PENGELOLAAN SUMBER BELAJAR PADA MOVING CLASS DI SMP IT DARUL ABIDIN – DEPOK
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)
Oleh: Ismail (109018200047)
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016
ABSTRAK Ismail, “ Pengelolaan Sumber Belajar Pada Moving Class Di SMP IT Darul Abidin – Depok”. Skripsi Program Studi Manajemen Pendidikan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2016. Penelitian ini mendeskripsikan pengelolaan sumber belajar pada moving class dan manfaat sumber belajar dalam mendukung kegiatan pembelajaran.. Pada model Moving class mutlak memerlukan semua komponen yang mendukung kegiatan belajar megajar, tidak hanya guru, tetapi juga media, bahan, alat, metode dan tentunnya lingkungan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Pada umumnya alasan menggunakan metode kualitatif karena permasalahan belum jelas, holistik, kompleks, dinamis dan penuh makna. Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan ialah metode triangulasi. Adapun metode yang penliti gunakan pada penelitian ini ialah, wawancara, studi dokumen dan observasi. Dari ketiga metode tersebut peneliti melakukan komparasi dengan menggunakan trianggulasi. Teknik ini bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Hasil dari penelitian mengenai pengelolaan media dan sumber belajar di SMP IT Darul abidin sudah terlaksana secara baik. Hal ini dibuktikan dengan perencanaan media yang dikelola dengan baik, penempatan media pada posisi yang tepat, pengunaan media dengan memanfaatkan semua yang ada dilingkungan sekolah, dan pengelolaan ruangan belajar yang bercirikan karakter mata pelajaran sehingga kelas tersebut bisa mencerminkan mata pelajaran sesuai dengan konsep moving class.
Kata kunci : Moving class, Sumber belajar
Abstrac Ismail, “Management of Learning Resources On Moving Class In SMP Darul Abidin- Depok.” Thesis Program studies Management Education Faculty of Education and Science Teaching UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
This research describes the management of learning resources on moving class and the benefits of learning resources to support learning activities. On Moving class absolutely needs all the components that support learning activities, not only teachers, but also the media, materials, tools, methods and environment. In this study the authors used qualitative research methods. The general reason to use qualitative methods because the problem is not clear holistic, complex, and dynamic. In this research, data collection techniques that researchers use a method of triangulation. Triangulation is defined as a technique combines various techniques of data collection and data sources that already exist. Results of research on media and learning resources management in IT SMP Darul abidin already performing well. This is evidenced by a media planning managed properly, media placement in the right position, use of media by utilizing all existing school environment and management of learning spaces that characterized the character of subjects. However, there are still some shortcomings in its management, both in the management of media and design classes.
Key word : Moving class, learning resources
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan Rahmat, Hidayah serta kekuatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Pengelolaan Sumber Belajar Pada Moving class”. Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah mendorong dan membimbing penulis, baik tenaga, ide-ide maupun pemikiran. Oleh karna itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1.
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Dr. Hasyim Asy‟ari, M.Pd Ketua Jurusan Managemen Pendidikan 3. Bapak Dr. Mu‟arif SAM, M.Pd sebagai Dosen Pembimbing skripsi, atas segenap waktu, inspirasi, arahan dan bimbingannya kepada penulis hingga akhir penulisan skripsi ini. 4. Nurdelima Waruwu, M.Pd Sebagai Dosen Pembimbing Akademik. 5. Segenap dosen-dosen Manajemen Pendidikan yang selalu memberikan ilmuilmunya sehingga penulis bisa menyelasaikan penulisan skripsi ini. 6. Ayah (Muhammad Nashir) dan Ibu(Maryuni) kedua orang tua tersayang, yang selalu mendoakan, mendidik, mengarahkan, menasehati, sabar dan memberikan kasih sayangnya serta dorongan moral maupun materil kepada penulis. Skripsi ini khusus penulis persembahkan untuk kedua orang tuaku sebagai ungkapan bakti dan cinta.
7. Keempat saudara yang luar biasa yang selalu sabar memberikan dukungan sepenuh hati bagi penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, Teta Muslina Yeni, Abang Muslim Zen, Abang Dedi dan Uni Surya. 8. Kelima keponakan tersayang, Qotrunnada Jinan Athira, Naufa Lin fikria, Hasan, Najmi dan Umeir. 9. Terima kasih sebesar – besarnya penulis ucapkan kepada segenap guru dan staff Yayasan Darul Abidin – Depok yang telah bersedia menjadi objek penlitian dalam penulisan skripsi ini khususnya kepada Bapak Hari selaku kepala staff HRD Darul Abidin, Ibu Fitri widianingsih selaku kepala sekolah SMP Darul Abidin, bpk. Dasep, Bpk. Ammar, Ibu Siti daniar, dan Ibu Vevi. 10. Sahabat – sahabat terbaik, Ahmad Amirudin Mukhlas, Andri priyatna, Ahmad rifqi, Bayu widia prakoso, indipala mayosa, Eri Chandra, Wisnu Purbaya, Rizqi Ramadhan, Rusyda, Rizki, Renal, Ari, Locoporta agung, Primasatya bangkit, cengir marabunta, mulet, Ozan, Pak arif dan kang omen. 11. Keluarga besar Mas Ahmad Mukhtarul Huda, M.H yang telah banyak memberikan dukungan selama penulisan skripsi ini. 12. Keluarga besar Bapak. Opan sopandi yang terus mendukung penulis. 13. Rekan-rekan Jurusan manajemen pendidikan, Aan, Azizatul fauziah, Muhammad irfa‟I muslim, Rizqi Ramadhan, Rizam Nuruzzaman, Mitsni khoiri, Siti shofwatunnida, welvy, Nita Yuliana, Aria zakara, Devi rusmaningtiyas, M. gunawan, Mahmud hidayat, Muhammad taufik, Ardi gunawan, yanwar firan salam, Harianto, Muhammad zaki, Ruslan, lia alfiani, fika hikayah, siti zulaiha,
indah, subkhi, muhmmad labib, ardi gunawan dan semua rekan – rekan Jurusan Manajemen yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. 14. Teman satu almamater Pondok Pesantren Husnul Khotimah, Ahmad Ammirudin mukhlas, Ahmad rijal, Hanif Ahmad, Jundi, Nurmansyah, Resnu, Wawan, Syarif, Abdul Romdona, Andri priyatna, Filly Nugraha, sultonika, iqbal tawakal, Fikri Abdullah, Roy septian dan semua teman – teman satu pesantern yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang terus menerus memberikan dorongan dan motivasi bagi penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini. 15. Rekan – rekan guru dan staff Rumah belajar Berkemas, Ibu Yayah komariah, Bpk. Budiono, Bpk. Joko, Bpk. Galih, Bpk. Wawan, ike listiani, ulfah hasanah, Lia, Husnul, wulan dan semua rekan guru yang selalu memebreikan motivasi bagi penulis. 16. Murid – murid SMP Berkemas yang terus menjadi inspirasi bagi penulis. 17. Murid – murid Pertamina Soccer School. 18. Murid – murid SMK Kharismawita Jurusan Pemasaran. Semoga segala bantuan yang tidak ternilai harganya ini, mendapatkan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karna itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan, demi perbaikan kedepanya. Amin YaaRabbal„ Alamin. Jakarta, 22 Juli 2016 Penulis,
DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN ..............................................................................
1
A. Latar belakang .......................................................................................
1
B. Identifikasi masalah............................................................................... 10 C. Batasan masalah ................................................................................... 11 D. Rumusan masalah ................................................................................. 11 E. Tujuan penelitian ................................................................................... 11 F. Kegunaan penlitian ................................................................................ 12 Bab II. LANDASAN TEORI ........................................................................ 13 A. Moving class .......................................................................................... 13 1. Pengertian moving class .................................................................. 14 2. Perbedaan moving class dan kelas menetap .................................... 15 3. Tujuan pelaksanaan moving class ................................................... 18 4. Kelebihan dan kekurangan moving class ........................................ 20 B. Sumber belajar moving class ................................................................. 24 1. Pengertian sumber belajar ............................................................... 24 2. Jenis – jenis sumber belajar ............................................................. 26 3. Tujuan dan fungsi sumber belajar .................................................. 29 4. Pemilihan sumber belajar ................................................................ 32 5. Pengelolaan sumber belajar moving class ....................................... 34 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 43 A. Tempat dan waktu penelitian................................................................. 43 B. Metodologi penelitian dan desain .......................................................... 43 C. Teknik dan instrumen pengumpulan data.............................................. 44 D. Teknik analisa data ................................................................................ 48 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 50 A.Gambaran umum SMP Darul Abidin ...................................................... 50 1.Sejarah singkat SMP Darul Abidin ................................................. 50
2. Visi, misi dan tujuan SMP Darul Abidin ....................................... 51 3.Data siswa ....................................................................................... 53 4.Data guru dan pegawai ................................................................... 54 5.Sarana dan prasarana ...................................................................... 55 B. Analisa data dan interpretasi data .......................................................... 56 1.Hasil penelitian .................................................................................... 56 A. Perencanaan media dan sumber belajar ............................................. 57 B. Penempatan media dan sumber belajar .............................................. 59 C. Penggunaan media dan sumber belajar .............................................. 61 D. Pemanfaatan media dan sumber belajar ............................................ 64 E. Perawatan media dan sumber belajar ................................................. 67 F. Pengelolaan ruang belajar .................................................................. 68 BAB V KESIMPULAN ................................................................................. 72 A. Kesimpulan ........................................................................................ 72 B. Saran ................................................................................................. 73
DAFTAR GAMBAR Gambar 4.1
penempatan media majalah dinding di depan ruangan. ........... 60
Gambar 4.2
penggunaan media menggunakan barang bekas ..................... 62
Gambar 4.3
penggunaan media menggunakan barang bekas ..................... 62
Gambar 4.4
hasil karya siswa di ruang matematika .................................... 65
Gambar 4.5
hasil karya diruang IPA ............................................................ 65
Gambar 4.6
mading dan hasil karya siswa di ruang matematika ….........
Gambar 4.7
lemari tempat penyimpanan media .......................................... 68
Gambar 4.8
lemari yang tersedia dalam ruangan ........................................ 68
Gambar 4.9
desain kelas IPA ...................................................................... 69
66
Gambar 4.10 desain kelas PAI ....................................................................... 70 Gambar 4.11 desain kelas matematika ........................................................... 70
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan
mengajar
pada
hakikatnya
adalah
proses
mengatur,
mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa. Semua komponen pengajaran yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, metode, alat dan sumber, serta evaluasi diperankan secara optimal guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelum pengajaran dilaksanakan. Pengelolaan kelas tidak hanya berupa pengaturan kelas, fasilitas fisik dan rutinitas. Kegiatan pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan dan mempertahankan suasana dan kondisi kelas. Sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Misalnya memberi penguatan, mengembangkan hubungan guru dengan siswa dan membuat aturan kelompok yang produktif. Pada saat ini banyak sekolah dan guru belum menyadari akan pentingnya pengelolaan kelas. Baik itu dari sarana maupun pengadaan media. Media yang tersedia hanyalah papan tulis, meja guru dan meja siswa. Tak ada alat peraga yang tersedia di kelas ataupun media yang mendukung kegiatan pembelajaran dan menunjang rasa ingin tahu siswa. Tak jauh berbeda dengan desain kelas pada kelas konvensional lainnya. Suasana kelas yang seperti ini seringkali membuat siswa jenuh. Idealnya untuk mendukung kegiatan belajar mengajar, hendaknya guru maupun pihak sekolah dapat menciptakan sumber belajar. Pengadaan sumber belajar sendiri diharapkan dapat menjadi faktor penunjang dalam pengelolaan kelas yang dapat mendukung proses belajar mengajar. Berbeda mata pelajarannya,maka sumber belajar yang digunakan pasti akan berbeda, hal ini dikarenakan untuk mencapai tujuan dari standar kompetensi yang ingin dicapai
1
2
berbeda antara satu dengan yang lainnya. Maka dari itu Moving class sebagai model pembelajaran yang kelasnya yang bercirikan kepada mata pelajaran. Moving class diharapkan dapat menjadi jawaban akan permasalahan dalam pengelolaan kelas. Menurut herbert simon (dick dan carey, 2006) mengartikan bahwa desain atau model pembelajaran sebagai proses pemecahan masalah. Tujuan dari sebuah desain adalah untuk mencapai solusi terbaik dalam pemecahan masalah dengan memanfaatkan sejumlah informasi yang tersedia.1 Dengan demikian, suatu model atau desain muncul karena kebutuhan akan memecahkan suatu masalah. Dari pendapat Herbert simon dapat kita ambil simpulkan bahwa tujuan dari desain atau model pembelajaran ialah untuk mendapatkan solusi terbaik dari suatu masalah. Moving class sendiri diharapkan bisa menjadi jawaban akan masalah yang terjadi pada pengelolaan kelas dan sumber belajar. Tetapi Moving Class tentunya bukan tidak memiliki kekurangan. Pasti ada kekurangan dalam pelaksanaan pada model ini.Diantara beberapa kekurangan yang terdapat pada Moving class ialah pada pengelolaan kelas dan pengelolaan sumber belajar. Kompleksnya masalah pada pengelolaan sumber belajar tidak terbatas hanya pada konteks yang penulis sebutkan, tetapi masih banyak kekurangan yang lain. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi pada Lampiran Bab III Mengenai Beban Belajar menyebutkan bahwa ”Satuan pendidikan pada semua jenis dan jenjang pendidikan menyelenggarakan program pendidikan dengan menggunakan sistem paket atau sistem kredit semester”.2Pada sistem kredit semester (SKS) diperlukan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan peserta didik lebih aktif seperti sistem belajar kelas bergerak (moving class).
1
Wina sanjaya, perencanaan dan desain sitem pembelajaran, cetakan pertama, Jakarta:Kencana prenada media grup. Hal 65 2 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, no. 22 tahun 2006, tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah.
3
Model pembelajaran moving class lebih menekankan kepada siswa pada proses
pembelajaran aktif (active learning).
Artinya pada tatanan ini kita
dapatmengambil kesimpulan bahwa tugas guru bukan hanya mengajar tetapi juga menyiapkan sumber belajar yang sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya.. Moving class merupakan sistem belajar mengajar yang mencirikan kelas berkarakter mata pelajaran, dengan demikian peserta didik akan berpindah tempat sesuai dengan jadwal mata pelajaran yang telah ditentukan. Konsep moving class mengacu pada pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan memberikan lingkungan yang dinamis sesuai dengan yang dipelajarinya.Sekalipun sistem moving class lebih sesuai pada SKS namun tidak menutup kemungkinan dilaksanakn pada sistem paket. Moving class merupakan sistem belajar mengajar yang bercirikan siswa yang mendatangi guru/pendamping di kelas. Konsep moving class mengacu pada pembelajaran kelas yang berpusat pada anak untuk memberikan lingkungan yang dinamis sesuai dengan pelajaran yang dipelajarinya. Dengan moving class, pada saat subjek mata pelajaran berganti maka siswa akan meninggalkan kelas menuju ruang kelas lain sesuai mata pelajaran yang dijadwalkan, jadi siswa yang mendatangi guru/pendamping, bukan sebaliknya. Sementara para guru, dapat menyiapkan materi pelajaran terlebih dahulu. Keunggulan sistem ini adalah para siswa lebih punya waktu untuk bergerak, sehingga selalu segar untuk menerima pelajaran. Dalam sistem moving class, ruang kelas didesain untuk mata pelajaran tertentu dan akan pindah ke ruang kelas lain setiap ganti pelajaran. Dengan demikian, ruang kelas akan difungsikan seperti laboratorium. Dengan moving class, siswa akan belajar bervariasi dari satu kelas ke kelas lain sesuai dengan bidang studi yang dipelajarinya. Sistem belajar moving class mempunyai banyak kelebihan baik bagi peserta didik maupun Guru. Bagi peserta didik, mereka lebih fokus pada materi pelajaran, suasana kelas menyenangkan, dan interaksi peserta didik dengan guru lebih intensif. Bagi guru mempermudah dalam berinovasi dan berkreasi dalam
4
proses pembelajaran tertutama dalam mendesain ruangan dan menyediakan sarana prasaran yang mendukung pembelajaran sendiri tentunya. Dalam pelaksanaan moving class tentunya dibutuhkan banyak ruangan. Hal ini disebabkan karena moving class merupakan sistem pembelajaran yang setiap ruangannya mempunyai ciri kepada setiap mata pelajaran. Maka dari itu dibutuhkan banyak ruang ,ketersediaan alat peraga dan media guna mendukung kegiatan belajar mengajar. Ketersediaan jumlah ruangan rasanya menjadi permasalahan yang sangat krusial.Karena masih ada sekolah yang dalam pelaksanaan moving class, para siswa harus antri dan menunggu giliran pada saat pemakaian ruangan terentu. Keterampilan guru dalam penyiapan kelas dan ruangan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya tentu harus mendapat perhatian.Jika seorang guru bisa menciptakan konsep ruangan yang sesuai dengan mata pelajaran tentu akan menjadi nilai tambahan pada moving class. Tetapi bagaimana jika guru tidak dapat kreatif dalam penataan ruangnya dan tak bisa memanfaatkan semua media untuk menjadi sumber belajar, tentu konsep moving class tidak akan terasa perbedaannya dengan konsep belajar pada umumnya. Realita yang terjadi dilapangan banyak guru ataupun sekolah yang belum memahami konsep moving class. Mereka menerapkan hanya sebisanya dan hal tersebut tidak sejalan dengan konsep pembelajaran Active learning. Keinginan guru dalam mengelola kelas sering terbentur oleh kebijakan manajemen sekolah. Karena manajemen sekolah mempunyai peranan penting dalam setiap kegiatan yang berlangsung di sekolah tersebut, terutama mengenai rancangan proses pembelajaran. Kebijakan tersebut meliputi pengadaan sarana dan prasarana, pengadaan media, alat peraga dan juga melengkapi koleksi pustaka yang ada. Pengadaan sarana dianggap begitu penting dalam mendukung kegiatan belajar mengajar.
5
Model moving class tentunya membutuhkan biaya yang besar dalam pengelolaannya.karena moving class ialah kelas yang bercirikan mata pelajaran. Maka dari itu dibutuhkan biaya yang besar dalam pengelolaan.biaya yang besar dibutuhkan sebagai contoh dalam pengadaan sarana dan prasarana. Baik itu ketersediaan ruang kelas, kelengkapan media, pengadaan alat peraga. Selain pembiayaan yang besar pada moving class juga dibutuhkan alokasi waktu dalam proses perpindahan kelas yang dilakukan oleh siswa. Guru membutuhkan waktu untuk penyiapan kelas kembali untuk menyiapkan proses pembelajaran, sedangkan murid butuh waktu untuk menyiapkan diri mereka dalam menerima proses pembelajaran selanjutnya. Setidaknya butuh waktu 5 menit sampai 10 menit bagi siswa dan guru pada proses perpindahan kelas ini. Akibatnya banyak waktu yang terbuang. Misalnya saja waktu yang 5 menit bisa digunakan guru untuk mengulang materi yang telah disampaikan, tetapi pada model moving class, perpindahan ini juga
tentu hal ini tak bisa dilaksanakan. Karena proses terkadang banyak memakan waktu pada proses
perpindahannya. Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu (AECT : 1977). Secara garis besarnya, terdapat dua jenis sumber belajar yaitu: Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design), yakni sumber belajar yang secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal. Sumber belajar yang dimanfaatkan(learning resources by utilization), yaitu sumber belajar yang tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran dan keberadaannya dapat ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.
