PENGEMBANGAN MODEL BAHAN AJAR MEMBACA TEKS CERITA DI KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI 8 INDRALAYA OGAN ILIR HASIL SEBUAH PENELITIAN OLEH: Hodidjah Widyaiswara
ABSTRAK
Tujuaan penelitian ini adalah terbentuknya prototype model bahan ajar membaca teks cerita di kelas IV SDN 8 Indralaya Ogan Ilir. Prototipe model bahan ajar berupa buku siswa lengkap dengan teknik pembelajaran dan tes hasil belajar, Penelitian ini menggunakan metode peneliian pengembangan. Langkah-langkah penelitian ini adalah (1) studi pendahuluan tentang model bahan ajar, (2) merencanakan penelitian dengan deskripsi analisis kebutuhan, (3) desain draf awal dengan uji validasi, (4) uji coba lebih luas, (7) revisi, (8) model hipotesis, (9) revisis, (10) model final. Iji validsi dilakukan oleh dua orang validator yaitu ahli di bidang pembelajaran dan ahli sastra. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan angket, tes dan observasi. Angket dilakukan untk mengetahui analisis kebutuhan. Tes dilakukan ketika uji coba terbatas. Lebih luas dan model hipotetik. Tes dilakukan dengan pretes dan postes. Analisis data tes dihitung
dengan
menggunakan tes 1 dengan membandingkan 1 hitung atau 1 observasi dengan 1 tabel. Kesimpulan dari penelitian in adalah hasil 1 hitung dari ketiga uji coba diperoleh. t0 lebih besar daripada t1. Pengemangan produk model bahan ajar membaca teks cerita di keas IV secara signifikan dapat dipakai di sekolah sebagai pengembangan model bahan ajar
Kata kunci: model bahan ajar, membaca teks cerita, teknik pembelajaran
1
LATAR BELAKANG Pembinaan
kemampuan
berbahasa
yang
diupayakan
di
sekolah
berorientasi pada empat jenis keterampilan berbahasa, yaitu ketermpilan menyimak, keterampilan berbicara, ketermpilan membaca, dan keterampilan menulis. Keempat keterampilan berbahasa tersebut berhubungan erat satu dengan yang lain. Keempat keterampilan berbahasa ini sangat penting untuk dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknolgi yang maju pesat. Perkembangan tingkat penguasaan keterampilan berbahasa siswa dalam masing-masing
keterampilan
berbahasa
akan
mempengaruhi
penguasaan
keterampilan berbahasa yang lain. Dengan kata lain, pengajaran keterampilan berbahasa tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh. Pengajaran keterampilan berbahasa mendorong siswa sepenuhnya pada pelatihan dan praktek pemakaian bahasa sebagai alat komunikasi melalui belajar yang efektif sehingga kelk ia mahir berkomunikasi secara nyata di masyarakat . Proses belajar yang efektif antara lain dilakukan melalui membaca (Rahim, 2008:2). Membaca merupakan sesuatu yang sangat vital dalam suatu masyarakat yang terpelajar (Burn, dkk, dikutif Rahim, 2008:1). Membaca juga merupakan sebuah jembatan bagi siapa saja dan di mana saja yang berkeinginan meraih kemajuan bagi siapa saja dan dimana saja yang berkeinginan meraih kemajuan dan
kesuksesan.
