INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI
PENGEMBANGAN MODEL AGRIWISATA DI SMK BERBASIS PERTANIAN DALAM MENDUKUNG EKONOMI KREATIF MASYARAKAT PEDESAAN
LAPORAN UJICOBA
Tim peneliti: Yufridawati Agus Amin Sulistiono Sujatmiko Meni Handayani Effi Heriyati
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN JAKARTA, 2012
1
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ………………………………………………………………………..
i
BAB I.
PENDAHULUAN …………………………………………………..
1
A. Latar Belakang ………………………………………………….
1
B. Tujuan …………………………………………………………..
3
C. Hasil Yang Diharapkan …………………………………………
3
PELAKSANAAN UJICOBA ……………………………………….
4
A. Metode Ujicoba ………………………………………………….
4
B. Temuan Ujicoba …………………………………………………
6
C. Perbaikan Instrumen …………………………………………….
10
PENUTUP …………………………………………………………..
11
BAB II.
BAB III.
i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan “negara agraris” yang potensial. Namun ironisnya, pemerintah masih mengimpor produk pangan seperti beras dan kedelai dari negara Thailand, Vietnam dan Cina. Artinya, walaupun negara Indonesia merupakan negara agraris dan sebagian besar rakyat Indonesia bekerja di sektor pertanian, namun Indonesia belum mampu memproduksi hasil pertanian untuk memenuhi kebutuhan pokok. Kondisi ini salah satunya disebabkan karena lemahnya sektor pertanian yang belum mampu mengelola tanah agraris secara optimal. Padahal sektor pertanian juga berperan penting dalam penyediaan bahan baku bagi keperluan industri. Menurut Biro Pusat Statistik, potensi bidang pertanian dikaitkan dengan penggunaan lahan untuk tanaman pangan, perkebunan,
kehutanan, peternakan dan perikanan.
Potensi untuk tanaman pangan terdiri dari padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar sangat besar (BPS; 2009). Sedangkan indikator potensi daerah pertanian dapat dilihat dari (BPS; 2010): (1) Penggunaan lahan, pada tahun 2010 lahan di Indonesia yang digunakan untuk sawah sebesar 13.244.184 ha, jagung 4.143.246 ha, kedelai 661.711 ha, kacang tanah 620.828 ha, kacang hijau 258.529 ha, ubi kayu 1.182.604 ha dan ubi jalar 181.048 ha; (2) Produksi, pada tahun 2010, produksi padi di Indonesia 66.411.469 ton, jagung 18.364.430, kedelai 908.111, kacang tanah 779.607, kedelai 908.111, kacang hijau 292.084. ubi jalar 2.050.805 ton; (3) Jumlah tenaga kerja, kontribusi sektor pertanian dalam pembentukan PDB sekitar 15 persen pada tahun 2003. Dalam hal penyerapan tenaga kerja, sektor pertanian juga mempunyai peranan yang sangat strategis, di mana sebagian besar penduduk bekerja di sektor pertanian. (Badan Litbang Departemen Pertanian:2005).
Pada kenyataannya para pengelola tanah pertanian di Indonesia yakni petani hanya memiliki rata-rata lahan kurang dari 2 hektar. Hal disebabkan lahan luas telah dibagi dengan banyaknya jumlah petani di Indonesia, sehingga luas lahan mereka minim. Dengan luas lahan yang minim, maka biaya produksi pengelolaan akan semakin tinggi. Oleh karena itu pada umumnya pengolahan lahan pertanian diserahkan kepada 1
pengelola lahan atau buruh tani. Biasanya buruh tani akan membagi dua hasil produksi pertanian yang digarapnya dengan pemilik lahan, setelah dikurangi biaya produksi, sehingga tingkat pendapatan petani terutama petani padi akan semakin kecil. Kondisi ini menyebabkan turunnya nilai pertanian, seperti keengganan untuk menjadi petani yang disebabkan oleh: (1) lahan kepemilikan petani dan buruh tani yang terbatas, sehingga biaya produksi tinggi, (2) biaya produksi yang tinggi menyebabkan tingkat pendapatan petani menjadi rendah dan karena pendapat petani selalu rendah, maka ada kecenderungan petani khususnya buruh tani akan tetap miskin.
