Industri Kimia Kecil dan Menengah ISSN 1410-9891
Pengembangan Biodiesel Indonesia dengan Teknologi Bangsa Sendiri : Kesempatan dan Tantangan Arie Rahmadi, Maharani Dewi Solikhah, dan Soni S. Wirawan Balai Rekayasa Desain dan Sistem Teknologi (Engineering Center-BPPT) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Gedung 1 BPPT Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin No. 8 Jakarta Indonesia Telp (021) 3168240, 3915536, 3915537 Fax (021) 3915535 e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Sebagai negara yang kaya akan minyak tumbuhan, semakin tingginya penggunaan BBM untuk transportasi, serta tingginya tingkat pencemaran dari asap kendaraan bermotor di kota-kota besar Indonesia, penggunaan biodiesel- bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan - sebagai bagian dalam sistem energi nasional adalah sutau keharusan. Untuk itu, penelitian dan pengembangan Biodiesel saat ini giat dilakukan oleh berbagai lembaga riset nasional maupun perguruan tinggi. Salah satu milestone pengembangan tersebut adalah dibangunnya pabrik biodiesel kapasitas 1.5 ton/hari oleh BRDST BPPT yang telah di-scale-up menjadi kapasitas 8 ton/hari dan saat ini sedang didesain pabrik biodiesel skala komersial. Dalam komersialisasi dan industrialisasi biodiesel secara nasional, ada dua pendekatan yakni pengembangan pabrik biodiesel skala kecil dan terebar atau pembuatan pabrik skala besar. Masing-masing cara tersebut mempunyai peluang dan tantangan. Salah satunya adalah kesiapan teknologi biodiesel nasional. Kesiapan teknologi tersebut meliputi rancangan proses yang handal untuk mendapatkan biodiesel dengan kualitas standar, kemampuan untuk mengolah bahan baku dari berbagai grade dan tentunya dengan biaya pokok produksi yang kompetetif. Kesiapan teknologi tersebut harus diiringi dengan ketersediaan bahan baku yang mencukupi. Minyak nabati yang paling siap secara komersial adalah minyak sawit, walaupun minyak Jarak Pagar (Jatropha Curcas) juga berpotensi untuk dikembangakan. Di sisi lain, konsumen haruslah dipersiapkan agar cukup mengerti kelebihan biodiesel untuk tidak mempertandingkannya dengan BBM yang saat ini yang masih dalam subsidi pemerintah. Dengan demikian, studi, penelitian dan pembangunan berbagai pabrik skala demonstrasi dan selanjutnya pada skala komersial yang handal perlu dilakukan. Abstract As a country that is rich in plant oil resources, experiences in continuous increasing fuel consumption and suffers from exhoust vehicle pollution especially in its major cities, the use of biodiesel is a must as an alternative environmentally friendly fuel as part of national energy system. Therefore research in this area is vigorously carried out by several Indonesian research institutions and universities. One of the milestone in the biodiesel development in Indonesia is the operation of 1.5 tonnes/day biodiesel plant by BRDST BPPT. Based on such a design, an 8 tonnes/day biodiesel plant is being constructed and a fully commercial biodiesel plant is in the drawing board. In the process of commercialization and insutrialization of biodiesel nationally, two approaches are being considered. They are the development of small scale dispersed biodiesel plant and large scale of biodiesel plant. Each has its own opportunities and challenges. One of the challenges is how to prepare the national technology of biodiesel. It includes reliable process design to produce biodiesel that meet the standard, its ability to process raw material from various grade and has competetive production cost.
Peningkatan Daya Saing Nasional Melalui Pemanfaatan Sumber Daya Alam untuk Pengembangan Produk dan Energi Alternatif
1
Industri Kimia Kecil dan Menengah ISSN 1410-9891 Such a technology should be complemented by the availability of raw materials. Palm oil is the most logical option commercially despite the emergence of Jatropha oil (Jatropha Curcas) as the next candidate. On the other hand, the consumers should also be educated not to compare biodiesel directly with the subsidized fuel. It is therefore necessary to study, research and construct a biodiesel demonstration plant and later for a commercialized plant in Indonesia. Keyword : Biodiesel Plant, Biodiesel standard quality, the national technology of biodiesel, scaleup 1.
