1
PENGEMBANGAN MEDIA ATRAKTIF BERBANTUAN SWISHMAX DALAM MATERI ALAT-ALAT OPTIK KELAS X
Hanif Nur Rohman (
[email protected]) Winarto (
[email protected])* Sulur (
[email protected])* Universitas Negeri Malang Jl. Semarang 05 Semarang Malang 65145, Jawa Timur ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan media pembelajaran atraktif berbasis e-learning berbantuan SWISHMAX dalam pokok bahasan Alat-Alat Optik bagi siswa kelas X sekolah menengah atas, khususnya MAN 2 Tulungagung. Hasil penelitian menunjukkan produk yang dihasilkan 86,39%% layak atas hasil validasi ahli dari segi materi, 86,10% layak dari segi media, 79,16% layak dari segi praktisi, dan 83,67% layak atas hasil uji coba terbatas. Produk ini dapat membantu guru dalam proses penilaian belajar mengajar Fisika karena menyediakan soal-soal evaluasi yang sesuai materi. Kata kunci: media atraktif, alat-alat optik, Swishmax
Bertolak belakang dari tujuan Kurikulum 2013, proses belajar mengajar yang berkembang di beberapa sekolah masih ditentukan oleh peran guru, sedangkan siswa sebagai individu-individu yang terlibat langsung di dalam proses tersebut hanya bisa mengiyakan hal yang diajarkan. Padahal, proses belajar mengajar, khususnya mata pelajaran Fisika, membutuhkan strategi yang membuat siswa lebih aktif. Dengan kata lain, guru harus mengintegrasikan minat siswa dan pencapaian yang diinginkan guru sehingga pengajaran yang dihasilkan menjadi berkesan (Hamdani, 2011: 19). Penguasaan konsep Fisika sedikit banyak berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Menurut Wahyuni (2009: 696), “penguasaan konsep Fisika yang baik dan benar dapat dikembangkan melalui penerapan pendekatan, strategi, metode dan media yang tepat dalam proses pembelajaran”. Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran turut memiliki peran dalam penguasaan konsep Fisika. Di samping itu, pendidikan dituntut memberikan sebuah inovasi agar siswa dapat menjadi aktor dalam proses pembelajaran sehingga mereka mampu mengembangkan kemampuannya sesuai dengan bidang dan bakatnya, sedang guru sebagai fasilitator membantu keberlangsungan proses tersebut. Rendahnya
*Winarto dan Sulur adalah pembimbing skripsi Hanif Nur Rohman
2
pemahaman konsep dan penalaran siswa, salah satunya diakibatkan oleh pembelajaran teacher-centered (Hermawanto dkk, 2013: 68). Dengan demikian, penting kiranya mengarahkan pembelajaran Fisika menuju student-centered. Dalam mencapai tujuan pendidikan, siswa berinteraksi dengan lingkungan belajar yang meliputi subjek yang berpengaruh dalam proses belajar, bahan atau sumber pembelajaran, laboratorium, dan media pembelajaran (Arsyad, 2011: 1). Bahan pembelajaran yang dimaksud dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran dapat berupa multimedia maupun media konvensional. Untuk itu, guru harus memiliki pemahaman yang cukup terhadap media pembelajaran karena media merupakan “bagian tak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan” (Arsyad, 2011: 2). Dengan menggunakan media, siswa tidak hanya memperoleh pengalamanpengalaman
belajar
konkret
yang
diperlukan
melainkan
juga
dapat
mengintegrasikan pengalaman yang terdahulu (Wahyuni, 2009: 695). Selain itu, media yang baik akan membuat siswa lebih aktif memberikan tanggapan maupun umpan balik, serta mendorong siswa untuk melakukan praktik-praktik yang benar (Hamdani, 2011: 73). Penggunaan media pembelajaran ini merupakan salah satu upaya mengikuti transisi metode pembelajaran dari Teacher Centered Method ke Students Centered Method. Beberapa tahun lalu, karakteristik media masih dikenal melalui teknologi yang digunakan, aspek mekanis dan ketergantungannya terhadap konsumsi listrik (Kozma, 1991: 180). Lebih dari itu, kini media memiliki definisi lebih luas. Menurut Arsyad (2011: 3), media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Banyak ahli memberikan batasan tentang media, khususnya media pembelajaran. Association of Education and Comunication Technology (dalam Hamdani, 2011: 73) menyatakan “media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan orang untuk menyampaikan pesan pembelajaran”. Media pembelajaran yang banyak dikembangkan dewasa ini adalah media dalam basis e-learning, .html (hypertext markup language), .pdf (portable document format), blog, animasi, dan jejaring sosial. Pengembangan semacam ini terus dilaksanakan mengingat para siswa yang mulai enggan bergelut dengan
