berikut :
Wisata Lingkungan mengandung makna bahwa pariwisata yang mempertimbangkan dampak sosial ekonomi dan lingkungan dimasa kini dan masa mendatang dengan memperhatikan kebutuhan pengunjung (wisatawan), industri pariwisata, lingkungan sekitar dan masyarakat tuan rumah. Arah pengembangan destinasi pariwisata lingkungan adalah pariwisata berkelanjutan yaitu upaya terpadu dan terorganisasi
untuk
mengembangkan
pengaturan,
penyediaan
kualitas
pengembangan,
hidup
melalui
pemanfaatan
dan
pemeliharaan sumber daya alam dan budaya secara ekologis sekaligus layak secara ekonomi juga adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat.
Inovatif mengandung makna bahwa Kabupaten Samosir akan berkreasi, mau dan dapat mengadakan pembaharuan sesuai tantangan, untuk menggali dan memperkenalkan hal-hal yang baru akan seni, budaya dan situs/artefak sejarah etnis Batak maupun kawasan wisata rekreasi yang berbasis lingkungan.
Dalam rangka mewujudkan Visi dimaksud, maka disusun Misi Kabupaten Samosir 2011 - 2015 adalah sebagai berikut:
Memantapkan Good Governance dengan dukungan SDM yang berkualitas serta prasarana dan sarana yang memadai dan berstandart.
Mengembangkan
ekonomi
kerakyatan
untuk
peningkatan
kesejahteraan rakyat dengan pengelolaan Sumber Daya alam (SDA) yang berkelanjutan dan terkendali.
Bonyta Ruth H. 40 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir
Meningkatkan infrastruktur dan konservasi alam yang handal berdasarkan tata ruang yang mantap untuk mendukung industri pariwisata berbasis lingkungan dan budaya.
Meningkatkan kondusifitas daerah dengan mendorong pelaksanaan demokrasi dan penegakan hukum.
Mengembangkan jejaring yang sinergis kepada semua pihak.
Strategi Pengembangan Destinasi Pariwisata 1) Membuat identitas Objek Tujuan Wisata (OTW) 2) Membuat petunjuk Objek Tujuan Wisata (OTW) 3) Membangun, melengkapi fasilitas minimum Objek Tujuan Wisata (OTW) 4) Mendidik guide wisata 5) Membina atraksi seni dan budaya pada masing-masing Objek Tujuan Wisata (OTW) 6) Memberi penyuluhan kepada masyarakat terutama sekitar Objek Tujuan Wisata (OTW) agar sadar wisata 7) Menentukan moda transportasi menuju Objek Tujuan Wisata (OTW) dilengkapi dengan rambu lalu lintas yang dibutuhkan 8) Membuat standart pelayanan wisata di setiap Objek Tujuan Wisata (OTW), atraksi, dan jasa transportasi 9) Melaksanakan Sapta Pesona 10) Menyusun Perda tentang Pariwisata Program Kegiatan Promosi 1) Membina kelompok seni dan budaya Objek Tujuan Wisata (OTW) 2) Membuat paket-paket wisata dan jadwal kunjungan wisata 3) Mencetak keunikan Objek Tujuan Wisata (OTW), atraksi seni, dan budaya serta benda peninggalan sejarah dan menyebarluaskannya ke berbagai pihak di dalam dan luar negeri 4) Melakukan kerja sama dengan media, agen perjalanan, perusahaan penerbangan, asosiasi serta tokoh pariwisata
Bonyta Ruth H. 41 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir 2.4.3 Deskripsi Lokasi Site sebagai Tapak Rancangan
Peta Indonesia
Peta Sumatera Utara
Peta Lokasi
Kasus Proyek
Gambar 2.13 Deskripsi Lokasi
Peta Kabupaten Samosir
: Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo
Status Proyek
: Fiktif
Pemilik Proyek
: Swasta dan Pemerintah
Lokasi Tapak
: Jl. Pulau Samosir, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir
Letak Geografis
: 2º30’ - 2º45’ Lintang Utara dan 98º45’ - 98º55’ Bujur Timur
Batas-batas Tapak - Batas Utara
: Danau Toba
- Batas Timur
: Permukiman, Area Komersil
- Batas Selatan
: Jl. Pulau Samosir, Area Komersil, Permukiman, HKBP Simanindo, SD Negeri Simanindo
- Batas Barat
: Permukiman, Lahan Kosong
Luas Lahan
: ± 4,1 Ha (± 41.000 m2)
Peruntukan Lahan
: Permukiman, pariwisata, pertanian
Kontur
: Relatif Datar
Bonyta Ruth H. 42 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir Pemilik Lahan
: Swasta
KLB
: 1-3 Lantai
GSB
: - Jl. Pulau Samosir
Fungsi Eksisting 1
:5m
- Jl. Pelabuhan
:5m
- Danau Toba
: 30-50 m
- Area Permukiman
: Minimal 1,5 m
: Museum Huta Bolon Simanindo 2
3
N W
E S
4
5
6
Gambar 2.14 Eksisting Lokasi
Keterangan : 1 Museum Indoor & Solu Bolon
4
Makam Batak
2 Rumah
5
Sopo
3 Lahan Kosong
6
Rumah Bolon
Bonyta Ruth H. 43 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir
2.5 Tinjauan Fungsi Bangunan 2.5.1 Deskripsi Pengguna dan Kegiatan Berikut adalah deskripsi para pengguna dan kegiatan yang ada di Museum Huta Bolon Simanindo : Deskripsi Pengguna Ada pun pengguna bangunan Museum Huta Bolon Simanindo digolongkan menjadi dua, yaitu : Pengelola dan Karyawan Museum Huta Bolon Simanindo adalah pegawai yang bekerja untuk mengurusi masalah admnistrasi dan operasional di Museum Huta Bolon Simanindo. Pengunjung Museum Huta Bolon Simanindo adalah masyarakat Kabupaten Samosir
serta
wisatawan
domestik
dan
wisatawan
mancanegara.
Pengunjung berasal dari semua kalangan umur. Biasanya pengunjung datang secara individu menggunakan kendaraan pribadi atau secara beramai-ramai menggunakan mini bus dan kapal penyeberangan. Deskripsi Kegiatan Kegiatan yang diwadahi pada Museum Huta Bolon Simanindo adalah : Kegiatan Pengelolaan
Kegiatan Administrasi Jadwal kegiatan administrasi yang terjadi di Museum Huta Bolon Simanindo yaitu hari Senin s/d hari Minggu mulai pukul 09.00 - 18.00 WIB.
Kegiatan Operasional Jadwal kegiatan operasional di Museum Huta Bolon ini dimulai dari pagi hari hingga sore hari, yaitu pada pukul 09.00 - 18.00 WIB setiap harinya.