Pendahuluan
Penggunaan minyak nabati untuk bahan bakar mesin diesel bukanlah suatu hal yang baru. Rudolf Diesel telah mencoba minyak kedelai langsung untuk bahan bakar mesin diesel temuannya pada tahun 1912 (Korbitz, 1999). Akan tetapi usaha pengembangan energi terbarukan pada umumnya dan penggunaan minyak nabati untuk mesin diesel pada khususnya mengalami peningkatan pada saat krisis minyak dunia pada tahun tujuh puluhan. Bagi Indonesia, pengembangan energi terbarukan dari minyak nabati untuk mesin diesel atau yang lebih dikenal dengan biodiesel, adalah suatu keharusan. Hal itu mengingat tingginya peningkatan konsumsi domestik bahan bakar Automotive Diesel Oil (ADO) atau minyak solar dari tahun ke tahun (US Embassy, 2004). Di lain pihak, berlimpahnya sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku biodiesel, seperti minyak sawit dan sedikitnya 40 jenis minyak lain (Soerawidjaja, 2003), merupakan peluang untuk mengembangan industri biodiesel di Indonesia. Pengembangan biodiesel di Indonesia tidak hanya berfungsi sebagai alternatif energi di samping minyak fossil, tapi juga berfungsi dalam ketahanan energi Indonesia. Jika dikaitkan dengan peningkatan nilai tambah ekonomi secara nasional, pengembangan industri biodiesel diharapkan juga mampu berfungsi sebagai unit usaha pencipta lapangan kerja baru. Lebih jauh lagi, bila minyak sawit/CPO (Crude Palm Oil) digunakan sebagai bahan baku, maka program pengembangan biodiesel juga dapat berfungsi sebagai instrumen pengatur stok minyak sawit (Rahmadi & Aye, 2003) yang pada gilirannya mampu mengatur harga CPO yang merupakan komoditas strategis Indonesia. Pada saat yang sama, pencemaran udara merupakan masalah serius dalam beberapa tahun terakhir. Pada umumnya pencemaran oleh emisi gas buang dari kendaraan bermotor merupakan sumber pencemar utama di beberapa kota besar di Indonesia. Di kota Jakarta misalnya, kontribusi emisi gas buang kendaraan bermotor untuk parameter NOx adalah sebesar 30% sedangkan emisi karbonmonoksida (CO) dan hidrokarbon (HC) mencapai lebih dari 90% (Wirahadikusumah, 2002). Karena penggunaan bahan bakar ini tidak memproduksi gas sulphurous oxides (SOx) dan dapat mengurangi emisi berbagai gas buang kendaraan bermotor (USEPA, 2003), maka bila penggunaan biodiesel diterapkan secara massal, akan dapat membantu mengurangi pencemaran udara di berbagai kota besar di Indonesia. Walaupun beberapa lembaga telah melakukan pengembangan, di antaranya adalah Lemigas, PPKS, ITB, LIPI dan BPPT, akan tetapi pengembangan dan pemanfaatan biodiesel di Indonesia dirasakan masih belum optimal. Apalagi bila disejajarkan dengan perkembangan industri biodiesel di beberapa negara maju seperti Amerika Serikat, Jerman, Italy, maupun di negara tetangga Malaysia, Filipina, dan Thailand yang telah mampu mengembangkan dan memproduksi biodiesel pada skala komersial (Korbitz, 1999). Dengan latar belakang berbagai peluang dan persoalan di atas, maka dalam makalah ini akan didiskusikan peluang dan tantangan yang akan dihadapi dalam memproduksi biodiesel dengan teknologi bangsa sendiri. 2.
Bagaimana Membuat Biodiesel
Produk ini umumnya dibuat melalui reaksi metanolisis (atau etanolisis) minyak lemak nabati atau hewani dengan alkohol (metanol atau etanol), dengan reaksi umum seperti ditunjukkan pada gambar 1. Bentuknya yang cair dan kemampuan dicampurkan dengan solar pada segala perbandingan, memungkinkan untuk memanfaatkan biodiesel tanpa perlu menyediakan infrastruktur distribusi baru.
