PENGEMBANGAN ALAT BANTU PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK PENGADAAN BREAK DOWN PART KOMPONEN REM PESAWAT BOEING 737 NG DI PT. GMF AEROASIA Stephania Amelia, Ahmad Rusdiansyah, Ratna Sari Dewi Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111 Email:
[email protected] ;
[email protected] ;
[email protected]
Abstrak Persaingan dalam industri penerbangan yang semakin ketat mendorong perusahaanperusahaan penerbangan mengembangkan strategi baru untuk mendapatkan kepercayaan pelanggan dengan memberikan pelayanan terbaik dan memuaskan. Salah satu cara untuk meningkatkan pelayanan adalah dengan cara meningkatkan tingkat ketersediaan pesawat dan ketepatan waktu penerbangan komersial pesawat. Provisioning atau pengadaan pesawat baru ini membutuhkan pengelolaan yang lebih besar dalam hal kesiapan sumber daya manusia dan material. PT. GMF AA sebagai perusahaan MRO (Maintenance, Repair, and Overhaul) berusaha meningkatkan ketersediaan dan kesiapan material agar dapat mendukung availabilitas komponen pesawat, serta menghindari terjadinya delay penerbangan atau pesawat gagal terbang (aircraft on ground-AOG). Oleh karena itu perencanaan pengadaan material yang tepat akan membantu dalam meningkatkan availabilitas komponen dan availabilitas pesawat. Dalam penelitian ini dilakukan perhitungan untuk menentukan jumlah removal brake yang direncanakan akan masuk ke workshop untuk diperbaiki dalam beberapa periode ke depan. Perhitungan ini didasarkan pada umur brake (mean time between removal-MTBR), baik MTBR aktual yang diperoleh dari data historis maupun MTBR standar yang diperoleh dari manufacturer. Penelitian ini merancang suatu alat bantu pengambilan keputusan proses perencanaan material yaitu bagaimana menentukan jumlah removal brake dan jumlah BDP ideal yang harus diadakan oleh PT. GMF AA sehingga dapat mendukung jumlah pesawat yang semakin bertambah. Kata kunci: Pengadaan, Decision Support System, Keandalan Abstract Competition that is increasingly tight in the airline industry encourages the airline companies to develop new strategies to gain customer trust by providing the best service and satisfaction. One way to improve services is increasing the availability of aircraft and the flight punctuality of airline commercial companies. Provisioning or procurement of new aircraft requires greater management in terms of readiness of human resources and materials. PT. GMF AA as an MRO (Maintenance, Repair, and Overhaul) company tries to improve the availability and readiness of the material in order to support the aircraft component availability, and to avoid flight delays or aircraft fails to fly (aircraft on ground-AOG). Therefore, planning an appropriate material procurement will help in increasing the parts and aircraft availability. This study carried out calculations to determine the amount of the planned removal of brake going into the workshop to be repaired in some future period. This calculation is based on the age of brake (mean time between removal-MTBR), whether actual MTBR is obtained from historical data and standard MTBR is obtained from manufacturer. This study developed a decision-making tool for materials planning process, that is how to determine the amount of brake removal and break down part (BDP) brake which should be provisioned ideally by PT. GMF AA that can support a growing number of aircraft. Keywords: Provisioning, Decision Support System, Reliability
1.
Pendahuluan Lalu lintas penerbangan di seluruh dunia diperkirakan mendekati dua kali lipat dalam 10 tahun ke depan (Bussman, 2007). Hal ini
mendorong seluruh perusahaan penerbangan mengembangkan strategi agar bisa bertahan menghadapi persaingan yang semakin ketat, terutama strategi dalam menawarkan pelayanan
yang reliabel dan profesional dengan harga yang kompetitif untuk memenuhi kebutuhan customer. Garuda Indonesia sebagai salah satu perusahaan penerbangan berusaha mendapatkan kepercayaan customer dengan memberikan pelayanan terbaik dan memuaskan, salah satunya dengan cara menambah armada pesawat, baik dengan cara membeli maupun menyewa pesawat baru. Pengadaan pesawat baru ini membutuhkan pengelolaan yang lebih besar dalam hal kesiapan sumber daya manusia dan material (KLM Corporate Training, 1997). Pengelolaan perawatan pesawat, mulai pengadaan sparepart sampai maintenancenya tidak selalu ditangani oleh perusahaan penerbangan itu sendiri. Seperti halnya Garuda Indonesia yang menyerahkan penanganan sparepart dan kebijakannya kepada anak perusahaannya yaitu perusahaan MRO (Maintenance, Repair, dan Overhaul) PT. Garuda Maintenance Facility Aeroasia. Peranan perusahaan MRO sebagai penyedia jasa maintenance, repair, dan overhaul pesawat dalam industri penerbangan adalah untuk menjamin bahwa pesawat dalam kondisi siap beroperasi sebelum mengudara dan mencapai misi jadwalnya tanpa ada gangguan (Kilpi, 2008). Demi menjamin setiap pesawat berada dalam perawatan yang baik dan layak terbang, PT. GMF AA berusaha menekan biaya seefisien mungkin dari segi tenaga kerja, material, dan waktu perawatan pesawat (GMF, 2008). Usaha ini didukung dengan adanya perbaikan proses khususnya dari sisi pengadaan material atau BDP (Break Down Part). BDP adalah material yang membentuk sebuah komponen utama. Usaha PT. GMF AA dalam meningkatkan ketersediaan material, kesiapan material, dan penentuan waktu pengadaan material yang tepat dapat meningkatkan tingkat ketersediaan pesawat (aircraft availability) dan ketepatan waktu penerbangan (dispatch reliability) pesawat-pesawat komersial dari Garuda Indonesia sebagai customer utama PT. GMF AA (GMF, 2008). Salah satu komponen utama pesawat terbang yang menjadi obyek pada penelitian ini adalah komponen brake (rem) pesawat. Penambahan jumlah armada pesawat Garuda Indonesia membutuhkan pengelolaan persediaan sparepart brake dan break down part (BDP) brake yang tepat agar dapat mencapai tingkat availabilitas 100% dalam pengoperasian pesawat.
Availabilitas pesawat adalah ketersediaan pesawat pada jadwal terbangnya tanpa mengalami delay atau bahkan aircraft on ground (AOG), yaitu pesawat yang seharusnya terbang menjadi gagal terbang karena dinyatakan tidak layak. Sebagian besar AOG disebabkan oleh permasalahan teknis seperti ketidaktersediaan sparepart ketika pesawat membutuhkan penggantian komponen. Nilai penting dari availabilitas ini ditekankan oleh Kilpi (2008) yang menyatakan bahwa salah satu faktor terpenting dalam operasi penerbangan adalah availabilitas pesawat pada jadwal terbangnya, yang menunjukkan keandalan teknis pemberangkatan penumpang tepat waktu sesuai dengan jadwal yang direncanakan. Dalam laporan tahunan 2008 PT. GMF AA, terdapat informasi bahwa kinerja rasio ketepatan waktu pengerjaan pesawat sangat bergantung pada ketersediaan BDP untuk menyuplai proses pengerjaan perbaikan komponen di workshop. Oleh karena itu, langkah perbaikan yang dapat dilakukan adalah dengan cara melakukan konsinyasi dengan beberapa supplier GMF yang berkaitan dengan pengadaan material. Selain itu, diperlukan perbaikan perencanaan removal komponen (forecasting component removal) dan BDP untuk memenuhi kebutuhan maintenancenya. Perencanaan pengadaan yang tepat untuk komponen brake pesawat ini semakin tinggi urgensinya bagi PT. GMF AA seiring dengan bertambahnya jumlah pesawat tipe B737 NG yang dioperasikan oleh Garuda Indonesia, PT. GMF AA membutuhkan perencanaan pengadaan komponen yang tepat agar dapat memenuhi kebutuhan armada B737 NG yang akan terus bertambah pada beberapa tahun ke depan. Perhitungan perencanaan jumlah removal brake digunakan sebagai dasar untuk merencanakan jumlah BDP brake ideal yang harus diprovisioningkan. Perhitungan perencanaan pengadaan brake sebelumnya hanya menggunakan data historis berupa rata-rata penggunaan, kurang memperhatikan reliability dari brake. Selain itu, proses perhitungan ini awalnya dilakukan secara manual dan membutuhkan waktu lama karena banyaknya variabel atau parameter input yang harus diperhatikan. Penelitian ini dilakukan untuk merancang suatu alat bantu pengambilan keputusan (decision support tools-DST) dalam proses perencanaan jumlah removal brake untuk memperoleh jumlah break down part
2
komponen brake pesawat Boeing 737 NG yang ideal didasarkan pada reliability komponen brake. Perincian tujuan penelitian tersebut yaitu menentukan perencanaan jumlah brake yang diperkirakan akan turun selama tahun 2010 yang didasarkan pada tingkat keandalannya (mean time between removalMTBR). Hal ini sebagai langkah awal untuk menentukan perencanaan pengadaan break down part ideal sehingga cukup untuk menyuplai kebutuhan brake B737 NG, serta menghasilkan alat bantu untuk mendukung sistem pengambilan keputusan dalam pengadaan break down part rotable sparepart brake ideal. Penelitian dilakukan dengan beberapa batasan dan asumsi. Data yang diujicobakan dalam DST yang dirancang hanya terbatas pada 2 jenis brake, yaitu brake BF Goodrich dan brake Honeywell. namun DST dapat digunakan untuk brake jenis lain dan komponen pesawat lain yang memiliki karakteristik yang sama dengan brake. Penelitian dilakukan terhadap list BDP masing-masing jenis brake yang pernah diganti dan ada kemampuan repair sendiri di workshop GMF. Selain itu, dalam penelitian ini juga tidak ada identifikasi mengenai keterpasangan brake yang ada di pesawat. Jumlah BDP ideal didefinisikan sebagai availabilitas persediaan di gudang pusat secara terus menerus dan mencukupi kebutuhan proses maintenance komponen, lead time pengadaan BDP diasumsikan konstan, data utilisasi brake aktual (CSI-Cycle Since Install) diasumsikan lengkap untuk setiap serial number brake, cash flow payment untuk pengadaan brake tidak terhambat (lancar), serta jumlah BDP yang direncanakan adalah BDP untuk kebutuhan overhaul maintenance 1 unit brake. 2.
