INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI
PENGEMBANGAN MODEL AGRIWISATA DI SMK BERBASIS PERTANIAN DALAM MENDUKUNG EKONOMI KREATIF MASYARAKAT PEDESAAN
LAPORAN EKSPLORASI
Tim peneliti: Yufridawati Agus Amin Sulistiono Sujatmiko Meni Handayani Effi Heriyati
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN JAKARTA, 2012
1
DAFTAR ISI hal
BAB I
PENDAHULUAN
1
A.
Latar Belakang
1
B.
Tujuan
2
C.
Ruang Lingkup
2
D.
Tahapan Pelaksanaan Kegiatan
2
BAB II
METODOLOGI
3
A.
Lokasi
3
B.
Teknik Pengumpulan Data
3
C.
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
4
BAB III
HASIL EKSPLORASI
5
A.
Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Geografis 2. Potensi Wilayah
5
B.
Kajian Laporan 1. Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA) 2. Sekolah Negeri 1 Cikampek
22
BAB IV
SIMPULAN DAN TINDAK LANJUT
46
A.
Simpulan
46
B.
Saran
47
C.
Tindak Lanjut
48
DAFTAR PUSTAKA
48
i
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan spektrum keahlian pendidikan menengah kejuruan, terdapat program studi (prodi) keahlian Agribisnis Produksi Tanaman dalam kaitannya dengan bidang pertanian. Prodi tersebut memiliki kompetensi keahlian agribisnis pembibitan dan kultur jaringan serta agribisnis tanaman perkebunan maupun agribisinis tanaman pangan dan hortikultura. Dengan memberikan kompetensi keahlian agribisnis tanaman pangan dan holtikultural diharapkan Sekolah Menengah Kejuruan dapat mencetak tenaga terampil, berkarakter, berkinerja tinggi dan berwirausaha di bidang agribisnis tanaman pangan, sehingga dapat menjadi tenaga yang siap pakai dan nantinya dapat langsung terjun di dunia industri pangan.
Namun masalahnya sampai sejauh ini, prodi keahlian agribisnis produksi tanaman yang ada di SMK berbasis pertanian belum memiliki pengembangan kompetensi keahlian ke arah agrowisata. Kondisi ini terungkap dalam hasil penelitian hibah tahun 2011 tentang Pengembangan Pendidikan SMK Sesuai Potensi Wilayah Pertanian.
Di Indonesia, agrowisata merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan usaha pertanian (agro) sebagai objek wisata. Tujuannya adalah untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian. Melalui pengembangan agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam memanfaatkan lahan, diharapkan bisa meningkatkan pendapatan petani sambil melestarikan sumber daya lahan, serta memelihara
budaya
maupun
teknologi
lokal
(indigenous
knowledge)
(http://database.deptan.go.id).
Dalam mendukung peluang usaha agro (agribisnis) sebagai objek wisata dan meningkatkan kualitas serta mengembangkan kompetensi lulusan SMK berbasis pertanian, maka diperlukan pengembangan kompetensi keahlian yang memberikan dimensi baru dalam spektrum SMK. Hal tersebut dilakukan dengan harapan agar melalui dimensi baru tersebut para siswa SMK dapat memiliki kompetensi untuk mengelola lahan pertanian terbatas, atau mengelola lahan potensial menjadi lahan pertanian faktual yang dapat memberikan nilai tambah secara ekonomi. 1
B. Tujuan Tujuan umum eksplorasi ini adalah mengumpulkan data dan informasi awal sebagai bahan penyusunan disain penelitian. Sedangkan secara khusus studi eksplorasi ini dimaksudkan untuk mencari data dan informasi mengenai beberapa hal berikut. 1. Teori yang terkait dengan konsep agrowisata, ekonomi kreatif dan
masyarakat
pedesaan 2. Kebijakan yang berhubungan dengan pendidikan kejuruan 3. Penerapan pembelajaran program studi keahlian Agribisnis Produksi Tanaman di SMK berbasis pertanian 4. Kondisi dan potensi sumber daya lokal yang dapat mendukung ekonomi kreatif masyarakat pedesaan dalam kaitannya dengan agrowisata tanama pangan dan holtikultural
C. Ruang Lingkup Lingkup kegiatan ini difokuskan pada jenjang SMK berbasis pertanian yang berkaitan langsung dengan prodi keahlian Agribisnis Produksi Tanaman, khususnya tanaman pangan dan holtikultural. Kegiatan ini dibatasi untuk mendapatkan informasi dan data tentang pembelajaran prodi keahlian Agribisnis Produksi Tanaman SMKN (di bawah kewenangan Kemdikbud) dan SPMA (dibawah kewenangan Kementerian Pertanian) di daerah kabupaten Karawang karena daerah ini merupakan salah satu daerah penghasil padi terbaik di Indonesia.
D. Hasil Yang Diharapkan Hasil kegiatan eksplorasi ini diharapkan berupa terkumpulnya teori, kebijakan yang terkait dengan pendidikan kejuruan. Selain itu, untuk mendapatkan data dan informasi mengenai pembelajaran program studi keahlian Agribisnis Produksi Tanaman di SMK berbasis pertanian. Selanjutnya studi ini diharapkan dapat
mengetahui kondisi dan
potensi sumber daya lokal yang mendukung ekonomi kreatif masyarakat pedesaan, dalam kaitannya dengan kompetensi keahlian agribisinis tanaman pangan dan hortikultura. Data dan informasi tersebut akan digunakan untuk merancang kegiatan ini (disain penelitian tersebut).
2
BAB II METODOLOGI
A. Lokasi Penelitian ini memilih studi kasus sebagai penentuan lokasi penelitian. Sampel lokasi penelitian ini adalah di kabupaten Karawang sebagai salah satu penghasil tanaman pangan (padi) di Indonesia. Pada sampel lokasi dipilih dua SMK yang berbasis pertanian yaitu SMKN dan SPMA (Sekolah Pertanian Menengah Atas). SMK berbasis pertanian tersebut dipilih berdasarkan kriteria telah: (i) memiliki prodi keahlian agribisinis tanaman pangan dan hortikultura; (ii) bekerjasama dengan pengusaha yang bergerak di bidang pertanian.
B. Teknik Pengumpulan Data Kegiatan eksplorasi ini dimaksudkan untuk: (i) terkumpulnya teori, kebijakan yang terkait dengan pendidikan kejuruan;
(ii) mendapatkan data dan informasi mengenai
pembelajaran program studi keahlian Agribisnis Produksi Tanaman di SMK berbasis pertanian; (iii) mengetahui kondisi dan potensi sumber daya lokal yang mendukung ekonomi kreatif masyarakat pedesaan, dalam kaitannya dengan kompetensi keahlian agribisinis tanaman pangan dan hortikultura.
Untuk mencapai tujuan pertama dilakukan studi dokumen, sedangkan tujuan ke dua dan ke tiga digunakan studi lapangan melalai metode/pendekatan kualitatif. Metode kualitatif adalah metode penelitian yang menggunakan deskripsi dan kategori dalam wujud katakata. Metode kualitatif berkembang mengikuti suatu dalil sebagai proses yang tidak pernah berhenti. Ia berkembang dari proses pencarian dan penangkapan makna yang diberikan oleh suatu realitas dan fenomena sosial (Gumilar R.S, 2005).
Studi lapangan dilakukan pada dua sekolah kejuruan yaitu SMKN 1 Cikampek dan SPMA di kabupaten Karawang yang berkualitas baik di bidang pertanian berdasarkan informasi dari pihak Dinas Pendidikan setempat. Data dan informasi terkait dengan tujuan kedua diperoleh dari pihak sekolah dalam hal ini kepala sekolah (1 orang), kepala program produktif agribisnis tanaman pangan dan holtikultural (1 orang) dan satu orang unsur dunia usaha dunia industri (yang telah bekerjasama selama ini dengan SMK sampel). Sedangkan untuk mendapat informasi yang terkait dnegan tujuan ke tiga diperoleh dari pihak Dinas Pertanian setempat. 3
Instrumen yang digunakan untuk mendapatkan tujuan pertama adalah lembar/daftar dokumentasi. Sedangkan untuk mencapai tujuan ke dua dan ke tiga digunakan pedoman wawancara karena data dan informasi yang diperoleh dilakukan melalalui wawancara dan observasi.
C. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Studi eksplorasi ini dilakukan melalui pendekatan kualitatif, Data penelitian kualitatif berbentuk deskriptif berupa kata-kata lisan atau tulisan tentang tingkah laku manusia yang dapat diamati (Taylor dan Bogdan, 1984). Oleh karena itu, informasi yang diperoleh dari studi eksplorasi ini yang terkait dengan tujuan ke dua dan ke tiga diolah secara kualitatif. Dalam penelitian kualitiatif data diolah melalui tahapan kategorisasi data, reduksi data, penyajian data maupun penarikan kesimpulan dan verifikasi. Reduksi data dimaksudkan untuk merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari pola dari informasi yang diperoleh dan membuang informasi yang tidak perlu. Melalui penyajian data, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan sehingga mudah dipahami. Proses penarikan kesimpulan dan verifikasi dilakukan untuk menemukan bukti-bukti yang kuat sampai diperolehnya kesimpulan yang kredibel.
Penelitian kualitatif, merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan deskriptif analitis, yaitu apa yang dinyatakan oleh sasaran penelitian yang bersangkutan secara tertulis atau lisan, dan perilaku nyata, di mana yang diteliti dan dipelajari adalah obyek penelitian yang utuh. Selanjutnya dalam analisisnya, penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses induktif serta analisis terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang diamanati dengan menggunakan logika ilmiah.