6
Pentingnya pengelolaan sumber belajar karena sebagai bagian dari unsur kurikulum. Pengelolaan yang baik pada sumber belajar akan menjadikan proses pembelajaran menjadi lebih efektif. Pengelolaan sumber belajar yang tepat guna akan menjadikan pembelajaran yang disajikan lebih menarik untuk siswa dan juga menjadikan guru akan lebih kreatif dalam pengadaan sumber belajar. Fungsi lain yang tak kalah pentingnya dalam pengelolaan sumber belajar ialah, mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik. mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah pada proses pembelajaran. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis; dan pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh penelitian.Lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan meningkatkan kemampuan sumber belajar penyajian informasi dan bahan secara lebih kongkrit. Masalah pada pengelolaan sumber belajar ialah kurangnya perhatian akan semua hal yang bisa mendukung kegiatan proses pembelajaran itu sendiri. Bisa disimpulkan bahwa proses pembelajaran hanya tergantung kepada satu sumber belajar yaitu guru sebagai objek tunggal. Hal ini sangat berbeda dengan apa yang telah dijabarkan sebelumnya, bahwa semua hal yang mendukung kegiatan proses pembelajaran baik itu berupa alat, media, data dan orang merupakan sumber belajar. Fakta pada sebenarnya yang terjadi dilapangan bahwa hanya ada satu objek tunggal. Pada permasalahan ini sekolah hanya menerapkan gaya pembelajaran yang konvensional tanpa memanfaatkan segala sumber untuk belajar yang tersedia. Setidaknya ada enam komponen yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar yaitu, pesan (message), orang (man), bahan (material), alat (device), metode dan lingkungan. Jika enam komponen tersebut dapat dimanfaatkan secara maksimal dan optimal maka akan tercipta iklim yang kondusif dalam proses pembelajaran. Guru tidak lagi menjadi objek tunggal, tetapi cukup sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa kepada sumber yang diprelukan untuk
7
mendukung kegiatan belajar. Sumber belajar dan kegiatan belajar mengajar tidak hanya terbatas pada kelas saja, tetapi semua yang dapat mendukung proses pembelajaran sendiri. Maka dari itu dalam iklim belajar yang berbasis pada pola pembelajaranActive learning, pengelolaan sumber belajar sangat dibutuhkan. Active learning sendiri ialah proses pembelajaran yang bercirikan proses pembelajaran yang aktif dimana tugas guru sebagai fasilitator yang mendampingi kegiatan belajar siswa. Dan konsep active learning sejalan dengan Moving class. Pentingnya pengelolaan sumber belajar yang baik dalam rangka mendukung kegiatan pembelajaran yang kondusif. Pada model Moving class mutlak memerlukan semua komponen yang mendukung kegiatan belajar megajar, tidak hanya guru, tetapi juga media, bahan, alat, metode dan tentunnya lingkungan. Pengelolaan sumber belajar erat hubungannya dengan berbagai aspek yang terdapat pada sumber belajar itu sendiri. Dan aspek pengelolaan kelas sebagai bagian dan unsur penting dalam proses belajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar yang baik ialah adanya interaksi antara guru dan murid. Guru dapat menghidupkan suasana kelas, guru bisa menerangkan pelajarannya dan sang murid bisa mengerti palajaran yang disampaikan sehingga terciptalah suasana belajar yang kondusif. Maka dari itu dengan adanya model moving class yang mana setiap guru mempunyai kelas yang sesuai dengan mata pelajarannya. Sehingga diharapkan guru dapat mengelola kelas yang mempunyai ciri sesuai dengan mata pelajaran yang diampu. Salah satu lembaga pendidikan yang menggunakan model moving class dalam pembelajarannya adalah SMP Islam Terpadu Darul Abidin – Depok. Sekolah ini sudah menerapkan model moving class sejak tahun 2007 dan bersamaan dengan awal mula berdirinya sekolah. Latar belakang penerapan moving class sendiri dalam rangka untuk memuliakan guru, karena agama islam
8
menganjurkan kepada murid untuk memuliakan kedudukan guru sebagai sumber ilmu.3 Filosofi terhadap memuliakan guru inilah yang dicoba terapkan oleh sekolah Darul abidin. Sebagai contoh penerapan adab memuliakan guru yang sejalan dengan Moving Class sendiri ialah, dalam proses pembelajaran bukan lagi guru yang mendatangi guru untuk belajar tetapi muridlah seharusnya yang mendatangi guru. Setiap guru pada mata pelajaran diberikan tanggung jawab untuk mengelola ruangan dan kelas. Posisi dan kedudukan guru pada sekolah ini disebut sebagai manajer kelas. Disebut manajer kelas karena guru tersebut berhak mengatur kelas tersebut sesuai dengan keinginannya. Dan pada kondisi ini sang guru dituntut untuk kreatif, baik dalam penggunaan media dan penggunaan sumber belajar yang mampu mendeskripsikan kelas berkarakter mata pelajaran. Tantangan yang dialami oleh SMP Darul Abidin dalam penerapan model Moving Class ialah pengelolaan waktu pada proses perpindahan kelas dan pengkodisian kembali saat akan memulai proses pembelajaran.4 Pada proses perpindahan ini setidaknya butuh 5 menit sampai 10 menit bagi guru dan siswa. Bagi guru waktu ini dapat digunakan untuk pengkodisian kelas kembali dan menunggu siswa datang dikelas masing masing sesuai mata pelajaran yang diampunya. Sedangkan bagi siswa waktu ini digunakan sebagai proses perpindahan dari satu kelas kepada kelas lainnya. Idealnya alokasi waktu yang diberikan ini dapat dimanfaatkan oleh guru ataupun murid dengan sebaik baiknya, tetapi fakta dilapangan ialah ketika proses perpindahan malah lebih banyak waktu yang terbuang dari alokasi waktu sebenarnya. “ Sekolah Darul Abidin memberikan alokasi waktu hingga 5 hingga 10 menit untuk proses perpindahan jam pelajaran. Jika dikalkulasikan dalam sehari dengan empat kali pergantian mata pelajaran menjadi 20 menit. Terkadang waktu
3
Kutipan wawancara dengan Bapak hari (Staff HRD Darul abidin), pada tanggal 3 Desember 2015 pukul 10.51 4 Kutipan wawancara dengan Bapak syarif Hidayat, pada tanggal 12 Desember 2015, pukul 20.30
9
yang diberikan masih terasa kurang karena beberapa faktor. Contohnya siswa yang terlambat datang ke kelas karena jauhnya ruangan yang dituju dan juga pengkodisian siswa dan kelas untuk memulai proses pembelajaran kembali. “5 Permasalahan lain dalam pengelolaan moving class yang dialami oleh SMP IT Darul Abidin dalam penerapannya ialah bagaimana susahnya mengatur jadwal pelajaran. Pengaturan jadwal menjadi sangat penting dirasakan karena sistem moving class sangat berbeda dengan sistem belajar dikelas menetap. Karena hal yang ingin dihindari pada penggunaan suatu ruangan ialah jadwal yang bersamaan dalam penggunaan ruangan tersebut. 6 Total ada 17 jumlah ruangan yang dimiliki SMP IT Darul Abidin dengan 12 rombongan belajar. Jumlah ruangan yang dimiliki dibandingkan dengan rombongan belajar sebenarnya cukup seimbang, tatapi fakta dilapangan yang terjadi masih ada bentrokan dalam pengaturan jadawal penggunaan ruangan masih sering bertabrakan. Dari pengamatan yang peneliti lakukan dapat diketahui bahwa, penggunaan sumber belajar dalam mendukung kegitan belajar masih kurang dioptimalkan. Didalam ruangan kelas dilengkapi dengan meja guru, meja siswa, papan tulis, sebuah proyektor ,rak buku dan gambar – gambar yang mencirikan mata pelajaran tertentu. Peneliti dapat mengatakan bahwa sumber belajar yang digunakan masih terasa kurang karena penggunaan sumber belajar masih bisa ditambah lagi.Pengelolaan sumber belajar sangat penting kiranya. Karena Moving Class ialah kelas yang bercirikan dan berkarakter mata pelajaran.7 Dalam rangka mewujudkan kelas yang berkarakter dan bercirikan mata pelajaran. untuk menciptakan iklim seperti ini, guru dituntut dapat lebih mengeksplorasi sumber belajar yang tersedia. Karena untuk menciptakan sumber 5
Kutipan wawancara dengan Bapak hari (Staff HRD Darul abidin), pada tanggal 3 Desember 2015 pukul 10.51 6 Kutipan wawancaradengan Ibu Ria (staff kurikulum Darul Abidin), pada tanggal 18 Desember 2015 pukul 09.40 7 Hasil observasi peneliti di SMP IT Darul Abidin Depok, pada tanggal 18 Desember 2015, pukul 11.00
10
belajar kita dapat memanfaatkan semua hal yang ada disekitar lingkungan kita. Dalam hal ini menjadi tantangan bagi para guru di Darul Abidin agar dapat lebih kreatif menciptakan dan memanfaatkan semua hal yang bisa menjadi sumber belajar. Setiap kebijakan yang coba diambil dan diterapkan oleh suatu instansi tentunya mempunyai konsekuensi tersendiri. Dan konsekuensi yang dihadapi hendaknya dapat teratasi dengan baik dan sudah tahu cara mengatasinya. Dan konsekuensi yang dihadapi pada penerapan kebijakan moving class terletak bagaimana mengelola sumber belajar, pengaturan jadwal dan juga pengelolaan kelas. Karena konsep yang ditawarkan ialah kelas yang berkarakter mata pelajaran. Dan untuk menciptakan kelas yang berkarakter tentu dibutuhkan kereatifitas guru untuk dapat mengelola sumber belajar. Berdasarkan paparan di atas, maka timbul pertanyaan bagaimana pengelolaan sumber belajar pada sekolah Darul Abidin, apakah sekolah ini sudah bisa memanfaatkan semua hal yang bisa dijadikan sumber belajar dan bagaimana pengelolaan pada moving class, apa saja tantangan dan hambatan yang dirasakan oleh guru dan bagaimana tanggapan siswa ?. Mengacu pada pertanyaan tersebut, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian berjudul “ Pengelolaan Sumber Belajar Pada Moving Class “. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan apa yang di uraikan pada latar belakang maka permasalahan dapat di identifikasi yaitu : 1. Guru belum dapat mengelola sumber belajar yang sesuai dengan model moving class. 2. Guru belum dapat mengelola kelas yang bercirikan mata pelajaran 3. Banyak waktu terbuang pada pergantian jam mata pelajaran karena proses perpindahan kelas.
11
4. Kurangnya pemanfaatan semua hal yang bisa dijadikan sebagai sumber belajar. 5. Penataan kelas dengan model yang konvensional atau stagnan sehingga membuat siswa jenuh. 6. Pengelolaan kelas yang belum bercirikan kepada kelas berkarakter sehingga tidak ada nilai lebih yang ditampilkan.
C. Batasan Masalah Dari identifikasi masalah, kita dapat membatasi masalah yang akan diteliti batasannnya. Luasnya cakupan dari sumber belajar seperti yang telah penulis uraikan pada latar belakang, maka dari itu penulis memberi batasan pada : pengelolaan sumber belajar pada moving class D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengelolaan sumber belajar pada moving class di SMP Darul Abidin ?
E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini ialah untuk 1. Mendeskripsikan pengelolaan kelas dan pengelolaan sumber belajar pada Moving class di SMP IT Darul Abidin. 2. Mendeskripsikan manfaat sumber belajar dalam mendukung kegiatan pembelajaran di SMP IT Darul Abidini.
12
F. Kegunaan Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik itu manfaat secara praktis maupun teoritis : I. Manfaat Praktis : a. Memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan ilmu pendidikan b. Acuan bagi pihak sekolah dalam menerapkan kebijakan pengelolaan sumber belajar
II.
Manfaat Teoritis : Secara teoritis hasil penelitian diharapkan : a. Bermanfaat bagi pengembangan teori tentang pengelolaan kelas b. Dapat dijadikan sebagai rujukan bagi peneliti lain untuk mengkaji lebih dalam dan luas terkait pengelolaan sumber belajar dan Moving class
BAB II LANDASAN TEORI A. Moving Class Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 angka 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.8 Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan9 Berdasarkan pada uraian yang dikutip dari salinan permendikbud mengenai standar proses hendaknya pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspiratif dan menyenangkan.
Dari salinan permendikbud tersebut
dapat disimpulkan bahwa stake holder diberikan keleluasaan untuk melakukan pengembangan pada proses pembelajaran. Maka dari itu para ahli terus melakukan inovasi untuk perkembangan bagi dunia pendidikan. Salah satu inovasi pada pembelajaran ialah model moving class. model pembelajaran ini diharapkan bisa menjadi salah satu jawaban bagi perkembangan dunia pendidikan.
8
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Salinan Permendikbud Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, 2013, hal. 1 9 Ibid,.
13
14
1. Pengertian Moving Class Moving Class terdiri dari dua kata, yaitu moving dan class. Moving berarti pindah. Class dapat diartikan sebagai kelas atau tempat belajar. Jadi moving class adalah pergerakan dari satu kelas ke kelas yang lain sesuai dengan pelajarannya Moving class adalah manajemen kelas berbasis mata pelajaran atau sebuah sistem pembelajaran yang bercirikan kelas berkarakter mata pelajaran. Dengan moving class, pada saat mata pelajaran berganti maka peserta didik akan berpindah kelas menuju ruang kelas lain sesuai mata pelajaran yang dijadwalkan.
Moving class merupakan sistem pembelajaran yang bercirikan peserta didik yang mendatangi guru/pendamping di kelas. Dengan moving class, pada saat mata pelajaran berganti maka peserta didik akan berpindah kelas menuju ruang kelas lain sesuai mata pelajaran yang dijadwalkan, jadi peserta didik yang mendatangi guru/pendamping, bukan sebaliknya. Sementara para guru, dapat menyiapkan materi pelajaran terlebih dahulu.10
Konsep moving class mengacu pada pembelajaran yang berpusat pada anak untuk memberikan lingkungan belajar yang dinamis sesuai dengan bidang yang dipelajarinya. Dalam sistem moving class, ruang kelas didesain untuk mata pelajaran tertentu dan akan pindah ke ruang kelas lain setiap ganti pelajaran. Dengan demikian, ruang kelas akan difungsikan seperti laboratorium. Dengan moving class, siswa akan belajar bervariasi dari satu kelas ke kelas lain sesuai dengan bidang studi yang dipelajarinya Dari uraian diatas penulis dapat menjabarkan bahwa konsep moving class ialah model pembelajaran yang menekankan pada tercitptanya lingkungan belajar yang dinamis. Artinya pada model ini diperlukan kreatifitas bagi semua masyarakat pendidikan agar dapat menciptakan proses pembelajaran yang kondusif. Dengan moving class siswa diharapkan mampu melaksanakan proses 10
Hal. 35.
Direktorat Pembinaan SMA, Juknis sistem pembelajaran model moving class di SMA,
15
pembelajaran aktif. Karena pada model ini pola pembelajaran telah di desain menurut mata pelajaran dan bidangnya. Tentunya untuk penerapan model moving class tidak mudah, dibutuhkan biaya yang besar dan kreatifitas. Sebagai contoh untuk pengadaan sumber belajar, desain kelas yang sesuai dengan mata pelajaran, pengaturan jadwal, alokasi waktu pada saat pergantian mata pelajaran dan pengadaan media belajar dengan konsep moving class yang bercirikan karakter mata pelajaran. Moving class dapat disamakan dengan proses pembelajaran aktif, dimana segala bentuk pembelajarannya memungkinkan peserta didik berperan aktif dalam semua proses pembelajaran itu sendiri. Pembelajaran ini sangat efektif dalam memberikan suasana pembelajaran yang interaktif. 2. Perbedaan Moving class dan kelas menetap Proses pembelajaran pada model Moving class tentunya sangat berbeda dengan kelas menetap. Tentunya terdapat perbedaan mencolok pada kedua model tersebut. Baik dari segi desain kelas, pengelolaan kelas, pengaturan jadwal dan pengelolaan sumber belajar, berikut ini adalah perbedaan yang ada pada model Moving class dan kelas menetap. Setiap model pembelajaran yang diterapkan pasti memiliki konsekuensi tersendiri. kebijakan yang diambil seharusnya sudah dipertimbangkan baik dan buruknya. Pengelolaan dan dan penerapan model moving class dan kelas menetap mempunyai perbedaan yang sijgninfikan. Hal ini dikarenakan Moving class merupakan model pembelajaran yang dinamis, dimana pada pembelajarannya para siswa yang dituntut untuk lebih aktif dalam proses pembelajarannya. Dari petunjuk teknis mengenai sistem pelaksanaan moving class oleh Direktorat pembinaan SMA, terdapat perbedaan mendasar pada pengelolaan kelas menetap dan moving class. Adapun perbedaanya sebagai berikut ;
16
Perbedaan moving class dan kelas menetap. 11 Tabel perbedaan Moving class dan kelas menetap No
Moving Class
1
Pendidik
Kelas menetap
menetap
dalam Peserta didik menetap dalam
ruang mata pelajaran, peserta kelas, didik berpindah – pindah 2
guru
berpindah
–
pindah
Alat peraga/ alat bantu KBM Alat peraga / alat bantu KBM berada di dalam ruang mata harus dibawa guru berpindah – pindah kelas
pelajaran 3
Ruang
belajar
mencirikan Ruang
kekhasan mata pelajaran
belajar
mencirikan
kekhasan
tidak mata
pelajaran 4
Identitas ruang belajar adalah Identitas ruang belajar adalah ruang mata pelajaran.
5
ruangan kelas
Setiap pergantian pelajaran Suasana baru peseta didik tercipta suasana baru bagi baru diperoleh sewaktu jam peserta didik karena kondisi istirahat dan pulang sekolah. mata
pelajaran
yang
suasananya berbeda – beda.
Berdasarkan tabel tersebut dapat diidentifikasi mengenai perbedaan mendasar pada moving class dan kelas menetap. Perbedaan ini dapat menjadi acuan dan sebagai tolok ukur dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Pada poin pertama perbedaan mencolok jelas terlihat pada jalannya kegiatan pembelajaran. Jika pada kelas menetap guru yang berpindah kelas untuk mengisi
11
Direktorat Pembinaan SMA, Juknis pelaksanaan sistem pembelajaran moving class di SMA, hal. 38
17
kegiatan pembelajaran, hal sebaliknya terjadi pada model moving class yaitu muridlah yang mendatangi guru pada kegiatan pembelajaran. Pada poin kedua perbedaan kedua model ini terletak pada desain kelas. Jika pada kelas menetap, kelas tersebut tak mempunyai denah dan desain kelas yang pasti karena satu kelas digunakan untuk semua kegiatan mata pelajaran. Jelas berbeda dengan kelas bergerak, yang mana denah dan desain kelas sudah disesuaikan dengan masing – masing mata pelajaran. Dan manfaat yang dirasakan dengan moving class, masing – masing guru dengan mata pelajaran yang berbeda dapat berkreasi dengan sumber belajar dan media yang bisa dihadirkan dalam kelas tersebut. Ciri dan ualasan pada poin ketiga tidak berbeda jauh dengan poin nomor dua. Keduanya poin pada tabel diatas membahas tentang ciri dan kekhasan mata pelajaran yang diidentikan dengan suatu ruangan. Desain kelas pada model moving class disesuaikan dengan mata pelajaran yang diajarkan oleh guru, dan setiap guru bertanggung jawab akan kelas yang dikelolanya. Dan ruangan bercirikan dengan mata pelajaran tidak kita temui pada kelas menetap. Karena satu ruangan digunakan untuk berlangsungnya semua proses kegiatan belajar mengajar. Ulasan pada poin keempat menjelaskan bahwa identitas ruang adalah ruang mata pelajaran pada model moving class sedangkan pada model kelas menetap identitas ruangan adalah kelas. Perbedaannya jelas terlihat bahwa konsep moving class menekankan pada setiap ruangan harus memiliki ciri dan kekhasan yang mencerminkan mata pelajaran. Bisa disimpulkan konsep moving class menjadikan setiap kelas sebagai laboratorium pada proses pembelajarannya. Ciri laboratorium sendiri didalam satu ruangan terdapat semua hal yang dapat mendukung kegiatan belajar. Baik itu alat peraga, media dan sumber belajar. dan konsep ruangan yang sekaligus mencakup laboratorium tidak dimiliki oleh kelas menetap. Karena satu ruangan dipakai oleh bergantian oleh setiap guru dengan mata pelajaran yang berbeda – beda.