3
materi yang disampaikan dengan modul dan teknik yang biasa. Menarik perhatian siswa dengan media atraktif tanpa mengurangi fokus materi yang hendak disampaikan diharapkan menjadi jalan keluar bagi permasalahan ini. Salah satu contoh media yang dimaksud di atas adalah SWISHMAX yang merupakan media pembelajaran atraktif berbasis e-learning. Media pembelajaran atraktif berbasis e-learning dipilih sebagai salah satu media yang layak dikembangkan karena fitur-fiturnya yang mendukung pembelajaran fisika, seperti yang pernah dikembangkan oleh para pengembang atau peneliti sebelumnya yakni, Amalia (2012), Utomo (2013) dan Huda (2014). Peneliti
tersebut
telah
mengembangkan
dan
menerapkan
pembelajaran
menggunakan media animasi berbantuan SWISHMAX. Media animasi yang dimaksud adalah media yang menggunakan peralatan elektronik digital yang dapat memproses masukan untuk menghasilkan suatu keluaran yang berkerja secara digital (Hamdani, 2011: 73). Materi dalam pelajaran Fisika memiliki banyak teori dan rumus yang tidak cukup dihafal saja. Proses pembentukan bayangan pada cermin, asas Bernoulli pada materi fluida, hukum Hooke pada materi tegangan dan regangan pada pegas, serta beberapa materi lainnya memerlukan ilustrasi yang tampak nyata. Djatmiko (2012: 48) menyebutkan bahwa media berbasis visual diperlukan untuk mempermudah pemahaman dan memperkuat ingatan siswa. Media berbasis visual juga dapat menumbuhkan minat siswa untuk belajar. Untuk meyakinkan proses transfer informasi, maka siswa harus berinteraksi langsung dengan media tersebut (Arsyad, 2011: 91). Salah satu materi yang meliputi banyak pokok bahasan adalah Materi AlatAlat Optik. Materi alat-alat optik atau yang biasa dikenal dengan optika (optics) adalah materi yang berhubungan dengan perilaku cahaya dan gelombang elektromagnetik yang secara tidak sadar kita alami setiap hari (Young & Freedman, 2000: 495). Kanginan (2007: 151) menggarisbawahi pembagian optika menjadi dua: optika geometris dan optika fisis. Pembelajaran optika geometris meliputi pemantulan dan pembiasan, sedangkan pembelajaran optika fisis meliputi polarisasi, interferensi, dan difraksi cahaya.
4
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah (Hukor Kemdikbud, 2015), kompetensi dasar yang perlu dicapai siswa kelas X adalah “menganalisis cara kerja alat optik menggunakan sifat pencerminan dan pembiasan cahaya oleh cermin dan lensa” (poin 3.9), serta “menyajikan ide/rancangan sebuah alat optik dengan menerapkan prinsip pemantulan dan pembiasan pada cermin dan lensa” (poin 4.9). Dengan demikian, materi optika yang sesuai untuk kelas X adalah sebatas optika geometris. Pembelajaran mengenai sifat-sifat cahaya dapat membantu siswa memahami beberapa fenomena seperti warna biru pada langit serta rancangan alat-alat optik seperti mata, lup, kamera, mikroskop, dan teropong (Young & Freedman, 2000: 495). Bagaimanapun, pemberian materi sebaiknya tidak sertamerta menuju pada penerapan alat optik, melainkan diawali dengan pembahasan yang paling sederhana, yakni cermin datar, dilanjutkan dengan cermin lengkung, kemudian lensa tipis. Selanjutnya, pokok-pokok bahasan tersebut akan memberi dasar pada pokok bahasan inti, yakni alat-alat optik (Young & Freedman, 2000: 530). Bagi siswa sekolah menengah yang sudah terbiasa menghafal, khususnya madrasah aliyah, materi ini adalah salah satu sasaran untuk dihafal tanpa pemahaman yang cukup. Siswa yang tidak memiliki pemahaman yang cukup (bahkan tidak tertarik sama sekali terhadap materi tersebut) hanya akan menyalinnya sebagai bahan contekan dan membuangnya setelah ujian usai. Terlebih dengan siswa yang kurang memahami materi Cahaya di kelas VIII yang menekankan pada materi Pemantulan dan Pembiasan. Hal ini dapat menyebabkan mereka enggan untuk belajar lebih lanjut karena merasa begitu sulit untuk menggambarkan bagaimana terbentuknya bayangan oleh cermin dan lensa. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan melalui diskusi dan wawancara dengan guru Fisika MAN 2 Tulungagung, diperoleh informasi sebagai berikut: (1) guru pada umunya masih belum sepenuhnya menggunakan multimedia sebagai sarana yang menunjang dalam pembejaran Fisika, namun setidaknya pernah menggunakan, (2) guru yang dituntut harus menyelesaikan materi dengan jam yang telah ditentukan, merasa kesulitan apabila harus mengulangi menjelaskan
5
materi dari awal tentang Pemantulan dan Pembiasan padahal materi tersebut sebagai transisi untuk bisa memahami materi Alat-Alat Optik, dan (3) banyak siswa yang merasa kesulitan memahami materi Alat-Alat Optik, karena pada waktu di kelas VIII, pemahaman yang dimiliki pada materi Pemantulan dan Pembiasan kurang sehingga mereka merasa tidak tertarik untuk memahami lebih dalam. Tentu akan berbeda halnya apabila siswa tertarik terhadap materi yang disajikan. Tidak menutup kemungkinan, mereka akan termotivasi untuk meningkatkan hasil belajar sehingga pemahaman akan konsep yang terkandung di dalamnya dapat meningkat pula. Fisika merupakan salah satu pelajaran yang memuat banyak konsep dan memerlukan analisis yang teliti sehingga untuk belajar Fisika siswa harus mengolah informasi yang diterima dengan melibatkan semua inderanya. Oleh karena itu, dilatarbelakangi dengan kebutuhan siswa (dalam hal ini materi alat-alat optik) maka para pengajar dituntut untuk dapat mengembangkan media pembelajaran sebagai alat bantu visual untuk mencapai tujuan pembelajaran. Media pembelajaran ini
berupa
sebuah
modul
elektronik
yang
menggunakan Swishmax sebagai basisnya. Media ini dibuat berdasarkan Kurikulum 2013 bagi kelas X program IPA. Pokok bahasan yang tercantum adalah terbatas pada Alat-Alat Optik yang dilengkapi dengan animasi, ilustrasi, dan video yang akan membantu siswa memahami fenomena terkait pokok bahasan. Media ini juga dilengkapi dengan soal dan pembahasan disertai dengan soal-soal evaluasi.
METODE Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Research and Development (R&D). Desain ini merupakan rangkaian proses atau langkah-langkah dalam rangka mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada agar kualitasnya menjadi lebih baik. Penelitian ini menerapkan metode R&D yang diadaptasi dari model Gall dkk (2003: 570). Sedangkan tingkat kelayakan produk yang dihasilkan dapat diketahui dengan menguji keefektifan produk tersebut
6
(Sugiyono, 2013: 297). Dalam hal ini, langkah-langkah tersebut meliputi: (1) analisis kebutuhan, (2) pengumpulan data, (3) pengembangan desain produk, (4) validasi ahli, (5) revisi, (6) uji coba terbatas, dan dilanjutkan dengan (7) penyempurnaan produk akhir. Menganalisis apa yang menjadi kebutuhan siswa merupakan hal esensial sebelum mengembangkan suatu produk. Dalam hal ini, analisis kebutuhan dilaksanakan melalui observasi awal yang berlangsung pada 6 Oktober 2014. Pada intinya, kebutuhan siswa adalah sebuah media yang menyertai proses pembelajaran sehingga metode ceramah dan diskusi tidak lagi terasa membosankan. Guru Fisika yang telah diwawancarai juga mendukung pernyataan siswa. Ia berpendapat bahwa diperlukan ilustrasi yang memadai dalam materi alatalat optik karena terbatasnya alat untuk praktikum. Kuesioner siswa pada analisis kebutuhan terdiri dari beberapa pertanyaan yang meliputi sikap siswa terhadap pelajaran Fisika, pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan, metode guru dalam mengajar, sumber belajar yang digunakan guru, dan media yang digunakan di dalam kelas. Kuesioner yang disajikan dalam bentuk refleksi diharapkan mampu membantu siswa untuk jujur pada diri sendiri. Kuesioner menggunakan skala Likert yang dapat membuat variabel tampak lebih akurat dan komunikatif (Sugiyono, 2013: 92). Kuesioner ini adalah sebuah tabel yang terdiri dari 