Teknik Perencanaan Pengadaan Break Down Part Teknik perencanaan pengadaan break down part (BDP) brake pesawat B737 NG dalam penelitian ini menggunakan beberapa formulasi perhitungan. Diawali dengan penentuan umur aktual brake dan diakhiri dengan penentuan jumlah kebutuhan BDP beserta safety stocknya. 2.1 Penentuan Umur Aktual Brake Umur aktual brake menunjukkan berapa lama suatu brake beroperasi mulai dari keadaan serviceable (terpasang di pesawat dan ikut beroperasi selama pesawat juga beroperasi) sampai keadaan unserviceable (diturunkan dari
pesawat karena rusak, aus, atau batas umur pemakaiannya telah habis). Perhitungan menentukan umur aktual brake menggunakan formulasi 2.1 berdasarkan data rata-rata utilisasi satu pesawat dalam satuan cycle/day dan ratarata utilisasi brake yang pernah diperbaiki di workshop GMF dalam satuan cycle. Penentuan umur aktual brake diawali dengan perhitungan rata-rata utilisasi tiap pesawat B737 NG per hari menggunakan record data operasi pesawat selama 1 tahun yaitu pada tahun 2009. Selain diawali perhitungan utilisasi pesawat, juga ditentukan rata-rata utilisasi brake yaitu dengan cara mencari nilai rata-rata CSI untuk masing-masing jenis brake, baik brake BF Goodrich maupun brake Honeywell. Berikut contoh perhitungannya: (2.1) dengan: x cycles = rata-rata utilisasi brake u cycles/day = rata-rata utilisasi per pesawat per hari y days = rata-rata perkiraan umur brake.
Selanjutnya nilai umur aktual masingmasing brake tersebut digunakan sebagai dasar perhitungan untuk menentukan jumlah removal brake berdasarkan MTBR aktual. 2.2 Penentuan Estimasi Removal Brake berdasar MTBR Aktual Perhitungan perkiraan/estimasi jumlah brake yang akan turun/removal dari pesawat digunakan sebagai dasar untuk memperkirakan berapa unit brake yang akan rusak pada beberapa periode berikutnya. Perhitungan ini membutuhkan nilai umur aktual masing-masing jenis brake, yaitu umur brake tersebut selama bersirkulasi dari kondisi serviceable, unserviceable, sampai ke kondisi serviceable lagi dan waktu/jadwal penggantian terakhir komponen brake di pesawat. Nilai umur aktual brake yang telah diperoleh kemudian ditambahkan pada jadwal terakhir brake terpasang di pesawat (dalam satuan MMDDYY-1) sehingga menghasilkan jadwal perkiraan kapan brake itu diperkirakan akan turun untuk diperbaiki (dalam satuan MMDDYY-2). Perhitungan tersebut ditunjukkan oleh formulasi 2.2. (DDMMYY-2) = (DDMMYY-1) + umur brake (2.2) dengan: DDMMYY-1= jadwal penggantian terakhir brake di pesawat (tanggal-bulan-tahun) DDMMYY-2= jadwal perkiraan kapan removal brake (tanggal-bulan-tahun)
3
Setelah diketahui jadwal removal brake, data tersebut dikelompokkan menurut bulan dan tahun berdasarkan jadwal removalnya sehingga diperoleh klasifikasi dan pengelompokan per bulan dan tahun berapa jumlah brake yang akan removal pada waktu tersebut. Tujuannya untuk mengetahui berapa jumlah brake removal (dalam satuan unit brake assy/brake utuh) yang dibutuhkan selama beberapa periode ke depan sehingga dapat menentukan kebutuhan BDP yang harus disediakan untuk memenuhi kebutuhan. 2.3 Penentuan Estimasi Removal Brake berdasar MTBR Standar Teknik perencanaan penentuan removal brake yang kedua menggunakan perhitungan secara teoritis bersumber dari KLM Corporate Training (1997). Dengan diketahuinya nilai MTBR standar yang diperoleh dari manufacturer komponen, maka jumlah komponen brake yang diperkirakan akan turun (mengalami kerusakan) pada beberapa periode ke depan dapat dihitung. Perhitungan perkiraan/estimasi jumlah brake yang akan turun/removal dari pesawat berdasar MTBR standar digunakan sebagai dasar untuk memperkirakan berapa unit brake yang akan rusak pada periode 1 tahun ke depan. Perhitungan ini membutuhkan data jumlah armada pesawat yang diteliti, jumlah brake yang terpasang di tiap pesawat, utilisasi pesawat periode lalu (satuan flight hours), dan data MTBR standar brake yang diperoleh dari manufacturer. Nilai-nilai ini digunakan dalam perhitungan sesuai formulasi 2.3 untuk mendapatkan jumlah removal brake yang didasarkan pada MTBR standar, yaitu umur brake yang seharusnya bertahan di luar faktorfaktor lain yang mempengaruhi performansi brake (memperpendek umur pakai), misalnya kekasaran landasan pacu bandara, cara pilot menerbangkandan mendaratkan pesawat, dan lain-lain. Formulasi yang digunakan untuk menghitung nilai removal planned brake ini dapat dilihat pada formulasi 2.3. (2.3) dengan: R/year = expected removal sparepart dalam satu tahun QPA = quantity per aircraft yakni jumlah brake yang terpasang di pesawat FH per AC per year = jumlah jam terbang pesawat dalam satu tahun
Sehingga diperoleh jumlah brake yang
diperkirakan akan turun pada 1 tahun ke depan berdasarkan data MTBR standar dari manufacturer. Karena data jumlah brake removal yang dibutuhkan agar bisa dikonversikan ke penentuan perencanaan BDP adalah dalam satuan per bulan, maka nilai jumlah brake per tahun ini akan dibagi 12 sehingga diketahui jumlah kebutuhan perkiraan brake yang akan mengalami removal tiap bulan. Hasil perhitungan ini menunjukkan perkiraan penentuan removal brake untuk perencanaan jangka panjang. Hasil tersebut dapat dibandingkan dengan perencanaan jumlah removal brake berdasar data aktual yang ditentukan sebelumnya dalam satuan per bulan, apakah perencanaan tahunan yang dihitung secara teoritis sudah sesuai dengan perencanaan bulanan yang dihitung dari data aktual yang pernah terjadi. 2.4 Penentuan Kebutuhan BDP Ideal Perhitungan kebutuhan BDP ideal menghasilkan berapa each masing-masing jenis BDP yang harus diadakan untuk memenuhi perkiraan sejumlah brake yang akan removal selama 3 bulan ke depan. Perhitungan tersebut menggunakan beberapa formulasi yang diperoleh berdasarkan karakteristik dasar penentuan kebutuhan BDP di PT. GMF AA. Kebutuhan BDP ideal memiliki definisi BDP tersedia terus di store ketika workshop membutuhkannya (mencapai availabilitas material 100%). Beberapa langkah perhitungan untuk mendapatkan jumlah BDP yang dibutuhkan dimulai dengan penentuan jumlah brake unserviceable sampai penentuan safety stock yang merupakan langkah terakhir dari teknik perencanaan pengadaan BDP brake. 2.4.1 Penentuan Jumlah Brake Unserviceable Perhitungan untuk menentukan berapa jumlah kebutuhan BDP membutuhkan input jumlah brake assy di workshop dalam status SR01 (waiting for BDP) dan input jumlah removal brake yang diperkirakan akan turun/diganti selama 3 bulan ke depan. Perhitungannya menggunakan formulasi 2.4. Total = SR01 + Visit Next 3 Month (2.4) dengan: Total = Total brake, yaitu total jumlah brake yang membutuhkan BDP, terdiri atas jumlah brake dalam status menunggu ketersediaan BDP (SR01) dan jumlah brake yang
4
diperkirakan akan turun dari hasil perhitungan sebelumnya. SR01 = Jumlah brake yang tertahan di workshop karena menunggu ketersediaan BDP. Visit Next 3 Month = jumlah brake periode mendatang yang diperkirakan akan turun, sebagai hasil perhitungan perkiraan jumlah removal pada perhitungan sebelumnya.