Kegiatan Edukasi-Rekreatif
Kegiatan Pameran
Bonyta Ruth H. 44 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir Kegiatan yang terdiri dari ruang pamer Pengenalan Tanah Batak dan visi & misi museum, ruang pamer permanen (budaya Batak Toba), dan ruang pamer temporer, yaitu : o
Hari : Senin - Minggu, Pukul: 10.00 - 17.00 WIB.
o
Tutup pukul 17.00 pada malam Tahun Baru, malam Idul Fitri, malam Natal, dan malam hari besar lain.
Kegiatan Pertunjukan Kegiatan ini terdiri dari pertunjukan tari Tor-tor Sigale-gale yang diringi
oleh
gondang
Batak
dan
ritual
pemotongan
kerbau
(Mangalahat Horbo), yaitu : o
Hari : Senin - Sabtu, pukul 10.30 - 11.45 WIB & 11.45 - 12.30 WIB
o
Hari : Minggu, pukul 11.45 - 12.30 WIB
Kegiatan pendukung, yaitu dengan adanya toilet. Adapun penambahan kegiatan yang nantinya akan direncanakan pada Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo adalah : Kegiatan edukasi-rekreatif, yang didukung dengan adanya perpustakaan, fasilitas alat pamer interaktif, ruang audiovisual, dan fasilitas ruang auditorium untuk seminar pada museum indoor, selain itu penambahan fasilitas amphitheater untuk pertunjukan Opera Batak . Kegiatan pendukung, dengan adanya lobby, restoran, souvenir shop, wisma/penginapan, workshop kerajinan Batak, money changer, dan Musholla
Bonyta Ruth H. 45 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir 2.5.2 Deskripsi Perilaku Perilaku dan pengguna fasilitas dari Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo ini adalah sebagai berikut. 2.5.2.1 Pengunjung Museum Huta Bolon Simanindo Seminar
Datang
Membeli Tiket
Mencari Informasi
Istirahat
Parkir
Pulang
Parkir Melihat Pertunjukan Gambar 2.15 Skema Perilaku Pengunjung
2.5.2.2 Pengelola Museum Huta Bolon Simanindo Datang
Kerja Kantor
Penerima
Istirahat
Parkir
Pulang
Parkir
2.5.2.3 Karyawan
Gambar 2.16 Skema Perilaku Pengelola Kerja Lapangan
Datang
Locker/ Ganti
Penerima
Locker/ Ganti
Istirahat
Parkir Gambar 2.17 Skema Perilaku Karyawan
Penerima Pulang
2.5.3 Deskripsi Kebutuhan Ruang Pembahasan program kebutuhan ruang meliputi fasilitas yang dibutuhkan, kebutuhan ruang berdasarkan jenis kegiatan , pembagian ruang berdasarkan tujuan proyek ,dan klasifikasi koleksi. 2.5.3.1 Fasilitas yang Dibutuhkan Ada pun fasilitas yang dibutuhkan pada Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo ini adalah sebagai berikut :
Bonyta Ruth H. 46 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir Fasilitas
Nama Ruang
A. Museum Terbuka Rumah Bolon Perkampungan Batak
Sopo Halaman (Open air show)
Makam Batak
Makam
Solu Bolon
R. Pamer Outdoor Solu Bolon (perahu)
B. Museum Indoor Ruang Penerimaan
Ruang loket Ruang penitipan barang Lobi penerima Front Office Ruang pamer pengenalan Tanah Batak dan
Galeri
dan
Eksibisi/Ruang
Pamer
Visi & Misi Museum Ruang pamer permanen (Budaya Batak Toba) Ruang pamer Tokoh Batak Toba Ruang pamer temporer Ruang kurator Ruang konservasi Bengkel
Ruang Pendukung Galeri dan Eksibisi/Ruang Pamer
Ruang studio koleksi Ruang studio fotografi Ruang preparasi Ruang restorasi Ruang registrasi Hall Penerimaan Barang Gudang Tangga Darurat
Edukasi dan Seminar
Perpustakaan R. Audiovisual Gudang R. Audiovisual
Bonyta Ruth H. 47 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir Auditorium Gudang Auditorium Ruang Mekanikal dan Elektrikal Ruang Sound system Ruang Tata cahaya Fasilitas Umum
Mushola Toilet umum
C. Fasilitas Pengelolaan Hall ruang tamu Ruang kepala museum Ruang wakil kepala museum Ruang tata usaha Ruang Administrasi
Ruang kepegawaian Ruang rapat Ruang presentasi Ruang bagian keuangan Ruang bagian ilmiah dan kependidikan Ruang loker karyawan Pantry Toilet Operator PABX & Sound Ruang CCTV R. Keamanan
Operasional
Janitor R. Panel Listrik R.genset R. pompa R. AHU R. Chiller
D. Fasilitas Pendukung Wisma/Penginapan
Kamar Tidur + KM
Restoran
Ruang makan
Bonyta Ruth H. 48 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir Dapur Pantry Gudang Workshop
Area pengrajin kerajinan Batak
Souvenir Shop
Souvenir Shop
Money Changer
Area penukaran uang Panggung
Amphitheater
Area Penonton Ruang Ganti Backstage
Open Space
Plaza
Musholla
Area Shollat Area Wudhu
Toilet
Toilet Wanita Toilet Pria Tabel 2.12 Fasilitas yang Dibutuhkan
Bonyta Ruth H. 49 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir 2.5.3.2 Kebutuhan Ruang berdasarkan Jenis Kegiatan Dari deskripsi kegiatan, pengguna, dan perilaku, dapat disimpulkan kebutuhan ruang yang dibedakan berdasarkan fasilitas-fasilitas tertentu dan disesuaikan dengan aktivitas yang berlangsung di dalam ruang tersebut, antara lain : Fasilitas
Unit
Pengguna
Jenis Kegiatan
Kegiatan Museum Outdoor
Pertunjukan
Kebutuhan
Zona Ruang
Ruang Pengelola & Karyawan
Merawat koleksi
Perkampunga n Batak
(open air
museum
Solu Bolon
museum)
outdoor
(perahu
Mengadakan
Publik Semi Publik
peninggalan
pertunjukan
Raja
budaya Batak
Sidahuruk)
Toba
Semi
Makam
Melakukan
Batak
kegiatan
Toilet
Semi Publik Private
sanitair Pengunjung
Melihat koleksi museum outdoor Melihat pertunjukan budaya Batak Toba Melakukan kegiatan sanitair
Bonyta Ruth H. 50 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir Museum
Penerimaan
Indoor
Pengelola & Karyawan
Menerima pengunjung Memberikan informasi Penjualan tiket Menerima
Lobby penerima Ruang loket/Ticketin g Ruang penitipan barang Front Office
Publik Publik
Ruang pamer
Publik
Publik Private
penitipan barang Pengunjung
Mendapatkan informasi Membeli Tiket Menitipkan Barang
Pameran
Pengelola & Karyawan
Menyediakan dan mempersiapk
temporer Ruang Pamer
an tempat
Pengenalan
pameran
tentang
Memberikan
Tanah Batak
informasi
dan Visi &
Tanah Batak
Misi Museum
dan visi & misi museum Memamerkan
Publik
Ruang pamer
Publik
budaya Batak Toba
peninggalan
Ruang Pamer
kebudayaan
Tokoh Batak
Batak
Toba
Publik
Menyediakan informasi interaktif/peragaan Pengunjung
Melihat produk pameran Mengakses informasi
Bonyta Ruth H. 51 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir tentang sejarah Batak Toba Mengakses informasi yang berkaitan dengan koleksi Melihat & mengakses informasi tentang tokoh Batak Toba Ruang
