Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain
PENGEMBANGAN APLIKASI MATERIAL TERAKOTA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN Hendry Pangestu
Adhi Nugraha, M.A.Ph.D
Program Studi Sarjana Desain Produk, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB Email:
[email protected]
Kata Kunci : food, keramik, terakota, tradisi, storage Abstrak Penggunaan terakota beserta budaya dan nilai yang dikandungnya kini mulai terkikis oleh perubahan gaya hidup masyarakat moderen dimana produk terakota tradisional tidak lagi sesuai. Terakota selayaknya tidak dipandang sebatas material tetapi juga beserta nilai dan makna yang terkandung, baik dari aspek budaya, sosial, maupun ekonomi. Penting untuk mentransformasikan terakota ke dalam budaya moderen agar seperangkat nilai yang dikandungnya dapat diwariskan. Berdasarkan karakteristik material terakota dan penggunaannya dalam tradisi, terdapat potensi untuk mengaplikasikan terakota sebagai tempat penyimpanan makanan di dapur moderen, yang memanfaatkan karakteristik yang dibutuhkan bahan makanan
Abstract Terracotta, along with its set of values, is gradually being eroded by modern lifestyle, in which traditional terracotta no longer fits in. Terracotta should not be seen only as a material, but also as a whole with its social, cultural and economic aspects. It is important to transform terracotta into modern culture so that its value and meaning could live with the new generations. Based on terracotta characteristics and its traditional usage, terracotta has the potential to be applied in modern kitchen food storage. A set of storage which treats food ingredients based on their characteristics to maintain their best quality while providing longer shelf life.
Pendahuluan Terakota berhubungan erat dengan budaya dan keseharian masyarakat Indonesia, terakota dominan digunakan untuk wadah, terutama untuk bahan makanan dan memasak. Hal ini didasari oleh kebiasaan dan pengalaman empiris masyarakat yang merasakan adanya manfaat dan nilai lebih dalam pemakaian terakota sebagai wadah bahan makanan. Pengetahuan bahwa air yang disimpan dalam gentong akan terasa lebih segar, bahwa garam yang disimpan dlam kendil tidak cepat mengeras atau bahwa sayuran yang disimpan dalam gentong akan bertahan lebih lama. Hal ini merupakan salah satu kearifan lokal yang dapat diterapkan pada masyarakat moderen, dimana bahan makanan disimpan sesuai dengan karakteristiknya. Pada masyarakat moderen, cara penyimpanan bahan makanan, terutama bahan makanan segar, cenderung mengalami generalisasi dimana pendinginan menjadi pilihan utama dalam penyimpanan bahan makanan. Pada kenyataannya cara penyimpanan bahan makanan merupakan kombinasi dari empat faktor utama yaitu kelembapan, suhu, cahaya, dan udara yang berbeda bergantung pada karakteristik bahan makanan. Pendinginan hanya salah satu tipe kebutuhan penyimpanan yang ada. Banyak bahan makanan yang tidak memerlukan pendinginan, bahkan lebih cepat rusak bila disimpan dengan pendinginan. Bahan makanan segar di Indonesia, yang termasuk negara tropis, relatif mudah