PENGEMBANGAN INDUK NILA DI WILAYAH MINAPOLITAN DALAM UPAYA MENDUKUNG INDUSTRI PERIKANAN BUDIDAYA. Yudi Yustiran ¹), Ena Sutisna ²), Sophan³) 1 , 2) Perekayasa Muda di Balai Budidaya Air Tawar Jambi (BBAT Jambi) 3) Teknisi Litkayasadi Balai Budidaya Air Tawar Jambi (BBAT Jambi) Jl. Lingkar Selatan RT 24 Kel Paal Merah , Kec. Jambi Selatan – Kota Jambi E-mail :
[email protected]
Abstrak Ketersediaan kualitas dan kuantitas induk merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi oleh petani/UPR saat ini. Salah satu upaya memperbaikinya adalahmendistribusikan induk unggul untuk merecovery atau meremajakan induk-induk yang digunakan oleh UPR. Faktor pembatas dalam memproduksi induk dalam jumlah banyak adalah dalam hal transportasi dan distribusi, dimana salah satu solusinya adalah memproduksi induk di lokasi distribusi (insitu). Sebagai langkah untuk optimalisasi serta pendayagunaan sarana dan prasarana, maka BBAT Jambi melakukan kerjasama teknis dengan BBI Musi Rawas untuk memproduksi calon induk nila danmendistribusikan ke UPR di Kabupaten Musi Rawas.Pada tahun 2010dilakukan proses perbanyakan di BBI Musirawas, selain untuk meremajakan induk juga memberikan bimbingan teknis mengenai penerapan SPO 08 di BBI dan UPR. Calon induk yang didistribusikan sebanyak 30 paket. Untuk mengoptimakan lahan yang ada, pada tahun 2011 proses perbanyakan dilakukan di BBAT Jambi sedangkan pembesarannya di BBI Musirawas. Selama proses pembesaran dan seleksi di BBI Musirawas diperoleh calon induk sebanyak 45 paket yang terdiri dari 13.500 ekor betina dan jantan 4.500 ekor. Calon induk yang dihasilkan kemudian didistribusikan ke kelompok tani/UPR untuk dibesarkan lebih lanjut menjadi induk-induk nila yang siap pijah untuk memenuhi kebutuhan benih unggul di wilayah Sumatera Selatan dan sekitarnya sehingga dapat mendukung program industri perikanan budidaya. Kata kunci : Induk, Peremajaan, Distribusi, Industri.
TILAPIA BROODSTOCK DEVELOPMENT IN MINAPOLITAN AREAS TO SUPPORT THE AQUACULTURE INDUSTRY Yudi Yustiran *¹), Ena Sutisna ²), Sophan ³) 1 , 2) Perekayasa Muda di Balai Budidaya Air Tawar Jambi (BBAT Jambi) 3) Teknisi Litkayasa di Balai Budidaya Air Tawar Jambi (BBAT Jambi) Jl. Lingkar Selatan RT 24 Kel Paal Merah , Kec. Jambi Selatan – Kota Jambi E-mail :
[email protected]
ABSTRACT Availability of quality and quantity of the broodstock is one of the problems faced by farmers / UPR to day. One effort to fix it is to distribute superior broods to recover or rejuvenate broodstock used by the UPR. Limiting factor in producing stem in large quantities is in terms of transportation and distribution, one solution is to produce the broods in the location of the distribution (in situ). As a step to the optimization and utilization of facilities and infrastructure, the Jambi BBAT technical cooperation with BBI Musi Rawas tilapia broodstock to produce and distribute to the UPR in Musi Rawas. In 2010 performed at BBI Musirawas propagation process, in addition to rejuvenate the broods also provides technical guidance on the application of SPO 08 in BBI and UPR. Prospective broods is distributed as many as 30 packets. To optimized existing land, in 2011 the process of multiplication performed in Jambi BBAT Musirawas while magnifying power of BBI. During the process of enlargement and selection on Musirawas BBI acquired the prospective broods as much as 45 packets consisting of 13.500 females and 4500 males . Prospective broods is then distributed to farmer groups / UPR to be raised further to indigo broods are ready to breed the needs seed in South Sumatra and its surrounding areas so as to support the aquaculture industry. Keywords: Broodstock, Recovery, Distribution, Industrial.