Karyawan
Bekerja
Ruang studio
Pendukung
Penelitian
koleksi
Pameran
Reparasi
R. studio
koleksi Menyimpan alat Bongkar muat barang Penyimpanan koleksi Ruang penyimpanan alat
Ruang
Private
kuratorial Ruang
Private
desain Ruang alat
Private
desain Loading Dock
Private
Ruang
Private
registrasi Private
peralatan
Bengkel
Private
R. Konservasi
Private
Tangga
Servis
koleksi
Karyawan
Fotografi
Gudang
& perbaikan
Pengelola &
Private
Memperbaiki Pemeliharaan
Edukasi
Private
Menyediakan
Darurat Perpustakaan
Publik
buku Menerima pengembalian buku
Bonyta Ruth H. 52 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir Membaca dan
Pengunjung
meminjam buku Fotocopy Mencari informasi tentang Batak dengan memainkan alat Seminar
Pengelola &
Karyawan
Mempersiapk
Auditorium
Publik
an tempat
Panggung
Publik
diskusi/semin
Backstage
Private
ar
Gudang
Private
Mengawasi kegiatan diskusi/semin ar
Gudang
an ruang
Audiovisual Ruang
film budaya
Mekanikal
Batak
dan Elektrikal
Diskusi Ilmiah
Menonton film/3D Budaya Batak Presentasi mengenai
Publik
Audiovisual
Ruang
Ruang
Mempersiapk
pemutaran
Pengunjung
Auditorium
Ruang Sound
Private
Private
Private
system Ruang tata
Private
cahaya Ruang
Private
proyektor
budaya Batak Pengelolaan
Pengelola & Karyawan
Kegiatan administrasi Mengawasi pengelolaan museum Mengatur pengelolaan
Hall/Lobby
Semi
Ruang Kepala
Publik
Museum Ruang Wakil
Private
Kepala Museum Ruang rapat
Private
Bonyta Ruth H. 53 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir tempat
Ruang Tata
diskusi/semin
Usaha
ar, presentasi
Ruang
Menyimpan arsip/berkas Membuat laporan Menerima tamu Mengatur Keuangan Bekerja bagian ilmiah
Private Private
Kepegawaian Ruang
Private
Presentasi Ruang bagian
Private
keuangan Ruang bagian
Private
ilmiah dan kependidikan Locker
Private
Karyawan
dan
Pantry
Private
pendidikan
Toilet
Private
Memantau
Ruang CCTV
Service
kegiatan
R. Keamanan
Service
museum
Janitor
Service
R. Panel
Service
Manajemen kepegawaian Menyimpan barang karyawan Istirahat Melakukan kegiatana sanitair Utilitas dan Servis
Karyawan
Memantau keamanan
Listrik
Perlengkapan
R.genset
Service
R. pompa
Service
service Mengatur
R. AHU
Service
Mekanikal -
R. Chiller
Service
Elektrikal
R. Trafo
Service
R. Operator
Service
Mengatur genset Mengatur
PABX & Sound
Bonyta Ruth H. 54 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir Service
pengkondisia n udara Penampunga n air Tangga darurat Pendukun g
Pendukung
Pengelola & Karyawan
Menyediakan makanan dan minuman Mengelola
Restoran
Publik
Wisma/pengin
Semi
apan
Publik
Workshop
Publik
wisma/
Toko Souvenir
Publik
tempat
Money
Publik
beristirahat Merekrut pengrajin dan menyediakan area
Changer Amphitheater
Publik
Open
Publik
Space/Plaza Musholla
workshop Menjual hasil
Semi Publik
Toilet
Private
workshop dan souvenir khas Batak Toba Menyediakan fasilitas penukaran mata uang asing Melakukan pertunjukan Opera Batak Melakukan ibadah Melakukan kegiatan sanitair Pengunjung
Membeli makanan dan
Bonyta Ruth H. 55 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir minuman Duduk dan Berbincang Beristirahat Melihat pembuatan kerajinan tradisional Batak Membeli souvenir Menukar mata uang asing Menonton pertunjukan Melakukan kegiatan ibadah Melakukan kegiatan sanitair Tabel 2.13Deskripsi Kebutuhan Ruang Berdasarkan Jenis Kegiatan
2.5.4 Deskripsi Persyaratan dan Kriteria Ruang Prinsip dasar museum (indoor) meliputi luas, pencahayaan, ruang pameran, dan organisasi ruang secara umum. Luas Museum merupakan bangunan publik. Oleh karena itu luasan museum diukur dari banyaknya penduduk lokal daerah tersebut. Walaupun begitu, juga terdapat beberapa museum yang luas di daerah dengan penduduk yang sedikit, begitu juga sebaliknya. Pendistribusian luas areal museum baru harus sesuai dengan pembagian yang merata, dimana luas areal untuk kuratorial ditambah administrasi dan servis harus seluas areal pameran. Standar luasan museum berdasarkan jumlah penduduk lokal adalah : Populasi
Total luas areal museum
10.000 jiwa
650m2 - 1300m2
Bonyta Ruth H. 56 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir 25.000 jiwa
1115m2 - 2230m2
50.000 jiwa
1800m2 – 3600m2
100.000 jiwa
2700m2 – 5500m2
250.000 jiwa
4830m2 – 9800m2
500.000 jiwa
7600m2 – 15000m2
>1.000.000 jiwa
12000m2 – 23500m2
Tabel 2.14
Standar Luasan Museum Berdasarkan Jumlah Penduduk Lokal
Pencahayaan Pencahayaan pada bangunan museum
pada umumnya sama dengan
bangunan lainnya kecuali pada areal pameran. Pada areal pameran, pada umumnya pencahayaan terdistribusi secara tidak merata. Pada umumnya pencahayaan menggunakan pencampuran antara cahaya buatan dan cahaya matahari. Pencahayaan buatan dapat lebih memberikan efek yang lebih bagus pada benda yang dipamerkan dibandingkan pencahayaan alami. Akan tetapi, seorang manusia pada umumnya lebih memilih keberadaan cahaya alami walaupun sedikit. Hal ini dikarenakan efek cahaya matahari yang berkesan hidup dibandingkan cahaya buatan yang berkesan mati. Seorang arsitek diharapkan dapat mendesain bangunan museum dengan pencampuran antara cahaya buatan dan cahaya alami. Hal ini dikarenakan untuk keseimbangan antara penglihatan dan perasaan dalam suatu bangunan. Pencampuran pencahayaan tersebut diharapkan dapat mengurangi kerugian masing-masing pencahayaan . Permasalahan tersebut adalah seperti : “The natural partner in the combination varies widely in chromaticity and quantity, from day to day , and season to season , and frequently will change in both color and quanity in matter of minutes.” Warna pencahayaan, merupakan faktor yang sangat penting. Menurut penelitian, pencahayaan dalam bangunan exhibisi diperlukan dua jenis cahaya. Ruangan dapat diterangi secara tidak langsung dengan cahaya fluorescent 4500o. Objek yang dipamerkan mendapat pencahayaan dengan cahaya lampu incandescent tanpa filter dengan suhu 2800o – 3100o memberi pencahayaan spot pada objek individual, maupun pencahayaan flood di lokasi tertentu.