Gejala kurang diminatinya pekerjaan petani saat ini nampak pula dalam hasil penelitian hibah 2011 tentang Pengembangan Pendidikan SMK Sesuai Potensi Wilayah Pertanian. Pengkajian ini menunjukkan rendahnya animo masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di SMK berbasis pertanian, seperti ditemukan adanya penurunan minat masyarakat untuk menyekolahkan anak-anaknya ke SMK Pertanian. Agar SMK berbasis pertanian dapat diminati siswa dan orang tua, maka diperlukan pengembangan kompetensi siswa yang ada menjadi kompetensi keahlian yang memiliki “nilai tambah”, sehingga SMK berbasis pertanian memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat. Idealnya kompetensi keahlian siswa SMK berbasis pertanian dapat memiliki “nilai tambah”, artinya kompetensi keahlian mereka dapat dielaborasi dengan sektor perkebunan sesuai dengan kebutuhan dunia usaha/dunia industri (DU/DI) ataupun dengan kompetensi keahlian tersebut dapat membuka peluang usaha yang ada di sekitarnya sesuai dengan adat istiadat, karakteristik daerah serta lingkungan hidup setempat .
Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian hibah tahun 2011 tentang Pengembangan Pendidikan SMK Sesuai Potensi Wilayah Pertanian, di mana ditemukan peluang usaha yang dapat berkembang di masyarakat sekitar yakni berupa usaha agrowisata. Agrowisata merupakan salah satu peluang usaha yang dapat berkembang di daerah pertanian sampel, bahkan cenderung diminati oleh pihak DU/DI setempat. Namun kompetensi keahlian yang diperlukan dalam usaha tersebut belum dimiliki oleh siswa SMK berbasis pertanian, seperti kompetensi agriwisata. Hal ini dikarenakan kompetensi tersebut belum ada dalam bidang studi keahlian agribisnis dan agroteknologi menurut spektrum keahlian pendidikan menengah kejuruan (SMK). 2
Terkait dengan kondisi ini, maka perlu dikembangkan kompetensi keahlian agriwisata dan lansekap melalui program studi keahlian agribisnis produksi tanaman, mengingat agrowisata dapat memberikan nilai tambah dalam bidang pertanian guna mendukung ekonomi kreatif masyarakat pedesaaan.
B. Tujuan
Tujuan dilakukannya ujicoba draft instrumen
penelitian ini adalah untuk
mendapatkan masukan guna merevisi draft instrumen agar dapat menjaring data yang tepat/valid dan informasi yang akurat. Tujuan ujicoba buram model awal adalah untuk mendapatkan masukan guna merevisi buran model yang telah dibuat. Ketepatan dan validitas instrumen yang dimaksud adalah: 1.
Ketepatan bahasa (keterbacaan) yang digunakan sesuai dengan karakteristik responden/informan, sehingga materi pertanyaan dapat dipahami oleh responden/informan.
2.
Ketepatan/kualitas materi instrumen (pedoman wawancara) yang telah disusun.
3.
Kesesuaian informasi dari setiap instrumen yang telah disusun dengan responden/informan yang ditetapkan.
4.
Lamanya
waktu
yang
diperlukan
untuk
melaksanakan
pengumpulan
data/informasi dari setiap instrumen studi.
C. Hasil Yang Diharapkan
Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan ujicoba draft instrumen
ini
adalah
diperolehnya masukan dari responden/informan. Masukan tersebut digunakan untuk memperbaiki draft instrumen yang telah disusun, sehingga menjadi instrumen yang dapat digunakan dalam tahapan pengumpulan data. Sedangkan ujicoba buram model awal diharapkan mendapat masukan untuk perbaikan model.