4
BAB III HASIL EKSPLORASI
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Geografis Wilayah Kabupaten Karawang secara geografis terletak antara 1070 02’-1070 40’ BT dan 5 0 56’-60 34’ LS. Kabupaten ini termasuk daerah dataran yang relatif rendah dengan sebagian kecil dataran tinggi terutapa di daerah perbukitan/pasir. Kabupaten iKarawang memiliki variasi ketinggian wilayah antara 0-1.279 meter di atas permukaan laut dengan kemiringan wilayah
0-20, 2-150, 15-400, dan diatas 400
dengan suhu rata-rata 270 C. Kabupaten Kawarang yang merupakan daerah dataran rendah pada bagian utara dengan ketinggian yang relatif rendah (25 m dpl) mencakup Kecamatan Pakisjaya, Batujaya, Tirtajaya, Pedes, Rengasdengklok, Kutawaluya, Tempuran, Cilamaya, Rawamerta, Telagasari, Lemahabang, Jatisari, Klari, Karawang, Tirtamulya, sebagian Telukjambe, Jayakerta, Majalaya, sebagian Cikampek dan sebagian Ciampel. Pada bagian selatan dataran rendah memiliki ketinggian antara 26 – 1.200 dpl. Sementaran Daerah perbukitan meliputi antara lain : Gunung Pamoyanan, Dindingsari, Golosur, Jayanti, Godongan, Rungking, Gadung, Kuta, Tonjong, Seureuh, Sinalonggong, Lanjung dan Gunung Sanggabuana. Terdapat pula Pasir Gabus, Cielus, Tonjong dengan ketinggian bervariasi antara 300-1.200 m dpl dan tersebar di Kecamatan Tegalwaru, sebagian kecil Kecamatan Pangkalan dan Kecamatan Ciampel. Di pantai utara Kabupaten Karawang tertutup pasir, pantai ini merupakan batuan sedimen yang dibentuk oleh bahan–bahan lepas, terutama endapan laut dan aluvium vulkanik. Di bagian tengah ditempati oleh perbukitan terutama dibentuk oleh batuan sedimen, sedangkan dibagian selatan terletak Gunung Sanggabuana dengan ketinggian ± 1.291 m dpl, yang mengandung endapan vulkanik. Kabupaten Karawang juga dilalui oleh beberapa sungai yang bermuara di Laut Jawa. Sungai Citarum merupakan pemisah antara Kabupaten Karawang dengan Kabupaten 5
Bekasi, sedangkan sungai Cilamaya merupakan batas wilayah dengan Kabupaten Subang. Selain sungai, terdapat 3 buah saluran irigasi yang besar, yaitu Saluran Induk Tarum Utara, Saluran Induk Tarum Tengah, dan Saluran Induk Tarum Barat yang dimanfaatkan untuk pengairan sawah, tambak dan pembangkit tenaga listrik. Luas wilayah Kabupaten Karawang adalah 1.753,27 Km2 atau 175.327 Ha, luas tersebut merupakan 3,73 % dari luas Provinsi Jawa Barat dan memiliki laut seluas 4 Mil x 84,23 Km, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara
: Berbatasan dengan Laut Jawa
Sebelah Timur
: Berbatasan dengan Kabupaten Subang
Sebelah Tenggara
: Berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta
Sebelah Selatan
: Berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Cianjur
Sebelah Barat
: Berbatasan dengan Kabupaten Bekasi
2. Potensi Wilayah a. Potensi sumber daya manusia Secara absolut telah terjadi kenaikan nilai PDRB atas dasar harga berlaku yang cukup berarti, yaitu dari Rp 25.654 milyar pada tahun 2005, kemudian tahun 2006 mencapai Rp 31.348 milyar, pada akhir tahun 2007 sudah mencapai Rp 36.130 milyar, pada tahun 2008 mencapai Rp 42,445 milyar, sedangkan pada tahun 2009 mencapai Rp 47,225 milyar*. Pada tahun 2010 diperkirakan PDRB atas dasar harga berlaku mencapai Rp 53,511 milyar*. Diharapkan keadaan tersebut dapat terus dipertahankan, sehingga pada akhirnya diharapkan semakin besar pula nilai PDRB perkapita yang dapat dinikmati oleh masyarakat Karawang. Sementara itu kontribusi sektoral masih tetap didominasi oleh tiga sektor, yaitu sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor pertanian. Masuknya sub sektor minyak dan gas bumi menjadikan sektor pertambangan dan penggalian menempati posisi sektor terbesar kelima dalam kontribusi terhadap PDRB Karawang. Pada tahun 2010 diperkirakan PDRB atas dasar harga konstan mencapai Rp. 20,359 milyar dan PDRB atas dasar harga berlaku mencapai Rp. 53,511
milyar.
Sedangkan
laju
pertumbuhan
ekonomi
(LPE)
dengan
memperhitungkan kontribusi sektor migas diperikirakan mencapai angka 5,82 % dengan tingkat inflasi sebesar 7,73 %. (*=angka sangat sementara).
6
Pada tahun 2010 jumlah penduduk bekerja berdasarkan lapangan usaha sebanyak 861.711* orang. Dari jumlah tersebut, sebesar 244.480* orang atau sekitar 28,37 %* bekerja pada lapangan usaha pertanian dan perikanan. Pada lapangan usaha perdagangan memberikan kontribusi dalam penyerapan tenaga kerja sebesar 196.037* orang atau sekitar 22,75%*. Sedangkan pada lapangan usaha industri menyerap tenaga kerja sebesar 208.781* orang atau sekitar 24,23%. (*=angka sementara).
Komposisi Penduduk Kabupaten Karawang Menurut Lapangan Usaha Tahun 2006-2010
No.
Tahun
Lapangan Usaha 2006
2007
2008
2009
2010*
1.
Pertanian dan Perikanan
258.047
245.642
259.579
261.770 244.480
2.
Perdagangan
174.872
164.875
178.089
235.592 196.037
3.
Industri
125.539
154.331
160.577
177.514 208.781
Seluruh Lapangan Usaha
728.657
761.164
795.070
896.640 861.711
Sumber : BPS Kabupaten Karawang Keterangan : *) = angka sangat sementara
Sedangkan data jumlah pencari kerja Yang Terdaftar Menurut Tingkat Pendidikan per Bulan Tahun 2010 adalah sebagai berikut.
BULAN/Month Tidak Tamat SD/ Ungraduated
SD
SLTP
SLTA SARMUD SARJANA
Primary School
Junior High School
Senior High Diploma University School
DESEMBER’09
-
448
353
937
JANUARI
4
369
660
1.278 54
42
FEBRUARI
-
300
543
893
30
32
MARET
-
341
660
1.001 38
41
APRIL
-
233
-
136
-
118
1
17
7
MEI
1
232
147
1.932 7
22
JUNI
-
256
158
852
-
JULI
1
636
436
1.787 19
16
AGUSTUS
-
491
511
979
36
SEPTEMBER
-
1.011
1.395
2.039 719
312
OKTOBER
-
508
700
1.379 408
376
NOVEMBER
-
352
1.218
2.087 2.976
2.113
DESEMBER
-
288
430
1.027 118
17
1
25
Sumber: Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Karawang Source : Manpowerand Transmigration Office of K e Karawang Regency t erangan: Dikutip dari Tabel 03.14 Buku Kabupaten Karawang Dalam Angka Tahun 2010. b. Potensi alam Kabupaten Karawang merupakan daerah lumbung padi Jawa Barat dan salah satu daerah yang dapat memberikan kontribusi kebutuhan beras nasional yang setiap tahunnya rata-rata mencapai ± 1.350.000 ton beras/tahun. 1) Potensi tanaman padi : a) Luas lahan sawah : 97.529 Ha - Sawah pengairan teknis
: 85.513 Ha
- Sawah setengah teknis
: 4.009 Ha
- Sawah pengairan sederhana
: 3.620 Ha
- Sawah tadah hujan
: 3.952 Ha
- Sawah irigasi desa/non PU
:
435 Ha
b) Luas pemanfaatan lahan sawah sebagai berikut : - Ditanami padi 2 kali satu tahun
: 91.317 Ha
- Ditanami padi 3 kali satu tahun
: 4.438 Ha
- Ditanami padi 1 kali setahun
: 1.717 Ha
- Sementara tidak diusahakan
:
57 Ha 8
Pada tahun 2010 produksi padi mencapai 1.376.702 ton GKP yang terdiri dari produksi padi sawah 1.364.924 ton GKP dan produksi padi gogo 11.778 ton GKP. Luas panen padi sawah mencapai 194.850 Ha dengan produktivitas 70,05 kwintal GKP/Ha dan luas panen padi gogo mencapai 3.141 Ha dengan produktivitas 37,50 kwintal GKP/Ha.
2) Potensi Palawija dan Hortikultura Palawija yang ditanam antara lain: kedelai, kacang tanah, kacang hijau, jagung, ketela pohon dan ubi. Pada tahun 2010 luas panen kedelai mencapai 260 Ha dengan produktivitas 13,12 kwintal biji kering/Ha dan luas panen kedelai muda 614 Ha dengan produktivitas 81 kwintal berangkasan/Ha, sedangkan luas panen kacang hijau 902 Ha dengan produktivitas 11,10 Kw/Ha, produksi jagung sebesar 7.742 Ton pipilan kering dengan luas panen 1.345 Ha dan produktivitas 57,56 Kw pipilan kering/Ha, produksi jagung muda 4.973 Ton tongkol dan produktivitas 75,15 Kw tongkol/Ha, ketela pohon 7.059 ton dengan luas panen 362 Ha dan produktivitas 195 Kw/Ha, ubi jalar 352 ton dengan luas panen 22 Ha dan produktivitas 160 Kw/Ha. Sedangkan tanaman hortikultura yang dibudidayakan antara lain: jamur merang, kacang panjang, mentimun, terong, caisin, kangkung, bayam dan cabe merah/rawit, petsai dan mentimun. Jamur merang merupakan komoditas yang dijadikan prioritas
unggulan
lokal sehingga
berbagai upaya
dalam
pengembangan komoditas ini senantiasa dilakukan secara terintegrasi. Pada tahun 2010 produksi jamur merang mencapai 5.252 Ton dengan produktivitas 2,1 Kw/kubung. Terjadi penurunan produksi sebesar 258 ton atau 4,68% dibandingkan tahun 2009. Jumlah kubung tahun 2010 yang berproduksi juga mengalami penurunan dari 2.624 kubung menjadi 2.501 kubung. Jumlah total kubung mencapai 2.501 Dari sisi pemasaran ada kenaikan harga jual jamur dari Rp. 12.000/kg menjadi Rp. 14.000/kg. Kabupaten Karawang merupakan lumbung padi Jawa Barat dan salah satu daerah yang dapat memberikan kontribusi kebutuhan beras nasional setiap tahunnya mencapai 600.000 ton/tahun.
9
Jenis Komoditas dan Luas Tanam Tanaman Padi Sawah, Palawija, dan Hortikultura Kab. Karawang Tahun 2006-2010 (Ton)
No.
Tahun
Uraian 2006
1.
Padi Sawah
2.
Kedelai
3.S 4.u m b 5.e 6.r
Kacang Hijau
2007
2008
2009
2010
187.161 197.377 191.261 193.375 197.630 340
400
432
770
874
1.239
502
521
1.388
902
Jagung pipilan kering
619
1.756
2.379
1.765
1.345
Ketela Pohon
550
632
608
842
362
42
43
48
39
22
Ubi Jalar
: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Karawang Jenis Komoditas dan Produktivitas Tanaman Padi Sawah, Palawija, dan Hortikultura Kab. Karawang Tahun 2006-2010 (Kw/Ha)
No.
Tahun
Uraian 2006
2007
2008
2009
2010
1.
Padi Sawah
64,35
62,16
65,05
70,25
70,05
2.
Kedelai
11,92
11,94
12,46
14,43
13,12
3.
Kacang Hijau
9,20
9,28
9,51
9,50
11,10
4.
Jagung pipilan kering
43,72
43,72
48,85
52,49
57,56
5.
Ketela Pohon
214,99
191,32
223,48
195
195
6.
Ubi Jalar
85,14
155,35
156,46
155
160
Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Karawang c. Ekonomi Beberapa isu strategis pembangunan pertanian di Kabupaten Karawang antara lain : 1) Peningkatan
produksi
dan
produktivitas
komoditi
pertanian
untuk
menciptakan kemandirian pangan. 10
Meningkatkan
kinerja
sektor
pertanian dalam
rangka
menciptakan
kemandirian pangan adalah upaya maksimal meningkatkan kinerja tanaman pangan, meskipun jenis komoditas lain seperti perkebunan dan kehutanan tidak pula boleh diabaikan. Hal ini disadari betul oleh segenap stakeholder, sehingga dalam RPJMD
Tahun 2011-2015 sektor pertanian diletakkan
sebagai salah satu prioritas utama dalam pembangunan ekonomi makro disamping sektor industri, perdagangan dan jasa. Dengan asumsi kebutuhan beras perkapita pertahun adalah 135 Kg, dan konversi dari gabah kering pungut (GKP) menjadi beras adalah 58 %, maka marketable surplus beras selama 5 (lima) tahun dapat disajikan pada table dibawah ini.
MARKETABEL SURPLUS 2005 – 2009
TAHUN
JUMLAH PENDUDUK
KEBUTUHAN PRODUKSI SURPLUS BERAS (TON) BERAS (TON) BERAS (TON)
2005
1.971.463
266.147
689.693
423.546
2006
2.009.647
271.302
699.510
428.208
2007
2.055.469
277.488
714.195
436.707
2008
2.094.408
282.745
727.968
445.223
2009
2.133.992
288.089
790.166
502.077
2) Peningkatan Nilai Tambah dan Daya Saing. Peningkatan nilai tambah dan daya saing difokuskan pada peningkatan kualitas produk olahan untuk mendukung daya saing yang berbasis sumber daya local. Kegiatan merupakan rintisan yang diharapkan mampu meningkatkan nilai tambah komoditi jamur merang.