Peningkatan Daya Saing Nasional Melalui Pemanfaatan Sumber Daya Alam untuk Pengembangan Produk dan Energi Alternatif
2
Industri Kimia Kecil dan Menengah ISSN 1410-9891 Gambar 1. Reaksi sederhana transesterifikasi minyak nabati CH2COOR1 | CHCOOR1 | CH2COOR1
+
3
CH3OH
Trigliserida
Metanol
→
(CH2OH)2CH-OH
+
3
Metil Ester
CH3COO-R1
Gliserol
Dengan mengadopsi proses transesterifikasi, biodiesel dapat diproduksi dengan cara yang sederhana, tidak memerlukan peralatan yang rumit dan prosesnya dapat dibaca serta dipelajari dari banyak tulisan dan buku literatur. Secara umum ada beberapa tahapan pada proses biodiesel yaitu: pemilihan minyak tumbuhan yang akan digunakan sebagai bahan baku, pemilihan jenis alkohol dan katalis, direaksikan di reaktor, pemisahan metil ester yang terbentuk dari gliserol, air dan methanol yang tersisa, reaksi tahap dua (apabila diperlukan), pencucian dan pemurnian sehingga didapatkan metil ester (biodiesel) yang memenuhi standar. Adapun gliserol yang didapat kemudian dimurnikan hingga memenuhi standar komersial. Diagram alir proses dapat dilihat pada gambar 2. Gambar 2. Diagram alir pabrik biodiesel
Methanol Catalyst
CPO
Trans-esterifikasi
Penyiapan
Pencucian
Pengeringan
Methanol
Distilasi Pemurnian Gliserin
BIODIESEL
Product
By Product
Potensi penerapan biodiesel di Indonesia salah satunya adalah untuk bahan bakar mesin diesel di sektor transportasi. Di samping itu biodiesel juga dapat digunakan untuk generator/genset, bahan bakar alternatif untuk pembangkit listrik, additives untuk berbagai mesin diesel. Disamping itu, sebagai senyawa metil ester aplikasi penerapannya cukup luas. Hal itu mencakup berbagai bidang seperti paint removers, material absorbent untuk volatile organic pollutants dan bahan intermediate untuk produk senyawa lainnya (Mittelbach dan Remschmidt, 2004) Dengan merujuk berbagai aplikasi biodiesel atau metil ester ini, tentunya berbagai tantangan akan ditemui. Untuk itu perkembangan teknologi produksi biodiesel perlu dicermati agar teknologi yang dikembangkan di Indonesia dapat lebih bersaing. 3.
Perkembangan Teknologi Biodiesel
Proses transeterifikasi minyak nabati sudah dikembangkan di dunia sejak tahun 1853 pertama kali oleh E. Duffy dan J. Patrick, peneliti dari Austria. (Wikipedia, 2005). Semenjak pabrik biodiesel pertama kali
Peningkatan Daya Saing Nasional Melalui Pemanfaatan Sumber Daya Alam untuk Pengembangan Produk dan Energi Alternatif
3
Industri Kimia Kecil dan Menengah ISSN 1410-9891 diluncurkan di Afrika Selatan pada tahun 1981, teknologi produksi biodiesel berkembang sangat pesat. Sekarang telah berdiri lebih dari 20 pabrik di benua Amerika maupun Eropa. Eropa bahkan telah memproduksi 2,4 juta ton Biodiesel pada tahun 2004 (lihat Tabel 2). Pemilik teknologi Biodiesel pun cukup banyak. Di Amerika Serikat ada Biodiesel Industries sedangkan dataran Eropa pabrik milik Lurgi yang terdepan. Data pabrik yang telah berdiri di luar negeri dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Pabrik Biodiesel di Luar negeri