2.4.2 Penentuan Jumlah BDP yang Tersedia di Store Perhitungan total jumlah BDP yang tersedia di store dapat dihitung dengan menggunakan formulasi 2.5. QtyTotal=QtyStock OH+AI Stock+QtyPO Open (2.5) dengan: QtyTotal = Quantity Total Stock, yaitu total jumlah BDP (satuan each) yang dimiliki saat ini atau yang masih tersedia di gudang, terdiri atas penjumlahan QtyStock OH, AI Stock, dan QtyPO Open. QtyStock OH = Quantity Stock on Hand, yaitu jumlah stok yang terdata di SAP yang menunjukkan stok aktual BDP yang ada di gudang saat ini (satuan each). AI Stock = Aero Inventory Stock, yaitu stok BDP yang di-consignment-kan. Consignment adalah proses dimana vendor menyediakan material tertentu agar selalu tersedia ketika GMF membutuhkannya sesuai kontrak antara vendor dengan GMF, vendor tersebut membuka gudang di GMF (satuan each). QtyPO Open = Quantity PO Open, yaitu jumlah BDP yang telah dipesan dan dijadwalkan akan datang namun belum masuk ke gudang karena masih dalam perjalanan, biasanya disebut purchase order (PO) open (satuan each).
2.4.3 Penentuan Jumlah BDP yang Dibutuhkan untuk Dipesan Perhitungan total jumlah BDP yang akan dipesan dapat dihitung dengan menggunakan formulasi 2.6. Req.PartQty = QtyTotal–(Qty/Assy*QtyU/S*IndexRemoval) (2.6) dengan: Req.PartQty = Required Part Quantity, yaitu jumlah BDP yang dibutuhkan untuk menyuplai maintenance brake removal yang direncanakan akan turun (satuan each). Qty/Assy = Quantity per Assy, yaitu jumlah BDP jenis X yang dibutuhkan untuk membentuk 1 unit brake assy (satuan each). Qty U/S = Quantity Unserviceable, yaitu jumlah brake assy rusak yang membutuhkan BDP, diperoleh dari penjumlahan brake assy status SR01 (waiting for BDP) di workshop dan
jumlah brake yang diperkirakan akan turun (removal) selama 3 bulan ke depan (brake assy). Index Removal = prosentase penggantian BDP X ketika ada brake yang rusak dan masuk workshop untuk diperbaiki (%).
2.4.4 Penentuan Index Removal tiap BDP Setiap jenis BDP yang menyusun sebuah brake assy memiliki jumlah dan index removal yang berbeda satu sama lain. Jumlah maksudnya adalah berapa each suatu BDP dibutuhkan untuk membentuk 1 brake assy, sedangkan index removal yang dimaksud adalah prosentase penggantian suatu jenis BDP ketika ada brake yang rusak dan masuk workshop untuk diperbaiki. Perhitungan index removal dapat dihitung dengan menggunakan formulasi 2.7. (2.7) Dengan: AvrgFreq.Usage ofBDP = Average frequency usage of BDP, rata-rata frekuensi pemakaian BDP X selama satuan waktu tertentu, misalnya 1 tahun (kali). AvrgFreq.Removal ofBrake=Average frequency removal of brake, rata-rata frekuensi brake rusak/masuk workshop untuk diperbaiki selama satuan waktu tertentu, misalnya 1 tahun (kali).
2.4.5 Penentuan Jumlah Paket BDP yang Dipesan Perhitungan jumlah paket BDP yang akan dipesan dapat dihitung dengan menggunakan formulasi 2.8. (2.8) dengan: Qty Order = quantity order, yaitu jumlah BDP yang akan dipesan/dibeli dalam satuan paket standar, misalnya n kardus BDP X (paket). Stand. Packed Qty = standard packed quantity, yaitu jumlah kemasan standar BDP X, misalnya 1 kardus BDP X berisi 50 each BDP X (each).
2.4.6 Penentuan Jumlah Each BDP yang Dipesan Perhitungan total jumlah BDP yang akan dipesan dapat dihitung dengan menggunakan formulasi 2.9. QtyOrderOverall = RoundUp(Qty Order)*Stand. Packed Qty (2.9) Dengan: Qty Order Overall = quantity order overall, yaitu jumlah total BDP yang akan dipesan/dibeli dalam satuan standar, misalnya 2 kardus BDP X berisi 50 each BDP X artinya
5
adalah jumlah total BDP X yang dipesan sebanyak 100 each (each)
2.4.7 Penentuan Stok Pengaman (Safety Stock-SS) Menurut Pujawan (2005), safety stock adalah persedian pengaman yang berfungsi untuk melindungi kesalahan dalam memprediksi permintaan selama lead time, sehingga safety stock akan benar-benar berfungsi jika permintaan sesungguhnya pada suatu periode lebih besar dari rata-rata permintaan. Permintaan yang bersifat probabilistik (distribusi normal) menyebabkan adanya kemungkinan persediaan habis (shortage) ketika pesanan belum datang. Safety stock dibuat untuk mengurangi kemungkinan terjadi shortage (out of stock) material dan akan mudah didapatkan jika data permintaan selama lead time berdistribusi normal. Safety stock dipengaruhi oleh lead time dan standar deviasi permintaan karena besarnya nilai safety stock tergantung pada ketidakpastian permintaan. Pada situasi normal, ketidakpastian permintaan biasanya diwakili dengan standar deviasi besarnya permintaan per periode. Oleh karena itu, perhitungan nilai SS diawali dengan perhitungan standar deviasi permintaan tiap BDP selama lead time (Sdl). Nilai Sdl dapat dicari dengan menggunakan formulasi 2.10, namun sebelumnya dihitung terlebih dahulu standar deviasi rata-rata permintaan tiap BDP per bulan dari data historis. Sdl = Sd
(l )
berfungsi untuk melindungi kesalahan dalam memprediksi permintaan selama lead time dihitung menggunakan formulasi 2.11. SS = Z x Sdl (2.11) keterangan: SS = safety stock Z = nilai dari service level sdl = standar deviasi permintaan selama l
3.
Metodologi Penelitian Penelitian ini merancang sebuah decision support system (DSS) yang memiliki fungsi sebagai alat perhitungan yang lebih ringkas (mudah dan cepat). DSS menghasilkan tools yang digunakan sebagai alat bantu pengambilan keputusan yang disebut dengan decision support tools (DST). Dalam penelitian ini, ada dua perhitungan utama yang dilakukan, yaitu perhitungan untuk menentukan jumlah removal brake dan jumlah kebutuhan BDP untuk menyuplai brake tersebut. Penentuan jumlah removal brake sendiri terdiri atas 2 perhitungan yakni penentuan jumlah removal brake berdasar MTBR aktual dan penentuan jumlah removal brake berdasar MTBR standar. Berikut ini adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam DSS yang dirancang mulai dari menentukan jumlah removal brake sampai menghasilkan nilai jumlah kebutuhan BDP tiap brake: Langkah 1:
Langkah 2 :
(2.10) Keterangan: l = lead time Sdl = standar deviasi permintaan selama l Sd = standar deviasi permintaan
Langkah 3 :
Nilai Z diperoleh dari nilai service level yang diinginkan, nilai tersebut diperoleh dari tabel distribusi normal. Tabel 2.1 menunjukkan nilai Z sesuai service level yang diinginkan atau ditargetkan.