3) Pemanfaatan Sumber Daya lahan Berkelanjutan. Kondisi kesuburan lahan sawah di Kabupaten Karawang sudah mencapai titik jenuh (leveling off), hal ini diatandai oleh pelandaian produktivitas padi sawah. Struktur tanah semakin massif akibat penerapan pupuk kimia dalam
11
jangka waktu lama, disamping itu banyak petani menggunakan pupuk urea secara berlebihan sehibgga keseimbangan penggunaan pupuk kurang tepelihara. Untuk dapat meningkatkan produktivitas tanaman serta meningkatkan kesuburan tanah maka diterapkan teknologi pertanian organic yang ramah lingkungan, pengendalian hama secara terpadu serta teknologi konservasi sumber daya lahan.
4) Optimalisasi penggunaan sumber daya lahan. Salah satu terobosan untuk mengoptimalkan sumber daya lahan adalah melalui peningkatan indeks pertanaman (IP) sebesar 0,37% per tahun.
5) Peningkatan Kesejahteraan Petani. Unsur penting yang berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan petani adalah tingkat pendapatan petani, meskipun tidak selalu berkorelasi meningkatkan kesejahteraan.
Tingkat
kesejahteraan
Petani
tergantung
pada
nilai
pengeluaran petani. Nilai pendapatan petani ditentukan oleh volume produksi yang dihasilkan serta harga jual. Dalam hal harga jual (terutana gabah) seringkali tidak selalu berpihak pada petani. Untuk itu perlu ditingkatkan kualitas dan kuantitas produk agar mampu meningkatkan posisi tawar petani.
HASIL KEGIATAN DINAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN SELAMA 5 TAHUN TERAKHIR NO 1.
2.
PROGRAM Peningkatan Kesejahteraan Petani -
Pengembangan janur merang
-
Pembinaan PUAP dan LM3
HASIL KEGIATAN Terbangunnya 25 kubung jamur merang ........................
Peningkatan Ketahanan Pangan : -
Penerapan metode SRI
-
Pengendalian OPT
- Penerapan metode SRI pada lahan seluas 1360 Ha pada 6 Kecamatan - Monitoring perkembangan OPT tiap bulan 12
-
-
-
3
Pengelolaan Lahan dan Air
Peningkatan sarana dan prasarana
- Pembangunan jalan sepanjang 3 km, perbaikan Jitut di 28 kecamatan seluas 3.350 Ha dan Jides 750 Ha, irigasi tanah dangkal. - Optimalisasi lahan di Tempuran 30 ha dan 50 ha di Telagasari, reklamasi di Cariumulya 25 ha, bantuan uang muka alsin, 3 unit sumur resapan di Pangkalan -
Pelatihan PTT 50 orang dan TOT SL 25 orang, perluasan tanaman kedele 348 ha, padi hibrida 225 ha.
-
Bantuan benih padi non hibrida seluas 7500 ha dan 1000 ha padi hibrida di 30 kecamatan
-
Tertanganinya pasca panen melalui 6 unit RMU, 34 unit power thresher.
Peningkatan produksi dan produktivitas
-
Bantuan benih dan bibit
-
Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil.
Rehabilitasi Hutan dan Lahan : -
Pembuatan Hutan Rakyat
7.258 Ha
-
Penanaman Mangrove
800 Ha
-
Sumur Resapan
185 unit
-
Dam Penahan
12 unit
-
Dam Pengendali
2 unit
-
Embung Air
5 unit
-
Perlindungan sumber mata air
5 unit
-
UPSA
10 Ha
-
Penghijauan Kota
5000 pohon
d. Potensi pendukung Kabupaten Karawang termasuk tipe iklim D dengan rata-rata curah hujan 163,50 mm/bulan dan jumlah hari hujan 6,97 / bulan. Rata-rata curah hujan dan hari hujan Tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel berikut. RATA-RATA CURAH HUJAN DAN RATA-RATA HARI HUJAN TAHUN 2009 DI KABUPATEN KARAWANG NO
BULAN
RATA-RATA
RATA-RATA 13
CURAH HUJAN HARI HUJAN (MM) (HH) 1
Januari
479,07
14,77
2
Pebruari
434,53
15,03
3
Maret
240,15
9,23
4
April
134,52
6,89
5
Mei
118,17
5,52
6
Juni
70,89
2,96
7
Juli
31,77
2,13
8
Agustus
4,0
1,0
9
September
45,22
2,91
10
Oktober
65,88
4,22
11
Nopember
175,85
9,67
12
Desember
169,03
10,36
163,84
6,97
Jumlah
Data Teknis Bidang Pertanian dan Sumberdaya Petani Sumber daya petani sangat menunjang terhadap keberhasilan pembangunan pertanian di Kabupaten Karawang, dimana 61,9% penduduk bergerak dibidang usaha pertanian dengan prosentase buruh tani sekitar 59,43%. Keberadaan kelompok tani cukup membantu dalam konsolidasi pengelolaan usaha pertanian, terutama dalam penyediaan sarana produksi dan pemasaran / kemitraan dengan pihak swasta. 1) Dalam konteks perekonomian daerah, pembangunan ekonomi yang berkualitas merupakan tantangan yang harus dicapai dalam rangka menyelesaikan masalah-masalah
kemiskinan,
kesenjangan
dan
pengangguran.
Laju
Pertumbuhan Ekonomi harus dapat mencapai titik terjadinya peningkatan produktifitas dan nilai tambah seluruh sektor, kenaikan pendapatan masyarakat pada tingkat yang layak dan kebutuhan lapangan kerja bagi penduduk. Isu pokok yang diangkat dalam misi tersebut adalah masih tingginya angka pengangguran yang berdasarkan data tahun 2007 sebesar 151.430 jiwa. Dengan kondisi sempitnya lapangan kerja di pedesaan, maka tingkat urbanisasi dan dibarengi migrasi penduduk masuk ke Kabupaten Karawang menjadi beban tersendiri. Sebagai daerah yang memiliki kawasan 14
industri, maka Karawang menjadi salah satu tujuan para pendatang dalam mencoba mengadu nasib. Berdasarkan data tahun 2008 terdapat jumlah pencari kerja yang mendaftar sebanyak 43.801 orang dengan lowongan kerja yang tersedia hanya sebesar 16.482 orang. Hal ini mengindikasikan bahwa kenaikan jumlah penduduk pencari kerja belum dibarengi pertumbuhan sektor formal dalam menciptakan kesempatan kerja baru. Di lain pihak, kemampuan angkatan kerja produktif pada sektor informal masih sangat terbatas sehingga belum mampu menjadikan dirinya sebagai pelaku ekonomi yang mandiri dan produktif. kebijakan pembangunan sektor industri di wilayah Karawang lebih memperhitungkan faktor keuntungan lokasi ketimbang faktor sumber daya lokal, sehingga menyebabkan arah perkembangan industri di Kabupaten Karawang bersifat foot loose industry dan padat modal. Di lain pihak, potensi sektor pertanian belum dikelola dalam suatu bentuk usaha tani dan masih bersifat subsisten. Konsep agribisnis dan agroindustri termasuk pola tata niaga pada sektor pertanian belum efektif berjalan. Penggunaan teknologi pertanian masih dalam skala rintisan. Oleh sebab itu isu pokok yang diangkat adalah terkait dengan faktor deminishing return scale pada sektor pertanian, maka peningkatan produksi dan produktifitas sumberdaya pertanian secara kontinuum dan kualitas yang baik sangat penting untuk menarik peluang pasar dan bahkan dalam jangka tertentu bagi pertumbuhan investasi pada sektor agribisnis dan agroindustri di Kabupaten Karawang.
2) Kondisi masih rendahnya tingkat pendidikan, penyediaan sarana dan prasarana belajar yang terstandar juga persoalan mutu pendidik dan peserta didik merupakan isu pokok upaya pencapaian misi peningkatan kuantitas dan kualitas pendidikan. Berdasarkan data, angka rata-rata lama sekolah baru mencapai 7,54 tahun atau lulusan SD, jumlah prasarana sekolah, pada jenjang SD masih terdapat sisa 326 lokal ruang kelas dengan kategori rusak berat termasuk kondisi sarana penunjang lainnya yang masih belum memadai. Sedangkan, terkait mutu pendidikan, berdasarkan data rata-rata kategori sekolah di Kabupaten Karawang masih dalam kategori sekolah berstandar pelayanan minimal. Untuk kategori Sekolah Berstandar Nasional
15
(SBN) pada jenjang SD baru sebanyak 30 unit, SMP sebanyak 2 unit dan SMA 10 unit ditambah 1 unit merupakan Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI). Kondisi mutu pendidikan juga dipengaruhi oleh kualitas guru dimana berdasarkan data untuk guru SD sekitar 69 persen masih berpendidikan D II. Masalah buta huruf dapat dikatakan telah tuntas ditandai dengan capaian AMH sebesar 91,6 persen sehingga tahun 2010 lebih diarahkan pada upaya pelestarian melek aksara. Tantangan dalam bidang pendidikan pada tahun 2011, masih dalam tataran proses penyelenggaraan pelayanan pendidikan kepada seluruh masyarakat secara terjangkau dan bermutu yang didukung oleh ketersediaan sarana dan prasarana, tenaga pendidik dan kependidikan dalam jumlah dan kualitas yang memadai serta kurikulum dan bahan ajar yang relevan dalam suatu tata kelola pendidikan yang akuntabel.
3) Pembangunan bidang kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, meningkatkan kualitas hidup, mengurangi angka kematian bayi dan ibu melahirkan melalui peningkatan pelayanan kesehatan yang memadai dan mampu menjangkau seluruh wilayah Kabupaten Karawang. Masalah yang dihadapi adalah masih terdapatnya penyakit berbasis lingkungan seperti ISPA, diare dan demam berdarah yang disebabkan perilaku dan budaya hidup yang belum sesuai dengan standar kesehatan. Akses terhadap sarana air bersih, terutama di wilayah pesisir pun masih sangat minim. Oleh sebab itu secara garis besar terdapat dua isu pokok yaitu pertama, intensitas dan penyebaran penyakit antara lain ISPA, DBD termasuk penyakit menular sexual yaitu HIV-AIDS. Kedua, masih rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang ditandai dengan masih minimnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan diri dan lingkungan, pola makan seimbang dan bergizi serta aktifitas olahraga. Selain itu pula keterbatasan sarana penunjang PHBS di wilayah pedesaan seperti MCK, tempat sampah, drainase lingkungan serta lapangan olahraga masyarakat
masih
menjadi
permasalahan
pembangunan
bidang
kesehatan.Tantangan bidang kesehatan selain terkait dengan penerapan
16
perilaku hidup bersih dan sehat juga terkait dengan ketersediaan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan masyarakat yang berkualitas.
4) Tujuan pembangunan adalah pengentasan kemiskinan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Kemiskinan masih menjadi isu strategis pada tahun 2010 dimana
berdasarkan data BPS Kabupaten
Karawang pada tahun 2008 diperoleh data keluarga miskin sebesar 615.485 jiwa atau 30,00 persen dari jumlah penduduk Karawang. Hasil perhitungan tingkat pendapatan rata-rata rumah tangga petani di Kabupaten Karawang memperlihatkan angka sebesar Rp. 4.290.600,- per tahun atau Rp. 11.918,per hari dan pada rumah tangga nelayan hanya sebesar Rp. 2.875.000,- atau Rp. 7.986,- per hari. Berdasarkan penetapan standar Bank Dunia tahun 2004, yaitu jika pendapatan per kapita < $1,08/ hari (dengan asumsi $1 = Rp. 9.000,-), maka termasuk dalam kategori batas garis kemiskinan. Untuk lebih memahami persoalan kemiskinan di Karawang, maka diperlukan pemahaman secara integratif pula, yang disebabkan sifat kemiskinan di Karawang tidak saja persoalan ekonomi semata melainkan permasalahan-permasalahan non ekonomi lainnya misalnya minimnya tingkat pendidikan, rendahnya perilaku sehat serta terbatasnya akses infrastruktur. Oleh sebab itu Tantangan terbesar penangulangan masalah sosial adalah bagaimana memberikan jaminan perlindungan sosial bagi penduduk miskin sehingga mereka dapat terlepas dari belenggu kemiskinan serta ekses lain yang ditimbulkannya seperti munculnya kelompok penyandang masalah sosial, kekerasan dalam rumah tangga serta masalah trafficking pada anak dan perempuan.