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang KabupatenMusiRawastelah lama dikenalsebagaisalahsatusentrabudidaya air tawar yang merupakan kawasan minapolitan di Pulau Sumatera.Posisinya yang strategisdan kondisi alam yang mendukung (ketersediaan sumber air) sangat layakuntuk memproduksi ikan dalam jumlah yang besar. Kabupaten Musi Rawas juga mensuplai kebutuhan benih ke provinsi di sekitarnya. Salah satu upaya memperbaiki kualitas induk nila yang digunakan UPR di Kabupaten Musi Rawas adalah mendistribusikan induk unggul untuk merecovery atau meremajakan induk-induk yang digunakan oleh UPR. Faktor pembatas dalam memproduksi induk dalam jumlah banyak adalah dalam hal transportasi dan distribusi, dimana salah satu solusinya adalah memproduksi induk di lokasi distribusi (insitu). Sementara itu adanya instansi daerah yang mempunyai keterkaitan dan kepentingan terhadap pemenuhan stok induk yaitu BBI Musi Rawas dimana sarana dan prasarana yang dimilikinya cukup memadai untuk melakukan produksi calon induk nila. Sebagai langkah untuk optimalisasi serta pendayagunaan sarana dan prasarana tersebut maka pada tahun 2010 BBAT Jambi melakukan kerjasama teknis dengan BBI Musi Rawas untuk memproduksi calon induk nila dan telah didistribusikan ke UPR di Kabupaten Musi Rawas sebanyak 30 paket. Kondisi yang sering ditemui di UPR adalah manajemen induk yang tidak sesuai standar sehingga mempercepat penurunan kualitas induk. Sebagai upaya meminimalkan kondisi tersebut maka pada tahun 2011 dilakukan monitoring dan diseminasi manajemen induk yang telah terdistribusi ke UPR. Selain itu untuk upaya pemenuhan kebutuhan calon induk secara mandiri di Kabupaten Musi Rawas maka dilakukan asistensi teknik produksi calon induk di UPR yang mempunyai kelayakan segi teknis dan sarana pendukungnya. 1.2. Tujuan Melakukan monitoring induk nila hasil produksi di BBAT Jambi dan BBI Musi Rawas serta diseminasi produksi calon induk nila di BBI/UPR dalam upaya mendorong pemenuhan kebutuhan calon induk secara mandiri di Kabupaten Musi Rawas.
II. BAHAN DAN METODA
2.2. Metoda 2.2.1.
Monitoring Induk di UPR
Monitoring induk di UPR adalah kegiatan yang lanjutan yang bertujuan untuk memantau kualitas induk yang didistribusikan dan produksinya pada tahun 2011. Pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara dengan pihak UPR yang menerima induk serta memberikan asistensi untuk meningkatkan produksi benihnya guna mendukung pemenuhan kebutukan benih di pembudidaya. Data-data yang diambil dimasukan ke dalam kolom yang sudah kita siapkan kemudian dibahas dan dianalisa kekurangannya. Hasil dari analisa disampaikan kepada UPR untuk diperbaiki metode produksinya guna peningkatan yang lebih baik. 2.2.2. Induk dan Pemeliharaannya Pemeliharaan induk dilakukan dalam kolam berukuran 250 m2, dalam proses pemeliharaan induk diberi pakan yang berprotein 28-30%, sebanyak 3% per hari dari biomassa dengan frekuensi pemberian pakan 3 kali. Untuk mengoptimalkan proses pematangan gonadnya pemeliharaan induk dilakukan terpisah antara induk jantan dan betina. Pematangan gonad dilakukan untuk mendapatkan induk-induk betina yang benar-benar siap untuk memijah dan tingkat kematangan gonadnya seragam. Ciri-ciri induk yang baik dan siap pijah adalah sebagai berikut: a. Bobot tubuh induk lebih dari 200 – 500 g b. Badan induk harus tinggi dan gemuk, perbandingan antara tinggi badan terhadap panjang standar adalah 1 : 2,3-2,5 c. Induk telah memiliki tanda-tanda induk siap pijah, antara lain: sehat, tidak cacat, bentuk tubuh proporsional, dan siap pijah yang ditandai abdomen membesar pada induk betina, dan pada induk jantan apabila abdomen ditekan ke arah alat kelamin, mengeluarkan sperma. d. Perbandingan induk jantan dan betina adalah 1 :1 ekor e. Padat tebar induk dalam wadah pemijahan adalah 1 kg/m2 2.2.3. Pemijahan dan Panen Larva Proses pemijahan dilakukan dengan cara pemijahan alami di mana induk betina yang matang gonad ditebar terlebih dahulu. Seminggu kemudian baru dilakukan penebaran induk jantan. Wadah berupa kolam tanah dengan kepadatan 1 kg/m2. Penebaran induk dilakukan setelah induk diseleksi dari kolam pemeliharaan induk. Jumlah induk yang dipijahkan minimal 250 pasang (SPO 08), dengan perbandingan antara jantan dan betina adalah 1:1. Selama proses pemijahan, induk diberikan pakan sebanyak 1% dari biomassa dengan frekuensi pemberian 3 kali Induk akan memijah setelah hari ke-10 sejak penebaran, larva akan dipanen pada hari ke-15, pemanenan dilakukan secara bertahap dengan menggunakan serok/tangkul.