18
Poin kelima menyebutkan bahwa perbedaan kelas bergerak dan menetap terletak pada suasana dan kondisi kelas pada saat pergantian mata pelajaran. Pada moving class suasana yang baru terus tercipta ketika terjadi pergantian mata palajaran hal ini karena sirkulasi udara pada satu ruangan terus berganti karena dalam jangka waktu 5 – 10 menit ada jeda waktu kelas kosong karena proses pergantian mata pelajaran. Dan ketika siswa memasuki kelas yang baru suasana baru dan sirkulasi udara telah bertukar, bisa kita simpulkan ada jeda waktu bagi guru dan siswa untuk melanjutkan proses pembelajaran. Hal ini tentu tidak berlaku pada kelas menetap karena dari mulai pelajaran sampai bel tanda berakhir pelajaran siswa akan terus belajar di dalam ruangan yang sama. Praktisnya pada kelas menetap siswa mendapat suasana baru hanya ketika jam istirahat dan waktu pelajaran berakhir. Perbedaan mendasar yang dapat diidentifikasi dari model moving class dan kelas menetap ialah, desain kelas pada model moving class dibuat lebih dinamis. Desain ruangan disesuaikan dengan mata pelajaran. Hal yang berbeda tentu akan dijumpai pada model kelas menetap, yang mana denah kelas tidak mengikuti mata pelajaran. Pada model kelas menetap jarang ditemukan denah kelas yang pasti. Perbedaan desain kelas inilah yang membedakan antara kelas menetap dan berpindah. Perbedaaan lain yang menjadi ciri pada model moving class ialah setiap proses pergantian pelajaran murid yang mendatangi guru bukan sebaliknya. Sehingga ketika proses pergantian kelas akan ada suasana baru yang dialami oleh siswa. Hal ini tentunya mengurangi kejenuhan siswa, yang terus berada didalam ruangan yang sama selama seharian penuh. 3. Tujuan pelaksanaan Moving Class Setiap sistem pembelajaran yang diterapkan oleh satuan pendidikan tentunya mempunyai tujuan dalam proses pembelajarannya. Baik itu tujuan dalam jangka panjang ataupun tujuan singkatnya. Kebijakan dan sistem yang diterapkan tentu sudah dipertimbangkan baik buruknya. Ketika tujuan direncanakan dan sistem diterapkan, tentu ada hasil yang ingin dicapai oleh lembaga tersebut. Maka
19
dari itu moving class juga mempunyai rancangan dan tujuan agar hasil pembelajaran lebih terarah sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan petunjuk teknis mengenai sistem pembelajaran moving class yang dikeluarkan oleh Direktorat Pembinaan SMA, bahwa penyelenggaraan moving class bertujuan untuk ; 12 1. Meningkatkan Kualitas Proses Pembelajaran ; a. Proses pembelajaran melalui moving class akan lebih bermakna karena setiap ruang/laboratorium mata pelajaran dilengkapi dengan perangkatperangkat pembelajaran sesuai dengan karakteristik mata pelajaran. Jadi setiap siswa yang akan masuk suatu ruang/laboratorium mata pelajaran sudah dikondisikan pemikirannya pada mata pelajaran tersebut. b. Guru mata pelajaran dapat mengkondisikan ruang/laboratoriumnya sesuai dengan kebutuhan setiap pertemuan tanpa harus terganggu oleh mata pelajaran lain. 2. Meningkatkan Efektivitas dan Efisiensi Waktu Pembelajaran Guru
mata
pelajaran
tetap
berada
di
ruang/laboratorium
mata
pelajarannya, sehingga waktu guru mengajar tidak terganggu dengan halhal lain. 3. Meningkatkan Disiplin Siswa dan Guru a. Guru
akan
dituntut
datang
tepat
waktu,
karena
kunci
setiap
ruang/laboratorium dipegang oleh masing-masing guru mata pelajaran. b. Siswa ditekankan oleh setiap guru mata pelajaran untuk masuk tepat waktu pada pada saat pelajarannya. 4. Meningkatkan keterampilan guru dalam memvariasikan metode dan media pembelajaran yang diaplikasikan dalam kehidupan siswa sehari-hari.
12
Direktorat Pembinaan SMA, Juknis pelaksanaan sistem pembelajaran moving class di SMA, hal. 35
20
5. Meningkatkan keberanian siswa untuk bertanya, menjawab, mengemukakan pendapat dan bersikap terbuka pada setiap mata pelajaran. 6. Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian diatas enam poin yang menjadi dasar sebagai tujuan moving class. Dari keenam poin tersebut kita bisa mengerucutkan menjadi tiga poin. Adapun ketiga poin dar kesimpulan diatas ialah, Moving class bertujuan untuk
meningkatkan
proses
pembelajaran,
kedisiplinan siswa dan guru, dan
Moving
class
meningkatkan
yang terakhir Moving class meningkatkan
motivasi dan hasil belajar siswa. Untuk mencapai hasil yang optimal dalam pembelajaran moving class maka perlu ditetapkan strategi pelaksanaannya. Pengorganisasian Pelaksana, tugas, kewajiban dan wewenang. 4. Kelebihan dan kekurangan Moving Class Setiap model pembelajaran yang coba diterapkan pada satu institusi pendidikan pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan. Semua faktor nilai kelebihan dan kekurangan tersebut dapat kita analisis secara mendalam dengan analisis SWOT (strength, weakness, opurtunity dan
threat). Kegunaan kita
menganalisis nilai kelebihan dan kekurangan berfungsi sebagai perbandingan efektif atau tidaknya model pembelajaran dan kebijakan yang diambil. Petunjuk teknis mengenai sistem pembelajaran moving class yang dikeluarkan oleh Direktorat Pembinaan SMA menguraikan, moving class mempunyai nilai lebih untuk mendukung kegiatan proses pembelajaran. Nilai lebih yang ada pada moving class itu bisa dilihat dari keuntungannya bagi guru dan nilai lebih bagi siswa. Adapun kelebihan yang dimiliki oleh moving class adalah ; a. kelebihan moving class 1. Mendekatkan siswa dengan kelas mata pelajaran. 2. Karakteristik mata pelajaran yang berbeda-beda
21
3. Bagi peserta didik, mereka lebih fokus pada materi pelajaran. 4. Suasana kelas lebih menyenangkan, dan interaksi peserta didik dengan guru lebih intensif. 5. Moving class mempermudah guru dalam mengelola pembelajaran, lebih kreatif dan inovatif untuk mendesain kelas. 6. Guru lebih maksimal dalam menggunakan berbagai media. 7. pemanfaatan waktu belajar lebih efesien, dan lebih mudah mengelola suasana kelas.13 Poin – poin di atas dapat kita analisis tentang kelebihan moving class. Hakikat dari pelaksanaan moving class ialah untuk menciptakan lingkungan belajar yang aktif dan terintegrasi dengan mata pelajaran. Pada poin pertama dapat kita kaji bahwa kelebihan moving class untuk mendekatkan siswa dengan mata pelajaran. Artinya semua hal yang berhubungan dengan suatu mata pelajaran bisa
dihadirkan di dalam kelas. Hal ini berkaitan erat bagaimana untuk
menciptakan lingkungan belajar yang dinamis guna mendukung keinginan belajar siswa dan rasa ingin tahu pada suatu objek studi. Kelebihan pada moving class bisa kita identikasi menjadi dua. Yang pertama nilai lebih bagi guru dan yang kedua nilai lebih yang untuk siswa. Bagi siswa nilai lebihnya ialah siswa lebih fokus pada mata pelajaran. Siswa bisa lebih fokus pada mata pelajaran karena kondisi ruangan benar – benar dikonsikan sesuai dengan mata pelajaran. Sehingga dengan kelas yang bercirikan karakter mata pelajaran diharapkan bisa menambah rasa keingitahuan siswa akan mata pelajaran tersebut. Kelebihan lain moving class bagi siswa ialah dengan kelas bercirikan mata pelajaran suasana belajar akan lebih menyenangkan karena semua sumber belajar telah tersedia dalam ruangan. Sedangkan kelebihan moving class bagi guru, lebih mudah mengelola pembelajaran, lebih kreatif dan inkovatif dalam mendesain kelas. Pada proses pembelajaran moving class guru dituntut untuk lebih kreatif dalam mengelola 13
Direktorat Pembinaan SMA, Juknis pelaksanaan sistem pembelajaran moving class di SMA, 2010, hal. 35
22
kelas. Dengan kelas yang bercirikan karakter mata pelajaran, hal ini akan membantu guru membuat rancangan pembelajaran yang lebih terarah sesuai dengan konsep mata pelajaran yang diajarkannya. Maka dari itu manfaat dari moving class dapat langsung dirasakan oleh tenaga pendidik untuk meningkatkan hasil dari proses pembelajaran. Dari uraian diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa kelebihan dari model moving class terdapat pada pengelolaan kelas. Guru dapat memodifikasi kelas sesuai dengan apa yang mereka inginkan dan sesuai dengan mata pelajaran apa yang diajarkan. Di samping itu juga guru telah siap dengan materi apa yang ingin dia ajarkan, baik dari segi pengelolaan kelas, pengadaan media yang sesuai, pengelolaan sumber belajar dan pengadaan dari segi alat peraga. Disamping itu diterapkannya model pengelolaan kelas ini dikarenakan selama ini para guru sedikit kesulitan dalam hal pengelolaan kelas dan media. Maka dari ini setidaknya model ini merupakan jawaban atas bagaimana seorang guru dapat mengelola kelas dengan baik dan dapat mencapai hasil belajar untuk siswa dengan maksimal. Dan dari segi aspek sosial kita dapat mengambil pelajaran bahwa pada proses moving class siswa dapat melakukan proses interaksi sosial antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Maka dari itu para guru dapat lebih mengekplorasi kemampuan belajar siswanya dan bagaimana sang guru dapat mengekplorasi kemampuan guru itu sendiri dalam proses belajar mengajar b. Kekurangan Moving Class Disamping kelebihan yang telah diuraikan di atas tentu ada kekurangan dalam hal pelaksanaan pengelolaan moving class ini sendiri. Tentu ada saja poinpoin yang mengurangi dalam pelaksanaan dan keefektifan dalam proses pelaksanaan program ini. Baik dari segi kesiapan guru sebagai tenaga pengajar dan fasilitator, kemudian dari siswanya sendiri apakah ada kesiapan dari siswa, apakah dengan program ini dia merasa jenuh karna perpindahan kelas yang ia alami dan faktor-faktor lain. Berikut ini ialah faktor-faktor yang menyebabkan kurang efektifnya pelaksanaan moving class sendiri, antara lain :
23
1. Perpindahan dari satu kelas ke kelas lain mengurangi waktu belajar 2. Perubahan jadwal mempengaruhi kelancaran pelaksanaan pembelajaran 3. Pemanfaatan sumber belajar dan desain kelas belum optimal. 4. Masih sulit mengkondisikan dan mangatur siswa ketika proses perpindahan kelas. Dari empat poin di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa dalam segi pelaksanaanya ada saja faktor penghambat dari proses pelaksanaan moving class itu sendiri. Baik dari guru itu sendiri atau dari peserta didiknya. Pada poin pertama permasalahan pada pengelolaan dan alokasi waktu perpindahan. Waktu perpindahan pada moving class diberikan selama 5 – 10 menit. Namun terkadang pada proses perpindahan kelas ada saja siswa yang mengulur – ulur waktu, sehingga mengganggu proses pembelajaran. Contohnya ialah siswa yang datang terlambat ke ruangan mata pelajaran selanjutnya, dan bagi siswa yang suka membolos waktu alokasi perpindahan ini digunakan untuk tidak datang ke kelas. Dari hal ini seharusnya semua masyarakat dilingkungan sekolah yang menerapkan model tersebut seharusnya dapat mencegah dan menanggulangi permasalahan pada proses perpindahan kelas ini. Faktor lain yang menjadi penghambat pelaksanaan moving class adalah perubahan jadwal. Jika terjadi perubahan jadwal secara tiba-tiba maka tentu hal ini akan menghambat proses pembelajaran itu sendiri. Sebagai contoh jika suatu hari sang pendidik tak dapat hadir dan tidak mempunyai pengganti maka tentu proses pembelajaran di kelas kosong dan para siswa tidak mempunyai kegiatan maka proses pembeljaran akan terbengkalai. Lain halnya jika terjadi perubahan jadwal secara tiba-tiba maka otomatis para siswa akan kebingungan karna setiap siswa mempunyai kegiatan belajar yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Maka dari itu hambatan akan perubahan jadawal yang terjadi secara tiba – tiba seharusnya dapat ditanggulangi oleh sekolah yang bersangkutan. Cara untuk menanggulangi peruabahan jadwal yang tiba – tiba bisa disiasati oleh pihak sekolah baik itu guru pengganti lain ataupun wali kelas dan stakeholder sekolah untuk dapat mengisi kekosongan kelas, baik itu memberikan tugas kepada siswa,
24
memberikan materi pengayaan dan memberi materi tambahan sehingga kelas yang kosong ditinggalkan oleh guru yang berhalangan hadir tidak dapat hadir tidak menganggu jalannnya proses KBM berlangsung.
Kekurangan yang dijelaskan pada poin ketiga menyebutkan bahwa pemanfaatan sumber belajar dirasa belum optimal. Tugas guru pada model moving class bukanlah sebagai satu – satunya sumber belajar, tetapi juga harus bisa mengrahkan peserta didik kepada sumber belajar yang lainnya. Kenyataan yang penulis yang temukan pada lapangan bahwa desain kelas belum optimal. Kekurangan ini tentunya membutuhkan kreatifitas dan inovasi dari guru dan pihak sekolah untuk dapat menciptakan sumber belajar.
Dalam aspek psikolgis siswa ada saja faktor yang menghambat seperti yang diuraikan pada poin nomor empat. Ketika proses perpindahan dari satu kelas ke kelas lainnnya pasti ada saja hambatannya. Sebagai contoh ketika siswa datang ke kelas barunya ada saja siswa yang masih susah diatur, datang sengaja terlambat ke kelas dengan berbagai macam alasan ataupun dengan sengaja membolos untuk menghindari mata pelajaran yang kurang disukai. Semua aspek yang menjadi hambatan dan kekurangan dalam pelaksanaan moving class seharusnya bisa diperhitungkan oleh pihak penyelenggara kebijakan. Model pembelajaran apapun jika tidak dikelola dengan baik dan optimal maka tidak akan terasa hasilnya. Maka dari itu dalam penerapan suatu model pembelajaran yang dilaksanakan pada satuan pendidikan semua elemen harus saling membantu untuk tercapainya hasil dan tujuan yang diingnkan. Untuk itu dalam penerapan dan pelakasanaan model pembelajaran semua komponen harus diperhitungkan baik itu, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi. B. Sumber Belajar Moving Class 1. Pengertian Sumber Belajar Sumber belajar adalah segala sesuatu yang tersedia di sekitar lingkungan belajar yang berfungsi untuk membantu optimalisasi hasil belajar. Optimalisasi
25
hasil belajar ini dapat dilihat tidak hanya dari hasil belajar saja, namun juga dilihat dari proses pembelajaran yang berupa interaksi siswa dengan berbagai sumber belajar yang dapat memberikan rangsangan untuk belajar dan mempercepat pemahaman dan penguasaan bidang ilmu yang dipelajari.14 Pada prinsipnya sumber belajar mencangkup orang, isi, pesan, media, alat, teknik, dan latar lingkungan yang mengandung informasi yang dirancang atau dimanfaaatkan untuk memfasilitasi seorang belajar sehingga memungkinkan peserta didik untuk belajar secara mandiri. Implmentasi pemanfaatan sumber belajar di dalam proses pembelajaran tercantum dalam kurikulum saat ini bahwa dalam proses pembelajaran yang efektif adalah proses pembelajaran yang menggunakan berbagai ragam sumber belajar. 15 Dari semua pendapat dan uraian dia atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan atau digunakan seseorang untuk memfasilitasi segala kegiatan belajar, baik itu secara terpisah maupun secara terkombinasi agar dapat mempermudah seseorang dalam mencapai tujuan belajar yang diinginkan. Ditinjau dari segi pemanfaatannya
sumber belajar dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu : Sumber belajar by designed : sumber belajar yg dirancang atau sengaja dibuat dan didesain atau dipergunakan untuk membantu pembelajaran. Contoh : Modul, slide, audio pembelajaran,dll Sumber belajar by utilization: sumber belajar yang dimanfaatkan, dipakai, dan dipergunakan tanpa dirancang dan telah ada di sekeliling kita. Contoh : Pasar, museum, kebun binatang, dll Dari uraian diatas bisa disimpulkan bahwa, sumber belajar ada yang memang sengaja dirancang untuk kegiatan pembelajaran dan tanpa dirancang 14
Wina sanjaya, Perencanaan dan desain sitem pembelajaran, cetakan pertama, Jakarta:Kencana prenada media grup, 2008 Hal. 228 15 Ibid., hal. 228
26
telah tersedia dilingkungan sekitar kita. Sumber belajar merupakan hal yang penting untuk mendukug proses kegiatan pembelajaran. 2. Jenis – jenis sumber belajar Sumber belajar sendiri memiliki banyak Jenisnya. Pada uraian pengertian sumber belajar diatas sumber belajar dibedakan menjadi dua golongan besar yaitu, sumber belajar yang sengaja dirancang dan sumber belajar yang dimanfaatkan. Menurut AECT (Association for Educational Communication and technology) membedakan enam jenis sumber belajar yang dapat digunakan dalam proses belajar, yaitu ; a. Pesan (message) Pesan merupakan sumber belajar yang meliputi pesan formal, yaitu pesan yang dikeluarkan oleh lembaga resmi seperti pemerintahan atau pesan yang disampaikan guru pada proses pembelajaran. Pesan – pesan ini selain disampaikan secara lisan juga dibuat dalam bentuk dokumen, seperti kurikulum, peraturan pemerintah, perundangan, GBPP, silabus, satuan pelajaran, dan sebagainya. Pesan non formal yaitu pesan yang ada dilingkungan masyarakat luas yang digunakan sebagai nbahan pembelajaran, misalnya cerita rakyat, legenda, ceramah oleh tokoh masyarakat dan ulama, prasasti, relief- relief pada candi, kitab – kitab kuno dan peningggalan sejarah lainnya. 16 Dari uraian tersebut jenis pesan yang dapat dijadikan sumber belajar dapat kita kategorikan menjadi dua yaitu, pesan formal dan pesan non formal. Pesan formal sendiri ialah pesan yang disampaikan secara langsung dapat kita temukan pada proses pembelajaran, baik itu berbentuk lisan atau tuisan. Sedangkan pesan non formal ialah pesan yang bisa digali dan dikaji oleh siswa secara luas, karena pesan ini banyak tersedia disekitar lingkungannya. Tugas guru adalah bagaimana mengerahkan siswa agar dapat menemukan pesan non formal yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar. 16
Ibid., hal. 229
27
b. Orang (people) Semua orang pada dasarnya dapat berperan sebagai sumber belajar, namun secara umum dapat dibagi menjadi dua kelompok. Pertama, kelompok yang didesain khusus sebagai sumber belajar yang utama yang dididik secara professional untuk mengajar, seperti guru, konselor, dan instruktur. Termasuk kepala sekolah, pustakawan, laboran, teknisi sumber belajar dan lain – lain. Kelompok kedua adalah orang yang memiliki profesi selain tenaga yang berada di lingkungan pendidikan dan profesinya tidak terbatas. Misalnya politisi, tenaga kesehatan, pertanian, arsitek, psikolog, lawyer, polisi, pengusaha dan lain – lain. 17 Makna singkat dari sumber belajar ialah semua hal yang dapat mendukung kegiatan belajar mengajar. Dan menurut uraian diatas tentang kategori orang yang bisa dijadikan sumber belajar kita dapat menyimpulkan, bahwa kategori orang yang dapat dijadikan sumber belajar bukan hanya terbatas pada lingkugan sekolah saja. Pendapat mengenai orang yang bisa dijadikan sumber belajar hanya guru merupakan sebuah kesalahan. Karena orang yang bisa menjadi sumber belajar ialah bukan hanya guru saja, tetapi semua orang bisa menjadi sumber belajar. c. Bahan (Matterials) Bahan merupakan suatu format yang digunakan untuk menyimpan pesan pembelajaran, seperti buku paket, buku teks, modul, program video, film, OHT (Over Head Transparency), program slide, alat peraga dan sebagainya (biasanya disebut software). Maksud dari bahan pada uraian diatas ialah, semua bahan yang bisa dijadikan sebagai sumber belajar. Bahan yang dimaksud disini ialah semua media yang bisa digunakan sebagai sumber belajar. Konsep mengenai sumber belajar sendiri seharusnya mempunyai arti yang luas dan tak terbatas. Karena hakikatnya sumber belajar itu bisa dicari, digali dan dikaji dari semua aspek yang ada. 17
Ibid.,
28
d. Alat (Device) Alat yang dimaksud adalah benda – benda yang berbentuk fisik sering disebut juga perangkat keras (hardware). Alat ini berfungsi untuk menyajikan bahan – bahan pada butir 3 diatas. Di dalamnya mencakup multimedia projector, slide projector, OHP, film tape recorder, opaqe projector, dan sebagainya. 18 e. Teknik (technique) Teknik
yang dimaksud adalah cara (prosedur) yang digunakan orang
dalam memberikan pelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran. Di dalamnya mencakup ceramah, permainan / simulasi, Tanya jawab, sosio drama (role play) dan sebagainya. 19 Berbicara mengenai teknik, tak ubahnya kita berbicara mengenai metode pembelajaran. Teknik sendiri merupakan cara seorang guru dalam menyampaikan pelajarannya. Berbeda mata pelajarannya, berbeda juga cara seorang guru dalam menggunakan metode pembelajarannya. Dan untuk teknik sendiri seharusnya guru bisa menggunakan metode yang bervariasi agar pembelajarannya berlangsung lebih menarik. Dan teknik sendiri termasuk sebagai salah satu sumber belajar, dan bisa menjadi rangsangan bagi siswa untuk menambah rasa ketertarikan pada pelajaran yang disampaikan oleh guru. F. Latar (setting) Latar atau lingkungan yag berada di dalam sekolah maupun lingkungan yang berada di luar sekolah, baik yang sengaja dirancang maupun yang tidak secara khusus disiapkan untuk pembelajaran ; termasuk di dalamnya adalah pengaturan ruang, pencahayaan, ruang kelas, perpustakaan, laboratorium, tempat workshop, halaman sekolah, kebun sekolah dan lainnya. 20
18
Ibid., hal. 229 Ibid., hal. 230 20 Ibid., 19
29
Semua yang ada lingkungan baik yang berada di dalam sekolah ataupun yang berada diluar lingkungan sekolah dapat diajadikan sumber belajar. Jika di ruang lingkup sekolah, lingkungan memang sengaja dirancang dengan sedeimikian rupa untuk mendukung kegiatan belajar mengajar. Tetapi di lingkungan luar sekolah, untuk menemukan sumber belajar siswa harus jeli melihat latar yang bisa menjadi sumber belajar. 3. Tujuan dan fungsi sumber belajar a. Tujuan sumber belajar Sumber belajar berkaitan erat dengan segala sesuatu yang memungkinkan siswa dapat memperoleh pengalaman belajar meliputi lingkungan fisik, bahan dan alat yang digunakan, personal, petugas perpustakaan, ahli media dan semua orang yang berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung untuk keberhasilan dalam pengalaman belajar.