Bonyta Ruth H. 57 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir Pencahayaan
ruangan diharapkan tidak melebihi terangnya pencahayaaan
terhadap objek. Akan tetapi pencahayaan ruangan juga tidak diharapkan terlalu gelap sehingga objek yang dipamerkan terlalu kontrast. Perletakan pencahayaan harus dilakukan secara hati-hati untuk mencegah efek silau, dan pantulan dari silau. Usaha untuk mencegah efek silau ini dilakukan dengan memberikan lapisan kaca difusi. Oleh karena itu pada umumnya dilakukan pencahayaan secara tidak langsung pada areal pameran di dalam sebuah museum. Pemanfaatan skylight cukup membantu dalam hal ini. Penggunaan refleksi cahaya juga mendapat peran yang cukup penting dalam hal ini. Ruang Pameran Ruang Pameran di dalam sebuah museum pada umumnya terbagi atas dua jenis, yakni ruang pamer tetap, dan ruang pamer tidak tetap. Didalam ruang pameran terdapat ketentuan dalam pembuatan partisi sebagai pembatas tempat pameran dan tempat untuk meletakkan benda untuk dipamerkan. Pada umumnya ruang pameran disarankan menggunakan partisi yang fleksibel, dan dapat dipindah-pindah. Perubahan dinding pada ruang pameran diharapkan tidak mengganggu struktur utama bangunan dan menggunakan biaya yang sedikit. Ukuran dan proporsi ruang pameran pada masa modern diciptakan lebih intimate dibandinkan bangunan lama yang mengandalkan hall yang besar. Pada umumnya tinggi langit-langit ruang pameran telah berkurang antara 17 hingga 25 kaki dibandingkan ruang pameran bangunan lama yang mencapai 34 kaki. Terdapat Pengelompokan ruang dalam areal pameran. Terdapat beberapa susunan yang cukup familiar dalam pengelompokan ruang yakni : Susunan ruang ke ruang merupakan susunan dengan ruang yang terletak pada kamar yang saling berhubungan secara menerus. Pada umumnya terdapat pada bangunan dengan ruang
pameran satu lantai dan
bersebelahan dengan ruang lobby. Keuntungan dari susunan ini adalah pengelompokannya yang simpel, dan ruang yang cukup ekonomis. Kelemahan dari susunan ini adalah memungkinkannya terdapat satu ruangan yang tidak dilalui walaupun dikelilingi oleh ruang lainnya.
Bonyta Ruth H. 58 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir Susunan koridor ke ruang sering disebut sebagai susunan ruang dan koridor merupakan susunan dimana setiap ruang dapat diakses melalui sebuah koridor .Keuntungan dari susunan ini adalah setiap ruang dapat diakses secara langsung, oleh karena itu dapat ditutup tanpa memberikan pengaruh pada ruangan lainnya. Kelemahan dari susunan ini adalah hilangnya ruang sebagai ruang koridor, walaupun dapat diminimalisir dengan menjadikan ruang koridor sebagai ruang pameran juga. Susunan lingkaran pusat merupakan susunan yang berpusat pada suatu ruangan dengan terdapat ruang-ruang kecil di sekelilingnya. Keuntungan dari susunan ini adalah susunanya yang paling fleksibel. Kekurangan dari susunan ini adalah ruang kecil yang berada di sekeliling ruang utama menjadi tidak terlalu sering dikunjungi ataupun terlalu eksklusif.
Susunan ruang ke ruang
Susunan koridor ke ruang
Susunan lingkaran terpusat
Gambar 2.18 Pengelompokan Ruang dalam Areal Pameran
Sirkulasi dalam ruang pameran memiliki peran yang sangat penting. Sirkulasi ini biasanya tercipta sesuai dengan bentuk layout bangunan. Pengarahan terhadap sirkulasi dapat dilakukan agar kegiatan pameran dapat berjalan lebih menarik. Pengkontrolan pada susunan koridor ke ruang, dan susunan lingkaran terpusat dapat lebih baik dibandingkan susunan ruang ke ruang. Contoh-contoh susunan partisi yang mempengaruhi jalur sirkuasi pengunjung:
Gambar 2.19 Sususan Partisi yang Mempengaruhi Jumlah Pengunjung
Bonyta Ruth H. 59 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir
Pada gambar A dan B memiliki cakupan sirkulasi yang kurang. Pada gambar C memilik cakupan sirkulasi yang maksimal, akan tetapi memiliki pergerakan yang terlalu banyak. Pada gambar D dan E memiliki sirkulasi dan cakupan yang baik. Organisasi Ruang Ruang-ruang yang diperlukan didalam sebuah museum haruslah tersusun dengan baik agar memudahkan penggunaannya oleh publik.
