PENGEMBANGAN MODEL BIAYA DAN KEUNTUNGAN UNTUK BAN REMANUFAKTUR BERDASARKAN PERSPEKTIF PRODUSEN DAN KONSUMEN 1)
Mierza E. Rachman, 2)Maria Anityasari, 3)Imam Baihaqi Department of Industrial Engineering, Sepuluh Nopember Institute of Technology, Surabaya 60111 Indonesia, Email :
[email protected] ;
[email protected] ;
[email protected] ABSTRAK Remanufaktur ban (retreading) merupakan salah satu upaya untuk menjaga lingkungan dari pencemaran limbah ban, karena hanya bagian tread yang diperbarui. Meskipun demikian, ban remanufaktur diharapkan memiliki kualitas yang setara dengan ban baru. Untuk itu dalam penelitian ini dilakukan pengujian keseragaman data terhadap rata-rata masa pakai ban remanufaktur dengan ban baru. Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan terhadap masa pakai ban pesawat menunjukkan bahwa masa pakai ban remanufaktur tidak berbeda secara signifikan dengan ban baru. Jika secara teknis kualitas dan masa pakai ban remanufaktur sama dengan ban baru, maka perlu dilakukan kajian apakah secara ekonomi keduanya juga memiliki kinerja yang sama. Penelitian ini mengembangkan model biaya dan keuntungan untuk ban remanufaktur berdasarkan perspektif produsen dan konsumen dengan memperhatikan aspek teknis yaitu masa pakai ban dan aspek lingkungan yaitu biaya yang muncul akibat penggunaan material yang bersifat non-renewable. Model yang dikembangkan dapat digunakan untuk membandingkan kinerja ekonomi/finansial dari ban remanufaktur dengan ban baru. Dengan demikian, informasi tentang range profit dan opportunity losses yang akan diperoleh ketika produsen maupun konsumen memilih ban remanufaktur dalam proses bisnisnya dapat diperkirakan. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa ban remanufaktur lebih menguntungkan bagi produsen, sedangkan ban baru lebih menguntungkan bagi konsumen. Hal ini juga dipengaruhi oleh adanya biaya lingkungan yang mempengaruhi besar keuntungan yang akan diperoleh produsen, dimana biaya lingkungan untuk ban baru nilainya lebih besar daripada ban remanufaktur. Kata Kunci : ban remanufaktur, model profit dan benefit, opportunity losses dan biaya lingkungan
PENDAHULUAN Sustainable Manufacturing merupakan konsep yang muncul akibat berkembangnya isu lingkungan. Dalam penerapan Sustainable Manufacturing terdapat tiga strategi yaitu reuse, remanufacturing, dan recycling. Strategi reuse dianggap strategi yang paling efektif dan efisien dari sisi dampak lingkungan dan pertimbangan ekonomi karena perlakuan yang diberikan hanyalah dibersihkan dan diinspeksi sehingga energi yang dibutuhkan cenderung lebih sedikit dan pengaruhnya terhadap lingkungan pun sedikit (Anityasari, 2008). Namun, tidak semua produk bisa menggunakan strategi reuse. Bila produk perlu diproses ulang atau diperbaiki, maka strategi yang digunakan adalah strategi remanufaktur. Dengan menggunakan strategi ini, fungsi produk bekas dikembalikan seperti ketika produk masih baru sehingga menjadi setara dengan produk baru. Salah satu produk yang tidak dapat diterapkan strategi reuse, tetapi memiliki potensi untuk diremanufaktur adalah ban (tire).
1
Di Jerman, lebih dari 600.000 ton ban bekas yang dibuang setiap tahunnya (Lebreton dan Tuma, 2006). Di Amerika pembuangan serupa juga terjadi setiap tahunnya dengan jumlah ban lebih dari 279.000.000 unit (Ko dan Hwang, 2009). Sedangkan di Indonesia masih belum terdata seberapa banyak ban bekas yang dibuang untuk setiap tahunnya. Padahal, penggunaan ban di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun seiring bertambahnya pengguna kendaraan bermotor. Dengan demikian, maka limbah ban yang tidak terpakai semakin lama semakin meningkat. Masalah ini menjadi semakin besar karena ban tidak dapat terurai dengan mudah apabila hanya dibiarkan begitu saja. Oleh karena itu, diperlukan usaha untuk memproses limbah ban tersebut. Dalam penelitiannya, Ayres et. al. (1997) menyatakan bahwa remanufaktur merupakan salah satu bentuk penghematan sumber daya yang mampu mereduksi kebutuhan material hingga 80% dari kebutuhan material produk baru. Sehingga, jika produk tidak dapat di-reuse maka sebaiknya produk tersebut diremanufaktur. Hal ini merupakan salah satu upaya dalam melestarikan lingkungan dan memaksimalkan keuntungan. Namun, dalam hal ini keandalan suatu produk menjadi sangat penting. Pada penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa kualitas dan masa pakai ban remanufaktur setara dengan ban baru. Penelitian ini melakukan pengembangan terhadap model biaya dan keuntungan untuk ban remanufaktur dengan berdasarkan perspektif produsen dan konsumen. Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi variabel-variabel yang berpengaruh terhadap profitabilitas ban remanufaktur dan mengembangkan model biaya dan keuntungan serta opportunity losses untuk ban remanufaktur dengan mempertimbangkan aspek teknis ban berdasarkan perspektif produsen dan konsumen. Metode penelitian yang telah dilakukan akan dijelaskan pada sub bab selanjutnya. Sedangkan pada bagian akhir akan dikemukakan anilisa hasil dan kesimpulan.