Langkah 5 :
Langkah 4 :
Tabel 2.1 Nilai Z sesuai service level SL Zvalue SL Zvalue 90% 1,28 95% 1,65 91% 1.34 96% 1,75 92% 1,41 97% 1,88 93% 1,47 98% 2,05 94% 1,55 99% 2,33
Langkah 6 :
Selanjutnya dilakukan perhitungan untuk menentukan safety stock. Penentuan nilai safety stock sebagai persedian pengaman yang
Langkah 9 :
Langkah 7 :
Langkah 8 :
Masukkan data utilisasi pesawat dengan meng-klik tombol “input data pesawat”. Ketikkan bulan dan tahun pada kolom “base plan date” untuk meng-update data utilisasi pesawat. Menghitung rata-rata utilisasi pesawat per hari dengan meng-klik tombol “count” Masukkan data utilisasi brake dengan meng-klik tombol “input data brake”. Menghitung rata-rata utilisasi brake dengan meng-klik tombol “utilisasi brake” Menghitung umur aktual brake dengan meng-klik tombol “MTBR” Masukkan data jadwal penggantian terakhir brake di pesawatdengan meng-klik tombol “input data”. Menghitung jadwal brake kapan akan removal dengan meng-klik tombol “scheduled removal” Menghitung jumlah brake removal per bulan dengan meng-klik tombol “removal brake monthly”
6
Langkah 10:
Langkah 11:
Langkah 12:
Langkah 13:
Langkah 14:
Langkah 15: Langkah 16:
Langkah 17:
Langkah 18:
Menghitung rata-rata utilisasi pesawat per tahun dengan mengklik tombol “FH/year” Ketikkan part number brake yang akan di-provisioning-kan pada kolom “P/N” Masukkan data description, QPA, MTBR, TAT, S/L, dan FH/year dengan meng-klik tombol “input data standar”. Ketikkan jumlah pesawat yang menggunakan brake yang diteliti pada kolom “fleet size” Menghitung jumlah R/year, avrge R/month, AIP, dan CS-Plan dengan meng-klik tombol “R/year” Masukkan data jumlah brake SR01 Ketikkan bulan dasar dilakukan perencanaan pada kolom “base month plan” Menghitung jumlah kebutuhan BDP berdasar jumlah brake removal dari MTBR aktual dengan meng-klik tombol “Execute BDP Brake Monthly” Menghitung jumlah kebutuhan BDP berdasar jumlah brake removal dari MTBR standar dengan meng-klik tombol “Execute BDP Brake Yearly”
Langkah-langkah di atas merupakan langkah keseluruhan dalam DST yang dirancang untuk membantu merencanakan jumlah kebutuhan BDP brake. Agar lebih jelas, langkah-langkah tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Langkah 1: Langkah 2 : Langkah 3 : Langkah 4 : Langkah 5 : Langkah 6 : Langkah 7 : Langkah 8 : Langkah 9 : Langkah 10: Langkah 11: Langkah 12: Langkah 13: Langkah 14: Langkah 15: Langkah 16: Langkah 17: Langkah 18:
4.
Penentuan jumlah removal brake
Penentuan jumlah removal brake berdasar MTBR Aktual
Penentuan jumlah removal brake berdasar MTBR Standar Penentuan jumlah kebutuhan BDP
Penentuan jumlah kebutuhan BDP berdasar MTBR aktual dan standar
Hasil Running DSS Teknik perencanaan pengadaan break down part brake yang dijelaskan pada bagian 2
digunakan sebagai dasar untuk merancang sebuah decision support tools (DST) penelitian ini. DST tersebut digunakan sebagai alat bantu pengambilan keputusan yang memudahkan user dalam menentukan jumlah kebutuhan brake yang akan removal dan jumlah kebutuhan BDP yang harus disediakan untuk memenuhi brake tersebut pada beberapa periode mendatang agar tidak terjadi shortage availability di gudang workshop, baik kekurangan BDP yang dibutuhkan untuk proses maintenance suatu komponen, maupun kekurangan komponen brake utuh yang siap pakai karena banyak brake yang tertahan di workshop dalam keadaan SR01 disebabkan menunggu BDP tersedia. 4.1 Penentuan Jumlah Brake yang Removal pada Tahun 2010 berdasarkan MTBR Aktual Penentuan jumlah brake yang diperkirakan akan removal pada tahun 2010 berdasarkan MTBR aktual menggunakan beberapa tahap perhitungan dalam formulasi 2.1 dan formulasi 2.2 dilakukan melalui decision support tool yang telah dirancang dan menghasilkan hasil simulasi yang ditunjukkan pada Tabel 4.1. Data input yang digunakan dalam perhitungan ini adalah data rata-rata utlisasi pesawat dan utilisasi brake selama tahun 2009 yang menghasilkan umur brake (MTBR aktual). Simulasi ini dilakukan dengan kondisi jumlah stok BDP di gudang terakhir di-update tanggal 12 November 2009. Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Jumlah Brake Removal BF Goodrich dan Honeywell berdasar MTBR aktual menggunakan DST (unit brake) BFG 2010 (unit) Jan 3 Feb 14 Mar 1 Apr 5 Mei 5 Jun 9 Jul 7 Agust 2 Sep 8 Okt 3 Nop 9 Des 66
HON 2010 (unit) Jan Feb 1 Mar 4 Apr 8 Mei 4 Juni 9 Juli 1 Agust 3 Sep 6 Okt 5 Nop 11 Des 52
4.2 Penentuan Jumlah Brake yang Removal pada Tahun 2010 berdasarkan MTBR Standar Penentuan jumlah brake yang diperkirakan akan removal pada tahun 2010 berdasarkan MTBR standar menggunakan beberapa tahap perhitungan dalam formulasi 2.3 sehingga dapat
7
menghasilkan hasil yang ditunjukkan pada Tabel 4.2. Data input yang digunakan dalam perhitungan ini adalah data MTBR standar dari manufacturer, data QPA komponen brake, jumlah armada pesawat B737 NG Garuda Indonesia yang beroperasi, dan data utlisasi pesawat selama tahun 2009. Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Jumlah Brake Removal BF Goodrich dan Honeywell berdasar MTBR standar menggunakan DST (unit brake) BFG 2010 (unit) Jan 6 Feb 6 Mar 6 Apr 6 Mei 6 Jun 6 Jul 6 Agust 6 Sep 6 Okt 6 Nop 6 Des 6 72
HON 2010 (unit) Jan 4 Feb 4 Mar 4 Apr 4 Mei 4 Juni 4 Juli 4 Agust 4 Sep 4 Okt 4 Nop 4 Des 4 48
4.3 Perbandingan Jumlah Brake Removal Tahun 2010 berdasarkan MTBR Aktual dan MTBR Standar Hasil simulasi perhitungan perencanaan jumlah brake removal pada bagian 2.2 dan 2.3 dengan hasil yang ditunjukkan pada bagian 4.1 dan 4.2 selanjutnya akan dibandingkan. Hasil perbandingan jumlah brake removal tahun 2010 berdasarkan MTBR aktual dan MTBR standar tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Perbandingan Jumlah Removal Aktual dan Standar Tahun 2010 (unit brake) BFG 2010 (aktual) Jan 3 Feb 14 Mar 1 Apr 5 Mei 5 Jun 9 Jul 7 Agust 2 Sep 8 Okt 3 Nop 9 Des 66
BFG 2010 (standar) Jan 6 Feb 6 Mar 6 Apr 6 Mei 6 Jun 6 Jul 6 Agust 6 Sep 6 Okt 6 Nop 6 Des 6 72 6
HON 2010 (aktual) HON 2010 (standar) Jan Jan 4 Feb 1 Feb 4 Mar 4 Mar 4 Apr 8 Apr 4 Mei 4 Mei 4 Juni 9 Juni 4 Juli 1 Juli 4 Agust 3 Agust 4 Sep 6 Sep 4 Okt 5 Okt 4 Nop 11 Nop 4 Des Des 4 52 48 -4
4.4 Penentuan Jumlah Kebutuhan BDP per 3 Bulan selama Tahun 2010 berdasarkan Jumlah Brake Removal MTBR Aktual Simulasi ini dilakukan dengan kondisi jumlah stok BDP di gudang terakhir di-update tanggal 12 November 2009. Perhitungan dilakukan menggunakan formulasi 2.4 sampai formulasi 2.9. Penentuan jumlah kebutuhan BDP per 3 bulan untuk kebutuhan tahun 2010
diawali dengan penentuan jumlah brake yang diperkirakan akan removal dalam 3 bulan mendatang sejak base month plan yang menjadi waktu dasar kapan perencanaan BDP yang berdasarkan MTBR aktual dilakukan. Simulasi perencanaan dilakukan pada bulan Desember 2009, Maret 2010, Juni 2010, dan September 2010. 1. Waktu Dasar Perencanaan: Desember 2009 Perencanaan BDP dilakukan untuk kebutuhan brake yang diperkirakan removal pada 3 bulan berikutnya yaitu bulan Januari 2010-Maret 2010. 2. Waktu Dasar Perencanaan: Maret 2010 Perencanaan BDP dilakukan untuk kebutuhan brake yang diperkirakan removal pada 3 bulan berikutnya yaitu bulan April 2010-Juni 2010. 3. Waktu Dasar Perencanaan: Juni 2010 Perencanaan BDP dilakukan untuk kebutuhan brake yang diperkirakan removal pada 3 bulan berikutnya yaitu bulan Juli 2010-September 2010. 4. Waktu Dasar Perencanaan: September 2010 Perencanaan BDP dilakukan untuk kebutuhan brake yang diperkirakan removal pada 3 bulan berikutnya yaitu bulan September 2010-Desember 2010. 4.5 Penentuan Jumlah Kebutuhan BDP per 3 Bulan selama Tahun 2010 berdasarkan Jumlah Brake Removal MTBR Standar Penentuan jumlah kebutuhan BDP per 3 bulan untuk kebutuhan tahun 2010 diawali dengan penentuan jumlah brake yang diperkirakan akan removal dalam 3 bulan mendatang sejak base month plan yang menjadi waktu dasar kapan perencanaan berdasar MTBR aktual dilakukan. Simulasi perencanaan dilakukan pada bulan Desember 2009, Maret 2010, Juni 2010, dan September 2010. Simulasi ini dilakukan dengan kondisi jumlah stok BDP di gudang terkahir di-update tanggal 12 November 2009. Untuk sistem perhitungan berdasar MTBR standar karena hasil perencanaannya berupa jumlah removal brake dalam satuan tahun, maka jumlah removal brake per bulan diperoleh dari jumlah removal brake dibagi 12 sehingga menghasilkan nilai jumlah removal brake yang sama per bulannya dalam 1 tahun 2010. Oleh karena itu, hasil perencanaan ditampilkan dalam satu tabel untuk merepresentasikan hasil simulasi perencanaan dengan base month plan