2.2.4. Pemeliharaan larva Pendederan I adalah kegiatan pemeliharaan dari ukuran larva sampai dengan menjadi benih dengan ukuran 3-5 cm. Pemeliharaan larva ini dilakukan selama satu bulan (4 minggu), dengan pemberian pakan berupa pakan benih berprotein 28-30%sebanyak 50-75% dari biomassa, dengan frekuensi pemberian 35 kali/hari. Setelah pemeliharaan selama 1 bulan dilanjutkan pemeliharaan selama 2-3 bulan di kolam pendederan berukuran 500 m2 dengan kepadatan 20 ekor/m2. Pakan yang diberikan berupa pellet dengan variasi ukuran dari crumble sampai pellet ikan dewasa sebanyak 5-10% dari biomassa, dengan frekuensi 3 kali pemberian pakan. Dari pendederan ini, diharapkan akan menghasilkan calon induk dengan ukuran rata-rata 30 – 50 g/ekor (>12 cm) dan telah dapat diseleksi jantan dan betina. Selama pemeliharaan benih disampling untuk mengambil data panjang dan berat pada awal tebar dan akhir pemeliharaan (panen), untuk kemudian diseleksi berdasarkan ukuran, dan jenis kelamin (jantan dan betina). 2.2.5. Pembesaran di Kolam Kegiatan pembesaran di kolam merupakan lanjutan dari pendederan adalah memelihara benih yang telah diseleksi berdasarkan ukuran (>12 cm) dan jenis kelamin, benih tersebut dipelihara dalam kolam berukuran 500 m2 dengan kepadatan 40 ekor/m2 selama 3-4 bulan atau mencapai ukuran calon induk yaitu 200 g/ekor. Dalam pembesaran ini pakan yang diberikan berupa pellet dengan protein antara 28-30% dengan frekuensi 3 kali pemberian sebanyak 3-5% dari biomassa. Pada kegiatan pembesaran ini dilakukan sampling setiap bulan dimulai pada awal penebaran benih sampai akhir masa pembesaran. Setelah dipelihara selama 3-4 bulan, pada saat panen calon induk telah mencapai rerata ukuran 200 gr/ekor sehingga siap untuk didistribusikan ke petani (UPR) dan BBI yang memerlukan. 2.2.5. Proses Seleksi Proses seleksi dilakukan beberapa tahap, dengan melakukan pengurangan populasi dan pengambilan ikan-ikan dengan pertumbuhan terbaik sesuai dengan SPO 08 dalam Lampiran 2. (Maskur dkk, 2004). 2.3.
Parameter yang diukur Panjang Bobot Jumlah ikan jantan Jumlah ikan betina Jumlah ikan yang ditebar Jumlah ikan yang dipanen
2.4.
