INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI
PENGEMBANGAN MODEL AGRIWISATA DI SMK BERBASIS PERTANIAN DALAM MENDUKUNG EKONOMI KREATIF MASYARAKAT PEDESAAN
BURAM MODEL
Tim peneliti: Yufridawati Agus Amin Sulistiono Sujatmiko Meni Handayani Effi Heriyati
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN JAKARTA, 2012
1
PENGEMBANGAN MODEL AGRIWISATA DI SMK BERBASIS PERTANIAN DALAM MENDUKUNG EKONOMI KREATIF MASYARAKAT PEDESAAN
PENDAHULUAN A. Rasional Indonesia sebagai “negara agraris” belum maksimal mengelola tanah secara optimal. Sebagian besar penduduk bekerja di sektor pertanian, namun luas lahan terbatas ( di bawah 2ha per petani). Rendahnya animo masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di SMK berbasis pertanian. Untuk itu perlu dikembangkan model pendidikan SMK berbasis pertanian yang memiliki “nilai tambah”, sehingga menarik bagi masyarakat dan dapat membuka peluang usaha yang ada di sekitarnya misalnya agrowisata sesuai dengan adat istiadat, karakteristik daerah serta lingkungan hidup setempat Agrowisata pada prinsipnya merupakan kegiatan industri yang mengharapkan kedatangan konsumen secara langsung ditempat wisata yang diselenggarakan. Aset yang penting untuk menarik kunjungan wisatawan adalah keaslian, keunikan, kenyamanan, dan keindahan alam. Oleh sebab itu, faktor kualitas lingkungan menjadi modal penting yang harus disediakan, terutama pada wilayah - wilayah yang dimanfaatkan untuk dijelajahi para wisatawan. Menyadari pentingnya nilai kualitas lingkungan tersebut, masyarakat/petani setempat perlu diajak untuk selalu menjaga keaslian, kenyamanan, dan kelestarian lingkungannya Pengembangan agrowisata sesuai dengan kapabilitas, tipologi, dan fungsi ekologis lahan akan berpengaruh langsung terhadap kelestarian sumber daya lahan dan pendapatan petani serta masyarakat sekitarnya. Kegiatan ini secara tidak langsung akan meningkatkan persepsi positif petani serta masyarakat sekitarnya akan arti pentingnya pelestarian sumber daya lahan pertanian. Pengembangan agrowisata pada gilirannya akan menciptakan lapangan pekerjaan, karena usha ini dapat menyerap tenaga kerja dari masyarakat pedesaan, sehingga dapat menahan atau mengurangi arus urbanisasi yang semakin meningkat saat ini. Manfaat yang dapat dipeoleh dari agrowisata adalah melestarikan sumber daya alam, melestarikan teknologi lokal, dan meningkatkan pendapatan petani/masyarakat sekira lokasi wisata Agriwisata dalam studi ini dibatasi pada bentuk kegiatan wisata yang dilakukan di kawasan pertanian yang menyajikan suguhan pemandangan alam kawasan pertanian (farmland view) dan aktivitas di dalamnya seperti persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan hasil panen tanaman pangan sampai dalam bentuk siap dipasarkan dan bahkan wisatawan dapat membeli produk pertanian tersebut sebagai oleh-oleh. Implementasi model ini, dapat memberi peluang bagi petani lokal untuk meningkatkan pendapatan, taraf hidup dan kelangsungan usaha; sebagai sarana pendidikan tentang pentingnya pertanian dan kontribusinya untuk ekonomi;mengurangi arus urbanisasi ke perkotaan; serta sebagai media promosi untuk produk lokal, dan membantu perkembangan regional dalam memasarkan usaha dan menciptakan nilai tambah. Berbagai faktor pendukung perlu dikembangkannya agriwisata adalah masih langkanya daerah yang mengembangkan wisata agro, sifat kealamiahan daerah, sifat keunikan wisata agro yang menggabungkan wisata alam dan peningkatan produktifitas daerah, pelibatan tenaga kerja secara masal mulai dari petani perkebunan, pekerja infrastruktur, pemerintah, pedagang, restoran maupun bisnis penginapan,memberi peluang untuk optimalisasi penggunaan lahan produktif dengan memberikan nilai produksi, nilai tambah penjualan, dan nilai tambah pariwisata, memberikan keadilan dan berpotensi meningkatkan pemerataan pendapatan petani, serta membantu penataan kawasan agar lebih ramah lingkungan, asri dan indah. Berbagai potensi budidaya tanaman agriwisata yang dapat dikembangkan adalah: perkebunan, tanaman pangan dan hortikultura, peternakan, dan perikanan.
2
B. Tujuan Tujuan dari kegiatan ini adalah mengembangkan konsep model pendidikan agrobisnis produksi tanaman yang berwawasan agriwisata di SMK berbasis pertanian. Secara khusus, tujuan dari pengembangan model ini adalah mengembangkan konsep integrasi agriwisata ke dalam kurikulum, serta konsep perencanaan dan implementasi pembelajaran integrasi agriwisata ke dalam kurikulum. C.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup konsep model pendidikan agrobisnis produksi tanaman yang berwawasan agriwisata yang dikembangkan dibatasi konsep integrasi agriwisata serta konsep perencanaan dan implementasi pembelajaran integrasi agriwisata ke dalam kurikulum di SMK berbasis pertanian program studi keahlian : agribisnis produksi tanaman dengan kompetensi keahlian agribisnis tanaman pangan dan hortikultura (104)
3
KONSEP MODEL INTEGRASI PENDIDIKAN AGRIWISATA DAN EKONOMI KREATIF MASYARAKAT PEDESAAN DI SMK BERBASIS PERTANIAN
A. Agrowisata Agrowisata adalah salah satu bentuk pariwisata yang obyek wisata utamanya adalah lanskap pertanian, maka dapat dikatakan bahwa agrowisata merupakan wisata yang memanfaatkan obyekobyek pertanian. Pengertian lainnya, adalah kegiatan wisata yang terintegrasi dengan keseluruhan sistem pertanian dan pemanfaatan obyek-obyek pertanian sebagai obyek wisata, seperti teknologi pertanian maupun komoditi pertanian. Dengan kata lain, agrowisata adalah bentuk kegiatan wisata yang dilakukan di kawasan pertanian yang menyajikan suguhan pemandangan alam kawasan pertanian (farmland view) dan aktivitas di dalamnya seperti persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan hasil panen sampai dalam bentuk siap dipasarkan dan bahkan wisatawan dapat membeli produk pertanian tersebut sebagai oleh-oleh Agrowisata dapat dikelompokkan ke dalam wisata ekologi (eco-toursm), yaitu kegiatan perjalanan wisata dengan tidak merusak atau mencemari alam dengan tujuan untuk mengagumi dan menikmati keindahan alam, hewan atau tumbuhan liar di lingkungan alaminya serta sebagai sarana pendidikan. Oleh karena itu, pengelolaannya harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: 1.
Pengaturan dasar alaminya, yang meliputi kultur atau sejarah yang menarik, keunikan sumber daya biofisik alaminya, konservasi sumber daya alam ataupun kultur budaya masyarakat.
2.
Nilai pendidikan, yaitu interpretasi yang baik untuk program pendidikan dari areal, termasuk lingkungan alaminya dan upaya konservasinya.
3.
Partisipasi masyarakat dan pemanfaatannya. Masyarakat hendaknya melindungi/menjaga fasilitas atraksi yang digemari wisatawan, serta dapat berpartisipasi sebagai pemandu serta penyedia akomodasi dan makanan.
