Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 2, Maret 2011
Pengembangan Buku Ajar Kimia Kelas X Berbasis Reduksi Didaktik: Uji Kelayakan di SMA Negeri Kota Banjarmasin Arif Sholahuddin Prodi Pendidikan Kimia FKIP Unlam Banjarmasin, e-mail:
[email protected]
Abstrak: Penelitian dengan desain Research and Development tahap pertama ini bertujuan untuk menghasilkan buku ajar kimia kelas X berbasis reduksi didaktik yang layak digunakan dalam pembelajaran. Sampel diambil secara stratified random sampling sebanyak 3 sekolah dari 13 SMA Negeri di Banjarmasin. Data penelitian dianalisis secara deskriptif berdasarkan indikator kelayakan yaitu buku ajar dianggap layak jika skor validasi maupun respon siswa terhadap buku ajar dalam kategori baik atau sangat baik dan sebanyak 80% atau lebih siswa mencapai tingkat penguasaan > 65. Hasil penelitian menunjukkan bahwa buku ajar layak digunakan karena validitas buku ajar dalam kategori sangat baik, respon siswa terhadap buku ajar dalam kategori baik dan ketuntasan belajar siswa secara klasikal mencapai 80,2%. Selanjutnya untuk meningkatkan kualitas buku ajar dan tingkat penguasaan siswa, guru perlu meningkatkan kemandirian belajar siswa, membimbing siswa agar mengikuti panduan penggunaan buku, melakukan ujicoba lanjut yang melibatkan sampel lebih luas dan mengembangkannya menjadi buku ajar interaktif. Kata kunci: buku ajar, reduksi-didaktik, interaktif, kimia Abstract: This first phase of research and development is to produce chemistry instructional book for class X based on reduction-didactic which is feasible used in teaching and learning. The sample, three schools of 13 State Senior High Schools of Banjarmasin, are drawn using stratified random sampling. The collected research datas are analyzed descriptively based on instructional book feasibility indicators, where instructional book is considered as a feasible book for teaching and learning if both validation and student’s responses score to it in good or very good category; classically, 80% of students or more achieve mastery level of > 65. This research show that the instructional book is feasible because it’s validity is very good, student’s responses is good and classically, students’ mastery level reaches 80.2%. Futhermore, in order to increase more qualified instructional book and students’ mastery level, hence it’s need to increase the student’s self-learning; to direct students to follow the instructional book guidelines, to conduct futher field test that involve a wide range of samples and develop it as an interactive instructional book. Key words: instructional book, reduction-didactic, interactive, chemistry
Pendahuluan Menurut Nisa dkk. (2006) bahwa penguasaan materi pembelajaran kimia siswa SMAN di Banjarmasin masih tergolong rendah, yakni 50,84%. Berdasarkan tingkat kesulitannya dimulai dari yang paling mudah adalah (1) struktur atom dan sistem periodik unsur Selanjutnya, Middlecamp & Kean (1985) (25,43%), (2) per-hitungan kimia (39,55%), (3)
dan Arifin (1995), terdapat beberapa penyebab
ikatan kimia (47,49%), (4) tata nama senyawa dan
terjadinya hambatan dalam mempelajari ilmu kimia
persamaan reaksi (49,72%), (5) larutan elektrolit
yaitu kesulitan mahami istilah, kesulitan memahami
dan larutan non elektrolit (55,38%), (6) hidrokarbon
konsep kimia dan kesulitan matematis. Kesulitan
dan minyak bumi (61,36%) dan (7) reaksi redoks
yang paling banyak dialami oleh siswa adalah
(65,24%). Faktor penyebab kesulitan antara
memahami konsep akibat banyak konsep kimia
lain sebanyak 53% siswa saja yang mempelajari
yang bersifat abstrak dan memerlukan kemampuan
materi pelajaran sebelum dan sesudah diajarkan;
berfikir formal untuk memahaminya. Sementara
76% siswa kesulitan akibat materi kimia bersifat
tingkat berfikir formal siswa masih relatif belum
abstrak dan banyak hitungan; metode ceramah
memadai. Misalnya kesulitan meng-gambarkan
masih mendominasi kegiatan belajar 72,73% dan
bagaimana terjadinya reaksi kimia, bagaimana
penggunaan media masih minim 51,36%.
elektron dilepaskan atau digunakan bersama ketika
166
Arif Sholahuddin, Pengembangan Buku Ajar Kimia Kelas X Berbasis Reduksi Didaktik: Uji Kelayakan di SMA Negeri .....
atom-atom melakukan ikatan kimia, bagaimana
yang mempunyai perpustakaan standar. Dengan
reaksi berlangsung di katoda atau anoda?
demikian pengadaan buku ajar yang sederhana,
Kesulitan-kesulitan tersebut dapat diatasi
mudah dipahami, menarik minat baca siswa dan
dengan reduksi didaktik terhadap materi kimia.
dengan harga yang murah merupakan persoalan
Reduksi Didaktik adalah mengurangi tingkat
yang penting.
kesulitan materi pengajaran baik secara kualitatif
Buku ajar merupakan salah satu media dalam
ataupun kuantitatif dengan jalan materi tersebut
pembelajaran yang berisi informasi materi pelajaran,
dibuat sesederhana mungkin sehingga lebih mudah
gambar-gambar dan penjelasan konsep. Sedangkan
dipelajari oleh peserta didik (Anwar, 1995).
buku pada umumnya hanya mengasumsikan minat
Proses reduksi didaktik haruslah mendasar-
dari pembaca, ditulis terutama untuk digunakan
kan pada tingkat perkembangan psikis dan umur
oleh guru, dirancang untuk dipasarkan secara luas,
peserta didik, sebab setiap anak didik pada tingkat
tidak menjelaskan tujuan intruksional, disusun
perkembangan tertentu mempunyai cara tersendiri
secara linier, struktur berdasarkan logika bidang
yang khas didalam memandang, meng-gambarkan
ilmu (content), belum tentu memberikan latihan dan
dan menjelaskan konsep untuk mengurangi tingkat
tidak mengantisifasi kesukaran belajar siswa, belum
kesulitan materi pelajaran tanpa mengurangi
tentu memberikan rangkuman, gaya penulisan
tingkatan cakupan ilmiahnya. Hal ini menunjukkan
naratif, materi sangat padat, tidak mempunyai
bahwa aspek psikologi belajar yaitu intelligensi
mekanisme untuk mengumpulkan umpan balik dari
dan psikologi perkem-bangan memegang peranan
pemakai dan tidak memberikan saran-saran cara
penting untuk melakukan reduksi didaktik dalam
mempelajari materi didalamnya (Suparman, 1993).
pembelajaran kimia.