21
Proses belajar mengajar hakikatnya adalah proses komunikasi, dimana guru berperan sebagai pengantar pesan dan siswa penerima pesan. Pesan yang dikirimkan oleh guru berupa pesan isi/materi pelajaran yang dituangkan kedalam simbol – simbol komunikasi baik verbal (kata- kata & tulisan) maupun non verbal, proses ini dinamakan encoding.22 Menurut Edgar dale, pengetahuan siswa akan semakin abstrak apabila hanya disampaikan malalui bahasa verbal. Hal ini memungkinkan tejadinya verbalisme, artinya siswa hanya mengetahui tentang kata tanpa memahami dan mengerti tanpa makna yang terkandung dalam kata tersebut.
23
Dari pendapat Edgar dale, kita dapat menyimpulkan bahwa tujuan dan manfaat dari sumber belajar ialah untuk lebih menghidupkan suasana belajar.
21
Muhammad Rohman & Sofan Amri, Strategi dan desain pengembangan sistem pembelajaran, Jakarta ; Pustaka raya, 2013. Hal. 179 22 Wina sanjaya, perencanaan dan desain sitem pembelajaran, cetakan pertama, Jakarta:Kencana prenada media grup, 2008, Hal. 205 23 Ibid., 206
30
Manfaat lain yang di dapat dari sumber belajar adalah agar siswa lebih dapat memahami pelajaran yang disampaikan oleh gurunya. Penggunaan
sumber
belajar yang tepat tentunya menambah ketertarikan siswa pada materi pelajaran yang disampaikan. Perananan sumber belajar sendiri dapat memberikan pengalaman langsung bagi siswa dalam proses pembelajarannya. Sebagai contoh peranana media dan sumber belajar sangat diperlukan siswa pada mata pelajaran tertentu. Contohnya, ketika siswa yang ingin mengetahui tentang kehidupan di dasar laut tidak akan mengerti jika hanya disampaikan secara lisan, jika guru menampilkan media dan sumber belajar yang sesuai, maka baru siswa akan mengerti tentang kehidupan dasar laut. maka dari itu peranan media pembelajaran sangat diperlukan dalam suatu kegiatan belajar mengajar. b. Fungsi sumber belajar Manfaat dan tujuan dari pengelolaan sumber belajar untuk efektivitas dan
efisiensi
kegiatan proses
mengajar melalui
pengembangan sistem
intruksional. fungsi dari sumber belajar itu adalah untuk menghindari proses belajar yang verbal dan hanya satu arah saja. Melalui sumber belajar pembelajaran yang bersifat abstrak bisa menjadi lebih konkret dengan menggunakan media. Menurut akhmad sudrajat sumber belajar memiliki macam – macam fungsi, diantara fungsi sumber belajar sebagai berikut ; 1. Meningkatkan produktivitas pembelajaran. 2. Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual. 3. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran. 4. Lebih memantapkan pembelajaran. 5. Memungkinkan belajar secara seketika.
31
6. Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, dengan menyajikan informasi yang mampu menembus batas geografis. 24 Dari paparan poin – poin diatas dapat disimpulkan bahwa, fungsi dari sumber belajar ialah untuk membuat proses pembelajaran berjalan lebih efektif. Dari poin – poin diatas kita dapat mengkaji lebih dalam tentang fungsi dari sumber belajar. Dari point pertama dapat kita jabarkan bahwa fungsi dari sumber belajar adalah mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik dan mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah. kesimpulan yang penulis ambil bahwa kegunaan sumber belajar ialah untuk membantu guru dalam proses pembelajarannya, sehingga pelajaran yang tadinya dianggap membosankan bisa dapat lebih hidup dengan adanya bantuan dari sumber belajar. Pada point kedua tentang kegunaan sumber belajar dijelaskan bahwa sumber belajar memberikan pembelajaran yang sifatnya lebih individual. Artinya kegunaan sumber belajar disini ialah mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan kemampuannnya. Peranan sumber belajar pada poin kedua ialah memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat belajar secara mandiri, dan guru sendiri hanya bertugas mengarahkan siswanya dalam proses pembelajaran. Poin ketiga menjelaskan bahwa sumber belajar memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap proses pembelajaran. perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis dan pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh penelitian. Fungi dari sumber belajar yang dapat kita ambil pada poin ketiga ialah, sumber belajar membantu guru untuk melakukan pemetaan pada proses pembelajaran. Pemetaan dapat membantu guru dalam melakukan langkah – langkah pada proses pembelajarannya. 24
Akhmad sudrajat, Konsep Sumber belajar, https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/15/sumber-belajar-untuk-mengefektifkanpembelajaran-siswa/,diunduh pada senin, 15 Februari 2016
32
Fungsi yang disebutkan pada poin nomor empat, bahwa sumber belajar lebih memantapkan pembelajaran. Maksud dari memantapkan pembelajaran, penyajian informasi dan bahan bisa ditampilkan secara lebih kongkrit. Sumber belajar dapat menjadikan pembelajaran lebih mudah dimengerti oleh siswa. Hal ini tentunya untuk menghindari salah pegertian makna dari pelajaran yang disampaikan oleh guru kepada siswa. Penjelasan dari poin kelima bahwa sumber belajar dapat mengurangi kesenjangan antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang sifatnya kongkrit. Kemdian sumber belajar juga memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung. Fungsi sumber belajar pada poin kelima sama dengan poin keempat yang intinya untuk dapat menghindari salah pengertian dalam proses penyampaian pembelajaran oleh guru. Maka dari itu guru seharusnya dapat menciptakan dan mengarahkan siswa pada sumber belajar yang tepat guna mendukung kegiatan belajar – mengajar. Dan yang terakhir tentang penjelasan mengenai fungsi sumber belajar, bahwa sumber belajar seharusnya menampilkan dan menyajikan informasi yang lebih luas kepada siswa. Ditambah lagi dengan kemajuan teknologi pada saat ini untuk menyajikan informasi yang luas, tentu bukan hal yang sulit. Fungsi – fungsi
di atas sekaligus menggambarkan dan menjelaskan
tentang alasan dan arti penting sumber belajar untuk kepentingan proses dan pencapaian hasil pembelajaran siswa. 4. Pemilihan sumber belajar Pemilihan sumber belajar seharusnya memperhatikan berbagai macam aspek. Pada poin pengertian mengenai sumber belajar telah dijelaskan bahwa sumber belajar terbagi menjadi dua. Ada sumber belajar yang sengaja dirancang dan sumber belajar yang dapat dimanfaatkan. Untuk pengadaan sumber belajar dan tidak mengeluarkan biaya yang terlalu besar hendaknya hakikat dari sumber belajar bahwa sumber belajar bisa dimanfaatkan dari apa yang ada dan tersedia
33
disekitar lingkungan sekolah. Tidak terpaku pada satu jenis sumber belajar bisa ialah sesuatu media dan perlengkapan yang dirancag untuk mendukung kegiatan pembelajaran. Menurut Akhmad sudrajat, Dalam memilih sumber belajar harus memperhatikan kriteria sebagai berikut 25: a) ekonomis: Tidak harus terpatok pada harga yang mahal Pengadaan sumber belajar sendiri hendaknya menganut asas ekonomis, bahwa sumber belajar yang baik tidak harus mahal, hal ini bisa disiasati dengan memanfaatkan sumber yang tersedia disekitar lingkungan sekolah. b) praktis: tidak memerlukan pengelolaan yang rumit, sulit dan langka. Sumber belajar harusnya bersifat praktis. Kriteria praktis disini menunjukan bahwa sumber belajar yang akan digunakan bisa ditemukan dimana saja, dapat mudah dimengerti baik poleh siswa ataupun guru dan sumber belajar yang digunakan tidak memerlukan tempat yang besar. c) mudah: dekat dan tersedia di sekitar lingkungan kita. Kriteria mudah pada pengadaan sumber belajar mempunyai arti bahwa pengadaan sumber belajar tersebut bersifat mudah, baik
itu untuk
pengadaan atapun untuk ditemukan dilingkungan sekitar. d) fleksibel: dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan instruksional. Pemanfaatan sumber belajar yang bersifat fleksibel bisa digunakan untuk berbagai macam kegiatan e) sesuai dengan tujuan: mendukung proses dan pencapaian tujuan belajar, dapat membangkitkan motivasi dan minat belajar siswa. Dari semua kriteria untuk pemiilihan sumber belajar. hendaknya dalam pemilihan sumber belajar harus mempertimbangkan kriteria bahwa sumber belajar bisa dengan memanfaatkan semua yang telah tersedia dilingkungan sekolah ataupun diluar lingkungan sekolah. Dan dalam pengadaan sumber belajar tersebut 25
Akhmad sudrajat, Konsep Sumber belajar, https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/15/sumber-belajar-untuk-mengefektifkanpembelajaran-siswa/,diunduh pada senin, 3 Maret 2016
34
tidak memerlukan biaya atau dana yang besar. Sesuai dengan sebuah pepatah bahwa, ”alam terkembang jadi guru “. Pepatah tersebut mengajarkan bahwa alam telah menyediakan semuanya untuk dapat dimanfaatkan dan bisa dipelajari. 5. Pengelolaan sumber belajar moving class Jika kita berbicara mengenai pengelolaan sumber belajar, maka kita tak akan jauh berbicara dari aspek paling penting dari pengelolaan sumber belajar itu sendiri yaitu, pengelolaan kelas. Adapun kalau kita ingin menguraikan sumber belajar sendiri akan sangat banyak aspek yang akan kita kaji, maka dari itu penulis akan mengkaji satu persatu komponen sumber belajar ini. Menurut Drs. Winarno hamiseno (1978,hlm.1) manejemen adalah sumber subtantifa dari mengelola, sedangkan mengelola adalah suatu tindakan yang dimulai dari penyusunan data, merencana, megorganisasikan, melaksanakan sampai dengan pengawasan penelitian. Dijelaskan selanjutnya bahwa pengelolaan menghasilkan sesuatu itu dapat merupakan sumber penyempurnaan dan peningkatan pengeloaan selanjutnya. 26 Dengan demikian Pengelolaan Sumber Belajar dapat diartikan sebagai Kegiatan mengelola, mengatur, memanaj segala sesuatu yang dapat digunakan untuk membantu tiap orang untuk belajar menampilkan kompetensinya. Sumber belajar dibagi menjadi dua yang pertama sumber belajar yang segaja dirancang, yang kedua sumber belajar yang bisa dimanfaatkan. a. Rancangan pengelolaan sumber belajar moving class Merujuk kepada petunjuk teknis yang dikeluarkan oleh Direktorat pembinaan SMA mengenai sistem moving class. Maka ada poin – poin yang bisa menjadi rujukan mengenai pengelolaannya, adapun poin tersebut merpakan perbedaan pengelolaan moving class dan kelas menetap. Perbedaan tersebut juga bisa dijadikan sebagai prinsip pengelolaan moving class, yaitu ; 26
Suharsimi arikunto, Pengelolaan kelas dan siswa cetakan keempat, Jakarta: PT. Raja grafindo, 2004. Hal 7
35
1. Pendidik menetap dalam ruang mata pelajaran, peserta didik berpindah – pindah ; 27 Maksud dari uraian tersebut ialah, bahwa pada model moving class yang melakukan proses perpindahan ialah murid dan guru diam pada ruangannya masing- masing. Hal ini dikarenakan setiap guru diberikan tanggung jawab untuk mengelola ruangan yang sesuai dengan mata pelajarannya. Pada hal poin ini guru bebas melakukan penataan bangku, pengadaaan media dan pengelolaan sumber belajar yang sesuai dengan mata pelajarannya. Maka dari itu diperlukan kreatifitas guru .untuk menciptakan suasana kelas yang menyenangkan agar proses pembelajaran berlangsung lebih menarik dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. 2. Alat peraga/ alat bantu KBM berada di dalam ruang mata pelajaran ; 28 Pada model pembelajaran Moving class, guru tidak lagi harus membawa alat – alat peraga atau media berpindah – pindah kelas. Karena setiap guru telah mempunyai ruangannya. Ruangan yang menjadi tanggung jawab masing – masing guru telah tersedia beragam alat peraga dan media untuk membantu kegiatan pembelajaran. Pada praktisnya model Moving class lebih memudahkan guru dalam penataan media, karena setiap media dan alat bantu pembelajaran sudah harus tersedia di dalam kelas. 3. Ruang belajar mencirikan kekhasan mata pelajaran ; 29 Prinsip pengelolaan pada moving class ialah ruang belajar berbasis mata pelajaran. Artinya pada moving class setiap ruangan telah dipersiapkan untuk satu mata pelajaran. dan semua media yang digunakan dalam proses pembelajaran baik itu media, alat peraga, alat bantu dan bahan pustaka yang terkait dengan mata pelajaran telah tersida di dalam ruangan kelas. Pengaturan tempat duduk peserta didik juga dapat divariasikan sesuai dengan kekhasan mata pelajaran dan metode pembelajaran untuk 27
Direktorat Pembinaan SMA, Juknis pelaksanaan sistem pembelajaran moving class di SMA, 2010, hal. 35 28 Ibid,. 29 Ibid.,
36
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, komunikatif, kondusif sehingga menunjang proses pembelajaran yang diinginkan dalam pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan. 4. Identitas ruang belajar adalah ruang mata pelajaran ; 30 Salah satu ciri yang menonjol pada moving class dibandingkan dengan sistem pembelajaran yang lain, setiap ruangan mempunyai ciri dan kekhasan pada suatu mata pelajaran. Ada juga sebagian sekolah yang menyiasati identitas ruangan belajarnya dengan memberikan nama tokoh yang berkaitan dengan mata pelajaran, contohnya ruang bahasa Indonesia diberikan nama kelas Sutan Takdir Alisyahbana, ruangan belajar IPS diberi nama ruangan Patih Gajah Mada. Ada juga sekolah yang memberikan nama untuk setiap ruang mata pelajaran diberi nomor dan nama mata pelajaran sebagai identitas ruang. dalam hal pemberian identitas ruangan sekolah diberikan kebebasan untuk memberikan nama ataupun nomor untuk menunjukan kekhasan pada setiap ruangan.
5. Sekolah terlebih dahulu menganalisis kebutuhan jumlah ruang mata pelajaran yang diperlukan dengan cara menghitung keseluruhan jam setiap mata pelajaran dari kelas X sampai dengan kelas XII, hasilnya dibagi dengan jumlah jam yang ditetapkan dalam satu minggu.
