Analisis Biaya dan keuntungan..................................................................Simon pardede ANALISIS BIAYA DAN KEUNTUNGAN USAHA PETERNAKAN BABI RAKYAT DI DESA CIGUGUR, KECAMATAN CIGUGUR, KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT Simon Pardede* Universitas Padjadjaran *Alumni Fakultas Peternakan Unpad Tahun 2015 E-mail:
[email protected] ABSTRAK Penelitian mengenai analisis biaya dan keuntungan usaha ternak babi rakyat di Desa Cigugur, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan Jawa Barat telah dilaksanakan pada tanggal 14-30 Maret 2015. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui biaya produksi dan besarnya keuntungan dari usaha ternak babi rakyat di Desa Cigugur, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei dengan jumlah responden sebanyak 40 peternak yang di ambil secara simply random sampling. Teknik pengumpulan data terdiri atas data primer yang didapat dari observasi dan wawancara yang berpedoman pada kuesioner serta data sekunder yang didapat dari dokumen-dokumen catatan desa, dinas peternakan. Berdasarkan hasil penelitian,menunjukkan bahwa total biaya produksi adalah Rp. 61.072.750,00 per unit usaha per tahun. Rata-rata keuntungan peternak dengan skala usaha 5,39 ST adalah sebesar Rp. 63.676.075,00 per unit usaha per tahun. Kata kunci : Biaya Produksi, Keuntungan, Babi COST AND PROFIT ANALYSIS ON SWINE FARM IN CIGUGUR VILLAGE, CIGUGUR DISTRICT, KUNINGAN REGENCY WEST JAVA ABSTRACT The research about analysis of cost and profit public swine farm business in Cigugur Village, Cigugur District, Kuningan Regency, West Java had been held at 14th – 30th March 2015. The purpose of this research is obeserving production cost and profit from swine farm business in Cigugur Village, Cigugur Subdistrict, Kuningan regency West Java. This research is done with a method of surveying with total of respondents as many as 40 farmers who taken as simply random sampling. Technique of data accumulation consists of primary and secondary data. Primer data is taken by observation and interview based on questionnaire list and secondary data which is taken from documents of cigugur village and department of animal husbandry. Research shows that total production cost is Rp.61,072,750.00 per unit enterprises per year. The average of farmers profits with scales 5.39 ST is Rp. 63,676,075.00 per unit enterprises per year . Keyword: Production Cost, Profits, Swine
Analisis Biaya dan keuntungan..................................................................Simon pardede 1.
PENDAHULUAN Peternakan merupakan subsektor dari pertanian yang berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani. Kebutuhan masyarakat akan hasil ternak seperti daging, susu dan telur semakin meningkat. Hal ini seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, tingkat pendidikan, kesadaran masyarakat akan gizi dan peranan zat - zat makanan khususnya protein bagi kehidupan, serta meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memanfaatkan hasil ternak, sehingga perkembangan sektor peternakan memberikan dampak positif bagi masyarakat untuk peningkatan perbaikan gizi dan dampak positif bagi pelaku ternak yaitu meningkatnya kesejahteraan. Ternak babi dapat memenuhi sebagian dari permintaan protein hewani. Dilihat dari reproduksinya ternak babi cukup produktif untuk diternakkan secara intensif karenan daya reproduksinya cukup cepat. Babi dapat menghasilkan 12-16 ekor anak per kelahiran dengan masa bunting 114 hari,. Ternak babi memiliki sifat-sifat dan kemampuan yang menguntungkan antara lain adalah memiliki laju pertumbuhan yang cukup cepat dan juga memiliki jumlah anak per kelahiran (litter size) yang tinggi. Sehingga, jika dilihat dari kelebihan-kelebihannya tersebut maka babi memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai penghasil daging.Metode suatu usaha pada dasarnya selalu diarahkan untuk mendapatkan keuntungan atau laba. Biaya produksi merupakan nilai dari semua korbanan ekonomi yang dapat diperkirakan dan dapat diukur untuk menghasilkan suatu produk. Biaya produksi terbesar dalam usaha ternak babi ialah biaya makanan mencapai 65-80 persen dari total biaya produksi. Daging babi sangat fluktuatif harganya, sehingga usaha peternakan babi rentan dalam perkembangannya, karena itu peluang untuk mendapat keuntungan ataupun kerugian juga sangat besar kemungkinannya dan tidak sedikit usaha peternakan yang mengalami kerugian tersebut dan pada akhirnya menutup usahanya. Perubahan harga faktor produksi tentunya akan berdampak pada perubahan keuntungan yang diterima. Peternak babi masih mempunyai keterbatasan dalam menjalankan usahanya, antara lain dalam hal tingkat keterampilan dalam menggabungkan beberapa faktor produksi, hal ini membuat peternak babi dalam menjalankan usahanya tidak memperhitungkan modal yang digunakan, biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk operasional usahanya dan keuntungan yang diperoleh.