5) Perubahan tatanan penyelenggaraan pemerintahan dengan prinsip-prinsip good governance mensyaratkan budaya organisasi yang memiliki kemampuan adaptasi dan penyesuaian terhadap berbagai perubahan paradigma maupun regulasi. Pemerintah daerah sebagai regulator, harus mampu menciptakan iklim sosial yang aman, nyaman dan tertib serta iklim ekonomi yang kondusif. Dalam fungsi sebagai fasilitator, pemerintah daerah di masa depan harus mampu menyusun kerangka regulasi yang dapat mewadahi tumbuh berkembangnya budaya partisipasi baik oleh pemerintah, swasta dan 17
masyarakat itu sendiri. Sejalan dengan tuntutan penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang baik juga dihadapkan pada permasalahan mengenai SDM aparatur yang besar secara kuantitas namun rendah dalam kualitas serta jauh dari tingkat kesejahteraan. Oleh sebab itu tantangan strategis di masa depan adalah bagaimana pembangunan aparatur pemerintah mampu menghasilkan ketersediaan SDM aparatur yang secara kuantitas sesuai dengan kebutuhan organisasi dan secara kualitas memiliki kompetensi dan moralitas. Tantangan pemerintahan juga dihadapkan pada tuntutan pelayanan prima yang cepat, tanggap dan murah. Oleh juga diperlukan perubahan mekanisme kerja dari manual menuju otomatisasi (office otomation) antara lain pemanfaatan teknologi sistem informasi, e-procurement, e-goverment dan lain sebagainya. 6) Infrastruktur merupakan sarana pendukung bagi aktivitas manusia, sehingga infrastruktur merupakan salah satu elemen utama di dalam pembangunan wilayah. Infrastruktur fisik jaringan jalan yang berfungsi sebagai pembentuk struktur ruang, memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah maupun perkembangan aktifitas sosial masyarakat. Secara umum jaringan jalan status kabupaten terdiri dari 120 nomor ruas dengan panjang 854,70 km dan sekitar 47,69 persen kondisinya rusak berat dan 32,81 persen rusak ringan dan hanya 4,27 persen dalam kondisi baik. Hal ini memperlihatkan kondisi kemantapan jalan masih jauh dari memadai. Dengan kondisi fisik alamiah kabupaten karawang merupakan daerah persawahan yang memiliki banyak saluran/ jaringan irigasi, maka infrasruktur jembatan penghubung juga menjadi prasarana fisik dasar yang sangat vital. Berdasarkan data terdapat 58 ruas jembatan penghubung dengan total panjang 1.341,20 m dan kondisi fisik rata-rata masih dalam kondisi kerusakan kecil dan/ atau kerusakan yang memerlukan pemantauan atau pemeliharaan di waktu mendatang. Pada bidang pengairan, saluran irigasi dalam satu kabupaten dibagi ke dalam tiga wilayah besar yaitu Saluran Irigasi Tarum Utara Barat sepanjang 200.160 m dengan jumlah bangunan bagi sadap sebanyak 149 unit mengairi 46.218 Ha lahan pertanian, Saluran Irigasi Tarum Utara Timur sepanjang 238.273 m dengan jumlah bangunan bagi sadap sebanyak 212 unit mengairi 18
39.531 Ha lahan pertanian, Saluran Irigasi Selatan Jatiluhur sepanjang 34.226 m dengan jumlah bangunan bagi sadap sebanyak 21 unit mengairi 3.091 Ha lahan pertanian. Sedangkan saluran irigasi lintas kabupaten di bagi dalam dua wilayah besar yaitu Saluran Irigasi Utara Jatiluhur sepanjang 71.755 m dengan jumlah bangunan bagi sadap sebanyak 93 unit mengairi 11.981 Ha lahan pertanian dan Saluran Irigasi Selatan Jatiluhur sepanjang 15.377 m dengan jumlah bangunan bagi sadap sebanyak 20 unit mengairi 2.199 Ha lahan pertanian. Pada bidang keciptakaryaan, upaya peningkatan fisik sarana dan prasarana gedung kantor pemerintah masih menjadi prioritas dengan harapan dapat memberikan dampak terhadap peningkatan kinerja aparatur secara khusus maupun pelayanan publik secara umum. Pada sektor sanitasi khususnya persampahan,
pertambahan
menyebabkan
bertambahnya
penduduk
dengan
aktivitasnya
volume
sampah
yang
akan
dihasilkan.
Kecenderungan peningkatan volume sampah yang dihasilkan selama ini masih belum diimbangi dengan peningkatan kesadaran masyarakat untuk mengurangi jumlah timbulan sampah serta kapasitas prasarana dan sarana persampahan yang memadai. Sampai saat ini, volume produksi sampah sebesar 470 m3 baru dapat ditangani/ dilayani sebesar 350 m3 atau sekitar 74,47 persen, sedangkan sisanya masih dibuang dengan cara dibakar, ditimbun, dan dibuang ke sungai, laut atau saluran drainase di permukiman. Hal ini selanjutnya menyebabkan lingkungan permukiman tergenang dan kumuh dimana berdasarkan data tahun 2008, luasan permukiman kumuh masih sebesar 360 Ha. Upaya untuk mencukupi kebutuhan air minum bagi keperluan rumah tangga dan industri selama ini sebagian besar bersumber dari air tanah. Dalam jangka panjang pemanfaatan air tanah besar-besaran akibat tidak adanya substitusi kecukupan air minum akan menyebabkan terjadinya penurunan tanah (land subsidence) dan intrusi air laut pada kawasan yang dekat dengan garis pantai. Oleh sebab itu, pelayanan air yang dipasok oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) perlu ditingkatkan baik kondisi kinerja maupun cakupan pelayanan. Berdasarkan data tahun 2007, banyaknya konsumen yang terlayani mencapai 35.286 unit konsumen dengan persentase terbesar 19
pada golongan non niaga (rumah tangga) yang mencapai 95,21 persen dengan wilayah pelayanan terbanyak untuk jenis sambungan langganan adalah Cabang Karawang yang mencapai 48,43 persen. Sedangkan untuk sektor industri, konsumen terlayani baru mencapai 0,04 persen. Hal ini juga terkait dengan faktor prasarana seperti panjang pipa transmisi terpasang yang pada tahun 2007 baru mencapai 6.340 m dan pipa distribusi mencapai 775.780 m. Pelayanan sarana air bersih pun masih menjadi isu karena berdasarkan data masih terdapat 124 desa dengan status rawan air bersih, sedangkan sistem pengolahan air sederhana yang dimiliki baru mencakup : hidran umum/ tangki air sebanyak 108 unit, bangunan penangkap mata air (Broncaptering) sebanyak 5 unit, sumur dalam (deep wel) sebanyak 11 unit dan instalasi pengolahan air sebanyak 3 unit. Oleh sebab itu, tantangan di bidang sarana dan prasarana wilayah secara pokok meliputi : Pembangunan infrastruktur transportasi dihadapkan pada masalah peningkatan volume dan kualitas jaringan jalan yang mampu meningkatkan akses dan bangkitan sosial ekonomi masyarakat. Pengelolaan infrastruktur irigasi dihadapkan pada masalah-masalah yang terkait kondisi fisik bangunan, kelembagaan, operasi dan pemeliharaan serta sumberdaya air yang lintas regional. Pembangunan dan manajemen persampahan dihadapkan pada masalah pertumbuhan volume sampah dan lokasi pembuangan akhir seiring dengan semakin sempitnya ruang lahan pembuangan. Infrastruktur pelayanan air bersih dihadapkan pada semakin meningkatnya kebutuhan air bersih baik untuk sektor perumahan, industri maupun jasa-jasa. Dalam konteks otonomi daerah di era pasar bebas yang semakin mengglobal dibutuhkan daya tarik daerah dalam menciptakan iklim berusaha dan berinvestasi yang kondusif. Terkait dengan hal tersebut, tantangan yang tidak kalah strategisnya adalah bagaimana penyediaan infrastruktur menjadi daya tarik ditengah-tengah kompetisi antar daerah baik di dalam dan luar negeri untuk menarik minat investasi masuk.
7) Tantangan dalam pemanfaatan sumberdaya alam yang berkelanjutan adalah bagaimana menjaga keseimbangan antara penggunaan sumberdaya alam secara produktif di satu pihak dan di pihak lain agar produktifitas 20
sumberdaya alam tersebut dapat berlangsung secara lestari dan terus-menerus serta melakukan pemulihan dan penguatan daya dukung lingkungan dalam proses pembangunan dengan pelibatan seluruh komponen masyarakat secara terpadu. Terkait dengan sumberdaya air, tantangan strategis yang perlu diperhatikan adalah mempertahankan pasokan air baku, optimalisasi peran petani pengguna air dan alih fungsi lahan beririgasi. Isu yang diangkat antara lain mengenai : a)
Masalah pencemaran air sungai. Dari hasil pemantauan di beberapa titik pantau sungai di Karawang memperlihatkan adanya indikasi yang cukup mengkhawatirkan yang diperlihatkan oleh 6 parameter pencemar dominan yang konsentrasinya pada badan air/ sungai sudah sering berada dan/ melebihi ambang baku mutu yaitu: oksigen terlarut (DO), Amoniak (NH3-N), Sulfida sebagai H2S, Besi (Fe), Biological Oxygen Demand (BOD5) dan Chemical Oxygen Demand (COD).
b) Status Udara meliputi : i. Kualitas Udara Ambien. Kondisi status udara hasil pantauan terhadap beberapa parameter di lokasi sampling di Kabupaten Karawang dengan parameter SO2, CO, NO2, Debu, H2S dan NH3 masih menunjukkan kualitas yang relatif baik, namun demikian memperlihatkan kualitas yang semakin menurun. Sedangkan pengujian kualitas udara terkait dengan penggunaan bahan bakar batubara pada tahun 2006 di lokasi industri dengan kriteria sample industri yang menggunakan batubara berdasarkan kadar sulfur yang dipergunakan memperlihatkan hasil bahwa lokasi industri yang menggunakan batubara dengan kadar sulfur > 2% akan meningkatkan kadar PM10.
ii. Atmosfer Dengan indikator, pertama, Variabilitas Iklim dengan parameter ratarata curah hujan selama tahun 2005 sebesar 2.534 mm, tahun 2006
21
sebesar 1.722 mm dan tahun 2007 sebesar 1.512 mm yang berarti memperlihatkan kecenderungan menurun. Kondisi ini erat kaitannya dengan perubahan iklim global yang disebabkan aktifitas sektor industri dan penggunaan bahan bakar minyal akibat perkembangan transportasi. Kedua, Deposisi Asam yang terkandung dalam air hujan (kondisi pH air hujan) di Kabupaten Karawang berdasarkan hasil pengujian di empat lokasi sample memperlihatkan kondisi yang masih tergolong netral yaitu pada kisaran 6–9.
c)
Lahan kritis merupakan lahan yang telah mengalami kerusakan fungsi daya tampung maupun daya dukung. Berdasarkan data 2007 dan 2008 memperlihatkan kecenderungan yang membaik dimana program rehabilitasi lahan kritis telah mampu mengurangi luasan lahan kritis dari sebesar 11.887 Ha menjadi 9.695 Ha. Namun demikian masih perlu terus ditingkatkan karena secara total luas lahan kritis masih mencapai 6 persen dari total wilayah Karawang yang tersebar pada 14 kecamatan yang sebagian besar merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum dan Cibeet.