3
BAB II PELAKSANAAN UJICOBA A. Metode Ujicoba 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian dan pengembangan ini dimaksudkan untuk: (i) mengetahui kompetensi keahlian yang dibutuhkan dalam mengembangkan agriwisata di SMK berbasis pertanian;
(ii) mengembangkan model agrowisata di SMK berbasis pertanian
dalam mendukung ekonomi kreatif masyarakat pedesaan; (iii) menghasilkan rumusan kebijakan terkait dengan kompetensi keahlian dari program produktif SMK yang berbasis pertanian. Untuk mencapai tujuan digunakan metode kualitatif dan kuantitatif.
pertama dan ke tiga
Metode kualitatif adalah metode
penelitian yang menggunakan deskripsi dan kategori dalam wujud kata-kata. Metode kualitatif berkembang mengikuti suatu dalil sebagai proses yang tidak pernah berhenti. Ia berkembang dari proses pencarian dan penangkapan makna yang diberikan oleh suatu realitas dan fenomena sosial (Gumilar R.S, 2005). Sedangkan metode kuantitatif adalah metode penelitian yang menggunakan angkaangka
dan
data
(http://allbestessays.com/Social-Issues/Pengertian-Penelitian-
Kualitatif/ 10370. html)
Sedangkan untuk mencapai tujuan ke dua digunakan metode penelitian dan pengembangan (R & D). Metode R & D merupakan metode penelitian yang digunakan untuk meneliti sehingga menghasilkan produk baru dan selanjutnya menguji keefektifan produk tersebut. Menurut Borg and Gall (1988) penelitian dan pengembangan adalah meode penelitian yang digunakan untuk mengembangkan atau memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran (Sugiyono. 2006). Penelitian dan pengembangan yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan produk sehingga produk tersenut mempunyai
kualitas
yang
lebih
baik
(http://usupress.usu.ac.id/files/Metode%20Penelitian%20Bisnis%20Edisi%202_ Normal_ bab%201.pdf)
4
2. Lokasi/Daerah Ujicoba penelitian ini dilaksanakan di Pesantren Al Ittifag Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Yayasan pesantren Al Ittifag Ciwidey memiliki dua jenis pendidikan yakni: 1) pesantren Salafiah dan 2) Holafiyah yang menyelenggarakan sekolah madrasah formal. 3. Ujicoba Instrumen dan Buram Model Pengembangan Model Agriwisata di SMK Berbasis Pertanian diawali dengan penyusunan draft instrumen yang kemudian diverifikasi oleh narasumber yang kompeten di bidangnya. Instrumen ini masih bersifat buram, sehingga perlu diuji kehandalannya untuk digunakan pada saat pegumpulan data. Sehingga perlu dilakukan validasi (ujicoba instrumen) sebagai langkah kegiatan guna mengetahui tingkat kelayakan, keterbacaan instrumen
dengan melibatkan para pemangku
kepentingan yakni Kepala sekolah dan guru. Ujicoba ini dilakukan dengan mewawancarai kepala sekolah dan ketua program keahlian atau pengelola pesantren. Selanjutnya data/informasi yang diperoleh dijadikan masukan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang ada dalam studi ini.
Buram model awal yang telah disusun diujicobakan pula di pesantren Al Ittifag, untuk mengetahui kegunaan dari produk buram model awal dan mendapatkan masukan serta tanggapan dari kepala sekolah dan pengelola pesantren.
4. Pengolahan Data Hasil ujicoba berupa wawancara terhadap kepala sekolah dan pengelola pesantren ditranskrip dalam bentuk tulisan untuk dikategorikan sesuai dengan pertanyaan penelitian. Sedangkan hasil validasi konsep model awal berupa masukan dan kelayakan konsep model awal diindentifikasi untuk disesuaikan dengan keperluan pembuatan model. Masukan yang bermanfaat dapat diterima untuk perbaikan buram model karena pada prinsipnya penelitian dan pengembangan yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan produk sehingga produk tersebut mempunyai kualitas yang lebih baik.