Parameter yang diuji -
Pertumbuhan Kelangsungan hidup (SR) Data distribusi calon induk
DIAGRAM PROSEDUR PERBANYAKAN CALON INDUK IKAN NILA Induk
PEMATANGAN GONAD
Min. 400 ekor
Induk ♂
PEMATANGAN GONAD
Min. 400 ekor PANEN LARVA
PEMIJAHAN MASAL Populasi induk minimal dalam satu kolam = 250 betina : 250 jantan Induk memijah dalam waktu bersamaan minimal 100 pasang
Hari ke-12 – 14 pemijahan Pop. Larva Min. 100000 ekor
PEMBESARAN I
Sub Populasi ♂
Afkir
Sub Populasi ♀
Max 50%
Calon
Max 50%
Calon
Afkir
Induk
Induk INDUK ♂,
INDUK , PEMBESARAN II
PEMBESARAN II
> 250 g
> 200 g
Gambar 1. Digram alir prosedur perbanyakan calon induk ikan nila Penjelasan gambar
:
1. ♂ atau
= Input atau output
♂
2.
= Proses kegiatan
3.
= Penghubung tahapan
4.
= Kurva distribusi ukuran
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Monitoring dan asistensi. Monitoringdilakukan terhadap UPR yang mempunyai induk – induk ikan nila , yang berasal dari BBAT Jambi. Kegiatan monitoring ini dilakukan setiap dua bulan sekali untuk melihat pemeliharaan induk dan proses produksi benih yang dilakukan oleh UPR. Selama kegiatan ini telah dilakukan monitoring ke beberapa UPR, adapun nama-nama unit pembenihan rakyat dapat dilihat pada tabel 1 . Tabel 1. Nama-nama Unit Pembenihan Rakyat No
Nama
Alamat
1
Suryadi
Desa Tegalrejo Kec. Tugumulyo
2
Sunarto
Desa Ketuan Jaya Kec. Muara Beliti
3
Sudarmoko
Desa Tegalrejo Kec. Tugumulyo
4
Supardiman
Desa G1 Mataram Kec. Tugumulyo
5
Sriyanto
Desa G1 Mataram Kec. Tugumulyo
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 1 dan 2 saat monitoring Hasil monitoring dapat dapat dilihat pada Tabel 2. Melihat dari data hasil monitoring yang telah dilakukan pada umumnya pembudidaya tidak melakukan manajemen induk secara benar. Dalam proses produksi tidak dilakukan pematangan induk secara terpisah antara induk jantan dan betina. Setelah panen benih induk ditampung dalam hapa selama 2 – 7 hari selanjutnya dipijahkan lagi tanpa dipisah antara induk jantan dan betina. Sebaiknya pemeliharaan induk jantan dan betina dilakukan secara terpisah untuk proses pematangan gonad selama 1520 hari, hal ini untuk menghindari terjadinya pemijahan liar, memberikan waktu kepada induk untuk mengembalikan energinya setelah pemijahan, memudahkan dalam tahap penyeleksian induk yang sudah dan yang belum memijah dan mematangkan kembali telur dan sperma induk sehingga didapatkan telur yang berkualitas baik. Pebandingan jantan dan betina untuk pemijahan setiap pembudidaya berbeda beda jantan 1 ekor : betina 3 – 10 ekor. Pembudidaya yang menggunakan betina dengan jumlah banyak mempunyai alasan kalau jantan terlalu banyak dapat mengganggu betinanya dan menyebabkan air kolam manjadi lebih keruh.
Untuk panen larva jarang yang melakukan umumnya melakukan panen benih ukuran 2-3 cm, selama pemeliharaan untuk mencapai ukuran tersebut induk masih ada pada kolam yang sama. Sehingga tidak dapat diketahui persentase kelangsungan hidup (SR) larva atau benih selama pemeliharaan.