Membaca
menurut
Spodek
dan
Saracho
(dikutif
Sulistiyo,2006:12) merupakan proses memperoleh makna dari barang cetak sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era informasi
2
dan komunikasi sekarang ini, membaca menduduki possi serta peran yang sangat penting dalam konteks kehidupan umat manusia. Kemampuan dasar membaca sisswa SD di Indonesia masih perlu mendapat perhatian khusus. Perhatian ini perlu diberikan secara intensf, Masduki tAssociatitio for the Evaluation of Education Assesment (IAEA) tentang kemampuan membaca siswa Indonesia terungkap hasil siswa SD 36,1% (peringkat 26 dan 27 negara) yang disurvei. Temua survey ini menggambarkan bahwa kemampuan membaca masih belum berkembang secara maksimal. Oleh karena itu masih perlu diupayakan peningkatan kemmpuan membaca siswa. Kemampuan membaca di SD terutama membaca pemahaman cendrung doabaikan. Hal ini disebabkan umumnya guru SD menganggap bahwa pengajaran membaca telah berhasil bila siswa sudah dapat membaca dan menulis pada jenjang kelas rendah serta pada kelas tinggi siswa sudah dapat membaca nyaring dengan menyuarakan bunyi-bunyi bahasa dan mencari kata-kata sulit dalam suatu teks. Kegiatan membaca merupakan kegiatan kompleks untuk memahami teks bacaan secara keseluruhan (Rahim,2008:V). Berdasarkan uraian tersebut diperlukan pengembangan bahan ajar. Pengembangan bahan ajar dapat dilakukan dengan pengembangan model bahan ajar yang domodifikasi dengan menggunakan variasi bahan ajar berupa teks bacaan lengkap dengan teknik pembelajaran yang bervariasi. Teknik pembelajaran baru yang lebih memberdayakan anak didik, sebuah teknik belajar yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, namun bagaimana mendorong siswa membangun pengetahuan dipikiran dengan kata-kata mereka sendiri dengan
3
suasana belajar yang menyenangkan. Sebagai langkah untuk memberikan peembelajaran kemampuan dasar`membaca yang menyenangkan bagi anak didik, pengembang mencoba menerapkan beberapa teknik pembelajaran kemampuan dasar`membaca yang menyenangkan bagi anak didik, pengembang mencoba menerapkan beberapa teknik pembelajaran yang menyenangkan bagi anak didik, pengembang mencoba menerapkan beberapa teknik pembelajaran membaca diantaranya teknik CIRC (cooperative Integrated Reading and Compotition), KWI, (Know-Want to Know-Learned), DRA (Directed Reading Actyvity), teknik DRTA (Directed Reading Thingking Activity), dan CLE (Concentrated Language Encounter). Bahan ajar berua teks cerita diambil dari cerita yang kontekstual yaitu teks cerita yang ada di lingkungan sekitar siswa terutama sekitar Ogan Ilir umumnya Sumatera Selatan. Pengembangan model bahan ajar seperti dikemukakan terdahulu dilakukan peneliti karena belum ada penyusunan dan penelitan model bahan ajar tersebut.
MASALAH Berdasarkan latar belkang masalah di atas, permsalahan yang berkaitan dengan hal itu adalah bagaimana pengembangan bahan ajar membaca teks cerita yang dapat digunakan di kelas IV SDN 8 Indralaya Ogan Ilir? Secara lebih rinci rumusan masalah adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana persepsi siswa terhadap pengembangan (kajian teoritik, identifikasi kebutuhan, dan analisiss bahan ajar) sebagai berikut:model
4
bahan ajar membaca teks cerita yang akan dijadikan bahan pengembangan pembelajaran. 2. Bagaimna rancanga model bahan ajar membaca teks cerita, serta hasil uji coba pengembangan bahan ajar?
METODELOGI PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian pengembangan (Researc & Development ). Botg dan Gall (1983:772) mengatakan “Edicational research and Development (R &D). Berdasarkan pengertian tersebut yaitu penelitau pengeambangan (R &D) dalam pendidikan merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidian, maka serangkaian langkah penelitian dan pengembangan dilakukan secara siklis, setiap langkah yang akan dilalui atau dilakukan selalu mengacu pada hasil langka sebelumnya sehingga pada akhirnya diprolh suatu produk pendidikan yang baru. Metode penelitian pengembagan menurut Sugiyon (2010:407) atau dalam bahasa Inggris research & Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tersebut, dan menguji keefektifan produk tersebut. Penelitian ini menggunakan pengembangan Sogyono dengan melakukan beberapa mdifikasi tanpa mengurangi makna daro pengembangan tersebut.