4.
Dorongan meningkatkan upaya konservasi. Wisata ekologi biasanya tanggap dan berperan aktif dalam upaya melindungi area, seperti mengidentifikasi burung dan satwa liar, memperbaiki lingkungan, serta memberikan penghargaan/falitas kepada pihak yang membantu melingdungi lingkungan.
Agrowisata dapat dikelompokkan ke dalam wisata ekologi (eco-tourism), yaitu kegiatan perjalanan wisata dengan tidak merusak atau mencemari alam dengan tujuan untuk mengagumi dan menikmati keindahan alam, hewan atau tumbuhan liar di lingkungan alaminya serta sebagai sarana pendidikan (Deptan, 2005). Antara ecotourism dan agritourism berpegang pada prinsif yang sama. Prinsif-prinsif tersebut, menurut Wood, 2000 (dalam Pitana, 2002) adalah sebagai berikut: a.
Menekankan serendah-rendahnya dampak negatif terhadap alam dan kebudayaan yang dapat merusak daerah tujuan wisata.
b.
Memberikan pembelajaran kepada wisatawan mengenai pentingnya suatu pelestarian.
c.
Menekankan pentingnya bisnis yang bertanggung jawab yang bekerjasama dengan unsur pemerintah dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan penduduk lokal dan memberikan manfaat pada usaha pelestarian.
d.
Mengarahkan keuntungan ekonomi secara langsung untuk tujuan pelestarian, menejemen sumberdaya alam dan kawasan yang dilindungi.
e.
Memberi penekanan pada kebutuhan zone pariwisata regional dan penataan serta pengelolaan tanam-tanaman untuk tujuan wisata di kawasan-kawasan yang ditetapkan untuk tujuan wisata tersebut.
f.
Memberikan penekanan pada kegunaan studi-studi berbasiskan lingkungan dan sosial, dan program-program jangka panjang, untuk mengevaluasi dan menekan serendah-rendahnya dampak pariwisata terhadap lingkungan.
4
g.
Mendorong usaha peningkatan manfaat ekonomi untuk negara, pebisnis, dan masyarakat lokal, terutama penduduk yang tinggal di wilayah sekitar kawasan yang dilindungi.
h.
Berusaha untuk meyakinkan bahwa perkembangan pariwisata tidak melampui batas-batas sosial dan lingkungan yang dapat diterima seperti yang ditetapkan para peneliti yang telah bekerjasama dengan penduduk lokal.
i.
Mempercayakan pemanfaatan sumber energi, melindungi tumbuh-tumbuhan dan binatang liar, dan menyesuaikannya dengan lingkungan alam dan budaya.
Di beberapa negara, agritourism bertumbuh sangat pesat dan menjadi alternatif terbaik bagi wisatawan, hal ini disebabkan, agritourism akan membawa seseorang mendapatkan pengalaman yang benar-benar berbeda dari rutinitas kesehariannya. Mereka ingin keluar dari kejenuhan, tekanan kemacetan lalulintas, telepon selular, suasana kantor dan hiruk pikuk keramaian. Orang tua ingin anak-anak mereka dapat mengetahui dari mana sebenarnya makanan itu berasal atau mengenalkan bahwa susu itu dari seekor sapi bukan rak supermarket (www.farmstop.com) Utama (2005) menemukan, faktor pendorong wisatawan mengunjungi objek wisata bertipe ecotourism dan agritourism (Studi Kasus Kebun Raya Eka Karya Bali) adalah dominan dipengaruhi oleh faktor relaxation, escape, strengthening family bond, dan play. Kunjungannya untuk memenuhi tujuan penyegaran tubuh, menghilangkan kejenuhan, ajakan teman atau keluarga, dan mencari hiburan atau bermain. Pada era ini, manusia di bumi hidupnya dipenuhi dengan kejenuhan, rutinitas dan segudang kesibukan. Untuk kedepan, prospek pengembangan agrowisata diperkirakan sangat cerah. Pengembangan agrowisata dapat diarahkan dalam bentuk ruangan tertutup (seperti museum), ruangan terbuka (taman atau lansekap), atau kombinasi antara keduanya. Tampilan agrowisata ruangan tertutup dapat berupa koleksi alat-alat pertanian yang khas dan bernilai sejarah atau naskah dan visualisasi sejarah penggunaan lahan maupun proses pengolahan hasil pertanian. Agrowisata ruangan terbuka dapat berupa penataan lahan yang khas dan sesuai dengan kapabilitas dan tipologi lahan untuk mendukung suatu sistem usahatani yang efektif dan berkelanjutan. Komponen utama pengembangan agrowisata ruangan terbuka dapat berupa flora dan fauna yang dibudidayakan maupun liar, teknologi budi daya dan pascapanen komoditas pertanian yang khas dan bernilai sejarah, atraksi budaya pertanian setempat, dan pemandangan alam berlatar belakang pertanian dengan kenyamanan yang dapat dirasakan. Agrowisata ruangan terbuka dapat dilakukan dalam dua versi/pola, yaitu alami dan buatan (http://database.deptan.go.id) Pengembangan agrowisata dapat diarahkan dalam bentuk ruangan tertutup (seperti museum), ruangan terbuka (taman atau lansekap), atau kombinasi antara keduanya. Tampilan agrowisata ruangan tertutup dapat berupa koleksi alat-alat pertanian yang khas dan bernilai sejarah atau naskah dan visualisasi sejarah penggunaan lahan maupun proses pengolahan hasil pertanian. Agrowisata ruangan terbuka dapat berupa penataan lahan yang khas dan sesuai dengan kapabilitas dan tipologi lahan untuk mendukung suatu sistem usahatani yang efektif dan berkelanjutan. Komponen utama pengembangan agrowisata ruangan terbuka dapat berupa flora dan fauna yang dibudidayakan maupun liar, teknologi budi daya dan pascapanen komoditas pertanian yang khas dan bernilai sejarah, atraksi budaya pertanian setempat, dan pemandangan alam berlatar belakang pertanian dengan kenyamanan yang dapat dirasakan. Agrowisata ruangan terbuka dapat dilakukan dalam dua versi/pola, yaitu alami dan buatan(http://database.deptan.go.id). Objek agrowisata ruangan terbuka alami berada pada areal di mana kegiatan tersebut dilakukan langsung oleh masyarakat petani setempat sesuai dengan kehidupan keseharian mereka. Masyarakat melakukan kegiatannya sesuai dengan apa yang biasa mereka lakukan tanpa ada pengaturan dari pihak lain. Untuk memberikan tambahan kenikmatan kepada wisatawan, atraksi-atraksi spesifik yang dilakukan oleh masyarakat dapat lebih ditonjolkan, namun tetap menjaga nilai estetika alaminya. Sementara fasilitas pendukung untuk kenyamanan wisatawan tetap disediakan sejauh tidak bertentangan dengan kultur dan estetika asli yang ada, seperti sarana transportasi, tempat berteduh, sanitasi, dan keamanan dari binatang buas. Contoh agrowisata terbuka alami adalah kawasan Suku Baduy di Pandeglang dan Suku Naga di Tasikmalaya, Jawa Barat; Suku Tengger di Jawa Timur; Bali dengan teknologi subaknya; dan Papua dengan berbagai pola atraksi pengelolaan lahan untuk budi daya umbi-umbian.