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Gambar 4
Gambar 1 dan 2 : gambar hapa tempat pemeliharaan induk di UPR Gambar 3 : gambar pembudidaya sedang panen benih dan induk Gambar 4 : gambarpembudidaya sedang menampung induk setelah panen
Tabel 2 : Data monitoring di UPR
No
Nama
Alamat
Jumlah induk (ekor)
Pemeliharaan induk secara (jantan, betina) Pisah
Lama Rasio pematangan pemijahan induk (hari)
Campur
Produksi persiklus (ekor)
panen
Larva
Benih
1
Suryadi
D, Tegalrejo, Tugu Mulyo
1600
Campur
7
1:3
150000
Benih
2
Sunarto
Ketuan Jaya, Muarabeliti
2400
Campur
2
1:3
237500
Benih
3
Sudarmoko
D, Tegalrejo, Tugu Mulyo
1600
Campur
5
1 : 10
112500
4
Supardiman
G1 Mataram, Tugumulyo
1200
Campur
3
1:6
65000
Benih
5
Sriyanto
G1 Mataram, Tugumulyo
1600
Campur
2
1:5
30000
Benih
Larva
3.2. Perbanyakan Calon Induk di BBI U Musi Rawas a. Produksi Benih Untuk Calon Induk Induk yang digunakan untuk perbanyakan calon induk nila JICA yang ada di BBAT Jambi, dengan jumlah jantan yang ada sebanyak 300 ekor dan induk betina sebanyak 600 ekor dengan ukuran 250 – 300 gram. Untuk kegiatan pematangan dam pemijahan induk nila dilakukan di BBAT Jambi. Pemijahan dilakukan pada bulan Maret dengan jumlah induk yang dipijahkan sebanyak 250 ekor betina dan jantan 250 ekor. Setelah induk memijah dilakukan pemanenan larva ikan nila secara bertahap menggunakan serok halus pada pagi dan sore hari. Hasil dari pemijahan mendapatka larva sebanyak100.390ekor dan dilakukan pendederan I, pemeliharaan selama 30 hari untuk digunakan sebagai benih calon induk. Dari hasil pendederan I didapatkan benih sebanyak 70.105ekor (SR 70 %), selanjutnya dilakukan pendederan II sebanyak 54.360 ekor benih ukuran 3-8 cm untuk di besarkan di BBI Musi Rawas menjadi calon induk. Benih yang ukuran dibawah 3 cm sebanyak 10.085ekor dan ukuran besar lebih dari 8 cm sebanyak 3.660ekor di afkir. Tujuan diambilanya ukuran yang menengah supaya didapatkan calon induk dengan kualitas baik dan jumlah calon induk betina yang mencukupi. Benih didapatkan dari hasil selaksi ukuran kemudian dibesarkan dikolam pembesaran hingga mencapai ukuran 100-150 gram per ekor dan siap untuk didistribusikan. b. Seleksi calon Induk Benih yang ditebar sebanyak 54.360 ekor setelah dipelihara dan dipanen mendapatkan benih sebanyak 39.804 ekor. Seleksi calon induk dilakukan untuk benih ukuran 8-12 cm pada ukuran ini dipisahkan antara jenis kelamin jantan dan betina, hasil seleksi didapatkan 15.901 ekor betina dan jantan 23.903 ekor namun dari jumlah tersebut hanya diambil 5.500 ekor jantan untuk dibesarka dan sisanya di afkir sesuai dengan kebutuhan. Benih tersebut dibesarkan sampai ukuran calon induk dengan bobot antara 100150 gram/ekor. Setelah calon induk ikan nila telah mencapai bobot ukuran yang diharapkan dan siap untuk didistribusikan ke UPR di wilayah Kabupaten Musi Rawas. Secara singkat proses produksi calon induk yang dilakukan dapat dijelaskan dalam diagram alur sebagai berikut.
