PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF BERBASIS METAKOGNISI SEBAGAI PENUNJANG PEMAHAMAN KONSEP DAN PENALARAN SISWA SMA POKOK BAHASAN SUHU DAN KALOR
Wahyu Pramudita Sari(1), Drs. H. Winarto, M.Pd, Drs. Dwi Haryoto,M.Pd Universitas Negeri Malang E-mail(1):
[email protected] Abstrak : Penelitian ini bertujuan menghasilkan dan mengetahui kelayakan produk multimedia interaktif berbasis metakognisi sebagai penunjang pemahaman konsep dan penalaran siswa SMA pokok bahasan suhu dan kalor. Metode penelitian yang digunakan adalah metode R&D Borg & Gall yang sudah dimodifikasi dan terdiri atas 7 langkah yakni studi pendahuluan, perencanaan, pengembangan, validasi ahli, revisi dari validasi ahli, uji coba terbatas, dan revisi dari uji coba terbatas. Pengambilan data uji coba menggunakan angket kepada ahli dan siswa. Berdasarkan hasil analisis data diketahui tingkat kelayakan multimedia interaktif yang dikembangkan sebesar 91,6% dengan kriteria layak menurut ahli. Sedangkan uji keterbacaan oleh siswa diperoleh sebesar 71,9% dengan kriteria cukup layak. Produk dapat diujicobakan lebih lanjut untuk mengetahui keefektifannya dalam pembelajaran. Kata kunci : multimedia interaktif, metakognisi, pemahaman konsep, penalaran, suhu dan kalor
Perkembangan teknologi di abad ke-21 ini memang sedang berkembang dengan sangat pesatnya. Salah satu bidang yang mendapatkan dampak yang cukup berarti dengan perkembangan teknologi ini adalah bidang pendidikan, dimana pada dasarnya pendidikan merupakan suatu proses komunikasi dan informasi dari pendidik kepada peserta didik yang berisi informasi-informasi pendidikan, yang memiliki unsur-unsur pendidik sebagai media dan sumber informasi. Fisika merupakan sains atau ilmu pengetahuan paling fundamental karena merupakan dasar dari semua bidang sains (Tipler, 1998:1-2). Fisika dianggap sebagai salah satu mata pelajaran yang sulit oleh sebagian besar siswa. Pokok bahasan Suhu dan Kalor di kelas X merupakan salah satu materi penting di dalam fisika terkait dengan kehidupan seharihari terutama untuk perpindahan kalor. Namun pada realitanya, Pada pembelajaran fisika di SMA saat ini kebanyakan para guru di SMA hanya menekankan pada rumus-rumus yang terkait dan tidak dipahamkan terkait konsepnya. Siswapun tidak dibiasakan untuk bernalar dalam pembelajaran fisika. 1
Penggunaan fasilitas komputer sudah dilakukan, namun hanya sebatas ppt, untuk media animasi masih jarang sekali. Hal ini didukung oleh hasil wawancara salah satu guru di SMA Negeri 3 Malang, yang menunjukkan bahwa materi suhu dan kalor adalah salah satu materi yang sulit diajarkan kepada siswa. Hal ini dikarenakan materi ini mengajarkan konsep-konsep cukup abstrak. Guru mengaku jarang sekali menggunakan media animasi dan video, praktikum saja hanya sekali-duakali untuk materi suhu dan kalor. Setelah pembelajaran masih ada siswa yang belum memahami materi. Hal ini bisa dikarenakan minat siswa terhadap pembelajaran dari seorang guru, yang tidak bervariasi ataupun kurang menarik, sehingga perlu adanya perbaikan terhadap proses pembelajaran di sekolah. Hal ini didukung oleh hasil wawancara 10 siswa kelas X SMA Negeri 3 Malang yang menunjukkan bahwa media animasi untuk materi suhu dan kalor jarang sekali, sehingga pemahaman materi suhu dan kalor belum bisa maksimal, karena memang untuk konsep-konsep abstrak belum sepenuhnya menguasai. Padahal dengan media animasi siswa lebih senang belajar, dan lebih mudah memahami konsep suatu materi. Dengan menggunakan pengalamannya siswa dapat mengembangkan kemampuannya untuk memahami konsep-konsep abstrak. Selain itu, belajar mengetahui kemampuan penalaran merupakan salah satu hal yang paling penting karena semua aktivitas kehidupan yang dilakukan dipengaruhi oleh kemampuan bernalar. Pembelajaran di sekolah untuk kelas X SMA saat ini sudah menerapkan kurikulum 2013, dimana dalam kurikulum ini lebih mengutamakan pendidikan karakter siswa. Peraturan Pemerintah Nomor 64 tahun 2013 tentang Standar Isi menyatakan bahwa dalam kurikulum 2013 itu menyarankan pembelajaran yang “Scientific Approach” dan mementingkan metakognisi. Selain itu, Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses menyatakan bahwa salah satu prinsip pembelajaran yang digunakan dalam kurikulum 2013 adalah pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Media pembelajaran interaktif merupakan salah satu media yang dapat digunakan sebagai penunjang pemahaman konsep dan kemampuan bernalar siswa