B. Kajian Lapangan 1. Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA) a. Pembelajaran prodi Tanaman Pangan dan Hortikultura 1) Standar Kompetensi (SK) – Kompetensi Dasar (KD) SK-KD sedikit berbeda dengan yang digunakan oleh SPMA, adapun perbedaan tersebut versi Dikbud dapat dilihat dalam tabel berikut. a) Dasar Kompetensi Kejuruan No. Standar Kompetensi (Dikbud) 1. Menerapkan keselamatan, kesehatan kerja, dan lingkungan hidup (K3LH) 2. Mengidentifikasi tanaman dan pertumbuhannya 3. Mengoperasikn alat dan mesin produksi tanaman 4. Membiakan tanaman secara generatif
Mata pelajaran SPMA Hortikultura dan Pangan
Hortikultura dan Pangan Alat dan mesin Teknologi Benih
22
5.
Membiakan vegetatif
tanaman
secara Teknologi Benih.
b) Untuk Kompetensi Kejuruan Dengan adanya sediki perbedaan antara SKD Dikbud dengan SPMA maka untuk bahan nilai KKU, SPMA menyusun konversi semester untuk program keahlian agribisnis tanaman pangan dan hortikultura, sebagai berikut No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
Standar Kompetensi (Dikbud) Menyiapkan lahan Menyiapkan benih Menyiapkan bibit Menanam
Mata pelajaran SPMA Hortikultura dan Pangan Teknologi Benih Teknologi Benih Hortikultura dan Pangan tanam pupuk Memupuk Hortikultura dan Pangan tanam pupuk Mengairi Hortikultura dan Pangan Mengendalikan gulma Perlindungan Tanaman Mengendalikan hama Perlindungan Tanaman Mengendalikan penyakit Perlindungan Tanaman Membumbun Hortikultura dan Pangan Memangkas tanaman Hortikultura dan Pangan Memberi naungan Hortikultura dan Pangan Memberikan ZPT Hortikultura dan Pangan Melaksanakan panen Teknologi pasca panen Mengoperasikan traktor, alat Alat dan mesin olahan tanah, alat bantu tebar benih, dan pengendalian gulma panen Mengoperasikan sprayer Alat dan mesin Mengoperasikan pompa irigasi Alat dan mesin Membuat pupuk organik Tanam pupuk Membudidayakan tanaman secara Hortikultura dan Pangan hidriponik Menangani pasca panen Pasca panen Mendeskripsikan sumber pangan Hortikultura dan Pangan alternatif Mendeskripsikan sistem pola Hortikultura dan Pangan tanam Mengangkut hasil panen Agribisnis Mengelola pekerjaan kebun Agribisnis Menyusun proposal usaha Agribisnis
dan dan
2) Kompetensi matapelajaran produktif
23
Pada awalnya kurikulum SPMA masih menggunakan kurikulum dari Kementerian Pertanian. Dasar kurikulum untuk kompetensi keahlian tanaman pangan dan hortikultura lebih ditekankan pada kemampuan dalam komoditas tertentu. Komoditas yang berkaitan dengan hortikultura terdiri dari : a) sayuran di dataran tinggi dan rendah, b) buah-buahan di dataran rendah seperti semangka, buah-buahan dataran tinggi serta c) tanaman hias dan obat-obatan. Selain itu terdapat komoditas tanaman pangan yang terdiri dari: a) padi, yakni padi sawah, gogo rancah, pasang surut dan padi lebak, b) Palawija, yakni kacang-kacangan sebagai contoh kedelai dan kacang hijau, umbi-umbian dan biji-bijian seperti jagung dan gandum. Mata pelajaran produktif kompetensi keahlian hortikulutra dan tanaman pangan di SPMA Krawang yang disesuaikan dengan potensi daerah antara lain: a) padi, b) kelengkeng, c) semangka dan d) melon. Siswa SPMA diharapkan kompetensi dalam komoditas tertentu. Mata pelajaran produktif untuk komoditas tertentu diberikan pada setiap semester seperti terlihat pada tabel: Semester I
Komoditas : 1. Tomat 2. Timun 3. Kacang Panjang
Semester II Semester III Semester IV
Tomat Tanaman Hias anggrek dan palem Buah-buahan: semangka dan melon Buah-buahan lainnya seperti apel hanya diberikan teorinya karena tidak cocok ditanam di Krawang PKU (Praktek Kerja Usaha) atau Prakerin selama 3 bulan
Semester V
3) Metode ajar Kompetensi yang diharapkan dari kurikulum SPMA adalah siswa dapat menguasai komoditas tertentu yang mewakili dari kompetensi keahlian hortikultura dan tanaman pangan. Contohnya siswa menguasai komoditas semangka, mulai dari cara menanam semangka, merawat, memupuk, memangkas dan memanen semangka dikuasai oleh siswa. SPMA memiliki target komoditas yang harus dikuasai siswa sesuai dengan potensi daerahnya. 24
Hal ini dilakukan agar siswa benar terampil dalam komoditas tertentu sesuai dengan potensi daerah untuk bekal terjun ke masyarakat sebagai penyuluh maupun untuk usaha. Kelebihan dari metode ini adalah siswa sudah yakin dengan bekal kemampuannya dalam komoditas tertentu sehingga ketika terjun ke dunia kerja, siswa langsung terampil sesuai dengan yang diharapkan dunia usaha/industri. Metode ajar yang lebih menekankan kepada kemampuan siswa dalam komoditas tertentu memerlukan waktu praktek yang lebih banyak. Porsi waktu praktek 70% dan teori 30%. Porsi praktek yang lebih banyak membutuhkan daya tahan fisik yang kuat dan kemauan yang keras dalam bidang pertanian. Minat dan bakat siswa terhadap pertanian harus sudah dipastikan pada saat tes masuk penerimaan siswa baru. Pelajaran Matematika dalam kurikulum SPMA menitikberatkan pada Matematika terapan tentang pertanian. Matematika pertanian ada di kelas 1 dan 2, sedangkan kelas 3 siswa sudah fokus pada pertanian. 4) Bahan ajar Bahan ajar yang digunakan oleh SPMA adalah buku-buku antara lain buku referensi yang relevan, buku-buku teks matapelajaran yang sesuai dengan yang diajar, serta modul. Selain buku teks bahan ajar untuk praktek langsung seperti kebun sekolah, dan kebun praktek. Buku teks yang digunakan antara lain buku klimatologi, buku buncis, buku pemupukan, buku hama, dan lainnya sesuai dengan ketentuan yang ada. 5) Kondisi tenaga pendidik Tenaga pendidik yang ada di SPMA ini seluruhnya berjumlah 23 orang dengan rincian 15 orang guru tetap dan 8 orang guru tidak tetap. Tenaga pendidikan atau guru di SPMA ini dapat dilihat dalam tabel berikut.
Pertanian S1 SM/ D3 7
0
Guru Tetap Non Pertanian SLA S1 SM/ SLA D3 4
1
2
1
Jum- Pertanian lah S1 SM/ D3 15
0
0
Guru Tidak Tetap Non Pertanian SLA S1 SM/ SLA D3 1
6
1
Jumlah
Jumlah Total
8
23
0 25
Dari 23 guru termasuk 3 orang asisten dengan latar belakang pendidikan SLA, 9 orang guru teknis PNS dengan latar belakang S1 sebanyak 7 orang dan 2 orang berlatar belakang SLA, serta 1 orang guru teknis honorer juga berlatar belakang SLA. Guru dengan latar belakang SLA meliputi 3 or 6) Sarana dan prasarana belajar Sarana dan prasarana yang dimiliki SPMA ini meliputi ruang kelas 7 ruang dan satu ruang guru dan satu ruang TU. SPMA memiliki luas tanah yang cukup luas dan memiliki lahan yang cukup luas, namun tampaknya belum sepenuhnya digunakan semaksimal mungkin, tampak ada lahan untuk tambak ikan, dan satu ruang untuk penyimpanan tanaman (bibit tanaman). Lahan praktek untuk pertanian tinggal 1 hektar karena banyak digunakan untuk kantor pemerintah. 7) Peran du/di dalam pembelajaran i) Pemberian beasiswa dan Bahan praktek Kementerian Pertanian memberikan beasiswa kepada 40 siswa pada tahun 2010/2011 dan 20 siswa pada tahun 2011/2012 dengan jumlah 60.000 per siswa. Alat dan bahan praktek juga diberikan oleh Kementerian Pertanian. Untuk bantuan Ruang Kelas Baru dan Tenaga Kependidikan, pihak Kementerian Pendidikan sedang memproses untuk diturunkan. ii) Mitra Kerja Praktek Kerja Lapangan SPMA Krawang menjalin kerjasama dengan beberapa perusahaan untuk menempatkan siswanya melakukan Praktek Kerja Lapangan. Perusahaan mitra kerja SMK antara lain: PT Sang Hyang Sri (perusahaan benih padi dan jagung, PT Benara (tanaman hias), Eka Graha Flora (tanaman anggrek), PT Panah Merah (Pembenihan Hortikultura) dan Balai Penelitian tanaman sayuran.
b. Pengembangan ekonomi kreatif masyarakat 1) Peluang kerja/usaha lulusan Lulusan SPMA setiap tahunnya ditampung oleh Kementerian Pertanian untuk dijadikan penyuluh pertanian. Pada tahun
2009/2010 sebanyak 16 orang 26
diterima sebagai penyuluh, sedangkan tahun 2010/2011 terdapat 30 orang. Lulusan lainnya bekerja di perusahaan tempat mitra kerja, membuka usaha pertanian dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. 2) Peluang agriwisata Peluang usaha yang terbuka adalah memanfaatkan lahan pertanian yang ada di sekolah untuk ditanam secara maksimal sehingga lahan sekolah tidak terbengkalai. Jika sekolah penuh dengan tanaman hasil jerih payah siswa maka orang akan tertarik untuk berkunjung. Jiwa penyuluh yang sudah tertanam dalam diri siswa dapat disalurkan dengan berbagi pengetahuan kepada masyarakat setempat tentang cara bertani yang benar. Kendalanya adalah lokasi sekolah berada di tengah kota yang dikelilingi perkantoran, sehingga lahan pertanian masyarakat sekitar sudah digunakan untuk perkantoran. Sebaiknya lokasi sekolah berada di lahan luas yang menyatu dengan lahan milik masyarakat. 3) Kontribusi pihak terkait Dalam
rangka
mengembangkan
kemampuan
kewirausahaan,
pihak
Kementerian Pertanian memberikan bantuan dana kepada siswa. Dengan demikian siswa dapat mengembangkan usaha di sekitar sekolah yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. 4) Kompetensi keahlian agrowisata yang dibutuhkan dalam mendukung ekonomi kreatif masyarakat Kompetensi keahlian agrowisata dapat diambil dari kompetensi keahlian hortikultura dan tanaman pangan sebagai dasar dari kemampuan pertanian. Siswa mempelajari komoditas tanaman tertentu sesuai dengan potensi daerah dalam kompentensi keahlian hortikultura dan tanaman pangan. Selain itu sudah termasuk juga mata pelajaran “pertamanan” yang sangat mendukung untuk mengembangkan kompetensi keahlian agrowisata karena di dalamnya terkandung tata lingkungan sekolah dan masyarakat, perencanaan lansekap untuk keindahan tata letak tanaman dan keindahan komposisi warna serta jenis tanaman.
