PENGEMBANGAN DIRI MELALUI PENGENALAN KEPRIBADIAN Oleh Sumaryo, Widyaiswara Madya BDK Palembang I. Pendahuluan Upaya untuk mengembangkan diri dewasa ini telah menjadi suatu tuntutan bahkan menjadi keharusan bagi siapa saja yang ingin maju, apa lagi jika kita memperhatikan perkembangan tuntutan dari para pemangku kepentingan yang semakin meningkat. Normalnya siapapun orangnya pasti berkeinginan untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Namun terkadang untuk memulai suatu perubahan menuju ke arah yang lebih baik membutuhkan kesadaran akan pentingnya perubahan tersebut dan pemahaman yang tepat dan benar kapan dan dari mana perubahan tersebut harus dilakukan, dan pada posisi mana saat ini kita berada. Artinya semua aktivitas perubahan yang kita lakukan perlu direncanakan dengan baik dan terarah. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk melakukan pengembangan diri adalah dengan mengikuti Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) pada Sekolah Kepribadian, seperti mengikuti Training of the Trainers (TOT). Pada tanggal 31 Oktober s.d 2 Nopember 2012 yang lalu, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK) bekerjasama dengan salah satu sekolah kepribadian menyelenggarakan TOT di Jakarta, yang pesertanya sebagian dari para widyaiswara, dan saat itu penulis merupakan salah satu peserta pada TOT tersebut. Terdorong oleh niat untuk berbagi pengalaman, maka penulis menyampaikan tulisan ini dengan maksud untuk sharing pengalaman, disamping untuk mencoba menganalisis prospek implementasi hasil-hasil yang diperoleh selama mengikuti TOT tersebut.
II. Pelaksanaan TOT dan Hasil-hasilnya Pada umumnya sebelum mengikuti TOT, setiap calon peserta diminta untuk mengisi kuisioner (Questionnaire) untuk mengetahui kepribadian masing-masing dengan cara memilih jawaban yang telah tersedia yang disusun berdasarkan linkert. Jawaban yang akan dipilih terdiri dari 5 (lima) skala, mulai dari sangat tidak setuju, tidak setuju, biasa saja, setuju, dan sangat setuju. Mengisi kuisioner yang telah dipersiapkan merupakan salah satu cara untuk mengenal kepribadian seseorang. Kuisioner tersebut terdiri dari 2 (dua) bagian, bagian A berisi beberapa pernyataan (statement) yang paling tepat mendeskripsikan diri kita yang sebenarnya tanpa adanya pengaruh/ tekanan dari pihak manapun, dan bagian B yang berisi pernyataan yang paling tepat mendeskripsikan diri kita tentang bagaimana kita bertindak saat melakukan pekerjaan kita. Yang penting pada tahap pengisian kuisioner adalah setiap peserta harus jujur dalam mengisinya, sehingga hasil yang diperoleh akan dapat mengambarkan potret kepribadian diri yang sebenarnya. Informasi tentang kepribadian akan sangat berguna sebagai bahan masukan untuk mengefektifkan dan meningkatkan potensi diri serta memperbaiki kekurangankekurangan yang ada, sehingga upaya untuk meningkatkan kinerja sesuai profesinya sebagai widyaiswara/ trainer diharapkan dapat terwujud.