Ruang penerimaan
Restorasi
Pendaftaran
Gudang
R. Penelitian
Kurator
R. Belajar
Galeri
Kontrol, Jalan masuk
Gambar 2.20 Organisasi Ruang Museum. Sumber : Data Arsitek Jilid 2
Ruang-ruang yang dibutuhkan oleh museum diantaranya :
Ruang Lobby dan ruang umum o Ruang Vestibule merupakan ruang yang pertama kali ditemui oleh pengunjung yang berfungsi sebagai ruang transisi dari ruang luar menuju lobby utama. Pada bangunan yang tidak memiliki ruang Vestibule disarankan penggunaan revolving door. Akan tetapi penggunaan revolving
Bonyta Ruth H. 60 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir door cukup menyusahkan bagi orang tua. Oleh karena itu penggunaan rolling door mulai dikurangi. o Ruang Lobby merupakan ruang kontrol terhadap pengunjung museum. Ruang lobby harus luas, atraktif, memiliki pencahayaan yang bagus, dan memiliki penghawaan yang baik. Ruang Lobby harus mampu menampung jumlah pengunjung dan memiliki tempat duduk bagi pengunjung. Ruang lobby harus menjadi ruang untuk mengkontrol ruang kantor, ruang edukasi, ruang auditorium, ruang pameran, ruang perpustakaan, dan ruang kuratorial, serta ruang untuk menjual aksesories . o Ruang Toilet dibutuhkan dengan besaran yang proporsional terhadap ukuran bangunan. Ruang toilet disarankan berhubungan langsung dengan ruang lobby agar dapat melayani kebutuhan publik . Ruang Pameran
o Ruang Pameran Temporer , biasanya digunakan
pada bangunan
museum seni yang mayoritas benda yang dipamerkan berupa lukisan. Pada museum science dan sejarah, jarang sekali memamerkan bendanya yang bersifat temporer. Akan tetapi kadang kala juga terdapat pameran temporer untuk menarik minat pengunjung pada event tertentu. Posisi yang tepat untuk ruang pamer temporer biasanya berada pada lantai pertama, dan terpisah dari lobby. Ruangan ini disusun dengan terpisah dari bagian museum lainnya. Disarankan tidak terdapat batasan yang permanen antara bagian ini dengan bagian lain yang berhubungan . o Ruang Pameran Permanen lebih baik memiliki pemisahan antara jenis pameran yang dipamerkan untuk publik, dan untuk pelajar. Pada bangunan museum zaman sekarang, pameran untuk publik diletakkan dekat dengan lobby. Hal ini dimaksudkan agar pameran yang bertujuan untuk publik diletakkan pada posisi yang lebih strategis, dan pameran untuk pendidikan ataupun penelitian diletakkan lebih tidak strategis.
Ruang pendidikan o Ruang Perpustakaan merupakan ruang yang disarankan untuk memenuhi kenyamanan publik maupun staf museum. Perpustakaan disarankan terletak tidak terlalu jauh dari pintu masuk, dan mendapat pengawalan dari lobby. Akan tetapi karena untuk memenuhi kenyamanan publik , kadangkadang kenyamanan staff sedikit terganggu. Oleh karena itu, pada
Bonyta Ruth H. 61 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir museum yang cukup besar, biasanya terdapat perpustakaan terpisah bagi staff. Ruang-ruang yang termasuk dalam bagian ruang perpustakaan adalah ruang membaca, meja penjaga perpustakaan, tempat bekerja, dan tempat menyimpan buku. o Ruang Membaca pada umumnya dapat mengikuti standar perpustakaan umum, dimana diberikan areal minimal 25 kaki persegi untuk setiap satu orang pembaca. Ruang baca haruslah sepi tanpa banyak ganguan suara. Oleh karena itu biasanya material lantai dari ruang baca biasanya terbuat dari linoleum, maupun karet. o Stacks
(Ruang
tempat
buku)
harus
mengikuti
standar
desain
perpustakaan umum. Pada perpustakaan yang kecil, ruang ini dapat menjadi bagia dari ruang baca, dan pada umumnya lemari buku terbuat dari besi dengan tinggi 7,5 kaki.
Ruang berkumpul o Ruang Auditorium ataupun ruang untuk mengajar, harus dirancang dengan memperhatikan faktor akustik. Biasanya permasalahan dari auditorium adalah letak, peralatan, dan desain interior di ruang tersebut. Hal yang perlu diperhatikan dari posisi auditorium, adalah letak dari auditorium disarankan berhubungan langsung dengan lobby utama, agar dapat digunakan terpisah dari ruang pameran. o Ruang untuk pertunjukan seni budaya Batak tidak mengharuskan berada di dalam sebuah auditorium, akan tetapi dapat berada di ruang terbuka berupa taman terbuka, maupun amphitheatre.
Ruang Kuratorial. o Gudang penyimpanan sering juga disebut sebagai penyimpanan untuk pembelajaran. Hal ini dikarenakan penyimpanannya yang dapat digunakan sebagai
reverensi
pekerjaan,
dan
penelitian
yang
penting
untuk
perkembangan museum. o Rangkaian kamar Kurator terdiri dari ruang belajar, ruang kerja kurator, dan gudang penyimpanan. Ruang pameran juga merupakan bagian dari ruang kuratorial, oleh karena itu perlu adanya hubungan antara ruang pameran dan ruang kuratorial. Sebaiknya ruang kuratorial berada di dekat ruang lobby utama agar mudah diakses.
Bonyta Ruth H. 62 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir
Ruang Administrasi o Ruang Kantor staff sebaiknya berdekatan dengan lobby, Hal ini dikarenakan agar pengunjung yang bertujuan untuk urusan bisnis masuk melalui pintu utama, menuju ke lobby, dan menuju ke kantor dengan pengawalan khusus, tanpa harus mengelilingi seluruh museum. o Ruang rapat biasanya disediakan untuk rapat, akan tetapi pada perpustakaan besar disarankan perletakannya berada di ruang kantor direktur. Walaupun terpisah dari ruang direktur, disarankan ruang ini memiliki akses langsung terhadap ruang direktur. o Ruang kantor direktur memiliki standar yang sama dengan bangunan perkantoran.
Bagian Servis. o Pintu masuk servis harus langsung menuju ke ruang penerimaan dengan area packing dan unpacking. Ruang servis biasanya dilalui oleh pekerja, pengantar barang, dsb. Ruang servis harus memiliki loading dock yang mampu menampung truk besar. o Ruang penerimaan merupakan areal vokal dimana semua kiriman barang datang, maupun keluar dari bangunan. Ruang penerimaan dan lift barang disarankan untuk berdekatan agar mempermudah pendistriusian barang di dalam bangunan. o Ruang pengawas berada didekat pintu masuk servis, dan merupakan ruang kontrol dari segala sesuatu yg terjadi di sini. Biasanya berada di ruang tertentu dengan terdapat kaca yang dapat melihat keluar tanpa orang dapat melihat ke dalam ruangan. o Ruang Registrasi merupakan tempat membuat arsip barang milik museum yang dipinjamkan maupun yang dipinjam. Begitu juga dengan barang yang akan dipamerkan dari ruang peyimpanan. Ruang ini juga berfungsi untuk mengarsipkan barang yang keluar masuk dari areal pameran, dan ruang kuratorial. Ruang ini harus dapat berkomunikasi secara bebas dengan ruang penerimaan, dan harus dirancang dengan memiliki pengamanan yang baik. o Koridor servis merupakan pusat sirkulasi dari manusia pada basement. Koridor ini haruslah bebas hambatan, dan harus memiliki jalur distribusi ke seluruh bagian bangunan .