27
Jika lahan terbatas, maka dapat dikembangkan cara menanam bertingkat (vertikultur). Sistem pola tanam sebagai satu mata pelajaran juga diperlukan dalam kompetensi keahlian agrowisata. Pengaturan pola tanam, mulai dari yang baru ditanam, yang sedang tumbuh dan tanaman yang sudah siap panen agar pengunjung dapat menikmati semua tahap proses penanaman sampai memanen. Pengolahan hasil panen (teknologi hasil panen) dibutuhkan untuk mengolah hasil panen menjadi makanan. Hasil olahan dapat dijual sebagai oleh-oleh pengunjung. Pemasaran berguna untuk memasarkan jasa agrowisata, Pariwisata menawarkan paket perjalanan agrowisata beserta penginapan, akomodasi, transportasi dan pemandu wisata. Integrasi dan partisipasi masyarakat diperlukan. Siswa berbagi ilmu tentang pertanian kepada masyarakat. Begitu pula sebaliknya, masyarakat berbagi pengalaman kepada siswa. 2. SMKN 1 Cikampek a. Pembelajaran prodi Agribisnis Produksi Tanaman 1) SK-KD a) Dasar Kompetensi Kejuruan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura (104) STANDAR KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR
1. Menerapkan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH)
1.1 1.2 1.3 1.4 1.5
2. Mengidentifikasi tanaman dan pertumbuhannya
1.1 1.2 1.3 1.4 1.5
Mendeskripsikan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) Melaksanakan prosedur K3 Menerapkan pekerjaan sesuai dengan SOP Menerapkan konsep lingkungan hidup Menerapkan ketentuan pertolongan pertama pada kecelakaan.
Mengjelaskan sistem produksi tanaman Menjelaskan tanah sebagai tempat tumbuh tanaman Menjelaskan air sebagai unsur esensial bagi tanaman Menjelaskan cuaca sebagai faktor penting bagi tanaman Menjelaskan biotik-biotik dan abiotik dengan biotik sebagai faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman 1.6 Menjelaskan hubungan antara tanaman dan
28
STANDAR KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR pertumbuhannya Menjelaskan sumberdaya spesifik lokasi, misalnya budaya.
3. Mengoperasikan alat dan mesin produksi tanaman
4. Membiakkan tanaman secara generatif
5. Membiakkan tanaman secara vegetatif
3.1 3.2 3.3 3.4 4.1
Mengidentifikasi alat dan mesin sesuai fungsinya Menjelaskan manual prosedur dari alat dan mesin Menyiapkan alat dan mesin Merawat alat dan mesin. Menjelaskan prinsip pembiakan tanaman secara generatif (teknik perbanyak generatif, misalnya kawin silang dan hibridisasi) 4.2 Melakukan pembiakan tanaman secara generatif 4.3 Memelihara benih hasil pembiakan secara generatif. 5.1 Menjelaskan prinsip pembiakkan tanaman secara vegetatif 5.2 Melakukan pembiakkan tanaman secara vegetatif 5.3 Memelihara bibit hasil pembiakan secara vegetatif.
b) Kompetensi Kejuruan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura (104) STANDAR KOMPETENSI 1. Menyiapkan lahan
2. Menyiapkan benih
3. Menyiapkan bibit
4. Menanam
5. Memupuk
6. Mengairi
7. Mengendalikan gulma
KOMPETENSI DASAR 1.1 Mengidentifikasi karakteristik lahan (topografinya) 1.2 Mengidentifikasi pengaturan jarak dan jumlah populasi dengan konsep topografi 1.3 Mengidentifikasi pembuatan bedengan media khusus untuk tanaman tertentu 1.4 Membersihkan gulma dan sisa tanaman 1.5 Mengolah tanah 1.6 Memasang mulsa plastik. 2.1 Mengidentifikasi karakteristik benih dom 2.2 Menguji daya kecambah benih 2.3 Memberi perlakuan benih terhadap H/P 2.4 Mengidentifikasi perlakuan benih untuk mencegah dormancy 2.5 Menyemai benih. 3.1 Menyiapkan media pembibitan 3.2 Menyapih bibit 3.3 Memelihara bibit 3.4 Memindahkan bibit (sapih). 4.1 Menyiapkan media tanam 4.2 Menanam dengan benih 4.3 Menanam dengan bibit 4.4 Menyulam. 5.1 Mengidentifikasi jenis-jenis pupuk anorganik dan organik 5.2 Menghitung kebutuhan pupuk 5.3 Menggunakan berbagai teknik pemupukan (teknik/waktu pemberian pupuk) 6.1 Menentukan kebutuhan air pada tanaman 6.2 Mengidentifikasi teknik irigasi 6.3 Memberikan air irigasi sesuai dengan kebutuhan tanaman. 7.1 Mengidentifikasi jenis-jenis dan karakteristik gulma 7.2 Menghitung kebutuhan larutan herbisida 7.3 Mengendalikan gulma secara mekanis dan kimiawi.
29
STANDAR KOMPETENSI 8. Mengendalikan hama
9. Mengendalikan penyakit
KOMPETENSI DASAR 8.1 Mengidentifikasi jenis dan ciri-ciri hama beserta agen pengendali hayatinya 8.2 Menghitung kebutuhan larutan pestisida 8.3 Mengendalikan hama secara kultur teknis, mekanis, dan kimiawi 8.4 Mengidentifikasi konsep PHT (Pengendalian Hama terpadu). 9.1 Mengidentifikasi jenis-jenis, gejala dan tanda penyakit 9.2 Menghitung kebutuhan larutan pestisida 9.3 Mengendalikan penyakit secara kultur teknis, mekanis, biologis, dan kimiawi.
10. Membumbun
10.1 Menjelaskan tujuan dan teknik pembumbunan 10.2 Menerapkan pembumbunan pada pemeliharaan tanaman.
11. Memangkas tanaman
11.1 Menjelaskan berbagai bentuk dan teknik pemangkasan tanaman 11.2 Menerapkan pemangkasan pada pemeliharaan tanaman 11.3 Mengidentifikasi karakteristik umur awal pemangkasan.
12. Memberi naungan
12.1 Mengidentifikasi berbagai jenis dan bentuk naungan 12.2 Memberikan naungan pada tanaman 12.3 Mengidentifikasi prosentase naungan yang dibutuhkan.
13. Memberikan ZPT
13.1 13.2 13.3 13.4 13.5
Mengidentifikasi jenis-jenis ZPT dan karakteristiknya Menghitung konsentrasi larutan ZPT Membuat larutan ZPT Menyemprotkan larutan ZPT Mengidentifikasi teknik aplikasi.
14. Melaksanakan panen
14.1 14.2 14.3 14.4
Menjelaskan ciri-ciri tanaman siap panen Melakukan pemanenan Menangani hasil panen Mengidentifikasi potensi produksi.
15. Mengoperasikan traktor, alat olah tanah, alat bantu tebar benih dan pengendalian gulma panen
15.1 Mengidentifikasi traktor dan fungsinya 15.2 Mengoperasikan traktor 15.3 Merawat traktor.
16. Mengoperasikan sprayer
16.1 Mengidentifikasi jenis sprayer, bagian-bagian sprayer dan fungsinya. 16.2 Mengkalibrasi sprayer 16.3 Mengoperasikan sprayer 16.4 Merawat sprayer.
17. Mengoperasikan pompa irigasi
17.1 Mengidentifikasi pompa dan fungsinya 17.2 Mengoperasikan pompa irigasi 17.3 Merawat pompa irigasi.
30
STANDAR KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR
18. Membuat pupuk organik
18.1 Mengendalikan mikrobia bermanfaat sebagai stabir pupuk organik dan penyedia hara 18.2 Mengidentifikasi bahan dasar pembuatan pupuk organik 18.3 Mengidentifikasi jenis dan sifat bahan pembuatan pupuk organik 18.4 Membuat pupuk organik (microbia) 18.5 Mengidentifikasi kandungan hara pupuk.
19. Membudidayakan tanaman secara hidroponik
19.1 19.2 19.3 19.4 19.5 19.6 19.7
20. Menangani pasca panen
21. Mendeskripsikan sumber pangan alternatif
Menyiapkan lath house (green house) Menyiapkan media tanam Menyiapkan bibit Menyiapkan nutrisi Menanam dan menyulam Memelihara tanamn hidroponik Memanen dan menangani hasil panen. 20.1 Mengidentifikasi mutu hasil panen 20.2 Mengelola hasil pertanian 20.3 Merancang pemasaran.
21.1 Mengidentifikasi potensi sumber daya lokal yang berpotensi sebagai sumber pangan baru
21.2 Mengidentifikasi pengelolaan sumber daya genetik. 22. Mendeskripsikan sistem pola tanam
22.1 Mengidentifikasi sistem pola tanaman monokultur 22.2 Mengidentifikasi sistem pola tanaman polykultur.
c) Muatan Lokal (014) i) Membiakkan Tanaman dengan Teknik Kultur Jaringan Standar Kompetensi Membiakkan tanaman dengan teknik kultur jaringan
Kompetensi Dasar 10.1 Melakukan sterilisasi (ruang,alat,bahan tanam,dan media) 10.2 Menyiapkan bahan tanam 10.3 Menyiapkan media kultur 10.4 Melakukan inokulasi 10.5 Menumbuhkan plantlet 10.6 Melakukan aklimatisasi 10.7 Mengidentifikasi zat pengatur tumbuh tanaman.
ii) Pengolahan Hasil Pertanian
31
Standar Kompetensi 1. Mengenal dasar-dasar proses pengolahan
Kompetensi Dasar 1.1. Melakukan sanitasi bahan, alat dan ruangan 1.2. Melakukan pengawetan dengan penggulaan 1.3. Melakukan pengawetan dengan penggaraman 1.4. Melakukan pengawetan dengan pengeringan
2. Melakukan pengolahan hasil pertanian nabati
1.5. Melakukan pengawetan dengan pendinginan 2.1. Melakukan pembuatan nata de coco 2.2. Melakukan pembuatan VCO
3. Melakukan pengolahan hasil pertanian hewani
3.1 Melakukan pembuatan Nugget
iii) Budidaya Tanaman Sayuran Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar 1.1. Mengadakan analisis pasar
1. Membuat rencana usaha
1.2. Membuat proposal produksi tanaman sayuran
2. Menyiapkan lahan
1.7 Membersihkan gulma dan sisa tanaman 1.8 Mengolah tanah 1.9 Melakukan pembuatan bedengan 1.10 Memasang mulsa plastik. 3.1. Memberi perlakuan benih terhadap Hama dan penyakit 3.2. Menyemai benih.
3. Menyiapkan benih
32
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar 1.1. Mengadakan analisis pasar
1. Membuat rencana usaha
1.2. Membuat proposal produksi tanaman sayuran
2. Menyiapkan lahan
1.7 Membersihkan gulma dan sisa tanaman 1.8 Mengolah tanah 1.9 Melakukan pembuatan bedengan 1.10 Memasang mulsa plastik. 3.1. Memberi perlakuan benih terhadap Hama dan penyakit 3.2. Menyemai benih.
3. Menyiapkan benih
4. Menyiapkan bibit
4.1. Menyiapkan media pembibitan 4.2. Menyapih bibit 4.3. Memelihara bibit
5. Menanam
6. Memupuk
7. Mengairi
4.4. Memindahkan bibit (sapih). 5.1. Menyiapkan media tanam 5.2. Menanam dengan benih 5.3. Menanam dengan bibit 5.4. Menyulam. 6.1 Menghitung kebutuhan pupuk 6.3. Menggunakan berbagai teknik pemupukan (teknik/waktu pemberian pupuk) Memberikan air irigasi sesuai dengan kebutuhan tanaman.
8. Mengendalikan gulma
Mengendalikan gulma secara mekanis dan kimiawi.
8. Mengendalikan hama
Mengendalikan hama secara kultur teknis, mekanis, dan kimiawi
9. Mengendalikan penyakit
Mengendalikan penyakit secara kultur teknis, mekanis, biologis, dan kimiawi. Menerapkan pembumbunan pada pemeliharaan tanaman. 11.1. Melakukan pemanenan 11.2. Menangani hasil panen
10. Membumbun 11. Melaksanakan panen 12. Melakukan pembuatan laporan usaha
12.1. 12.2. 12.3. 12.4.