METODE Model profit dan benefit yang telah dikembangkan oleh Ostlin et.al (2009) dan Begum et.al (2006) telah dipilih sebagai acuan dalam mengembangkan model biaya dan keuntungan untuk produk ban remanufaktur dengan memperhatikan aspek teknis yang bersifat probabilistik. Pengembangan model dapat digambarkan sesuai pada Gambar 2.1 Setelah mengetahui variabel yang akan digunakan dalam pengembangan model biaya dan keuntungan untuk produk ban, akan dibuat skenario untuk mengetahui kondisi saat produsen maupun konsumen mendapat keuntungan atau bahkan mengalami kerugian. Untuk menyusun skenario tersebut terdapat dua parameter yang akan digunakan sebagai dasar skenario, yaitu expected time (te) dan actual time (ta). Expected time (te) merupakan umur ban yang telah dijanjikan oleh produsen, dimana umur ban tersebut diharapkan dapat berfungsi dengan baik hingga waktu yang telah dijanjikan tersebut. Sedangkan actual time (ta) merupakan umur ban yang sesungguhnya setelah digunakan oleh konsumen.
Pengembangan Model Pengembangan Aspek Biaya
Variabel Biaya
Model Biaya dan Keuntungan
Aspek Ekonomi
Selling Price/ Purchasing Price
Opportunity Losses
Aspek Lingkungan
Aspek Sosial
Environmental Cost
Expected Warranty Cost
Gambar 1 Skenario Pengembangan Model dari Beberbagai Aspek
2
Berdasarkan kedua waktu tersebut, terdapat tiga skenario yang mungkin terjadi setelah ban digunakan, yaitu : Skenario 1 : ta < te Pada kondisi ta < te ini, produsen harus membayar garansi sehingga produsen mengalami sedikit kerugian. Dalam hal ini kerugian yang dimaksud adalah pembayaran kompensasi atas ketidaktepatan terhadap janji yang telah disepakati oleh konsumen. Untuk mengetahui seberapa besar risiko yang harus ditanggung produsen, maka harus mengetahui berapa peluang terjadinya ta < te. namun hal ini menjadi sangat merugikan bagi konsumen. P(ta < te) = ∫ ( ) P(ta < te) = ∫
exp −
√
′
′ (untuk distribusi normal)
P(ta < te)= F( ) ] P(ta < te)= F(te) – F(ta) P(ta < te)= (1) Skenario 2 : ta = te Pada kondisi yang demikian dapat diketahui bahwa umur ban setelah digunakan telah sesuai dengan umur ban yang telah dijanjikan oleh produsen. Hal ini tidak memberikan dampak apapun baik dari sisi produsen maupun konsumen, sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut : P(ta = te) = ∫ ( ) P(ta = te) = ∫
exp −
√
′
′ (untuk distribusi normal)
P(ta = te) = F( ) ] P(ta = te) = F(te) – F(ta) P(ta = te) = (2) Skenario 3 : ta > te Pada kondisi yang demikian dapat diketahui bahwa umur ban yang sesungguhnya lebih lama dari umur ban yang telah dijanjikan oleh pihak produsen. Hal ini dapat memberikan dampak negatif bagi produsen, dimana produsen akan mengalami kerugian. Kerugian yang dimaksud adalah lost opportunity. Dalam hal ini, produsen akan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan dari hasil penjualan yang seharusnya terjadi jika umur ban sesuai dengan prediksi produsen. Di lain sisi, konsumen sangat \diuntungkan dengan adanya penghematan atas kondisi ini. ( ) P(ta > te) = ∫ ( )
P(ta > te) = − ∫ P(ta>te) = − ∫
√
exp −
P(ta > te) = −F( ) ] P(ta > te) = -{F(te) – F(ta)} P(ta > te)= - { -
′
′ (untuk distribusi normal)
}
(3)
3
HASIL DAN DISKUSI Berdasarkan ketiga skenario tersebut, maka dikembangkan model biaya dan keuntungan berdasarkan perspektif produsen dan konsumen. Dalam pengimplementasian model tersebut digunakan biaya yang telah ditentukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Anityasari (2008) untuk ban pesawat. Sedangkan untuk ban bus, biaya yang digunakan diperoleh dari hasil brainstorming dengan pihak produsen ban remanufaktur dan pihak konsumen. Skenario 1 : ta < te Pada kondisi ini konsumen mengalami lost opportunity, dimana ban yang seharusnya masih dapat berfungsi dengan baik memiliki umur yang lebih pendek dari umur yang dijanjikan oleh produsen. Hal ini menyebabkan terjadinya penundaan penggunaan ban yang berakibat tidak beroperasinya alat transportasi yang seharusnya dapat beroperasi. Meskipun penundaan terjadi hanya sesaat, namun