31
Contoh : Mata pelajaran Bahasa Indonesia: Jumlah rombongan belajar kelas X, XI dan XII masing-masing sebanyak 9 kelas dan jumlah jam per minggu adalah 4 jam pelajaran. Jumlah jam belajar per minggu ditetapkan sekolah 42 jam Jumlah jam belajar Bahasa Indonesia kelas X = 9 x 4 = 36 jam Jumlah jam belajar Bahasa Indonesia kelas XI = 9 x 4 = 36 jam Jumlah jam belajar Bahasa Indonesia kelas XII = 9 x 4 = 36 jam Jumlah jam belajar Bahasa Indonesia kelas X, XI, XII = 108 jam
30 31
Ibid. Ibid.,hal. 43
37
Jumlah ruang mata pelajaran yang diperlukan untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah = 108/42 = 2,57 » 3. Artinya Bahasa Indonesia memerlukan 3 ruangan. Dengan menghitung jumlah ruang yang diperlukan setiap mata pelajaran seperti di atas maka dapat diketahui jumlah seluruh ruang mata pelajaran yang dibutuhkan. Dari uraian yang penulis kutip mengenai pengelolaan moving class menurut petunjuk teknis dari Direktorat pembinaan SMA dapat disimpulkan bahwa, pengelolaan pada moving class memiliki ciri utama pada ialah bagaimana guru maupun pihak penyelenggara kebijakan merancang ruang belajar yang berbasis pada mata pelajaran, Sehingga tercipta suasana pembejaran yang menyenangkan dan menghilangkan kejenuhan pada siswa. b. Pengelolaan ruang belajar-mengajar Moving class merupakan sistem pembelajaran yang berbasis pada mata pelajaran, oleh karena itu pengelolaan pada ruang akan sangat berbeda dengan pengelolaan ruangan dan desain kelas pada umumnya. Adapun pengelolaan pada ialah sebagai berikut ; 1) Guru diperkenankan untuk mengatur ruang belajar sesuai karakteristik mata pelajaran/rumpun mata pelajaran. 32 guru memiliki wewenang untuk mendesain kelas sesuai dengan mata pelajarannya, baik itu penataan bangku, penggunaan media dan pemilihan sumber belajar. 2) Ruang belajar setidak-tidaknya memiliki sarana dan media pembelajaran yang sesuai, jadwal mengajar guru, tata tertib peserta didik dan daftar inventaris yang ditempel di dinding.33 Manfaat dari media yang sesuai dengan mata pelajaran dapat menumbuhkan semangat dan motivasi siswa pada pembelajaran, selain juga sebagai prasyarat terlesenggaranya moving class. 32
Tim pelaksana program rintisan sekolah kategori mandiri(SKM) SMAN 9 YOGYAKARTA, Rancangan program pembelajaran dengan sistem Moving class ; 2008. hal.6 33 Ibid.
38
3) Tiap rumpun mata pelajaran diupayakan dilengkapi dengan prasarana multimedia. 34 penggunaan prasarana diatur oleh penanggung jawab Rumpun Mata Pelajaran 4) Guru bertanggung jawab terhadap ruang belajar yang ditempatinya.
35
Setiap guru telah memiliki ruangan masing – masing untuk dikelola dengan sebaik baik baiknya. pengelolaan tersebut meliputi, mengelola media, pengaturan bangku, penataan ruang, pencahayaan dan kelengkapan daftar pustaka. Tanggung jawab guru bukan hanya menjadi mengajar tetapi juga sebagai manajer kelas.
c. Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar Sumber belajar dikategorikan menjadi dua, yaitu ; sumber belajar yang sengaja dirancang dan sumber belajar yang bisa dimanfaatkan. Dari kedua kategori tersebut ada sumber belajar yang bisa dimanfaatkan, yaitu lingkungan. Lingkungan merupakan salah satu sumber belajar yang amat penting dan memiliki nilai-nilai yang sangat berharga dalam rangka proses pembelajaran siswa. Lingkungan dapat memperkaya bahan dan kegiatan belajar. Lingkungan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar terdiri dari : lingkungan sosial dan lingkungan fisik (alam). Lingkungan sosial dapat digunakan untuk memperdalam ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan sedangkan lingkungan alam dapat digunakan untuk mempelajari tentang gejala-gejala alam dan dapat menumbuhkan kesadaran peserta didik akan cinta alam dan partispasi dalam memlihara dan melestarikan alam. Di samping itu pemanfaatan lingkungan dapat dilakukan dengan cara membawa lingkungan ke dalam kelas, seperti : menghadirkan nara sumber untuk menyampaikan materi di dalam kelas. Agar penggunaan lingkungan sebagai 34 35
Ibid. Ibid.
39
sumber belajar berjalan efektif, maka perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi serta tindak lanjutnya. Untuk menentukan sumber belajar, paling tidak ada tiga langkah yang perlu diperhatikan, yaitu: 1. Membuat daftar kebutuhan melalui identifikasi sumber dan sarana pembelajaran yang diperlukan untuk kegiatan belajar mengajar di kelas atau sekolah.
36
Pengelola perlu membuat daftar inventarisasi sumber dan sarana belajar yang tersedia di sekitar sekolah, baik yang ada di lingkugan sekolah seperti media pembelajaran, laboratorium, dan fasilitas yang ada di dalamnya, masjid/mushala, maupun yang ada di luar madrasah, seperti fasilitas di masyarakat yang tersedia di sekitar sekolah. Fasilitas ini tidak sekedar yang berupa benda mati (non-human) namun juga bisa yang berupa manusia seperti Tokoh agama (kiai/ustadz), lembaga pengelola zakat dan shadaqah (ZIS), praktisi atau ahli tertentu di sekitar madrasah yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang proses pembelajaran. 2. Setelah proses identifikasi dan inventarisasi tentang sumber belajar selesai, perlu dilakukan penggolongan ketersediaan alat, bahan atau sumber belajar tersebut.37 Tujuan dari penggolongan ini adalah untuk mengetahui ketersediaan sumber belajar di sekitar madrasah. Dari proses ini akan diketahui sumber belajar yang sebenarnya sangat diperlukan untuk menunjang kegiatan belajar mengajar namun belum tersedia sehingga ada upaya konkrit dari pengelola untuk mengadakannya, baik melalui pembelian, pembuatan sendiri, maupun peminjaman. 3. Bila sumber belajar tersebut tersedia, maka para guru tinggal memanfaatkannya sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Apabila ditemukan sumber belajar yang sudah tersedia, namun belum
36
Ely inayah, Manajemen sumber belajar, http://elyinayah.blogspot.co.id/2015/01/makalah-manajemen-sumber-belajar.html, diunduh pada ; rabu, 23 Maret 2016. 37 Ibid.
40
sepenuhnya dapat digunakan untuk mendukung proses pembelajaran, maka guru perlu memodifikasi atau menyesuaikan sumber belajar tersebut. Berdasarkan kutipan dari uraian di atas maka, hakikat pada pengelolaan sumber belajar dibagi menjadi tiga yaitu, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Perencanaan meliputi sumber belajar apa saja yang dibutuhkan dan apa yang tersedia di lingkungan sekolah sehingga, guru maupun pihak sekolah dapat melaksanakan identifikasi pada sumber yang dibutuhkan. Pelaksanaan artinya ketika semua sumber telah tersedia tinggal digunakan saja, sumber belajar yang telah tersedia dilapangan sehingga dari pengelolaannya dapat dilihat mana saja sumber belajar yang relevant digunakan dan mana yang tidak sesuai dengan kebutuhan proses pembelajaran. poin terakhir ialah evaluasi fungsinya untuk menilai fungsi dari sumber belajar yang telah digunakan, apakah sumber belajar tersebut sesuai dan tepat guna pada suatu pembelajaran atau tidak. d. Tips dan trik pelaksanaan moving class setiap model pembelajaran yang diterapkan oleh suatu sekolah pasti memiliki permasalahan, dan setiap permasalahan hendaknya sudah dapat diantisipasi dan dapat disiasati bagaimana cara penanggulangannya. Berikut ini merupakan tips dan trik dalam pelaksanaan moving class ; 1. Untuk efektifitas dan efisiensi waktu dalam penyusunan jadwal pelajaran perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :38 a. Perpindahan kelompok belajar diusahakan ke ruang mata pelajaran yang terdekat; b. Bagi guru mata pelajaran yang merangkap (mengajar lebih dari satu mata pelajaran) yang berarti menggunakan lebih dari satu ruang mata pelajaran, diusahakan jadwal mengajarnya pada hari yang berbeda. 2. Ruang mata pelajaran adalah ruang guru oleh karena itu guru selalu berada di ruang mata pelajaran selama kegiatan belajar-mengajar.39 38
Direktorat Pembinaan SMA, Juknis pelaksanaan sistem pembelajaran moving class di SMA, 2010, hal. 43
41
3. Guru mata pelajaran diharapkan selalalu memantau kehadiran siswa terutama sewaktu perpindahan pembelajaran.40 4. Antisipasi masalah 41; Tabel antisipasi masalah pada moving class NO 1
MASALAH Banyaknya waktu yang terbuang sewaktu perpindahan belajar
2
Keributan sewaktu perpindahan belajar
ANTISIPASI MASALAH
Membudayakan disiplin waktu perpindahan belajar Membudayakan peserta didik jalan cepat Meningkatkan kepedulian guru bagi peserta didik yang terlambat hadir Penyusunan jadwal harus memperhatikan
Perpindahan pada kelas yang terdekat
3
4
Kekurangan meja dan kursi
Jumlah meja dan kursi mengikuti jumlah
peserta didik
peseta didik yang terbanyak
Kebersihan ruang mata
pelajaran
Menjadwalkan piket peserta didik ruang mata pelajaran
Meningkatkan kepedulian setiap guru mata pelajaran
Pemeriksaan jadwal piket peserta didik setiap saat oleh penanggung jawab mapel / koordinator
5
Peserta didik yang bolos
belajar
Pengecekan kehadiran peserta didik oleh guru mata pelajaran
Pemeriksaan absensi peserta didik setiap saat oleh guru piket.
39
Ibid. Ibid. 41 Ibid. 40
42
Berdasarkan uraian di atas mengenai tips dan trik pengelolaan moving class, dapat menjadi acuan bagi pengambil kebijakan untuk
mengatasi
permasalahan apa saja yang akan dihadapi pada pembelajaran. Selain juga kesiapan pada pelaksanaan, setiap sekolah harus dapat memperidiksi masalah yang akan terjadi dan cara mengatasi setiap permasalahan pada moving class.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakasanakan di SMP Islam terpadu Darul Abidin – Depok. Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah pada tanggal 18 Mei 2016 s/d 30 Mei 2016 B. Metodologi Penelitian dan Desain Penelitian kualitatif selalu berangkat dari masalah. Dan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara, tentatif, dan akan berkembang atau berganti setelah penelitian berada di lapangan. Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai macam sumber dengan menggunankan teknik penumpulan data yang bermacam – macam (triangulasi). Dan dilakukan terus – menerus sampai datanya jenuh. 42 Dengan pengamatan terus menerus tersebut mengakibatkan variasi data tinggi sekali. Data yang diperoleh pada umumnya adalah data kualitatif (walaupun tidak menolak data kuantitatif), sehingga teknik analisa data belum ada pola jelasnya, oleh karena itu peneliti sering mengalami kesulitan dalam analisis. Adapun dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Pada umumnya alasan menggunakan metode kualitatif karena permasalahan belum jelas, holistik, kompleks, dinamis dan penuh makna sehingga tidak mungkin data pada situasi sosial tersebut dijaring dengan metode penelitian kuantitatif dengan instrumen seperti test, kuesioner atau pedoman wawancara. Salain itu peneliti bermaksud memahami situasi sosial secara mendalam, menemukan pola, hipotesis dan teori.
42
Sugiyono, Metode penelitian kuantitaif dan kualitatif, Bandung : Alfabeta,Hal. 243
43
44
C. Teknik dan instrumen pengumpulan data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian ialah mendapatkan data. 43 Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar yang ditetapkan. Ada dua hal yang mempengaruhi kualitas hasil penelitian, yaitu, kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Karena itu seorang peneliti harus melakukan validasi. Pada penelitian ini peneliti menggunakan beberapa instrumen yang mana instrumen ini kiranya dapat mendukung keabsahan dari penelitian. Menyusun instrumen adalah pekerjaan penting di dalam langkah penelitian. Akan tetapi mengumpulkan data jauh lebih penting lagi. Apa lagi jika peneliti menggunakan metode yang memilki cukup besar celah untuk dimasuki unsur minat peneliti. Untuk itulah sebabnya menyusun instrumen pengumpulan data harus ditangani secara serius agar diperoleh hasil yang sesuai dengan kegunaannya yaitu pengumpulan variabel
yang tepat.
Adapun teknik pengumpulan data yang
digunakan oleh peneliti pada penelitian ini adalah sebagai berikut yaitu ; wawancara, observasi dan dokumentasi. Yang
dari
ketiga teknik tersebut
merupakan sebagian dari metode pengumpulan data. 1. Wawancara Interview yang sering juga disebut dengan wawancara atau kuisioner lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan` oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewee). Interviewee digunakan untuk peneliti menilai bagaimana pengelolaan sumber belajar dan media dilaksanakan pada sekolah Darul abidin. 43
Sugiyono, Metode penelitian kuantitaif dan kualitatif, Bandung : Alfabeta, Hal. 224
45
Tujuan dari wawancara yang peneliti laksanakan ialah untuk mengetahui bagaimana pengelolaan media dan sumber belajar pada model moving class dilaksanakan pada SMP IT Darul Abidin. Apakah terdapat perbedaan pengelolaan media dan sumber belajar pada model kelas menetap dan moving class. Adapun narasumber yang peneliti wawancarai ialah kepala sekolah dan guru dari masing – masing rumpun mata pelajaran, yaitu antara lain ; a. Kepala sekolah SMP IT Darul Abidin b. Guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Social (IPS) c. Guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) d. Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia e. Guru mata pelajaran matematika f. Guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam a. Pedoman wawancara Agar
wawancara dapat berjalan sesuai dengan tujuan dari penelitian,
maka dari itu perlu dibuat suatu pedoman wawancara. Pedoman wawancara dibuat agar peneliti dapat memperoleh informasi mengenai penglelolaan media dan sumber belajar di SMP IT Darul Abidin. Adapun pedoman wawancara sebagai berikut ; Pedoman wawancara Pengelolaan Sumber Belajar Pada Moving Class Di SMP Darul Abidin Karakteristik narasumber : Bidang studi yang diajarkan : 1. pengelolaan sumber belajar dan media pada suatu kelas 2. Media pembelajaran yang tersedia dikelas 3. Manfaat penggunaan media dan sumber belajar pada proses pembelajaran 4. Alasan penerapan desain kelas yang digunakan pada kelas yang diajar 5. hambatan dalam pelaksanaan moving class 6. Keseuaian perangkat pembelajaran dengan karakteristik mata pelajaran
46
7. Hambata guru dalam penggunaan berbagai media dan sumber belajar 8. Kriteria dalam pemilihan sumber belajar
2. Observasi Menurut Nasution (1988), observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.44 Dalam observasi ini, peneliti terlibat dalam kegiatan orang yang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Tujuan dari pelaksanaan observasi ini ialah untuk mengetahui pengelolaan media dan sumber belajar di SMP IT Darul abidin. Apakah media yang digunakan telah sesuai dengan tujuan pembelajaran dan juga apakah media yang digunakan oleh guru memiliki keterkaitan dengan materi. Maka dari itu perlu kiranya disusun sebuah instrumen obeservasi, agar penilaian yang peneliti lakukan mempunyai tolak ukur yang jelas pada objek yang akan diteliti. Instrumen observasi sumber belajar dan media pembelajaran No
Objek observasi
A
Perencanaan media dan sumber belajar
B
Penempatan media dan umber belajar
C
Proses penggunaan sumber belajar dan media
D
Pemanfaatan media dan sumber belajar
E
Perawatan media dan sumber belajar
F
Pengelolaan ruangan belajar
1
2
3
4
5
Indikator ini menggunakan skala likert dari 1 sampai 5 berpedoman pada interpretasi menurut Suharsimi arikunto rinciannya sebagai berikut : 44
Sugiyono, Metode penelitian kuantitaif dan kualitatif, Bandung : Alfabeta, Hal. 226
47
1. Tidak baik, jika nilai yang diperoleh < 10% 2. Kurang baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval < 40% 3. Cukup, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 41 – 60% 4. Baik, jika nilai yang dieroleh berada pada interval 61 – 80% 5. Sangat baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 81 – 100% Untuk mendapatkan hasil dari pengelohan data pada instrumen observasi penelitian yang dilakukan, peneliti menggunakan rumus persentase sebagai berikut ; 45
P : Persentase F : Frekuensi N : Number of case ( banyaknya responden)
Indikator observasi tersebut untuk mendapatkan hasil gambaran dari observasi yang peneliti lakukan. Adapun sasaran dan objek dari observasi ini ialah beberapa rumpun mata pelajaran, yaitu antara lain ; . 1. Rumpun mata pelajaran Pendidikan agama islam 2. Rumpun mata pelajaran Ilmu pengetahuan alam 3. Rumpun mata pelajaran Ilmu pengetahuan sosial 4. Rumpun mata pelajaran Bahasa Indonesia 5. Rumpun mata pelajaran matematika
3. Studi Dokumen Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya – karya monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap dari metode observasi dan wawancara dalam 45
Anas sudjono, Pengantar statistik pendidikan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo),hal. 43
48
46
penelitian kualitatif.
Hasil dari observasi atau wawancara, akan lebih kredibel/
dapat dipercaya jika didukung oleh dokumen. Tujuan dari studi dokumen merupakan sebagai penguat dan pelengkap dari metode penelitian, hingga akhirnya ketiga teknik pengumpulan data, baik wawancara, observasi dan dokumen akan diambil menjadi kesimpulan dari penelitian. Data yang penulis peroleh dilapangan melalui obeservasi, wawancara, dan studi dokumentasi tersebut dikelompokkan sesuai dengan pertanyaan penelitian, kemudian dilakukan penyesuaian data. Berikut ini adalah dokumen yang peneliti jadikan sebagai bagian dari bahan penelitian ; Tabel jenis dokumen No
Jenis dokumen
Keterangan
1
Profil sekolah
Ada
2
Sejarah sekolah
Ada
3
Program kegiatan sekolah
Ada
4
Visi dan misi sekolah
Ada
5
Rancangan pelaksanaan pembelajaran
Ada
6
Silabus pembelajaran
Ada
7
Dokumentasi
Ada
D. Teknik Analisa Data Pada penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode
triangulasi.
Triangulasi
diartikan
sebagai
teknik yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. 47
46 47
Sugiyono, Metode penelitian kuantitaif dan kualitatif, Bandung : Alfabeta, Hal. 240 Ibid., hal. 241
49
Dalam hal triangulasi , Susan staiback (1988) menyatakan bahwa tujuan dari triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena tetapi lebih pada peningkatan peneliti terhadap apa yang telah ditemukan.48 Nilai dari teknik pengumpulan data dengan trianggulasi adalah untuk mengetahui data yang telah diperoleh convergent (meluas), tidak konsisten atau kontrakdiksi. Oleh karena itu dengan menggunakan teknik trianggulasi dalam pengumpulan dalam pengumpulan data, maka data yang diperoleh akan lebih konsisten, tuntas dan pasti. Dengan trianggulasi akan lebih meningkatkan kekuatan data, bila dibandingkan dengan satu kekuatan.
Observasi
Wawancara
Sumber data
Dokumentasi
Bagan diatas menggambarkan mengenai teknik analisa data yang penulis gunakan, dapat disimpulkan bahwa semua sumber data diambil dari sumber yang sama tetapi teknik yang digunakan bermacam – macam. Tujuan dari analisis data yang penulis lakukan tidak lain untuk mengetahui bagaimana pengelolaan pada sumber belajar dilaksanakan, baik pada proses perencanaan, penggunaan, pemanfaatan dan pengelolaan ruang belajar dengan menggunakan konsep moving class. faktor apa saja yang membedakan antara pengelolaan media dan sumber belajar pada model kelas menetap dan moving class.