9 pernyataan dan kolom skor. Instruksi yang diberikan adalah mencentang salah satu kolom skor yang terdiri dari 4, 3, 2, dan 1 sebagai penanda sangat setuju (4), setuju (3), kurang setuju (2), dan tidak setuju (1). Secara umum, hasil kuesioner menunjukkan bahwa siswa memiliki motivasi yang tinggi terhadap pembelajaran Fisika, namun masih merasa metode guru kurang bervariasi dalam menyampaikan materi. Salah satu siswa bahkan menyatakan “terkadang, guru tidak menjelaskan dengan lengkap dan menjelaskan terlalu cepat” (Responden PKH, 2014). Hal ini mendukung pernyataan guru bahwa kemampuan siswa menangkap penjelasan guru berbeda-beda. Desain produk dalam hal ini adalah berupa tampilan yaitu media pembelajaran atau teknologi yang atraktif berbasis e-learning yang menarik sehingga menunjang kemadirian siswa dalam belajar. Namun dalam pembuatan
7
media pembelajaran ini dibutuhkan langkah-langkah yang baik dan tepat sehingga media pembelajaran ini dapat digunakan untuk menigkatkan mutu pendidikan. Dalam hal ini, peniliti menggunakan software SwishMax. Pengembangan produk ini dibagi menjadi (1) pengembangan materi dan (2) pengembangan media. Peneliti mengembangkan materi menjadi 3 bab, yaitu Pemantulan, Pembiasan, dan Alat-Alat Optik. Materi yang disajikan dalam media ini adalah pengembangan dari referensi buku-buku SMA seperti Fisika untuk SMA/MA (Kanginan, 2007) dan buku-buku di Universitas seperti Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid II (Young & Freedman, 2000) dan Fisika Jilid 2 (Halliday & Resnick, 1991). Namun pada dasarnya materi dalam bab pemantulan dan pembiasan adalah materi pendukung untuk lebih memahami materi inti yaitu alatalat optik. Materi pemantulan berisi tentang pemantulan secara awal seperti pengertian
pemantulan,
macam-macam
pemantulan,
kemudian
hukum
pemantulan, pemantulan pada alat optis seperti cermin yang terbagi menjadi 2 yaitu pemantulan pada cermin datar dan cermin lengkung, yang kemudian pemantulan pada cermin lengkung terbagi menjadi 2 lagi yaitu pemantulan pada cermin cekung dan cermin cembung. Selanjutnya, peneliti mengembangkan media dengan lebih menekankan pada konsep pembelajaran yang menyenangkan dan menarik agar dapat meningkatkan kemampuan siswa. Media ini bersifat kontekstual dengan menekankan pada aspek pengamatan dan penalaran siswa dengan diberikannya sebuah video yang ada disekitar kehidupan siswa yang kemudian dijelaskan menggunakan animasi agar apa yang tergambarkan dari konsep melalui video tertanam lebih baik dengan adanya penjelasan bagaimana proses terjadinya atau cara kerja dari fenomena yang ditemui pada alat optik tersebut. HASIL PENELITIAN Uji kelayakan dilaksanakan terhadap dua validator. Kedua validator tersebut menguji kelayakan media pembelajaran dari aspek materi dan media. Kedua kuesioner, baik materi maupun media, menggunakan skala Likert. Adapun skor yang terdapat dalam instrumen dimulai dari angka 1, 2, 3 dan 4. Seperti angka 1 menunjukkan hasil yang tidak baik, kemudian skor 2 menunjukkan
8
kriteria kurang baik atau kurang sesuai. Skor 3 menunjukkan pada aspek bahwa media yang digunakan baik atau sesuai. Skor 4 menunjukkan bahwa aspek media yang digunakan atau dikembangkan sangat baik atau sangat sesuai. Hasil uji kelayakan tampak pada Tabel 1-3: Tabel 1. Hasil Validasi Ditinjau dari Segi Materi
Aspek
Validator
Rata-rata
V1
V2
Petunjuk Penggunaan
75 %
100 %
87,5 %
KI & KD
75 %
100 %
87,5 %
74,67 %
93,67 %
84,17 %
74,89%
97,89 %
86,39 %
Materi Total
Tabel 2. Hasil Validasi Dosen Ditinjau dari Segi Media
Aspek
Validator
Rata-rata
V1
V2
Menu Utama
78,57 %
89,28 %
83,92 %
Petunjuk Penggunaan
89,28 %
87,50 %
88,39 %
KI & KD
92,85 %
89,28 %
91,06 %
Pemantulan
75 %
88,89 %
81,94 %
Pembiasan
75 %
86,11 %
80,55 %
Mata
89,28 %
92,85 %
91,06 %
Lup
85,70 %
89,28 %
87,49 %
Kamera
75 %
91,67 %
83.33 %
Mikroskop
75 %
94,45 %
84,72 %
Teropong
86,10 %
94,45 %
90,27 %
Evaluasi
75 %
93,75 %
84,37 %
81,53 %
90,68 %
86,10 %
Total
9 Tabel 3 Hasil Validasi oleh Praktisi (Guru Fisika)
No
Aspek
Persentase
Ket
1.