lost opportunity yang terjadi akan mengakibatkan kerugian bagi konsumen. Berikut ini adalah model opportunity losses (OL) yang harus ditanggung oleh konsumen, dimana PP merupakan harga beli ban. (4) OL = P(ta < te)*(ta – te)* Kondisi ini juga membuat produsen harus membayar kompensasi garansi yang telah dijanjikan. Namun produsen tidak mengalami kerugian dalam kondisi tersebut. Berikut ini adalah model profit bagi produsen, dengan SP sebagai harga jual, CoGS sebagai biaya produksi, Cw sebagai biaya garansi dan Ce adalah biaya lingkungan. P = SP – ΣC P = SP – (CoGS + Cw + Ce) P = SP – [CoGS + {P(ta
te Pada kondisi yang demikian dapat diketahui bahwa umur ban yang sesungguhnya lebih lama dari umur ban yang telah dijanjikan oleh pihak produsen. Hal ini tidak memberikan dampak negatif, namun memberikan keuntungan tersendiri bagi konsumen. Sehingga, dapat dihitung benefit yang akan diperoleh oleh konsumen untuk produk baru maupun produk remanufaktur: B = P(ta > te)*PP*{F/P,i,( ta - te)} (8) Sedangkan bagi produsen kondisi ini memberikan dampak negatif karena harus kehilangan kesempatan dalam memperoleh hasil penjualan yang seharusnya diterima jika umur ban sesuai dengan yang telah diperkirakan. Sehingga kerugian yang akan ditanggung oleh produsen, baik produk baru maupun produk remanufaktur adalah sebagai berikut : LN = SP - ΣC – OL
4
LN = SP - (CoGS + Cw + Ce) - OL LN = SP - [CoGS + {P(ta te)*(ta - te)* *{F/P,i,( ta - te)} (10) UCw=
∗
(11)
Berdasarkan hasil pengembangan model tersebut perlu dilakukan validasi model dengan mengimplementasikan model pada studi kasus. Studi kasus dalam penelitian ini adalah ban pesawat pada pesawat Boeing 737 di maskapai penerbangan Merpati dan ban belakang bus pada PO. AKAS NNR dengan trayek Surabaya-Probolinggo. Data yang digunakan dalam proses validasi ini adalah data masa pakai ban pesawat Nopember 2010 – Oktober 2011 dengan satuan cycles dan data masa pakai ban belakang bus selama 2 tahun terakhir dengan satuan kilometer (km). Tabel 1 dan Tabel 2 menunjukkan rekap data masa pakai pada masing-masing studi kasus. . Tabel 1 Hasil Rekap Data Masa Pakai Ban Pesawat Nose Wheel
Keterangan R1 average st dev N MTTF Distribusi
Main Wheel R0
126.7831 52.4983 83 126.6476 Weibull dengan 3 parameter
140.4630 93.6935 54 137.9565 Lognormal
R1
R0
177.9885 45.2226 87 177.9885
157.2263 59.4308 137 157.2263
Normal
Normal
Berdasarkan data pada Tabel 1, dapat diketahui bahwa distribusi yang dianut oleh nose wheel adalah distribusi Weibull untuk ban remanufaktur dan distribusi Lognormal untuk ban baru. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata masa pakai ban depan pesawat ini diperoleh dari nilai MTTF (Mean Time To Failure). Dengan diketahui ekspektasi masa pakai dari produsen sebesar 150 cycles, maka pada studi kasus ban belakang bus ini sesuai dengan skenario 1, yaitu ta < te. Kondisi tersebut memberikan dampak yang positif bagi produsen, sedangkan bagi konsumen harus kehilangan kesempatan dalam penggunaan ban yang seharusnya digunakan untuk beroperasi jika masa pakai aktual ban sesuai dengan ekspektasi masa pakai ban. Sedangkan distribusi yang dianut oleh main wheel adalah distribusi Normal sehingga nilai MTTF sama dengan nilai rata-rata umur masa pakai ban. Dengan diketahui ekspektasi masa pakai dari produsen sebesar 170 cycles, maka pada studi kasus ban belakang pesawat ini sesuai dengan skenario 3, yaitu ta < te untuk ban remanufaktur. Kondisi tersebut memberikan dampak yang positif bagi konsumen, sedangkan bagi produsen harus kehilangan kesempatan dalam memperoleh hasil penjualan ban yang seharusnya diperoleh jika masa pakai aktual ban sesuai dengan ekspektasi masa pakai ban. Sedangkan kondisi yang dialami oleh ban baru sesuai dengan skenario 1, yaitu ta < te. Hal tersebut memberikan dampak yang positif bagi produsen, sedangkan bagi konsumen harus kehilangan kesempatan dalam penggunaan ban yang seharusnya digunakan untuk beroperasi jika masa pakai aktual ban sesuai dengan ekspektasi masa pakai ban.