2.
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
Objek Penelitian Objek penelitian yang diamati adalah peternak babi rakyat di Desa Cigugur, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan Jawa Barat. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei, yang dilaksanakan di Desa Cigugur, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan Jawa Barat dengan dasar pertimbangan bahwa daerah ini merupakan salah satu daerah pengembangan ternak babi dengan jumlah peternak sebesar 103 peternak dan relatif homogen. Metode survei akan dilakukan kepada 40 peternak secarasimply random sampling, bahwa apabila jumlah populasi100 dengan tingkat kesalahan yang ditolerir 10% maka sampel yang diambil sebanyak 40, maka nilai pengamatan akan mendekati sebaran normal (Harry dikutip dalam Paturochman, 2012).
Analisis Biaya dan keuntungan..................................................................Simon pardede 3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden Unsur-unsur karakteristik yang dikumpulkan dari responden antara lain umur, tingkat pendidikan, pengalaman beternak dan pekerjaan. Karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Karakteristik responden peternak babi di Desa Cigugur, kecamatan Cigugur , Kabupaten Kuningan. Jumlah Responden No Karakteristik Orang Persentasi 1 Umur (Tahun) 15 – 55 29 72.5 >55 11 27.5 2 Tingkat Pendidikan Tidak sekolah 3 7.5 SD 10 25 SMP 13 32.5 SMA 11 27.5 Perguruan tinggi 3 7.5 3 Pengalaman Beternak (Tahun) 8 20 1-5 32 80 >5
Usia golongan produktif 15-55 tahun yaitu 29 orang atau 72.5 persen dari jumlah responden sedangkan responden golongan usia tidak produktif 0-14 dan 55 tahun keatas yaitu11 orang atau 27.5 persen dari jumlah responden. Secara umum responden termasuk kedalam golongan usia produktif. Pendidikan yang dimiliki oleh seseorang akan membedakan orang tersebut dengan mereka yang tidak memiliki pendididkan. Pendidikan dapat diperoleh secara formal seperti di bangku sekolah maupun non formal seperti kursus atau pelatihan. Tabel 1 menunjukkan tingkat pendidikan paling banyak adalah tamatan SMP yang berjumlah 13 orang atau 32.5 persen, SMA berjumlah 11 orang atau 27.5 persen, SD berjumlah 10 orang atau 25 persen, Perguruan tinggi berjumlah 3 orang atau 7.5 persen dan tidak sekolah berjumlah 3 orang atau 7.5 persen. Semakin tinggi usia peternak maka kemampuan dalam mengadopsi inovasi dan memahami sifat dan fungsi inovasi akan semakin mudah. Pengalaman beternak responden bervariasi mulai dari 2 sampai 45 tahun. Responden yang berpengalaman lama biasanya memiliki solusi yang tepat dalam penanganan ternak babinya karena bisa mengenal inovasi baru tentang teknologi yang lebih efektif dan efisien. Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa peternak yang memiliki pengalaman beternak 1-5 tahun yaitu 8 orang atau 20 persen dan peternak yang memiliki pengalaman beternak lebih besar dari 5 tahun yaitu 32 atau 80 persen. Secara umum responden memiliki pengalaman yang lama dalam beternak babi dan responden akan mampu menghadapi masalah dengan solusi yang dimiliki selama beternak.