Petunjuk Penggunaan, KI, dan KD
75,00 %
Layak
2.
Materi
79,16 %
Layak
3.
Desain
91,67 %
Sangat Layak
4.
Evaluasi
66,67 %
Layak
5.
Penyajian dan Fitur
83,33 %
Sangat Layak
79,16 %
Layak
Total
Uji coba terbatas dilakukan pada tanggal 6 Mei 2015 bertempat di kelas XMIA 2 MAN 2 Tulungagung yang berjumlah 25 siswa. Uji terbatas dilakukan dengan cara mengumpulkan kuesioner serta pendapat dari siswa dan guru untuk mengetahui apakah media tersebut layak untuk digunakan. Kuesioner yang digunakan ketika uji coba terbatas menggunakan skala Likert. Dari total 9 point pernyataan yang ada dalam kuesioner untuk siswa, terbagi menjadi 3 butir pernyataan yaitu, butir pertama berkaitan dengan materi yang terdiri dari 4 point, untuk butir kedua berkaitan dengan desain yang terdiri atas 2 point, serta butir ketiga yang berkaitan dengan fitur dan penyajian terdiri atas 3 poin: (1) materi, (2) desain atau tampilan, dan (3) fitur yang dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Respon Siswa pada Uji Terbatas (N=25)
Setuju
Tidak Setuju
Item Kuesioner 1.a
1.b
1.c
Penjelasan dalam media pembelajaran ini memuat bahasa yang lebih sederhana dan mudah dipahami dibanding buku teks. Media pembelajaran ini membantu saya mengamati dan menalar fenomena terkait alat-alat optik. Latihan soal yang terdapat pada akhir setiap pokok bahasan media pembelajaran ini membantu saya bereksperimen atas pemahaman saya terhadap materi.
f
%
f
%
25
100
-
-
24
96
1
4
21
84
4
16
10
1.d
2.a
2.b
3.a
3.b
3.c
Soal evaluasi pada akhir media pembelajaran ini sesuai dengan keseluruhan materi yang telah disampaikan. Gambar, ilustrasi, animasi, dan video yang tersedia mempermudah saya memahami materi dalam media pembelajaran ini. Jenis dan ukuran huruf yang terdapat dalam media pembelajaran ini sudah sesuai sehingga dapat dengan jelas saya baca. Media Pembelajaran ini disajikan dengan menarik sehingga saya senang mempelajarinya. Tampilan dari media pembelajaran ini terstruktur sehingga mempermudah saya mengenali sub-sub pokok bahasan di dalamnya. Setelah media pembelajaran ini disajikan, saya merasa lebih memahami hubungan antara materi yang saya pelajari dengan penerapan prinsip alat optik dalam kehidupan sehari-hari.