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Perusahaan Ag Environmental Products Biodiesel Industries Biodiesel Industries Biodiesel Industries Biodiesel Industries Biodiesel Industries Imperial Western Products West Central Soy Royal Chitralada Projects Lurgi Life Science GmbH Fortum Argent Energy Biofuels Corp Sundance Renewables
Kota
Negara
Sergeant Bluffs Las Vegas Texas California Colorado New South Wales Coachella Ralston
USA USA USA USA USA Australia USA USA Thailand Germany Finland UK UK UK
Marl Porvoo Motherwell Teesside
Kapasitas Terpasang, Ton/tahun 100,000 40,000 10,000 3,500 10,000 20,000 40,000 40,000 2 ton/hari 100,000 170,000 35,000 250,000 10,000
Status Aktif Aktif Construction Aktif Aktif Aktif Aktif Aktif Aktif Aktif Construction commisioning commisioning Aktif (NBB, 2005)
Tabel 2. Perkembangan Produksi Biodiesel di Eropa Negara Jerman Prancis Italia Austria Spanyol Denmark United Kingdom Swedia
Produksi Biodiesel Eropa 2002 2003 2004 450 715 1088 366 357 502 210 273 419 25 32 100 10 6 70 30 41 44 1 9 15 1 8 1092 1434 2246
(EBB, 2005) Di Indonesia, penelitian dan pengembangan biodiesel telah dimulai sejak tahun 1996 oleh Lemigas dan Pertamina (Legowo, 2005). Lembaga riset lain serta perguruan tinggi di Indonesia pun telah mengembangkan biodiesel, termasuk juga Balai Rekayasa Desain dan System Teknologi (BRDST BPPT) yang mulai mengembangkan Biodiesel sejak tahun 2000. Di Indonesia pabrik terbesar yang sudah beroperasi adalah pabrik biodiesel 1,5 ton/hari milik BPPT hasil pengembangan BRDST BPPT. Telah berdiri pula pabrik biodiesel 8 ton/hari di Pekanbaru hasil kerja sama BPPT dan Pemda Riau. Data Pabrik Biodiesel di Indonesia sampai saat ini disajikan pada Tabel 3.
Peningkatan Daya Saing Nasional Melalui Pemanfaatan Sumber Daya Alam untuk Pengembangan Produk dan Energi Alternatif
4
Industri Kimia Kecil dan Menengah ISSN 1410-9891 Table 3. Data Pabrik Biodiesel di Indonesia No. 1 2 3 4 5
Institusi Balai RDST BPPT BPPT-Pemda Riau PT. Energi Alternatif Indonesia PPKS Deptan Institut Teknologi Bandung
Kota Jakarta Pekanbaru Jakarta Medan Bandung
Kapasitas 1.5 ton/hari 8 ton/hari 1 ton/hari -
Status Aktif Belum Aktif Belum Aktif Aktif Aktif
4. Perkembangan Pasar Biodiesel Dalam pembentukan pasar Biodiesel, ada berbagai hal yang saling terkait, yaitu : Produsen : adanya konsistensi kualitas produk dan kepastian suplai, sebagai jaminan dari produsen untuk mendapatkan loyalitas konsumen 2. Konsumen : adanya ketertarikan dan kesadaran dalam menggunakan bahan bakar alternatif ini secara kontinyu mengingat keuntungan dari segi lingkungan maupun performa engine, untuk menyemangati produsen 3. Regulator/Pemerintah : adanya aturan mengenai produksi dan distribusi Biodiesel, untuk melindungi konsumen dan menggairahkan produsen/investor 4. Pabrikan engine/otomotif : adanya rekomendasi dari perusahaan otomotif, untuk memberi keyakinan konsumen Dari sisi produsen, seperti telah terlihat dalam tabel perkembangan produksi di atas, telah ada beberapa plant skala kecil yang telah dapat menyuplai masyarakat/industri yanhg tertarik untuk menggunakan Biodiesel. Adapun pengguna terus berkembang dengan adanya sosialisasi yang telah diadakan oleh Forum Biodiesel Indonesia, maupun anggotanya masing-masing, termasuk Balai RDST dengan mengadakan Road Test dan Uji Coba pada Bis BPPT. 1.