diperoleh sepanjang tahun. Hal ini memengaruhi pola belanja dan penyimpanan makanan dalam skala rumah tangga yang lebih cocok difokuskan pada penyimpanan jangka pendek untuk menjaga kualitas yang baik selama mungkin. Sehingga penting untuk mengetahui dan menyimpan bahan makanan sesuai dengan karakteristiknya, yang selain dapat menjaga kualitas bahan, juga dapat mengurangi sampah bahan makanan yang rusak. Hal ini dapat dilakukan dengan mengaplikasikan tradisi penggunaan terakota sebagai sarana penyimpanan makanan yang ditransformasikan pada kebutuhan moderen. Pengaplikasian terakota pada gaya hidup moderen dapat membangkitkan kembali pasar dan minta terhadap material terakota yang memiliki akar budaya dan nilai yang kental. Pengaruh berkurangnya pasar dan minat terhadap produk terakota dapat dilihat pada keadaan di Sentra Industri Kiara Condong, dimana minat untuk mempelajari atau meneruskan keahlian orangtuanya yang bekerja di bidang keramik sangat minim. Sehingga pengetahuan dan keahlian yang dirintis dari generasi-generasi sebelumnya terancam hilang. Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 | 1
Pengembangan Aplikasi Material Terakota dalam Hubungannya dengan Karakteristik Penyimpanan Bahan Makanan
. Aspek Fungsi Perbedaan karakteristik penyimpanan bahan makanan yang signifikan dipengaruhi oleh faktor suhu dan kelembapan, kombinasi keduanya menghasilkan empat karakteristik dasar yaitu sejuk-kering, sejuk-lembap, dingin kering, dan dingin lembap. Suhu yang dingin secara umum dapat dicapai menggunakan kulkas. Pada dapur moderen, kulkas telah menjadi salah satu peralatan dasar yang memang dibutuhkan untuk penyimpanan bahan makanan perishable seperti daging dan susu. Penggunaan kulkas sering dianggap universal untuk semua bahan makanan, padahal beberapa bahan makanan tidak perlu pendinginan bahkan akan lebih cepat rusak dengan pendinginan. Oleh karena itu pengembangan desain lebih diarahkan untuk mengakomodasi penyimpanan bahan makanan pada suhu ruangan. Bahan makanan yang disimpan dalam suhu ruangan sebagian besar termasuk dalam kategori semi-perishable. Semiperishable dapat bertahan stabil dalam penyimpanan untuk waktu yang relatif lama, tetapi membutuhkan perlakuan tertentu. Perlakuan yang salah dapat mempercepat kerusakan bahan makanan ini. Banyak bahan makanan yang termasuk dalam kategori ini, tetapi karena keterbatasan yang ada bahan makanan yang akan diakomodasi dibatasi menjadi lima jenis. Bahan makanan tersebut adalah telur, kentang dan sayuran berkulit tebal(terung, ketimun, lobak, dan lain-lain), bumbu dapur(bawang, jahe, kunyit, dan lain-lain), buah-buahan dan sayuran hijau.
Gambar 1 Aspek Fungsi dan Aspek Visual
Aspek Visual Satu set storage membutuhkan karakter visual yang serupa sehinnga terlihat saling berhubungan. Dapat dilihat pada Gambar 1 hal-hal yang memengaruhi karakter visual produk. Karakter visual diambil dari konsep bahwa setiap bahan makanan yang kita simpan merupakan kumpulan sel yang hidup dan bernapas. Dengan kata kunci tersebut, dibuat imageboard untuk menerjemahkannya ke dalam bentuk visual.