24
96
1
4
25
100
-
-
21
84
4
16
24
96
1
4
23
92
2
8
24
96
1
4
Berdasarkan hasil kuesioner yang dilakukan ketika uji coba terbatas, ditinjau dari aspek pertama yaitu materi didapatkan bahwa dari 25 siswa di kelas tersebut, 52 % siswa sangat setuju dan menyatakan bahwa penjelasan dalam media pembelajaran memuat bahasa yang lebih sederhana dan mudah dipahami dibanding buku teks. Hal ini juga di dukung oleh siswa yang menyatakan setuju sebesar 48 %. Kemudian ditinjau dari aspek desain, didapatkan bahwa dari 25 siswa, 68 % menyatakan sangat setuju bahwa gambar, ilustrasi, animasi, dan video yang tersedia mempermudah siswa memahami materi, hal ini juga didukung dengan banyaknya siswa yang menyatakan setuju sebesar 32 %. Sedangkan pada aspek yang ketiga berkaitan dengan fitur dan penyajian media, didapatkan bahwa dari 25 siswa 60 % menyatakan bahwa media pembelajaran
disajikan
dengan
menarik
sehingga
siswa
senang
untuk
mempelajarinya, dan hal ini dikuatkan dengan pernyataan siswa yang menyatakan
11
setuju dengan pernyataan tersebut dengan 36 % dan sisanya sebanyak 4 % menyatakan kurang setuju. Disamping itu, salah satu siswa memberikan komentar bahwa dalam media ini materi yang terdapat di dalamnya terlalu sederhana. Disisi lain salah satu siswa menyatakan bahwa materi yang ada dalam media ini kurang simpel. Menanggapi hal ini, validator menyatakan bahwa tidak ada masalah pada penulisan materi dalam media karena hal ini telah di bahas beberapa kali. Selanjutnya salah satu siswa berpendapat bahwa dalam media ini contoh soal yang ada dalam materi masih kurang. Pada setiap materi telah disediakan contoh soal yang memungkinkan siswa memperdalam konsep dan menerapkan rumus. Dengan demikian contoh soal yang diberikan telah cukup kiranya sebagai contoh untuk menuju latihan evaluasi. Guru juga memberikan balikan kepada penulis melalui kuesioner. Guru juga berkata bahwa media yang digunakan sangat membantu dan menarik minat siswa agar bisa belajar dengan menyenangkan karena media ini tidak hanya berisi teori melainkan juga dilengkapi contoh kehidupan sehari-hari melalui video yang kemudian dijelaskan menggunakan animasi. Disisi lain guru juga memberikan komentar bahwa dalam media tersebut seharusnya diberikan lembar kerja praktikum agar siswa selain belajar secara teori, siswa juga dapat menerapkan teori tersebut secara langsung, contohnya praktikum pada lensa cembung. Menanggapi hal ini, penulis sebenarnya sudah membuat lembar kerja praktikum yang sesuai dan seperti yang diminta namun hal tersebut tidak terintegrasi dengan media. Selain itu apabila dimasukkan kedalam media akan membuat media terlalu banyak dan penuh. Pada dasarnya, revisi produk yang dilakukan pasca-uji coba bukanlah revisi yang berat. Hal ini berdasar pada hasil uji coba terbatas untuk menyertakan lembar praktikum dalam media. Peneliti sudah mencoba mengembangkan media sesuai saran, namun peletakan lembar praktikum dalam media memiliki tampilan yang kurang baik karena begitu panjangnya lembar praktikum. Dalam hal ini, lembar kerja praktikum yang dikembangkan mengenai lensa cekung. Dengan demikian, peneliti tetap mengembangkan lembar kerja praktikum, nemun tidak terintegrasi dalam media. Hal ini bertujuan agar lembar praktikum
12
dapat diperbanyak dengan mudah dan mempermudah siswa dalam pelaksanaan eksperimen dan pelaporan.