5
B. Temuan Ujicoba 1. Profil Pondok Pesantaren Al Ittifaq dan Profil Usaha Tahun 1934 didirikan sebagai Pondok Pesantren (Pompes) Cibuliang. Awalnya santri hanya mendapatkan pengetahuan (pembelajaran) agama/mengaji saja (dari tahun 1934 – 1970). Mulai tahun 1970, santri diberi keterampilan agribisnis (agar dapat terampil bertani), karena potensi daerah di sekitar pompres adalah pertanian. Pesantren Salafiyah memiliki jumlah siswa 300,
80% adalah anak
dari TKW. 2. Latar belakang usaha (ide awal/ berpikir kreatif) Pertama kali ditanam buncis dan cabe di lokasi pertanian pesantren dan hasilnya dipasok ke pasar tradisional. Tahun 1990 masuk ke supermarket hero. Pada tahun 1997 hasil pertanian dipasok ke makro. Holafiyah pesantren yang bentuknya sekolah formal dan pesantren salafiyah adalah pesantren non formal. Kegiatan yang lebih menonjol agribisnisnya adalah pesantren salafiyah. Pesantren salafiyah tidak memungut biaya, sehingga santri merasa senang di pesantren. Kelebihan pesantren dibanding dengan institusi pendidikan lainnya di antaranya adalah (i) intinya adalah kedisiplinan santri dalam beragama; (ii) mau bekerja keras; (iii) memiliki cikal bakal untuk hidup mandiri 3. Pembelajaran a. Perencanaan Perencanaan pembelajaran agribisnis tidak dituangkan dalam bentuk rencana pembelajaran karena langsung diterapkan dalam bentuk praktek sehari-hari. Khusus untuk Madrasah, pembelajaran pertanian dilakukan pada hari Sabtu b. Pelaksanaan Pembelajaran 1) Kurikulum yang digunakan Dalam kurikulum pengembangan diri agribisinis diwajibkan dari MTs (2003) sampai dengan MA (2006) dan pesantren Salafiyah. Mulai tahun 2008/2009, Pengembangan diri agribisnis di holafiyah bentuknya praktek
6
2 jam pelajaran dalam satu minggu langsung turun ke lapangan. Hasil penilaian pembelajaran praktek pertanian dimasukan ke dalam rapor. Pembelajaran di Hofafiyah yang bersifat formal dalam bentuk Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah juga diberikan pembelajaran bertani, sedangkan di pesantren salafiyah, agribisnis merupakan bagian dari belajar, selain belajar mengaji, pesantren salafiyah hampir 24 jam bergelut dalam agribisnis. 2) Pelaksanaan Di pondok pesantren semua siswa dilibatkan dalam agribisnis, walaupun ada yang terpaksa yang lulusan SD (12 – 50 tahun) 3) Media belajar Peralatan pertanian tradisional berupa cangkul. Bahan pun sudah disediakan oleh sekolah 4) Sumber ajar Petani juga dapat menjadi sumber belajar, karena petani memiliki pengalaman 5) Sumber daya Guru-guru merupakan petani lulusan S1 dan lulusan pesantren salafiyah. Motivasi untuk siswa dilakukan setiap habis shubuh. Siswa didorong untuk memiliki jiwa mandiri dan wirausaha. Siswa yang kinerjanya baik diberi reward berupa uang dan barang. Jika berupa uang maka uang tersebut disimpan di bank dan diberikan kepada santri ketika mereka menikah. 4. Pengelolaan Usaha a. Perencanaan bisnis/usaha Ada perencanaan yang disesuaikan kebutuhan siswa yang perlu untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan bertani. Kelas satu di bidang pertanian, kelas dua packing barang , kelas tiga pemasaran. Untuk kelas satu dan kelas dua dapat bertukar untuk minggu 7