Seiring perkembangan teknologi informasi,
Reduksi didaktik materi kimia dapat dilakukan
buku ajar ini dapat dikembangkan menjadi buku
melalui penyederhanan istilah, penyederhanaan
ajar interaktif menggunakan software-software
konsep, penggunaan simbul, gambar, dan ilustrasi
media seperti macroflash media, macromedia
yang mudah dipahami oleh siswa, yang selanjut-
authorware dan lain-lain. Dengan memanfaatkan
nya diterapkan pada sajian informasi buku ajar.
software ini dapat dibuat antara lain modul atau
Beberapa hasil penelitian menemukan bahwa
buku ajar yang interaktif dengan disisipi musik,
pendekatan Reduksi Didaktik dalam proses belajar
animasi, film dan lain sebagainya sehingga menjadi
mengajar dapat meningkatkan pemahaman siswa
gabungan yang menarik dan mudah dipahami.
terhadap konsep kimia antara lain materi struktur
Dengan demikian penggunaan buku ajar berbasis
atom, sistem periodik unsur dan ikatan (Anwar,
reduksi didaktik-interaktif diharapkan akan lebih
1996), dan materi laju reaksi (Febrianti, 2005)
memberi kesempatan bagi siswa untuk belajar
Faktor siswa yang tidak mempelajari materi
menurut kecepatan masing-masing, memberi
pelajaran di rumah sebagaimana dilaporkan Nisa
kesempatan kepada siswa untuk belajar lebih
(2006) dapat disebabkan sukarnya memahami
mandiri, meningkatkan motivasi dan pemahaman
konsep kimia akibat materi kimia bersifat abstrak
siswa terhadap konsep kimia.
dan banyak hitungan atau informasi dari pustaka
Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah
yang sukar dipahami. Meskipun perkembangan
bagaimana kelayakan buku ajar kimia kelas X
buku-buku pelajaran cukup pesat dengan cetakan
SMA berbasis reduksi didaktik untuk pembelajaran
yang menarik, namun sajian informasi masih
ditinjau dari variabel validitas, respon siswa
cukup berat apalagi bagi siswa kelas pemula atau
terhadap buku ajar dan ketuntasan belajar siswa?
kelas X yang memiliki pengalaman belajar kimia
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan
terbatas. Selain itu berdasarkan hasil kajian Bank
buku ajar kimia kelas X SMA berbasis reduksi
Dunia menunjukkan daya beli siswa maupun
didaktik yang layak digunakan dalam pembel-
sekolah terhadap buku masih sangat rendah
ajaran berdasarkan variabel validitas, respon siswa
khususnya di daerah-daerah (Indrianto, 2002).
terhadap buku ajar dan ketuntasan belajar siswa.
Hasil visitasi terbatas terhadap 8 SMA/SMK (BAP S/M, 2008) pada 3 Kabupaten di Kalimantan
Kajian Literatur
Selatan menunjukkan tidak satupun sekolah
Buku Ajar
167
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 2, Maret 2011
materi didalamnya (Suparman, 1993).
motivasi yang kuat untuk berusaha segiat-giatnya.
Buku ajar merupakan unit yang lengkap yang
Buku ajar yang disusun secara cermat akan
berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian
memudahkan siswa untuk belajar menurut cara
kegiatan belajar yang disusun untuk membantu
mereka sendiri sehingga memberikan rasa kepuasan
siswa mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan
yang lebih besar. Apalagi buku ajar yang disusun
secara khusus dan jelas. Meskipun buku ajar
secara interaktif dapat diselingi lagu dan instrument
ditujukan untuk belajar individual, namun bukan
serta warna-warna yang dapat mengurangi
berarti guru lepas tangan tanpa memberikan
kejenuhan siswa dalam belajar, dan siswa dapat
bimbingan karena peran guru di sini adalah
berinteraksi langsung buku ajar.
sebagai fasilitator/tutor apabila siswa mengalami
Perbandingan antara pembelajaran yang
kesulitan dalam mempelajari buku ajar (Nasution,
menggunakan buku ajar dengan yang mengguna-
1982). Salah satu bentuk buku ajar adalah modul.
kan bukan buku ajar atau buku teks disajikan pada
Modul merupakan bahan ajar yang disusun secara
Tabel 1.
sistematis dan menarik yang mencakup isi materi,
Sistem pembelajaran yang menggunakan
metoda, evaluasi yang dapat digunakan secara
buku ajar dalam bentuk modul merupakan salah
mandiri, dan kebahasaannya dibuat sederhana
satu bentuk proses pembelajaran yang demokra-
sesuai dengan level berfikir anak (http://www.
tis, yaitu penghargaan terhadap kemampuan,
slideshare.net).