Mengidentifikasi potensi produksi Menghitung laba rugi Menghitung BEP, R/C Membuat kesimpulan
2) Kompetensi matapelajaran produktif
33
Durasi Waktu (Jam)
Komponen 3. Produktif 3.1. Dasar Kompetensi Kejuruan 3.1.1. Menerapkan K3LH 3.1.2. Mengidentifikasi tanaman 3.1.3. Mengoperasikan AMP 3.1.4. Membiakkan generatif 3.1.5. Membiakkan vegetatif 3.2. Kompetensi Kejuruan 3.2.1. Menyiapkan lahan 3.2.2. Menyiapkan benih 3.2.3. Menyiapkan bibit 3.2.4. Menanam 3.2.5. Memupuk 3.2.6. Mengairi 3.2.7. Mengendalikan gulma 3.2.8. Mengendalikan hama 3.2.9. Mengendalikan penyakit 3.2.10. Membumbun 3.2.11. Memangkas tanaman 3.2.12. Memberi naungan 3.2.13. Memberikan ZPT 3.2.14. Melaksanakan panen 3.2.15. Mengoperasikan traktor, alat olah tanah, alat bantu tebar benih, dan pengendalian gulma panen 3.2.16. Mengoperasikan sprayer 3.2.17. Mengoperasikan pompa irigasi 3.2.18. pupuk organik 3.2.19. hidroponik 3.2.20. pasca panen 3.2.21. sumber pangan alternatif 3.2.22. sistem pola tanam B. Muatan Lokal 1. Bahasa Sunda 2. Pengolahan Hasil Pertanian 3. Membiakkan tanaman secara kultur jaringan 4. Budidaya Tanaman Sayuran 1 5. Budidaya Tanaman Sayuran 2 6. Pendidikan Lingkungan Hidup C. Pengembangan Diri JUMLAH
8 4 4 8 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4
324 54 72 72 72 54 1836 144 72 72 144 72 72 72 72 72 54 54 54 72 72
8
144
3 3 8 8 3 4 4
54 54 144 144 54 72 72 360 72 54
3 4 4 4 3
2 3 3 3 3 2
54 54 54 72 (192)f) 5525
3) Metode ajar
34
Metode ajar yang digunakan menggunakan pola 30% teori dan 70% praktek. Pembelajaran teori ditekankan pada keterampilan pokok dan kunci dari setiap mata pelajaran normative dan adaptif. Sedangkan pembelajaran praktek ditekankan pada kompetensi dasar kejuruan maupun kompetensi kejuruan. Metode ajar meliputi 3 kegiatan, yaitu: a) Praktek b) Teori c) Penugasan Pelaksanaan pembelajaran sebagai berikut: a)
Kegiatan Pendahuluan Dalam kegiatan pendahuluan, guru: i. menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran; ii. mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari; iii. menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai; iv. menyampaikan cakupan materi dan penjelasanuraian kegiatan sesuai silabus.
b) Kegiatan Inti Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran mencapai
KD
menyenangkan,
yang
dilakukan
menantang,
secara
memotivasi
interaktif, peserta
untuk
inspiratif,
didik
untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,
dan
kemandirian
sesuai
dengan
bakat,
minat
dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. i. Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;
menggunakan
beragam
pendekatan
pembelajaran,
media 35
pembelajaran, dan sumber belajar lain;
memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
memfasilitasi
peserta
didik
melakukan
percobaan
di
laboratorium, studio, atau lapangan.
ii. Elaborasi Dalarn kegiatan elaborasi, guru:
membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna;
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
memberi
kesempatan
untuk
berpikir,
menganalisis,
menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif can kolaboratif;
memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar;
rnenfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan balk lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan r iasi; kerja individual maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan;
memfasilitasi
peserta
didik
melakukan
kegiatan
yang
menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.
iii. Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
36
memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan,
isyarat, maupunhadiah terhadap keberhasilan
peserta didik,
memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber,
memfasilitasi
peserta
didik
melakukan
refleksi
untuk
memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan,
memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar: berfungsi
sebagai
narasumber
dan
fasilitator
dalam
menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar; membantu menyelesaikan masalah; memberi
acuan
agar
peserta
didik
dapatmelakukan
pengecekan hasil eksplorasi; memberi informasi untuk bereksplorasi Iebih jauh; memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif. c)
Kegiatan Penutup Dalam kegiatan penutup, guru: i. bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran; ii. melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram; iii. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; iv. merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas balk tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik; v. menyampaikan iencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
4) Bahan ajar Sumber belajar yang digunakan adalah buku teks pelajaran, alat peraga, media, lingkungan maupun pengalaman berbagai nara sumber professional
di
bidangnya. 37
Bahan ajar meliputi: a) Modul b) CD c) Buku sumber. 5) Kondisi tenaga pendidik Sesuai ketentuan, tenaga pendidik dan kependidikan mengacu standar yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, yaitu Guru pada SMK memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi, sebagai berikut. a)
Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual
b) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik c)
Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu.
d) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik e)
Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran
f)
Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki
g) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik h) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar i)
Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran
j)
Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran
k) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia l)
Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
m) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa.
38
n) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri o) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru. p) Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi q) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat r)
Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman social budaya.
s)
Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
t)
Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu
u) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu. v) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif. w) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. x) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri. 6) Sarana dan prasarana belajar Prasarana meliputi: a) Ruang teori/kelas b) Laboratorium c) Ruang praktek kerja d) Ruang keterampilan e) Unit produksi Sarana meliputi: a) Meja dan kursi b) Komputer dan printer c) Buku pegangan guru d) Buku pegangan guru kompetensi dan keahlian kejuruan e) Buku pegangan siswa f) Buku pegangan siswa kompetensi dan keahlian kejuruan g) Alat peraga h) Alat praktek i) Alat pendidikan 39
7) Peran du/di dalam pembelajaran Dunia usaha dan industri juga bekerjasama dengan sekolah ini terutama yang berkaitan kemampuan lulusan yang diperlukan sesuai dengan dasar kompetensi kejuruan dan kompetensi kejuruan yang dipersyaratkan. Peran du/di dalam pembelajaran adalah melakukan pembinaan sebagai realisasi dari Corporate Social Responsibility (CSR). Ruang lingkup pembinaan meliputi: a)
Penguatan
kepemimpinan
kepala
sekolah
agar
memiliki
jiwa
interpreneurship, menguasai manajemen industry. b) Pengayaan kemampuan guru produktif dalam merancang strategi dan manajemen pembelajaran agar sesuai dengan kebutuhan industry. c)
Pelatihan kerja langsung melalui pemagangan di perusahaan.
d) Pembimbingan
pengelolaan
usaha
baru
dan
perintisan
teaching
industry/factory yang relevan dengan kebutuhan masyarakat dan perusahaan.
b. Pengembangan ekonomi kreatif masyarakat Agrowisata adalah salah satu bentuk pariwisata yang obyek wisata utamanya adalah lanskap pertanian, maka dapat dikatakan bahwa agrowisata merupakan wisata yang memanfaatkan obyek-obyek pertanian. Agrowisata juga merupakan kegiatan wisata yang terintegrasi dengan keseluruhan sistem pertanian dan pemanfaatan obyek-obyek pertanian sebagai obyek wisata, seperti teknologi pertanian maupun komoditi pertanian (Anonim, 1990). Menurut Arifin (1992) agrowisata adalah salah satu bentuk kegiatan wisata yang dilakukan di kawasan pertanian yang menyajikan suguhan pemandangan alam kawasan pertanian (farmland view) dan aktivitas di dalamnya seperti persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan hasil panen sampai dalam bentuk siap dipasarkan dan bahkan wisatawan dapat membeli produk pertanian tersebut sebagai oleh-oleh. Agrowisata tersebut ikut melibatkan wisatawan dalam kegiatan-kegiatan pertanian. Sedangkan menurut Nurisjah (2001), agrotourism, agrowisata, wisata agro atau wisata pertanian merupakan penggabungan
antara
aktivitas
wisata
dan
aktivitas
pertanian. 40
Ditambahkan oleh Tirtawinata dan Fachruddin (1996) bahwa agrowisata merupakan suatu upaya dalam rangka menciptakan produk wisata baru (diversifikasi). Kegiatan agrowisata juga merupakan kegiatan pengembangan wisata yang berkaitan dengan kegiatan pedesaan dan pertanian yang mampu meningkatkan nilai tambah kegiatan pertanian dan kesejahteraan pedesaan (Haeruman, 1989 dalam Khairul, 1997) Menurut Tirtawinata dan Fachruddin (1996), prinsip yang harus dipegang dalam sebuah perencanaan agrowisata, yaitu sebagai berikut: 1) Perencanaan agrowisata sesuai dengan rencana pengembangan wilayah tempat agrowisata itu berada 2) Perencanaan dibuat secara lengkap, tetapi sesederhana mungkin 3) Perencanaan mempertimbangkan tata lingkungan dan kondisi sosial masyarakat sekitar 4) Perencanaan selaras dengan sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumber dana dan teknik-teknik yang ada 5) Perlu dilakukan evaluasi sesuai dengan perkembangan yang ada. Ada beberapa aspek yang perlu dilaksanakan untuk pengembangan wisata agro menurut Situs Departemen Pertanian (2007) yaitu: 1) Aspek pengembangan sumberdaya manusia. 2) Aspek sumberdaya alam. 3) Aspek promosi, baik melalui media informasi atau dari mulut ke mulut. 4) Aspek sarana transportasi. 1) Aspek keAgrowisata Meningkatkan Pendapatan Petani Dengan posisi geografis di katulistiwa serta kondisi alam, hayati, dan budaya yang beragam, Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan agrowisata. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani sekaligus melestarikan sumber daya lahan yang ada. Indonesia memiliki keanekaragaman hayati (biodiversity) nomor tiga terbesar di dunia. Kekayaan alam yang melimpah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber plasma nutfah/genetik dan atau sebagai areal wisata. Demikian pula dengan kondisi tanah dan iklim yang beragam,
41
peluang untuk mengembangkan berbagai komoditas pertanian pun semakin besar dengan menerapkan sistem pengelolaan lahan yang sesuai. Hal ini tercemin pada berbagai teknologi pertanian lokal yang berkembang di masyarakat dengan menyesuaikannya dengan tipologi lahan. Keunikan keunikan tersebut merupakan aset yang dapat menarik bangsa lain untuk berkunjung/berwisata ke Indonesia. Agrowisata merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan usaha pertanian (agro) sebagai objek wisata. Tujuannya adalah untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha dibidang pertanian. Melalui pengembangan agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam memanfaatkan lahan, kita bisa meningkatkan pendapatan petani sambil melestarikan sumber daya lahan, serta memelihara budaya maupun teknologi lokal (indigenous knowledge) yang umumnya telah sesuai dengan kondisi lingkungan alaminya. Pada era otonomi daerah, agrowisata dapat dikembangkan dimasing - masing daerah tanpa perlu ada persaingan antar daerah, mengingat kondisi wilayah dan budaya masyarakat di Indonesia sangat beragam. Masing - masing daerah bisa menyajikan atraksi agrowisata yang lain daripada yang lain.
2) Manfaat Pengembangan Agrowisata Pengembangan agrowisata sesuai dengan kapabilitas, tipologi, dan fungsi ekologis lahan akan berpengaruh langsung terhadap kelestarian sumber daya lahan dan pendapatan petani serta masyarakat sekitarnya. Kegiatan ini secara tidak langsung akan meningkatkan persepsi positif petani serta masyarakat sekitarnya akan arti pentingnya pelestarian sumber daya lahan pertanian. Pengembangan agrowisata pada gilirannya akan menciptakan lapangan pekerjaan, karena usha ini dapat menyerap tenaga kerja dari masyarakat pedesaan, sehingga dapat menahan atau mengurangi arus urbanisasi yang semakin meningkat saat ini. Manfaat yang dapat dipeoleh dari agrowisata adalah melestarikan sumber daya alam, melestarikan teknologi lokal, dan meningkatkan pendapatan petani/masyarakat sekira lokasi wisata.