Setelah memperoleh hasil analisis dari kuisioner yang telah diisi dalam bentuk Comunication Profile, masing-masing peserta TOT diberi kesempatan untuk memperoleh penjelasan dari petugas yang tergabung dalam Personal and Team Motivation and Counseling pada lembaga pendidikan tersebut. Hasil analisis tersebut antara lain memberikan gambaran kepada peserta TOT tentang bagaimana kepribadiannya, citra diri, nilai-nilai, sifat-sifat, motif, dan pola komunikasi yang selama ini dilaksanakan, serta tingkat kemampuannya dalam mengarahkan orang lain. Informasi tentang kepribadian itu sangat penting karena berpengaruh besar terhadap prestasi kerja seseorang. Disamping itu kepada peserta juga diberi masukan berupa hal-hal yang perlu menjadi perhatian dalam melaksanakan tupoksinya sebagai widyaiswara/ trainer, seperti bagaimana menempatkan diri agar dapat fokus kepada audiens sehingga bisa lebih memahami karakteristik dan situasi audiens bersangkutan, bagaimana mengembangkan sikap empati, bagaimana mengembangkan strategi penyampaian materi yang fleksibel namun tetap dalam kontrol tujuan utama, dan bagaimana mengembangkan sisi ‘Fun’ dalam rangka menyeimbangkan suasana dan lain-lain. Pada dasarnya potret dari tipe kepribadian masing-masing peserta TOT tentunya tidak akan pernah ada yang sama, alias berbeda satu dengan yang lain. Secara umum bagaimana gambaran tipe kepribadian yang ada dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel. 1
PRIBADI DAN CIRI-CIRI PRILAKU Suka bicara Ramah/ terbuka Berkepribadian hangat Tak banyak fikiran/ tidak sabaran Mudah bergaul/ suka melibatkan diri Responsif, mudah adaptasi Antusias & Ekspresif
EXTROVERSION CONFORMITY Perfectionis Perencana yang baik Suka menyendiri/ introvert Serius, tertib dan terorganisasi Jenius Memilih standar nilai tinggi Berbakat seni
Suka memimpin Kemauan kuat dan tegas Dinamis Optimis, realistis/ orientasi pada tujuan Praktis/ cepat membuat penilaian Agresif Teguh / persisten DOMINANCE Percaya diri
PATIENCE
Netral Selalu menjadi penengah Easy going Pasif/ lebih suka mengalah Pendiam Sulit memutuskan
Sumber : John Robert Powers, HRD, 2012
Perlu diketahui bahwa dari 4 (empat) tipe kepribadian pada tabel I di atas tidak berarti masing-masing orang hanya memiliki satu tipe. Keempat tipe kepribadian tersebut ada pada diri seseorang, hanya saja tingkatannya masing-masing orang berbeda, ada yang lebih menonjol Extroversion-nya, Dominance-nya, Conformity-nya, atau Patiance-nya.
Tabel. II
KELEMAHAN PRIBADI : Pemborosan waktu Suka menunda-nunda pekerjaan Suka mengobrol Suka membuat program Tidak tuntas Cenderung ceroboh Suka menurut kata hati
EXTROVERSION CONFORMITY
Perfectionis Lamban mengelola bisnis Suka mengeritik/ suka menganalisa sesuatu Sensitif & mudah tersinggung Membenci kesalahan Perasaan sentimentil
Membuat standar tinggi Keputusan cepat tetapi tidak matang/ tidak tergantung pada orang lain Tidak ramah Cenderung suka berdebat/ keras kepala/suka mendominasi Mengambil keputusan bagi diri sendiri
DOMINANCE
Pasif Rileks Sulit dimotivasi Suka menunda sesuatu Sulit diajak berteman Lebih suka menunggu respon Menghindari konflik Tidak mau coba perubahan
PATIENCE
Sumber : John Robert Powers, HRD, 2012
Selanjutnya pada tabel II di atas, akan memberikan informasi kepada kita tentang kelemahan-kelemahan yang dimiliki dari masing-masing tipe kepribadian, sehingga bisa lebih mengenal siapa diri kita sebenarnya. Berbekal informasi di atas kita selanjutnya dapat merencanakan untuk melakukan perubahan ke arah yang terbaik sesuai tuntutan profesi masing-masing. Untuk mengetahui tentang motivasi apa saja yang dibutuhkan, serta faktor-faktor apa saja yang bersifat demotivasi dari masing-masing tipe kepribadian, dapat dilihat pada tabel III dan IV berikut ini.