menjunjung keadilan, menerapkan persamaan
Buku ajar yang disusun dengan baik akan
kesempatan dan memperhatikan keragaman peserta
memberikan keuntungan baik bagi siswa maupun
didik. Pendidik hendaknya dapat memposisikan
guru antara lain memberikan umpan baik yang
peserta didik sebagai insan yang harus dihargai
banyak dan segera, sehingga siswa dapat mengetahui
kemampuannya dan diberi kesempatan untuk
hasil belajarnya dan memperoleh kesempatan untuk
mengembangkan potensinya. Oleh karena itu dalam
mencapai angka tertinggi dengan menguasai bahan
proses pembelajaran perlu adanya suasana yang
pelajaran secara tuntas. Wagiran (2006) melaporkan
terbuka, akrab dan saling menghargai. Sebaliknya
bahwa pembelajaran konstruktivistik berbantuan
perlu dihindari suasana belajar yang kaku, penuh
modul dapat mereduksi terjadinya miskonsepsi, dan
dengan ketegangan dan sarat dengan perintah
meningkatkan prestasi belajar fisika.
dan instruksi yang membuat peserta didik menjadi
Pembelajaran menggunakan buku ajar dapat menyesuaikan dengan karakter siswa antara lain
pasif, tidak bergairah, cepat bosan dan mengalami kelelahan (Ayati, 2005).
mengenai kecepatan belajar, cara belajar dan bahan
Bentuk dan tampilan modul sangat berpenga-
pelajaran, dengan modul interaktif juga dapat
ruh terhadap motivasi belajar peserta didik. Salah
memberikan kesempatan untuk pelajaran remedial
satu kelemahan modul tertulis adalah peserta
yakni memperbaiki kelemahan, ke-salahan dan
didik merasa bosan karena harus membaca dan
kekurangan siswa yang segera dapat ditemukan
memahami urian materi yang luas pada modul dan
sendiri oleh siswa berdasarkan evaluasi secara
biaya penggandaannya relatif mahal. Oleh karena itu
kontinyu.
diperlukan modul dalam bentuk sederhana, mudah
Pembelajaran dengan buku ajar memberi
dipahami, menarik dan biaya penggan-daannya
kesempatan yang lebih besar dan waktu yang lebih
relatif lebih murah. Hal ini bisa direali-sasikan
banyak kepada guru untuk memberikan bantuan
melalui reduksi didaktik konsep dan dituangkan ke
dan perhatian individual pada setiap siswa yang
dalam buku ajar atau CD interaktif menggunakan
memerlukan, serta dapat merangsang guru untuk
software Macromedia Authorware (Adi, 2002).
berfikir, bersikap dan bertindak secara professional
Macromedia Authorware dilengkapi dengan fasilitas
dan sekaligus dapat mengembang-kan profesi.
web-packaged yang memungkin-kan hasil kerja
Buku ajar ini disusun sedemikian rupa tujuan-
dengan Authorware dapat dikomunikasikan ke dalam
nya jelas, spesifik sehingga siswa terarah untuk
dunia maya sebagai bagian dari e-learning. Pada
mencapai kompetensi pembelajaran, membimbing
penelitian tahap pertama ini, baru dikembangkan
siswa untuk mencapai sukses melalui langkah-
buku ajar non interaktif.
langkah yang teratur dan ini akan menimbulkan
168
Penggunaan media tersebut bertujuan untuk
Arif Sholahuddin, Pengembangan Buku Ajar Kimia Kelas X Berbasis Reduksi Didaktik: Uji Kelayakan di SMA Negeri .....
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang
atau nilai (Depdiknas, 2003).
digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam
Beberapa bahan ajar yang diususun secara
melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas,
sistematik berdasarkan urutan tertentu untuk
baik berupa bahan tertulis seperti hand out, buku,
mencapai kompetensi membentuk sebuah buku.
modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart,
Terdapat dua jenis buku yakni buku teks dan buku
maupun bahan tidak tertulis seperti video/film,VCD,
ajar. Buku teks yang digunakan pada pembel-ajaran
radio, kaset, CD audio, foto, gambar, model/maket,
pada umumnya hanya mengasumsikan minat dari
CD interaktif berbasis computer dan internet. Bahan
pembaca, ditulis terutama untuk digunakan oleh
ajar dalam bentuk tertulis berupa materi yang harus
guru, dirancang untuk dipasarkan secara luas, tidak
dipelajari siswa sebagai sarana untuk mencapai
menjelaskan tujuan intruk-sional, disusun secara
standar kompe-tensi dan kompetensi dasar. Materi
linier, struktur berdasarkan logika bidang ilmu
pembelajaran (instructional materials) tersebut
(content), belum tentu mem-berikan latihan tidak
berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
mengantisifasi kesukaran belajar siswa, belum tentu
harus diajarkan oleh guru dan harus dipelajari oleh
memberikan rangkuman, gaya penulisan naratif,
siswa untuk mencapai standar kompetensi dan
materi sangat padat, tidak mempunyai mekanisme
kompetensi dasar. Jenis materi pelajaran dapat
untuk mengumpulkan umpan balik dari pemakai dan
berupa fakta, konsep, prinsip, prosedur, dan sikap
tidak memberikan saran-saran cara mempelajari
Tabel 1. Perbandingan antara pembelajaran yang menggunakan Buku Ajar dengan Buku teks
169
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 2, Maret 2011
menyampaikan informasi dan isi pelajaran agar
4) Latihan yang berbentuk perintah yang harus
mudah dimengerti dan dapat menarik perhatian
dilakukan siswa, bisa berupa tugas, per-
penerima informasi tersebut. Penggunaan media
masalahan, soal-soal uji diri/Self Assesment
dalam pembelajaran mempunyai tiga fungsi
Question (SAQ) atau praktik yang disertai
utama (Arsyad, 2003) yaitu: 1) Fungsi atensi,
petunjuk secara bertahap.
media menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang
Penutup
berkaitan dengan makna visual yang ditampilakan
(1) Uji kemampuan berisi soal tes
atau menyertai teks meteri pelajaran; 2) Fungsi
(2) Tindak lanjut yaitu kegiatan yang harus
afektif, media visual dapat dilihat seperti gambar-
dilakukan siswa setelah mengerjakan uji
gambar atau lambang-lambang visual yang dapat
kemampuan.