5
HASIL PENELITIAN 1. Studi Lapangan Kegiatan studi lapangan adalah kegiatan pegumpulan informasi yang meliputi analisis kebutuhan, studi pustaka dan studi literature yang berhubunga dengan teknik pengajaran membaca dengan menggunakan berbagai teknik dan observasi lapangan (pengamatan kelas) untuk mendapatkan /mengumpulkan permsalahan yang dalam pembelajaran membaca pemahaman di SD Negeri 8 Indralaya Ogan Ilir. Kegiatan ini juga dimaksudkan untuk pebgealan sementara terhadap produk yang akan dikembangkan. Selain itu, untuk mengumpulkan temuan riset dan informasi lain yang bersangkutan dengan mengembangkan produk yang direncanakan. Studi ini bertujuan untuk mengetahui prinsip pengembagan model bahan ajar berdasarkan kajian teoritik, identifikasi kebutuhan, dan analisis bahan ajar. 2. Analisis Kebutuhan Kegiatan analisis kebutuhan dilakukan dengan cara memberikan angka kepada 30 orang siswa SDN 8 Indralaya. Pertanyaan angket terdiri 24 pertanyaan. Penyebaran angket dilakukan untuk mengetahui kebutuha siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pembelajaran membaca. Hasil dari penyebaran angket diperoleh data berikut ini. Pertanyaan nomor satu untuk mengetahui suka atau tidak suka siswa belajar bahasa Indonesia. Data yang diperoleh 30 siswa menyukai pelajaran bahasa Indonesia. Hal ini berarti 100% siswa menyukai pelajaran Bahasa Indonesia.
6
Pertanyaan nomor dua untuk mengetahui perhaian siswa dalam mengikuti pelajaran. Hasil yang didapat sebanyak 29 siswa memperhatikan atau 97% dan 1 orang siswa atau 3% tidak memperhatikan pelajaran Bahasa Indonesia. Pertanyaan nomor tiga tentang tujuan mempelajari bahasa Indonesia, 1 orang atau 3% bertujuan agar dapat berkomunikasi secara efektif, 22 atau 73% bertujuan agar dapat mempelajari buku-buku pelajaran dan ilmu pengetahuan lainnya, 7 orang sisiwa atau 24% bertujuan agar tumbuh kesadaran tentang pentingnya bahasa dan sastra Indonesia. Pertanyaan nomor empat 100% siswa menyatakan setuju bahwa tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di SD adalah agar siswa memiliki keteramplan berbahasa (mendengar, berbicara, membaca, dan menulis) dan keteramplan bersastra. Pertanyaan nomor lima 26 sisw atau 87% menyatakan memerlukan pengetahuan bahasa seperti tata bahasa, pemakaina tanda baca dan sebanyak 4 orang atau 13 % siswa menyatakan tidak memerlukn pengetahua bahsa seperi tata bahasa, pemakaian tanda baca. Pertanyaan nomor enam 20 orang siswa atau 66% mengetahui bahwa guru bahasa Indonesiandi SD ini membuat RPP, 2 orang siswa atau 27% tidak mengetahui, Ertnyaan nomor tujuh sebanyak 18 orang siswa atau 60% menyatakan bahwa guru bahasa Indonesia menggunakan bahan ajar lain selain buku paket, 7 siswa atau 24 % menyatakan guru bahasa Indonesia tidak menggunakan bahan