8
Desember 2009, Januari 2010, Maret 2010, dan September 2010. 4.6 Penentuan Safety Stock tiap BDP Hasil simulasi perhitungan persediaan pengaman (safety stock) dan titik pemesanan kembali (reorder point) BDP brake pesawat B737 NG digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk mengetahui jumlah kebutuhan break down part dengan mempertimbangkan kebutuhan BDP selama periode lead time pengadaan. Kebutuhan BDP yang direncanakan termasuk dalam persediaan pengaman (safety stock) yang ditentukan untuk mengamankan persediaan agar ketika periode menunggu pesanan BDP datang, tidak terjadi kekurangan atau bahkan kehabisan persediaan. Penentuan tersebut merupakan pengembangan perhitungan kebutuhan BDP yang memasukkan parameter service level yang ditargetkan atau diinginkan. 5. Analisis dan Pembahasan Analisis dan pembahasan penelitian ini membahas mengenai sistem perencanaan pengadaan perbaikan yang diusulkan dan hubungan antar variabelnya, perancangan decision support tools (DST), serta analisis hasil perhitungan perencanaan menggunakan DST berupa jumlah brake yang akan removal dan jumlah kebutuhan BDP. 5.1 Analisis Usulan Sistem Perencanaan Pengadaan Perbaikan Sistem perencanaan pengadaan perbaikan yang memperhatikan nilai keandalan dari komponen brake dirancang sebagai sebuah usulan untuk memperbaiki perencanaan eksisting yang dilakukan di PT. GMF Aeroasia. Perencanaan eksisting dilakukan secara rutin dan penentuan perencanaan tersebut pun berdasar pada permintaan kebutuhan material yang dipesan oleh bagian produksi ke unit TMM (unit yang menangani pengadaan material brake). Jadi ketika ada permintaan, perencanaan dan pemesanan material ke supplier/vendor baru akan diproses sehingga sangat riskan terjadi kekurangan material (shortage availability). Brake sebagai komponen rotable yang memiliki batas umur penggunaan dan termasuk komponen yang dapat diperbaiki menjadi dasar perancangan sistem perencanaan pengadaan baru yang memperhatikan keandalan dari komponen brake tersebut. Keandalan yang
dimaksud adalah umur pakai brake yaitu mean time between removal yang bisa diperkirakan dan menjadi dasar untuk mengestimasi jumlah brake removal yang akan datang sehingga kebutuhan material/BDPnya dapat disiapkan lebih awal untuk menghindari terjadinya shortage. Jadi, selain perhitungan perencanaan pengadaan brake sebelumnya (sistem perencanaan eksisting) hanya menggunakan data rata-rata penggunaan dan kurang memperhatikan reliability dari brake, proses perhitungan sistem perencanaan usulan ini awalnya dilakukan secara manual dan membutuhkan waktu lama karena banyaknya variabel atau parameter input yang harus diperhatikan. Data mentah yang diolah dan digunakan sebagai dasar dalam penentuan perencanaan pengadaan break down part dan perkiraan jumlah removal brake yang akan turun pada penelitian ini diperoleh dari data SAP dan beberapa sumber aktual lain untuk memvalidasi datanya. Data ini diolah melalui perhitungan yang diusulkan dan digunakan dalam penelitian. Keputusan mengenai penentuan jumlah removal brake yang diperkirakan dimodelkan dalam bentuk decision support systems (DST) sehingga ketika dilakukan pengadaan break down part komponen lain yang memiliki karakteristik sama dengan brake, tools DST ini masih dapat digunakan. Perhitungan ini ditujukan untuk mengetahui berapa jumlah brake removal (dalam satuan brake assy) yang dibutuhkan selama beberapa periode ke depan untuk menghitung kebutuhan BDP yang harus disediakan agar dapat memenuhi kebutuhan brake yang diperkirakan akan remove. Teknik perencanaan yang menghasilkan jumlah removal brake ini dapat divalidasi dengan jumlah brake yang direncanakan akan turun yang didasarkan pada kondisi fisik brake yang di-update oleh unit line maintenance yang bekerja di appron. Teknik perencanaan penentuan removal brake yang kedua menggunakan perhitungan secara teoritis bersumber dari KLM Corporate Training (1997). Dengan diketahuinya nilai MTBR standar yang diperoleh dari manufacturer komponen tersebut, maka jumlah komponen brake yang diperkirakan akan turun (mengalami kerusakan) pada beberapa periode ke depan dapat dihitung. Nilai removal brake tersebut dapat merepresentasikan kebutuhan brake assy secara keseluruhan yang harus dipenuhi kebutuhan material/BDPnya, yang meliputi brake assy yang ada di gudang pusat atau home
9
base dan kebutuhan brake assy yang akan digunakan untuk allotment, yaitu kebutuhan sparepart komponen pesawat yang ditempatkan di gudang daerah (outstation). Pada kondisi eksisting, penentuan jumlah persediaan dalam satuan brake assy yang ditempatkan di outstation ditentukan melalui meeting yang melibatkan pihak GMF, manajemen Garuda Indonesia, dan maintenance manager masingmasing outstation. Jumlah persediaan brake ditempatkan di 3 stasiun besar yang telah ditentukan, yaitu sebanyak 1 unit brake di masing-masing stasiun. Ketersediaan komponen di gudang daerah tersebut selalu dijaga agar tercapai tingkat availabilitas komponen 100% dengan cara pengisian persediaan di outstation secara langsung ketika komponen/sparepart di tempat tersebut digunakan. Hal ini dilakukan dengan cara menyuplai kebutuhan outstation dari persediaan di home base, misalnya dengan cara mengirim langsung brake tersebut oleh unit logistik TM atau dengan menitipkan brake tersebut ke pesawat Garuda Indonesia atau pesawat dari maskapai lain dengan rute menuju ke stasiun (outstation) yang persediaannya kosong. Karena ketersediaan yang diusahakan dapat langsung terpenuhi inilah kebutuhan persediaan komponen cadangan yang serviceable di gudang daerah (outstation) ditentukan oleh perencanaan persediaan brake assy yang serviceable yang tepat di gudang pusat (home base). Dan persediaan brake serviceable ini didukung oleh ketersediaan material/BDP yang baik agar availabilitas komponen brake tersebut mendekati 100% (tersedia terus ketika dibutuhkan). Teknik perencanaan pengadaan break down part brake pesawat dimulai dengan perkiraan jumlah removal brake yang diperkirakan akan turun/remove selama beberapa periode ke depan. Penentuan jumlah brake yang akan mengalami removal diawali dengan penentuan tingkat keandalan brake yang dinyatakan dalam bentuk mean time between removal (MTBR), yaitu MTBR aktual dan MTBR standar. Dari masing-masing perhitungan akan diketahui berapa jumlah removal yang dibutuhkan sebagai input perhitungan penentuan jumlah BDP yang dibutuhkan selanjutnya. Adapun perhitungan untuk menentukan berapa jumlah kebutuhan BDP membutuhkan input jumlah brake assy di workshop dalam status SR01 (waiting for BDP) dan input jumlah