menggugah emosi dan minat siswa; 3) Fungsi
Buku ajar yang baik harus memeperhatikan
kongnitif, lambang visual atau gambar yang ditam-
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
pilkan dalam media memperlancar pencapaian
serta pengalaman masa kini. Beberapa aspek
tujuan untuk memahami dan mengingat informasi
standar yang harus dipenuhi sebuah buku ajar
atau pesan yang terkandung dalam gambar atau
meliputi keterukuran dan ketercapaian (achiev-
teks; 4) Fungsi kompensatori, media pengajaran
able), kepraktisan (practical) dan menumbuhkan
dapat mengakomodasi siswa yang lemah dan
kecakapan hidup (life-skill). Standarisasi ini
lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang
mencakup aspek isi atau materi pelajaran, penyajian
disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.
materi, penggunaan bahasa atau keterbacaan dan aspek grafika. Dalam penyusun-an bahan
Materi buku ajar kimia kelas X SMA (Depdiknas,
ajar berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan, dapat
2004) meliputi: 1) struktur atom dan sistem periodik
dipertanggungjawabkan kebenarannya, sesuai
unsur, 2) ikatan kimia, 3) tata nama senyawa dan
dengan standar kurikulum nasional dan standar
persamaan reaksi, 4) perhiturigan kimia, 5) larutan
kompetensi internasional (Alwasilah, 2005).
elektrolit dan larutan non elektrolit, 6) reaksi redoks, dan 7) hidrolarbon dan minyak bumi. Tiap bab buku
Reduksi Didaktik
ajar yang disusun dalam penelitian ini terdiri dari
Reduksi Didaktik berasal dari bahasa Jerman
pendahuluan, penyajian dan penutup.
“Didaktische Reduktion”, terdiri dari kata “Reduksi”
Pendahuluan, intinya adalah menyajikan informasi
berarti pengurangan dan “Didaktik’ diartikan
mengenai pembelajaran yang akan diikuti dalam
sebagai ilmu pengajaran. Karakteristik reduksi
modul, sehingga akan memperoleh gambaran
didaktik antara lain (1) merupakan jembatan antara
singkat tentang buku ajar tersebut, yaitu: 1)
perkembangan IPTEK dengan materi pengajaran (2)
Deskripsi singkat tentang isi buku ajar yang ditulis
merupakan salah satu alternatif untuk memecahkan
dalam satu atau dua paragraph; 2) Relevansi, berisi
masalah kesulitan terlalu banyaknya materi
hal-hal: (a) Kaitan buku ajar dengan pengalaman
pengajaran dalam satuan waktu. Reduksi Didaktik
atau pengetahuan yang telah dimiliki siswa; (b)
bertujuan mengurangi tingkat kesulitan materi
Manfaat buku ajar bagi siswa dalam kehidupan
pengajaran baik secara kualitatif ataupun kuantitatif
sehari-hari; dan (c) Kegunaan bagi siswa jika
dengan jalan materi tersebut dibuat sesederhana
mempelajari buku ajar mata pelajaran lain (apabila
mungkin sehingga lebih mudah dipelajari oleh
buku ajar tersebut terkait dengan buku ajar lain)
peserta didik (Anwar, 1995). Reduksi didaktik harus dilakukan secara
Penyajian
didaktik-psikologis, artinya selain mempertimbang-
1) Judul kegiatan belajar
kan aspek pembelajaran juga aspek psikologis.
2) Tujuan pembelajaran yang berkaitan dengan
Reduksi didaktik materi kimia dapat dilakukan
kegiatan belajar
melalui penyederhaaan istilah, penyederhanaan
3) Uraian/penjelasan secara rinci mengenai materi
konsep, penggunaan simbul, gambar, dan ilustrasi
disertai ilustrasi seperti gambar, bagan, grafik,
yang mudah dipahami oleh siswa, yang selanjut-nya
dan contoh.
170
Arif Sholahuddin, Pengembangan Buku Ajar Kimia Kelas X Berbasis Reduksi Didaktik: Uji Kelayakan di SMA Negeri .....
diterapkan pada sajian informasi buku ajar.
siswa akan mendapatkan konsep yang
Proses reduksi didaktik juga harus mendasar-
dipelajari melalui pengalaman langsung,
kan pada tingkat perkembangan psikis dan umur
mengamati, menafsir-kan, meramalkan serta
peserta didik, sebab setiap anak didik pada tingkat
mengajukan pertanyaanpertanyaan selama
perkembangan tertentu mempunyai cara tersendiri
kegiatan praktikum berlangsung. Masykur dkk.
yang khas di dalam memandang, menggambarkan
(1995) melaporkan bahwa pengalaman kerja
dan menjelaskan konsep untuk mengurangi tingkat
laboratorium berpengaruh secara langsung
kesulitan materi pelajaran tanpa mengurangi
pada kemampuan intelektual dan kemampu-
tingkatan cakupan ilmiahnya. Menurut Piaget
an proses ilmiah. Kemampuan proses ilmiah
terdapat empat tahap perkem-bangan kognitif
dan kemampuan intelektual ini berpengaruh
seseorang yakni sensorimotor (dari lahir sampai 2
langsung terhadap terhindarnya kesalahan
tahun), praoperasional (umur 2-7 tahun), operasi
pemahaman pada konsep. Masalahnya
kongkrit (umur 7-11 tahun) dan operasi formal
adalah apakah semua konsep kimia dapat
(umur 11 atau lebih) (Nur 1998). Berdasarkan
dieksperimenkan?
teori tersebut siswa tingkat SMA berada pada
Konsep struktur atom dan ikatan kimia
tahap operasi formal, dimana siswa telah mampu
merupakan salah satu contohnya. Konsep ini
berfikir abstrak sehingga daya analisisnyapun
tidak mungkin diajarkan melalui pendekatan
mulai berkembang. Aspek psikologi belajar yaitu
eksperimen seperti halnya konsep larutan.