Bonyta Ruth H. 63 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir o R. Studio fotografi biasanya diletakkan di basement agar pekerjaan fotografi dapat diawasi dengan baik dengan cahaya buatan. Ruang ini harus memiliki penghawaan yang baik dan bebas dari getaran. o Ruang kerja(shops) merupakan ruang yang dibutuhkan di setiap museum. Ruang ini harus memiliki pencahayaan alami yang baik ,dan penghawaan yang baik. o Ruang preparasi merupakan ruang kerja di mana pekerja museum mempersiapkan sebuah pameran,baik dekorasi, sistem elektrikal, dsb. o Ruang restorasi merupakan ruang kerja bagi para ahli untuk memperbaiki artefak, maupun mengrestorasi benda-benda seni. Ruangan ini harus memiliki pencahayaan alami yang bagus, dan pencahayaan buatan yang memadai. o Ruang penyimpanan servis merupakan tempat menyimpan alat kerja. Lebih baik ruang ini dipisahkan menurut benda yang disimpan, seperti peralatan kebersihan, peralatan dapur, peralatan kantor, dan peralatan pameran. o Ruang pekerja pada umumnya dipisah menurut bidangnya masing-masing seperti pengamanan, kebersihan, dsb .
Berikut ini adalah contoh susuna areal servis.
Gambar 2.21 Contoh Areal Servis Sumber : Time Saver Standards
Bonyta Ruth H. 64 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir 2.6 Tinjauan Kasus Proyek Dalam tinjauan kasus proyek, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu kelayakan fungsional, ekonomi, dan lokasi. 2.6.1 Kelayakan Fungsional Selain museum indoor, keberadaan museum outdoor atau pun museum terbuka/open air tentunya sangat diperlukan. Karena dengan adanya museum outdoor atau museum open air ini, masyarakat Indonesia khususnya masyarakat yang ada di Sumatera Utara dapat mengenal sejarah dan budaya masa lampau dengan melihat secara langsung bagaimana kegiatan yang ada di masa lampau. Kehadiran museum ini dapat memberikan informasi dan pembelajaran, di samping itu juga dapat menikmati rekreatif dengan melihat pertunjukan kebudayaan bangsa, terkhusus budaya Batak Toba yang ada di Kabupaten Samosir yang merupakan tempat asal etnis Batak. Minat warga untuk datang ke museum tidak terlalu tertarik dikarenakan unsure tertentu, misalnya sarana museum yang kurang memadai, pusat pencarian data dan penelitian tidak tersedia, fasilitas pendukung yang kurang memadai, dan ruang luar yang kurang baik. Hal ini membuat masyarakat lebih memilih browsing internet untuk mencari data dari pada datang ke museum. Untuk itu, dengan hadirnya proyek Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir yang mempertahankan museum outdoor/open air dengan pengembangan museum indoor yang difasilitasi dengan pusat pencarian data dan penelitian yang lebih memadai dan informatif dapat menumbuhkan rasa cinta masyarakat terhadap kebudayaan bangsa. Selain itu, adanya penambahan fasilitas pendukung, seperti restoran, wisma/penginapan bagi yang mengadakan seminar di museum, toko souvenir, workshop kerajinan Batak, dan money changer (tempat penukaran mata uang), dapat menarik minat masyarakat serta wisatawan yang berkunjung ke Sumatera Utara, khususnya ke Kabupaten Samosir. Kegiatan yang diharapkan terjadi di museum adalah :
Dapat melihat secara langsung benda-benda peninggalan budaya dan melihat pertunjukan ritual budaya Batak Toba
Tempat penelitian dan penyimpanan data yang kongkrit
Menjadi salah satu tempat wisata budaya yang bersifat edukatif
Dapat menikmati ruang luar yang bisa digunakan untuk fasilitas lain.
Bonyta Ruth H. 65 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir 2.6.2 Kelayakan Ekonomi Sebagai daerah kunjungan pariwisata yang paling diminati wisatawan domestik dan mancanegara di Sumatera Utara, Kabupaten Simanindo memiliki banyak kebudayaan yang dapat dijadikan tujuan wisata budaya. Salah satunya adalah Museum Huta Bolon Simanindo, yang menjadi objek tujuan wisata budaya yang paling tinggi tingkat kunjungan wisatawannya. Di samping pengembangan wisata budaya melalui fasilitas museum yang lebih memadai, serta adanya penambahan fasilitas pendukung seperti restoran, wisma/penginapan bagi yang mengadakan seminar di museum, toko souvenir, workshop kerajinan Batak, dan money changer (tempat penukaran mata uang), dapat menarik minat wisatawan yang nantinya sebagai sumber pemasukan ekonomi pada Museum Huta Bolon Simanindo. Sehingga keuangan museum ini dapat berjalan dengan baik untuk mempertahankan fungsi museum itu sendiri juga bidang operasional dan ketenagakerjaannya. 2.6.3 Kelayakan Lokasi Pemilihan lokasi merupakan hal yang sangat penting pada sebuah fungsi bangunan. Dalam hal ini, Museum Huta Bolon Simanindo memiliki potensi yang baik untuk menarik wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Samosir. Museum ini memliki pelabuhan kapal wisata sendiri dan dekat dengan Pelabuhan Ferry dan terminal Simanindo, letak museum juga dekat dengan pusat pemerintahan Kecamatan Simanindo, dan adanya fasilitas pendukung di sekitar museum seperti hotel, wartel, bengkel, dan restoran sangat mendukung fungsinya sebagai objek wisata budaya yang dapat dengan mudah diakses oleh para wisatawan, baik wisatawan domestik maupun mancanegara, sehingga dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisata dan pendapatan daerah di Kabupaten Samosir. 2.7 Studi Banding Fungsi Sejenis 2.7.1 Museum TB. Silalahi Center Balige Museum TB Silalahi Center, terletak di Jalan Pagar Batu No. 88 Desa Silalahi, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir. Kurang lebih 250 km dari Medan sebagai ibukota provinsi Sumatera Utara. Didirikan pada tanggal 7 Agustus 2006 dan diresmikan pada tanggal 17 April 2008 oleh Letjen (Purn). Dr. TB Silalahi. SH. TB Silalahi Center merupakan organisasi non-profit yang memiliki tujuan utama
Bonyta Ruth H. 66 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir pemeliharaan, pengembangan serta penelitian kebudayaan Batak melalui Museum dan atraksi Budaya Batak. Yayasan ini juga bergerak dalam bidang pendidikan, sosial, dan pertanian. Komplek TB Silalahi Center sendiri terdiri dari beberapa bangunan, yaitu :
Museum Pribadi TB Silalahi atau yang diberi nama Museum Jejak Langkah dan Sejarah TB Silalahi terletak di Gedung Utama di Kompleks TB Silalahi Center. Museum ini dibangun sebagai wadah untuk memotifasi generasi muda untuk terus meraih cita-cita dengan melihat pengalaman TB Silalahi mulai dari kecil sebagai anak pengembala kerbau sampai menjadi seorang Jendral.