2
adalah multimedia interaktif berbasis metakognisi. Multimedia adalah media yang menggabungkan dua unsur atau lebih media yang terdiri dari teks, grafis, gambar, foto, audio, video dan animasi secara terintegrasi. Multimedia interaktif dalam dunia pendidikan adalah sebagai perangkat lunak (software) pembelajaran untuk mempelajari suatu materi agar lebih mudah memahami dan dapat belajar dengan menyenangkan. Faktor yang berperan dalam konstruksi pengetahuan adalah metakognisi. Kemampuan metakognisi dapat meningkatkan kapasitas belajar penuh makna, membentuk serta mempengaruhi konstruksi pemahaman siswa (Dosoete, 2001). Permendiknas nomor 16 tahun 2007 tentang standar kompetensi profesional, salah satunya guru harus kreatif dan inovatif dalam penerapan dan pengembangan bidang ilmu fisika dan ilmu-ilmu terkait. Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian “Pengembangan Multimedia Interaktif Berbasis Metakognisi sebagai Penunjang Pemahaman Konsep dan Penalaran Siswa SMA Pokok Bahasan Suhu dan Kalor”. Tujuan dari penelitian dan pengembangan ini adalah menghasilkan dan mengetahui kelayakan multimedia interaktif berbasis metakognisi sebagai penunjang pemahaman konsep dan penalaran siswa SMA pokok bahasan suhu dan kalor. METODE PENGEMBANGAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dan pengembangan atau R&D (Research and Development) Borg &Gall (Sukmadinata, 2009:169) yang sudah dimodifikasi. Metode ini terdiri atas 7 langkah, yakni (1) tahap studi pendahuluan ini ada dua langkah yang akan dilakukan yaitu survei lapangan dan pengumpulan studi pustaka, (2) Tahap perencanaan yang terdiri atas dua langkah yakni perencanaan desain dan instrumen uji kelayakan dan instrumen validasi produk, (3) Tahap pengembangan produk yang terdiri atas 3 langkah, yakni pemilihan materi, menyusun layout media, dan pengembangan multimedia pembelajaran, (4) Validasi ahli, (5) Melakukan revisi dari validasi ahli, (6) Uji coba terbatas, (7) Melakukan revisi dari uji coba terbatas.
3
Data dalam penelitian ini adalah hasil penilaian oleh validator dan pengguna (siswa) pada angket yang telah disediakan. Jenis data yang diperoleh adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif berupa nilai rata-rata dari angket. Data ini berupa angka-angka yaitu, 4, 3, 2, 1 berdasarkan Skala Likert. Sedangkan data kualitatif berupa komentar dan saran dari masing-masing validator. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data (Arikunto, 2006) dengan rumus: P=
x ×100% n
Keterangan: P : persentase skor ∑x : jumlah skor jawaban responden dari item pertanyaan n : total skor jawaban jika seluru responden menjawab sangat baik Adapun kualitas setiap komponen ditetapkan seperti yang disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Kriteria Kelayakan Media Pembelajaran Persentase 76% - 100% 56% - 75% 40 % - 55% <40%
Kriteria Layak Cukup layak Kurang layak Tidak layak
HASIL DAN PEMBAHASAN Produk hasil pengembangan penelitian ini berupa multimedia interaktif berbasis metakognisi sebagai penunjang pemahaman konsep dan penalaran siswa SMA. Media pembelajaran ini didesain dengan program SwishMax 4. Media ini memuat pokok bahasan suhu dan kalor, mulai dari sub materi suhu, termometer, pemuaian, kalor, perubahan wujud, dan perpindahan kalor. Setelah selesai pembuatan program, media dikemas dalam bentuk CD pembelajaran yang dapat digunakan oleh siswa untuk belajar secara mandiri maupun kelompok kecil dan juga dapat digunakan sebagai salah satu alat penunjang oleh guru fisika.