5
Tabel 2 Hasil Rekap Data Masa Pakai Ban Belakang Bus. Ban Belakang
R0 (km)
average st dev n MTTF Distribusi
Rn (km)
96915
85856.4
45954.60282 16 98169
35182.32295 50 85613
Weibull dengan 3 parameter
Weibull dengan 2 parameter
Berdasarkan data ban bus pada Tabel 2, dapat diketahui bahwa distribusi yang dianut adalah distribusi Weibull. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata masa pakai ban belakang bus diperoleh dari nilai MTTF (Mean Time To Failure). Dengan diketahui ekspektasi masa pakai dari produsen sebesar 75.600 km, maka pada studi kasus ban belakang bus ini sesuai dengan skenario 3, yaitu ta > te. Kondisi tersebut memberikan dampak yang positif bagi konsumen, sedangkan bagi produsen harus kehilangan kesempatan dalam memperoleh hasil penjualan ban yang seharusnya diperoleh jika masa pakai aktual ban sesuai dengan ekspektasi masa pakai ban. Setelah diketahui skenario yang sesuai dengan kondisi praktis masa pakai ban, selanjutnya data tersebut mengimplementasikan model yang telah dikembangkan sesuai dengan skenario yang ada. Hasil perhitungan biaya dan keuntungan berdasarkan perspektif produsen dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4. Sedangkan hasil perhitungan biaya dan keuntungan berdasarkan perspektif konsumen dapat dilihat pada Tabel 5 dan Tabel 6. Tabel 3 Hasil Perhitungan Profit Berdasarkan Perspektif Produsen Ban Pesawat. PRODUSEN (Rp) ESTIMASI BIAYA DAN KEUNTUNGAN
NOSE WHEEL REMANUFAKTUR
MAIN WHEEL BARU
REMANUFAKTUR
BARU
Selling Price (SP)
929,790.00
929,790.00
2,066,220.00
2,066,220.00
Cost of Good Sold (CoGS)
464,940.00
46,530.00
1,033,110.00
103,320.00
26,820.00
26,820.00
63,270.00
63,270.00
4,559,040.00
2,170,440.00
17,165,970.00
5,809,140.00
0.00
0.00
14,860.55
0.00
(4,121,010.00)
(1,314,000.00)
(16,210,990.55)
(3,909,510.00)
Cost of Warranty (Cw) Cost of Environment (Ce) Opportunity Losses (OL) Losses/Profit (BARU-REMANUFAKTUR)
(2,807,010.00)
(12,301,480.55)
Berdasarkan hasil perhitungan Tabel 3 menunjukkan bahwa secara umum produsen akan mengalami kerugian. Untuk nose wheel, produsen mengalami kerugian yang cukup besar yaitu Rp. 4.121.010,00 untuk ban remanufaktur dan Rp. 1.314.000,00 untuk ban baru. Hal ini menunjukkan bahwa kedua jenis ban tidak memberikan keuntungan yang cukup berarti, namun kerugian yang harus ditanggung oleh remanufakturer jauh lebih besar daripada manufakturer. Hal ini juga terjadi pada main wheel, dimana kerugian yang ditanggung untuk ban remanufaktur sebesar Rp. 16.210.990,55 dan untuk ban baru sebesar Rp. 3.909.510,00. Pada kondisi ideal, secara teknis menunjukkan bahwa produsen masih diuntungkan. Namun pada kenyataannya, produsen dan konsumen mengalami kerugian. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya pengaruh biaya lingkungan yang cukup besar.