intelligensi dan psikologi perkem-bangan tersebut
Selain karena kerumitan konsep, juga tidak
harus dipertimbangkan dalam melakukan reduksi
tersedianya alat dan prosedur yang sesuai
didaktik mata pelajaran kimia.
dengan kemampuan siswa. Yang paling mungkin adalah melakukan reduksi didaktik
Buku Ajar Berbasis Reduksi Didaktik Untuk
dalam bentuk pengkonkritan konsep melalui
Pembelajaran Kimia
analogi, gambar atau penggunaan media baik
Terdapat beberapa penyebab terjadinya hambatan
yang bersifat konvensional seperti buku ajar,
dalam mempelajari ilmu kimia antara lain kesulitan
maupun yang berbasis komputasi seperti
memahami istilah, kesulitan memahami konsep
program macromedia flash, yang umumnya
kimia, dan kesulitan matematis (Middlecamp &
untuk visualisasi dan animasi (Jeprie, 2004)
Kean, 1985; Arifin, 1995).
dan macromedia authorware yang umumnya
1) Kesulitan memahami istilah
untuk buku ajar interaktif (Adi, 2002).
Kesulitan ini timbul karena kebanyakan siswa
Hasil penelitian Asian Develompment Bank
hanya hafal akan istilah dan tidak memahami
(Ibrahim, 2000) menunjukkan bahwa pembe-
dengan benar maksud dari istilah tersebut. Oleh
lajar di Indonesia 60% berkarakter contextual
karena itu diperlukan reduksi didaktik melalui
artinya siswa baru dapat belajar bila guru/
penyederhanaan istilah yang sesuai dengan
dosen membantu mengkaitkan pembelajaran
tingkat pengetahuan siswa.
dengan hal-hal yang kongkrit atau dengan
2) Kesulitan memahami konsep kimia
fakta kehidupan. Furio dan Calatayud (1996)
Kesulitan ini akibat sebagian besar konsep kimia
menemukan bahwa sebagian besar terjadi-
bersifat abstrak, yang memerlukan kemampuan
nya salah konsep (misconception) pada pem-
berfikir formal untuk memahami-nya. Sementara
belajaran geometri dan polaritas molekul
tingkat berfikir formal siswa masih relatif belum
pada siswa SMA adalah karena kesulitan
memadai. Seperti kesulitan menggambarkan
menvisualisasikan bentuk tiga dimensi molekul
bagaimana terjadinya reaksi kimia, bagaimana
yang merupakan konsep abstrak. Hal ini
elektron dilepaskan atau digunakan bersama
menunjukkan betapa pentingnya keterse-diaan
ketika atom-atom melakukan ikatan kimia,
media pembelajaran termasuk buku ajar yang
bagaimana reaksi berlangsung di katoda atau
mampu menyederhanakan konsep seka-ligus
anoda? Dengan demikian memerlukan ilustrasi
menjadikan konsep semakin kongkrit dan
atau peng-amatan gejala misalnya melalui
mudah dipahami oleh siswa, selain pemi-lihan
eksperimen. Melalui kegiatan eksperimen,
model pembelajaran sains yang tepat.
171
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 2, Maret 2011
3) Kesulitan matematis
validator yang terdiri dari dosen pendidikan kimia
Kesulitan ini muncul akibat banyaknya konsep
dan guru. Selain itu digunakan angket untuk
kimia yang melibatkan kemampuan analisis
mengetahui respon/pendapat siswa terhadap buku
secara matematis, sementara umumnya siswa
ajar yang digunakan pada pembelajaran kimia.
memiliki kemampuan analisis matematis yang
Proses pembelajaran diobservasi menggunakan
relatif kurang.
lembar observasi untuk memastikan digunakannya
Kesulitan mempelajari kimia khususnya di
buku ajar secara benar dan untuk mengontrol bahwa
kelas X perlu mendapatkan perhatian, karena
pembelajaran sudah susuai skenario, sehingga
pemahaman yang baik terhadap konsep kimia
dapat
di kelas X akan mempengaruhi motivasi dan
terhadap pemahaman siswa.
diketahui dampak penggunaan buku ajar
pemahaman siswa pada kelas-kelas berikut-
Data hasil penelitian yang meliputi validitas buku
nya. Penggunaan materi ajar berbasis reduksi
ajar, respon siswa dan hasil belajar siswa, dianalisis
didaktik untuk materi struktur atom, sistem
secara deskriptif berdasarkan indikator kualitas atau
periodik unsur dan ikatan kimia di kelas X
kelayakan buku ajar.
dapat meningkatkan pemahaman siswa secara
digunakan jika: (1) Skor validasi maupun respon
signifikan (Anwar, 2006). Implementasi materi
siswa terhadap buku ajar dalam kategori baik atau
ajar reduksi didaktik pada materi laju reaksi
sangat baik (2) Ketuntasan belajar siswa: sebanyak
di kelas XI, menunjukkan bahwa hasil belajar
80% atau lebih siswa yang menggunakan buku ajar
siswa kelas yang menggunakan materi berbasis
ini mencapai tingkat penguasaan > 65. Instrumen
reduksi didaktik lebih tinggi dibanding yang
validasi maupun respon siswa dibuat berdasarkan
tidak menggunakan pen-dekatan reduksi
skala Likert dari skor 0 (sangat tidak baik) hingga
didaktik. (Febrianti, 2005). Fakta di atas
5 (sangat baik).
menunjukkan bahwa pendekat-an Reduksi
Hasil Penelitian dan Bahasan
Didaktik dalam menyajikan materi kimia pada
Hasil Penelitian
proses pembelajaran kimia dapat mengatasi
Validasi buku ajar
kesulitan siswa dan mempunyai pengaruh
Sebelum digunakan dalam proses pembelajaran,
positif terhadap peningkatan hasil belajar.