Tebar Benih calin ukuran 3-8 cm 54.360 ekor
Panencalin ukuran 8 -12 cm 39.804 ekor
Tebar Jantancalin ukuran
Tebar Betinacalin ukuran
8 -12 cm 23.903 ekor
8 -12 cm 15.901ekor
Jantan calin diambil 5.500 ekor sisanya diafkir
Panen calin betina 14.350 ekordiambil 13.500, sisanya 850 afkir
Panen Jantancalin 4.925 ekor, diambil 4.500 ekor sisanya 425 ekor afkir Panen calon Induk distribusi rata-rata bobot 100 gram/ekor, betina sebanyak 13.500 dan jantan 4.500 ekor Gambar . Diagram alur proses produksi ikan nila JICA di BBI U Musi Rawas pada tahun2011
C. Pembesaran Pada tahap pembesaran ini ditebar benih calon induk nila sebanyak 15.901 ekor betina dan jantan 5.500 ekor. Dari jumlah benih calon induk yang ditebar setelah dipanen didapatkan calon induk betina sebanyak 14.350 ekor dan jantan 4.925 ekor. Data pertumbuhan dapat dilihat pda tabel 3 . Tabel 3 : Data pertumbuhan panjang dan berat calon induk selama pemeliharaan. Sampling ke 1 2 3 4 5 Dilihat data
dari
Panjang 12.61
13.6
14.58
17.61
19.66
38.6
47.7
65.13
122.77
156.67
(rata-rata) Berat (rata-rata)
pertumbuhan pada tabel diatas menunjukan bahwa laju pertumbuhan calon induk ikan nila selama pemeliharaan sesuai dengan SNI
Tabel 4 : Derajat kelangsungan hidup (SR) selama pemeliharaan No
Tebar awal
Panen
SR (%)
Keterangan
1
100.370
70.105
70
PD I
2
54.360
39.804
73
PD II
3
15.901
14.350
90
Pembesaran
4
5.500
4925
90
Pembesaran
d.Distribusi calon Induk Calon induk ikan nila hasil prosuksi di BBI U Musi Rawas Kabupaten Musi Rawas didistribusikan untuk UPR dikawasan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas. Kegiatan ini menghasilkan calon induk 45 paket yang terdiri dari 13.500 ekor betina dan jantan 4.500 ekor, dari hasil calon induk ikan nila tersebut didistribusikan ke kelompok UPR dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5 : Nama kelompok yang menerima calon induk nila Jenis Kelamin No
Nama Kelompok
Alamat
Betina (ekor)
Jantan
Jumlah (Paket )
(ekor) 1
Pasundan
Desa A Widodo, Kec Tugumulyo
1500
500
5
2
Pasundan I
Desa A Widodo, Kec Tugumulyo
3000
1000
10
3
Pasundan II
Desa A Widodo, Kec Tugumulyo
3000
1000
10
4
Retas Mandiri
Desa Air Satan, Kec Muarabeliti
3000
1000
10
5
Sidodadi
Desa Ketuan Jaya, Kec Muarabeliti
3000
1000
10
IV. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil dari kegiatan monitoring produksi benih dan managemen pembudidaya/UPR di kabupaten Musi Rawas ada dua poin penting yang harus dibenahi yaitu : Umumnya pembudidaya tidak melakukan manajemen induk secara benar. Karena keterbatasan kolam, maka pematangan induk tidak dilakukan secara terpisah antara induk jantan dan betina, induk hanya ditampung dalam hapa selama 2 – 7 hari selanjutnya dipijahkan sehingga berpengaruh terhadap siklus produksi benih selanjutnya dan penurunan kuallitas induk. Pebandingan jantan dan betina untuk pemijahan setiap pembudidaya berbeda beda jantan 1 ekor : betina 3 – 10 ekor. Untuk panen larva jarang yang melakukan dengan cara menyerok larva, umumnya melakukan panen benih ukuran 2-3 cm. Sehingga tidak dapat diketahui persentase kelangsungan hidup (SR) larva atau benih selama pemeliharaan. Kegiatan perbanyakan induk yang dilakukan pada tahun 2011 lebih banyak menghasilkan calon induk dibanding pada tahun 2010. Akibat Keterbasan sarana dan prasaran di BBI U, maka belum siap untuk melakukan pemijahan untuk perbanyakan induk tetapi bisa untuk pembesaran calon induk. Untuk selanjutnya yaitu pada tahun 2012 kerjasama dengan BBI/UPR di daerah minapolitan difokuskan pada pembesaran calon induk sedangkan pemijahannya dilakukan di BBAT Jambi.
DAFTAR PUSTAKA Maskur, Hanif, S., Sucipto, A., Handayani, D.I., Yuniarti, T., 2004. Standar Prosedur Operasional Pemuliaan (Genetic Improvement) Ikan Nila. Pusat Pengembangan Induk Ikan Nila Nasional. Balai Budiaya Air Tawar Sukabumi. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Departemen Kelautan dan Perikanan. Sukabumi. Mubinun, Miftahul, J., Irma, M.H., Boyun, H., Masazaku, T., 2005. Manual Produksi Induk Ikan Nila. Balai Budidaya Air Tawar Jambi dan JICA. Syofan, Boyun H., Syarifuddin, Solaiman. 2009. Peremajaan Mutu Induk Nila di Kabupaten Musi Rawas. Laporan Tahunan Pengembangan Kawasan. Balai Budidaya Air Tawar Jambi. Jambi.