PEMBAHASAN Produk dari media ini yang berbentuk software telah selesai direvisi pada tanggal 5 Mei 2015. Saran dari validator, guru dan murid mempertimbangkan bahwa media ini layak dan bisa digunakan dan sangat membantu pembelajaran agar menjadi
lebih menyenangkan. Akhirnya, produk akhir dapat
di
implementasikan di dalam kelas yang terdiri dari 25 siswa atau kelas kecil. Dalam implementasinya produk ini membutuhkan sumber listrik yang baik, karena pada implementasi yang dilakukan oleh penulis, terjadi hal yang tidak terduga seperti padamnya listrik di sekolah, sehingga penulis membentuk kelas menjadi kelompok dan mengatur tempat duduk sehingga siswa dalam satu kelas bisa melihat secara jelas media ini ketika dijalankan dengan cara setiap penjelasan dan animasi yang dimainkan penulis memperlihatkan media ini secara bergantian di depan tempat duduk siswa yang telah berkelompok tersebut. Menanggapi hal tersebut maka dapat kita simpulkan bahwa produk ini membutuhkan bantuan dari proyektor agar semua siswa dapat melihat secara keseluruhan dari media ini, serta bantuan dari pengeras suara agar siswa dapat mendengarkan musik atau video ketika media ini dimainkan atau dijalankan. Hal ini dikarenakan beberapa siswa yang menggunakan kacamata atau mempunyai gangguan penglihatan merasa sulit untuk melihat secara jelas ketika media ini dijalankan. Namu, hal ini bisa diatasi dengan siswa yang mempunyai gangguan penglihatan atau Yat memakai kacamata bisa beralih atau berganti tempat duduk dengan siswa yang lain yang berada di depan. Kemudian ketika implementasi kepada guru, guru memberikan komentar agar di dalam produk ini diberikan cara pembuatan media yang seperti di tampilkan pada video sinar – sinar istimewa cermin cekung, dan juga dalam media ini diberikan lembar kerja praktikum. Menyikapi hal ini, penulis telah membuat lembar kerja praktikum dan cara pembuatan media untuk 3 cermin, namun karena hal tersebut tidak dapat terintegrasi dengan media ini maka penulis membuatkan
13
secara langsung agar dapat digunakan ketika kegiatan praktikum atau menjadi tugas portofolio oleh siswa. Setiap produk pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Seperti halnya produk ini, media pembelajaran alat-alat optik juga mempunyai kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan tersebut adalah, media ini bersifat atraktif atau menyenangkan, kontekstual, dengan menampilkan fenomena atau penerapan dari alat-alat optik dalam kehidupan di sekitar siswa dan efektif untuk menunjang pembelajaran terutama dalam materi alat-alat optik yang sulit untuk digambarkan secara jelas. Pertama, media ini bersifat atraktif, karena siswa merasa senang dengan adanya tampilan video yang membantu pemahaman siswa dalam penerpaan di sekitar kehidupannya serta penjelasan video dalam bentuk animasi yang membuat siswa lebih memahami bagaimana cara kerja atau proses pelukisan terbentuknya sebuah bayangan dalam materi tersebut. Kontekstual, hal ini ditunjukkan dengan adanya video yang menampilkan penerapan-penerapan atau penggunaan dari alat optik yang terdapat di sekitar siswa, yang kemudian di jelaskan sesuai dengan konsep fisika menggunakan animasi. Kedua, media ini efektif untuk digunakan, karena dengan adanya media ini membantu guru dalam pengajaran, penjelasan serta pengukuran kemampuan siswa. Hal ini di dukung dengan adanya video, animasi, latihan soal dan pembahasan serta evaluasi siswa yang sesuai dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar yang merupakan integrasi dari kurikulum 2013 dalam media ini. Disamping kelebihan tersebut, media ini juga memiliki kekurangan. Kekurangan tersebut dapat terjadi dari beberapa faktor seperti keterbatasan jumlah soal pada media pembelajaran dan tidak adanya lembar praktikum. Pertama, keterbatasan jumlah soal pada media pembelajaran. Peneliti tidak dapat
menambah
jumlah
soal
karena
keterbatasan
contoh
soal
yang
dikembangkan. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan penyelesaian kunci jawaban yang banyak pula sehingga tidak mudah bagi peneliti untuk mengembangkan banyak soal beserta kunci jawabannya. Kedua, tidak adanya lembar praktikum dalam media ini. Lembar praktikum, seperti yang telah dijelaskan pada bagian revisi produk pasca uji
14
terbatas, tidak dapat diintegrasikan ke dalam media pembelajaran karena dapat membuat layar tampak penuh dengan teks. Peneliti telah mengembangkan lembar praktikum tentang lensa cembung, namun terpisah dari media. Dengan demikian, guru tetap dapat memperbanyak lembar kerja praktikum jika dibutuhkan. Kelebihan dan kekurangan menjadikan faktor-faktor yang menentukan keputusan guru untuk memilih dan menggunakan media pembelajaran. Pada akhirnya, guru tetap bebas untuk dapat memilih media mana yang dapat digunakan untuk menunjang dan membantu guru agar menjadikan pembelajaran Fisika di dalam kelas menjadi lebih menyenangkan, kontekstual dan efektif.