6
Tabel 4 Hasil Perhitungan Benefit Berdasarkan Perspektif Konsumen Ban Pesawat. KONSUMEN (Rp) ESTIMASI BIAYA DAN KEUNTUNGAN
NOSE WHEEL REMANUFAKTUR
MAIN WHEEL
BARU
REMANUFAKTUR
BARU
Purchasing Price (PP)
929,790.00
929,790.00
2,066,220.00
2,066,220.00
Cost of Good Sold (CoGS)
464,940.00
46,530.00
1,033,110.00
103,320.00
26,820.00
26,820.00
63,270.00
63,270.00
4,559,040.00
2,170,440.00
17,165,970.00
5,809,140.00
24,607.87
3,859.55
0.00
12,917.18
(24,607.87)
(3,859.55)
316,241.25
(12,917.18)
Cost of Warranty (Cw) Cost of Environment (Ce) Opportunity Losses (OL) Losses/Benefit (BARU-REMANUFAKTUR)
(20,748.32)
329,158.43
Berdasarkan hasil perhitungan Tabel 4 menunjukkan bahwa secara umum konsumen akan mengalami kerugian. Untuk nose wheel, konsumen mengalami kerugian yang tidak terlalu besar yaitu Rp. 24.607,87 untuk ban remanufaktur dan Rp. 3.859,55 untuk ban baru. Kerugian tersebut merupakan bentuk kehilangan kesempatan dalam pengoperasian pesawat. Kerugian juga terjadi pada main wheel, dimana kerugian yang ditanggung untuk ban baru sebesar Rp. 12.917,18. Namun hal tersebut tidak berlaku pada ban remanufaktur main wheel, bahkan konsumen mengalami keuntungan dalam hal ini. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa untuk nose wheel ban baru terbukti memberikan dampak positif dimana kerugian akibat kehilangan kesempatan bagi konsumen lebih sedikit dibandingkan dengan penggunaan ban remanufaktur. Sedangkan untuk main wheel berlaku sebaliknya, ban remanufaktur menunjukkan performa yang jauh lebih baik. Tabel 5 Hasil Perhitungan Profit Berdasarkan Perspektif Produsen Ban Belakang Bus. ESTIMASI BIAYA DAN KEUNTUNGAN
PRODUSEN (Rp) BAN BELAKANG BARU
REMANUFAKTUR
Selling Price (SP)
1,860,000.00
620,000.00
Cost of Good Sold (CoGS)
1,500,000.00
500,000.00
0.00
0.00
Cost of Environment (Ce)
289,307.77
68,752.25
Opportunity Losses (OL)
42,695.87
212.41
Losses/Profit
27,996.36
51,035.34
Cost of Warranty (Cw)
(BARU-REMANUFAKTUR)
(23,038.97)
Berdasarkan hasil perhitungan Tabel 5 menunjukkan bahwa secara umum produsen akan mengalami kerugian. Kerugian yang terjadi tidak terlalu besar yaitu Rp. 42.695,87 untuk ban baru dan Rp. 212,41 untuk ban remanufaktur. Namun kerugian tersebut tidak memberikan dampak buruk karena perusahaan sebagai produsen ban masih diuntungkan sebesar Rp.
7
27.996,36 dan Rp. 51.035,34. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut ditunjukkan bahwa ban remanufaktur menyumbangkan keuntungan yang lebih besar meskipun dalam keadaan merugi. Sedangkan berdasarkan perspektif konsumen, hasil perhitungan Tabel 6 menunjukkan bahwa secara umum konsumen akan mengalami untung yang cukup besar. Keuntungan yang diperoleh sangat besar yaitu Rp. 60.068.197,82 untuk ban baru dan Rp. 673.581,58 untuk ban remanufaktur. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut ditunjukkan bahwa ban baru masih menyumbangkan keuntungan yang lebih besar dalam periode 2 tahun terakhir. Hal ini menguatkan alasan pihak konsumen untuk memilih ban baru daripada ban remanufaktur jika biaya lingkungan dan opportunity losses dipertimbangkan. Tabel 5 Hasil Perhitungan Benefit Berdasarkan Perspektif Konsumen Ban Belakang Bus. ESTIMASI BIAYA DAN KEUNTUNGAN
KONSUMEN (Rp) BAN BELAKANG BARU REMANUFAKTUR
Purchasing Price (PP)
1,860,000.00
620,000.00
Cost of Good Sold (CoGS)
1,500,000.00
500,000.00
0.00
0.00
289,307.77
68,752.25
0.00
0.00
60,068,197.82
673,581.58
Cost of Warranty (Cw) Cost of Environment (Ce) Opportunity Losses (OL) Losses/Benefit (BARU-REMANUFAKTUR)
59,394,616.23
ANALISIS SENSITIVITAS Pada penelitian ini juga dilakukan analisa sesitivitas terhadap tiga kondisi. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kondisi yang mungkin terjadi terhadap besar keuntungan yang diperoleh oleh produsen maupun konsumen. Ketiga kondisi tersebut yaitu : Tanpa Mempertimbangkan Biaya Lingkungan Biaya lingkungan merupakan salah satu variabel biaya yang memberikan
dampak paling besar terhadap perolehan profit bagi produsen. Namun bagi konsumen hal ini tidak memberikan dampak apapun. Dengan adanya pengeruh yang cukup besar tersebut maka dilakukan perhitungan terhadap biaya dan keuntungan guna mengetahui perubahan yang terjadi. Tanpa Mempertimbangkan Biaya Lingkungan Analisa teknis dalam menentukan besarnya lost opportunity sangat penting. Hal ini berkaitan dengan perbandingan masa pakai ban aktual dengan ekpektasi masa pakai ban yang telah dijanjikan oleh produsen. Namun ketika opportunity losses diabaikan, maka masa pakai ban aktual dianggap sama dengan ekspektasi produsen sehingga berlaku skenario 2.