5
Kawasan agrowisata ruang terbuka buatan dapat didesain pada kawasan-kawasan yang spesifik, namun belum dikuasai atau disentuh oleh masyarakat adat. Tata ruang peruntukan lahan diatur sesuai dengan daya dukungnya dan komoditas pertanian yang dikembangkan memiliki nilai jual untuk wisatawan. Demikian pula teknologi yang diterapkan diambil dari budaya masyarakat lokal yang ada, diramu sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan produk atraksi agrowisata yang menarik. Fasilitas pendukung untuk akomodasi wisatawan dapat disediakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat modern, namun tidak mengganggu keseimbangan ekosistem yang ada. Kegiatan wisata ini dapat dikelola oleh suatu badan usaha, sedang pelaksana atraksi parsialnya tetap dilakukan oleh petani lokal yang memiliki teknologi yang diterapkan. Ditambahkan oleh Tirtawinata dan Fachruddin (1996) bahwa agrowisata merupakan suatu upaya dalam rangka menciptakan produk wisata baru (diversifikasi). Kegiatan agrowisata juga merupakan kegiatan pengembangan wisata yang berkaitan dengan kegiatan pedesaan dan pertanian yang mampu meningkatkan nilai tambah kegiatan pertanian dan kesejahteraan pedesaan (Haeruman, 1989 dalam Khairul, 1997) Menurut Tirtawinata dan Fachruddin (1996), prinsip yang harus dipegang dalam sebuah perencanaan agrowisata, yaitu sebagai berikut: 1.
Perencanaan agrowisata sesuai dengan rencana pengembangan wilayah tempat agrowisata itu berada
2.
Perencanaan dibuat secara lengkap, tetapi sesederhana mungkin
3.
Perencanaan mempertimbangkan tata lingkungan dan kondisi sosial masyarakat sekitar
4.
Perencanaan selaras dengan sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumber dana dan teknik-teknik yang ada
5.
Perlu dilakukan evaluasi sesuai dengan perkembangan yang ada.
Ada beberapa aspek yang perlu dilaksanakan untuk pengembangan wisata agro menurut Situs Departemen Pertanian (2007) yaitu: 1.
Aspek pengembangan sumberdaya manusia.
2.
Aspek sumberdaya alam.
3.
Aspek promosi, baik melalui media informasi atau dari mulut ke mulut.
4.
Aspek sarana transportasi.
Agrowisata merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan usaha pertanian (agro) sebagai objek wisata. Tujuannya adalah untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha dibidang pertanian. Melalui pengembangan agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam memanfaatkan lahan, kita bisa meningkatkan pendapatan petani sambil melestarikan sumber daya lahan, serta memelihara budaya maupun teknologi lokal (indigenous knowledge) yang umumnya telah sesuai dengan kondisi lingkungan alaminya. Pada era otonomi daerah, agrowisata dapat dikembangkan dimasing - masing daerah tanpa perlu ada persaingan antar daerah, mengingat kondisi wilayah dan budaya masyarakat di Indonesia sangat beragam. Masing - masing daerah bisa menyajikan atraksi agrowisata yang lain daripada yang lain Objek agrowisata yang telah berkembang dan tercatat dalam basis data DIrektorat Jenderal Pariwisata 1994/1995 terdapat delapan propinsi yaitu Sumatera Utara, Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, NTB, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Barat. Objek agrowisata umumnya masih berupa hamparan suatu areal usaha pertanian dari perusahaanperusahaan besar yang dikelola secara modern/ala Barat dengan orientasi objek keindahan alam dan belum menonjolkan atraksi keunikan/spesifikasi dari aktivitas lokal masyarakat. Diantara objek wisata agrowisata tersebut antara lain: Kebun Raya Bogor; Taman Anggrek Indonesia Permai, Jakarta; Taman Bunga Nusantara, Cipanas, Jawa Barat; Taman Buah Mekarsari (TBM), Cileungsi, Jawa Barat; Oceanarium; Taman Akuarium Air Tawar (TAAT); Taman Burung TMII; Taman Anggrek Ragunan; Balai Benih Ikan Ciganjur; Taman Margasatwa Ragunan; Agrowisata Kebun Teh Pagilaran. Sedangkan Manfaat Agritourism bagi pengunjung (Rilla, 1999) adalah sebagai berikut:
6
1.
Menjalin hubungan kekeluargaan dengan petani atau masyarakat lokal.
2.
Meningkatkan kesehatan dan kesegaran tubuh
3.
Beristirahat dan menghilangkan kejenuhan
4.
Mendapatkan petualangan yang mengagumkan
5.
Mendapatkan makanan yang benar-benar alami (organic food)
6.
Mendapatkan suasana yang benar-benar berbeda
7.
Biaya yang murah karena agrowisata relatif lebih murah dari wisata yang lain
Pengembangan agrowisata diharapkan sesuai dengan kapabilitas, tipologi, dan fungsi ekologis lahan sehingga akan berpengaruh langsung terhadap kelestarian sumber daya lahan dan pendapatan petani serta masyarakat sekitarnya. Kegiatan ini secara tidak langsung akan meningkatkan persepsi positif petani serta masyarakat sekitarnya akan arti pentingnya pelestarian sumber daya lahan pertanian. Pengembangan agrowisata pada gilirannya akan menciptakan lapangan pekerjaan, karena usaha ini dapat menyerap tenaga kerja dari masyarakat pedesaan, sehingga dapat menahan atau mengurangi arus urbanisasi yang semakin meningkat saat ini. Manfaat yang dapat dipeoleh dari agrowisata adalah melestarikan sumber daya alam, melestarikan teknologi lokal, dan meningkatkan pendapatan petani/masyarakat sekitar lokasi wisata (http://database.deptan.go.id) Sedangkan menurut Spillane, (1994) untuk dapat mengembangkan suatu kawasan menjadi kawasan pariwisata (termasuk juga agrowisata) ada lima unsur yang harus dipenuhi seperti di bawah ini: 1.
Attractions Dalam konteks pengembangan agrowisata, atraksi yang dimaksud adalah, hamparan kebun/lahan pertanian, keindahan alam, keindahan taman, budaya petani tersebut serta segala sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas pertanian tersebut.
2.
Facilities Fasilitas yang diperlukan mungkin penambahan sarana umum, telekomunikasi, hotel dan restoran pada sentra-sentra pasar.
3.
Infrastructure Infrastruktur yang dimaksud dalam bentuk Sistem pengairan, Jaringan komunikasi, fasilitas kesehatan, terminal pengangkutan, sumber listrik dan energi, system pembuangan kotoran/pembungan air, jalan raya dan system keamanan.
4.
Transportation Transportasi umum, Bis-Terminal, system keamanan penumpang, system Informasi perjalanan, tenaga Kerja, kepastian tariff, peta kota/objek wisata.
5.
Hospitality Keramah-tamahan masyarakat akan menjadi cerminan keberhasilan sebuah system pariwisata yang baik.