buku ajar divalidasi oleh dosen dan guru kimia. Hasil
Berdasarkan karakteristik buku ajar
validasi disajikan pada Gambar 1 dan Gambar 2.
dan pendekatan reduksi didaktik maka perlu
Evaluasi atau validasi buku ajar oleh validator yang
dikembangkan buku ajar kimia berbasis reduksi
terdiri dari seorang dosen pendidikan kimia dan 4
didaktik yang diharapkan diharapkan selain
orang guru pendidikan kimia, dilakukan terhadap
mempermudah siswa memahami konsep kimia juga
3 aspek yakni isi, instruksional dan teknis. Hasil
makin meningkatkan motivasi belajarnya.
validasi buku ajar menunjukkan bahwa dari seluruh
Buku ajar dikatakan layak
aspek yang divalidasi menunjukkan kualifikasi Metode Penelitian
sangat baik. Artinya buku ajar kimia kelas X ini layak
Populasi penelitian adalah 13 SMA Negeri yang ada di
digunakan dalam pembelajaran kimia.
kota Banjarmasin, sedangkan sampel diambil secara stratified random sampling sebanyak 3 sekolah.
Respon Siswa terhadap Buku Ajar
Tiga sekolah terpilih masing-masing mewakili tiga
Setelah menggunakan buku ajar kimia berbasis
kategori yakni sekolah favorit, sedang dan tidak
reduksi didaktik siswa diberikan angket untuk
favorit berdasarkan persepsi stakeholder dan skor
mengetahui apakah buku ajar ini membantu siswa
akreditasi. Selanjutnya tiap sekolah diambil secara
dalam memahami konsep. Responden adalah siswa
acak masing-masing satu kelas sebagai kelas uji
kelas uji coba dengan jumlah total 122 siswa.
coba buku ajar berbasis reduksi didaktik.
Respon siswa terhadap buku ajar disajikan pada
Instrumen tes hasil belajar dikembangkan
Gambar 3.
berdasarkan kurikulum satuan pendidikan 1996
Gambar 3 menunjukkan bahwa secara umum
(KTSP) (Depdiknas, 2004) dan diuji validitasnya.
respon siswa terhadap buku ajar dalam kategori
Untuk mengetahui kualitas buku ajar yang dihasilkan
baik. Hal ini berarti, siswa merasa buku ajar ini
digunakan instrumen validasi, yang akan diisi oleh
dapat membantu memahami konsep, menarik
172
Arif Sholahuddin, Pengembangan Buku Ajar Kimia Kelas X Berbasis Reduksi Didaktik: Uji Kelayakan di SMA Negeri .....
dan memotivasi belajar secara mandiri. Dari sudut
Gambar 4 dan 5 menunjukkan bahwa hasil
pandang siswa dapat dikatakan bahwa buku ajar ini
belajar siswa cukup baik yakni mencapai rata-
layak digunakan dalam pembelajaran kimia.
rata 72,86, dan mencapai ketuntasan belajar secara klasikal, yakni 80,2%. Dengan demikian
Hasil Belajar Siswa
berdasarkan data hasil belajar dapat dikatakan
Hasil belajar kimia siswa pada pembelajaran dengan
bahwa buku ajar ini layak digunakan dalam
menggunakan buku ajar berbasis reduksi-didaktik
pembelajaran kimia kelas X.
yang diukur melalui tes-1 (struktur atom dan sistem periodik unsur) dan tes-2 (ikatan kimia) disajikan
Bahasan
pada Gambar 4 dan ketuntasan belajarnya disajikan
Tiga dari lima validator memberikan catatan dan
pada gambar 5.
saran bahwa kedalaman/ketercukupan materi
Gambar 1. Hasil validasi tiap aspek buku ajar
Gambar 2. Hasil validasi seluruh aspek buku ajar
173
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 2, Maret 2011
perlu ditingkatkan. Saran ini tepat jika dilihat dari
baik (Depdiknas, 2003) yakni self instruc-tional, self
sudut guru, dimana pengetahuan dan pemaham-
contained, stand alone, adaptif dan user friendly,
an terhadap konsep kimia secara umum sangat
dan hasil validasi buku ajar ini, pada dasarnya
baik, namun menjadi bermasalah jika ditinjau
rancangan buku ajar yang disajikan telah memenuhi
dari segi siswa yang memiliki konsep dasar kimia
kaidah buku ajar yang baik. Self instructional,
belum memadai. Hasil penelitian Nisa dkk. (2006)
artinya buku ajar harus memberi kesempatan dan
menunjukkan bahwa salah satu masalah siswa
mengakibatkan siswa belajar secara mandiri. Self
adalah kesukaran memahami konsep kimia karena
contained, artinya seluruh materi pelajaran dari
banyak melibatkan konsep yang bersifat abstrak
satu kompetensi atau subkompetensi yang dipelajari
dan padatnya materi pelajaran. Buku ini sengaja
terdapat dalam satu modul yang utuh. Stand
dirancang dengan pendekatan reduksi didaktik baik
alone, artinya modul yang dikembangkan tidak
secara kualitatif maupun kuantitatif terhadap materi
tergantung atau harus digunakan bersama-sama
pelajaran untuk memudahkan siswa mema-hami
dengan buku ajar lain. Adaptif, artinya buku ajar
konsep. Reduksi didaktik secara kuantitatif maupun
dapat menyesuaikan dengan perkembangan ilmu
kualitatif ini dilakukan melalui penyeder-hanaan
pengetahuan dan materi ajarnya dapat digunakan
konsep, istilah, penggunaan simbol, gambar, dan
sampai kurun waktu tertentu. User friendly, artinya
ilustrasi. Dengan demikian buku ajar ini dirancang
buku ajar harus “bersahabat” dengan siswa, sangat
sesederhana mungkin untuk menghindari beratnya
seder-hana, mudah dipahami, mudah diakses, dan
sajian konsep seperti yang ada dalam buku-buku
menarik untuk dibaca.
teks kimia pada umumnya, agar siswa termotivasi untuk mendalami kimia.