8
Tanpa Mempertimbangkan Biaya Lingkungan Setelah mengetahui perubahan yang terjadi akibat adanya biaya lingkungan dan opportunity losses, kini saatnya mengetahui perubahan yang terjadi ketika kedua biaya ini diabaikan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui besarnya selisih keuntungan yang akan diperoleh pada masing-masing studi kasus berdasarkan perspektif produsen maupun konsumen. Berdasarkan ketiga kondisi tersebut diperoleh hasil sesuai pada Gambar 1 dan Gambar 2 untuk studi kasus ban pesawat. Sedangkan untuk ban belakang bus diperoleh hasil sesuai pada Gambar 3 dan Gambar 4.
Grafik Perubahan Estimasi Biaya Studi Kasus 1 Berdasarkan Perspektif Produsen 5.000.000,00
Losses/Profit
nose wheel (Rn) (5.000.000,00) (10.000.000,00)
nose wheel (R0) main wheel (Rn) main wheel (R0)
(15.000.000,00) (20.000.000,00)
Gambar 1 Grafik Perbandingan Hasil Analisis Sensitivitas Berdasarkan Perspektif Produsen (Studi Kasus 1) Berdasarkan hasil analisis perhitungan estimasi profit menunjukkan bahwa produsen mengalami kerugian yang cukup besar, dimana kerugian yang ditimbulkan oleh ban remanufaktur lebih besar dibandingkan dengan ban baru. Namun ketika biaya lingkungan diabaikan, kerugian yang dialami berubah menjadi profit meskipun kondisinya tetap lebih menguntungkan memproduksi ban baru daripada ban remanufaktur. Ketika kondisinya tidak lagi mengabaikan biaya lingkungan tetapi mengabaikan opportunity losses maka perubahan kembali terjadi yaitu kembali pada kondisi semula dengan besar kerugian yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa pada studi kasus ban pesawat ini, biaya lingkungan menjadi variabel yang sangat berpengaruh terhadap perolehan profit. Sehingga untuk memperoleh profit yang maksimum, perusahaan lebih konsen pada produksi ban baru. Namun terkadang muncul kemungkinan lain dari perusahaan yaitu dengan mengabaikan kedua variabel biaya tersebut (biaya lingkungan dan opportunity losses). Perhitungan profit dengan mengabaikan biaya lingkungan dan opportunity losses menunjukkan bahwa produsen mengalami keuntungan yang sama besarnya ketika perhitungan tersebut dilakukan dengan mengabaikan biaya lingkungan saja. Hal ini semakin meyakinkan bahwa dalam studi kasus ini biaya lingkungan menjadi beban terberat produsen. Oleh karena itu, untuk memaksimalkan profit maka produsen harus meminimalkan biaya lingkungan dengan cara menambah kapasitas produksi ban baru.
9
Losses/Profit
Grafik Perubahan Estimasi Biaya Studi Kasus 1 Berdasarkan Perspektif Konsumen 350.000,00 300.000,00 250.000,00 200.000,00 150.000,00 100.000,00 50.000,00 (50.000,00)
nose wheel (Rn) nose wheel (R0) main wheel (Rn) main wheel (R0) with Ce without without without and OL Ce OL Ce and OL
Gambar 2 Grafik Perbandingan Hasil Analisis Sensitivitas Berdasarkan Perspektif Konsumen (Studi Kasus 1) Sedangkan menurut perspektif konsumen, perhitungan benefit pada studi kasus ini menunjukkan bahwa konsumen mengalami kerugian sebesar nilai opportunity losses. Hal ini terjadi karena masa pakai aktual ban lebih kecil daripada ekspektasinya, sehingga konsumen berhak menerima kompensasi garansi. Dalam hasil tersebut juga ditunjukkan bahwa kerugian yang ditimbulkan oleh ban remanufaktur lebih besar daripada ban remanufaktur bagi nose wheel. Namun bagi main wheel, ban remanufaktur yang lebih menguntungkan. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi keandalan ban selain masa pakai ban itu sendiri. Ketika konsumen mengabaikan biaya lingkungan, hasil yang diperoleh tidak berubah. Hasil ini menunjukkan bahwa biaya lingkungan tidak berpengaruh terhadap perolehan benefit konsumen karena biaya lingkungan yang dimaksudkan dalam penelitian ini dibebankan pada produsen ban. Namun hasil perhitungan benefit berubah ketika konsumen mengabaikan lost opportunity yang terjadi. Perubahan tersebut menunjukkan bahwa konsumen tidak mengalami kerugian atau pun untung. Kondisi yang demikian dapat terjadi karena konsumen menganggap bahwa opportunity losses akan segera tergantikan dengan adanya kompensasi garansi yang diberikan oleh produsen. Hal ini juga terjadi ketika perhitungan benefit dilakukan dengan mengabaikan biaya lingkungan dan opportunity losses. Dengan demikian dapat diketahui bahwa bagi konsumen opportunity losses memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perolehan benefit dalam proses bisnisnya.