removal brake yang diperkirakan akan turun/diganti selama 3 bulan ke depan. Perencanaan pengadaan BDP dilakukan setiap 3 bulan untuk memenuhi kebutuhan maintenance brake yang direncanakan akan remove selama 3 bulan ke depan dari bulan yang menjadi dasar waktu perencanaan dilakukan. Perhitungan BDP ini menghasilkan berapa each masing-masing jenis BDP yang harus diadakan untuk memenuhi perkiraan sejumlah brake yang akan removal selama 3 bulan ke depan. 5.2 Analisis Hubungan antar Variabel dalam Rancangan Usulan Sistem Perencanaan Perbaikan Dalam merancang sebuah model alat bantu pengambilan keputusan diperlukan identifikasi dan pemahaman mengenai sistem eksisting yang diamati. Kondisi yang diamati yaitu sistem perencanaan pengadaan dan keterkaitan beberapa variabel dalam sistem perhitungan perencanaan baru yang dimodelkan. Beberapa variabel yang digunakan dalam sistem perhitungan perencanaan pada penelitian ini antara lain: utilisasi pesawat, utilisasi brake, mean time between removal brake, fleet size (jumlah armada), dan lain-lain. Besar kecilnya variabel ini akan mempengaruhi hasil akhir yang didapatkan. Dua hal yang menjadi dasar perhitungan utama dalam penelitian ini adalah jumlah removal per year dan jumlah removal per month, keduanya menjadi variabel yang dibandingkan dalam perhitungan perencanaan pengadaan break down part (BDP). Gambaran variabel-variabel tersebut dan hubungannya dalam sistem perhitungan perencanaan yang diusulkan dapat dilihat pada Gambar 5.1. Gambar 5.1 menunjukkan hubungan antar variabel yang digunakan dalam sistem perhitungan perencanaan di penelitian ini. Misalnya variabel jumlah removal per year dipengaruhi oleh variabel utilisasi per pesawat (jumlah jam terbang/flight hours) per tahun, jumlah armada yang beroperasi pada tahun tersebut, jumlah komponen brake yang terpasang di pesawat, dan nilai laju rata-rata antar kerusakan sparepart brake (mean time between removal-MTBR) dari manufacturer dalam satuan flight hours/FH. Variabel-variabel yang mempengaruhi jumlah removal per year tersebut kecuali MTBR, berbanding lurus dengan jumlah removal per year, yang artinya semakin tinggi nilai variabel-variabel tersebut maka semakin tinggi pula jumlah removal per
10
year yang terjadi. Sedangkan pada nilai MTBR, semakin tinggi nilai MTBR suatu komponen brake, maka komponen tersebut diperkirakan akan jarang mengalami kerusakan dan nilai MTBR ini berbanding terbalik dengan jumlah removal per year. Utilisasi brake (cycle) Utilisasi per AC (FH/year)
+
+
+ Fleet Size Jumlah Removal per Year (brake assy)
Quantity per A/C
+ +
+ +
Stock BDP On Hand
+
Index Removal
+ Jumlah Removal per Month (brake assy) Brake Changed on Date
+
Perencanaan BDP (Break Down Part)
+
+
Utilisasi per AC (cycle/day)
-
+
-
MTBR komponen (FH)
+
Umur Brake (MTBR Aktual)
+
Quantity per Assy
+
+ Quantity Brake SR01
+
Gambar 5.1 Hubungan dan Pengaruh Variabel dalam Perhitungan Jumlah Kebutuhan BDP Variabel jumlah removal per month dipengaruhi oleh dua variabel yaitu tanggal penggantian terakhir suatu brake di pesawat (brake changed on date) dan dipengaruhi oleh umur pakai/performansi dari brake tersebut (MTBR aktual). Umur pakai brake (MTBR aktual) itu sendiri dipengaruhi oleh dua variabel utama, yaitu utilisasi aktual brake (cycle) dan utilisasi aktual pesawat (cycle/day). Variabel utilisasi brake berbanding lurus terhadap umur brake yang artinya semakin banyak utilisasi suatu brake (cycle lebih panjang), maka semakin lama pula umur brake tersebut dapt beroperasi. Adapun variabel-variabel yang berbanding terbalik adalah variabel utilisasi pesawat dengan umur brake dan umur brake dengan jumlah removal per month. Semakin banyak pesawat take-off dan landing, maka semakin pendek umur suatu brake karena brake tersebut akan sering dipakai. Seperti halnya semakin panjang umur suatu brake beroperasi maka semakin sedikit jumlah removal per month brake tersebut. Kedua sistem perhitungan jumlah removal brake ini (dalam satuan waktu per tahun dan per bulan) menjadi input untuk perhitungan perencanaan break down part (BDP). Semakin tinggi jumlah removal maka semakin tinggi pula jumlah BDP yang harus disediakan, karena apabila jumlah komponen brake yang diperkirakan akan mengalami kerusakan tinggi maka semakin tinggi pula jumlah material/BDP yang harus dipersiapkan. Selain jumlah removal, variabel lain yang mempengaruhi perhitungan perencanaan jumlah BDP adalah jumlah stok yang masih tersedia di
store, prosentase penggantian BDP tersebut ketika suatu brake mengalami kerusakan dan masuk ke workshop untuk diperbaiki (index removal), jumlah BDP per satu unit brake utuh, dan jumlah brake unit yang sedang tertahan di workshop dalam keadaan SR01 (menunggu ketersediaan BDP). Hubungan antara variabel index removal, jumlah BDP per unit brake, dan variabel jumlah brake status SR01 terhadap variabel jumlah kebutuhan BDP adalah berbanding lurus. Semakin tinggi variabel index removal, jumlah BDP per unit brake, dan variabel jumlah brake status SR01, maka semakin tinggi pula jumlah kebutuhan BDP yang harus diadakan/dibeli. Hubungan yang berbanding terbalik yaitu antara jumlah BDP dengan jumlah stok BDP yang tersedia di store karena semakin banyak stok BDP di store maka akan semakin sedikit kebutuhan BDP yang harus dibeli/diadakan. Adapun perhitungan jumlah kebutuhan BDP tersebut belum memasukkan parameter service level yang ditargetkan, service level dapat direpresentasikan sebagai prosentase seberapa besar pemenuhan permintaan yang dapat dipenuhi oleh perusahaan dan seberapa besar probabilitas terjadinya stock out/shortage material. Selain itu, jumlah kebutuhan BDP tersebut merupakan nilai yang belum memperhitungkan permintaan material yang akan muncul selama periode lead time pengadaan, sehingga dibutuhkan persediaan tambahan untuk menghindari terjadinya shortage material/BDP, persediaan inilah yang dinamakan safety stock. Safety stock dipengaruhi oleh nilai service level yang digunakan dan standar deviasi permintaan selama lead time pengadaan. Adapun standar deviasi permintaan selama lead time pengadaan dipengaruhi oleh lead time pengadaan dan standar deviasi permintaan, yang diperoleh dari data permintaan historis masing-masing BDP beberapa periode sebelumnya. Seluruh variabel yang digunakan dalam perhitungan safety stock ini memiliki hubungan berbanding lurus yang artinya, semakin tinggi salah satu variabel perhitungan, maka semakin tinggi pula variabel yang dipengaruhi oleh variabel tersebut. Sebagai contoh, semakin tinggi nilai service level maka semakin tinggi pula nilai Znya. Nilai Z yang semakin tinggi maka semakin tinggi pula hasil perhitungan safety stock BDPnya. Untuk mempermudah pemahaman, hubungan beberapa variabel dalam penentuan safety stock
11
BDP brake dapat dilihat pada Gambar 5.2. Standar deviasi permintaan historis
Service Level yang digunakan
+
+
+ +
Nilai Z berdasar Serice Level
+
Standar Deviasi permintaan selama lead time pengadaan
+
+
+
+
Lead time pengadaaan
+
Perhitungan Safety Stock per BDP
Gambar 5.2 Hubungan dan Pengaruh Variabel dalam Perhitungan Safety Stock BDP
5.3 Analisis Perancangan DST Penelitian ini merancang sebuah decision support system (DSS) yang memiliki fungsi sebagai alat perhitungan yang lebih ringkas (mudah dan cepat) dalam melakukan analisis sensitivitas. DSS menghasilkan sebuah tools yang digunakan sebagai alat bantu pengambilan keputusan yang disebut dengan decision support tools. DST ini juga dapat membantu seorang pengambil keputusan untuk lebih cepat dalam memutuskan proses perencanaan pengadaan sparepart. DST ini mampu memprediksi kapan suatu sparepart (dalam hal ini brake) akan turun selama beberapa periode ke depan, sehingga kebutuhan dan pembelian sparepart maupun materialnya dapat direncanakan dengan baik. DSS pada penelitian ini dirancang dengan bahasa pemrograman Visual Basic Application for Microsoft Excel. Bahasa pemrograman ini dipilih karena VBA dapat dioperasikan dengan menggunakan software Microsoft Excel yang lebih sering dioperasikan, lebih familiar, dan user friendly interface. Untuk menggunakan decision support system ini, user tidak perlu melakukan installing software khusus, cukup dengan cara mengaktifkan developer untuk memunculkan aplikasi VBA. Pembuatan DST ini memberikan alternatif dalam menentukan kapan suatu komponen brake pesawat diperkirakan akan turun sehingga dapat disiapkan lebih awal dan tepat waktu dalam mengadakan BDP yang dibutuhkan untuk proses maintenance brake di workshop. Keputusan ditentukan oleh besarnya jumlah removal yang akan terjadi. Dalam DSS ini juga bisa dilakukan analisis sensitivitas mengenai sampai sejauh mana suatu keputusan berubah terhadap perubahan variabelvariabel yang telah didefinisikan sebelumnya. Variabel yang dirancang untuk dapat dilakukan simulasi perubahan diantaranya