Sedangkan untuk pemilihan lokasi wilayah pertanian yang akan dijadikan objek agrowisata perlu dipertimbangkan, menurut I Gusti Bagus Rai Utama di antaranya mempertimbangkan kemudahan mencapai lokasi, karakteristik alam, sentra produksi pertanian, dan adanya kegiatan agroindustri. Pemilihan lokasi juga dapat dilihat berdasarkan karakteristik alam, apakah merupakan dataran rendah atau dataran tinggi, pantai, dan danau/waduk. Pemilihan juga dapat dilakukan dengan melihat potensi daerah seperti sentra produksi pertanian, letak daerah yang strategis, sejarah dan budaya ataupun pemilihan dilakukan dengan melihat potensi agroindustri suatu wilayah. Dataran rendah biasanya memiliki karakteristik iklim kering dan biasanya terdapat padang rumput yang luas (stepa) yang cocok untuk dikembangkan usaha peternakan, sedangkan dataran tinggi biasanya memiliki topografi yang berbukit-bukit atau berupa kawasan pegunungan yang sambungmenyambung. Umumnya daerah pegunungan memiliki tanah yang subur dan suhu relatif rendah, sehingga cocok bagi pertumbuhan berbagai jenis tanaman bunga dan sayuran. Untuk wilayah yang
7
memiliki kawasan pantai yang sangat luas dapat dimanfaatkan untuk usaha budi daya perikanan laut dan tambak atau rumput laut. Untuk kawasan yang memiliki danau atau waduk untuk usaha teknik budi daya ikan air tawar dengan menyediakan sarana pemancingan. Menurut I Gusti Bagus Rai Utama, potensi budidaya pertanian yang dapat dijadikan agrowisata antara lain : 1. Perkebunan Suatu kawasan perkebunan yang ideal untuk dapat dimanfaatkan sebagai objek dan daya tarik agrowisata adalah kawasan perkebunan yang kegiatannya merupakan kesatuan yang utuh mulai dari pembibitan sampai dengan pengolahan hasilnya. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa setiap kegiatan dan proses pengusahaan perkebunan dapat dijadikan daya tarik atau atraksi yang menarik bagi wisatawan mulai dari pembibitan, penanaman, pengolahan ataupun pengepakan hasil produksinya. Perkebunan sebagai objek agrowisata terdiri dari perkebunan kelapa sawit, karet, teh kopi, kakao, tebu, dan lain-lain. Pada dasarnya luas suatu perkebunan ada batasnya, namun perkekbunan yang dijadikan sebagai objek agrowisata luasnya tidak dibatasi, dengan kata lain luasnya sesuai izin atau persyaratan objek agrowisata yang diberikan. Untuk menunjukkan kepada wisatawan suatu perkebunan yang baik dan benar, seyogyanya dalam objek dilengkapi dengan unit pengolahan, laboratorium, pengepakan hasil, sarana dan prasarana. 2. Tanaman pangan dan Hortikultura Daya tarik tanaman pangan dan hortikultura sebagai objek agrowisata antara lain kebun bunga-bungaan, kebunbuah-buahan, kebun sayur-sayuran, kebun tanaman obat-obatan/ jamu. 3. Peternakan Potensi peternakan sebagai sumber daya wisata antara lain cara tradisional dalam pemeliharaan ternak, aspek kekhasan/ keunikan pengelolaan, produksi ternak, atraksi peternakan dan peternakan khusus seperti bekisar dan burung puyuh. 4. Perikanan Sebagai negara kepulauan yang sebagian besar terdiri dari perairan dengan potensi sumber daya ikan yang jenis maupun jumlahnya cukup besar, kegiatan perikanan di Indonesia mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai obyek agrowisata. Secara garis besar kegiatan perikanan dibagi menjadi kegiatan penangkapan dan kegiatan budidaya, dan kegiatan tersebut merupakan potensi yang dapat dikembangkan menjadi obyek agrowisata seperti budidaya ikan air tawar, budidaya Air Payau (tambak), budidaya laut (kerang, rumput laut, kakap merah, dan mutiara). Strategi pelaksanaan pendidikan agriwisata di satuan pendidikan merupakan suatu kesatuan dari program manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah yang terimplementasi dalam pengembangan, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum oleh setiap satuan pendidikan. Agar pendidikan agriwisata dapat dilaksanakan secara optimal, pendidikan agriwisata diimplementasikan melalui langkah-langkah berikut: 1. Sosialisasi ke stakeholders (komite sekolah, masyarakat, lembaga-lembaga) 2. Pengembangan dalam kegiatan sekolah melalui integrasi dalam mata pelajaran dengan mengembangkan silabus dan RPP pada kompetensi yang telah ada sesuai perilaku/nilai agriwisata yang dikembangkan, integrasi dalam muatan local atau melalui kegiatan pengembangan diri dalam bentuk pembudayaan, pembiasaan dan pembentukan keterampilan Berbagai nilai, perilaku atau keterampilan agriwisata yang perlu diterapkan dalam bentuk pembudayaan, pembiasaan di lingkungan kelas, sekolah, dan masyarakat di sekolah adalah sebagai berikut. 1.
memahami dan mampu merancang lanskap pertanian sederhana secara artistik untuk menghilangkan seperti kejenuhan, tekanan kemacetan lalulintas, telepon selular, suasana kantor dan hiruk pikuk keramaian
8
2.
memahami konsep perencanaan tata ruang wilayah suatu daerah, tata lingkungan dan kondisi sosial masyarakat sekitar yang dilengkapi dengan penambahan sarana umum, telekomunikasi, hotel dan restoran pada sentra-sentra pasar
3.
mengenal dan memahami prinsip-prinsip pencegahan perusakan lingkungan sesuai dengan kapabilitas, tipologi, dan fungsi ekologis lahan
4.
mengenal dan memahami prinsip-prinsip konservasi sumber daya alam ataupun kultur budaya masyarakat
5.
mengenal dan memahami berbagai komoditi pertanian sebagai bagian dari kepariwisataan
6.
mengenal dan mampu menerapkan model persiapan/penataan lahan sebagai bagian dari kepariwisataan yang khas dan sesuai dengan kapabilitas dan tipologi lahan untuk mendukung suatu sistem usahatani yang efektif dan berkelanjutan
7.
mengenal dan mampu merancang, menerapkan model penanaman holtikulutra/perkebunan sebagai bagian dari kepariwisataan
8.
mengenal dan mampu merancang, menerapkan holtikulutra/perkebunan sebagai bagian dari kepariwisataan
9.