Analisis Biaya dan keuntungan..................................................................Simon pardede Pemilikan Ternak Peternak babi didaerah penelitian sebagian besar beternak babi sebagai mata pencaharian pokok yang masih tradisional dengan skala yang kecil. Peternak babi tidak mau menambah jumlah induknya dengan alasan modal dan takut akan tinginya biaya pakan ternak. Sebagian peternak beternak babi sebagai usaha sampingan keluarga untuk menambah pendapatan keluarga. Satuan ternak babi sebagai berikut : anak babi < 0,5 tahun setara dengan 0,1 ST, babi muda 0,5 – 1 tahun setara dengan 0,2 ST, babi dewasa > 1 tahun setara dengan 0,4 ST. Tabel 2. Rata-rata populasi ternak di Desa Cigugur, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan. No
Jenis Ternak
Ekor
ST
1
Starter
15,85
1,585
2
Grower
7,3
1,46
3
Finisher
1,925
0,385
4
Induk
4.875
1,95
5
Jantan
0,035
0,014
Total
27,06
5,394
Performa Finansial Tabel 3. Performa finansial usaha ternak babi selama satu tahun. Komponen
Nyata Tersamar ---Rp/UU/th---
NO A.
B.
Penerimaan - Penjualan ternak -Perubahan Nilai Ternak Pendapatan Biaya 1. Biaya Tetap - PBB - Sewa Lahan - Peralatan Kandang - Sumbangan Total Biaya tetap 2. Biaya Variabel - Bibit - Biaya ransum - Tenaga Kerja luar keluarga - Tenaga kerja dalam keluarga - biaya penyusutan - Obat- obatan
C.
116.776.325,00 8.032.500,00 116.776.325,00
8.032.500,00
10.000,00 1.559.600,00 195.925,00 20.000,00 225.925,00
1.559.600,00
4.387.750,00 44.861.250,00 3.420.000,00 6.318.750,00 168.250,00 191.225,00
Total % 116.776.325,00 8.032.500,00
93,56 6,44
124.808.825,00
100
10.000,00 1.559.600,00 195.925,00 20.000,00
0,02 2,5 0,31 0,04
1.785.525,00
2,87
4.387.750,00 44.861.250,00 3.420.000,00 6.318.750,00 168.250,00 191.225,00
8,1 73,1 5,22 10,12 0,21 0,30
Total Biaya Variabel
52.968.475,00
6.318.750,00
59.287.225,00
97,13
Biaya Total
53.194.400,00
7.878.350,00
61.072.750,00
100
Keuntungan
Catatan : Skala usaha = 5,39 ST
63.676.075,00
Analisis Biaya dan keuntungan..................................................................Simon pardede Biaya Produksi Biaya produksi dibagi menjadi dua yaitu biaya nyata dan biaya tersamar. Biaya tersamar berasal dari biaya lahan biaya, tenaga kerja keluarga dan Pajak bumi dan bangunan sedangkan biaya nyata berasal dari biaya peralatan kandang, biaya perbaikan kandang, biaya bibit, obat-obatan, biaya ransum dan biaya tenaga kerja luar keluarga. Pada usaha ternak babi biaya produksi nyata lebih besar dibandingkan biaya tersamar. Biaya produksi tersamar adalah sebesar Rp.7.878.350,00 dan biaya produksi nyata yaitu sebesar Rp. 53.194.400,00 dan total biaya produksi seluruhnya yaitu Rp. 61.072.750,00. Biaya tersamar yang dihitung berguna untuk mengetahui besar total biaya yang benarbenar dikeluarkan oleh peternak dalam usahanya. Biaya terbesar berasal dari biaya variabel yaitu sebesar Rp.59.287.225,00 atau 97,13 persen. Hal ini dikarenakan bahwa biaya variabel atau disebut dengan biaya tidak tetap biasa didefinisikan sebagai biaya yang dikeluarkan atau ditanggung oleh peternak selama masa produksi yang besar kecilnya dipengaruhi oleh skala atau jumlah produksi, bahwa semakin tinggi skala produksi maka akan semakin meningkat pula biaya variabel yang harus ditanggung oleh peternak selama masa produksi berlangsung. Hal ini sesuai dengan pendapat ( Daniel, 2002), bahwa biaya variabel adalah biaya yang berubah-ubah mengikuti besar kecilnya volume produksi, misalnya pengeluaran untuk sarana produksi biaya pengadaan bibit, pupuk, obat-obatan, pakan dan lain sebagainya. Biaya produksi