48
Ibid.,
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMP IT Darul Abidin 1. Sejarah singkat SMP IT Darul Abidin SMP IT Darul Abidin beralamat di Jl. Karet Hijau No. 52 Beji, Depok, Jawa Barat. Sekolah ini didirikan pada tahun 2006 dan mulai beroperasi pada tahun 2007. Pada awal berdirinya sekolah ini, hanya menyelenggarakan pendidikan untuk tingkat dasar saja seperti TK dan SD. SMP IT Darul Abidin bernaung dibawah yayasan SIT (Sekolah islam terpadu) Darul Abidin. Yayasan Darul Abidin sebagai yayasan pendidikan yang sangat “concern” dalam penyelenggaraan pendidikan berkualitas telah 14 (empat belas) tahun menjalankan kegiatan ini dan diminati masyarakat untuk tingkat TK dan SD. Sekolah Menengah Pertama Darul Abidin adalah sekolah menengah pertama yang mengembangkan buadaya riset (penelitian) dengan memanfaatkan ICT (Information & Communication Technology) secara optimal. selain itu juga disediakan program bagi siwa-siswi untuk menguasai dan terbiasa menggunakan bahasa inggris dalam komunikasi sehari-hari. Selama empat belas tahun perjalanan yayasan Darul Abidin mengalami perkembangan secara signifikan dalam, baik prestasi akademis maupun non akademis, perkembangan jumlah siswa dan perkembangan sarana dan prasarana. Seiring berjalannya waktu SMP Darul Abidin berkembang menjadi sekolah yang banyak diminati. Hal ini terbukti pada saat pendaftaran siswa baru selama tiga tahun terakhir selalu bertambah. Total ada 12 rombongan belajar secara keseluruhan dan 4 kelas pada setiap tingkatan kelasnya. Dan juga jumlah keseluruhan guru dan pegawai khusus untuk SMP Darul Abidin ada 28 orang. Dan jumlah keseluruhan siswa 307 orang.
50
51
2. Visi dan misi dan tujuan SMP IT Darul Abidin Sebagai sebuah lembaga pendidikan SMP IT Darul Abidin perlu memiliki Visi dan Misi serta tujuan yang jelas. Adapun Visi, Misi dan tujuan SMP IT Darul abidin adalah sebagai berikut: a. Visi “To be an Islamic Educational Institution that Develop Robbani Generation and Strive for Excellence” Sebagai sebuah lembaga pendidikan visi merupakan cerminan dan sebagai cita-cita yang ingin dicapai oleh lembaga pendidikan. Sama halnya dengan citacita yang ingin dicapai oleh SMP IT Darul Abidin. Dengan visi yang dimiliki SMP IT Darul Abidin ingin menjadi sebuah lembaga pendidikan islam yang bisa mencetak generasi rabbani dengan keislaman yang kuat. Namun demikian visi tersebut harus dikaji ulang, karena visi tersebut masih terlalu dalam ukurannya. b. Misi Islamic character Holistic education Engaging & joy learning
Misi merupakan kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai visi yang telah ditetapkan bersama-sama. Misi di atas diharapkan mampu untuk dilakukan dengan baik dan dapat mendukung terhadap pencapain visi yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, pihak sekolah harus mampu melaksanakan misi tersebut dalam bentuk kegiatan yang nyata sehingga ada manfaat yang didapat dari kegiatan tersebut untuk mencapai visi yang telah ditetapkan bersama-sama. Dalam mewujudkan visi diatas perlu kiranya langkah – langkah agar visi dan misi tersebut dapat tercapai. Adapun usaha agar visi dan misi dapat tercapai melalui beberapa kegiatan sebagai berikut.
52
1. Kegiatan Majelis Pagi : Kegiatan
pagi yang melibatkan siswa & dewan guru untuk
melaksanakan kegiatan sholat dhuha, tilawah, dan belajar berlatih public
speaking
menyampaikan
kultum
keislaman.
Dan
Mempersiapkan dari segi jasadiah & ruhiyah 2. Mentoring : Kegiatan yang dikemas secara terbuka sebagai sarana atau wadah pendalaman agama Islam untuk mencapai SKL keislaman JSIT agar peserta didik memiliki religiusitas sesuai dng perkembangan psikologis remaja. Home room time : muhasabah diri bagi siswa dan sebagai sarana pendekatan siswa dengan wali kelas nya. 3. The first two week : Sebuah agenda kegiatan yg difokuskan pada pembentukan karakter siswa melalui diskusi dan sharing rules serta dilanjutkan dengan simulasi coba langsung.
Ketika karakter sdh dibentuk, diharapkan
nilai yg sdh ditanamkan akan menjadi long lasting habit. 4. Kelas pilihan : Kelas pilihan dibentuk sebagai cara sekolah menghargai keragaman minat dan bakat juga bagian dari pengembangan kecerdasan majemuk siswa secara spesifik, adapun Kelas yang ditawarkan antara lain; seni lukis, seni Kriya, seni fotografi, seni bela diri, game flash, Seni music & alat, seni vokal, seni teater, seni tari. 5. Kelas komunitas : Kelas komunitas dibentuk sebagai cara sekolah menghargai perbedaan indvidu dan keragaman
minat dan bakat juga bagian dari
pengembangan kecerdasan majemuk siswa secara spesifik. Siswa berhak memilih komunitas yang paling diminati untuk djadikan komunitas berinterksinya selama satu tahun ajaran. Pada setiap akhir semester akan disiapkan satu hari sebagai hari unjuk kemampuan komunitas. Adapun kelas komunitas yang ditawarkan ialah : history
53
lovers, social science, english story telling, poem lovers, food lovers, KIR
community,
green
community/DSB,
leadership,
history
community. 6. Student Lead Conference (SLC) : Bagian dari cara sekolah untuk menyiapkan seorang pemimpin di masa depan. Sekolah memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk memilih dan memiliki sebuah proyek di setiap semester. Proyek akan dipresentasikan di akhir semester dalam sebuah konferensi dan dihadiri oleh orang tua. Berdasarkan visi dan misi SMP IT Darul abidin, peneliti menilai bahwa masih terdapat hal-hal yang bersifat umum dan perlu untuk dibuat rumusan yang lebih khusus lagi sehingga tujuan yang akan dicapai akan lebih jelas. Kegiatan yang penulis sebutkan di atas hanya sebagian dari macam – macam kegiatan yang ada di sekolah Darul Abidin. Tentunya semua kegiatan tersebut dirancang untuk mendukung tercapainya Visi dan Misi yang dimiliki oleh sekolah.
3. Data siswa
Data siswa pada SMP IT Darul Abidin yang penulis tampilkan ialah data siswa selama tiga tahun terakhir, dari tahun 2013 sampai dengan 2016. Selama tiga tahun terakhir jumlah siswa relatif tetap walaupun jumlah siswa yang ingin mendaftar terus bertambah dari tahun ke tahunnya. Tabel data siswa Tahun
Pendaf
ajaran
tar
Kelas VII siswa
Jumla
Kelas VIII Siswa
h
Kelas IX
jumlah siswa
Jumla
rombel
h
rombel
Jumlah siswa
rom bel
rombel
2013/2014
150
104
4
100
4
98
4
302
12
2014/2015
165
104
4
104
4
99
4
307
12
2015/2016
176
101
4
102
4
104
4
307
12
54
Berdasarkan tabel data siswa di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan jumlah siswa berdasarkan peminat yang ingin mendaftar terus bertambah dari tahun ke tahun. Demi menjaga suasana kondusif dalam proses pembelajaran maka sekolah ini menetapkan jumlah siswa disesuaikan dengan ketersediaan sarana dan prasarana. 4. Data guru dan pegawai Untuk menunjang Proses Belajar Mengajar (PBM) perlu didukung oleh tenaga pendidik dan kependidikan. Jumlah guru yang terdapat di SMP IT Darul Abidin yaitu berjumlah 23 orang, jumlah guru tersebut sebagian besar merupakan Sarjana Strata 1 yang memiliki kemampuan diberbagai macam disiplin ilmu. Tabel data guru No
Nama
Jabatan
Bidang studi
1
Fitri widya ayuningsih
Kepala sekolah
IPS
2
Sumiati
Wakil kepala sekolah
IPA
3
Arif Rahman
Wali kelas 7A
IPA
4
Nurul badriah
Wali kelas 7B
Bahasa inggris
5
Ranti muria
Wali kelas 7C
Pendidikan Agama Islam
6
Ainun rohmiatun
Wali kelas 7D
Bimbingan konseling
7
Ria agustina
Wali kelas 8A
IPA
8
Erika
Wali kelas 8B
Bahasa Inggris
9
Rukiyah
Wali kelas 8C
IPS
10
Fevi shofiah
Wali kelas 8D
IPA
11
Eptiarti rahayu
Wali kelas 9A
IPS
12
Gunawan
Wali kelas 9B
IPS
13
Siti Dahniar
Wali kelas 9C
Matematika
14
Siti chairunnisa
Wali kelas 9D
Matematika
15
Ria Agustina
Guru bidang studi
Matematika
16
Yaofik fadhil
Guru bidang studi
Bahasa Arab
55
17
Dasep Supiadin
Guru bidang studi
Bahasa indonesia
18
Nurfadhilah Widiarti
Guru bidang studi
Bahasa Indonesia
19
Imam Supargo
Guru bidang studi
Bahasa Indonesia
20
Ardhi
Guru bidang studi
IPA
21
Ammar iskarima
Guru bidang studi
Pendidikan Agama islam
22
Wisnu perdana
Bimbingan konseling
24
Solichin
PJOK
23
Adi septian
Bimbingan al-quran
Bimbingan konseling Bimbingan Alquran
5. Sarana dan prasarana Fasilitas pendukung yang terdapat di SMP IT Darul Abidin ialah sebagai berikut : Tabel data sarana dan prasarana NO
Fasilitas
Jumlah
Kondisi
1
Ruang kelas
14 ruang
Baik
2
Laboratorium IPA
1 ruang
Baik
3
Laboratorium bahasa
4
Laboratorium komputer
3 ruang
Baik
5
Ruang perpustakaan
1 ruang
Baik
6
Ruang kesenian
-
7
Ruang keterampilan
-
8
Kamar mandi guru dan siswa
10 ruang
Baik
9
Ruang kantor guru
1 ruang
Baik
10
Lapangan futsal
1 buah
Baik
11
Ruang aula
1 ruang
Baik
-
Berdasarkan data tabel di atas dan diperkuat dengan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, seluruh ruang yang ada di SMP IT Darul Abidin dalam
56
keadaan baik dan dapat dipergunakan untuk menunjang kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, diharapkan kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. B. Analisa dan interpretasi data Data diperoleh melalui wawancara dengan guru, observasi dan studi dokumen. Setelah data terkumpul hasil dari wawancara, observasi dan studi dokumen, maka data yang telah peneliti dapatkan diolah menggunakan teknik triangulasi.
Pengolahan
data
menggunakan
trianggulasi
ialah
teknik
penggabungan dari semua metode pengeolahan data. Kegunaan teknik ini ialah untuk mengambil gambaran dan kesimpulan dari hasil penelitian yang penulis laksanakan. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui bagaimana pengelolaan sumber belajar pada model moving class. Apakah terdapat perbedaan yang signinfikan antara model kelas menetap dan kelas bergerak, tentunya hal ini menjadi kajian yang menarik bagi peneliti untuk mengkaji secara lebih mendalam. 1. Hasil penelitian Hasil penelitian ini merupakan komparasi dari semua teknik yang penelii gunakan, dari semua teknik tersebut peneliti mengambil kesimpulan yang bisa menggambarkan penelitian. Dari kedua metode tersebut diharapkan nantinya didapatkan kesesuian data, baik dari wawancara dan pengamatan yang peneliti lakukan mengenai pengeloaan sumber belajar pada moving class. Seperti telah penulis jelaskan pada bab sebelumnya, bahwa peneliti menggunakan intrumen observasi dengan menggunakan skala likert. Tujuan dari instrumen observasi agar penelitian yang penulis laksanakan lebih terarah dan memiliki tolak ukur yang jelas. Adapun keterangan nilai yang penulis gunakan ialah sebagai berikut ;1 = Tidak baik, 2 = kurang baik, 3 = cukup, 4 = baik, 5 = sangat baik, dan hasil dari observasi yang peneliti lakukan akan dijelaskan pada tabel di bawah ini.
57
Tabel hasil observasi No
1
Indikator
Perencanaan sumber/media
Skor 1
2
3
4
5
-
-
10%
90%
-
-
-
15%
77,5
7,5%
pembelajaran 2
Penempatan media/sumber belajar
3
Penggunaan
% media/sumber
-
-
10%
87%
3,4%
media/sumber
-
-
20%
70%
10%
media/sumber
-
-
20%
80%
-
-
-
12%
84%
4%
belajar 4
Pemanfaatan belajar
5
Perawatan belajar
6
Pengelolaan ruangan belajar
A. Perencanaan media/ sumber belajar Berbicara mengenai perencanaan sendiri merupakan aspek yang paling penting dalam sebuah pengelolaan. Karena dari sebuah rencana maka akan terbentuk sebuah program yang harus dilaksanakan. Dari sebuah rencana juga akan dapat gambaran dan tujuan yang akan dicapai dari suatu program. Hasil dari observasi yang peneliti dapatkan pada poin perencanaan media dan sumber belajar adalah, 90% perencanaan media dan sumber belajar yang guru lakukan untuk kegiatan pembelajaran bisa dikatakan baik. Sedangkan 10% bernilai cukup. Proses penilaian ini peneliti lakukan dengan pengamatan secara langsung. Observasi penulis laksanakan di lima kelas yang berbeda dengan rumpun mata pelajaran yang juga berbeda. secara garis besarnya dapat dikatakan bahwa perencanaan sumber belajar berlangsung baik.
58
Fenomena menarik dari perencanaan media dan sumber yang peneliti temukan ialah, para guru dikalisifikasikan berdasarkan kemampuannya mengenai penguasaan metode pembelajaran dan pengelolaan media. Klasifikasi kemampuan para guru adalah : guru muda untuk guru yang masih minim pengalaman. Guru muda akan selalu diberikan pelatihan untuk mengembangkan kemampuannya dalam pengelolaan sumber belajar. klasifikasi lain ialah guru middle atinya guru yang sudah mempunyai pengalaman dan telah melewati pelatihan tetapi perkembangannya perlu harus selalu dipantau. Selanjutnya ialah guru ahli yang sudah mumpuni dalam penguasaan media dan metode pengajaran. Para guru ahli inilah yang memeberikan pelatihan kepada guru muda.
49
Dari kutipan
wawancara tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa proses perencanaan media dan sumber belajar di SMP IT Darul Abidin berjalan dengan baik dan berkesinambungan. Proses perencanaan media dan sumber belajar juga terdapat pada silabus dan RPP. Dimana sekolah sendiri telah menetapkan standarisasi mengenai perencanaan media baik itu terkait dengan kesesuian materi pelajaran dan keseuian dengan prinsip belajar aktif.
50
Perencanaan sumber belajar sendiri
menjadi hal yang sangat penting pada model moving clas. Karena moving sendiri mempunyai arti suatu pembelajaran yang berkarakter mata pelajaran. maka dari itu pengelolaan media dan sumber belajar harus mendapat perhatian yang lebih. Perencanaan media pembelajaran tentu harus ada
aspek–aspek
yang
diperhatikan yang bisa dijadikan sebagai komponen penilaian dalam ukuran perencanaan tersebut. Yang pertama, media yang guru gunakan pada proses pembelajarannya harus sesuai dengan tujuan pembelajaran. Pada kelas yang peneliti amati kiranya media yang digunakan telah sesuai dengan tujuan pembelajaran.
49
Kutipan wawancara dengan Ibu fitri (kepala sekolah Darul abidin dan guru IPS), pada tanggal 18 Mei 2016 pukul 13.30 50 Kutipan wawancara dengan Ibu fitri (kepala sekolah Darul abidin dan guru IPS), pada tanggal 18 Mei 2016 pukul 13.30
59
Selanjutnya sumber belajar dan media memiliki keterkaitan dengan materi. Media yang digunakan memang seharusnya memiliki keterkaitan dengan materi, sebagai contoh media yang digunakan pada pelajaran bahasa Indonesia, guru menggunakan koran sebagai media pembelajaran. media tersebut mudah ditemukan dan mudah dimengerti oleh siswa. Kesesuian antara materi pembelajaran dengan media yang digunakan harus menjadi petimbangan pertama bagi guru, sebab dalam pendekatan sistem tujuan pembelajaran adalah komponen yang utama dalam proses pembelajaran. Perencanaan sumber belajar juga harus bersifat mudah ditemukan dilingkugan sekitar, artinya dalam hal pemanfaatan media mudah ditemukan dari lingkungan. Hal ini meungkinkan siswa untuk dapat berkreasi dalam proses pembelajarannya. secara umum peneliti menilai perencanaan media dan sumber belajar di SMP Darul Abidin telah terancang dengan baik. B. Penempatan media dan sumber belajar Penempatan media dan sumber belajar merupakan bagian penting pengelolaan media. Hal ini dikarenakan pada aspek inilah media akan dinilai. Apakah penempatannya sudah tepat atau belum. Dikarenakan SMP Darul Abidin menerapkan model moving class, maka penempatan media pada setiap kelas bersifat paten dan tak banyak perubahan. Hal ini dikarenakan untuk menggambarkan bahwa sekolah ini telah siap dalam penerapan model moving class, dalam rangka menyelengggarakan kelas yang berkarakter mata pelajaran. Penempatan media yang cukup menarik bagi peneliti ialah, peneliti menjumpai di depan setiap ruang kelas terdapat majalah dinding. Yang mana fungsi dari setiap majalah dinding tersebut berisi info, artikel, ulasan ataupun tulisan yang berkaitan erat dengan materi pelajaran pada suatu ruangan tersebut. Berikut ini contoh akan peneliti tampilkan penempatan media majalah dinding yang ada di depan ruang mata pelajaran IPS . Gambar 4.1
60
Contoh penempatan media majalah dinding di depan ruangan.