mengenal dan mampu merancang, menerapkan model pemanenan holtikulutra/perkebunan sebagai bagian dari kepariwisataan
model
pemeliharaan
10. mengenal dan mampu merancang, menerapkan model pengolahan hasil panen holtikulutra/perkebunan sebagai bagian dari kepariwisataan 11. mengenal dan mampu menerapkan teknologi pertanian yang ramah lingkungan 12. mengenal dan mampu merancang, menerapkan model pemasaran/penjualan hasil holtikulutra/perkebunan sebagai bagian dari kepariwisataan 13. mendorong kerjasama dan peran serta masyarakat dalam melindungi/menjaga fasilitas atraksi yang digemari wisatawan, serta dapat berpartisipasi sebagai pemandu serta penyedia akomodasi dan makanan. 14. memahami dan bersikap membiasakan pada usaha pelestarian lingkungan hidup
B. Ekonomi Kreatif Ekonomi kreatif adalah kegiatan pemenuhan kebutuhan yang didasarkan pada intelektual, keahlian, talenta, dan gagasannya yang orisinal. Atau ekonomi kreatif adalah proses peningkatan nilai tambah hasil dari eksploitasi kekayaan intelektual berupa kreativitas, keahlian dan bakat individu mejadi produk yang dapat dikomersiilkan. Pengembangan pola piker ekonomi kreatif dapat dikembangkan dari pengertian industri kreatif. (Dr. I G. W. Murjana Yasa, SE., MSi, 2009). Bahkan Presiden RI pada pidato pembukaan Pameran Pekan Budaya tahun 2009, menyatakan bahwa Indonesia tengah bersiap-siap menyambut era ekonomi kreatif, yang beliau sebut sebagai ekonomi gelombang ke 4. Konsep Ekonomi Kreatif merupakan sebuah konsep ekonomi di era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan stock of knowledge dari Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya. Alvin Toffler (1980) dalam teorinya melakukan pembagian gelombang peradaban ekonomi kedalam tiga gelombang. Gelombang pertama adalah gelombang ekonomi pertanian. Kedua, gelombang ekonomi industri. Ketiga adalah gelombang ekonomi informasi. Kemudian diprediksikan gelombang keempat yang merupakan gelombang ekonomi kreatif dengan berorientasi pada ide dan gagasan kreatif Menurut ahli ekonomi Paul Romer (1993), ide adalah barang ekonomi yang sangat penting, lebih penting dari objek yang ditekankan di kebanyakan model-model ekonomi. Di dunia dengan keterbatasan fisik ini, adanya penemuan ide-ide besar bersamaan dengan penemuan jutaan ide-ide kecil-lah yang membuat ekonomi tetap tumbuh. Ide adalah instruksi yang membuat kita mengkombinasikan sumber daya fisik yang penyusunannya terbatas menjadi lebih bernilai. Romer juga berpendapat bahwa suatu negara miskin karena masyarakatnya tidak mempunyai akses pada ide yang digunakan dalam perindustrian nasional untuk menghasilkan nilai ekonomi. Definisi yang lebih jelas disampaikan oleh UNDP (2008) yang merumuskan bahwa ekonomi kreatif merupakan bagian
9
integratif dari pengetahuan yang bersifat inovatif, pemanfaatan teknologi secara kreatif, dan budaya. Seperti dijelaskan pada Gambar berikut
Gambar 2: bagan rumusan ekonomi kreatif menurut UNDP (2008) Ekonomi kreatif merupakan pengembangan kegiatan ekonomi berdasarkan pada kreativitas, keterampilan, dan bakat individu untuk menciptakan daya kreasi dan daya cipta yang bernilai ekonomis dan berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat, yaitu sebagai segala kegiatan ekonomi yang menjadikan kreativitas (kekayaan intelektual), budaya, dan warisan budaya maupun lingkungan sebagai tumpuan masa depan. Manfaat pengembangan ekonomi kreatif adalah: (1) memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan; (2) menciptakan Iklim bisnis yang positif; (3) membangun citra dan identitas bangsa; (4) mengembangkan ekonomi berbasis kepada sumber daya yang terbarukan; (5) menciptakan inovasi dan kreativitas yang merupakan keunggulan kompetitif suatu bangsa; dan (6) memberikan dampak sosial yang positif . Ekonomi kreatif dan sektor wisata merupakan dua hal yang saling berpengaruh dan dapat saling bersinergi jika dikelola dengan baik. Konsep kegiatan wisata dapat didefinisikan dengan tiga faktor, yaitu harus ada something to see, something to do, dan something to buy (Yoeti, 1985). Something to see terkait dengan atraksi di daerah tujuan wisata, something to do terkait dengan aktivitas wisatawan di daerah wisata, sementara something to buy terkait dengan souvenir khas yang dibeli di daerah wisata sebagai memorabilia pribadi\ wisatawan. Dalam tiga komponen tersebut, ekonomi kreatif dapat masuk melalui something to buy dengan menciptakan produk-produk inovatif khas daerah. Howkins (2001) dalam bukunya “The Creative Economy” menemukan kehadiran gelombang ekonomi kreatif setelah menyadari pertama kali pada tahun 1996 ekspor karya hak cipta Amerika Serikat mempunyai nilai penjualan sebesar US$ 60,18 miliar yang jauh melampaui ekspor sektor lainnya seperti otomotif, pertanian, dan pesawat. Menurut Howkins ekonomi baru telah muncul seputar industri kreatif yang dikendalikan oleh hukum kekayaan intelektual seperti paten, hak cipta, merek, royalti dan desain. Ekonomi kreatif merupakan pengembangan konsep berdasarkan aset kreatif yang berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi. (Dos Santos, 2007). Pengertian kreatif atau kreatifitas dapat diuraikan dalam 3 (tiga) dimensi sebagai berikut: 1. berfikir kreatif yaitu melahirkan gagasan, konsep, harapan, tujuan baru serta pemahaman baru terhadap masalah (Lebih lanjut akan dibahas dalam sub bagian berfikir kreatif dan berfikir kritis). 2. sikap atau prilaku kreatif (creative behavior) yaitu sikap yang mendukung atau menfasilitasi proses kreatif seperti percaya diri. Prilaku kreatif merupakan fondasi berfikir kreatif dan amaliah kreatif. Oleh sebab itu, prilaku kreatif atau lebih dikenal dengan “prilaku konstruktif (constructive behavior)’, yang
10
mempunyai peran utama atau menjadi pendorong utama terhadap lahirnya pemikiran dan tindak kreatif. 3. tindakan atau amaliah kreatif yaitu melakukan sesuatu yang baru (pengetahuan dan keterampilan) atau melahirkan produk satu-satunya pada waktu itu atau sesuatu yang sama sekali baru di masyarakat atau di dunia (Craft, 2005 ; Fisher & Williams, 2004). Terdapat 3 (tiga) kriteria yang dapat dijadikan dasar untuk menilai sesuatu itu kreatif atau kreatifitas yaitu orisinalitas, novelty and appropriateness (ketepatan atau kegunaan). Sesuatu dikatakan kreatif apabila orisinal dan baru (novel) sebagaimana diungkapkan dimuka. Ketepatan atau sering disebut dengan relevansi merupakan kriteria ketiga (Starko, 2010) yang diterjemahkan dalam “manfaat atau kegunaan” dalam kontek positf *etika+. Bagi praktisi profesional, kreatifitas didefiniskan dengan “membuat sesuatu yang baru (novel), yang bermanfaat yaitu memungkinkan seseorang mendapatkan solusi inovatif atau unik” (Weintraub, 1998). Kreatifitas merupakan usaha yang bertujuan menjadikan sesuatu lebih baik dan berarti serta lebih indah. Dalam menilai kreatif kriteria tersebut perlu dilihat dari kontek budaya dan siapa yang menjadi subjek kreatifitas tersebut. Oleh sebab itu, ketika kita menilai kreatifitas seorang anak, misalnya, kita perlu menetapkan berdasarkan kriteria tertentu, misalnya, perkembangan atau pertumbuhan anak, juga lingkungan sosio kultural sekolah dan masyarakat. Seorang anak dinilai kreatif apabila ia mampu menyampaikan suatu gagasan atau usaha memecahkan suatu masalahnya (Starko, 2010). Dalam suatu lingkungan yang diwarnai budaya paternalistik secara dominan, keberanian mengajukan pertanyaan kritis dapat dinilai kreatif. Dalam kreatifitas terdapat beberapa elemen utama, yaitu: 1. Motivasi, yakni menginginkan sesuatu dan memiliki tujuan dari yang dilakukan. Motivasi diperlukan untuk memberikan nilai terhadap usaha kreatif. Kreatifitas seseorang perlu diberi asupan [intake] berupa dorongan internal dan eksternal. Meski demikian motivasi dari dalam (intrinsik) merupakan faktor yang mempunyai peran lebih dalam mewujudkan kreatifitas. 