Dari pengalaman memproduksi biodiesel, dapat ditangkap adanya dua macam pasar yang berkembang dalam penggunaan Biodiesel : 1. Pasar retail, yaitu pengguna eceran yang membeli biodiesel dalam kemasan literan untuk dituang sendiri ke dalam tangki bahan bakar kendaraannya 2. Pasar bulk/wholesale, yaitu pasar yang menginginkan suplai dalam volume yang besar (ribuan liter ataupun lebih) untuk di-blending dengan minyak diesel/solar sehingga end user, yaitu pemilik kendaraan bermotor, tinggal membeli dalam bentuk campuran bahan bakar (B5, B10, B20, atau B30) Untuk lebih mengarahkan sosialisasi dan pemasyarakatan Biodiesel, telah disusun Roadmap Pengembangan Biodiesel oleh Forum Biodiesel Indonesia seperti yang terlihat pada gambar 3. 5. Tantangan bangsa ini dan bagaimana mengatasinya Mengamati perkembangan teknologi Biodiesel dan di dunia, ada beberapa tantangan yang harus dicermati: 1. Adanya pasar yang terbuka sangat luas di dalam negeri dalam target pemanfaatan Biodiesel, yaitu minimal 800.000 ton/tahun pada 2010 atau 2% dari penggunaan solar (lihat Gambar 3). 2. Perlu penguatan kemampuan dalam negeri dan penggunaan teknologi serta sumber daya Indonesia sendiri supaya dalam produksi dan pemanfaatan di dalam negeri dapat dikelola oleh bangsa sendiri, bukan dengan teknologi dari luar yang belum tentu cocok dengan kondisi sumber daya Indonesia 3. Pasar yang melimpah menuntut ketersediaan bahan bakunya. Potensi bahan baku di Indonesia sangat besar, akan tetapi baru sedikit yang telah diproduksi minyaknya secara komersial selain minyak sawit/CPO dan minyak kelapa. 4. Pemanfaatan sumber daya manusia Indonesia yang semaksimal mungkin dalam pembangunan, produksi, maupun pemasaran Biodiesel. 5. Standar untuk B100 di Indonesia belum disahkan. Dalam komersialisasi dan industrialisasi biodiesel secara nasional, setelah melihat kemampuan nasional yang ada, adalah suatu hal yang bijaksana bila Soerawidjaya and Tahar (2003) menyarankan dibuat pabrikpabrik biodiesel dengan skala relatif kecil dan tersebar (small and dispersed biodiesel industry). Sehingga
Peningkatan Daya Saing Nasional Melalui Pemanfaatan Sumber Daya Alam untuk Pengembangan Produk dan Energi Alternatif
5
Industri Kimia Kecil dan Menengah ISSN 1410-9891 investasi yang diperlukan tidak terlalu tinggi, teknologi yang diterapkan dapat dikuasai oleh bengkel mekanik lokal dan dimungkinkan unit usaha setingkat koperasi petani ikut ambil bagian dalam investasi pengembangan biodiesel di Indonesia. Dengan demikian efek economic trickle down dapat langsung dirasakan oleh masyarakat di sentra-sentra produk bahan baku biodiesel. Adapun pemasarannya, disarankan agar dilakukan dengan sistem blending tertentu (misalnya 5% Biodiesel & 95% Solar) sehingga harga blending Biodiesel Solar tersebut tidak terlalu tinggi dan distribusinya dapat menggunakan infrastruktur yang ada, dalam hal ini, melalui Pertamina. Dengan konsep pengembangan industri biodiesel yang demikian itu, akan dijumpai berbagai tantangan seperti bagaimana menjaga konsistensi kualitas produk, kontinyuitas pemasokan bahan baku, menjaga loyalitas dan kesadaran konsumen, dan bagaimana memberikan perlindungan yang cukup kepada konsumen. Hal ini menuntut kesiapan teknologi dalam negeri agar produk Indonesia dapat bersaing, mengingat teknologi komersial di luar negeri sudah lebih maju. Kesiapan teknologi tersebut meliputi rancangan proses yang handal untuk mendapatkan biodiesel dengan kualitas standar, kemampuan untuk mengolah bahan baku dari berbagai grade dan tentunya dengan biaya pokok produksi yang kompetetif. Kita bisa mencontoh negara tetangga seperti Thailand dan Malaysia dalam segi kebijakan maupun kesiapan