Gambar 2 Imageboard
2 | Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1
Hendry Pangestu
Analisis imageboard menghasilkan karakter visual yang mempunyai dua elemen berbeda yang saling melengkapi dengan kombinasi radius fillet yang membentuk satu siklus. Bentuk dasar yang digunakan adalah segi empat yang merujuk pada efektivitas penggunaan ruang dan juxtaposition dengan produk lain. Bentuk segi empat juga memberkan kesan baru dan moderen pada terakota yang cenderung memiliki bentuk sirkular. Hasil Studi dan Pembahasan Tempat Telur Pada kulkas modern, biasanya telah disediakan tempat telur berjumlah setengah lusin atau sepuluh butir yang diletakkan di pintu kulkas. Sebenarnya telur tidak memerlukan pendinginan karena memiliki lapisan alami bloom yang mencegah bakteri dan gangguan lainnya yang merusak telur(sumber: http://www.vagabondjourney.com/eggs-do-not-need-to-berefrigerated/). Selain itu berbagai sumber menyebutkan bahwa suasana yang dibutuhkan telur adalah suhu yang stabil. Sehingga walaupun menyimpan telur di kulkas, lebih baik disimpan pada rak standar, karena di pintu kulkas yang dibuka dan ditutup menyebabkan fluktuasi suhu yang membuat telur cepat rusak. Kebutuhan untuk mendinginkan telur muncul bila lapisan ini rusak atau telur telah dibuka. Salah satu negara yang mewajibkan pendinginan telur adalah Amerika Serikat, dimana telur diwajibkan untuk diproses(pencucian) sebelum dilempar ke pasar. Hal ini merusak lapisan alami bloom yang larut dalam air sehingga pori-pori telur terekspos dan telur menjadi lebih cepat rusak. Lapisan alami telur kemudian berusaha digantikan secara sintetis, tetapi tidak dapat menjamin kebaikan telur sehingga untuk menghindari kecelakaan, telur diwajibkan untuk didinginkan. Tetapi di pasar Indonesia, terutama telur yang dijual dengan ditimbang, tidak mengalami proses pencucian sebelum dilempar ke pasar. Bahkan pada beberapa telur biasanya menempel kotoran. Hal tersebut merupakan hal yang normal dan alami yang dapat dengan mudah dibersihkan sebelum penggunaan. Bila telur disimpan di tempat yang dingin seperti kulkas, lapisan bloom dapat mengerut dan rusak yang akan mengekspos pori-pori telur. Karena karakteristik cangkang telur yang berpori, gas sangat mudah untuk keluar masuk tetapi aroma akan tetap tinggal dalam telur. Sehingga kulkas, yang biasanya dipenuhi oleh berbagai macam aroma, akan memengaruhi rasa telur. Selain itu berbagai macam resep, terutama dalam bidang pastry, membutuhkan penggunaan telur yang berada pada suhu ruangan. Pada suhu ruangan, telur dapat disimpan hingga 2 minggu tanpa perubahan yang berarti. Tujuan penyimpanan telur selain sebagai tempat penyimpanan juga dapat dimanfaatkan sebagai elemen estetis dapur. Biasanya untuk telur sulit dibedakan antara telur baru dan lama pada penyimpanan, terkecuali dicelupkan pada air untuk melihat daya apungnya, tetapi telur yang telah dicelupkan ke air harus segera digunakan. Sehingga salah satu kebutuhan penyimpanan telur adalah first in first out yang dapat mengurangi resiko tertinggalnya telur. Pada alternatif awal(Gambar 3) keseluruhan produk ingin dibuat menjadi satu bagian dengan menggunakan material terakota. Pada pengembangannya, terdapat kesulitan pada proses produksi. Bila semua bagian dibentuk menggunakan terakota, pada proses pengeringan rentan terjadi deformasi akibat gravitasi. Hal ini memunculkan kebutuhan akan penyangga yang membuat proses produksi tidak efisien.
Gambar 3 Model Awal Tempat Telur
Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 | 3
Pengembangan Aplikasi Material Terakota dalam Hubungannya dengan Karakteristik Penyimpanan Bahan Makanan
Terdapat dua alternatif pemecahan yaitu mengubah struktur terakota menjadi solid sehingga mengeliminasi pengaruh gravitasi, atau menggunakan material lain sebagai struktur. Pada alternatif 1 produk akan menjadi lebih berat dan terlihat berat serta memunculkan masalah baru yaitu proses pengeringan yang lebih lama dan kemungkinan pecah yang lebih tinggi akibat volume yang besar. Alternatif 2 memberikan kemungkinan struktur dari material lain menghilangkan fungsi badan terakota, oleh karena itu struktur harus dibuat sesimpel mungkin dan tidak menghasilkan bidang. Fungsi struktur tambahan meliputi menyangga badan terakota pada kemiringan tertentu dan menahan telur yang bergulir. Pilihan jatuh pada proses bending yang dapat menghasilkan struktur ekspos, dengan pilihan material rotan dan besi. Rotan dapat meningkatkan kesan hangat dan natural dari terakota tetapi pada diameter kecil rotan tidak memiliki kekuatan sehingga membutuhkan struktur tambahan. Material logam menyebabkan biaya produksi yang lebih tinggi tetapi memiliki kekuatan yang baik walaupun pada diameter kecil. Logam juga meningkatkan kesan modern dan higienis pada produk, dan dengan finishing warna putih gading dapat menjadi komplementer yang baik untuk warna terakota. Desain akhir tempat telur dapat dilihat pada Gambar 4, yang terinspirasi dari bentuk peasGambar 5).