10
Losses/Profit
Grafik Perubahan Estimasi Biaya Studi Kasus 2 Berdasarkan Perspektif Produsen 400.000,00 300.000,00 200.000,00 100.000,00 -
R0 with Ce without without without and OL Ce OL Ce and OL
Rn
Gambar 3 Grafik Perbandingan Hasil Analisis Sensitivitas Berdasarkan Perspektif Produsen (Studi Kasus 2) Pada perhitungan profit dengan kondisi ideal menunjukkan bahwa produsen ban bus mengalami untung meskipun terjadi lost opportunity dengan perolehan keuntungan ban remanufaktur yang lebih besar daripada ban baru. Keuntungan yang diperoleh menjadi lebih besar ketika biaya lingkungan diabaikan. Namun pada kondisi yang demikian ban baru memberikan keuntungan yang jauh lebih besar. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya biaya lingkungan sangat mempengaruhi perolehan profit bagi produsen ban bus selain faktor harga. Penurunan profit terjadi ketika variabel biaya yang diabaikan adalah opportunity losses dengan kontribusi ban baru yang lebih menguntungkan daripada ban remanufaktur. Namun ketika kedua variabel biaya tersebut diabaikan, perolehan keuntungan semakin besar dan ban remanufaktur yang lebih menguntungkan. Sedangkan bagi konsumen, beberapa perlakuan dalam perhitungan benefit yang diperoleh menunjukkan nilai yang tetap. Dalam hal ini tidak terjadi perubahan perolehan benefit bagi konsumen ban bus. Beberapa perlakuan tersebut yaitu dengan mempertimbangkan biaya lingkungan dan opportunity losses, dengan mengabaikan biaya lingkungan, dengan mengabaikan opportunity losses dan dengan mengabaikan kedua variabel biaya tersebut. Dengan tidak adanya perubahan pada perolehan benefit mengindikasikan bahwa kedua variabel biaya tersebut tidak memberikan pengaruh pada perolehan benefit bagi konsumen ban bus.
Losses/Profit
Grafik Perubahan Estimasi Biaya Studi Kasus 2 Berdasarkan Perspektif Konsumen 80000000,00 60000000,00 40000000,00 20000000,00 0,00
R0 with Ce without without without and OL Ce OL Ce and OL
Rn
Gambar 4 Grafik Perbandingan Hasil Analisis Sensitivitas Berdasarkan Perspektif Konsumen (Studi Kasus 2)
11
KESIMPULAN Kesimpulan yang diperoleh dari hasil perhitungan dan analisis pada penelitian ini, antara lain : 1) Model yang dikembangkan dalam penelitian ini guna mengisi gap dari literatur sebelumnya yaitu dengan mengembangkan model deterministic menjadi model probabilistik yang berbasis skenario dengan mengintegrasikan faktor teknis dan lingkungan. 2) Telah dikembangkan model biaya dan keuntungan berdasarkan perspektif produsen dan konsumen yang berbasis skenario untuk menganalisis masa pakai ban, yaitu : Skenario 1 : t a < te, pada kondisi ini produsen harus membayar garansi sedangkan konsumen akan mengalami lost opportunity. Sehingga model biaya dan keuntungan berdasarkan perspektif produsen yaitu L/P = SP – [CoGS + {P(ta
3)
4) 5)
6)
7) 8)
Skenario 2 : ta = te, pada kondisi yang demikian dapat diketahui bahwa umur ban setelah digunakan telah sesuai dengan umur ban yang telah dijanjikan oleh produsen, sehingga terjadi kondisi win-win solution. Model biaya dan keuntungan berdasarkan perspektif produsen yaitu L/P = SP – CoGS, sedangkan berdasarkan perspektif konsumen yaitu B = P(ta = te)*PP. Skenario 3 : ta > te, pada kondisi yang demikian produsen akan mengalami lost opportunity sedangkan bagi konsumen akan memperoleh benefit. Dengan demikian model biaya dan keuntungan berdasarkan perspektif produsen yaitu L/P = SP - [CoGS + {P(ta te)*PP*{F/P,i,( ta - te)}. Berdasarkan perspektif produsen, biaya lingkungan dan opportunity losses memberikan pengaruh yang cukup besar bagi perolehan profit. Sedangkan berdasarkan perspektif konsumen, hanya opportunity losses yang memberikan pengaruh bagi perolehan benefit. Masa pakai ban tidak hanya berpengaruh terhadap besarnya biaya garansi, tetapi juga berpengaruh terhadap opportunity losses. Berdasarkan hasil perhitungan estimasi profit untuk ban pesawat dan ban belakang bus menunjukkan bahwa ban remanufaktur memberikan keuntungan yang lebih besar daripada ban baru bagi produsen. Sedangkan bagi konsumen, ban baru yang memberikan keuntungan lebih besar dalam proses bisnisnya. Ban remanufaktur yang lebih menguntungkan bagi produsen dapat berakibat putusnya rantai pasok ban baru, sehingga produsen ban baru perlu mempertimbangkan untuk ikut memproduksi ban remanufaktur. Kebutuhan konsumen akan ban baru menjadikan alasan untuk memperhitungkan komposisi optimal dalam memproduksi ban baru dan ban remanufaktur. Adanya kesetaraan keandalan ban remanufaktur dengan ban baru menunjukkan bahwa ban bekas dapat diremanufaktur beberapa kali.