4
Media
pembelajaran
ini
merupakan
multimedia
interaktif
berbasis
metakognisi yang terdiri dari beberapa bagian utama yaitu, halaman cover, menu utama, petunjuk setiap halaman, pengembang, materi, dan soal evaluasi. Data hasil uji coba terbatas diperoleh dari validator 1 dosen fisika FMIPA UM, 1 guru fisika SMA Negeri 3 Malang, dan 31 siswa kelas X-MIA 6 SMA Negeri 3 Malang. Data ini juga terdiri dari dua data, yaitu kuantitatif yang berupa angket dan kualitatif yang berupa kritik dan saran tambahan. Selain angket yang diberikan kepada siswa, siswa diminta untuk mengerjakan soal evaluasi secara mandiri setelah menggunakan media pembelajaran. Dan nilai yang didapatkan siswa bertujuan untuk mengetahui ketercapaian pemahaman siswa dan penalaran siswa terhadap materi suhu dan kalor, seberapa banyak siswa yang mencapai nilai KKM. Berdasarkan hasil isian angket para ahli, maka dapat dianalisis secara kuantitatif yang ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2 Hasil Analisis Data Kuantitatif Hasil Validasi
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
7.
Aspek yang dinilai
Persentase (%)
Kriteria
V1 V2 V1 Tampilan Cover 100 91,6 Layak Tampilan Pendahuluan 95,0 80 Layak Tampilan Materi 91,7 86,1 Layak Media secara 85,0 87,5 Layak keseluruhan Penyajian kegiatan 80,0 85,0 Layak dalam media Media Pembelajaran yang dikembangkan mampu menunjang 100 100 Layak pemahaman konsep dan penalaran siswa Media pembelajaran yang dikembangjan dapat digunakan 100 100 Layak sebagai alat bantu dalam pembelajaran fisika Rata-rata kalayakan produk dari kedua validator
5
V2 Layak Layak Layak
Rata-rata keseluruhan media (%) V1 V2
Kriteria V1
V2
Layak
Layak
Layak Layak
Layak
93,1
90,0
Layak
91,6
Layak
Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa media pembelajaran ini dikategorikan layak oleh validator dengan persentase keseluruhan 91,6 %, dan direkomendasikan dengan kriteria layak dan perlu revisi. Hal ini dikarenakan terdapatnya bagian-bagian yang berada pada aspek-aspek yang dinilai masih ada yang dikategorikan cukup layak oleh validator pertama maupun kedua, lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran. Bagian yang menurut validator kurang layak dan cukup layak ini ada baiknya dilakukan perbaikan/revisi ulang. Hal ini bertujuan agar media pembelajaran yang dikembangkan lebih baik dan menarik serta efektif. Sedangkan angket hasil keterbacaan siswa kelas X-MIA 6 SMA
Negeri 3 Malang terhadap produk
multimedia interaktif berbasis metakognisi pokok bahasan suhu dan kalor secara kuantitatif dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 No
Hasil Analisis Uji Coba Keterbacaan oleh 31 Siswa Aspek yang dinilai
1. Metakognisi 2. Kemenarikan Tampilan 3. Kejelasan Informasi 4. Isi Materi Rata-rata secara keseluruhan media pembelajaran untuk semua siswa
Persentase (%) 67,7 73,4 74,4 72 71,9
Kriteria Cukup Layak Cukup Layak Cukup Layak Cukup Layak Cukup Layak
Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa media pembelajaran ini dikategorikan cukup layak dari hasil uji keterbacaan siswa dengan persentase keseluruhan 71, 9 %. Sama halnya dengan hasil validasi, bagian yang sekirany masih kurang, ada baiknya dilakukan perbaikan/revisi ulang. Hal ini bertujuan agar media pembelajaran yang dikembangkan lebih baik dan menarik serta efektif. Hasil dari pengerjaan soal evaluasi 9 siswa masih dibawah KKM, dimana nilai KKM adalah 80. Sedangkan untuk 22 siswa sudah memenuhi KKM, sehingga media pembelajaranyang dikembangkan layak sebagai penunjang pemahaman konsep dan penalaran siswa pokok bahasan suhu dan kalor. Adapun data kuantitatif hasil uji coba terbatas yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4.
6
Tabel 4 Analisis Data Kuantitatif Hasil Uji Coba Terbatas No
Jumlah siswa yang-
1. 2.
Memenuhi KKM Tidak memenuhi KKM
Jumlah siswa
Jumlah siswa keseluruhan
Persentase (%)
22 7
31
71 29
PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil validasi media yang dilakukan oleh dua validator diperoleh persentase rata-rata 91,6 % yang berarti bahwa media ini layak digunakan. Setelah divalidasi oleh validator, media pembelajaran ini direvisi berdasarkan tanggapan, saran, kritik, dari validator. Selain itu, media pembelajaran direvisi berdasarkan uji coba terbatas. Uji coba terbatas media pembelajaran dilakukan kepada 31 siswa SMA Negeri 3 Malang dengan memberikan penilaian keterbacaan media dan juga melakukan uji coba terhadap soal evaluasi untuk mengetahui ketercapaian nilai siswa dalam memenuhi KKM. Hasil analisis uji coba terbatas keterbacaan siswa diperoleh persentase 71,9 % yang berarti cukup layak untuk digunakan, dan menunjukkan siswa tertarik dengan media namun masih ada beberapa kekurangan dari media. Sedangkan untuk persentase jumlah siswa yang mendapatkan nilai memenuhi KKM sebesar 79%. Sehingga media ini dapat digunakan sebagai salah satu alat penunjang pembelajaran fisika pokok bahasan suhu dan kalor. Saran Berdasarkan pada hasil pengembangan media pembelajaran ini, peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut. Bagi guru dan siswa, multimedia interaktif ini bisa digunakan sebagai salah satu alternatif media pembelajaran sebagai penunjang pemahaman konsep dan penalaran siswa pokok bahasan suhu dan kalor. Bagi sekolah, produk ini dapat disebarkan ke guru fisika ataupun siswa yang membutuhkan produk pembelajaran pokok bahasan suhu dan kalor. Bagi peneliti, dilakukan penyempurnaan multimedia interaktif berbasis metakognisi terhadap kelemahan-kelemahan yang ada dan mengujicobakan media ini secara luas agar
7
diketahui kelayakan produk yang dikembangkan jika digunakan dalam pembelajaran, serta dapat dilanjutkan dengan eksperimen atau implementasi dalam pembelajaran. Pengembang hanya melakukan uji coba keterbacaan terbatas Sehingga, perlu diteliti lebih lanjut mengenai tingkat pemahaman dan penalaran siswa setelah menggunakan media pembelajaran ini. Media yang dikembangkan pada penelitian selanjutnya. DAFTAR RUJUKAN Ali, M.2009. Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Mata Kuliah Medan Elektromagnetik, (Online), (http://uny.ac.id/Jurnal Edukasi@Elektro Vol_5_No_1_Maret_2009/11-18-.pdf, diakses 4 September 2013). Anderson, L.W. &Krathwohl, D.R.2010.Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen (Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom).Yogyakarta:Pustaka Belajar. Arikunto, S.2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta: Rineka Cipta. Desoete, A.2001.Off-Line Metacognition in Children with Mathematics Learning Disabilities. Faculteit Psychologies en Pedagogische Wetenschappen. Universiteit-Gent, (Online), (https:/archive.ugent.be/retrieve/917/ 801001505476.pdf, diakses 10 Oktober 2013). Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses. Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kompetensi Profesional. Sukmadinata, N. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset. Tipler.1998.Fisika untuk Sains dan Teknik Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta:Erlangga.
8