Gambar 4 TempatTelur
Gambar 5 Peas Sumber: http://www.faithful-to-nature.co.za/natural-organic-blog/1816/organicsupplements/give-peas-a-chance/
Kontainer Sejuk lembap Salah satu tujuan utama kontainer ini adalah penyimpanan kentang, tetapi juga ememnuhi kriteria untuk penyimpanan wortel, terung, ketimun, dan sayuran lainnya. Kentang membutuhkan tempat yang sejuk, lembap dan jauh dari cahaya. Bila kentang terekspos cahaya, dapat memicu pembentukan klorofil(proses greening) pada kulit yang berelasi dengan peningkatan kadar solanin, racun alami dalam kentang. Kriteria penyimpanan kentang dan bumbu segar serupa tetapi tidak dapat disatukan karena akan memengaruhi kualitas satu sama lain. Bawang tidak kompatibel dengan kentang, karena kelembapan dan gas yang dilepas kentang akan merusak bawang dan membuatnya lembek, begitu juga dengan bumbu segar seperti jahe yang melepaskan kelembapan. Sebaliknya, kentang tidak kompatibel dengan sayuran karena akan memberikan rasa “tanah” pada sayuran. Selain itu pola penggunaan bumbu dapur dan bahan makanan seperti kentang juga berbeda. Bumbu dapur biasanya diletakkan lebih dekat dengan area memasak dan persiapan di dapur karena frekuensi pemakaiannya yang tinggi. Sedangkan penyimpanan bahan makanan seperti kentang lebih dekat dengan area penyimpanan dan persiapan. Oleh karena itu penyimpanannya harus dipisah. Sugesti untuk memisahkan bahan tersebut dilakukan dengan pembatasan dimensi. Dimensi yang besar akan mengundang pengguna unatuk menggabungkan dan menyimpan berbagai bahan makanan. Oleh karena itu dimensi kontainer dibuat kecil berdasarkan volume penggunaan rata-rata bahan makanan sehingga memaksa pengguna untuk menyimpan bahan makanan secara terpisah. Bentuk yang diambil merujuk pada efisiensi fungsi kontainer sehingga menggunakan bentuk dasar segi empat. Bentuk segi empat mengakomodasi bentuk sayuran yang cenderung memanjang serta mengurangi ruang yang terbuang ketika disandingkan dengan produk lain. Tutup kontainer dibuat dari material kayu yang sejalan dengan image natural dan 4 | Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1
Hendry Pangestu
hangat dari terakota. Selain itu tutup dari kayu mengurangi resiko pecah akibat benturan ketika ditutup, dibandingkan bila tutup terbuat dari terakota. Tempat Buah Buah merupakan salah satu bahan makanan yang penting untuk dikonsumsi oleh manusia. Buah dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu klimaterik dan non-klimaterik. Buah yang termasuk dalam katergori klimaterik adalah buah yang mengalami proses pematangan setelah dipetik dan dalam penyimpanan. Setelah buah mencapai pematangan maksimum, proses selanjutnya adalah pembusukan. Sedangkan pada buah non-klimaterik, setelah dipanen buah tidak lagi mengalami proses pematangan dan hanya melalui proses pembusukan. Pendinginan memperlambat dan menghambat proses internal dari buah sehingga memengaruhi kualitas pematangan buah klimaterik. Pendinginan tidak menghentikan ataupun menunda proses pematangan, proses pematangan tetap berjalan. Pendinginan mengganggu proses biologis yang diperlukan untuk mencapai kualitas buah yang terbaik. Proses pematangan buah terjadi paling baik pada suhu ruangan, yang dapat menghasilkan warna, tekstur dan rasa yang