yang paling banyak yaitu biaya ransum sekitar Rp. 44.861.250,00 atau 73,1 persen dari total biaya Produksi. Biaya paling rendah adalah biaya pajak bumi dan bangunan yaitu Rp. 10.000,00 atau 0.02 persen. Dari hasil biaya produksi keseluruhan, biaya ransum merupakan biaya yang terbesar, sebanyak 73,1 persen. hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya, ( Aritonang, 2010) menyatakan bahwa biaya pakan mempunyai persentase terbesar dari keseluruhan biaya produksi yaitu 60-80%. Hasil penelitian ( Hardyastuti, 2011) menunjukkan bahwa biaya pakan untuk ternak babi berkisar antara 70-80% dari keseluruhan biaya produksi. Penerimaan Tabel 3 menunjukkan bahwa besarnya penerimaan yang diperoleh dari hasil penjualan ternak babi dengan skala usaha 5,39 ST selama satu tahun adalah sebesar Rp. 116.776.325,00 atau 93.56 persen, sedangkan penerimaan perubahan nilai ternak sebesar Rp. 8.032.500,00 atau 6.44 persen. Jadi, jumlah penerimaan total yang diperoleh yaitu sebesar Rp. 124.808.825,00. Penerimaan pada usaha ternak dipengaruhi oleh penjualan dan perubahan nilai ternak, sedangkan jumlah nilai dari penjualan dan perubahan nilai ternak ditentukan oleh banyaknya kepemilikan ternak yang dipelihara. Pada skala usaha besar yang kepemilikan ternak induknya banyak akan mampu menghasilkan anak yang banyak pula sehingga akan menghasilkan nilai penjualan yang besar, sedangkan pada skala usaha yang kecil yang kepemilikan ternak induknya lebih sedikit akan menghasilkan anak yang lebih sedikit sehingga tidak begitu banyak dilakukan penjualan. Perubahan nilai ternak dipengaruhi oleh banyaknya nilai ternak yang dipelihara selama satu tahun. Keuntungan Tabel 3. Menunjukkan bahwa dengan skala usaha 5,39 ST pendapatan rata-rata responden per unit usaha didesa Ciguguradalah sebesar adalah sebesar Rp. 63.676.075,00 selama satu tahun. Besarnya pendapatan yang dihasilkan dipengaruhi oleh jumlah kepemilikian ternak. Hal ini sesuai dengan pendapat (Soekartawi, 2003),
Analisis Biaya dan keuntungan..................................................................Simon pardede pendapatan usaha ternak sangat dipengaruhi oleh banyaknya ternak yang dijual oleh peternak itu sendiri sehingga semakin banyak jumlah ternak maka semakin tinggi pendapatan bersih yang diperoleh. 4.
KESIMPULAN
a. Biaya produksi tersamar usaha ternak babi rata-rata adalah sebesar Rp. 7.888.350,00 atau 12,9 persen sedangkan biaya produksi nyata yaitu sebesar Rp. 53.184.400,00 atau 87,1 persen. b. Keuntungan rata-rata usaha ternak babi sebesar Rp. 63.676.075,00 per unit usaha selama satu tahun. 5.
DAFTAR PUSTAKA
Daniel, M. 2001. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Umi Aksara Hardyastuti, S. 2011. Kajian Biaya Produksi Pada Usaha Peternakan Babi. Jurnal Sosek Peternakan Unibraw Malang. Volume 12 No. 1. Malang. Mubyarto. 1989. Pengantar ekonomi pertanian. LP3ES. Jakarta Paturochman, M. 2012. Penentuan jumlah dan teknik pengambilan sampel untuk sosial ekonomi peternakan. Fakultas Peternakan. Universitas Padjajaran. Bandung. Purwaningsih, Heni dan Subagiyo. 2010. Peluang Usaha Tanaman Akar Wangi di Lahan Kering Kabupaten Gunungkidul. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.Yogyakarta Rodjak, A. 1996. Pengantar Ilmu Pertanian. Padjajaran. Bandung.
Fakultas Pertanian. Universitas
Sihombing. 2006. Ilmu Ternak Babi. Cetakan kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada University. Soekartawi A, 2003. Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-Douglas. Cetakan ke-3. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Hal. 14.