2. Inspirasi yakni diinspirasi oleh sendiri atau orang lain. Kreatifitas dapat mengembangkan keingintahuan, melahirkan input baru (segar) dan memperkaya pengetahuan. Menumbuhkan keingintahuan kepada anak-anak merupakan langkah awal menuju kehidupan yang kreatif. 3. Gestation [pengembangan] yakni memberi kesempatan [peluang] untuk memunculkan ide kreatif. Insight dan intuisi berhubungan dengan kreatifitas dan memerlukan waktu untuk mewujudkan kreatifitas. Creative insight acapkali terlahir melalui proses yang tidak disadari dan berada dibawah tingkat kesadaran. 4. Collaboration, yakni dukungan dari mitra belajar atau masyarakat. Seseorang akan lebih kreatif apabila ia mendapat dukungan dari orang lain (Fisher & Williams, 2004). Ada beberapa parameter yang dapat ditarik untuk menunjuk perilaku atau sikap kreatif , yaitu : (1) memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, (2) memiliki motivasi berprestasi, (3) memiliki intuisi, (4) berpikir divergen, (5) berpikir kritis, (6) mencoba hal-hal baru, (7) berani menanggung resiko atas kegagalan, (8) kemampuan menentukan cara dan pilihan yang tepat (appropriates), (9) produktif, (10) selalu tidak puas terhadap yang dihasilkan, (11) mengkombinasi berbagai hal dan bentuk menjadi sesuai yang baru, (12) memodifikasi dari sesuatu yang ada, (13) mencipta suatu ide atau karya yang baru sama sekali, (14) dapat menerima perbedaan, (15) setiap masalah dicari akar permasalahnnya dan tidak menimbulkan masalah baru, da (16)bekerja dengan benar dan tenang dalam keadaan tertekan. Konsep ekonomi kreatif merupakan proses perubahan karakter, sikap dan perilaku (individu atau kelompok) kearah berfikir dan bertindak dengan cara-cara baru yang memanfaatkan ide dan pengetahuan sebagai faktor produksi utama dalam melahirkan produk/karya kreatif. Nilai atau karakter tersebut menjadi bagian penting untuk mencetak seorang entrepreneur
C. Integrasi pendidikan agriwisata di SMK berbasis pertanian yang berdampak pada pengembangan ekonomi kreatif masyarakat pedesaan Penerapan pendidikan agriwisata dapat dilakukan secara top down yang lebih bersifat intervensi, bottom up yang lebih bersifat penggalian bestpractice dan habituasi, serta revitalisasi program kegiatan yang sudah ada yang lebih bersifat pemberdayaan merupakan satu kesatuan yang saling menguatkan.
11
Ketiga pendekatan tersebut, hendaknya dilaksanakan secara terintegrasi dalam keempat pilar penting pendidikan yaitu: kegiatan pembelajaran di kelas, pengembangan budaya satuan pendidikan, kegiatan ekstrakurikuler, dan kegiatan keseharian di masyarakat seperti yang digambarkan dalam diagram berikut.
Di tingkat daerah, ada beberapa langkah yang digunakan pemerintah daerah dalam pengembangan pendidikan agriwisata, dimana semuanya dilakukan secara koheren. 1. Penyusunan perangkat kebijakan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Pendidikan adalah tugas sekolah, keluarga, masyarakat dan pemerintah. Untuk mendukung terlaksananya pendidikan agriwisata di tingkat satuan pendidikan sangat dipengaruhi dan tergantung pada kebijakan pimpinan daerah yang memiliki wewenang untuk mensinerjikan semua potensi yang ada didaerah tersebut termasuk melibatkan instansi-instansi lain yang terkait dan dapat menunjang pendidikan agriwisata ini. Untuk itu diperlukan dukungan yang kuat dalam bentuk payung hukum bagi pelaksanaan kebijakan, program dan kegiatan agriwisata. 2. Penyiapan dan penyebaran bahan pendidikan agriwisata yang diprioritaskan, mulai dari penataan lahan dan tata ruang, lanskap, jenis budidaya tanaman, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan hasil panen sampai dalam bentuk siap dipasarkan dan bahkan wisatawan dapat membeli produk pertanian tersebut sebagai oleh-oleh 3. Pemberian dukungan kepada satuan pendidikan. Pembinaan persekolahan untuk pendidikan agriwisata yang bersumber nilai-nilai yang diprioritaskan sebaiknya dilakukan terencana dan terprogram dalam sebuah program di dinas pendidikan. 4. Pemberian Dukungan Sarana Prasarana (infrastruktur), dan Pembiayaan. Dukungan sarana, prasarana, dan pembiayaan ditunjang oleh Pemerintah Daerah, dunia usaha dalam mengadakan tanaman hias atau tanaman produktif. 5. Sosialisasi ke masyarakat, Komite Pendidikan, dan para pejabat pemerintah di lingkungan dan di luar diknas
12
Selanjutnya, strategi pelaksanaan pendidikan agriwisata di satuan pendidikan di lingkungan pedesaan. Masyarakat desa merupakan sekelompok orang yang memiliki ikatan perasaan batin yang kuat diantara sesama, mempunyai hak tanggung jawab yang sama terhadap keselamatan dan kebahagiaan bersama. Salah satu ciri masyarakat pedesaan adalah sebaian besar warga masyarakatnya hidup dari pertanian. Pekerjaan-pekerjaan yang bukan pertanian merupakan pekerjaan sambilan (part time) yang biasanya sebagai pengisi waktu luang. Masyarakat Indonesia lebih dari 80% tinggal di pedesaan dengan mata pencaharian yang bersifat agraris. (elearning gunadarma.ac.id) Pelaksanaan pendidikan agriwisata di satuan pendidikan perlu melibatkan seluruh warga sekolah, orangtua siswa, dan masyarakat sekitar. Prosedur pengembangan kurikulum yang mengintegrasikan pendidikan agriwisata di satuan pendidikan dilakukan melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan pengembangan. 1. Sosialisasi a. Melaksanakan sosialisasi pendidikan agriwisata dan melakukan komitmen bersama antara seluruh komponen warga sekolah/satuan pendidikan (stakeholder). b. Membuat komitmen dengan semua stakeholder (seluruh warga sekolah, orang tua siswa, komite, dan tokoh masyarakat setempat) untuk mendukung pelaksanaan pendidikan agriwisata. 2. Perencanaan a. Melakukan analisis konteks terhadap kondisi sekolah/satuan pendidikan (internal dan eksternal) yang dikaitkan dengan potensi agriwisata yang akan dikembangkan pada satuan pendidikan yang bersangkutan. Analisis ini dilakukan untuk menetapkan nilai-nilai dan indikator keberhasilan yang diprioritaskan, sumber daya, sarana yang diperlukan, serta prosedur penilaian keberhasilan. b. Menyusun rencana aksi sekolah/satuan pendidikan berkaitan dengan penetapan pembiasaan, perilaku atau keterampilan agriwisata. c. Membuat program perencanaan dan pelaksanaan pendidikan agriwisata serta memasukkan ke dalam:
Pengintegrasian melalui pembelajaran
Pengintegrasian melalui muatan lokal
Kegiatan lain yang dapat diintegrasikan nilai-nilai pendidikan agriwisata, misalnya pengembangan diri, pengembangan kepribadian profesional pada pendidikan kesetaraan.