optimal. Beberapa buah yang sebaiknya disimpan di suhu ruangan, diantaranya apel, pisang, keluarga jeruk, tomat, manga, melon, papaya, nanas, alpukat, kiwi, pir, dan plum. Buah yang telah matang dapat disimpan di kulkas untuk memperlambat proses pembusukan untuk 1-3hari. Tempat buah ini didesain berukuran kecil untuk mengarahkan user untuk tidak menaruh buah secara sembarangan seperti yang biasa dilakukan pada fruit bowl yang berukuran besar. Tempat buah ini mendorong user untuk menyusun buah secara apik pada satu tempat buah kemudian merangkainya dengan tempat buah yang lain untuk menjadi satu kesatuan. Konfigurasi yang menarik akan mendukung visibilitas dan pemanfaatan buah sebagai elemen estetis dapur. Tempat buah ini juga dapat disusun bertingkat bila tidak sedang dipakai untuk efisiensi ruang atau dapat juga dibiarkan di atas meja untuk mempermanis dapur(Gambar 7 dan 8).
Gambar 7 Tempat Buah
Gambar 8 Konfigurasi Tempat Buah
Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 | 5
Pengembangan Aplikasi Material Terakota dalam Hubungannya dengan Karakteristik Penyimpanan Bahan Makanan
Vas Sayuran Sayuran hijau sangat sensitif terhadap hilangnya kelembapan yang menyebabkan sayuran menjadi layu. Biasanya sayuran akan disimpan dengan menggulungnya dengan kertas koran, kain lembap atau plastik yang dilubangi kemudian dimasukkan ke dalam kulkas. Cara ini terbukti efektif untuk sebagian besar sayuran hijau, tetapi memiliki beberapa kekhawatiran seperti meresapnya tinta dari koran ke sayuran dan penggunaan plastik yang berlebihan. Terdapat cara alternatif yang dapat digunakan untuk menjaga kualitas sayuran hijau yaitu dengan memperlakuannya seperti bunga potong. Batang sayuran dimasukkan ke dalam wadah berisi air dan disimpan dekat cahaya matahari tidak langsung seperti di dekat jendela. Cara ini sangat efektif untuk basil yang tidak cocok dengan pendinginan. Daun basil akan layu dan menghitam bila disimpan pada suhu rendah. Selain menjaga kesegaran, basil juga akan terus tumbuh dan menghasilkan daun-daun baru dalam rentang waktu tertentu. Hal yang sama dapat dilakukan untuk banyak sayuran hijau, diantaranya daun bawang, katuk, kangkung, dan seledri. Hal ini terutama berguna untuk bahan makanan yang kita perlukan dalam jumlah sedikit pada setiap penggunaan seperti daun bawang, seledri(untuk memasak) dan basil. Biasanya setelah digunakan sedikit, bagian yang tersisa tidak digunakan lagi dan kemudian dibuang karena rusak. Bagian yang tidak terpakai tersebut dapat disimpan di dalam air sehingga awet sampai penggunaan berikutnya, bahkan dapat menumbuhkan kembali bagian yang telah terpakai.
Gambar 9 Vas Sayuran
Terracotta Storage Set: Relung Secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 10, ketika set disandingkan. Set tempat penyimpanan makanan ini mempunyai bentuk dasar segi empat yang berangkat dari efektivitas ruang, kebutuhan penyimpanan dan kesan moderen. Dimensi satu produk dan yang lainnya berkaitan sehingga ketika produk disandingkan perbedaan ukuran tidak menonjol. Dimensi produk, selain merujuk pada fungsi yang dibutuhkan, juga merujuk pada perbandingan dimensi produk satu dengan yang lainnya(Gambar 11). Sehingga ketika disandingkan, produk dapat dikomposisikan dengan baik.