Aspek penempatan media juga berkaitan erat dengan pengelolaan kelas. Hal ini dikarenakan dengan penempatan media diharapkan guru sudah bisa menguasai denah kelasnya. Dengan penempatan media di tempat yang tepat dapat di nilai apakah media yang digunakan bisa menjangkau seluruh siswa pada proses pembelajarannya. Berdasarkan hasil presentase yang peneliti tampilkan pada tabel di atas, maka variasi presentase nilai pada hasil pengamatan beragam. Untuk presentase kategori cukup sebanyak 15%, kategori baik 77,5% dan kategori sagat baik 7,5%. Adanya variasi nilai pada indikator penempatan media dan sumber belajar dikarenakan setiap guru memiliki cara tersendiri dalam penempatan media yang mereka gunakan, peneliti mengambil nilai presentase terbesar dalam penempatan media dan sumber belajar yaitu nilai dengan kategori baik. Adapun bagian indikator yang menjadi penilaiannya ialah ; Dari semua indikator di atas peneliti mengambil garis besar dengan membuat presentase secara keseluruhan bahwa dalam penempatan media di SMP Darul abidin termasuk baik, hal ini karena setiap guru mempunyai tanggung
61
jawab dalam mengelola setiap ruangannya masing – masing. Dari bagian indikator yang telah disebutkan diatas dapat disimpulkan bahwa penempatan media tidak hanya melibatkan guru sebagai subjek tunggal tetapi juga siswa dilibatkan dalam penempatannya. Baik dalam kemudahan untuk diakses oleh guru atau siswa tetapi juga apakah media tersebut harus mudah dilihat dan dijangkau. Penggunaan konsep moving class di sekolah ini telah diterapkan secara maksimal, walaupun masih terdapat kekurangan. Walau demikian bukti bahwa konsep moving class coba diaplikan dengan baik ialah, setiap guru memiliki rungannya sendiri untuk dikelola sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkannya. C. Penggunaan media dan sumber belajar Hakikat dari Sumber belajar adalah segala sesuatu yang tersedia di sekitar lingkungan belajar yang berfungsi untuk membantu optimalisasi hasil belajar. Optimalisasi hasil belajar ini dapat dilihat tidak hanya dari hasil belajar saja, namun juga dilihat dari proses pembelajaran yang berupa interaksi siswa dengan berbagai sumber belajar yang dapat memberikan rangsangan untuk belajar dan mempercepat pemahaman dan penguasaan bidang ilmu yang dipelajari.51 Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa pengunaan media dan sumber belajar sangat diperlukan baik oleh guru maupun siswa dalam kegiatan pembelajarannya. penggunaan media diharapkan dapat membantu siswa lebih tertarik dan bisa memahami materi yang disampaikan oleh guru. Media juga membuat proses pembelajaran lebih menarik. Hasil observasi yang peneliti lakukan di SMP Darul Abidin mengenai penggunaan media dan sumber belajar cukup beragam presentasenya. Dari pengamatan yang peneliti lakukan dalam penggunnaan media, presentase untuk kategori cukup sebanyak 10%, 87% kategori baik, dan 3,4% sangat baik. Pelaksanaan observasi yang peneliti laksanakan di lima ruangan yang berbeda dengan rumpun mata pelajaran yang berbeda juga. Pada pelaksanaan observasi ini 51
Dr.Wina sanjaya 2008, Perencanaan dan desain sitem pembelajaran cetakan pertama, Jakarta:Kencana prenada media grup. Hal. 228
62
banyak hal menarik yang peneliti temukan. Para guru di SMP Darul Abidin memang diharuskan untuk kreatif dalam penggunaan media. Baik menggunakan media pembelajaran yang telah tersedia dikelas masing–masing ataupun berkreasi dengan media pilihan guru itu sendiri. Penggunaaan media dan sumber belajar yang dikelola oleh guru hendaknya menerapkan prinsip dan kriteria dalam pengelolaanya. Dari pengamatan yang peneliti lakukan, para guru cukup kreatif dalam penggunaan media. Sebagai contoh pada mata pelajaran IPA, guru cukup menggunakan botol bekas air mineral yang bisa dijadikan pot tanaman, kemudian di dalam tempat tersebut diletakkan potongan busa sebagai pengganti tanah. Pada praktek pelajaran tersebut guru menerapkan prinsip bahwa media mudah ditemukan, mudah digunakan dan juga muda dimanfaatkan baik oleh guru maupun siswa. Dibawah ini akan peneliti tampilkan contoh penggunaan media oleh guru menggunakan barang bekas sebagai pot tanaman. Gambar 4.2
Gambar 4.3
Dalam penggunaan media setiap guru tentu mempunyai kriteria tersendiri dalam pemilhannya, kriteria yang ditetapkan oleh guru siharapkan sesuai dan dapat membantu guru pada proses pembelajarannya. Berikut ini kriteria beberapa guru dalam penggunaan media; “Kriteria saya dalam penggunaan media dan sumber belajar ialah mudah dicari dan efisien” 52
52
Kutipan wawancara dengan Ibu fitri (kepala sekolah Darul abidin dan guru IPS), pada tanggal 18 Mei 2016 pukul 13.30
63
“Dalam pemilihan sumber belajar, penggunaan media
harus dipilih
53
dengan kriteria awet,utuh dan update”
Dari kutipan wawancara dan gambar di atas yang peneliti tampilkan dapat disimpulkan bahwa pengunaan media hendaknya menggunakan prinsip mudah. Bukan saja hanya mudah bagi guru saja tetapi juga bagi murid dan yang paling penting dalam penggunaan media ialah objek yang akan digunakan sebagai media mudah ditemukan dan dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. Penggunaan berbagai media yang dilakukan oleh guru di SMP Darul Abidin telah menjadi ciri khas pada sekolah ini, karena sekolah ini telah lama menerapkan model moving class. Pada model moving class keratifitas guru dalam pengelolaan media dan sumber belajar sangat ditekankan. Untuk menerapkan model pembelajaran moving
class,
penggunaan
media
menjadi
nilai
lebih
pada
proses
pembelajarannya. Cara dari setiap guru dalam penggunaan media bermacam – macam, ada yang menggunakan media yang bersifat ekonomis dan mudah ditemukan di sekitar sekolah, ada guru yang menggunakan media dari sampah – sampah bekas kemudian disulap menjadi media pembelajaran yang menarik, dan ada juga guru yang menggunakan media yang berbasis internet, sehingga siswa juga dapat bereksplorasi dalam mencari sumber belajar selain dari buku teks pelajaran. Bagaimanapun juga secara keseluruhan poin ketiga mengenai penggunaan media dan sumber belajar di SMP Darul Abidin peneliti simpulkan secara keseluruhan berkategori baik.
E. Pemanfaatan media dan sumber belajar Dilihat dari segi pemanfaatan media memberikan sangat banyak manfaat baik untuk guru ataupun siswa dalam proses pembelajaran. media dapat memberikan pengalaman langsung dan nyata bagi siswa dalam proses 53
Kutipan wawancara dengan Bapak Dasep ( Guru Bahasa indonesia), pada tanggal 19 Mei 2016 pukul 14.30
64
pembelajarannya. media dan sumber belajar juga menghindari pembelajaran yang bersifat abstrak dan verbalisme, yang mana pembelajaran hanya berlangsung satu arah dari murid ke guru. Konsep moving class yang diterapkan oleh SMP Darul Abidin menekankan pada penggunaan media sebagai alat
bantu guru dalam
proses pembelajarannya. Pemanfaatan media dan sumber belajar mempunyai banyak kriteria, yang mana dari kriteria tersebut peneliti menetapkan menjadi bagian dari objek penilaian ketika melaksanakan observasi. Media yang digunakan oleh guru hendaknya bersifat efektif. Maksud dari efektif sendiri ialah media mudah digunakan dan mudah ditemukan dari lingkungan sekitar sekolah. Kemudahan dalam pengoperasian media ini sendiri tidak hanya bersifat mudah bagi guru tapi juga murid. Pemanfaatan media yang peneliti temukan selama penelitian baik dari hasil wawancara maupun observasi tidak jauh berbeda. pemanfaatan media yang dilakukan oleh guru cukup kreatif. Salah contoh dokumentasinya telah peneliti tampilkan pada poin nomer tiga, Yang mana kreatifitas guru dalam pemanfaatan dan penggunaan media di SMP Darul Abidin tidak dibatasi oleh manajemen sekolah. Pemanfaatan media yang dilaksakan oleh guru di SMP Darul Abidin terbagi menjadi dua, yaitu media yang telah tersedia dan media yang diciptakan sendiri oleh guru.54 Contoh media yang telah paten dan tersedia dikelas seperti infokus, alat peraga dan mading. media yang telah tersedia tersebut tinggal dimanfaatkan saja oleh guru pada proses pembelajarannya. Sedangkan media yang diciptakan dan dikreasikan ialah media yang belum tersedia dikelas, pada poin ini bukan hanya tugas guru untuk menciptakan media tetapi juga arahan guru untuk siswa dalam memanfaatkan media dari lingkungan sekitar. Dalam pemanfaatan media guru juga sebaiknya melibatkan peserta didik. Pada setiap kelas yang peneliti jumpai, disetiap ruangan ada hasil karya anak yang berkaitan dengan materi pembelajaran. dan didepan setiap ruangan kelas 54
Kutipan wawancara dengan Ibu fitri (kepala sekolah Darul abidin dan guru IPS), pada tanggal 18 Mei 2016 pukul 13.30
65
tersedia mading kelas. Mading kelas ini dikelola oleh guru penaggung jawab setiap ruangan bersama para peserta didik. dalam hal ini peneliti simpulkan bahwa siswa juga dilibatkan juga memiliki keterlibatan dalam mengelola media dan sumber belajar. Gambar dan poto berikut akan menampilkan pemanfaatan media yang dikelola oleh guru dan siswa berupa hasil karya siswa yang dipajang di dalam ruangan. Gambar 4.4 (contoh hasil karya siswa di ruangan Matematika)
Gambar 4.5 (contoh hasil karya siswa di ruangan IPA)
Gambar 4.6
66
Mading dan hasil karya siswa pada ruangan matematika
Hasil pengamatan pada pemanfaatan media dan sumber belajar yang peneliti laksanakan di SMP IT Darul Abidin ialah untuk kategori nilai cukup sebanyak 20%, untuk kategori baik mendapatkan presentase 70% dan kategori sangat baik mendapatkan presentase sebanyak 10%. Secara keseluruhan hasil observasi pemanfaatan media dan sumber belajar peneliti nilai berlangsung secara baik. . Dari pengamatan dan wawancara yang peneliti lakukan bisa disimpulkan bahwa untuk pemanfaatan media sendiri tergantung bagaimana kreatifitas guru dalam mencari dan menggali media yang relevan dengan materinya. Sebagai contoh untuk mata pelajaran ipa guru menggunakan media botol plastik yang kemudian diisi dengan sedikit potongan dari busa untuk media prkatikum IPA. Dalam pelajaran bahasa Indonesia guru menggunakan media cetak (Koran) untuk membantunya dalam menjelaskan materi yang memiliki keterkaitan dengan materi. Artinya pemanfaatan media yang dilaksakan bisa peneliti simpulkan sudah baik. Hal ini dibuktikan dengan tingginya presentase kategori nilai baik.
67
F. Perawatan media dan sumber belajar Perawatan media pembelajaran yang diteliti ialah, bagaimana perawatan tersebut dilakukan sebelum pemakaian media, ketika pemakaian media dan setelah penggunaan media. Pada SMP Darul Abidin, tanggung jawab perawatan media diserahkan kepada setiap guru pada ruangan yang dikelolanya. “Dengan diterapkannya konsep moving class, pengelolaan media, kelas, dan desain kelas diserahkan kepada setiap manajer kelas atau guru kelas tersebut.” 55 “Untuk perawatan media pembelajaran pihak sekolah sangat mendukung, hal ini terbukti ketika infokus di ruangan bahasa Indonesia rusak seminggu kemudian pihak yayasan dan sekolah sudah mengganti dengan infokus yang baru”.56 Dari kutipan wawancara tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa untuk perawatan media pembelajaran tiddak hanya menjadi tanggung jawab guru tetapi juga di dukung oleh pihak sekolah, baik dalam pengadaan ataupun perawatan. Perawatan media disekolah ini dilakukan dengan rutin baik sebelum pembelajaran ataupun sesudah pembelajaran. perawatan dan pengecekan media dilakukan oleh guru masing-masing. Media yang digunakan di SMP Darul Abidin memiliki ruang khusus penyimpanan, karena setiap media yang dibutuhkan oleh guru telah tersedia diruangannya masing-masing. Untuk pengelolaan baik pengadaan ataupun perawatan media pembelajaran, konsep moving class sangat membantu guru dikarenakan setiap ruangan dibentuk sebagai kelas yang berkarakter mata pelajaran. Dari hasil observasi yang peneliti lakukan media dan sumber belajar pada SMP Darul Abidin terawat sangat baik. Hal ini dibuktikan dengan kondisi kelas yang bersih dan di setiap ruangan yang peneliti masuki tersedia lemari untuk
55
Kutipan wawancara dengan Ibu fitri (kepala sekolah Darul abidin dan guru IPS), pada tanggal 18 Mei 2016 pukul 13.30 56 Kutipan wawancara dengan Bapak Dasep ( Guru Bahasa indonesia), pada tanggal 19 Mei 2016 pukul 14.30
68
penyimpanan berbagai macam media pembelajaran. baik media pembelajaran cetak (buku, koran dan lain-lain) ataupun alat peraga. Berikut ini adalah gambar lemari untuk penyimpanan media. Gambar 4.7
Gambar 4.8
Contoh lemari tempat penyimpanan dan perawatan media
Dari keseluruhan hasil dari pengamatan peneliti mengenai perawatan media dan sumber belajar, medapatkan kriteria nilai cukup sebanyak 20% dan nilai dengan kriteria baik sebanyak 80%. Dapat peneliti simpulkan bahwa perawatan media dan sumber belajar pada SMP IT Darul Abidin bisa dikatakan baik. Terbukti dengan tinggi hasil presentase dengan nilai baik di dapatkan dengan rasio 80%. F. Pengelolaan ruang belajar Pengeloaan ruang belajar pada moving class merupakan elemen yang paling penting. Hal ini dikarenakan dengan menerapkan moving class diharapkan guru bisa membuat pembelajaran lebih efektif dan kelas yang digunakan bisa di desain menjadi kelas yang bercirikan karakter mata pelajaran. desain kelas yang bercirikan karakter mata pelajaran menjadi pembeda antara kelas menetap dan kelas bergerak. Keunggulan pada model moving class terletak pada pengelolaan
69
media dan sumber pembelajaran. oleh karena itu pengelolaan ruang belajar menjadi faktor penting yang peneliti jadikan penilaian. Baik dari wawancara ataupun observasi yang peneliti lakukan di SMP Darul Abidin, peneliti menyimpulkan bahwa hampir semua ruang mata pelajaran bercirikan mata pelajaran. ketetepan dari pihak yayasan dan sekolah untuk menerapkan konsep moving class telah berlangsug sejak lama, bahkan sejak pertama kali sekolah ini berdiri tahun 2007. Maka dari itu semua elemen baik itu guru, kepala sekolah, wakil kurikulum dan bagian sarana prasarana bekerja sama dalam menerapkan model moving class pada proses pembelajran. Setiap ruangan yang peneliti masuki telah tersedia media, baik media yang disediakan oleh pihak sekolah seperti meja, papan tulis, infokus, alat peraga dan sumber pustaka. Adapun media hasil kreasi setiap guru di setiap kelas berbeda, media ini bisa dibuat oleh guru ataupun media hasil karya siswa yang dipajang di mading kelas ataupun di dalam kelas. Berikut ini akan peneliti tampilkan contoh gambar pengelolaan ruang kelas yang ada di SMP Darul Abidin. Gambar 4.9
Contoh desain kelas IPA
70
Gambar 4.10 (Contoh desain kelas Pendidikan Agama islam)
Gambar 4.11 (contoh desain kelas Matematika)
Dari gambar di atas dapat disimpulkan setiap kelas mempunyai desain tersendiri, hal ini dilakukan untuk menunjukkan ciri khas dari setiap ruangan sehingga dapat mencerminkan karakter mata pelajaran. contohnya pada ruang mata pelajaran PAI tidak menggunakan bangku sama sekali hal ini untuk memudahkan guru ketika melaksanakan praktek mata pelajarannya. Sebagai contoh praktek sholat, baik itu praktek sholat jenazah, sholalt khauf dan lain-lain.
71
Media yang tersedia di setiap ruangan juga berbeda, bukan hanya desainnya saja yang berbeda. Media pada suatu ruangan di sekolah yang menerapkan konsep moving class diharapkan dapat menggambarkan ruangan sesuai dengan karakter mata pelajaran. Dalam hal ini SMP Darul Abidin telah berusaha untuk menerapkan dengan sebaik – baiknya dan sesuai dengan konsep moving class. berikut ini merupakan kutipan wawancara dengan guru mengenai ketersediaan media ; “Media yang tersedia dikelas yang saya ajar, infokus, koran, mading dan hasil karya siswa dan juga bahan pustaka yang terkait dengan materi pelajaran seperti cerpen dan novel”57 “Media yang tersedia dikelas saya, ada peta, globe, hasil karya anak, infokus, bahan pustaka terkait mata pelajaran dan sejarah islam”58 Hasil dari obesrvasi yang peneliti dapatkan pada indikator pengelolaan ruang belajar ialah, tinggi presentase untuk nilai cukup sebanyak 12%, presentase dengan nilai baik sebanyak 84% dan kriteria dengan nilai sangat baik sebanyak 4%. Mengenai pengelolaan ruangan belajar di SMP IT Darul Abidin peneliti simpulkan bernilai baik, walaupun masih ada kekurangan. Kekurangan pada pengelolaan ruang ialah sekolah belum dapat menampilkan pengelolaan ruang belajar yang benar- benar berkarakter mata pelajaran. Karena pada model moving class sendiri pengelolaan ruang belajar menjadi hal yang paling penting. Dari pengelolaan ruangan mata pelajaran dapat kita lihat seberapa baiknya pengelolaan pada media, maka dari itu peneliti bisa mengambil kesimpulan apakah moving class berjalan dengan efektif ataukah tidak, bisa dilihat dari bagaimana cara sekolah tersebut mengelola ruangan belajarnya. Secara keseluruhan peneliti menyimpulkan bahwa pengelolaan ruang belajar berjalan dengan baik.
57
Kutipan wawancara dengan Bapak Dasep ( Guru Bahasa indonesia), pada tanggal 19 Mei 2016 pukul 14.30 58 Kutipan wawancara dengan Ibu fitri (kepala sekolah Darul abidin dan guru IPS), pada tanggal 18 Mei 2016 pukul 13.30
BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat ditarik beberapa temuan sebagai berikut ; 1. Perencanaan sumber belajar secara keseluruhan berjalan dengan baik. Proses ini telah direncanakan jauh hari yaitu pada saat rapat kerja guru pada awal semester. Terkait dengan perencaan media dan sumber belajar guru diklasifikasikan menurut kemampuan mereka, baik itu guru muda ataupun guru ahli. Dan juga pemanfaatan sumber belajar dilingkungan juga kerap digunakan oleh guru. Namun demikian perencanaan sumber belajar harus dilakukan dengan lebih baik lagi, untuk dapat menciptakan media yang sesuai dengan karakter mata pelajara, karena masih ada beberapa media yang kurang sesuai dengan mata pelajaran. 2. Penempatan media daan sumber belajar yang dikelola oleh guru disetiap ruangan berjalan dengan baik. Media sudah ditempatkan di posisi yang tepat dengan penilaian mudah dilihat oleh siswa, mudah dioperasikan oleh guru dan penempatan media tidak menempati banyak ruang. pengelolaan dan tata ruang kelas pada sekolah ini pengelolaannya diserahkan kepada setiap guru penanggung jawab ruangan. 3. Penggunaan media dan sumber belajar berlangsung dengan baik. Media yang digunakan mudah dioperasikan guru dan juga mudah ,dioperasikan oleh siswa. Media yang digunakan ada yang bersifat tetap dan telah tersedia di dalam kelas tersebut, ada juga media yang dimanfaatkan dari berbagai macam sumber seperti barang bekas, koran, artikel, internet dan lainnya. Peran sumber belajar sendiri membantu guru dalam pembelajaran dan membuat siswa lebih mudah dalam memahami materi. 4. Pemanfaatan media dan sumber belajar sangat dipengaruhi dengan kratifitas guru untuk membentuk sumber belajar sendiri. Dari hasil yang peneliti temukan, para guru disekolah ini menggunakan berbagai macam
72
73
media untuk membantu proses pembelajrannya. Pemanfaatan media menggunakan berbagai macam sumber baik sumber belajar dan media elektronik, media cetak dan media barang bekas. Secara keseluruhan pemanfaatan media berlangsung dengan baik. 5. Perawatan media dan sumber belajar berlangsung secara berkala, baik sebelum digunakan ataupun setelah media digunakan. Perhatian pihak sekolah dan yayasan dalam perawatan cukup baik untuk perawatan media, hal ini terbukti jika ada kerusakan dan guru melapor kepada pihak kepala sarana dan prasarana maka respon dari pihak sekolah akan dengan cepat memperbaiki kerusakan yang terjadi pada suatu media. 6. Pengenlolaan ruang belajar merupakan suatu bagian terpenting pada konsep moving class. perbedaan mendasar pada model kelas menetap dan kelas bergerak ialah pada pengeloaan ruang. secara keseluruhan pengelolaan ruang belajar di SMP IT Darul Abidin telah berjalan dengan baik dan semua ruagan bercirikan karakter mata pelajaran. Berdasarkan temuan-temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa umumnya pengelolaan sumber belajar sudah terlaksana secara baik. Hal ini dibuktikan dengan perencanaan media yang dikelola dengan baik, penempatan media pada posisi yang tepat, pengunaan media dengan memanfaatkan
semua yang ada
dilingkungan sekolah, dan pengelolaan ruangan belajar yang bercirikan karakter mata pelajaran sehingga kelas tersebut bisa mencerminkan mata pelajaran. B. Saran Berdasarkan dari kesimpulan diatas, penulis dapat memberikan beberapa saran sebagai berikut : 1. Hendaknya perencanaan media seharusnya benar-benar disiapkan dengan matang, apakah media yang digunakan sudah tepat atau belum. 2. Hendaknya penempatan media yang bersifat krusial seperti alat peraga seharusnya tersedia di setiap ruangan.