7
ajar lain selain buku paket, 5 orang siswa atau 16% menyatakan tidak tahu apakah guru bahasa Indonesia menggunakan bahan ajar lain selain buku paket. Pertanyaan nomor delapan sebanyak 13 orang siswa atau 43 % setuju ketika pembelajaran membaca, 17 orang siswa atau 57% tidak setuju. Pertanyaan nomor Sembilan sebanyak 27 orang siswa atau 90% aktif belajar dan melaksanakan tugas, sebanyak 3 orang siswa atau 10% guru aktif mengejar siswa mendengarkan saja. Pertanyaan nomor sepuluh 27 orang siswa atau 90% memuaskan, 3 orang siswa atau 10% guru aktif mengajar, siswa mendengarkan saja, Pertanyaan nomor sebelas 7 orang siswa atau 23 % menyenangi teks cerita imiah, 23 orang siswa atau 77% menyenangi teks atau 77% menyenngi teks cerita fiksi. Pertanyaan nomor dua belas 27 orang siswa atau 90% menyenangi teks cerita tentang ilmu pengetahuan, 3 orang siswa atau 10$ menyenangi teks cerita tentang kejadian sehari-hari. Pertanyaan nomor tiga belas 21 orang siswa atau 70% menyenangi teks cerita tentang legenda dan dongeng, 9 orang siswa atau 30% menyenagi teks cerita fable/tentang binatang. Pertanyaan nomor empat belas sebanyak 14 orang siswa atau 47% menyatakan cerita dari pulau Jawa, 10 orang siswa atau 33% cerita dari pulau Sumatera:, 6 orang siwa atau 20% dari daerah sekitar lingkungan siswa.
8
Pertanyaan nomor lima beas sebanyak 11 orang siswa atau 37% menginginkan sebanyak tiga halaman; 7 orang siswa atau 23% sebanyak dua halaman; 12 orang siswa atau sbanyak 40% sebanyak satu halaman. Pertanyaan nomor enam belas sebanyak 7 orang siswa atau 23% siswa menyatakan sebaiknya bahasa yang digunakan bahasa ilmiah; 23 orang siswa atau 77% menyatakan sebaiknya bahasa yang digunakan bahasa sehari-hari yaitu bahasa yang mudah dimengert. Pertanyaan nomor tujuh belas sebanyak 11 orang siswa atau 37% menyatakan menggunakan kalimat majemuk yang panjang; 19 orang siswa atau 63% menyatakan kalimat sederhana yang pendek. Pertanyaan nomor delapan belas sebanyak 24 orang siswa atau 80% menyatakan guru menjelaskan topics teks cerita yang dibaca; 6 orang siswa atau 20% menyatakan tidak dijelaskan, sswa menentukan sendiri apa topik cerita yang dibacakannya. Pertanyaan nomor Sembilan belas sebanyak 12 orang siswa atau 24% menyukai topic kepahlawanan; 3 orang siwa atau 10% menyukai topic tentang anak-anak, 15 orang siswa atau 50% menyukai topic tentang keluarga. Pertanyaan nomor dua puluh sebanyak
17 orang siswa atau 57%
menyatakan dilakukan dengan cara siswa membac sendiri lalu menjawab pertanyaan; 4 orang siswa atau 30% menyatakan guru membaca, siswa menyimak lalu menjawab pertanyaan; 9 orang siswa atau 13% menyatakan guru mengadakan permainan tentang teks cerita lalu menjelaskan teks cerita dan siswa menjawab pertanyaan tentang teks cerita.