Tabel.III
MOTIVATIONAL NEED : Banyak interaksi dengan orang lain Public Recognition/dikenali/ diakui/dipuji Interaksi group/ dilibatkan dalam aktivitas Diberi kesempatan untuk melakukan sesuatu Diberi informasi yang terjadi
EXTROVERSION CONFORMITY Suasana yang terstruktur Kejelasan benefit (keuntungan diri) Sistem yg sdh terbentuk (SOP) Bersikap adil Ketepatan waktu
Diberi kedudukan/posisi penting Independent/ kebebasan dalam aktivitas Challence/ Tantangan Direct Answer/ diberi kesempatan memutuskan Diakui kemampuan memimpin
DOMINANCE PATIENCE
Suasana harmonis Lingkungan stabil Arah yang jelas Konsistensi Tidak suka perubahan Diakui kontribusi diri Waktu berfikir
Sumber : John Robert Powers, HRD, 2012
Tabel. IV
DEMOTIVASI : Diacuhkan Tidak dilibatkan dalam aktivitas Kesempatan/ wewenang diperkecil Merasa tidak disukai Merasa tidak dianggap
EXTROVERSION CONFORMITY Perubahan tanpa rencana dikritik Tidak ada sistem Perlakuan beda
Tidak diberi posisi Tidak diberi kesempatan Pembatasan wewenang Diberi tingkat supervisi tinggi Merasa tidak dianggap
DOMINANCE PATIENCE Terjadi konflik Suasana mendesak/tekanan Perubahan situasi yang cepat Dibiarkan melakukan sendiri Diberi tanggungjawab besar
Sumber : John Robert Powers, HRD, 2012
Berdasarkan tabel III di atas dapat diketahui, bahwa untuk dapat menggerakkan seseorang (dalam hal ini widyaiswara/ trainer) yang masing-masing memiliki kepribadian yang berbeda satu sama lain dalam rangka lebih mengoptimalkan kinerja yang bersangkutan, diperlukan motivasi yang berbeda. Dengan demikian informasi pada tabel III di atas akan sangat bermanfaat bagi institusi atau pihak-pihak yang memiliki fungsi untuk melakukan pembinaan kepada widyaiswara/ trainer. Demikian halnya beberapa
informasi tetang demotivasi yang terdapat pada tabel IV di atas, juga sangat berguna bagi pihak-pihak yang lingkup tugasnya berkaitan dengan upaya melakukan pembinaan terhadap para widyaiswara dilingkungan instansinya. Berbekal pengetahuan tentang faktor-faktor yang bersifat motivasi dan demotivasi dalam hubungannya dengan 4 (empat) tipe kepribadian seperti pada tabel III dan IV diatas, maka setiap kebijakan atau tindakan yang akan dilakukan dapat diarahkan untuk mendorong target sasaran memberikan sesuatu yang terbaik yang dimilikinya dalam rangka mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Selanjutnya muncul pertanyaan, apakah informasi terkait dengan klasifikasi kepribadian juga berguna bagi widyaiswara selain untuk memperbaiki dirinya. Jawabannya sangat berguna, karena bukan hal mustahil audiens yang akan dihadapi pada saat mengajar/melatih juga memiliki ciri-ciri yang sama, apakah termasuk Extrovertion, Dominance, Comformity, dan Pasience. Dengan memahami karakteristik dari audiens dalam proses kegiatan belajar mengajar, maka widyaiswara akan lebih mampu dalam mengelola kelas, sehingga sasaran pada setiap tahapan dalam proses belajar mengajar dapat tercapai.