d. Membuat perencanaan pengkondisian, seperti:
Penyediaan sarana/infrastruktur lahan
Penghargaan dan pemberdayaan
Penciptaan kondisi/suasana sekolah agrowisata
Mempersiapkan guru/pendidik melalui workshop dan pendampingan
3. Pelaksanaan a. Melakukan penyusunan KTSP yang memuat pengembangan agriwisata. Mendata kondisi dokumen awal (mengidentifikasi nilai-nilai pendidikan budaya dan agriwisata bangsa dalam dokumen I) b. Merumuskan perilaku, sikap dan keterampilan pendidikan agriwisata di dalam Dokumen I (latar belakang pengembangan KTSP, Visi, Misi, Tujuan Sekolah/satuan pendidikan, Struktur dan Muatan Kurikulum, Kalender Pendidikan, dan program Pengembangan Diri/pengembangan kepribadian profesional) c. Mengembangkan perilaku, sikap dan keterampilan pendidikan agriwisata yang telah terpilih dari tahun pertama sampai tahun terakhir satuan pendidikan d. Mengitengrasikan perilaku, sikap dan keterampilan pendidikan agriwisata yang telah terpetakan dalam dokumen II (silabus dan RPP)
13
4. Melakukan pengkondisian, seperti:
Penyediaan sarana
Penghargaan dan pemberdayaan
Penciptaan kondisi/suasana sekolah
Mempersiapkan guru melalui workshop dan pendampingan
5. Evaluasi Untuk keberlangsungan pelaksanaan pendidikan agriwisata perlu dilakukan penilaian keberhasilan dengan menggunakan indikator-indikator berupa perilaku semua warga dan kondisi sekolah/satuan pendidikan yang teramati. Penilaian ini dilakukan secara terus menerus melalui berbagai strategi. Supervisi dilakukan mulai dari menelaah kembali perencanaan, kurikulum, dan pelaksanaan semua kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan agriwisata, yaitu:
Implementasi program pengembangan diri berkaitan dengan pendidikan agriwisata dalam budaya sekolah/sataun pendidikan.
Kelengkapan sarana dan prasarana pendukung implementasi pendidikan agriwisata
Implementasi perilaku dan keterampilan pendidikan agriwisata dalam pembelajaran
Ketercapaian Rencana Aksi Sekolah/satuan pendidikan berkaitan dengan penerapan pendidikan agriwisata
Penilaian penerapan pendidikan agriwisata pada pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik (sebagai kondisi akhir)
Membandingkan kondisi awal dengan kondisi akhir dan merancang program lanjutan.
5. Pengembangan a. Menetapkan/menentukan kriteria lanjut pendidikan agriwisata yang akan dikembangkan b. Menemukan cara-cara baru atau inovasi dalam mengembangkan pendidikan agriwisata c. Memperkaya sarana dan prasarana yang mendukung pelaksanaan pendidikan agriwisata d. Meningkatkan komitmen dan kesadaran masyarakat untuk mendukung program Pendidikan Agriwisata
14
LAMPIRAN 1: NILAI, PERILAKU, KETERAMPILAN DAN INDIKATOR PENDIDIKAN AGRIWISATA
No
Nilai, perilaku dan keterampilan agrowisata
1.
memahami dan mampu merancang lanskap pertanian sederhana secara artistik untuk menghilangkan seperti kejenuhan, tekanan kemacetan lalulintas, telepon selular, suasana kantor dan hiruk pikuk keramaian
2.
memahami konsep perencanaan tata ruang wilayah suatu daerah, tata lingkungan dan kondisi sosial masyarakat sekitar yang dilengkapi dengan penambahan sarana umum, telekomunikasi, hotel dan restoran pada sentra-sentra pasar
3.
mengenal dan memahami prinsip-prinsip pencegahan perusakan lingkungan sesuai dengan kapabilitas, tipologi, dan fungsi ekologis lahan
4.
mengenal dan memahami prinsip-prinsip konservasi sumber daya alam ataupun kultur budaya masyarakat
5.
mengenal dan memahami berbagai komoditi pertanian sebagai bagian dari kepariwisataan
6.
mengenal dan mampu menerapkan model persiapan/penataan lahan sebagai bagian dari kepariwisataan yang khas dan sesuai dengan kapabilitas dan tipologi lahan untuk mendukung suatu sistem usahatani yang efektif dan berkelanjutan
7.
mengenal dan mampu merancang, menerapkan model penanaman holtikulutra/perkebunan sebagai bagian dari kepariwisataan
8.
mengenal dan mampu merancang, menerapkan model pemeliharaan holtikulutra/perkebunan sebagai bagian dari kepariwisataan
9.
mengenal dan mampu merancang, menerapkan model pemanenan holtikulutra/perkebunan sebagai bagian dari kepariwisataan
10.
mengenal dan mampu merancang, menerapkan model pengolahan hasil panen holtikulutra/perkebunan sebagai bagian dari kepariwisataan
11.
mengenal dan mampu menerapkan teknologi pertanian yang ramah lingkungan
12.
mengenal dan mampu merancang, menerapkan model pemasaran/penjualan hasil holtikulutra/perkebunan sebagai bagian dari kepariwisataan
13.
mendorong kerjasama dan peran serta masyarakat dalam melindungi/menjaga fasilitas atraksi yang digemari wisatawan, serta dapat berpartisipasi sebagai pemandu serta penyedia akomodasi dan makanan.
14.
memahami dan bersikap membiasakan pada usaha pelestarian lingkungan hidup
Indikator
15
LAMPIRAN 2: NILAI-NILAI DAN INDIKATOR EKONOMI KREATIF
No
Nilai-nilai Ekonomi Kreatif
1.
Mandiri
2.
3.
4.
5.
6.
Kreatif
Berani mengambil resiko
Berorientasi pada tindakan
Kepemimpinan
Kerja keras
Indikator
Melakukan sendiri tugas kelas yang menjadi kewajibannya
Tidak bergantung pada orang lain
Mengajukan pendapat yang berkaitan dengan tugas pokoknya
Mengemukakan gagasan baru
Mendiskripsikan konsep dengan kata-kata sendiri
Menyukai tugas yang menantang
Berani menerima akibat dari perbuatannya sendiri
Mewujudkan gagasan dengan tindakan
Senang berbuat sesuatu
Terbuka terhadap saran dan kritik
Bersikap sebagai pemimpin dalam kelompok
Membagi tugas dalam kelompok
Menjadi role model
Mengerjakan tugas pada waktu yang telah ditentukan
Tidak putus asa dalam menghadapi kesulitan belajar
Selalu fokus pada pekerjaan atau pelajaran
7.
KONSEP
Memahami konsep-konsep dasar kewirausahaan
8.