9
Pertanyaan nomor dua puluh satu sebanyak 7 siswa atau 23% menyatakan tidak pernah guru menyuruh menceritakan kembali isi teks cerita di depan kelas; 8 orang siswa atau 27% menyatakan kadang-kadang guru menyuruh mencerutakan kembali isi teks cerita di depan kelas; 15 orang siswa atau 50% menyatakan sering guru menyuruh menceritak kembali isi teks di depan kelas. Pertanyaan nomor dua puluh dua sebanyak 13 orang siswa atau 43% guru selalu mengadakan evaluasi setiap selesai pembelajaran; 12 orang siswa atau 40% kadang-kadang mengadakan evaluasi; 5 orang siswa atau 17% tidak pernah mengadakan evaluasi. Pertanyaan nomor dua puluh tiga sebanyak 24 orang siswa atau 80% menyatakan gruru mengambil teks cerita yang akan dibaca dari buku paket yang ada di sekolah; 2 orang siswa atau 7% menyatakan guru mengambil dari mjalah anak-anak; 4 orang siswa atau 13% menyatakan guru mengambil cerita dari ceria sekitar siswa yang dibuat oleh guru’ dan tidak pernah guru mengambil cerita dari internet. Pertanyaan nomor 24 sebanyak 20 orang siswa atau 67% menyatakan hanya 1 buku; 3 orang siswa atau 10% dua buku; 7 orang siswa atau 23% tiga buku. B. PEMBAHASAN Penelitian ini berfokus pada pengembangan model bahan ajar membaca teks cerita terutama pada komvetensi dasar menemukan fikiran pokok teks agak panjang dengan cara membaca sekilas. Metodologi pengembangan model bahan
10
ajar membaca teks cerita ini menggunakan langkah-langkh menurut Soegiono (2010:434) dengan melakukan beberapa modifikasi. Peneliti
mendesain
produk
dengan
merancang
berbagai
model
pembelajaran yang digunakan dalam mengajarkan teks cerita. Hal ini dilakukan karena berdasaran pengamatan penliti buku bahan ajar yang ada Selama ini hanya menyiapkan bahan ajarnya saja. Model bahan ajar yang dikembankan penelii ini sudah mencatumkan teksnik pembelajaran berupa langkah-langkah yang harus dilakukan guru bersama siswa di dalam kelas. Teknik pembelajaran yang digunakan peneliti bervariasi antara satu cerita dengan cerita lainnya. Peneliti memilih teknik pembelajaran yang menarik minat siswa. Hal ini sejalan dengan manfaat bahan ajar yang dikemukakan Bandono (2009) bahwa menggunakan bahan ajar kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik. Teknk pembelajaran yang digunakan peneliti ada ada enam teknik pembelajaran. Teknik tersebut yaitu (CIRC), teknik (KWI), teknik (DRA), teknik (DRTA), dan teknik CLE. Model bahan ajar yang dibuat peneliti membuat siswa mempunyai kesempata untuk belajar secara mandiri. Model bahan ajar ini mengambil ceritacerita di sekitar lingkungan siswa. Cerita yang diambil merupakan cerita rakyat di sekitar Ogan Ilir dan Sumatera Selatan. Cerita ini diambil dari internet, buku dan majalah. Cerita-cerita tersebut merupakan cerita yang kntekstual. Peneliti mengamati cerita-cerita yang ada pada buku teks sebagian besar erita dri daerah Jawa. Siswa tidak mengenal verita dari daerahnya sendiri. Daerah Ogan Ilir kaya dengan cerita-cerita rakyat. Buku siswa yang dibuat peneliti ini selain sebagai
11