teknologi. Thailand misalnya, atas petunjuk langsung dari Raja Thailand, negara ini mengawali dengan suatu program biodiesel dengan campuran 2% (Ministry of Energy Thailand, 2004). Walaupun penetrasi yang diharapkan relatif kecil, setidak-tidaknya program biofuel Thailand ini menjadikan terciptanya suatu pasar bagi produk biodiesel. Dengan demikian, hal ini akan menimbulkan stimulan bagi berkembangnya gairah kegiatan penelitian dan pengembangan biodiesel. Bila dikaitkan dengan road map biodiesel dimana target penggunaan biodiesel pada tahun 2010 sebesar 800,000 ton per tahun, maka pola pengembangan biodiesel akan menjadi pola pengembangan industri biodiesel skala besar. Sehingga dibutuhkan setidak-tidaknya 8 buah pabrik biodiesel dengan skala 100,000 ton per tahun. Pertanyaannya adalah apakah lembaga penelitian, perguruan tinggi dan industri dalam negeri mampu mendesain dan membuat pabrik dengan skala sebesar itu dalam kurun waktu lima tahun. Hal ini merupakan tantangan yang sangat berat bila dikaitkan dengan keberhasilan berbagai perusahaan luar negeri yang telah mampu mendesain pabrik biodiesel dengan skala lebih dari 100,000 ton per tahun. Ditambah dengan keberhasilan suatu perusahaan Malaysia yang mampu memperbaiki nilai pour point biodiesel berbasis sawit sehingga dapat digunakan di negara-negara dengan temperate region (MPOB, 2005). Hal ini membawa kepada suatu implikasi bahwa kerja sama dan kerja keras dari seluruh institusi penelitian dan perguruan tinggi di Indonesia untuk menyiapkan teknologi pembuatan pabrik biodiesel harus lebih ditingkatkan. Kesiapan teknologi tersebut harus diiringi dengan ketersediaan bahan baku yang mencukupi. Minyak nabati yang paling siap secara komersial adalah minyak sawit. Tantangan yang dihadapi oleh biodiesel berbasis sawit adalah tingginya harga bahan baku dan fluktuasinya yang sangat dinamis. Dewi et al. (2004) memperkirakan harga bahan baku memberikan kontribusi sebesar 70% dari keseluruhan harga jual biodiesel berbasis sawit. Sehingga suatu peningkatan harga bahan baku sebesar 25% dapat meningkatkan harga produk biodiesel sekitar 15%. Hal ini telah dikonfirmasi oleh penulis dengan pengalaman memproduksi biodiesel dari pabrik 1.5 ton/hari di mana harga bahan baku rata-rata sebesar Rp.4.500 dengan harga jual biodiesel sebesar Rp.6.000 keluar dari pabrik. Untuk itu, alternatif bahan baku dari minyak Jarak Pagar (Jathropa Curcas) seperti yang disarankan berbagai peneliti termasuk Dewi et al. (2005), Soerawidjaya dan Tahar (2003) juga berpotensi untuk dikembangkan. Hal tersebut didasarkan atas potensi harga jual biodiesel berbahan baku minyak jarak yang dapat diharapkan bersaing dengan harga minyak solar. Namun, potensi yang demikian masih perlu digali lebih lanjut karena sampai sekarang belum ada studi budidaya tanaman jarak yang berhasil dalam skala besar di Indonesia. Kendala yang dihadapi menurut penulis adalah bagaimana memberikan garansi bahwa nilai pengembalian menanam jarak pagar masih lebih baik dari alternatif menanam komoditas lain. Terlepas dari perbedaan pola pengembangan biodiesel itu, di sisi lain, konsumen haruslah dipersiapkan agar cukup mengerti kelebihan biodiesel untuk tidak mempertandingkannya dengan BBM yang saat ini yang masih dalam subsidi pemerintah. Oleh karena itu, berikut adalah saran yang dapat digunakan untuk memenuhi target pencapaian penggunaan biodiesel seperti yang tertuang dalam road map biodiesel dan di saat yang sama mampu memberikan peluang kepada industri dalam negeri:
Peningkatan Daya Saing Nasional Melalui Pemanfaatan Sumber Daya Alam untuk Pengembangan Produk dan Energi Alternatif
6
Industri Kimia Kecil dan Menengah ISSN 1410-9891 1. 2. 3.