berikutnya. Pesantren lebih banyak menanam hortikultura yang lebih cepat panen dan menguntungkan. Bibit yang dapat ditanam dan dihasilkan sendiri oleh ponpes adalah wortel. b. Pengelolaan produk (mulai mengolah tanah sampai produk) Pengolahan tanah, menanam, pemeliharaan ,panen dan pasca panen serta pemasaran. Setelah pasca panen masuk ke gudang, di sortir, diklasifikasi dari grade 1 dan 2 untuk supermarket dan grade 3 pasar tradisional, grade 4 untuk makan santri dan grade 5 untuk makan ternak. Siswa diajarkan untuk pengelolaan mulai dari pengolahan tanah, menanam, pemeliharaan dan panen diberikan kepada kelas 1. Untuk pendalaman di kelas 2 dari segi ukuran untuk pengolahan tanah dan pemeliharaan, serta pemupukan. Bibit yang diproduk sendiri berupa wortel, sedangkan yang lainnya beli di Jakarta. c. Pengelolaan keuangan (modal) Modal dari koperasi pondok pesantren, bank menawarkan pinjaman uang dan bantuan dari Kementerian Pertanian d. Teknik dan strategi pemasaran Melaksanakan 3 K (kualitas barang: pihak konsumen menginginkan kualitas barang sesuai kriteia, kuantitas: jika konsumen memesan 200 kg maka pihak ponpes harus memasok sebanyak itu
boleh kurang karena akan terkena
potongan. Kontinunitas: barang harus selalu ada). Perkiraan banyaknya pemesanan harus diprediksi jangan sampai merugi. Kecepatan dalam bekerja dibutuhkan agar hasil pertanian tetap segar sampai ke tujuan. Kontrak kerja dengan supermarket satu tahun sekali. Sedang strategi yang diterapkan selam ini adalah mendekati orang dalam di supermarket, untuk meningkatkan order. Hasil pertanian dari ponpes Al Ittifag diberi branded al Ittifag dan diberi kode. Jaringan harus dikembangkan dengan menyebarkan santri ke seluruh pelosok desa untuk diminta menanam hasil tani agar hasil pertanian selalu berkesinambungan ada. Penanaman dijadwal.
8
Hasil pertanian yang digeluti oleh pesantren adalah Buncis, cabe ijo, lobak, jagung acar, kacang merah, daun bawang, tomat, labu siam besar dan kecil serta strawberry. Persaingan dalam pemasaran tetap ada namun dapat diatasi karena melaksanakan 3 K.
Kesinambungan usaha juga dilakukan dengan
membina hubungan baik dengan pihak supermarket. Selain dipasarkan ke supermarket juga dipasarkan ke perorangan yang akan melakukan hajatan atau orang yang akan menjual lagi ke pasar. e. Pengunjung agriwisata Pengunjung yang datang untuk agriwisata sudah banyak namun belum dimanajemen dengan baik. Bagi tamu yang berkunjung ke pesantren karena keinginan sendiri bukan karena ditawarkan oleh Al Ittifag. Sebagai contoh tamu yang datang dari kelompok tani dan karyawan yang akan pensiun untuk belajar pertanian. Untuk transportasi belum dikoordinir dengan baik, begitu pula dengan penginapan belum disediakan secara profesional berupa hotel, namun hanya berupa mess yang dimiliki oleh pesantren. f. Mitra kerja Siswa yang telah mengikuti UN diwajibkan untuk magang di perusahaan pertanian selama 1 bulan sebagai tugas akhir. Masyarakat di sekitar ponpes berupa kelompok tani diberi modal kerja, tergantung besarnya kelompok tani berkisar 5 juta. Hasil pertaniannya dibeli oleh ponpes untuk dijual ke supermarket milik ponpes. Masyarakat mendapat bimbingan dari dinas pertanian dan ponpes membantu dalam bidang pemasaran. Masyarakat memiliki keuntungan lebih karena harga jual produk pertanian lebih tinggi dijual di ponpes Al Ittifag. 5. Sarana Prasarana Lahan 3 ha, dil uar kampung ada 14 ha. Sudah ada mess penginapan. Namun sarana jalan belum memadai, artinya lokasi pompres tidak dapat dilalui oleh transportasi umum. Oleh karena itu hanya angkot yang dapat disewa menuju lokasi 9
6. Kendala dalam mengembangkan agriwisata: a. Infrastruktur belum memadai, baik jalan maupun angkutan. b. Sumber daya belum mendukung sepenuhnya karena belum mencukupi c. Lahannya masih kurang karena baru difokuskan pada hasil pertanian untuk dipasok ke supermarket. Kendala pertanian adalah pemasaran hasil pertanian. Sedangkan Al ittifag sudah memiliki pasar.