Gambar 10 Terracotta Storage Set, Relung
6 | Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1
Hendry Pangestu
Gambar 11 Perbandingan Dimensi
Relung
Gambar 12 Logotype
Relung dalam Ekologi merujuk pada posisi unik yang ditempati oleh suatu spesies di alam. Relung meliputi keadaan dimana suatu organisme dapat hidup, kebutuhan hidupnya, bagaimana ia memengaruhi lingkungannya dan bagaimana lingkungan memengaruhi dirinya. Relung berarti menempatkan sesuatu seuai kodratnya yang sama dengan konsep dasar set penyimpanan ini. Color scheme yang digunakan merujuk pada warna produk dan image yang dituju yaitu warna terakota, putih gading, krem kayu dan hitam. Pada Gambar 12 dapat dilihat alternatif awal logotype yang digunakan. Warna
Gambar 13 Perbedaan Warna yang dihasilkan, tanah Malangbong(kiri), tanah Plered murni(tengah), dan tanah Plered dengan 10% kaolin.
Warna produk akhir bergantung pada kandungan kimia tanah yang berbeda di setiap daerah, juga campuran yang ditambahkan pada proses produksi seperti terlihat pada Gambar 13. Proses Produksi Sifat moldability dari terakota memungkinkanya untuk diproduksi massal dengan tingkat kepresisian yang tinggi. Proses produksi yang dituju adalah cetak serap(slip cast) dan cetak tekan(press mold). Karena keterbatasan yang ada, pada pembuatan prototip digunakan proses slabbing. Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 | 7
Pengembangan Aplikasi Material Terakota dalam Hubungannya dengan Karakteristik Penyimpanan Bahan Makanan
Gambar 14 Proses Pengeringan (Lokasi: Sentra Industri Kiara Condong, 26 Mei 2013)
Gambar 15 Prototip tempat buah sebelum pembakaran (Lokasi: Sentra Industri Kiara Condong, 26 Mei 2013)
Gambar 16 Prototip Produk
Gambar 14 menunjukkan proses pengeringan set Relung setelah dibentuk dengan proses slabbing. Produk yang telah kering dirapikan dan diampelas. Hasil produk yang telah dirapikan dapat dilihat pada Gambar 15. Setelah kering seluruhnya, produk siap dibakar. Proses pembakaran memanfaatkan tungku dengan bahan bakar batok kelapa yang dapat menghasilkan suhu bakaran 700-900oC. Tungku batok kelapa sangat berpotensi untuk digunakan pada proses pembakaran keramik, karena selain biaya bahan baku yang murah, pembakaran menghasilkan arang yang dapat dijual kembali dengan harga yang bersaing. Model dan prototip akhir dapat dilihat pada Gambar 17
8 | Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1
Hendry Pangestu
Gambar 17 Display Prototip dan Model Akhir (Foto: Tri Utami Widhayanti)
Penutup Terakota merupakan material yang telah melekat dalam kehidupan masyarakat Indonesia baik dari segi ekonomi, sosial, maupun budaya. Terakota mengandung nilai, makna dan pengetahuan yang merupakan kearifan lokal yang harus diwariskan agar tidak hilang. Penggunaan terakota tradisonal kini telah berkurang karena tidak sesuai dengan gaya hidup moderen. Ketiadaan pasar membuat pengrajin terakota semakin tergusur dan beralih ke pekerjaan lain. Hal ini mengakibatkan kurangnya minat generasi muda untuk mewarisi keahlian dan pengetahuan mengenai terakota pada khususnya, keramik pada umumnya, seperti yang terjadi di sentra industri keramik Kiara Condong, Bandung. Transformasi terakota ke dalam produk yang sesuai dengan gaya hidup moderen penting untuk dapat menghidupkan kembali pasar dan minat terhadap material terakota . Dengan adanya pasar dan prospek yang baik, terakota akan kembali diminati dan dipelajari sehingga seperangkat nilai yang dikandungnya dapat dilestarikan dan dikembangkan. Desain yang dikembangkan berupa set tempat penyimpanan makanan dengan memanfaatkan karakter terakota. Karakter terakota dapat diaplikasikan untuk menciptakan suasana penyimpanan ideal bagi bahan makanan berkaitan dengan karakteristiknya sebagai material yang dapat bernapas, dapat dicetak,, tahan air dan durabilitas yang tinggi. Penggunaan terakota sebagai sarana penyimpanan makanan telah dilakukan semenjak terakota pertama kali ditemukan. Akumulasi pengalaman empiris dan tradisi membuat budaya ini terus dilakukan di masyarakat tradisional tetapi tidak diterapkan pada masyarakat modern. Desain akhir memanfaatkan bentuk segi empat yang dapat memberikan kesan moderen karena terakota tradisional identik dengan bentuk yang memiliki sumbu putar. Bentuk segi empat juga berdasarkan pada kebutuhan penyimpanan dan efektivitas ruang. Pemakaian kombinasi material kayu sebagai tutup dan besi sebagai strukur memberikan kesan kontemporer. Warna terakota yang kontras dengan warna kayu dapat memberikan kesan hangat pada dapur, sehingga bukan hanya sebagai tempat penyimpana semata tetapi juga sebagai elemen estetis dapur, terlebih lagi mengangkat bahan makanan menjadi perhatian utama di dapur moderen. Pembimbing Artikel ini merupakan laporan perancangan Tugas Akhir Program Studi Sarjana Desain Produk FSRD ITB. Pengerjaan tugas akhir ini disupervisi oleh pembimbing Adhi Nugraha, M.A., Ph.D
Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 | 9
Pengembangan Aplikasi Material Terakota dalam Hubungannya dengan Karakteristik Penyimpanan Bahan Makanan
Daftar Pustaka Albrecht, Julie A. 2007. Food Storage. University of Nebraska-Lincoln Extension. Aryanto, Yunus. 2008. 46 Inspirasi Desain Kitchen Set. Depok: Griya Kreasi. Ashby, Mike and Kara Johnson. 2002. Materials and Design. Oxford: Butterworth-Heinemann. Bradley, Steven. 2010. The Meaning of Shapes: Developing Visual Grammars. http://www.vanseodesign.com/webdesign/visual-grammar-shapes/(diakses 10April 2013) Ethylene Sensitivity, http://www2.nykline.com/liner/cargo_advisory/ethylene_sens.html, 23 April 2013 Ho, Emily. Food Science: Ethylene. http://www.thekitchn.com/food-science-ethylene-gas-130275(diakses tanggal 4 April 2013). Nugraha, Adhi. 2012. Transforming Tradition. Helsinki: Aalto University. Roday, S. 1999. Food Hygiene and Sanitation. New Delhi: Tata Mcgraw-Hill. Santosa, Budi dan Susilo Widodo. 2010. Gerabah dan Seni Hias Terakota Jawa Tengah. Semarang: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Tengah, Museum Jawa Tengah Ranggawarsita. Shepard, Wade. Eggs Do Not need to be Refrigerated. http://www.vagabondjourney.com/eggs-do-not-need-to-berefrigerated/(diakses tanggal 10 April 2013). Simpson, Penny and Kanji Sodeoka. 1979. The Japanese Pottery Handbook. Tokyo: Kodansha International. Peterson, Susan and Jan Peterson. 2009. Working with Clay. New Jersey: Pearson Education, Inc. Taylor, Louisa. 2011. The Ceramics Bible. San Francisco: Chronicle Books. Roper, Teryl, Karen Delahaut, Barb Ingham. 2006. Storing fruits and vegetables from home garden. Madison: University of Wisconsin-Extension.
10 | Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1