Gambar 2.22 Museum Pribadi TB. Silalahi Center Sumber : Hasil Survey
Gambar 2.23 Convention Hall Sumber:
http://www.museumbataktbsilalahicenter. com
Selain sebagai museum pribadi, pada bangunan ini terdapat Convention Hall dengan kapasitas 500 kursi. Dalam ruangan museum pribadi terdapat panelpanel yang menceritakan sejarah hidup perjalanan TB Silalahi serta perjalanan karirnya. Selain itu di ruangan ini juga terdapat Benda-Benda Pribadi beliau seperti seragam dan pangkat-pangkat ketika di kemiliteran, beberapa ijazah, pakaian ketika menteri, bangku sekolah waktu di SR, mobil dinas yang dulu digunakan ketika menjabat sebagai Menpan pada Kabinet Pembangunan VI, dan lain sebagainya. Di dalam Museum Pribadi ini juga terdapat Ruang Kerja TB Silalahi ketika menjabat sebagai menteri, dan beberapa koleksi buku pribadinya yang ditata apik di sebuah perpustakaan. Selain itu di ruangan ini juga terdapat foto-foto kenangan beliau, baik bersama keluarga, sahabat, dan rekan kerja.
Huta Batak yang terdiri dari beberapa rumah adat tradisional suku batak, yaitu Rumah Bolon yang sudah berusia ratusan tahun dan dihalamnya terdapat Patung Sigale-gale.
Bonyta Ruth H. 67 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir
Gambar 2.24 Huta Batak Sumber: http://www.museumbataktbsilalahicenter.com
Museum Batak, museum ini berisi koleksi benda-benda sejarah dari enam subetnis batak di antaranya Batak Toba, Simalungun, Karo, Mandailing, Angkola, dan Pakpak.
Gambar 2.25 Tampak Museum Batak TB. Silalahi Center Sumber: http://www.museumbataktbsilalahicenter.com
Museum Batak memiliki luas seluruh lantai bangunan adalah 3.356 m2, yang terbagi menjadi 4 level lantai : Level 1 (1536 m2) -
Outdoor museum
-
Kantor, ruang CCTV & Fasilitas penunjang Museum seperti : Ruang Laboratorium & Penyimpanan, ruang Service dan Ruang Utilitas.
Level 2 (480 m2) -
Ruang Penerima dan sebagai ruang Pamer Temporer
Level 3 (1340 m2)
Gambar 2.26 Ruang Pamer Koleksi Sumber: http://www.museumbataktbsilalahicenter.com
Bonyta Ruth H. 68 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir -
Ruang Pamer indoor yang terdiri dari ruang pamer tetap, ruang pamer temporer, dan ruang pamer benda khusus, ruang audio visual dan ruang edukasi yang menunjang kegiatan museum.
Tampak bangunan didominasi oleh kulit bangunan yang terbuat dari bahan modern yaitu Aluminium Komposit, tetapi diolah dengan nilai-nilai lokal dan tradisional yaitu aluminium komposit diberi motif gorga, satu modul motif gorga terbentuk dari kurang lebih 4500 lubang-lubang kecil. Sistem struktur bangunan ini adalah rangka beton bertulang yang memenuhi standart yang ditetapkan, termasuk antisipasi resiko gempa sesuai dengan zona gempa yang berlaku untuk wilayah ini. Museum Batak ini dilengkapi dengan 25 titik kamera CCTV yang disebar di setiap sudut bangunan, dilengkapi dengan tangga darurat untuk evakuasi kebakaran. Untuk ruang pamer indoor diterapkan sistem satu pintu akses digital untuk masuk & keluar.
Gambar 2.27 Ruang Audiovisual Sumber : Hasil Survey
Fasilitas yang terdapat di Museum Batak dilengkapi dengan fasilitas Wi-fi, dan untuk fasilitas Audio Visual dengan kapasitas 60 orang dilengkapi dengan proyektor dan screen. Fasilitas sistem informasi menyeluruh dalam satu perangkat TV layar sentuh. Sistem informasi dan hiburan dalam bentuk TV LCD yang terdapat di bagian depan museum yang berukuran 4 x 6 meter.
Gallery dan Artshop yang menjual souvenir khas batak seperti ukir-ukiran, kain tenun "Ulos", dll.
Bonyta Ruth H. 69 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir
Gambar 2.28 Gallery dan Art Shop Sumber : Hasil Survey
Kafetaria dan Sky Restaurant untuk pengunjung yang ingin menikmati kuliner tradisional dan modern.
Gambar 2.29 Restoran Sumber : Hasil Survey
Kolam Renang. Kolam renang merupakan sarana rekreasi pendukung TB Silalahi Center yang diperuntukan bagi masyarakat umum agar dapat bersantai bersama keluarga dan sahabat.
Gambar 2.30 Kolam Renang Sumber : Hasil Survey
Di bagian taman depan terdapat miniatur Danau Toba dengan ukuran 10 x 12 m dan sebuah patung Raja Batak terbuat dari perunggu setinggi 7 meter sebagai Ikon Museum.
Bonyta Ruth H. 70 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir 2.7.2 Taman Garuda Wisnu Kencana, Bali
Gambar 2.31 Taman Garuda Wisnu Kencana Sumber : www.google.com
Gambar 2.32 Maket Taman Garuda Wisnu Kencana Sumber : www.google.com
Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana atau yang terkenal sebagai GWK, merupakan taman budaya yang dibangun di Bukit Unggasan Jimbaran, Bali. Taman Budaya GWK terletak di atas bukit kapur setinggi 263m di atas permukaan laut. GWK terletak sekitar 40km dari Kota Denpasar, 30 menit dari area Kuta dan 1.5 jam dari Ubud. Tujuan utama didirikannya taman budaya ini adalah sebagai jendela seni dan budaya Pulau Dewata untuk mendidik masyarakat, khususnya generasi muda untuk ikut melestarikan warisan budaya bangsa. GWK dirancang dan dibangun oleh Nyoman Nuarta, salah satu pematung terkemuka di Indonesia, patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) beserta bangunan pendukungnya akan berdiri setinggi 150 meter dengan bentangan sayap selebar 64m. Sebagaimana istana-istana Bali pada jaman dahulu, pengunjung GWK akan menyaksikan kemegahan monumental dan kekhusukan spiritual yang mana kesemuanya disempurnakan dengan sentuhan modern dengan fasilitas dan pelayanan yang tepat guna. Taman budaya GWK akan menyediakan pertunjukan bagi pengunjung domestik maupun asing dengan fasilitas penunjang seperti :
Wisnu Plaza
Gambar 2.33 Patung Wisnu pada Wisnu Plaza Sumber : www.google.com
Bonyta Ruth H. 71 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir
Wisnu Plaza adalah tanah tertinggi di daerah GWK dimana tempat kita sementara merupakan bagian paling penting dari patung Garuda Wisnu Kencana patung Wisnu. Karena lokasinya yang tinggi, Anda dapat melihat panorama sekitarnya. Patung Wisnu, sebagai titik pusat dari Wisnu Plaza, dikelilingi oleh air mancur dan air sumur di dekatnya suci yang katanya tidak pernah kering bahkan pada musim kemarau. Karena lokasinya di tanah tinggi (di atas bukit), fenomena alam ini dianggap orang suci dan lokal diyakini itu menjadi air suci.