12
DAFTAR PUSTAKA Anityasari, M. 2008. Reuse of Industrial Products – A Technical and Economic Model For Decision Support. Doctoral Thesis. The University of New South Wales, Sydney, Australia. Artana, K. B. (ed.) 2006. Handbook mata kuliah keandalan, Surabaya: Teknik Sistem Perkapalan. Ayres, R. & Ferrer, G. 2000. The Impact of Remanufacturing in The Economy. Journal of Ecological Economics 32 (413-429). Ayres, R., Ferrer, G. & Leyneele, T. V. 1997. Ecco-Efficiency, Asset Recovery and Remanufacturing. European Management Journal. Vol. 15, No. 5 (557-574). Begum, R. A, Siwar, C., Pereira, J. J. & Jaafar, A. H. 2006. A Benefit-Cost Analysis on the Economic Feasibility of Construction Waste Minimisation: The Case of Malaysia. Journal of Resources, Conservation and Recycling 48 (86-98) Boustani, A, Sahni, S., Gutowski T. & Graves S. 2010. Tire Remanufacturing and Energy Savings. Environmentally Benign Manufacturing Laboratory. Sloan School of Management. MITEI-1-h-2010 Blischke, W. R. & Murthy, D. N. P. 2006. Warranty Management and Product Manufacture. London: Springer-Verlag. Ferrer, G. 1997. The Economics of Tire Remanufacturing. Journal of Resources Conservation and Recycling 19 (221-255). http://www.bridgestone.co.id (diakses pada tanggal 25 Februari 2011). Ijomah, W. L., Childe, S. & McMahon, C. 2004. Remanufacturing: A Key Strategy for Sustainable Development. In : The Third International Conference on Design and Manufacture for Sustainable Development, Loughborough, UK. Ijomah, W. L., McMahon, C. A., Hammond, G. P. & Newman, S. T. 2007. Development of Design for Remanufacturing Guidelines to Support Sustainable Manufacturing 712-719. Ko, Y. & Hwang, H. 2009. Efficient Operation Policy in Closed-Loop Tyre Manufacturing System with EPR. Journal of IEMS Vol. 8, No. 3 (162-170). Ko, Y., Hwang, H. & Oh, Y. 2008. A Closed-Loop Remanufacturing System in Tyre Manufacturing Industry. Proceedings of the 9th Asia pasific Industrial Engineering & Management System Conference, Indonesia : Nusa Dua, Bali. Lebreton, B & Tuma, A. 2006. A Quantitative Approach to Assessing The Profitability of Car and Truck Tire Remanufacturing. International Journal of Production Economics, 104 (639-652). Lewis, E. E. (ed.) 1987. Introduction to Reliability Engineering., Canada: John Wiley & Sons. Ostlin, J., Sundin, E. & Bjorkman, M. 2009. Product Life-Cycle Implications for Remanufacturing Strategies. Journal of Cleaner Production, 17 (999-1009). Sundin, E. & Bras, B. 2004. Making Functional Sales Environmentally and Economically Beneficial Through Product Remanufacturing. Journal of Cleaner Production, (913-925). Suryajaya, Doddy. 2003. Evaluasi Sistem Kontrak Pengadaan Komponen Ban Pada Pesawat Boeing 737-300/400/500 dengan Pendekatan Weibull Reliability Analysis serta Penentuan Model Persediaan Periode Tahun 2003 di PT. Garuda Indonesia Jakarta. Tugas Akhir. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
13