74
3. Hendaknya Perawatan media seharusnya bukan hanya menjadi tanggung jawab guru tetapi juga siswa. Sehingga jika ada kerusakan tidak harus menunggu perbaikan dari pihak sekolah. 4. Hendaknya pengelolaan ruang dapat mencerminkan karakter mata pelajaran setiap ruang.
DAFTAR PUSTAKA Akhmad sudrajat, Konsep Sumber belajar, https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/15/sumber-belajar-untukmengefektifkan-pembelajaran-siswa/,diunduh pada senin, 15 Februari 2016. Anas Sudjono, Pengantar statistik pendidikan. Jakarta : PT. Raja grafindo persada, 1987, hal. 43 Arikunto, Suharsimi. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta : Rineka cipta, 2010. Cetakan keempat : Jakarta : PT. Raja grafindo persada, 1996. Arikunto, Suharsimi. Pengelolaan kelas dan siswa. Cetakan keempat, Jakarta : PT. Raja grafindo, 1996. Asep Suryana & Suryadi, Pengelolaan pendidikan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, 2009. Ati sumiyati, Rochyati, Chadijah dan Sjukma siam, Perencanaan pengajaran berdasarkan sistem. Jakarta : CV. Praktika aksara semesta, 2009. Direktorat Pembinaan SMA, Juknis pelaksanaan sistem pembelajaran moving class di SMA, 2010. Ely inayah, Manajemen sumber belajar. http://elyinayah.blogspot.co.id/2015/01/makalah-manajemen-sumberbelajar.html, diunduh pada ; rabu, 23 Maret 2016. Hamalik, Oemar. Proses belajar mengajar. Jakarta : PT : Bumi karsa, 2004. Mohammad rohman & soffan amri, strategi dan desain pengembangaan sistem pembelajaran. Jakarta : Prestasi pustaka karya, 2013. Nana sudjana. Penilaian hasil belajar mengajar. Bandung : Remaja rosdakarya, 2001. Peraturan menteri pendidikan nasional RI, no.22 tahun 2006, tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan, salinan permendikbud tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah, 2013. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta, 2013. Slameto, Proses belajar mengajar dalam sistem kredit semester. Jakarta : Bumi aksara, cetakan 1, 1991. Sanjaya, Wina. Perencanaan dan desain sistem pebelajaran. Jakarta : kencana pranada media grup,2008.
Tim pelaksana program rintisan sekolah kategori mandiri(SKM) SMAN 9 YOGYAKARTA, Rancangan program pembelajaran dengan sistem Moving class ; 2008.
Pedoman wawancara untuk guru Pengelolaan Sumber Belajar Pada Moving Class Di SMP Darul Abidin – Depok Karakteristik narasumber
Nama narasumber : …
Bidang studi yang diajarkan :
1. Bagaimana pengelolaan sumber belajar pada sekolah ini dilaksanakan? 2. Apa saja media pembelajaran yang tersedia dikelas yang bapak/ ibu ajar? 3. Media apa saja yang paling sering bapak/ibu gunakan dalam proses pembelajaran? 4. Apa saja manfaat bapak/ibu ketika menggunakan sumber belajar pada proses pembelajaran? 5. Apa saja kriteria bapak / ibu dalam menentukan pemilihan sumber belajar ? 6. Apakah bapak/ibu mengalami kesulitan dalam penggunaan berbagai macam media? 7. Apa alasan bapak/ibu menerapkan desain kelas yang digunakan pada kelas yang diajar ? 8. Berapa lama desain kelas digunakan? 9. Adakah hambatan dalam pelaksanaan moving class ? 10. Apakah perangkat pembelajaran yang bapak/ ibu gunakan telah sesuai dengan karakteristik mata pelajaran? 11. Bagaimana dukungan pihak sekolah dalam pengelolaan sumber belajar? 12. Menurut bapak/ibu apakah penerapan moving class bisa meningkatkan efektifitas dalam proses pembelajaran ? 13. Menurut bapak/ibu, apakah dengan model moving class siswa dapat lebih aktif pada proses pembelajaran? 14. Menurut bapak/ibu, Apakah moving class meninngkatkan keberanian siswa dalam bertanya pada kegiatan pembelajaran? 15. Apakah dengan model moving class siswa menjadi lebih termotivasi pada pembelajaran ?
16. Apakah moving class lebih mempermudah guru dalam menggunakan berbagai macam media ? 17. Apakah sumber belajar telah dimanfaatkan secara maksimal ? 18. Apa saja hambatan yang dialami guru dalam penggunaan berbagai macam sumber belajar/ media pembelajaran ?
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah : SMPIT Darul Abidin Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : VIII/2 Pertemuan Ke:1 Alokasi Waktu : 2 x 40 menit Standar Kompetensi : 9. Memahami isi berita dari radio/televisi Kompetensi Dasar : 9.1.Menemukan pokok-pokok berita (apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, dan bagaimana) yang didengar dan/ atau ditonton melalui radio/televisi I. Indikator Pencapaian Kompetensi Mampu menemukan pernyataan-pernyataan yang merupakan jawaban dari pertanyaan pokok-pokok berita Mampu menuliskan pokok-pokok berita dengan ejaan yang benar
II. Tujuan Pembelajaran Melalui diskusi siswa mampu menemukan pokok-pokok berita (apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, dan bagaimana) yang didengar dan/atau ditonton melalui radio/televisi; Melalui pengamatan siswa mampu menuliskan pokok-pokok berita dengan ejaan yang benar Karakter siswa yang diharapkan :
Dapat dipercaya ( Trustworthines) Rasa hormat dan perhatian ( respect ) Tekun ( diligence ) Tanggung jawab ( responsibility )
III. Materi Ajar Cara menemukan pokok-pokok berita dan implementasinya IV. Metode Pembelajaran – Contoh – Latihan – Tanya jawab – Diskusi IV. Langkah-Langkah Pembelajaran A. Kegiatan Awal Menyiapkan siswa utuk baca do’a Mengabsen siswa Apersepsi : Bertanya jawab tentang tema ”Kebakaran” dan hal-hal yang harus diperhatikan serta teknik mendengarkan berita dari radio/televisi Bertanya jawab tentang topik berita yang disukai siswa Memotivasi :
• menemukan pokok-pokok berita B. Kegiatan Inti Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru: mampu bercerita dengan urutan yang baik, suara, lafal, intonasi, gesture dan mimik yang tepat melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dan belajar dari aneka sumber; menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain; memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya; melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. memfasilitasi peserta didik dapat menemukan pokok-pokok berita (apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, dan bagaimana) yang didengar dan/atau ditonton melalui radio/televisi.
Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, guru: memfasilitasi Peserta didik Mendengarkan pembacaan teks berita Bertanya jawab tentang pokok-pokok berita yang didengar Mendengarkan teks berita pada latihan Mengidentifikasi kata-kata kunci Mengidentifikasi pokok-pokok berita berdasarkan kata-kata kunci Menjawab pertanyaan tentang isi teks Membuat pertanyaan lain tentang isi teks Mengubah sajian berita tersebut menjadi sajian berita live report Menyampaikan kembali isi berita secara lisan memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis; memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif; memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar; memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok; memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.
Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, guru: memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik, memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber, memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan, memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:
berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar; membantu menyelesaikan masalah; memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi; memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh; memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif. Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diktahui siswa Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan C. Kegiatan Akhir Dalam kegiatan penutup, guru: bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran; melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram; memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik. Memberikan penguatan materi yang baru dibelajarkan Menyimpulkan cara menemukan pokok-pokok berita dan mengemukakan kembali berita yang didengar/ditonton melalui radio/televisi V. Sumber/Bahan/Alat Berita dari radio/televisi yang diperdengarkan Teks berita dari majalah/surat kabar yang dibacakan Buku pelajaran bahasa dan sastra Indonesia.
VI. Penilaian Penilaian dilaksanakan selama proses dan sesudah pembelajaran Penilaian Indikator Pencapaian Teknik Bentuk Kompetensi Penilaian Penilaian
Instrumen
Mampu menemukan pernyataan-pernyataan yang merupakan jawaban dari pertanyaan pokok-pokok berita Mampu menuliskan pokokpokok berita dengan ejaan yang benar
No 1
Tes lisan
Uraian
Tes tulis
Uraian
Aspek Penilaian Menemukan pokok-pokok berita a. Tepat (3) b. Kurang tepat (2) c. Tidak tepat (1)
Mengemukakan kembali berita a. Baik (3) b. Kurang baik (2) c. Tidak baik (1) Menjawab pertanyaan tentang isi berita 3 a. Semua benar (3) b. Sebagian besar benar (2) c. Sebagian besar salah (1) Skor yang diperoleh X 100 Skor maksimum 2
Mengetahui, Kepala SMPIT Darul Abidin
(Fitri
Widya Ayuningsih, S.Pd.) NIK : 20100604
Kemukakan secara lisan pokok-pokok berita yang terdapat di dalam berita yang kamu dengarkan! Tuliskan pokok-pokok berita dengan singkat!
Bobot 5
Nilai
5
5
Bentuk tes: lisan dan tertulis Keteran gan Skor maksim um 3 (3 × 5) = 45 Nilai akhir :
Depok, Januari 2016 Guru Mapel Bhs Indonesia.
( Dasep Supiadin, S.Pd.) NIK : 20150609
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah : SMPIT Darul Abidin Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : VIII/2 Alokasi Waktu : 4 x 40 menit ( 2x pertemuan ) Standar Kompetensi : 9. Memahami isi berita dari radio/televisi Kompetensi Dasar : 9.2. Mengemukakan kembali berita yang didengar/ditonton melalui radio/televisi I. Indikator Pencapain Konpetensi
• • • •
Mampu menuliskan pokok-pokok berita dengan ejaan yang benar Mampu merangkai pokok-pokok berita secara bervariasi menjadi teks berita Mampu menulis satu teks berita Mampu menyunting berita yang ditulis
II. Tujuan Pembelajaran - Pertemuan Pertama: o Melalui diskusi siswa mampu menganalisis pokok-pokok berita yang didengar dengan ejaan yang benar o Melalui diskusi siswa mampu merangkai pokok-pokok berita secara bervariasi menjadi
teks berita - Pertemuan Kedua : o Melalui penugasan siswa mampu menulis satu teks berita o Melalui diskusi siswa mampu menyunting teks berita tulisan sendiri atau teman Karakter siswa yang diharapkan :
Dapat dipercaya ( Trustworthines) Rasa hormat dan perhatian ( respect ) Tekun ( diligence ) Tanggung jawab ( responsibility ) Berani ( courage )
III. Materi Ajar Cara mengemukakan kembali berita dan implementasinya IV. Metode Pembelajaran – Contoh – Diskusi – Tanya jawab – Penugasan – Latihan
V. Langkah-Langkah Pembelajaran A. Kegiatan Awal Pertemuan Pertama : Apersepsi : • Mengkondisikan/ merapikan siswa untuk siap mengikuti KBM; • Membaca do’a bersama- sama; • Mengabsen siswa/ Mencatat siswa yang tidak hadir; • Bertanya jawab tentang berita tema Ekonomi dan Bencana Alam; • Membuka kembali ingatan siswa tentang kegiatan mendengarkan berita. Memotivasi : Menyampaikan kembali isi berita tersebut B. Kegiatan Inti• Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru: mampu bercerita dengan urutan yang baik,suara,lafal, intonasi, gesture dan mimik yang tepat melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dan belajar dari aneka sumber; menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain; memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya; melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. memfasilitasi peserta didik dapat Mendengarkan pembacaan teks berita ”Dana Nasabah Bank Global Hari Ini Dicairkan” yang akan dibacakan oleh salah satu teman Tiap anak membuat dua pertanyaan pada kertas, kemudian dikocok Siswa mengambil dua gulungan kertas tersebut, dan menjawab pertanyaannya
Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, guru: memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis; memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif; memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar; memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok; memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok; memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan; memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.
Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, guru: memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,
memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber, memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan, memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar: berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar; membantu menyelesaikan masalah; memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi; memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh; memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif. Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diktahui siswa Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan C. Kegiatan Akhir Dalam kegiatan penutup, guru: bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran; melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram; memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik. A. Kegiatan Awal Pertemuan Kedua : Apersepsi : • Mengkondisikan/ merapikan siswa untuk siap mengikuti KBM; • Membaca do’a bersama- sama; • Mengabsen siswa/ Mencatat siswa yang tidak hadir; • Bertanya jawab tentang tema ”Lingkungan” • Membuka kembali ingatan siswa tentang kegiatan mendengarkan berita dan cara menemukan pokok-pokok berita.
Memotivasi : cara Mengemukakan kembali berita yang didengar/ditonton melalui radio/ televisi. B. Kegiatan Inti Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru: mampu bercerita dengan urutan yang baik,suara,lafal, intonasi, gesture dan mimik yang tepat
melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dan belajar dari aneka sumber; menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain; memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya; melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. memfasilitasi peserta didik dapat membacakan teks berita ”Tanaman Guttapercha Terancam Punah” dengan memerhatikan intonasi, artikulasi, dan ekspresi Menyampaikan kembali isi berita tersebut
Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, guru: memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis; memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif; memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar; memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok; memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok; memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan; memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.
Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, guru: memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik, memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber, memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan, memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar: berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar; membantu menyelesaikan masalah; memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi; memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh; memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif. Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diktahui siswa Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
C. Kegiatan Akhir Dalam kegiatan penutup, guru: bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran; melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram; memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik. Menyimpulkan cara Mengemukakan kembali berita yang didengar/ditonton melalui radio/ televisi. VI. Sumber/Bahan/Alat Berita dari radio/televisi/rekaman yang diperdengarkan Teks berita dari majalah/surat kabar yang dibacakan Buku pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. VII. Penilaian Penilaian dilaksanakan selama proses dan sesudah pembelajaran Penilaian Indikator Pencapaian Teknik Bentuk Kompetensi Instrumen Penilaian Penilaian Tes tulis Uraian Tulis pokok-pokok berita Mampu menuliskan dengan singkat! pokok-pokok berita dengan ejaan yang benar Tulislah teks berita dengan cara merangkai Mampu merangkai Tes Uji petik secara bervariasi pokokpokok-pokok berita praktik/ kerja pokok berita! secara bervasiasi menjadi kinerja teks berita Suntinglah teks beritamu dan berita temanmu! Mampu menyunting berita yang ditulis
Bentuk tes: lisan dan tertulis No Aspek Penilaian 1. Keberanian mengungkapkan kembali isi berita 1 a. Berani (3) b. Kurang berani (2) c. Tidak berani (1) 2
3
2. Menjawab pertanyaan tentang teks a. Semua benar (3) b. Sebagian besar benar (2) c. Sebagian besar salah (1) 3. Menggunakan penghubung yang a. Tepat (3)
Bobot 5
5
5
Nilai
b. Kurang tepat (2) c. Tidak tepat (1) Keterangan Skor maksimum 3 (3 × 5) = 45 Nilai akhir : Skor yang diperoleh X 100 Skor maksimak
Mengetahui, Kepala SMPIT Darul Abidin
(Fitri
Widya Ayuningsih, S.Pd.) NIK : 20100604
Depok, Januari 2016 Guru Mapel Bhs Indonesia.
( Dasep Supiadin, S.Pd.) NIK : 20150609
Silabus Pembelajaran Kelas VIII SMP IT Darul Abidin
SILABUS PEMBELAJARAN
Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar 1.1.Menganalisis laporan
: SMP IT Darul Abidin : Bahasa Indonesia : VIII (Delapan) /1 (Satu) : Mendengarkan 1. Memahami wacana lisan berbentuk laporan
Materi Pembelajaran Penganalisisan laporan perjalanan
Penilaian Kegiatan Pembelajaran
o Mendengarkan laporan perjalanan siswa o Menuliskan pokokpokok laporan yang diperdengarkan dengan kalimat singkat o Bertanya jawab tentang laporan yang diperdengarkan o Menganalisis pola urutan waktu atau ruang dalam laporan yang diperdengarkan.
Indikator Pencapaian Kompetensi Mampu menuliskan pokok-pokok laporan yang didengarkan dengan kalimat singkat Mampu menganalisis pola urutan waktu, ruang, atau topik dalam laporan yang didengarkan. Mampu menuliskan pokok-pokok laporan yang didengarkan dengan pilihan kata yang sederhana Mampu menyebutkan pola urutan waktu, ruang, atau topik dalam laporan yang didengarkan
Karakter siswa yang diharapkan : Religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab.
Teknik Penilaian
Bentuk Instrumen
Tes lisan Dafttar pertanyaan Tes tulis
Uraian
Contoh Instrumen
Alokasi Waktu
Tulislah enam 4 X 40’ pokok laporan dari laporan yang kamu dengarkan! Tentukan pola urutan laporan dan buktikan dengan cara mencuplik isinya!
Sumber Belajar Narasumber (Siswa)
Silabus Pembelajaran Kelas VIII SMP IT Darul Abidin
Kompetensi Dasar
Materi Pembelajaran
1.2. Menanggapi isi Cara menanggapi laporan laporan perjalanan dan implementasinya
Penilaian Kegiatan Pembelajaran
o Mendengarkan laporan perjalanan siswa o Menuliskan pokokpokok isi laporan perjalanan dengan kalimat singkat o Memberikan tanggapan, kritik, saran terhadap laporan perjalanan siswa
Indikator Pencapaian Kompetensi Mampu menanggapi laporan perjalanan teman dengan mengajukan pertanyaan atau pendapat Mampu memberikan masukan terhadap laporan perjalanan teman Mampu menanggapi laporan perjalanan teman dengan bahasa yang sederhana
Teknik Penilaian
Bentuk Instrumen
Observasi Lembar observasi Observasi Lembar observasi
Contoh Instrumen
Apakah 2 X 40’ tanggapan siswa diikuti pendapat? Selalu; kadangkadang; tidak pernah Apakah tanggapan siswa berupa pertanyaan? Selalu; kadangkadang; tidak pernah Apakah tanggapan siswa berupa saran? Selalu; kadangkadang; tidak pernah
Karakter siswa yang diharapkan : Religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab.
Alokasi Waktu
Sumber Belajar Narasumber (siswa)