Street Theater
Gambar 2.34 Restoran pada Street Theater Sumber : www.google.com
Street Theater adalah titik awal dan akhir kunjungan ke Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana. Di sini banyak ditemukan toko dan restoran di satu tempat dan di mana semua perayaan terjadi. Pada beberapa kali sehari, kita dapat menikmati belanja dan makan sambil ditemani kinerja Bali khususnya seperti barong, rindik dan parade.
Lotus Pond
Gambar 2.35 Lotus Pond Sumber : www.google.com
Lotus Pond adalah area outdoor terbesar di Garuda Wisnu Kencana (GWK) dan Taman Budaya di Bali. Dengan demikian, Lotus Pond adalah tempat yang tepat
Bonyta Ruth H. 72 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir dan hanya untuk mengadakan acara outdoor skala besar. Lotus Pond adalah tempat yang unik dengan pilar batu kapur di sisi dan patung megah Garuda di latar belakang.
Indraloka Garden Taman ini diberi nama Indraloka setelah surga Dewa Indra karena pandang panorama yang indah. Indraloka Garden adalah salah satu tempat paling favorit di Garuda Wisnu Kencana untuk mengadakan pesta kecil menengah, pengumpulan dan upacara pernikahan.
Amphitheatre
Gambar 2.36 Amphitheater Sumber : www.google.com
Amphitheatre adalah tempat di luar ruangan untuk pertunjukan khusus dengan akustik yang dirancang dengan baik. Setiap sore Anda bisa menonton tari Kecak yang terkenal dan gratis yaitu sekitar pukul 18.30 s/d 19.30 WITA. Bahkan Tari Kecak ini dapat dikolaborasikan dengan tarian daerah lainnya.
Tirta Agung Tirta Agung adalah ruang luar yang sempurna untuk acara menengah.
2.7.3 Museum Ullen Sentalu (Museum seni dan budaya Jawa), Yogjakarta
Gambar 2.37 Museum Ullen Sentalu Sumber :
Gambar 2.38 Pintu Masuk Museum Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Museum_ Ullen_Sentalu
http://id.wikipedia.org/wiki/Museum_ Ullen_Sentalu
Bonyta Ruth H. 73 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir Museum Ullen Sentalu, terletak di daerah Pakem, Kaliurang (bagian utara kota Yogyakarta) adalah museum yang menampilkan budaya dan kehidupan putri / wanita Keraton Yogyakarta beserta koleksi bermacam-macam batik (baik gaya Yogyakarta maupun Solo). Museum ini juga menampilkan tokoh raja-raja (Sultan) di keraton Yogyakarta beserta permaisurinya dengan berbagai macam pakaian yang dikenakan sehari-harinya. Museum ini memiliki visi sebagai jendela peradaban seni dan budaya Jawa, sedangkan misinya adalah mengumpulkan, mengkomunikasikan dan melestarikan warisan seni dan budaya Jawa yang terancam pudar guna menumbuhkan kebanggaan masyarakat pada kekayaan budaya Jawa sebagai jati diri bangsa. Museum Ullen Sentalu memiliki beberapa ruang, yaitu Ruang Selamat Datang, Ruang Seni Tari dan Gamelan, Guwa sela Giri, 5 ruang di Kampung Kambang, Koridor Retja Landa, serta Ruang Budaya.
Ruang Selamat Datang
Gambar 2.39 Ruang Selamat Datang Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Ullen_Sentalu Selain sebagai “Ruang Penyambutan tamu/pengunjung museum”, di bagian ruang ini juga terdapat banner latar belakang pendirian Museum Ullen Sentalu serta arca Dewi Sri, simbol kesuburan.
Ruang Seni Tari dan Gamelan Ruang ini memamerkan seperangkat gamelan yang merupakan hibah dari salah seorang pangeran Kasultanan Yogyakarta dan pernah dipergunakan dalam pertunjukkan wayang orang dan pagelaran tari di kraton Yogyakarta. Selain itu, di ruang ini juga terdapat beberapa lukisan tari.
Guwa Selo Giri Suatu ruang pamer yang dibangun di bawah tanah, karena menyesuaikan dengan kontur tanah yang tidak rata. Ruang ini berupa lorong panjang yang
Bonyta Ruth H. 74 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir merupakan perpaduan Sumur Gumuling Taman Sari dan gaya Gothic.
Gambar 2.40 Ruang Pamer Guwa Selo Giri Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Ullen_Sentalu Arsitektur Guwa Selo Giri didominasi dengan penggunaan material bangunan dari batu Merapi. Ruang ini memamerkan karya-karya lukis dokumentasi dari tokoh-tokoh yang mewakili figur 4 kraton Dinasti Mataram. Melalui karya-karya lukis dokumentasi para tokoh yang dikemas dalam karya fine arts serta didukung kelengkapan data sejarah yang berkaitan, maka suatu interaksi antara karya seni, pengungkapan data-data seni budaya dan sejarah dari suatu peradaban yang intangible dapat terkomunikasikan secara kaya dan bebas.
Kampung Kambang
Gambar 2.41 Kampung Kambang Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Ullen_Sentalu
Merupakan areal yang berdiri di atas kolam air dengan bangunan berupa ruang-ruang di atasnya. Konsep areal ini diambil dari konsep Bale Kambang dan konsep Labirin. Kampung Kambang terdiri dari lima ruang pamer museum, yaitu: Ruang Syair untuk Tineke, Royal Room Ratoe Mas, Ruang Batik Vorstendlanden, Ruang Batik Pesisiran, dan Ruang Putri Dambaan.
Bonyta Ruth H. 75 090406091
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA - 490 Tugas Akhir
Gambar 2.42 Sasana Sekar Bawana Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Ullen_Sentalu
Gambar 2.43 Taman Sumber :
Gambar 2.44 Patung pada Museum Outdoor Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Museum http://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Ullen_ Sentalu _Ullen_Sentalu Museum Ullen Sentalu mengelola kegiatan seperti workshop seni budaya Mataram (Sasana Sekar Bawana), termasuk etiket, norma, ide, karya lukis, arsitektur indis-jawa, wisata budaya, outbond, pameran, dan sebagainya. Selain bangunan fisik, museum ini juga didukung dengan area taman yang menonjolkan atmosfer pegunungan. Pada bagian-bagian tertentu terdapat patung-patung yang menjadi museum outdoor. Museum ini juga didukung dengan adanya Restoran Beukenhof dan Putri Malu Souvenir Shop.
Gambar 2.45 Restoran Beukonhof Sumber :
Gambar 2.46 Interior Restoran Beukonhof Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Ullen_ Sentalu
http://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Ullen_ Sentalu
Bonyta Ruth H. 76 090406091
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara