Pengembangan Model Pembelajaran e-Learning Penelitian
Pengembangan Model Pembelajaran e-Learning Berbasis Web dengan Prinsip e-Pedagogy dalam Meningkatkan Hasil Belajar Muksin Wijaya E-mail:
[email protected] Bidang Pembinaan dan Program Pendidikan BPK PENABUR Bandung
Abstrak embelajaran mata pelajaran ekonomi di SMA sampai saat ini masih menghadapi masalah, diantaranya para siswa yang masih mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep perekonomian dan hasil belajar yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal yang sudah ditetapkan sekolah. Oleh karena itu penulis memandang perlu adanya model pembelajaran yang lebih baik yang dapat meningkatkan pemahaman siswa atas konsep-konsep perekonomian dan hasil belajar yang meningkat pula. Model pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran e-learning berbasis web dengan prinsip e-pedagogy. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan metode Research and Development yang dikembangkan oleh Gall dan Borg. Dari sepuluh langkah penelitian tersebut, kemudian disederhanakan menjadi tiga tahap utama, yaitu: pendahuluan, pengembangan, dan pengujian. Hasil pengujian efektifitas model menunjukkan bahwa model pembelajaran e-learning berbasis web dengan prinsip e-pedagogy dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi mata pelajaran ekonomi dengan lebih baik yang dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil belajar yang dicapai. Model ini memperhatikan beberapa karakteristik: (1) Tujuan Model pembelajaran difokuskan pada usaha pembelajaran mandiri yang terpusat pada siswa sebagai subjek belajar (student-centred), (2) Kedudukan guru dalam model pembelajaran ini sebagai fasilitator yang membantu dan memotivasi siswa dalam mengembangkan integritas belajar, (3) Pelaksanaan pembelajaran tetap dilakukan dalam kelas, dengan memadukan pertemuan klasikal dengan elearning (blended learning). Berkaitan dengan digunakannya internet sebagai sumber belajar, maka dukungan perangkat komputer yang terkoneksi dengan jaringan internet menjadi salah satu syarat penting. Dengan demikian pada akhirnya disarankan kepada sekolah untuk melaksanakan model pembelajaran e-learning berbasis web dengan prinsip e-pedagogy sebagai model pembelajaran pada mata pelajaran ekonomi di jenjang SMA.
P
Kata-kata kunci: Model pembelajaran, e-learning, pembelajaran berbasis web, e-pedagogi, blendedlearning. Developing Web-Based e-Learning Instructional Model With e-Pedagogy Principles to Improve Learning Achivement Abstract Teaching economy subject in high school is still facing problems, such students who still have difficulty in understanding economic concepts and learning outcomes that have not reached a minimum completeness criteria that have been established school. Therefore, the researcher looked at the need for a better learning model that can enhance students’ understanding of economic concepts and learning outcomes are improved as 20
Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012
Pengembangan Model Pembelajaran e-Learning
well. Learning model which developed in this study is a web-based e-learning model with the principles of epedagogy. This study uses qualitative and quantitative approach to the method of Research and Development, developed by Gall and Borg. Of the ten steps to the study, and then simplified into three main phases: the information collecting, develop preliminary form of model, and model testing. The results of testing the effectiveness of the model shows that web-based e-learning model with the principles of e-pedagogy significanly to improve students’ ability to understand economy matter better and learning outcomes are improve. These of learning models is focused on independent learning efforts are centered on students as subjects of learning (student-centered), (2) teachers in this learning model as a facilitator to help and motivate students in developing the learning, and (3) learning activities still being done in the classroom, by combining a classical face to face with e-learning (blended learning). Associated with use of the Internet as a learning resource, the support of computer devices which connected to the Internet network to be one important condition. Thus in the end, researcher recommended the school to implement web-based e-learning model with the principles e-pedagogy as a model in taught economic subjects in the high school level. Keywords: Teaching model, e-learning, web-based learning, e-pedagogy, blended-learning.
Pendahuluan Ketercapaian hasil belajar memang sangat dipengaruhi oleh berbagai unsur-unsur. Unsuryang paling utama adalah unsur guru, unsur siswa, unsur kurikulum, dan unsur sarana prasarana pendukung pembelajaran. Guru sesuai dengan fungsinya bertugas mengoptimalkan kemampuan siswa dalam belajar dengan apa yang kita sebut mengajar. Guru memberikan peranan paling besar terhadap ketercapaian hasil belajar siswa. Peranan guru di sini menyangkut keseluruhan aspek termasuk pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran. Guru tidak hanya memahami bahan materi yang akan diajarkan, tetapi hendaknya memahami semua karakteristik yang terkandung di dalamnya sehingga dapat dengan mudah menerapkan paradigma baru dalam proses pembelajaran. Namun yang terjadi di sekolahsekolah pada saat sekarang cenderung banyak guru dalam proses pembelajaran hanya menjelaskan atau memberitahukan segala sesuatu kepada siswa. Guru kurang memberikan kesempatan untuk melatih siswa dalam belajar menemukan jawabannya sendiri. Dengan model pembelajaran seperti itu banyak siswa yang semakin pasif dan cenderung merasa bosan.
Model pembelajaran seperti itu, sekarang ini dirasakan kurang bermakna bagi hasil belajar siswa, karena siswa hanya dijejali dengan hafalan-hafalan mengenai konsep-konsep bukan bagaimana mengerti, memahami atau menguasai konsep dalam memecahkan suatu persoalan, apalagi didukung oleh kurangnya kreativitas guru dalam menggunakan media selama proses pembel-ajaran, sehingga materi pembelajaran akan semakin sulit dipahami siswa. Oleh karena itu guru diharapkan mampu merubah paradigma lama dalam mengajar yaitu menyampaikan pelajaran sebanyak-banyaknya dengan paradigma baru yang menekankan pada upaya membantu siswa agar lebih mampu mengerti, memahami, atau menguasai konsep untuk memecahkan suatu persoalan. Berangkat dari pemaknaan dan pemikiran sebagaimana diuraikan pada latar belakang tersebut di atas, penulis akan melakukan penelitian dan pengembangan suatu model pembelajaran yang lebih efektif, dan cocok dalam membantu guru untuk lebih mening-katkan hasil belajar siswa, meningkatkan kemampuan dan kompetensi siswa SMA dengan tidak meninggalkan unsur pedagogis, dengan memadukan pembelajaran tatap muka di kelas dan pemanfaatan teknologi informasi sebagai alat bantu pembelajaran.
Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012
21
Pengembangan Model Pembelajaran e-Learning
Kajian Pustaka 1.
E-Learning Berbasis Web dan Teori Belajar yang Mendasarinya
Paradigma sistem pendidikan yang semula berbasis tradisional dengan mengandalkan tatap muka saja, beralih menjadi sistem pendidikan yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu dengan sentuhan dunia teknologi informasi khususnya dunia cyber (maya). Sistem pendidikan yang berbasis dunia cyber yang dimaksudkan disebut dan dikenal dengan istilah e-learning. Adanya keterbatasan dalam proses belajar mengajar tradisional berbasis tatap muka yang dibatasi oleh ruang dan waktu, maka e-learning hadir untuk mengantisipasi hal ini. Dengan proses belajar mengajar tidak dibatasi lagi oleh ruang dan waktu sehingga hubungan antara peserta didik dan pengajar bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja. Istilah e-learning sangat popular beberapa tahun belakangan ini, mekipun konsepnya sudah cukup lama dimunculkan sebelumnya. Istilah ini sendiri memiliki definisi yang sangat luas. Terminologi e-learning cukup banyak dikemukakan dalam berbagai sudut pandang, namun pada dasarnya mengarah pada pengertian yang sama. Huruf e pada e-learning berarti elektronik yang kerap disepadankan dengan kata virtual (maya) atau distance (jarak). Dari hal ini kemudian muncul istilah virtual learning (pembelajaran di dunia maya) atau distance learning (pembelajaran jarak jauh). Sedangkan kata learning sering diartikan dengan belajar pendidikan (education) atau pelatihan (training). Jadi e-learning berarti pembelajaran dengan menggunakan media atau jasa bantuan perangkat elektronika. Dalam pelaksanaannya, e-learning menggunakan jasa audio, video, perangkat komputer, atau kombinasi dari ketiganya. E-learning merupakan sebuah proses pembelajaran yang dilakukan melalui network (jaringan). Ini berarti dengan e-learning memungkinkan tersampaikannya bahan ajar kepada peserta didik menggunakan media
22
Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012
teknologi informasi dan komunikasi berupa komputer dan jaringan internet atau intranet. Dengan e-learning, belajar bisa dilakukan kapan saja, di mana saja, melalui jalur mana saja dan dengan kecepatan akses apapun. Proses pembelajaran berlangsung efesien dan efektif. Ciri khas e-learning yaitu tidak tergantung pada waktu dan ruang (tempat). Pembelajaran dapat dilaksanakan kapan dan di mana saja. Dengan teknologi informasi, e-learning mampu menyediakan bahan ajar dan menyimpan instruksi pembelajaran yang dapat diakses kapanpun dan dari manapun. E-learning tidak membutuhkan ruangan (tempat) yang luas sebagaimana ruang kelas konvensional. Dengan demikian teknologi ini telah memperpendek jarak antara pengajar dan peserta didik. Bates dan Wulf (1996) mengatakan bahwa pembelajaran e-learning juga memiliki kelebihan sebagai berikut. 1. Meningkatkan interaksi pembelajaran (enhance interactivity) 2. Mempermudah interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and place flexibility) 3. Memiliki Jangkauan yang Lebih Luas (potential to reach a global audience) 4. Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy updating of contents as well as archivable capabilities) Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang menghasilkan internet dengan pembelajaran berbasis web merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan media situs web (website) yang bisa diakses melalui jaringan internet. Pembelajaran berbasis web atau yang dikenal juga dengan istilah “web-based learning” merupakan salah satu jenis penerapan dari pembelajaran elektronik (e-learning). Kevin Kruse (2004) dalam salah satu tulisannya yang berjudul “Using the Web for Learning” yang dimuat dalam situs web elearningguru.com mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis web seringkali memiliki manfaat yang banyak bagi para peserta didiknya. Bila dirancang dengan baik dan tepat, maka
Pengembangan Model Pembelajaran e-Learning
pembelajaran berbasis web bisa menjadi pembelajaran yang menyenangkan, memiliki unsur interaktivitas yang tinggi, menyebabkan peserta didik mengingat lebih banyak materi pelajaran, serta mengurangi biaya-biaya operasional yang biasanya dikeluarkan oleh peserta didik untuk mengikuti pembelajaran (contohnya uang jajan/biaya transportasi ke sekolah). 2. Teori Belajar yang Mendasari Pembelajaran Berbasis Web Menerapkan pembelajaran berbasis web dapat dilihat sebagai proses yang kompleks yang tidak hanya sekedar menjalankan langkah-langkah dalam model desain instruksional. Ada tiga teori belajar utama yang digunakan sebagai dasar pembelajaran berbasis web yaitu: behaviorisme, kognitivisme dan konstrukstivisme. a. Behaviorisme Behaviorisme melihat belajar adalah perubahan perilaku yang dapat diamati yang disebabkan oleh stimulus eksternal. Mereka melihat pikiran sebagai “kotak hitam”, respons terhadap suatu stimulus dapat diamati secara kuantitatif, dengan mengabaikan pengaruh proses berfikir yang terjadi di pikiran. b. Kognitivisme Kognitivisme melihat belajar merupakan proses internal yang melibatkan memori, motivasi, refleksi, berfikir, dan meta kognisi. Dalam pandangan aliran tersebut, pikiran manusia memanipulasi simbol-simbol seperti komputer memanipulasi data. Karena itu, pembelajar dianggap sebagai prosesor informasi. Psikologi kognitif meliputi proses belajar dari pemprosesan informasi, dimana informasi diterima di bermacam-macam indera, ditransfer ke memori jangka pendek dan jangka panjang. Informasi menjalani aliran transformasi dalam pikiran manusia sampai informasi tersebut tersimpan secara permanen di memori jangka panjang dalam bentuk paketpaket pengetahuan. c. Konstruktivisme Konstruktivisme melihat siswa membangun pengetahuannya dari pengalaman belajarnya sendiri. Belajar dapat dilihat
sebagai suatu proses yang aktif, dan pengetahuan tidak dapat diterima dari luar mapun dari orang lain. Siswa sebaiknya diberi kesempatan untuk membangun pengetahuan bukan diberi pengetahuan melalui pengajaran. 3. Aplikasi e-Learning Berbasis Web di dalam Kelas Dengan adanya perkembangan teknologi informasi dalam bidang pendidikan, maka pada saat ini sudah dimungkinkan untuk diadakan belajar jarak jauh dengan menggunakan media internet untuk menghubungkan antara siswa dengan gurunya, melihat nilai siswa secara online, mengecek keuangan, melihat jadwal pelajaran, mengirimkan berkas tugas yang diberikan guru dan sebagainya, semuanya itu sudah dapat dilakukan. Faktor utama dalam distance learning yang selama ini dianggap masalah adalah tidak adanya interaksi antara guru dan siswanya. Namun demikian, dengan media Internet sangat dimungkinkan untuk melakukan interaksi antara guru dan siswa baik dalam bentuk real time atau tidak. Dalam bentuk realtime dapat dilakukan misalnya dalam suatu chatroom, interaksi langsung dengan real audio atau real video, dan online meeting. Interaksi yang tidak real time bisa dilakukan dengan mailing list, discussion group, newsgroup, dan bulletin board. Dengan cara di atas interaksi guru dan siswa di kelas mungkin akan tergantikan walaupun tidak 100%. Bentuk-bentuk materi, ujian, kuis dan cara pendidikan lainnya dapat juga diimplementasikan ke dalam web, seperti materi guru dibuat dalam bentuk presentasi di web dan dapat di download oleh siswa. Demikian pula dengan ujian dan kuis yang dibuat oleh guru dapat pula dilakukan dengan cara yang sama. Penyelesaian administrasi juga dapat diselesaikan langsung dalam satu proses registrasi saja, apalagi didukung dengan metode pembayaran online. Sampai saat ini dunia masih memerlukan para guru dengan jumlah yang lebih banyak dengan kualitas yang lebih baik. Konferensi Dakar mengungkapkan bahwa masih ada 100 juta anak-anak yang putus sekolah mereka memerlukan para guru seiring dengan target dunia untuk pendidikan di tahun 2015. Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012
23
Pengembangan Model Pembelajaran e-Learning
Implikasinya diperlukan peningkatan atau perpaduan (Oxford English Dictionary) keterampilan bagi para guru yang berjumlah (Heinze and Procter, 2006: 236). Sedangkan kurang lebih 60 juta. Dari sekian jumlah guru learning memiliki makna umum yakni belajar, tersebut sebagian besar belum memenuhi dengan demikian sepintas mengandung makna standar kualifikasi yang diharapkan dalam arti pola pembelajaran yang mengandung unsur kata memiliki kualitas rendah tidak memenuhi pencampuran, atau penggabungan antara satu syarat sesuai tuntutan profasionalisme pola dengan pola yang lainnya. Apa yang keguruan. Dalam kondisi apapun peningkatan dicampurkan? Elenena Mosa (2006) menyamkualitas guru perlu terus ditingkatkan sepanjang paikan bahwa yang dicampurkan adalah dua karir mereka sebagai guru jika kita menginginkan unsur utama, yakni pembelajaran di kelas pendidikan menuju ke arah kualitas dan daya (classroom lesson) dengan online learning. saing tinggi. Untuk itu diperlukan strategi Pada perkembangannya istilah yang lebih khusus yang dapat mengakomodasi populer adalah Blended e-learning dibandingkan karakteristik aktivitas guru yang tetap dapat dengan blended learning. Kedua istilah tersebut melaksanakan tugas kependidikan dan merupakan isu pendidikan terbaru dalam keguruannya di samping terus memperoleh perkembangan globalisasi dan teknologi Blended input pendidikan dan peningkatan kualifi- e-learning. Zhao (2008:162) menjelaskan “isu kasinya. Salah satu cara memperkuat profesi Blended e-learning sulit untuk definisikan karena pengajaran para guru adalah dengan mengguna- merupakan sesuatu yang baru”. Walau cukup kan pendidikan jarak jauh dengan memanfaat- sulit mendefinisikan pengertian Blended ekan teknologi informasi dan komunikasi (ICT). learning tapi ada para ahli dan profesor yang Pembelajaran konvensional tidak lagi meneliti tentang blended e-learning d an sepenuhnya menjadi andalan, namun di tengah menyebutkan konsep dari Blended e-learning. kemajuan teknologi saat ini diperlukan variasi Blended learning sebagai kombinasi metode yang lebih memberikan kesempatan karakteristik pembelajaran tradisional dan untuk belajar dengan memanfaatkan aneka lingkungan pembelajaran elektronik atau sumber, tidak hanya dari man power seperti Blended e-learning, menggabungkan aspek halnya guru. Pembelajaran yang dibutuhkan Blended e-learning seperti pembelajaran berbasis adalah dengan memanfaatkan unsur teknologi web, streaming video, komunikasi audio informasi, dengan tidak meninggalkan pola synchronous dan asynchronous dengan bimbingan langsung dari pengajar dan pembelajaran tradisional “tatap muka”. pemanfaatan sumber belajar lebih luas. Konsep Pendapat lainnyadipaparkan Bhonk dan ini sering juga diistilahkan dengan blended Graham (2006) juga mendefinisikan sebagai learning yaitu perpaduan antara pembelajaran berikut: “Blended learning is the combination of konvensional di dalam kelas (tatap muka guru instruction from two historically separate models of dan siswa) dengan pembelajaran e-learning teaching and learning: Traditional learning systems berbasis web (online). and distributed learning systems. It emphasizes the Secara etimologi istilah Blended Learning central role of computer-based technologies in blended terdiri dari dua kata yaitu Blended dan Learning. Kata Online (Pure eblend berarti Use of Learning) “campuran, bersaTechnology Blended Learning ma untuk meningFace to Face (Didactic katkan kualitas Learning Traditional) agar bertambah baik” (Collins Dictionary), atau forTime spent on “Online Learning” mula suatu penyelarasan kombinasi Gambar 1: Konsep Blended Learning 24
Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012
Pengembangan Model Pembelajaran e-Learning
learning.” (Hadjerrouit, 2007: 286). Bhonk dan Graham (2006) menjelaskan bahwa blended learning adalah gabungan dari dua sejarah model perpisahan mengajar dan belajar: sistem pembelajaran tradisional dan sistem penyebaran pembelajaran, yang menekankan peran pusat teknologi berbasis komputer dalam blended learning. Penjelasan mereka tentang konsep blended learning dijelaskan pada gambar 1. Penerapan Prinsip-Prinsip e-Pedagogy dalam Model Pembelajaran e- Learning Berbasis Web Kenyataan kita lihat saat ini adalah semakin banyak dan semakin berkembangnya perangkat yang dapat membantu kita di dalam mengajar ataupun di dalam pembelajaran, namun perkembangan itu tidak secepat perkembangan metode mengajar dan metode pembelajaran itu sendiri. Metode mengajar tradisional kerapkali masih diterapkan di dalam lingkungan belajar baru yang sekarang kita hadapi dengan alasan: pertama, tidak terlalu perlu metode mengajar dirubah karena metode tradisional yang diterapkan sudah lama cukup teruji baik, alasan kedua karena belum adanya metode mengajar yang baru yang benar-benar sesuai dengan perkembangan terkini. Para kelompok pendukung adanya suatu perubahan di dalam mengajar dan pembelajaran sangat menentang kedua alasan yang berkembang tersebut. Sebagaimana diuraikan di depan, bagian revolusi teknologi dibidang pendidikan adalah muncul dan semakin berkembangnya e-learning atau blended learning. Di masa datang e-learning akan semakin luas diterapkan tidak hanya di jenjang pendidikan tinggi, tetapi mulai jenjang pendidikan dasar karena e-learning pada dasarnya sangat mendukung dan sangat mengakomodasikan konsep pendidikan seumur hidup (life-long learning). Dalam berbagai penerapan, e-learning di sampaikan melalui suatu lingkungan belajar yang bersifat online dan virtual seperti Blackboard dan Moodle. Perubahan lingkungan yang menfasilitasi belajar sebagaimana yang ada di dalam e-learning tentu akan memberikan dampak kepada guru 4.
baik di dalam menyiapkan materi ajar, metode mengajar, maupun model pembelajarannya. Di dalam menyiapkan materi ajar, pada saat ini seorang guru diberi peluang untuk dapat memanfaatkan informasi yang ada dan tanpa batas untuk menghasilkan suatu materi ajar yang lebih memiliki tingkat kualitas yang lebih tinggi. Di dalam metode mengajar pun seharusnya guru sudah menggunakan metode yang lebih interaktif yang benar-benar dapat menempatkan pembelajaran yang berpusat pada siswa (students-centered). Demikian juga dengan model pembelajaran, perlu disesuaikan dengan keterkinian karakteristik siswa dan keterkinian perangkat yang dapat digunakan untuk semakin meningkatkan kualitas pembelajaran. Berkaitan dengan apa yang diuraikan di atas, George Siemen (2004) memperkenalkan teori pedagogi connectivism yang dituangkan di dalam makalahnya yang bertema : “Learning as network creation”, yang di dalam makalahnya itu beliau memadukan teori belajar behaviorisme dan konstruktivisme pada pembelajaran elearning. Connectivism yang di kemukakan George mengungkapkan pengetahuan dan pembelajaran sebagai suatu jejaring yang terdiri dari simpul-simpul yang saling berhubungan. Pengetahuan menurut George sebagai suatu simpul dari sekian simpul-simpul yang ada yang saling berhubungan. Posisi belajar dalam konsep George adalah sebagai suatu hal yang membuat hubungan-hubungan baru yang melengkapi simpul-simpul yang saling terhubung dan yang sudah ada. Jadi belajar menurut connectivisim adalah penciptaan simpul-simpul dan keterhubungan setiap simpul-simpul tersebut. Menurut George (2004) di dalam teori connectivism, ada delapan prinsip e-pedagogis : 1. Pembelajaran dan pengetahuan berada dalam keanekaragaman (diversity) pandangan/pendapat/opini. 2. Pembelajaran merupakan suatu proses menghubungkan sumber-sumber informasi terutama simpul-simpul khusus. 3. Pembelajaran dapat terjadi dari sesuatu di luar manusia.
Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012
25
Pengembangan Model Pembelajaran e-Learning
4.
5.
6.
7.
8.
Kemampuan untuk memahami adalah lebih penting daripada apa yang dipahami sekarang. Menjaga kesinambungan dalam belajar sangat diperlukan untuk kelanjutan pembelajaran. Kemampuan untuk melihat hubungan diantara ide dan konsep sebagai suatu ketrampilan inti dalam pembelajaran. Keterkinian (keakuratan, pengetahuan mutakhir, up to date) adalah sesuatu yang utama di dalam belajar Pengambilan keputusan dalam memilih apa yang akan dipelajari sangat penting dalam proses pembelajaran dalam menghadapi banjir informasi.
Metode Penelitian Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan metode Penelitian dan Pengembangan (Research and Development). Metode ini dirancang untuk mengembangkan suatu produk baru dan atau menyempurnakan produk yang telah ada dengan langkah-langkah yang dapat dipertanggungjawabkan (Sukmadinata, 2005;
163 - 145). Produk yang dikembangkan dalam penelitian adalah suatu model pembelajaran elearning berbasis web dengan prinsip e-pedagogy untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan pada langkah penelitian ini secara umum mengacu pada pendapat Gall dan Borg (1989) di atas, Sukmadinata (2005:189) memodifikasi untuk menyederhanakannya menjadi tiga tahap utama, yaitu pendahuluan, pengembangan, dan pengujian, seperti terlihat pada gambar 2. Penelitian pendahuluan, yaitu tahap persiapan untuk pengembangan model. Tahap ini terdiri atas dua langkah yaitu studi kepustakaan dan survei lapangan. Tahap pengembangan terdiri dari tiga kegiatan yaitu pengembangan draf awal, uji coba model terbatas, dan uji coba lebih luas. Tahap ketiga, adalah validasi yaitu melakukan penelitian dengan menggunakan metode eksperimen antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
Hasil Penelitian 1. Hasil Studi Pendahuluan Tujuan studi awal adalah untuk mengetahui kondisi umum pelaksanaan Kurikulum 2006 (KTSP) dan pembelajaran Ekonomi di tempat
Gambar 2: Skema Alur Penelitian dan Pengembangan
26
Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012
Pengembangan Model Pembelajaran e-Learning
penelitian. Desain awal pembelajaran disusun berdasarkan hasil studi awal dan dikembangkan melalui tahap-tahap pelaksanaan uji model. Melaksanakan studi awal dalam penelitian pengembangan model dipandang perlu, karena dalam penelitian ini akan diujicobakan suatu model dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran. Pengembangan model tersebut harus didasarkan kepada data lapangan, tentang bagaimana kondisi lapangan yang akan diteliti. Aspek yang diteliti pada tahap studi awal adalah: (1) keadaan guru, siswa, sumber belajar dan fasilitas pendukung; (2) penerapan pembelajaran yang sedang berlangsung; (3) pandangan awal guru terhadap model pembelajaran e-learning berbasis web. Pada penelitian inipun, akan diteliti pandangan dan pemahaman awal para guru tentang Kurikulum 2006 (KTSP) yang sudah diimplementasikan sejak tahun pelajaran 2006-2007. Berikut rincian hasil studi awal atas aspek-aspek yang dikaji sebagaimana disebutkan di atas: a. Keadaan Guru, Siswa dan Sumber belajar 1) Keadaan Guru Secara umum latar belakang responden guru berpendidikan tinggi dengan spesialisasi mata pelajaran ekonomi sehingga jawaban-jawaban yang diberikan melalui angket dapat dianggap layak untuk dianalisis. Dilihat dari latar belakang pendidikan responden guru, pada umumnya para guru yang mengajar mata pelajaran ekonomi merupakan lulusan Strata satu (S1) ekonomi kependidikan dan non kependidikan dengan pengalaman mengajar mata pelajaran ekonomi di SMA antara 3 – 20 tahun, hal ini sangat memungkinkan dapat memberikan jawaban yang signifikan terhadap wawancara dan pertanyaan angket yang diberikan. Selain ini para guru tersebut pada umumnya pernah mengikuti berbagai jenis pelatihan/penataran serta lokakarya-lokakarya baik tingkat propinsi maupun tingkat nasional lainnya. Selain hal tersebut di atas, berdasarkan pada angket yang disebarkan untuk melihat aktualisasi diri dari guru yang bersangkutan terhadap tugas dan profesinya
sebagai seorang guru, diperoleh jawaban atas angket Dari jawaban angket tersebut di atas, tergambar untuk aspek tujuan mengajar, seluruh responden guru (100%) memilih seluruh pilihan yang tersedia, artinya bahwa seluruh responden memiliki tujuan mengajar sebagai profesinya yang relatif sama yaitu melaksanakan tugas profesinya, transfer ilmu pengetahuan kepada siswa, memberikan pengetahuan kepada siswa dan juga mengubah tingkah laku siswa ke arah positif. Untuk aspek harapan kepada siswa seluruh responden (100%) memilih semua pilihan yang ada, artinya seluruh guru memiliki harapan yang relatif sama terhadap siswa didiknya yaitu agar siswa didiknya menjadi siswa yang mandiri, pintar, patuh. Untuk aspek pemberian tugas, tiga orang responden (50%) menyatakan sebagai pekerjaan rutin dari semester ke semester, dan tiga orang responden (50%) menyatakan sebagai suatu kewajiban yang harus dilakukan berdasarkan perintah, hal ini sudah diantisipasi dengan melihat pada umur dan lamanya responden tersebut sebagai guru, ada yang sudah lama dan ada juga yang masih baru. Untuk aspek penguasaan materi pelajaran, dua orang responden (33.3%) menyatakan baik dan empat orang guru (66.7%) menyatakan belum cukup, hal ini mengindikasikan adanya suatu motivasi dari para guru untuk terus menimba dan memutakhirkan pengetahuan yang secara khusus berkaitan dengan mata pelajaran ekonomi yang diampunya. Dari wawancara, beberapa hal praktis yang mereka lakukan untuk semakin menambah pengetahuan mereka adalah antara lain dengan membaca, berdiskusi dengan guru mata pelajaran yang sama, mengikuti kuliah pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan mengikuti lokakarya dan penataran yang berkaitan dengan mata pelajaran yang diampunya. Untuk aspek keinginan untuk memperbaiki cara mengajar, seluruh responden (100%) menyatakan keinginannya untuk dapat Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012
27
Pengembangan Model Pembelajaran e-Learning
2)
28
memperbaiki cara mengajarnya, hal ini mengindikasikan adanya suatu motivasi yang besar dari seluruh guru yang menjadi responden untuk dapat mengajar dengan cara yang baru. Sedangkan untuk aspek penguasaan kelas, tiga responden (50%) menyatakan baik dan tiga responden (50%) menyatakan belum baik. Hal ini mengindikasikan perlunya suatu model pembelajaran yang lebih variatis sehingga tidak membuat siswa merasa bosan dan monoton dengan pembelajaran yang selama ini dijalaninya. Data hasil jawaban angket divalidasi oleh peneliti dengan mengadakan visitasi kelas atas seijin dan kepala sekolah, dan ternyata memang bahwa jawaban para responden pada angket dengan kenyataannya relatif sama baik pada keseriusan ketika para responden mengajar dan keterampilan di dalam mengelola kelas. Kondisi Siswa Siswa kelas X yang akan dijadikan subjek penelitian berjumlah 35 orang yang terdiri dari 20 orang siswa dan 15 orang siswi dengan kemampuan akademik yang relatif sama, hal ini secara empiris dapat dilihat dari hasil pretest yang dilakukan sebelum uji coba model dilakukan. Berdasarkan pada angket yang disebarkan untuk melihat aktualisasi diri dari para siswa. Dari jawaban angket yang disebarkan kepada siswa, tergambar bahwa untuk aspek tujuan sekolah sebagian besar (77%) responden siswa menyatakan menyenangkan karena dapat memperoleh ilmu yang banyak dan juga dapat berkumpul dengan teman-teman, sebagian kecil (23%) menyatakan tidak menyenangkan karena dirasakan mata pelajaran terlalu banyak dan guru-guru yang kurang profesional. Pada aspek kesan bersekolah, sebagian besar responden siswa (77%) menyatakan hal positif karena sebagian besar menyatakan kesan bahwa bersekolah dapat membuat mereka semakin pandai karena mereka mendapatkan banyak ilmu pengetahuan, tetapi sebagian kecil responden siswa (23%) menyatakan kesan
Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012
3)
4)
negatif yaitu merasa berat atas materi yang dirasakan terlalu banyak dan juga cara guru dalam mengajar yang cenderung ceramah, sehingga dirasakan membosankan. Untuk tugas-tugas diberikan oleh para guru, pada umumnya responden para siswa (57.2%) menyatakan terlalu banyak sehingga dirasakan mereka tidak sempat mengerjakannya, tetapi di sisi lain para responden siswa (28.5%) juga menyadari bahwa pemberian tugas dapat membantu mereka untuk dapat lebih menguasai pelajaran. Untuk aspek jumlah jam belajar di rumah, pada umumnya responden siswa (71.4%) menyatakan jam belajar di rumah kurang dari satu jam, kalaupun lebih dari satu jam biasanya maksimal adalah dua jam saja (28.6%). Untuk pertanyaan pembaharuan model pembelajaran, seluruh responden siswa (100%) menyatakan perlu adanya suatu pembaharuan model pembelajaran. Pernyataan bahwa siswa seluruhnya menyetujui adanya pembaharuan model pembelajaran ini merupakan kesan penting bagi peneliti untuk dapat melanjutkan pengembangan model sebagaimana yang dirancang oleh penulis dalam penelitian ini karena memang dari hasil angket hal ini sesuai dengan kebutuhan dan keperluan kondisi di lapangan. Sumber Belajar Sumber belajar yang digunakan adalah buku Ekonomi Kurikulum 2006 (KTSP). Penggunaan buku sumber para guru beragam, tidak hanya mengacu pada satu buku sumber saja, melainkan menggunakan sedikitnya 3 buku sumber dari penulis dan penerbit yang berbeda. Media dan Alat Pelajaran Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien, perlu dukungan pihak sekolah, di antaranya berupa kelengkapan sarana dan prasarana pembelajaran, termasuk media pembelajaran yang memadai. Media pembelajaran dapat memotivasi siswa dalam belajar. Pada dasarnya sekolah memiliki sarana
Pengembangan Model Pembelajaran e-Learning
prasarana pembelajaran yang relatif lengkap, seperti gambar, alat, OHP, LCD projektor, komputer, dan sebagainya. Dari jawaban angket sebagaimana tersebut di atas, tergambar bahwa semua responden guru (100%) menyatakan sarana prasarana di sekolah memadai baik dari aspek ruang kelas, media pembelajaran, dan iklim sekolah yang mendukung pembelajaran yang kondusif. Dari jawaban angket yang disebarkan kepada responden siswa perihal sarana prasarana sekolah, tergambar bahwa pada umumnya responden siswa (85.7%) menyatakan sarana prasarana di sekolah memadai, tetapi masih terdapat sebagian kecil responden siswa yang menyatakan sarana prasarana untuk aspek ruang kelas tidak memadai (14.3%), dan iklim sekolah yang tidak mendukung (28.6%). b.
Penerapan Pembelajaran yang Sedang Berlangsung Dari hasil pengamatan peneliti, implementasi mata pelajaran Ekonomi masih cenderung berlangsung secara konvensional, di mana guru lebih aktif dari siswa dan pembelajaran berjalan satu arah. Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran masih kurang optimal. Guru cenderung mengejar target kurikulum yang telah disusun, kurikulum hanya sebatas dokumen tertulis yang berisi serangkaian materi yang harus diberikan kepada peserta didik sesuai dengan alokasi waktu yang tersedia, dan hal ini membuat pembelajaran berjalan kaku dan lebih terpusat kepada guru (teacher-centered). Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah dan Guru tentang Kurikulum Ekonomi, terungkap bahwa materi tidak seimbang dengan alokasi waktu dan tuntutan kompetensi, sedangkan muatan-muatan materi yang harus dikuasai siswa cukup banyak dan padat, terutama materi yang menuntut adanya perhitungan, akibatnya penguasaan siswa terhadap materi bersifat praktik belum optimal. Pada proses pembelajaran, metode belajar yang digunakan pada umumnya ceramah,
tanya jawab, penugasan, demonstrasi dan sekali-kali kerja kelompok. Adapun yang lebih dominan adalah metode ceramah dan tanya jawab. Sekalipun demikian, guru menginginkan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa dan keadaan lingkungan dan karakteristik sekolah, sehingga dengan demikian kompetensi siswa akan mampu dicapai yang pada akhirnya siswa akan mampu mencapai hasil belajar secara optimal. c.
Pandangan Awal Guru tentang Model Pembelajaran e-Learning Berbasis Web Mengenai model pembelajaran e-learning berbasis web, berdasarkan hasil wawancara didapatkan kesan bahwa pada dasarnya para guru sudah mengetahui istilah tersebut, sedangkan implementasinya para guru belum terlalu mendalaminya. Kemampuan dan keterampilan guru di dalam mengembangkan pembelajaran elearning berbasis web masih perlu dilatihkan. Namun demikian model pembelajaran ini sudah dikenal oleh mereka. Mengenai kesulitan dalam mengembangkan pembelajaran e-learning berbasis web, para guru mengatakan kesulitan teknis dalam pengoperasian komputer dan pembuatan homepage pembelajarannya.
d. Pandangan dan Pemahaman Awal Guru Tentang Kurikulum 2006 (KTSP) Berkenaan dengan diberlakukannya Kurikulum 2006 (KTSP) per tahun pelajaran 2006-2007 dan untuk mengetahui lebih jauh tanggapan dan pemahaman guru dan kepala sekolah mengenai kurikulum 2006 (KTSP), maka penulis melakukan wawancara dan menyebarkan angket, dan pada umumnya menyatakan kurikulum 2006 lebih baik daripada kurikulum 2004 (KBK). Pandangan ini didasarkan pada pemahamannya terhadap kompetensi yang dituntut dan konsep teknologi pembelajaran yang diterapkan. Untuk pernyataan bahwa kurikulum yang dikembangkan atas prakarsa sendiri relevan dengan kurikulum 2006 (KTSP), satu orang responden menjawab sangat baik (SB), Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012
29
Pengembangan Model Pembelajaran e-Learning
empat orang responden menjawab baik (B) dan satu orang responden menjawab cukup baik (CB). Untuk pernyataan bahwa kesesuaian landasan pengembangan kurikulum dengan karakteristik kurikulum 2006 (KTSP), lima orang responden menjawab baik (B) dan satu orang responden menjawab cukup baik (CB). Untuk pernyataan relevansi desain kurikulum dengan karakteristik siswa SMA, lima orang responden menjawab baik (B) dan satu orang responden menjawab cukup baik (CB). Untuk pernyataan atas kejelasan tujuan dalam kurikulum 2006 (KTSP), satu orang menjawab baik (B) dan lima orang responden menjawab cukup baik (CB). Untuk pernyataan bahwa desain kurikulum 2006 (KTSP) sesuai dengan strategi pembelajaran yang digunakan, semua responden menjawab baik (B). Pada pernyataan bahwa evaluasi model pembelajaran dengan pendekatan kompetensi dalam evaluasinya memerlukan evaluasi formatif dan sumatif, empat orang responden menjawab sangat baik (SB), satu orang responden menjawab baik (B), dan satu orang responden menjawab cukup baik (CB). Semua semua guru menyatakan baik bahwa evaluasi Kurikulum 2006 (KTSP) memuat kemampuan-kemampun yang bersifat praktis. Berdasarkan wawancara lebih lanjut dengan para guru dan kepala sekolah, menurut mereka kurikulum 2006 (KTSP) jauh lebih baik dari kurikulum 2004 (KBK). Dari pertanyaan yang diajukan yang terkait dengan Kurikulum 2006 (KTSP) dengan membandingkan dengan kurikulum 2004 (KBK). Pertanyaan terkait dengan kemampuan siswa dalam Kurikulum 2006 (KTSP) adalah berpusat pada potensi setiap siswa untuk dapat melakukan sesuatu dalam berbagai konteks, menurut para guru, kompetensi terkait dengan hal tersebut. Alasan yang diberikan untuk pertanyaan ini adalah dengan kemampuan dalam berbagai konteks siswa mampu menghadapi lingkungannya. Pertanyaan yang berhubungan dengan kompetensi dalam 30
Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012
Kurikulum 2006 (KTSP) yang menjelaskan pengalaman belajar yang secara eksplisit dicantumkan. Seluruh responden menjawab “Ya” , begitu pula dengan pertanyaanpertanyaan lainnya, jawaban responden seluruhnya “Ya”. Semua jawaban yang diberikan disertai dengan alasan yang beragam. Dari hasil wawancara ini, dapat disimpulkan bahwa responden cukup responsif terhadap Kurikulum 2006 (KTSP). 2. Pengembangan Model Pembelajaran eLearning Berbasis Web pada pembelajaran Mata Pelajaran Ekonomi Berdasarkan data dari studi awal, penulis mengambil kesimpulan bahwa pengembangan model pembelajaran e-learning berbasis web pada mata pelajaran ekonomi dapat dilakukan dengan memperhatikan komponen-komponen : desain, pengembangan, penggunaan, pengorganisasian dan evaluasi. Kegiatan-kegiatan yang ditempuh sebelum mengimplementasikan model pembelajaran e-learning berbasis web adalah penyusunan rancangan model dan penyusunan model awal, dimana kedua kegiatan itu dapat dideskripsikan sebagai berikut. a. Penyusunan Rancangan Model Penyusunan rancangan model pembelajaran e-learning berbasis web diawali dari studi pustaka. Pengembangan model pembelajaran e-learning berbasis web didasarkan pada pemahaman bahwa dalam mempelajari mata pelajaran ekonomi siswa tidak sekadar menghafal saja tetapi juga harus dapat menghubungkan pengetahuan baru dari apa yang sudah siswa dapatkan dari pertemuan di dalam kelas ataupun dari hasil informasi yang di dapatkan di internet (e-learning). Pengembangan model e-learning menggabungkan dengan pembelajaran di kelas, tatap muka antara guru dan siswakhususnya pada paparan aplikasi elearning berbasis web di dalam kelas. b. Penyusunan Model Penyusunan model pembelajaran dilakukan dengan memperhatikan komponen-komponen sebagaimana yang dikemukakan Seels dan Richey (1994), yaitu: desain, pengembangan, penggunaan,
Pengembangan Model Pembelajaran e-Learning
manajemen (pengorganisasian), dan evaluasi. Model pembelajaran e-learning berbasis web dalam mata pelajaran ekonomi diharapkan mencapai sasaran sebagai berikut. 1) Desain, penyusunan desain pembelajaran e-learning berbasis web dapat mengintegrasikan kemampuan siswa dalam berfikir dan memecahkan berbagai persoalan pembelajaran yang dihadapinya berdasarkan pada informasi dan solusi alternatif yang up to date. Penyusunan rancangan (desain) ini mencakup: perumusan tujuan yang sejalan dengan pembelajaran e-learning berbasis web, strategi pembelajaran dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, bahan ajar dan lingkungan belajar. Penyusunan rancangan ini tertuang dalam rencana pembelajaran yang dibuat guru. Perumusan tujuan pembelajaran dilakukan untuk membantu pemahaman siswa terhadap konsep atau definisi dari sejumlah materi yang akan dipelajari. 2) Pengembangan, pengembangan model pembelajaran e-learning berbasis web didasarkan pada delapan prinsip epedagogis sebagaimana yang dikemukakan oleh George (2004), yaitu : a) Pembelajaran dan pengetahuan berada dalam keanekaragaman (diversity) pandangan/pendapat/opini. b) Pembelajaran merupakan suatu proses menghubungkan sumber-sumber informasi terutama simpul-simpul khusus. c) Pembelajaran dapat terjadi dari sesuatu di luar manusia. d) Kemampuan untuk memahami adalah lebih penting daripada apa yang dipahami sekarang. e) Menjaga kesinambungan dalam belajar sangat diperlukan untuk kelanjutan pembelajaran. f) Kemampuan untuk melihat hubungan diantara ide dan konsep sebagai suatu ketrampilan inti dalam pembelajaran. g) Keterkinian (keakuratan, pengetahuan mutakhir, up to date) adalah sesuatu yang utama di dalam belajar. h) Pengambilan keputusan dalam memilih apa yang akan dipelajari sangat
penting dalam proses pembelajaran dalam menghadapi banjir informasi. 3) Penggunaan, dalam implementasi model pembelajaran e-learning berbasis web menggunakan media pembelajaran yang relevan dengan rumusan tujuan dan tuntutan kompetensi peserta didik. Penggunaan model pembelajaran elearning berbasis web pada prinsipnya sejalan dengan kebutuhan peserta didik, GBPP dan kebutuhan sekolah. 4) Manajemen, manajemen atau pengorganisasian dalam pembelajaran e-learning berbasis web global mencakup: sistem penyampaian pembelajaran, alokasi waktu yang tepat dan sumber-sumber yang menunjang proses belajar mengajar seperti sarana dan prasarana belajar yang digunakan. 5) Evaluasi, evaluasi model dilakukan untuk melihat efektifitas dan efisiensi model pembelajaran. Evaluasi digunakan dengan test kemampuan dan pemahaman siswa serta observasi ketika proses pembelajaran berlangsung diharapkan muncul aktivitas siswa, motivasi siswa dalam pembelajaran ekonomi . Sedangkan hasil belajar siswa merupakan parameter kemampuan belajar yang dicapai oleh siswa setelah pembelajaran. Penyusunan alat evaluasi dilakukan peneliti dan mendapat persetujuan dari guru ekonomi. Evaluasi berbentuk pilihan ganda dan uraian . Disamping itu, evaluasi secara keseluruhan juga mengidentifikasi hambatan-hambatan pembelajaran. 3. Uji Coba Model Uji coba Model dilakukan dua tahap yaitu uji coba terbatas dan ujicoba lebih luas. Pada uji coba terbatas, diambil satu kelas. Rancangan model setelah dilakukan ujicoba terbatas secara umum tidak banyak perubahan yang siginifikan. Dari dua kali uji coba terbatas, dapat diterangkan sejumlah revisi model pembelajaran antara lain dari skenario pembelajaran yang direvisi sehingga lebih sistematik, sehingga ketika siswa mengelola pengalaman belajarnya lebih terarah dan ada tahap konfirmasi dimana siswa dapat Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012
31
Pengembangan Model Pembelajaran e-Learning
melakukan diskusi kecil dengan teman sebelah ataupun kelompok kecil untuk membahas secara singkat temuan informasi atas topik yang sedang dipelajarinya. Uji coba lebih luas, diambil dua kelas yang kemudian diamati dan dicatat beberapa hal penting yang dapat menyempurnakan model yang dikembangkan. Uji coba luas dilakukan sebanyak tiga kali, dan pada akhirnya menghasilkan versi model final.
Pembahasan Hasil Penelitian
b.
c.
Untuk mengkaji berbagai hasil penelitian yang telah dilakukan secara teoritik, maka penulis memaparkan pembahasan hasil penelitian dengan tetap memperhatikan tiga pokok kajian, yaitu perencanaan pembelajaran, hasil implementasi dan pengaruh model pembelajaran tehadap hasil belajar siswa. Di samping itu pula ada kesesuaian antara kajian teoritik dengan praktik teknologi pembelajaran yang mencakup : desain, pengembangan, implementasi dan evaluasi. Penyusunan Desain Pembelajaran eLearning Berbasis Web Model pembelajaran e-learning berbasis web yang dirancang secara kolaboratif oleh guru dan peneliti yang berjalan cukup baik sesuai rencana, yang berguna untuk meningkatkan kemampuan guru dan hasil belajar siswa. Di samping itu pula sejalan kajian teoritik dan praktik teknologi pembelajaran yang mencakup : desain, pengembangan, implementasi dan evaluasi. Berdasarkan hasil pengamatan dan interpretasi, perencanaan pembelajaran e-learning berbasis web yang dilakukan cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan guru-guru dalam membuat rancangan pembelajaran dengan mengacu pada model yang akan digunakan serta kriteria dalam GBPP. Sebagaimana yang tertuang dalam GBPP, penerapan model pembelajaran pada dasarnya ditunjukan untuk dapat meningkatkan kompetensi guru dan siswa itu sendiri sebagai subyek belajar. a. Komponen Tujuan Tujuan yang dicantumkan dalam rencana pembelajaran biasanya mengandung unsur 1.
32
Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012
d.
untuk mencapai kemampuan/kompetensi siswa setelah mengikuti pembelajaran secara optimal. Rumusan tujuan menunjukkan satu kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa. Komponen Kegiatan Dalam perencanaan, guru mencantumkan komponen kegiatan siswa dan guru dengan cukup rinci. Hal ini ditujukan bahwa dengan kegiatan semacam ini mempermudah proses pembelajaran dan hasil belajar. Komponen Media dan Sumber Belajar Komponen media dan sumber belajar ditetapkan guru berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dan kebutuhan peserta didik. Media yang digunakan disamping untuk mencapai sasaran pembelajaran dengan efisien dan efektif juga untuk memotivasi siswa. Dalam kegiatan pembelajaran ekonomi, guru dituntut untuk mampu menyediakan berbagai media dan sumber belajar terkini agar bisa dipergunakan dalam pembelajaran. Di samping media dan sumber belajar, guru tidak kaku dalam penetapan sumber belajar, artinya banyak sekali sumber belajar yang dapat dimanfaatkan guru di samping sumber belajar dalam bentuk buku paket. Tersedianya berbagai sumber belajar di jaringan global memungkinkan para guru mampu mengembangkan kemampuan profesionalnya. Keterbatasan sumber belajar di sekolah justru memotivasi guru untuk kreatif memberdayakan informasi dari mencari sumber belajar yang ditawarkan oleh jaringan global dunia agar pembelajaran berjalan optimal sejalan dengan pembelajaran yang dikembangkan. Dalam hal ini pembelajaran berbasis jaringan global untuk meningkatkan kemampuan memecahkan persoalan-persoalan berdasarkan data dan informasi terkini . Pengorganisasian Kelas Terkait dengan model pembelajaran elearning berbasis web, model ini memungkinkan pembelajaran dominan individual, namun tetap memperhatikan segi interaksi pembelajaran kelompok. Secara umum pembelajaran dirancang secara fleksikal
Pengembangan Model Pembelajaran e-Learning
e.
f.
artinya siswa diorganisasi tidak hanya secara individual, melainkan dapat juga dimodifikasi juga secara kelompok. Penetapan waktu Penetapan waktu tidak kaku, namun fleksibel sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakan guru. Namun efisiensi waktu menjadi perhatian terkait dengan model yang digunakan. Evaluasi Evaluasi dirancang dengan menggunakan panduan observasi untuk guru dan siswa, hasil pre test dan post test, dan hasil kerja siswa melalui lembar kerja siswa (LKS)
Implementasi Model Pembelajaran eLearning Berbasis Web Secara kuantitatif peningkatan tersebut cukup berarti, begitu pula secara kualitatif proses belajar berdasarkan pengamatan peneliti mengalami peningkatan yang berarti, baik yang terkait dengan peranan guru maupun aktivitas siswa yang semakin membaik pada setiap pertemuan. Dalam kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran e-learning berbasis web, guruguru sudah dapat melaksanakan dengan baik. Guru terlihat mampu menguasai model pembelajaran. Pengalaman guru dalam mengajar sangat memberikan kontribusi bagi terlaksananya pengembangan model pembelajaran elearning berbasis web. Dilihat dari kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri, pembelajaran e-learning berbasis web telah mampu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah berdasarkan informasi terkini, kemampuan berpendapat, serta tanggung jawab secara individual. Selama proses pembelajaran aktivitas dominan berpusat kepada siswa, dibandingkan dengan aktivitas guru. Siswa telah menunjukkan semangatnya untuk terlibat aktif merespon setiap pertanyaan dan bertanya apabila ada hal yang tidak dimengerti. Dari pelaksanaan uji coba pertama sampai ketiga cenderung menunjukkan adanya perubahan aktivitas, motivasi dan kreativitas siswa serta perubahan hasil belajar yang cukup signifikan. Secara keseluruhan, baik dalam uji coba terbatas maupun uji coba luas terdapat tiga 2.
perbedaan pembelajaran ekonomi dalam penelitian ini dengan pembelajaran yang biasa dilakukan sehari-hari. Pengorganisasian kelas dalam penelitian ini bervariasi, dan belajar mandiri mendapat porsi yang lebih besar dibandingkan dengan belajar kelompok. Pengorganisasian kelas yang variatif ternyata menimbulkan kesan positif. Siswa cenderung terlihat lebih aktif dari pada pembelajaran ekonomi sebelumnya. Pada awalnya memang siswa tertentu saja yang mendominasi, namun setelah uji coba luas ketiga hampir seluruh siswa terlibat aktif. Dalam pembelajaran ekonomi sebelumnya guru lebih menguasai jalannya pembelajaran sementara siswa terkesan pasif mendengarkan, pembelajaran berjalan satu arah. Terjadi perubahan setelah tiga kali uji coba, pembelajaran ini patut dipertahankan agar pembelajaran ekonomi di kalangan peserta didik menjadi pelajaran yang menyenangkan, dan menantang. Perbedaan yang cukup mencolok dari pembelajaran sebelumnya, adalah bahwa pada pembelajaran e-learning berbasis web kelihatan siswa dalam proses pembelajaran lebih seimbang dan merata, kemampuan berfikir siswa dapat lebih dioptimalkan sesuai tingkat kemampuan masing-masing peserta didik , yang mana hal ini tidak terdapat pada pembelajaran model konvensional. Hal ini merupakan satu diantara beberapa kelebihan dari model pembelajaran e-learning berbasis web. Pengaruh Model Pembelajaran e-Learning Berbasis Web terhadap Hasil Belajar Siswa Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan model pembelajaran e-learning berbasis web, terlihat adanya pengaruh yang cukup signifikan terhadap hasil belajar siswa. Pembelajaran elearning berbasis web berdampak pada motivasi siswa dalam belajar, semangat untuk mencari dan menemukan, berpikir kritis dan logis. Hal ini dapat dijelaskan karena pembelajaran elearning berbasis web memberikan banyak kelebihan terutama dalam hal meningkatkan interaktivitas siswa dalam belajar dan kemudahan dalam menjangkau informasi pembelajaran sebagaimana yang diungkapkan oleh Bates dan Wulf (1996). 3.
Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012
33
Pengembangan Model Pembelajaran e-Learning
Hasil belajar siswa, dengan membandingkan hasil pre test dan post test ternyata perbedaannya signifikan pada setiap uji coba. Begitu pula rata-rata hasil belajar siswa setiap uji coba terus mengalami peningkatan. 4. Penguasaan Materi Pelajaran oleh Siswa Dalam aspek pengetahuan, kedua kategori kemampuan awal yang menjadi kelompok eksperimen yaitu kelompok tinggi, dan kelompok sedang memperlihatkan perbedaan yang signifikan antara peningkatan tes awal dengan tes akhir. Jika hasil tes dipandang sebagai tingkat kemampuan siswa, berati bahwa model pembelajaran e-learning berbasis web hasilnya lebih tinggi bila digunakan pada kelompok siswa pandai dan sedang. Hal itu dapat dijelaskan karena model pembelajaran e-learning melibatkan proses berpikir tahap menengah dan tinggi, seperti aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi dan kreativitas (Anderson & Kratchwohl 2000) Perbedaan peningkatan tersebut diperkuat oleh hasil uji perbedaan dengan kelompok konvensional (kontrol). Dalam setiap pasangan kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol diperoleh hasil bahwa nilai rata-rata dari kelompok eksperimen (yang menggunakan model pembelajaran e-learning) hasilnya lebih tinggi dari rata-rata nilai kelompok kontrol (yang menggunakan model pembelajaran konvensional), dan khususnya pada siswa berkemampuan awal tinggi dan sedang perbedaannya sangat signifikan. Hal itu memperlihatkan bahwa melalui model pembelajaran e-learning para siswa dapat menguasai pengetahuan yang lebih mendalam dan lebih luas dibandingkan dengan pembelajaran biasa. Disamping model pembelajaran e-learning menekankan latihan yang disesuaikan dengan kecepatan belajar siswa, jika siswa kecepatan belajar tinggi maka akan dibeirkan tambahan latihan untuk menyelaraskan waktu belajar dengan siswa yang kecepatan belajarnya kurang. Pelajaran akan meningkat sesuai dengan tingkat kesulitan dan kecepatan belajar siswa. Faktor Pendukung Model Pembelajaran eLearning Efektifitas pembuatan rancangan dan implementasi model pembelajaran ini sangat 5.
34
Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012
didukung oleh berbagai faktor guru, sarana prasarana (infrastruktur), sumber belajar, media dan alat bantu belajar, ukuran dan kondisi kelas, dan waktu. Guru berkaitan dengan kemampuan dalam berbagai aspek, diantaranya latar belakang pendidikan, potensi dan kondisi, dan kemampuan melaksanakan serta mengelola pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik model pembelajaran yang dipergunakan. Siswa, berkenaan dengan karakteristik, potensi, minat kemampuan dan persepsi terhadap pembelajaran ekonomi serta pelajaran pendukungnya. Sarana prasarana, sumber belajar, media dan alat bantu belajar, berkenaan dengan ketersediaan, keberdayaan dan kreativitas penyajian dan pemanfaatannya oleh guru. Ukuran berkaitan dengan luas dan pemanfaatan ukuran kelas, kondisi kelas berkenaan dengan penataan sarana dan prasarana di kelas sehingga kondusif untuk pembelajaran e-learning berbasis web sedangkan suasana kelas berkenaan dengan iklim belajar. Waktu, efektivitas implementasi pembelajaran e-learning membutuhkan waktu untuk mempersiapan website tuntunan belajar. Namun jika website tuntutnan belajar sudah dihasilkan efisiensi waktu pembelajaran bisa dihemat, yang pada gilirannya waktu guru dapat lebih untuk memperhatikan kelompok siswa yang berkemampuan awal rendah. 6.
Hambatan dan Optimalisasi Pelaksanaan Model Pembelajaran e-learning Dari proses ujicoba pengembangan model pembelajaran e-learning pada sejumlah objek yang diteliti, ditemukan beberapa masalah yang dapat menjadi hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran. Pertama, hambatan yang berkenaan dengan guru. Baik dalam pelaksanaan ujicoba terbatas maupun ujicoba lebih luas didapatkan temuan bahwa guru tidak langsung dapat melaksanakan model pembelajaran e-learning secara efektif. Guru memerlukan waktu beradaptasi dan pembiasaan. Pada ujicoba terbatas ketiga guru-guru baru dapat melaksanakannya dengan efektif, pada uji coba lebih luas dapat lebih lancar dan efektif yaitu setelah ujicoba pertama. Bertolak dari temuan tersebut dapat dimaknai bahwa guru-guru tidak dapat segera
Pengembangan Model Pembelajaran e-Learning
menetapkan model pembelajaran yang baru atau suatu inovasi. Para guru memerlukan latihan, pengalaman, dan masukan dari pengalamannya sendiri, sebelum dapat melaksanakannya dengan benar. Dari sisi yang lain hal ini juga menandakan bahwa guru-guru belum biasa menggunakan pembelajaran yang mengaktifkan siswa yang merupakan inti di dalam belajar. Para guru memerlukan waktu untuk merubah kebiasaan lama yang dilakukannya sebelumnya, pengajar an masih mengikuti pembelajaran model lama. Penyebab lain adalah model model pembelajaran lain belum banyak yang mengembangkan. Kedua, hambatan pada siswa. Hambatan yang dihadapi adalah kebiasaan siswa minta bantuan langsung ke guru pada waktu bekerja, sehingga awalnya suasana menjadi gaduh. Masalah tersebut dapat diat asi dengan mengatur tempat duduk kelompok dengan komposisi ada siswa yang pandai dan siswa yang kurang. Guru menekankan prioritas bertanya kepada rekannya dulu, jika dirasa kurang baru bertanya ke gurunya. Untuk menciptakan keadaan tersebut dibutuhkan waktu dan perhatian dari guru. Ternyata kebiasaan ini juga menunjukkan kesamaan dengan guru, bahwa siswa memerlukan adaptasi dan pembiasaan melalui pengalaman dan latihan dalam pembelajaran dengan model pembelajaran yang baru. Ketiga adalah keterbatasan waktu. Awalnya diperlukan waktu belajar yang relatif lebih lama. Permasalahan ini dapat diatasi dengan menejemen kelas yang baik, penentuan sasaran dan waktu pada setiap tahap kegiatan, monitoring dan peringatan untuk melakukan prosedur yang benar. Kegiatan semacam ini juga membutuhkan latihan dan pembiasaan, pada awalnya para siswa kurang dapat mengatur waktu dengan baik, tetapi setelah beberapa kegiatan, hal itu menjadi suatu kebiasaan. Untuk mengoptimalkan pelaksanaan pembelajaran e-learning berbasis web, guru memegang peranan utama. Guru yang memiliki dedikasi dan tanggung jawab yang tinggi terhadap peningkatan mutu pembelajaran, akan berusaha semaksimal mungkin melakukan berbagai upaya untuk mengembangkan kemampuan dirinya, melakukan inovasi dan
pengembangan dalam pembelajaran. Para guru juga berusaha membuat persiapan mengajar sebaik mungkin, menjalin kerjasama dengan berbagai pihak untuk mengusahakan dan mengembangkan sumber belajar, dan melaksanakan pembelajaran dengan sebaik-baiknya.
Kesimpulan Guru memandang model pembelajaran e-learning berbasis web sebagai suatu model yang baik karena bukan hanya pengembangan pembelajaran untuk siswanya saja tetapi juga wahana untuk pengembangan kompetensi diri sebagai seorang guru yang profesional. Berbagai tujuan pembelajaran dapat diakomodasikan oleh model ini seperti siswa dapat berpikir kreatif, dan aktif, serta siswa dapat belajar sesuai tingkat kecepatan belajar masing-masing siswa itu sendiri, dan berbagai hal lainnya. Berdasarkan penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa bagi guru yang memiliki dedikasi dan tanggung jawab yang tinggi terhadap peningkatan mutu pembelajaran, akan melihat model ini sebagai suatu cara dalam mengembangkan kemampuan dirinya, melakukan inovasi dan pengembangan dalam pembelajaran. Siswa memandang model pembelajaran elearning berbasis web dengan prinsip e-pedagogi sebagai suatu pembelajaran yang menyenangkan, dan mereka terlibat langsung dalam pembelajaran dan pembentukan pengalaman belajarnya sendiri. Berdasarkan pada hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan model model pembelajaran e-learning berbasis web dengan prinsip e-pedagogi minat siswa dalam belajar semakin meningkat, proses belajarpun dirasakan menarik dan tidak membosankan karena siswa secara aktif terlibat dalam pembelajaran.
Rekomendasi Mengacu pada hasil penelitian ini, maka disarankan, pertama untuk menerapkan model pembelajaran e-learning berbasis web dengan prinsip e-pedagogy, guru perlu memperoleh pelatihan khusus dalam mengembangkan rancangan pembelajaran, karena rancangan pembelajaran ini dapat menentukan tehadap Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012
35
Pengembangan Model Pembelajaran e-Learning
penerapan secara lebih akurat dan mencapai hasil yang optimal. Kedua, optimalisasi pendayagunaan sarana dan prasarana pendukung belajar, Kepala sekolah sebagai pihak yang paling strategis dan memiliki kewenangan dalam menentukan kebijakankebijakan pendidikan dituntut untuk dapat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para guru untuk meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan pembelajaran, baik melalui pendidikan formal, atau pendidikan pascasarjana bagi guru yang berpendidikan S1. Di samping itu wadah pengembangan profesional guru perlu terus diberdayakan, seperti kegiatan MGMP, workshop dan sebagainya. Ketiga, dalam meningkatkan profesional guru secara optimal, LPTK sebagai lembaga yang berfungsi mencetak dan mempersiapkan guru perlu membekali mahasiswa calon guru dengan berbagai kemampuan profesional guru yang diperlukan, termasuk mengenai penguasaan mengenai model-model pembelajaran yang lebih inovatif. Keempat, dalam upaya pengembangan model pembelajaran yang memafaatkan teknologi informasi dan komunikasi selanjutnya yang lebih mutakhir, maka perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan topik dan metodologi dengan melibatkan variabel yang lebih besar. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan sentuhan yang lebih luas kepada guru-guru ekonomi tentang model pembelajaran yang dapat merangsang aktivitas dan kreativitas siswa sehingga kualitas proses dan hasil pembelajaran mata pelajaran ekonomi dapat lebih meningkat lagi di masa-masa yang akan datang. Selain itu diharapkan dengan penelitian lanjut akan ditemukan faktor-fakror lainnya yang dapat diterapkan pada mata pelajaran lainnya.
Daftar Pustaka Abdulhak, I., dan Sanjaya, W. (1995). Media pendidikan (Suatu pengantar). Bandung: Pusat Pelayanan dan Pengembangan Media Pendidikan IKIP Bandung Abdulhak, I. (2000). Metodologi pembelajaran orang dewasa. Bandung: Andira
36
Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012
Anderson P. (2007), What is web 2.0? Ideas, technologies and implication for education. JISC Technology and Standards Watch, Feb. 2007 Banks, James A, (1985). Teaching strategies for the social studies. New York & London: Longman Barnes K., Mareto R.C., Ferris S.P., Teaching and learning with the net generation. Tersedia di http://www.innovateonline.info [diakses pada Juli 2009] Bates, T. (1997), The impact of technological change on open and distance learning. Distance Education Bloom, B. S. (1982). Human characteristics and school learning. New York: McGraw Hill Bruce Joyce et al. (2000). Models of Teaching. Fifth Edition. Boston: Ally & Bacon Collis, B. & Monen, J. (2001). Flexible learning in a digital world: experiences and expectations. London: Kogan Page Cousin, G. (2003). Learning from cyberspace. JISC Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mata pelajaran ekonomi Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Elangovan, T. (1997), Internet based on-line teaching application with learning space. Paper presented at the International Symposium on Distance Education and Open Learning organized by MONE Indonesia, IDLN, SEAMOLEC, ICDE, UNDP and UNESCO, Tuban, Bali, Indonesia, 17-20 November 1997 Ely, D. P. (1996). Trends in educational technology. Syracuse, NY: ERIC Clearinghouse on Information and Technology, Syracuse University Gagne, R. M., Briggs, L. J. & Wagner, W. W. (1992). Principles of instructional design (4th ed.). New York: Holt, Reihhart and Winston Gall, M. Borg, W. (2003), Educational research an introduction. Colopon, United States of America Hamalik, Oemar. (2000), Kurikulum dan pembelajaran, Jakarta. Bumi Aksara Hamalik , Oemar. (1993). Strategi belajar mengajar, Bandung. Mandar Maju
Pengembangan Model Pembelajaran e-Learning
Harmon, S.W., & Jones, M.G. (1999). The five levels of web use in education : Factors to considers in planning an online course. Educational Technology Ibrahim, R. & Kayadi, B. (1994). Pengembangan Inovasi dalam Kurikulum. Jakarta: UT, Depdikbud Jarmon, L. (2008). Pedagogy and learning in the virtual world of second life, Encyclopedia of Distance and Online Learning, 2nd Edition Joyce , B. & Weil, M. (2000). Models of teaching. Sixth Edition. Engle Wood Cliffs N.J. : Prentice Hall International, Inc Jones, M.G., & Farquhar, J.D. (1997). User interface design for web-based instruction. Englewood Cliffs, NJ:Educational Technology Publication Koehler, M. J., & Mishra, P. (2009). What is technological pedagogical content knowledge? Contemporary Issues in Technology and Teacher Education Koentjaraningrat. (1991). Pengantar antropologi. Rineka Cipta. Jakarta Munir, (2008). Kurikulum berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Bandung: C.V. Alfabeta Munir, (2009). Pembelajaran jarak jauh berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Bandung: C.V. Alfabeta Nasution, S. (2003). Berbagai pendekatan dalam proses belajar & mengajar. Jakarta: P.T. Bumi Aksara Nicole and Retta. (2006). Hybrid learning. Dipublikasikan pada Journal of Information Technology Education Volume 5 tahun 2006 Oblinger , D. (2003).Education the next generation. Educause July/August 2003. Tersedia di http://www.educause.edu. [diakses pada Juli 2009] Oliva, Peter F., (1992), Developing the curriculum , 3rd Edition, New York, Harper Collins Publishers. Pannen, P. (2005). Pemanfaatan ICT dalam pembelajaran. Presentasi pada Seminar Sun Commitment in Education and Research Industry, Jakarta, 29 Juni 2005
Piaget, J. (1977). The grasp of consciousness. London: Routledge and Kegan Paul [online]. Tersedia di alamat http:// romisatriawahono.net Sari, Riri Fitri.(2005). Implementasi dan integrasi aplikasi learning management system dan grid computing untuk meningkatkan efektifitas online course. Disampaikan pada Seminar Nasional Information Communication and Telecommunication (ICTEL 2005), STT Telkom, Bandung, 2122 September 2005 Saylor, J. Galen, et.all. (1981). Curriculum Planning for Better Teaching and Learning. Fourth Edition. New York: Holt, Rinehart and Winston Seels, B. B. (Ed.) (1995). Instructional design fundamentals: A reconsideration. Englewood Cliffs, NJ: Educational Technology Publications Seels, B. B., & Richey, R. C. (1994). Instructional technology: The definition and domains of the field. Washington, DC: Association for Educational Communications and Technology Skinner, B. F. (1968). Technology of teaching. Paramus, NJ: Prentice Hall Sukmadinata, N.S. (2000), Pengembangan kurikulum : Teori dan praktek. Bandung: Remaja Rosda Karya Sudjana, Nana. (1991). Penilaian hasil proses belajar mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya Sudjana, Nana. (1989). Dasar-dasar proses belajar mengajar. Bandung: Sinar Baru Willis, B. (1993). Distance education: A practical guide. Englewood Cliffs, NJ: Educational Technology Publications Wilson, B. G. (Ed.) (1996). Constructivist learning environments: Case studies in instructional design. Englewood Cliffs, NJ: Educational Technology Publications Williams, B. (1999). The Internet for Teachers. IDG Books Worldwide.Inc. New York Zais, Robert. S. (1976), Curriculum principles and foundations, New York, Harper & Row. Publisher, Inc
Jurnal Pendidikan Penabur - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012
37