Pemusatan konsentrasi dana dan sumber daya manusia dalam pengembangan biodiesel ke dalam suatu institusi baru atau institusi yang ada yang paling berwenang dalam hal pengembangan biodiesel Peningkatan anggaran pemerintah dalam hal pengembangan teknologi biodiesel. Bila perlu, dibuat kerja sama dengan institusi dari luar negeri yang mampu membuat pabrik biodiesel handal, sehingga transfer of technology dapat dipercepat. 6. Kesimpulan
Di samping potensi peluang yang ada, pengembangan pabrik biodiesel dengan teknologi bangsa sendiri juga akan menghadapi berbagai tantangan. Tantangan tersebut akan muncul baik untuk pola pengembangan biodiesel dengan sifat small and dispersed biodiesel industry atau pengembangan pabrik skala besar. Untuk pola small and dispersed biodiesel industry, tantangannya adalah bagaimana membuat pabrik yang handal, mudah dioperasikan, fleksibel dalam pemilihan bahan baku serta bagaimana memastikan kualitas produk sesuai standar. Dalam pola pengembangan pabrik skala besar sebagai impliksi dari pemenuhan target road map biodiesel, tantangannya adalah bagaimana mengejar ketertinggalan teknologi dengan bangsa lain. Hal ini memberikan implikasi bahwa studi, penelitian dan pembangunan berbagai pabrik skala demonstrasi dan selanjutnya pada skala komersial yang handal perlu dilakukan. Adalah sangat penting apabila pemerintah beserta semua stakeholders biodiesel, membuat concrete partnership yang didasarkan atas mutual interests untuk memaksimalkan kepentingan nasional. Dengan demikian, dalam mengembangkan produksi dan pemanfaatan biodiesel, tentu tidak dapat dilakukan secara sendiri-sendiri melainkan harus bersama-sama.
7. Daftar Pustaka 1. 2. 3.
4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
12. 13.
Balai Rekayasa Desain dan Sistem Teknologi BPPT, 2003, ”Laporan Kegiatan Pengembangan Biodiesel Sebagai Energi Alternatif” Balai Rekayasa Desain dan Sistem Teknologi BPPT, 2005, ”Laporan Uji Coba Penggunaan Bahan Bakar Biodiesel B10 Pada Bis BPPT” Dewi, R.G., I. Kurniawan and U. Siagian (2005), “The Assessment of Economic and Environment Performance of Biodiesel Production in Indonesia”’, Proceeding International Seminar & Ekhibition on Ecological Power Generation 2005, January 19, 2005 Jakarta Indonesia European Biodiesel Board, (2005), "Statistic, The EU Biodiesel Industry", http://www.ebbeu.org/stats.php Forum Biodiesel Indonesia (2005) “Minutes of meeting pertemuan Forum Biodiesel Indonesia 18 Februari 2005, Gedung BANI Jakarta Korbitz, W. (1999), “Biodiesel production in Europe and North America, an encouraging prospect” Renewable Energy vol. 16, pp. 1078-1083, [online] Science Direct Legowo, E. H. (2005) ’Present Status of Biomass Development in Indonesia’ Biomass Asia 2005 Tokyo, Januari 2005, http://unit.aist.go.jp/internat/biomassws/en/index.html Lurgi (2002), “Biodiesel plant in Marl built by Lurgi Life Science GmbH officially inaugurated by undersecretary Bickenbach on July 17, 2002”, http://www.lurgi.de/english/nbsp/menu/media/news/ Ministry of Energy Thailand (2004), ”Renewable Energy in Thailand: Ethanol and Biodiesel“, Biofuel Bangkok 2004 Mittelbach, M and C. Remschmidt (2004) “Biodiesel: The comprehensive handbook, 1st Ed”., Boersedruck Ges.m.b.H, Vienna MPOB - Malaysian Palm Oil Board, (2005), “Presentation to Mr. Benny Wahyudi, Director-General of Chemical, Agriculture and Forestry-Based Industry, Ministry of Industry and Trade Indonesia on Malaysia – Indonesia Collaboration”, 3 Pebruari 2005 National Biodiesel Board, (2005), "NBB Members", http://www.biodiesel.org/buyingbiodiesel Rahmadi, A and L. Aye (2003) 'Biodiesel from palm oil as an alternative fuel for Indonesia: opportunities and challenges', 41st Annual Conference of the Australian and New Zealand Solar Energy Society, Destination Renewables: from Research to Market, Melbourne, Australia, 26-29 November 2003, pp. 322.