Meskipun buku ajar telah dirancang untuk tujuan di atas, seperti dengan adanya petunjuk
Berdasarkan karakteristik modul/buku ajar yang
penggunaan buku, tujuan pembelajaran, adanya
Gambar 3. Respon siswa terhadap buku ajar Kreteria Respon 65-77
= sangat baik; 52-64= baik; 39-5 = sedang; 26-38= kurang; 13-25= sangat kurang
Gambar 4. Rata-rata hasil belajar siswa 174
Arif Sholahuddin, Pengembangan Buku Ajar Kimia Kelas X Berbasis Reduksi Didaktik: Uji Kelayakan di SMA Negeri .....
Gambar 5. Ketuntasan hasil belajar siswa evaluasi diri, uji kompetensi dan bahkan tindak
Proses pembelajaran seluruh kelas uji coba
lanjut pasca pembelajaran, namun pada saat
dalam penelitian ini, menggunakan metode ceramah-
menggunakan siswa belum secara optimal
tanya jawab, sehingga pengaruh penggunaan buku
memperhatikan maksud tersebut. Hal ini terlihat
ajar dapat diamati dengan lebih akurat dan bukan
dari respon siswa dimana terdapat dua indikator
pengaruh model atau metode yang diterapkan.
yang memerlukan peningkatan dalam pengguna-an
Ketuntasan belajar secara klasikal yang baik
buku ajar, karena direspon dalam kategori cukup
yakni 80,2% ini, sesungguhnya masih mungkin
(dibawah indikator lain yang umunya kategori baik).
dioptimalkan jika pembelajaran menggunakan
Indikator tersebut yaitu 1) membaca/memahami
metode atau pendekatan yang lebih mengoptimalkan
petunjuk buku ajar dan 2) mengikuti saran dalam
keterlibatan dan aktivitas siswa, seperti pendekatan
tindak lanjut. Tampaknya siswa masih terbiasa
kooperatif (Ibrahim, dkk. 2000, Wagiran, 2006),
dengan buku-buku teks yang umumnya digunakan,
seperti Jigsaw, Team Game Tournament, Student
dan terbiasa dengan model belajar yang sangat
Teams Achievement Division dan lain-lain, yang
tergantung pada instruksi guru. Oleh karena itu pada
telah terbukti dapat meningkatkan aktivitas dan
tahap awal guru harus menekankan hal tersebut
hasil belajar siswa.
pada siswa sehingga pembelajaran berlangsung
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
optimal. Namun demikian hampir semua siswa
Febrianti (2005) yang menunjukkan bahwa
menyatakan bahwa buku ajar ini sangat diperlukan
hasil belajar siswa kelas XI. IPA SMA Negeri 26
dalam pembelajaran kimia di kelas X SMA.
Bandung pada materi laju reaksi yang menerapkan
Gambar 4 menunjukkan bahwa tingkat
reduksi didaktik lebih tinggi dibanding yang tidak
pemahaman siswa pada materi 1 yakni struktur
menggunakan pendekatan reduksi didaktik. Fakta
atom dan sistem periodik dari seluruh sekolah
di atas menunjukkan bahwa pendekatan Reduksi
sampel lebih rendah dibandingkan materi 2 tentang
Didaktik dalam proses belajar mengajar mempu-
ikatan kimia dan tatanama senyawa kimia. Konsep
nyai pengaruh positif terhadap peningkatan hasil
tentang struktur atom dan sistem periodik banyak
belajar siswa.
melibatkan hafalan dan pemahaman tentang
Ditinjau dari indikator keberhasilan penelitian
logika temuan-temuan tentang atom dan partikel
yakni indikator kualitas atau kelayakan buku ajar,
penyusun, yang memerlukan daya analisis siswa.
penelitian ini dapat dikatakan berhasil. Adapun
Respon siswa yang sedikit lebih rendah tentang
indikator kualitas atau kelayakan buku meliputi:
penjelasan dan bahasa, memberi gambaran bahwa
(1) skor validasi buku ajar yang diberikan oleh
siswa mengalami kesulitan dalam mengikuti analisis
validator maupun respon siswa terhadap buku ajar
ilmiah ini. Oleh karena, itu meskipun bahasa
dalam kategori sangat baik (2) keuntasan belajar
sudah dalam kategori sederhana, perlu dilakukan
siswa: 80,2% sedikit di atas indikator minimal
penyederhanaan lagi pada edisi buku ajar berikut-
yakni > 80%. Artinya 80,2% atau lebih siswa yang
nya. Sementara materi 2 banyak melibatkan aplikasi
diajar menggunakan buku ajar ini mencapai tingkat
konsep yang didasari oleh pemahaman pada materi
penguasaan > 65.
1.
Penelitian ini baru dapat memberikan gambaran 175
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 2, Maret 2011
dalam meningkatkan Pemahaman Konsep. Jakarta: Proseding Seminar nasional HEDS. Arifin, M. 1995. Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia. Surabaya: Airlangga University Press. Arsyad, A. 2005. Media Pembelajaran. PT. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Ayati, D. 2005. Upaya Memotivasi Siswa pada Pembelajaran Keterampilan Komputer dan Pengolahan Informasi dengan Modul Interaktif, Banjarmasin: Disdik Propinsi Kalsel. Badan Akreditasi Propinsi 2008. Laporan Visitasi
Belajar Kimia Dasar. Jakarta: Gramedia. Nasution, S. 1982. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: PT. Bina Aksara Nisa, N., Sholahuddin, A., dan Sunarti 2005. Analisis Tingkat Kesukaran Materi Pokok Kimia Kelas X SMA Negeri di Kota Banjarmasin Tahun Pelajaran 2005/2006, Laporan Penelitian. Banjarmasin: Unlam. Suparman, A. 1993. Materi Pelatihan Applied Aproach untuk Dosen. Jakarta: PAU– PPAIUT. Wagiran. 2006. Meningkatkan Kreativitas
SMA/SMK. Banjarmasin: BAP S/M Propinsi
Mahasiswa dan Reduksi Miskonsepsi
Kalimantan Selatan.