bahan ajar juga hendak megenalkan pada siswa tentang cerita dari daerahnya sendiri. Hal ini diharapkan siswa dapat mengapresiasisastra daerahnya. Desain produk berupa model bahan ajarsebelum dilakukan uji coba terlebih dahulu dilakukan validasi oleh dua orang ahli, yaitu ahli di bidang pengjaran dan ahli di bidang sastra. Berdasarkan hasil validasi peneliti melakukn revisi ini menghasilkan prototype pertama. Selanjutnya dari perhitungan koefisen realibilitas dengan menggunakan rumus koefisen alpha diperoleh koefisen reabilitas = 0,72 karena r n=0,72 lebih besar dari0,70, maka tes hasil belajar bentuk uraian yang menyajikan butir soal dan diikuti oleh 20 orang siswa tersebut sudah memiliki reliabilitas tes yang tinggireliabilitas. Pada saat dilakukan uji coba terbatas peneliti juga meminta seorang guru sebagai seorang observer untuk mengamati kegiatan belajar-mengajar. Observer tersebut yaitu Ibu Rogaya guru SDN 13 Indralaya, beliau menyarankan agar waktu yang digunakan sebaiknya empat jam peajaran kurang cukup melakukan aktivitas siswa. Setelah dilakukan perhitungan hasil uji coba terbatas dan saran-saran dari observer maka peneliti melakukan revisi dengna mengubah alokasi jumlah jam. Mengajar menjadi empat jam pelajaran, Revisi pada hasil uji coba terbatas merupakan revisi kedua. Hasil dari revisi ini diperoleh prototype ketiga. Pada saat dilakukan uji coba lebih luas peneliti juga meminta seorang guru sebagai observer untuk mengamati kegiatan belajar mengajar. Observer tersebut
12
yaitu ibu Rustuti guru SDN 16 Indralaya. Beliau menyarankan agar huruf pada kartu paragraph yang dunakan untuk media pengajaran diperbesar. Setelah dilakukan penghitungan hasil uji coba lebih luas dan saran-saran dari observer maka peneliti melakukan revisi dengan mengubah tulisan pada kartu paragraph sehingga tulisan pada media hurufnya diperbesar. Revisi pada hasil uji coba lebih luas merupakan revisi ketiga. Hasil dari revisi ini diperoleh prototype keempat. Pada saat dilakukan uji keterampilan peneliti juga meminta seoang guru sebagai observer untuk mengamati kegiatan belajar-mengajar. Observer tersebut yaitu Ibu Harti Roewaningsh guru SDN 08 Indralaya. Beliau menyatakan bahwa siswa-siswa sangat antusia membaca cerita pad buku produk pengembangan karena cerita tersebut ada di lingkungan sekitar siswa. Bliau enyarankn agar tidak hanya tiga cerita yang dibagikan kepada siswa tapi sepuluh cerita yng ada pada prduk pengembangn diberikan pada siswa sebagai tambahan bacaan. Setelah melakukan ftocopi cerita dan membagikan kesepuluh cerita tersebut pada siswa, peneliti merevisi hasil uji roduk terakhir sebagai model final yang siap digunakan sebagai buku sswa di sekolah. Berdasarkan tiga kali uji coba yang dilakukan dengan menghitung perbandingan antara t hitung dengan tabl maka dapat dinytakan bahwa produk model bahan ajar berupa buku siswa dapat dipakai sebagai pengembangan model bahan ajar karena sudah sesuai dengan prinsip pengembangan model bahan ajar (Bandoo, 2009) yang perkuat pemahamana, umpan balik yang positif, motivasi belajar yang tinggi, serta mendorong peserta didik untuk mencapai tujuan.
13
Selain itu model bahan ajar in juga bermanfaat bagi guru berupa penyediaan bahan ajar yang sesuai dengan kurikulum, tidak selalu tergantung pada buku teks, memperkaya referensi dan membangun komunikasi pembelajaran yang efektif. Model bahan ajar ini juga bermanfaa bagi siswa karena kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik dengan menggunakan berbagai teknik pembelajaran. Kesempatan untuk belajar mndiri, meskipun mendapat kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang harus dikuasai. Berdasarkan penelitian dan pengembangan produk model bahan ajar maka dapat disimpulkan bahwa model bahan ajar membaca teks cerita ini dapt dipakai di sekolah sebagai pengembangan model bahan ajar.
KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Penelitian ini telah menghasilkan suatu produk model
bahan ajar
membaca teks cerita dengan pokok bahasan menemukan pikiran pokok teks agar panjang dengan dengan cara membaca sekilas berupa buku siswa lengkap dengan tes hasil belajar. Berdasarkan hasil penelitian terhadap model bahan ajar, maka diperoleh berupa hal ang dapat disimpulkan sebagai hasil penelitian ini Pertana, model bahan ajar membaca teks cerita ini telah dikembangkan dalam penelitian yang sudah diuji validasi oleh dua orang validator yang menyatakan bahwa model bahan ajar ini layak untuk dipakai. Kedua, model bahan ajar disusun dengan prinsip pengembangan model bahan ajar yang memperkuat pemahaman, umpan balik yang psitif, motivasi
14
belajar yang tinggi, serta mendorong peserta didik untuk mencapai tujuan. Selain itu model bahan ajar ini juga bermanfaat bagi guru berupa penyediaan bahan ajar yang sesuai kurikulum, tidak selalu tergabtung pada buku teks, memperkaya referensi dan membangun komunikasi pembelajaran yang efektif. Model bahan ajar ini juga bermanfaat bagi siswa karena kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik dengan menggunakan berbgai teknik pembelajaran, kesempatan untuk belajar mandiri, mendapat kemudahan dalm mempelajari setiap kompetensi yang harus dikuasai. Model bahan ajar berisi cerita yang kontekstua. Ketiga, model bahan ajar membaca teks cerita yang telah dikembangkan dalam penelitin ini telah diuji kebenaran atau kepalsuan hipotesisi nihil yang menyatakan bahwa antara niali pretes dan nilai postes terdapat perbedaan yang signifikan melalui tes 1. Tes ini diberlakukan pada uji coba terbatas, uji coba lebih luas dan uji keterterapan. Msing-masing uji coba dilakukan dengan tiga cerita yang sama. Nilai yang diambil dari masing-masing uji tersebut yaitu nilai pretes dan niai postes. Setiap melakukan uji coba peneliti melakukan revisi-revisi untuk menghasilkan prototype selanjutnya. Revisi dilakukan berdasarkan hasil proses pembelajaran dan saran-saran dari observer. Keempat, soal tes hasil belajar juga telah diuji validasi dan realiilitasnya berdasarkan hasil uji coba validasi dan reliabilitas diketahui bahwa kalimat soal yang digunakan sudah valid dan reliable. Berdasarkan penelitian dan pengembangan produk model bahan ajar maka dapat disimpulkan bahwa model bahan ajar membaca teks cerita ini secara signifikan dapat dipakai di sekolah sebagai pengembangan model bahan ajar.
15
B. SARAN Pengembangan model bahan ajar membaca teks cerita di kelas IV SDN 8 Indralaya Ogan Ilir yang penerapannya terfokus pada menemukan pikiran poko teks cerita agak panjang dengan cara membaca sekilas sebelum sempurna masih terdapat kekurangan secara isi materi maupun teksni, sehingga diharapkan ada pengembangan lebih lanjut untuk menyempurnakan penelitian ini. Peneliti dalam laporan penelitian ini memberikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Siswa seharusnya dibiasakan belajar secara mandiri dalam situasi yang menyenangkan agar proses pembelajaran dapat mencapai hasil yang diharapkan, 2. Guru seharusnya menyiapkan model bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik siswa, 3. Guru eharusnya menggunakan berbagai teknik pembelajaran sehingga tidak membosankan siswa. 4. Guru seharusnya membiasakan diri membuat sendiri model bahan ajar untuk melatih kemampuan menbuat karya tulis yang juga merupakan salah satu kemampuan guru dalam mencapai angka kredit maupun mencapai kompetensi pedagogic. 5. Sekolah seharusnya memerikan dukungan pada guru untuk membuat model bahan ajar.
16
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini,2006. Prosedur Penelitian suatu pendekatan Prakti, Jakarta: Rineka Cipta. Bandono,2009, “Pengembangn Bahan Ajar”, Http://bandono.web.id. Diakses 12 Januari 2010. Berlian, Saudi,2003, Mengenal Seni Budaya Ogan Komering Ilir, Kayuagung: Pemerintah Kabupaten OKI. ----------, 2003. Ogan Komering Ilir dalam Lintasan Sejarah, Kayuagung: Pemerintah Kabupaten OKI. Borg, W.R, And Gall, M.D. 1983. Education Research an Inroduction. London: Longman, Inc. Nurgiantoro, Burhan, 1988, Penlaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra, Yogyakarta: BPEE.
17