Peningkatan Daya Saing Nasional Melalui Pemanfaatan Sumber Daya Alam untuk Pengembangan Produk dan Energi Alternatif
7
Industri Kimia Kecil dan Menengah ISSN 1410-9891 14. Soerawidjaja, T. H. dan A. Tahar (2003) “Menggagas Kebijakan Pengembangan Biodiesel di Indonesia” Proseding Seminar Peluang Bisnis Industri Hilir Kelapa Sawit, Serpong, hal 1-16 15. US Embassy Jakarta (2004), “Petroleum Report Indonesia 2002-2003”, http://www.usembassyjakarta.org/petro2003/chapter3-2003.pdf 16. Wirahadikusumah, K. (2002) ‘Jakarta Air Quality Management: Trends and Policies’, The Regional Workshop on Better Air Quality in Asian and Pacific Rim Cities (BAQ 2002) 16-18 Dec 2002, Hong Kong, http://www.cse.polyu.edu.hk/~activi/BAQ2002/BAQ2002_files/Proceedings/Subworkshop1/ sw1a-6Wirahadikusumah_paper.pdf
Peningkatan Daya Saing Nasional Melalui Pemanfaatan Sumber Daya Alam untuk Pengembangan Produk dan Energi Alternatif
8
Industri Kimia Kecil dan Menengah
Gambar 3: Biodiesel Roadmap
ISSN 1410-9891
(Sumber: Forum Biodiesel Indonesia, 2005)
Year Market
2005-2010
2011-2015
Pemanfaatan Biodiesel Sebesar 2% Konsumsi Solar 800.000 kL
2016-2025 Pemanfaatan Biodiesel Sebesar 5% Konsumsi 4,7 juta kL Solar
Pemanfaatan Biodiesel Sebesar 3% Konsumsi Solar 1.5 juta kL
STANDARD BIODIESEL NASIONAL
Product
Technology
R&D
Biodiesel Sawit & Jarak Pagar
Biodiesel Sawit, Jarak Pagar, Tumbuhan lain. Etanol dari (ekses) gliserin
Demo Plant Kapasitas1 - 8 Ton/hari (300 - 3000 Ton/tahun)
Biodiesel dari minyak sawit, jarak pagar
Commercial Plant Kapasitas 30.000 s/d 100.000 Ton/tahun
Optimasi Dan Modifikasi
Test Property, Performance Dan standarisasi
Peningkatan Daya Saing Nasional Melalui Pemanfaatan Sumber Daya Alam untuk Pengembangan Produk dan Energi Alternatif
“High Performance Biodiesel Product Commercial
Test Property, Performance Dan standarisasi
Plant Desain Enjiniring
Teknologi Blending, (bio-)teknologi
High/superior performance Biodiesel (angka setan tinggi,
Teknologi Pembuatan aditif
9
Industri Kimia Kecil dan Menengah ISSN 1410-9891
Peningkatan Daya Saing Nasional Melalui Pemanfaatan Sumber Daya Alam untuk Pengembangan Produk dan Energi Alternatif
10