SARAN Dalam bagian ini, berisi untuk media ini dapat dibagikan, atau digunakan, di sebarkan dan dikembangkan oleh orang lain. Untuk penggunaan, penulis berharap agar semua guru Fisika dapat menggunakan media ini dengan baik untuk membantu dalam proses pembelajaran agar pembelajaran Fisika yang semula menjadi momok bagi sebagian siswa dapat menjadi mata pelajaran yang menyenangkan dengan adanya media yang bersifat atraktif, kontekstual dan efektif ini. Media ini tidak dapat digunakan secara langsung sekaligus karena dalam media ini mencakup materi – materi yang harus dikuasai secara bertahap agar siswa mampu memahami dengan baik ketika belajar pada materi intinya. Namun, media ini juga tidak bisa digunakan dalam jangka waktu yang lama, hal ini dikarenakan terbatasnya waktu dalam penggunaan dan jadwal dari jam mata pelajaran masing-masing pelajaran di sekolah tersebut. Ketika media ini digunakan setidaknya guru mampu dan memahami tentang penggunaanya aplikasi pembelajaran seperti Power Point atau media untuk presentasi. Untuk membantu dan menyikapi hal tersebut, dalam media ini juga diberikan petunjuk penggunaan ketika media ini dijalankan, sehingga guru dapat memahami dan menjalankan media ini sesuai dengan fungsinya. Kemudian berhubungan dengan penyebar luasan dan pembuatan media oleh pengembang. Produk ini menggunakan sebuah aplikasi pembuat media seperti Flash yang dinamakan dengan Swish Max 4 yang dapat mengubah
15
software dalam bentuk file (.exe) or animasi berupa shockwave flash (.swf). Untuk penyebar luasan media ini bisa menggunakan flash disk, hard disk, atau compact disk (CD). Pengembang dapat mempublikasikan media ini ke SMA/MA yang berada di Tulungagung untuk digunakan oleh guru Fisika sehingga bisa membantu dalam proses pembelajaran di kelas. Media atau produk ini digunakan untuk pembelajaran oleh guru dalam materi alat-alat optik, bukan untuk pembelajaran mandiri oleh siswa. Media untuk pembelajaran mandiri juga sangat diperlukan mengingat banyak siswa yang bertanya apakah media ini dapat digunakan untuk membantu belajar secara mandiri. Mereka sangat tertarik dengan media ini karena dengan media ini mereka merasa pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. Sebagai saran tambahan bagi pengembang mendatang, jika memungkinkan, virtual lab sebaiknya ditambahkan sebagai bentuk kerja praktikum siswa agar media tampak lebih nyata. Selain itu, jumlah soal latihan hendaknya ditambah dan dilengkapi dengan kunci jawaban.
RUJUKAN Amalia, S.N. 2012. Pengembagan Media Pembelajaran Fisika Berbantuan Komputer dengan SwishMax pada Materi Teori Kinetik Gas untuk siswa Kelas XI. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA UM. Arsyad, A. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Djatmiko, B.E.S. 2012. Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Multimedia Komputer untuk Meningkatkan Pemahaman, Sikap, dan Keterampilan dalam Membubut Ulir Segitiga pada Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan SMK. Jurnal Teknologi dan Kejuruan, 35(1):47-62. Gall, M.D., dkk. 2003. Educational Research: An Introduction (seventh edition). Boston: Pearson Education. Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia. Hermawanto dkk. 2013. Pengaruh Blended Learning terhadap Penguasaan Konsep dan Penalaran Fisika Peserta Didik Kelas X. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia (PFI), 9(1):67-76. Huda, S. 2014. Pengembangan Media Pembelajaran Fisika Berbasis Multimedia dengan Menggunakan SwishMax 4 untuk Membantu meningkatkan Pemahaman Konsep cahaya pada siswa SMP. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA UM. Kanginan, M. 2007. Fisika SMA. Jakarta: Penerbit Erlangga. Kozma, R.B. 1991. Learning with Media. Educational Research Journal, 61(2):179-212. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah. Layanan Hukum dan Organisasi Kementerian
16
Pendidikan dan Kebudayaan. (Online), (http://hukor.kemdikbud.go.id/diknasrokum/index.php/peraturanperundangan), diakses pada 17 April 2015. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Alfabeta. Utomo, H.P. 2013. Pengembangan Multimedia pembelajaran Fisika dengan menggunakan Macromedia SwishMax pada materi cahaya untuk Membantu meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIII. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA UM. Wahyuni, E. 2009. Pengaruh Pemanfaatan Multimedia dalam Pembelajaran Fisika terhadap Pemerolehan Belajar. Jurnal Visi Ilmu Pendidikan (UNTAN), 7(1): 694-710. Young, H.D., & Freedman, R.A. 2000. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid 2. Terjemahan Pantur Silaban. 2004. Jakarta: Penerbit Erlangga.