SKILL/
Mampu mengidentifikasi peluang usaha
KETERAMPILAN
Mampu mengalisis secara sederhana peluang berserta resikonya
Mampu merumuskan dan merancang usaha bisnis
Mampu berlatih membuka usaha baru secara berkelompok atau individu dengan berorientasi pada profit
16
LAMPIRAN 3: STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG STUDI KEAHLIAN : AGRIBISNIS DAN AGROTEKNOLOGI PROGRAM STUDI KEAHLIAN : AGRIBISNIS PRODUKSI TANAMAN KOMPETENSI KEAHLIAN : 1. AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA (104)
A. DASAR KOMPETENSI KEJURUAN STANDAR KOMPETENSI 1. Menerapkan keselamatan, kesehatan kerja, dan lingkungan hidup (K3LH)
2. Mengidentifikasi tanaman dan pertumbuhannya
3. Mengoperasikan alat dan mesin produksi tanaman
4. Membiakkan tanaman secara generatif
5. Membiakkan tanaman secara vegetatif
KOMPETENSI DASAR 1.1 Mendeskripsikan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) 1.2 Melaksanakan prosedur K3 1.3 Menerapkan pekerjaan sesuai dengan SOP 1.4 Menerapkan konsep lingkungan hidup 1.5 Menerapkan ketentuan pertolongan pertama pada kecelakaan 2. Mengidentifikasi tanaman dan pertumbuhannya 1.1 Menjelaskan sistem produksi tanaman 1.2 Menjelaskan tanah sebagai tempat tumbuh tanaman 1.3 Menjelaskan air sebagai unsur esensial bagi tanaman 1.4 Menjelaskan cuaca sebagai faktor penting bagi tanaman 1.5 Menjelaskan biotik-biotik dan abiotik dengan biotik sebagai faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman 1.6 Menjelaskan hubungan antara tanaman dan pertumbuhannya 1.7 Menjelaskan sumberdaya spesifik lokasi 3.1 Mengidentifikasi alat dan mesin sesuai fungsinya 3.2 Menjelaskan manual prosedur dari alat dan mesin 3.3 Menyiapkan alat dan mesin 3.4 Merawat alat dan mesin 4.1 Menjelaskan prinsip pembiakan tanaman secara generatif 4.2 Melakukan pembiakan tanaman secara generatif 4.3 Memelihara benih hasil pembiakan secara generatif 5.1 Menjelaskan prinsip pembiakkan tanaman secara vegetatif 5.2 Melakukan pembiakkan tanaman secara vegetatif 5.3 Memelihara bibit hasil pembiakan secara vegetatif
.
17
B. KOMPETENSI KEJURUAN 1. Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura (104) STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR 1. Menyiapkan lahan 1.1 Mengidentifikasi karakteristik lahan (topografi) 1.2 Mengidentifikasi pengaturan jarak dan jumlah populasi dengan konsep topografi 1.3 Mengidentifikasi pembuatan bedengan media khusus untuk tanaman tertentu 1.4 Membersihkan gulma dan sisa tanaman 1.5 Mengolah tanah 1.6 Memasang mulsa plastik 2. Menyiapkan benih 2.1 Mengidentifikasi karakteristik benih dormansi 2.2 Menguji daya kecambah benih 2.3 Memberi perlakuan benih terhadap hama dan penyakit 2.4 Mengidentifikasi perlakuan benih untuk mencegah dormansi 2.5 Menyemai benih 3. Menyiapkan bibit 3.1 Menyiapkan media pembibitan 3.2 Menyapih bibit 3.3 Memelihara bibit 3.4 Memindahkan bibit (sapih) 4. Menanam 4.1 Menyiapkan media tanam 4.2 Menanam dengan benih 4.3 Menanam dengan bibit 4.4 Menyulam 5. Memupuk 5.1 Mengidentifikasi jenis-jenis pupuk anorganik dan organik 5.2 Menghitung kebutuhan pupuk 5.3 Menggunakan berbagai teknik pemupukan 6. Mengairi 6.1 Menentukan kebutuhan air pada tanaman 6.2 Mengidentifikasi teknik irigasi 6.3 Memberikan air irigasi sesuai dengan kebutuhan tanaman 7. Mengendalikan gulma 7.1 Mengidentifikasi jenis-jenis dan karakteristik gulma 7.2 Menghitung kebutuhan larutan herbisida 7.3 Mengendalikan gulma secara mekanis dan kimiawi 8. Mengendalikan hama 8.1 Mengidentifikasi jenis dan ciri-ciri hama beserta agen pengendali hayatinya 8.2 Menghitung kebutuhan larutan pestisida 8.3 Mengendalikan hama secara kultur teknis, mekanis, dan kimiawi 8.4 Mengidentifikasi konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) 9. Mengendalikan penyakit 9.1 Mengidentifikasi jenis-jenis, gejala, dan tanda penyakit 9.2 Menghitung kebutuhan larutan pestisida 9.3 Mengendalikan penyakit secara kultur teknis, mekanis, biologis, dan kimiawi 10. Membumbun 10.1 Menjelaskan tujuan dan teknik pembumbunan 10.2 Menerapkan pembumbunan pada pemeliharaan tanaman 11. Memangkas tanaman 11.1 Menjelaskan berbagai bentuk dan teknik pemangkasan tanaman 11.2 Menerapkan pemangkasan pada pemeliharaan tanaman 11.3 Mengidentifikasi karakteristik umur awal pemangkasan 12. Memberi naungan 12.1 Mengidentifikasi berbagai jenis dan bentuk naungan 12.2 Memberikan naungan pada tanaman 12.3 Mengidentifikasi prosentase naungan yang dibutuhkan 13. Memberikan ZPT 13.1 Mengidentifikasi jenis-jenis ZPT dan karakteristiknya 13.2 Menghitung konsentrasi larutan ZPT 13.3 Membuat larutan ZPT 13.4 Menyemprotkan larutan ZPT 13.5 Mengidentifikasi teknik aplikasi 14. Melaksanakan panen 14.1 Menjelaskan ciri-ciri tanaman siap panen
18
STANDAR KOMPETENSI
15. Mengoperasikan traktor, alat olah tanah, alat bantu tebar benih, dan pengendalian gulma panen 16. Mengoperasikan sprayer
17. Mengoperasikan pompa irigasi 18. Membuat pupuk organik
19. Membudidayakan tanaman secara hidroponik
20. Menangani pasca panen
21. Mendeskripsikan sumber pangan alternatif 22. Mendeskripsikan sistem pola tanam
KOMPETENSI DASAR 14.2 Melakukan pemanenan 14.3 Menangani hasil panen 14.4 Mengidentifikasi potensi produksi 15.1 Mengidentifikasi traktor dan fungsinya 15.2 Mengoperasikan traktor 15.3 Merawat traktor 16.1 Mengidentifikasi jenis sprayer, bagianbagian sprayer, dan fungsinya 16.2 Mengkalibrasi sprayer 16.3 Mengoperasikan sprayer 16.4 Merawat sprayer 17.1 Mengidentifikasi pompa dan fungsinya 17.2 Mengoperasikan pompa irigasi 17.3 Merawat pompa irigasi 18.1 Mengendalikan mikrobia bermanfaat sebagai stabir pupuk organik dan penyedia hara 18.2 Mengidentifikasi bahan dasar pembuatan pupuk organik 18.3 Mengidentifikasi jenis dan sifat bahan pembuatan pupuk organik 18.4 Membuat pupuk organik (microbia) 18.5 Mengidentifikasi kandungan hara pupuk 19.1 Menyiapkan lath house (green house) 19.2 Menyiapkan media tanam 19.3 Menyiapkan bibit 19.4 Menyiapkan nutrisi 19.5 Menanam dan menyulam 19.6 Memelihara tanamn hidroponik 19.7 Memanen dan menangani hasil panen 20.1 Mengidentifikasi mutu hasil panen 20.2 Mengelola hasil pertanian 20.3 Merancang pemasaran 21.1 Mengidentifikasi potensi sumber daya lokal yang berpotensi sebagai sumber pangan baru 21.2 Mengidentifikasi pengelolaan sumber daya genetik 22.1 Mengidentifikasi sistem pola tanaman monokultur 22.2 Mengidentifikasi sistem pola tanaman polykultur.
19