adalah fleet size (jumlah pesawat), utilisasi pesawat, base month plan (bulan saat dilakukan perencanaan BDP), dan beberapa variabel input yang lain. Namun dalam simulasi perhitungan yang dilakukan, sensitivitas hanya dilakukan untuk membandingkan sistem perencanaan berdasarkan MTBR aktual dan MTBR standar. Dari DST (Decision Support Tools) yang telah dibuat didapatkan bahwa hasil dari perhitungan DST ini tidak berbeda dengan hasil perhitungan secara manual. DST yang telah dibuat khusus dirancang sebagai alat bantu pengambilan keputusan dalam proses perencanaan jumlah dan kapan suatu brake diperkirakan akan removal. DST ini dirancang khusus untuk mengetahui jumlah removal dan jumlah BDP untuk menyuplai kebutuhan brake tersebut untuk kebutuhan beberapa periode berikutnya. DST yang telah dirancang memiliki decision variable yang dapat dikendalikan yakni utilisasi pesawat dan kapan perencanaan tersebut dilakukan. DST yang telah dibuat fleksibel terhadap peningkatan jumlah pesawat dan jenisnya sehingga tidak hanya terbatas pada empat pesawat dengan tipe 737 NG dengan jumlah PN penelitian tertentu. DST ini juga mengakomodasi kebutuhan break down part dengan memperhatikan keadaan existing break down part yang ada di workshop GMF. Dengan DST ini berapa jumlah brake yang mengalami removal pada waktu mendatang dapat diramalkan dengan memperhatikan umur brake tersebut (mean time between removal). Namun DST yang dirancang pada penelitian ini tidak sampai pada sistem penentuan biaya dan waktu dilakukan pengadaan BDP. Selain itu, proses kerja DST ini juga memerlukan data historis yang harus di-update secara periodik mengingat hampir semuanya berkaitan dengan stok atau variabel lain dalam perhitungan material yang berubah setiap waktu. 5.4 Analisis Hasil Perhitungan Perencanaan Menggunakan DST Analisis hasil perencanaan dilakukan untuk dua hasil sistem perhitungan dalam decision support tools (DST) yang dirancang, yaitu berupa jumlah brake yang diperkirakan mengalami removal dan jumlah kebutuhan break down part untuk memenuhi brake yang akan removal tersebut. Analisis tersebut dilakukan terhadap 2 jenis steel brake pesawat Boeing 737 NG yang menjadi fokus amatan
12
yaitu brake BF Goodrich (P/N 2-1587-1) dan brake Bendix (P/N 2612312-1).
finding-finding kerusakan, kondisi landasan yang kurang baik, dan lain-lain.
5.4.1 Analisis Jumlah Brake yang Diperkirakan Mengalami Removal pada Tahun 2010 Berdasarkan simulasi perhitungan perencanaan jumlah brake yang diperkirakan mengalami removal selama tahun 2010, dilakukan perbandingan hasil perencanaan yang didasarkan pada sistem MTBR yang digunakan. Sistem perhitungan perkiraan jumlah removal untuk tahun 2010 berdasarkan MTBR aktual menghasilkan total jumlah removal brake dari bulan Januari-Desember 2010 sebanyak 66 unit brake assy (brake utuh) untuk brake BF Goodrich dan sebanyak 52 unit brake assy untuk brake Honeywell. Sedangkan sistem perhitungan perkiraan jumlah removal untuk tahun 2010 berdasarkan MTBR standar menghasilkan total jumlah removal brake dari bulan Januari-Desember 2010 sebanyak 72 unit brake assy (brake utuh) untuk brake BF Goodrich dan sebanyak 48 unit brake assy untuk brake Honeywell. Dari hasil tersebut, diperoleh informasi bahwa terdapat perbedaan/gap di antara kedua jumlah removal brake. Untuk jenis brake BF Goodrich, jumlah removal brake berdasarkan perencanaan jangka panjang (tahunan) yaitu berdasarkan MTBR standar lebih banyak daripada perencanaan jumlah removal brake berdasarkan data aktual yaitu MTBR aktual brake yang pernah diperbaiki di workshop PT. GMF AA. Selisih keduanya sebanyak 6 unit brake, dasar MTBR standar lebih banyak daripada dasar MTBR aktual. Hal ini dapat disebabkan pada bulan Desember 2010 tidak ada brake yang mengalami removal. Selain itu dapat juga dipengaruhi kondisi pilot, usaha peningkatan keandalan komponen oleh unit engineering perusahaan, dan lingkungan yang mendukung lebih lamanya umur operasi brake. Untuk jenis brake Honeywell, jumlah removal brake berdasarkan perencanaan jangka panjang (tahunan) yaitu berdasarkan MTBR standar lebih sedikit daripada perencanaan jumlah removal brake berdasarkan data aktual yaitu MTBR aktual brake yang pernah diperbaiki di workshop PT. GMF AA. Selisih keduanya sebanyak 4 unit brake, dasar MTBR standar lebih sedikit daripada dasar MTBR aktual. Hal ini dapat disebabkan kondisi pilot dalam mengoperasikan pesawat, adanya
5.4.2 Analisis Jumlah Kebutuhan BDP per 3 Bulan selama Tahun 2010 Berdasarkan simulasi perhitungan perencanaan jumlah BDP yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan brake yang akan turun selama tahun 2010, diketahui bahwa jumlah break down part (BDP) brake akan bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah removal brake yang diperkirakan. Hasil sistem perencanaan pengadaan kebutuhan BDP dilakukan tiap 3 bulan sehingga dalam satu tahun, terdapat 4 kali perencanaan pengadaan BDP. Perencanaan BDP yang menggunakan jumlah removal brake berdasarkan MTBR aktual memiliki variasi jumlah removal brake di tiap bulan, mulai Januari sampai Desember 2010. Hal ini disebabkan sistem perencanaan tersebut benar-benar didasarkan pada kondisi aktual brake yang pernah diperbaiki di workshop. Nilainya berbeda di tiap bulannya karena hal ini bergantung pada tanggal/jadwal terakhir pemasangan brake di pesawat yang akan di-update secara terus menerus. Selain itu juga dipengaruhi utilisasi pesawat yang setiap bulan akan berubah sesuai kondisi aktual armada Garuda Indonesia beroperasi dan bergantung pula pada utilisasi brake yang turun dan didata di bagian receiving dan workshop brake. Sedangkan untuk hasil sistem perencanaan BDP yang menggunakan jumlah removal brake berdasarkan MTBR standar memiliki jumlah removal brake di tiap bulan yang sama, mulai Januari sampai Desember 2010. Hal ini disebabkan sistem perencanaan berdasar data standar dihitung dalam satuan tahuan sehingga untuk mengetahui kebutuhan BDP per bulan yang membutuhkan input estimasi jumlah removal brake dalam satuan bulanan, jumlah removal per bulan sistem dengan dasar MTBR standar ini dapat diperoleh dengan cara membagi 12 jumlah removal tahunan. Akibatnya, jumlah removal brakenya akan sama di setiap bulan selama tahun 2010. Hasil kebutuhan BDP yang direncanakan juga mengikuti jumlah removal 3 bulan setelah bulan dilakukan perencanaan pengadaan. Perhitungan perencanaan pengadaan jumlah BDP menurut jumlah brake yang diperkirakan mengalami removal tersebut kurang mempertimbangkan nilai service level
13
yang diinginkan atau ditargetkan perusahaan, nilai service level ini digunakan dalam penentuan persediaan pengaman (safety stock) break down part brake pesawat B737 NG yang ditentukan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya shortage BDP. Safety stock adalah persedian pengaman yang berfungsi untuk melindungi kesalahan dalam memprediksi permintaan selama lead time, sehingga safety stock akan benar-benar berfungsi jika permintaan sesungguhnya pada suatu periode lebih besar dari rata-rata permintaan. Permintaan yang bersifat probabilistik (distribusi normal) menyebabkan adanya kemungkinan persediaan habis (shortage) ketika pesanan belum datang. Safety stock dibuat untuk mengurangi kemungkinan terjadi shortage (out of stock) material dan akan mudah didapatkan jika data permintaan selama lead time berdistribusi normal. Oleh karena itu, perlu ditambahkan perhitungan safety stock tiap BDP dengan membutuhkan data service level, standar deviasi rata-rata permintaan BDP, dan lead time pengadaan tiap BDP dari supplier. Nilai safety stock untuk setiap BDP yang diperoleh tidak jauh berbeda dengan nilai kebutuhan BDP yang direncanakan untuk diadakan, hal ini terjadi karena safety stock diperoleh dari standar deviasi permintaan BDP beberapa periode lalu yang dikalikan dengan nilai Z yang diperoleh berdasarkan service level yang digunakan dan akar lead time pengadaan BDP. Sehingga untuk masing-masing BDP, dapat dilihat perbandingan antara nilai jumlah kebutuhan hasil sistem perencanaan pengadaan BDP berdasarkan jumlah removal brake dengan hasil perhitungan safety stock, kedua nilai tersebut tidak jauh berbeda. Nilai hasil perhitungan safety stock umumnya lebih besar daripada nilai hasil perhitungan sistem perencanaan pengadaan BDP yang dirancang, hal ini disebabkan perhitungan safety stock memperhitungkan jumlah permintaan yang muncul selama periode waktu lead time pengadaan (menunggu pesanan material/BDP datang).
6. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang dapat ditarik sesuai tujuan penelitian yaitu : 1. Sistem perencanaan pengadaan usulan perbaikan yang memperhatikan aspek keandalan MTBR aktual dengan menggunakan decision support tools menghasilkan perkiraan jumlah brake yang removal untuk tahun 2010 sebanyak 66 unit brake assy (brake utuh) untuk brake BF Goodrich dan sebanyak 52 unit brake assy untuk brake Honeywell. 2. Untuk jenis brake BF Goodrich, jumlah removal brake berdasarkan perencanaan jangka panjang (tahunan) yaitu berdasarkan MTBR standar lebih banyak 6 unit brake assy daripada perencanaan jumlah removal brake berdasarkan data aktual brake. 3. Sistem perencanaan pengadaan usulan perbaikan yang memperhatikan aspek keandalan MTBR aktual dengan menggunakan decision support tools menghasilkan perkiraan jumlah brake yang removal untuk tahun 2010 sebanyak 72 unit brake assy (brake utuh) untuk brake BF Goodrich dan sebanyak 48 unit brake assy untuk brake Honeywell. 4. Untuk jenis brake Honeywell, jumlah removal brake berdasarkan perencanaan jangka panjang (tahunan) yaitu berdasarkan MTBR standar lebih sedikit 4 unit brake daripada perencanaan jumlah removal brake berdasarkan data aktual yaitu MTBR aktual brake. 5. Jumlah break down part yang akan diadakan ditentukan oleh jumlah brake yang diperkirakan akan removal dan disesuaikan dengan jumlah stok yang tersimpan di store GMF, dihitung untuk memenuhi kebutuhan 3 bulan ke depan. 6. Perencanaan BDP yang menggunakan jumlah removal brake berdasarkan MTBR aktual memiliki jumlah removal brake di tiap bulan yang bervariasi sehingga jumlah BDP yang diadakan setiap 3 bulan berbeda selama 4 kali perencanaan dalam 1 tahun. Perencanaan BDP yang menggunakan jumlah removal brake berdasarkan MTBR standar memiliki jumlah removal brake di tiap bulan yang sama sehingga jumlah BDP yang diadakan setiap 3 bulan sama selama 4 kali perencanaan dalam 1 tahun.
14
7. Daftar Pustaka Amala, B. 2009. Pengembangan Alat Bantu Pengambilan Keputusan Pengelolaan Sparepart pada Provisioning 737 NG (Studi Kasus PT. GMF Aeroasia). Tugas Akhir Teknik Industri, Surabaya. Baroto, T. 2002. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Jakarta: Ghalia Indonesia. Batchoun, P., Ferland, J. A., dan Cleroux, R.. 2003. Allotment of Aircraft Spareparts Using Genetic Algorithms. Pesquisa Operacional v.23, n.1, p. 141-159. Rio Janeiro. Bussmann, J., Schmidt, T., dan Bauer, A. 2007. Strategies and Tactics in Supply Chain Event Management: Proactive Event Management in the Supply Chain of Aircraft Spareparts. Germany: Springer Berlin Heidelberg. Datum, E. 2008. SAP.
. Diakses: 08 Oktober 2009. Derosa, L. 2009. Reliability for Relativistic Spacecraft. Acta Astronautica 64. 152-165. Dhohiry, A.C.F. 2009. Analisis Implementasi Configuration Control (Studi Kasus PT. GMF Aeroasia). Tugas Akhir Teknik Industri, Surabaya. Dwiningsih, N. 2007. Pemeliharaan Reliabilitas serta Konsep Manajemen Proyek. Bahan Ajar Mata Kuliah STEKPI, Jakarta. Ghobbar, A.A. dan Friend, C.H. 2002. Sources of Intermittent Demand for Aircraft Spareparts within Airline Operations. Journal of Air Transport Management 8. Page 221-331. GMF. 2008. Laporan Tahunan 2008 GMF Aeroasia. GMF Aeroasia, Jakarta. Gupta, P.,Bazargan, M., dan McGrath, R.N. 2003. Simulation Model for Aircraft Line Maintenance Planning. Florida USA: Embry-Riddle Aeronautical University, Daytona Beach. Kilpi, J. 2008. Sourcing of Availability Services: Case Aircraft Components Support. EVersion Helsinki School of Economics Working Paper. Finlandia: HSE Print 2008. Kinnison, H.A. 2004. Aviation Maintenance Management. New York USA: The McGraw Hill Companies. KLM. 1997. Inventory Control for Garuda. KLM Corporate Training. KLM Royal Dutch Airlines. Kranenburg, A.A. 2006. Spareparts Inventory
Control Under System Availability Constraints. Belanda: Technische Universiteit Eindhoven. Kulungian, B. 2005. Component Reliability. Maintenance Reliability & Cost Analysis Seminar Section 9. Boeing Proprietary. USA: Boeing. Marakas, G. M. 2003. Decision Support Systems in The 21st Century. New Jersey: Pearson Prentice Hall. Masbukhin. 2003. Pengantar SAP.
. Diakses: 31 Desember 2009. McLeod, R. Jr dan Schell, G.P. 2008. Management Information Systems, 10th Edition. New Jersey: Prentice Hall NATO (North Atlantic Treaty Organization). 2003. Maintenance Planning (MP). . Diakses: 30 September 2009. Novhard. 2009. SAP (System, Application, and Product in Data Processing). . Diakses: 08 Oktober 2009. O’Leary, D. E. 2000. Different Firms, Different Ontologies, and One Best Ontology. IEEE Intelligent Systems vol.15, p72-78. Pujawan, I N. 2005. Supply Chain Management Edisi Pertama. Surabaya Indonesia: Guna Widya. Syaikhuddin, M. 2006. Optimasi Sistem Persediaan dengan Pendekatan Lot Sizing dan Simulasi (Studi Kasus PT. Patal Secang Magelang). Tugas Akhir Teknik Industri UGM, Yogyakarta. Tersine, R.J. 1994. Principles of Inventory and Material Management, 4th Edition. New Jersey: Prentice Hall. Widjaya, E.G. 2008. SAP-UAP. . Diakses: 08 Oktober 2009. Wong, H. 2004. Pooling of Repairable Spare Parts: A Study On Inventory Policies. Belgium: Katholieke Universiteit Leuven.
15