III. Prospek Implementasi Hasil TOT Berdasarkan hasil pemetaan kepribadian masing-masing peserta TOT berikut saran pengembangannya, sesuai dengan profesinya sebagai seorang trainer/ widyaiswara/ pejabat lainnya sebagaimana terangkum dalam Comucation Profile, maka penulis berpendapat bahwa pada tataran implementasinya setidaknya ada dua faktor yang mempengaruhi, yaitu : 1. Faktor Internal, dalam hal ini tergantung pada diri pribadi yang bersangkutan ingin menjadi apa, ”What kind person would you like to be ? It’s All Your Choice…”. Pada dasarnya manusia itu selalu mempunyai pilihan, dalam memilih tentu sasarannya harus jelas, setidaknya jadilah yang terbaik dan berguna bagi orang lain. Untuk mencapai maksud tersebut dibutuhkan energi yang cukup besar baik fisik maupun non-fisik. a. Energi fisik antara lain dalam bentuk kemampuan secara ekonomi sebagai salah satu sarana untuk meningkatkan kompetensi diri, seperti : mendapatkan buku bacaan yang bermutu sebagai bahan referensi, meningkatkan berbagai ketrampilan (skills), dan memperbaiki dan meningkatkan kualitas penampilan diri. b. Energi non-fisik antara lain berupa kekuatan pikiran, dan selalu berpikir positif. Berfikir positif akan menentukan keberhasilan seorang trainer / widyaiswara/ pejabat lainnya dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya. Adi W Gunawan, dalam bukunya berjudul “Manage Your Mind for Success” (2007 : 93), menyatakan „Semakin anda memikirkan sesuatu, semakin besar kapasitas dan
energi yang anda curahkan. Semakin kuat fikiran itu, semakin kuat pengaruhnya terhadap perilaku anda‟. Sedangkan selalu berfikir positif, maksudnya adalah : b.1. Pertama, kita berpikir positif kepada Allah Tuhan Yang Maha Kuasa, karena setiap kejadian, peristiwa, dan fenomena dalam kehidupan ini pasti ada sebab musababnya; b.2. Kedua, berpikir positif terhadap diri sendiri, maksudnya setiap manusia dilahirkan sebagai pribadi yang unik ; b.3. Ketiga, harus yakin pada diri sendiri, bahwa manusia dilahirkan ke dunia ini sebagai sang juara “The Best”; b.4. Keempat, berpikir positif pada orang lain, maksudnya pandanglah orang lain dari sisi positifnya saja, dan terimalah sisi negatifnya sebagai pelajaran yang berharga bagi kita. Memang tidak semua orang percaya pada kekuatan berfikir positif, namun berpikir positif memiliki efek yang konstruktif terhadap kepribadian, kesehatan, tingkat energi, dan kreativitas kita. 2. Faktor Eksternal, yang dimaksud di sini adalah lembaga tempat para trainer/widyaiswara bernaung. Pertanyaannya adalah seberapa besar tingkat perhatian lembaga tempat bernaungnya para trainer/widyaiswara terhadap upaya peningkatan kualitas warga binaannya. Konon dikatakan bahwa Trainer/Widyaiswara itu adalah ujung tombaknya dalam penyelenggaraan suatu diklat. Begitu pentingnya peran itu, maka perlu selalu diperhatikan dan diupayakan agar ujung tombak itu selalu tajam dan siap digunakan kapanpun juga.
IV. Penutup Sebagai akhir dari tulisan ini, penulis akan menyimpulkan sebagai berikut : a. Mengenal kepribadian dalam rangka pengembangan diri penting dilakukan, apalagi bagi seorang widyaiswara yang tugasnya mendidik, mengajar, dan melatih (Dikjartih) PNS/CPNS, dia harus memahami dengan benar siapa dirinya, posisi dirinya, dan bagaimana harus berperilaku dan memperlakukan audiens/ peserta diklat. b. Upaya pengembangan diri melalui pengenalan kepribadian bagi seorang widyaiswara/ trainer/ pejabat/ pegawai lainnya akan lebih mudah dilakukan jika dilakukan melalui pendampingan, untuk itu peran BPPK dalam menyelenggarakan Diklat Luar Badan (DLB) seperti TOT yang bekerjasama dengan sekolah kepribadian sebagai mitranya yang telah berlangsung selama ini perlu untuk terus dilanjutkan, sehingga upaya peningkatan kualitas widyaiswara/ trainer secara kelembagaan dapat mencakup seluruh widyaiswara/ trainers di lingkungan BPPK.