42
3) Melestarikan Sumber Daya Alam Agrowisata
pada
prinsipnya
merupakan
kegiatan
industri
yang
mengharapkan kedatangan konsumen secara langsung ditempat wisata yang diselenggarakan. Aset yang penting untuk menarik kunjungan wisatawan adalah keaslian, keunikan, kenyamanan, dan keindahan alam. Oleh sebab itu, faktor kualitas lingkungan menjadi modal penting yang harus disediakan, terutama pada wilayah - wilayah yang dimanfaatkan untuk dijelajahi para wisatawan. Menyadari pentingnya nilai kualitas lingkungan tersebut, masyarakat/petani setempat perlu diajak untuk selalu menjaga keaslian, kenyamanan, dan kelestarian lingkungannya. Agrowisata dapat dikelompokkan ke dalam wisata ekologi (eco-toursm), yaitu kegiatan perjalanan wisata dengan tidak merusak atau mencemari alam dengan tujuan untuk mengagumi dan menikmati keindahan alam, hewan atau tumbuhan liar di lingkungan alaminya serta sebagai sarana pendidikan. Oleh karena itu, pengelolaannya harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: a)
Pengaturan dasar alaminya, yang meliputi kultur atau sejarah yang menarik, keunikan sumber daya biofisik alaminya, konservasi sumber daya alam ataupun kultur budaya masyarakat.
b) Nilai pendidikan, yaitu interpretasi yang baik untuk program pendidikan dari areal, termasuk lingkungan alaminya dan upaya konservasinya. c)
Partisipasi masyarakat dan pemanfaatannya. Masyarakat hendaknya melindungi/menjaga fasilitas atraksi yang digemari wisatawan, serta dapat berpartisipasi sebagai pemandu serta penyedia akomodasi dan makanan.
d) Dorongan meningkatkan upaya konservasi. Wisata ekologi biasanya tanggap dan berperan aktif dalam upaya melindungi area, seperti mengidentifikasi burung dan satwa liar, memperbaiki lingkungan, serta memberikan
penghargaan/falitas
kepada
pihak
yang
membantu
melingdungi lingkungan.
4) Atraksi-Atraksi yang Ditawarkan 43
Pengembangan agrowisata dapat diarahkan dalam bentuk ruangan tertutup (seperti museum), ruangan terbuka (taman atau lansekap), atau kombinasi antara keduanya. Tampilan agrowisata ruangan tertutup dapat berupa koleksi alat-alat pertanian yang khas dan bernilai sejarah atau naskah dan visualisasi sejarah penggunaan lahan maupun proses pengolahan hasil pertanian. Agrowisata ruangan terbuka dapat berupa penataan lahan yang khas dan sesuai dengan kapabilitas dan tipologi lahan untuk mendukung suatu sistem usahatani yang efektif dan berkelanjutan. Komponen utama pengembangan agrowisata ruangan terbuka dapat berupa flora dan fauna yang dibudidayakan maupun liar, teknologi budi daya dan pascapanen komoditas pertanian yang khas dan bernilai sejarah, atraksi budaya pertanian setempat, dan pemandangan alam berlatar belakang pertanian dengan kenyamanan yang dapat dirasakan. Agrowisata ruangn terbuka dapat dilakukan dalam dua versi/pola, yaitu alami dan buatan.
5) Agrowisata Ruang Terbuka Alami Objek agrowisata ruangan terbuka alami ini berada pada areal di mana kegiatan tersebut dilakukan langsung oleh masyarakat petani setempat sesuai dengan kehidupan keseharian mereka. Masyarakat melakukan kegiatannya sesuai dengan apa yang biasa mereka lakukan tanpa ada pengaturan dari pihak lain. Untuk memberikan tambahan kenikmatan kepada wisatawan, atraksi-atraksi spesifik yang dilakukan oleh masyarakat dapat lebih ditonjolkan, namun tetap menjaga nilai estetika alaminya. Sementara fasilitas pendukung untuk pengamanan wisatawan tetap disediakan sejauh tidak bertentangan dengan kultur dan estetika asli yang ada, seperti sarana transportasi, tempat berteduh, sanitasi, dan keamanan dari binatang buas. Contoh agrowisata terbuka alami adalah kawasan Suku Baduy di Pandeglang dan Suku Naga di Tasikmalaya, Jawa Barat; Suku Tengger di Jawa Timur; Bali dengan teknologi subaknya; dan Papua dengan berbagai pola atraksi pengelolaan lahan untuk budi daya umbi-umbian.
6) Agrowisata Ruang Terbuka Buatan 44
Kawasan agrowisata ruang terbuka buatan ini dapat didesain pada kawasankawasan yang spesifik, namun belum dikuasai atau disentuh oleh masyarakat adat. Tata ruang peruntukan lahan diatur sesuai dengan daya dukungnya dan komoditas pertanian yang dikembangkan memiliki nilai jual untuk wisatawan. Demikian pula teknologi yang diterapkan diambil dari budaya masyarakat lokal yang ada, diramu sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan produk atraksi agrowisata yang menarik. Fasilitas pendukung untuk akomodasi wisatawan dapat disediakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat modern, namun tidak mengganggu keseimbangan ekosistem yang ada. Kegiatan wisata ini dapat dikelola oleh suatu badan usaha, sedang pelaksana atraksi parsialnya tetap dilakukan oleh petani lokal yang memiliki teknologi yang diterapkan. Teknologi budi daya pertanian tradisional sebagai perwujudan keserasian hasil seleksi alam yang berlangsung dalam kurun waktu yang panjang dapat menjadi paket atraksi wisata yang potensial untuk dipasarkan. Sejalan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan pendapatan petani yang memiliki lahan sempit serta adanya gejala penggunaan lahan yang melebihi daya dukungnya, maka adanya alternatif pemanfaatan lahan yang berorientasi kepada kepentingan wisata sangat baik untuk dilakukan. Potensi objek wisata dapat dibedakan menjadi objek wisata alami dan buatan manusia. Objek wisata alami dapat berupa kondisi iklim (udara bersih dan sejuk, suhu dan sinar matahari yang nyaman, kesunyian), pemandangan alam (panorama pegunungan yang indah, air terjun, danau dan sungai yang khas), dan sumber air kesehatan (air mineral, air panas). Objek wisata buatan manusia dapat berupa falitas atau prasarana, peninggalan sejarah dan budidaya, pola hidup masyarakat dan taman-taman untuk rekreasi atau olah raga. Objek agrowisata yang telah berkembang dan tercata dalam basis data DIrektorat Jenderal Pariwisata 1994/1995 terdapat delapan propinsi (Tabel 1), yaitu SUmatera Utara, Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah dan DIY, Jawa Timur, NTB, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Barat. Objek agrowisata umumnya masih berupa hamparan suatu areal usaha pertanian dari
45
perusahaan-perusahaan besar yang dikelola secara modern/ala Barat dengan orientasi
objek
keindahan
alam
dan
belum
menonjolkan
atraksi
keunikan/spesifikasi dari aktivitas lokal masyarakat. Untuk membantu meningkatkan masyarakat petani yang berada di pedesaan, prioritas pengembangan agrowisata hendaknya lebih diarahkan pada pengembangan agrowisata ruang terbuka (Subowo)
a)
Peluang kerja/usaha lulusan
b)
Peluang agriwisata
c)
Kontribusi pihak terkait (du/di, aparat setempat, masyarakat)
d)
Pemberdayaan masyarakat
e)
Kompetensi keahlian agrowisata yang dibutuhkan dalam mendukung ekonomi kreatif masyarakat
46
BAB IV SIMPULAN DAN TINDAK LANJUT A. Simpulan 1. Potensi tanaman padi daerah Krawang 97,529 ha, dengan rata-rata panen dua kali dalam setahun. 2. Peluang usaha agrowisata ada, namun perlu integrasi antara satu tanaman dan tanaman lain yang dapat secara bergantian dinikmanti. Tanaman yang berpontensi untuk dikembangkan sesuai potensi daerah yakni padi, kelengkeng, semangka, melon, anggrek dan palem. 3. SPMA sudah mempunyai modal kemampuan untuk menyuluh petani, sehingga tidak kesulitan untuk mengadakan kerjasama dalam mengembangkan agrowisata 4. Kompetensi keahlian yang berkaitan dengan agrowisata sebagian besar sudah ada dalam kompetensi keahlian hortikultura dan tanaman pangan, hanya perlu diperdalam pada komoditas tertentu sesuai potensi daerah dengan menambah jam praktek. 5. Mata pelajaran yang perlu diperdalam dalam mengembangkan kompetensi keahlian agrowisata adalah pertamanan dan sistem pola tanam. Sedangkan mata pelajaran pemasaran jasa agrowisata dapat diambil dari kompetensi keahlian pemasaran yang disesuaikan, mata pelajaran pengolahan hasil panen dapat diambil dari kompetensi keahlian teknologi hasil panen dan mata pelajaran yang berkaitan dengan penawaran jasa agrowisata beserta paket perjalanan agrowisatanya dapat diambil dari kompetensi keahlian pariwisata.
B. Saran 1. Diperlukan kemampuan untuk berargowisata di SMK pertanian yang dapat diintegrasikan dalam mata pelajaran yang ada dalam kompetensi keahlian Agribisnis tanaman pangan dan hortikultura. 2. Kemampuan siswa menyuluh bidang pertanian yang diberikan dalam muatan lokal dasar-dasar penyuluhan
tetap diberikan untuk menularkan ilmu pertanian dan
wawasan argowisata kepada masyarakat sekitar sekolah 3. Kompetensi keahlian agribisnis tanaman pangan dan hortikultura dapat diintegrasikan dengan nilai-nilai yang berkaitan dengan agrowisata. Masing-masing kompetensi dasar yang ada pada kompetensi keahlian agribisnis tanaman pangan dan hortikultura dicari aspek yang bersentuhan langsung dengan agrowisata lalu diturunkan menjadi 47
nilai-nilai yang berkaitan dengan agrowisata. Nilai-nilai tersebut dapat diintegrasikan dalam mata pelajaran. 4. Mata pelajaran yang berkaitan langsung dengan kemampuan agriwisata seperti pemasaran jasa agrowisata dan paket perjalanan agrowisata yang diambil dari kompetensi keahlian pariswisata dapat dimasukkan dalam mata pelajaran muatan lokal.
C. Tindak lanjut Setelah tahap eksplorasi dilakukan, diperoleh informasi yang lebih rinci untuk merumuskan permasalahan dan tujuan
dalam disain penelitian dan pengembangan.
Disain disusun untuk memperjelas arah dan metode yang digunakan untuk penelitian dan pengembangan Model Agriwisata di SMK Berbasis Pertanian dalam Mendukung Ekonomi Kreatif Masyarakat Pedesaan.
48
DAFTAR PUSTAKA
Cantillon, Richard (1775). Essay on the Naturof Commerce ini General. ---Drucker, Peter F (1985). Innovation and Entrepreneurship. ---Inpres No.4 tahun 1995 tanggal 30 Juni tahun 1195 tentang Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan Membudayakan Kewirausahaan. Kasmir (2007). Kewirausahaan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Perkasa. Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional tahun 2010-2014. Schumpeter, Josep (1934). Theory of Economics. ----. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-undang No. 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan. http://dp2m.dikti.go.id/data/panduan7/BukuII2006Kewirausahaan.pdf http://westaction.org/definitions/def_entrepreneurship_1.html
49