melalui Pembelajaran Konstruktivistik
Depdiknas. 2003. Buku Pedoman Penulisan Modul. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan Ditjen Dikdasmen. Depdiknas. 2004. Kurikulum 2004, Standat Kompetensi Mata Pelajaran Kimia Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Depdiknas. Febrianti, L. 2005. Pengaruh Reduksi Didaktik dalam Pembelajaran Kimia terhadap Hasil Belajar Siswa pada Subpokok Bahasan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi. http://digilip. upi. edu/union/ indek, php//record/view/6885. Furio, C dan Calatayud, M. L. 1996. Difficulties with the Geometry and Polarity of Molecule. J. Chem. Educ. 73 : 36-41. Ibrahim, M., Rachmadiarti, F., Nur, M., dan Ismono. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Unessa University Press, Surabaya. Indrianto, B. 2002. Arah Kebijakan Pendidikan dalam Menunjang Desentralisasi Pengelolaan Pendidikan. Banjarmasin: Proseding Seminar Nasional ISP Kalsel. Jeprie, M. 2004. Makromedia Flash MX 2004. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. Masykur, K., Sutarman, Asim dan Suyudi, A., (1995). Kesalahan Pemahaman pada Konsep dalam Belajar Fisika Bagi Siswa SMAN di Jawa Timur Ditinjau dari Beberapa Faktor Internal dan Eksternal yang Mempengaruhinya, Jurnal Ilmu Pendidikan, 3: 261-273.
176
Middlecamp, C. dan Kean, E. 1985. Panduan
Model Kooperatif Berbantuan Modul. Jurnal Ilmu Pendidikan, 13:25-32.
Arif Sholahuddin, Pengembangan Buku Ajar Kimia Kelas X Berbasis Reduksi Didaktik: Uji Kelayakan di SMA Negeri .....
kelayakan buku ajar untuk Sekolah Menengah Atas
latar belakang siswa yang lebih bervariasi. Selain itu
Negeri khususnya di kota Banjarmasin, sehingga
buku ajar ini juga perlu dikembangkan menjadi buku
masih diperlukan uji coba dalam skala yang lebih
ajar interaktif menggunakan software yang mampu
luas termasuk untuk sekolah-sekolah swasta dengan meningkatkan kemudahan akses, daya tarik, motivasi dan pemahaman siswa terhadap konsep kimia. Salah satunya adalah program Macromedia Authorware. Pengembangan buku ajar menjadi buku interaktif akan menjadikan harganya makin terjangkau, khususnya bagi sekolah-sekolah yang telah memiliki laboratorium komputasi yang cukup memadai. Hampir semua SMA Negeri di kota Banjarmasin telah memiliki laboratorium yang mampu menampung minimal satu kelas siswa dengan perlengkapan komputer yang sangat memadai (BAP S/M Propinsi Kalsel, 2008), apalagi di kota-kota lain yang telah lebih maju. Perkembangan teknologi informasi dalam pendidikan yang cukup pesat, juga memberi peluang lebih baik bagi media interaktif ini menjadi bagian dari E-learning. Dengan demikian materi kimia makin mudah diakses oleh siswa secara luas, pembelajaran kimia makin menarik dan memberi kesempatan siswa untuk belajar lebih mandiri. Sebelum dikembangkan ujicoba dengan sampel yang lebih luas dan menjadi media interaktif, berdasarkan masukan dari guru dalam ujicoba dan respon siswa pengguna buku ajar, perlu dilakukan: 1) revisi terhadap kesalahan redaksional; 2) lebih menyederhanakan lagi bahasa indonesia yang digunakan; dan 3) meningkatkan tampilan fisik buku ajar sehingga lebih menarik dan memotivasi siswa untuk membaca. Simpulan dan Saran Simpulan Buku buku ajar kimia kelas X berbasis reduksi didaktik yang dihasilkan dalam penelitian ini, layak digunakan dalam pembelajaran berdasarkan indikator: validitas buku ajar oleh validator dalam kategori sangat baik, respon siswa terhadap buku ajar dalam kategori baik, dan ketuntasan belajar siswa secara kalisikal mencapai 80,2% Saran Pertama, Saat menggunakan buku ajar berbasis reduksi didaktik ini dalam pembelajaran, guru perlu meningkatkan kemandirian siswa, meng-arahkan siswa agar mengikuti panduan penggunaan buku khususnya tentang penyelesaian soal-soal dalam self assesment questions (SAQ) dan tindak lanjut pasca belajar, sehingga mencapai hasil belajar yang optimal. Kedua, Perlu dilakukan ujicoba yang melibatkan karakter siswa yang bervariasi, misalnya untuk siswa-siswa SMA swasta dan Madrasah Aliyah Negeri/Swasta, untuk meningkatkan kualitas buku ajar dan memenuhi sifat self instructional dan user friendly. Ketiga, Perlu pengembangan buku ajar menjadi buku ajar interaktif seiring dengan perkembangan e-learning, sehingga menghasilkan buku ajar yang makin murah, menarik, mudah dipelajari, diminati siswa dan terakses secara luas. Pustaka Acuan ———. Pengembangan Bahan Ajar. http://www.slideshare.net/smpbudiagung/pengembangan bahan ajar. Diakses tanggal 19 Mei 2009. Adi, H.S. 2002. Macromedia Authorware. Yogyakarta: Andi Offset. Alwasilah, A.C. 2005. Menaksir Buku Ajar. http://rakyat. com/cetak/2005/0505/26/0801/ .htmpascetak/0604/24/humaniora/2603446.htm. Anwar, A. 1996. Reduksi Materi Pengajaran Struktur Atom, Sistem Periodik Unsur dan Ikatan Kimia,
177