C. Perbaikan Instrumen 1. Pedoman Wawancara Kepala Sekolah Butir-butir pertanyaan yang diberikan kepada kepala sekolah dimaksudkan untuk menjaring informasi berkaitan dengan kurikulum yang digunakan sekolah, proses pembelajaran dan kerja sama yang dijalin baik dengan dunia usaha maupun masyarakat. Dalam butir pertanyaan wawancara kepala sekolah belum ada butir yang berkaitan dengan peran serta masyarakat dalam beragrowisata dan cara SMK pertanian menjalin kerja sama dengan masyarakat dan dunia usaha. Selain itu bentuk ekonomi kreatif yang diwujudkan oleh SMK pertanian dan masyarakat dalam bidang agrowisata.
2. Pedoman Wawancara Ketua Program Keahlian Pertanyaan yang diberikan kepada Ketua program Keahlian tanaman pangan dan hortikultura
diharapkan
dapat
menjaring
informasi
tentang
pelaksanaan
pembelajaran apakah menggunakan prinsip-prinsip agrowisata. Namun yang belum diperdalam dalam butir pertanyaan adalah bagaimana pengelolaan produksi tanaman, mulai dari menanam sampai memanen yang dapat memberikan nilai tambah kepada masyarakat dengan berbagai cara yang kreatif dengan nuansa agrowisata.
10
BAB III PENUTUP Ujicoba instrumen (pre testing) adalah tahap penting yang mesti dilakukan sebelum instrumen digunakan. Ujicoba dilaksanakan pada sekelompok sampel responden dengan jumlah kecil. Sudah menjadi kaedah umum, instrumen tidak dapat digunakan dalam studi lapangan jika tidak dilakukan ujicoba terlebih dahulu. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas instrumen, serta mengeliminasi masalah-masalah potensial ujicoba instrumen yang mungkin muncul dari instrumen tersebut. Dalam pelaksanaan ujicoba, reponden yang dijadikan sasaran pada ujicoba haruslah mempunyai karakteristik yang sama dengan responden yang akan dijadikan sasaran pada tahapan pengumpulan data yang akan dilaksanakan. Untuk mendapatkan hasil ujicoba yang baik, beberapa petugas pengumpul data sebaiknya dilibatkan sehingga dapat ditemukan berbagai kekurangan instrumen yang telah disususn. Biasanya responden ujicoba berkisar sebanyak 15-30 orang tergantung pada tingkat keragaman populasi yang menjadi target. Setelah dilakukan ujicoba, tahap selanjutnya adalah merevisi instrumen tersebut sesuai dengan hasil ujicoba tersebut. Revisi ini mencakup semua bagian instrumen yang telah diujicoba seperti isi pertanyaan, redaksi, pengelompokkan, bentuk dan layout, tingkat kesulitan pertanyaan, dan instruksi-instruksi yang ada dalam instrumen tersebut. Idealnya setelah dilakukan revisi, instrumen tersebut kembali diuji (pre test) untuk mendapatkan hasil yaang lebih baik sampai tidak ada lagi perubahan yang harus dilakukan. Namun demikian, sekali pre test saja sudah dianggap sebagai batas minimum. Sesudah dilakukan ujicoba instrumen dan instrumen tersebut direvisi, baru kemudian dilaksanakan pengumpulan data ke beberapa lokasi penelitian sebagai sampel studi tersebut. Untuk validasi buram model awal dilakukan untuk memvalidasi apakah buram tersebut sudah sesuai dengan yang diharapkan dalam tujuan jika diterapkan. Tahap validasi buram model awal menjadi penting untuk mendapatkan masukan dari pihak terkait yang berkompeten agar buram model awal menjadi lebih baik. Buram model awal yang telah divalidasi direvisi untuk dapat diujicobakan pada tahap berikutnya. 11