Pengelolaan Sampah Non-Medis Sebagai Bagian Penerapan Konsep Green Hospital (Studi Kasus: Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan, Jakarta) Putri Astrid Indah Lestari, El Khobar Muhaemin Nazech, dan Djoko M. Hartono Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia Email:
[email protected]
Abstrak Dalam pengelolaan sampah di RSUD Tarapkan telah dipisahkan antara sampah medis dan nonmedis. Untuk sampah non-medis, pengelolaannya belum terlaksana dengan baik disebabkan sarana dan prasarana tidak memadai dan prosedur tetap dalam pengelolaan sampah tidak direncanakan dengan baik. Oleh karena itu perlu adanya peraturan mengenai sistem pengelolaan sampah nonmedis melalui perumusan ulang Standard Operating Procedure (SOP) pengelolaan sampah nonmedis berdasarkan konsep Green Hospital. Penelitian ini dilakukan dengan pengukuran sampel (sampling) pada sampah gedung. Hasil sampling menunjukkan bahwa rata-rata timbulan gedung sebesar 1,7 kg/bed/hari atau 12,4 L/bed/hari dengan komposisi sampah non-medis terdiri dari 63,8% organik, 14,34% kertas, 10,62% plastik, 5,62% popok dan pembalut, 3,8% styrofoam, 0,63% karet, 0,51% kaleng, 0,41% kaca, 0,21% kain, dan 0,06% kayu. Perancangan Standard Operating Procedure (SOP) pengelolaan sampah non-medis meliputi pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pengolahan, dan pengangkutan akhir. Dalam pengolahan sampah, terdapat rencana penerapan pengomposan dan pemanfaatan sampah anorganik.
Non-Medical Solid Waste Management As Part Of Green Hospital Concept Application (Case Study: Tarakan Regional General Hospital, Jakarta) Abstract In waste management in Tarakan Hospital had separated between the medical and non-medical waste. For non-medical solid waste, the management has not done well due to inadequate infrastructure and procedures remain in the non-medical solid waste management is not well planned. Therefore, standard of non-medical waste management system is required byreformulatinga Standard Operating Procedure (SOP) of non-medical solid waste based on the concept of Green Hospital. Research on non-medical solid waste Tarakan Hospital performed with sample measurement on building waste. Based on the results of measurements, the rate of generation of hospital building is 1,7 kg/bed/day or 12,4 L/bed/day with non-medical solid waste composition consisted of 63,8% organic, paper 14,34%, 10,62% plastic, 5,62% diapers and pads, 3,8% styrofoam, rubber 0,63%, 0,51% tin, 0,41% glass, 0.21% textile, and 0.06% wood. Designing Standard Operating Procedure (SOP) for non-medical solid waste management includes storage, collection, transfer, transportation, treatment, and final disposal. There are two plans for non-medical solid waste treatment, it is composting and utilization of inorganic waste. Key Words: Building Solid Waste; Non-Medical Solid Waste;Solid Waste Composition; Solid Waste Generation;Standard Operating Procedure
1 Analisis blue…, Anindyasari Adhikaputri, FE UI, 2013
PENDAHULUAN
Permasalahan sampah merupakan masalah lingkungan yang belum bisa
tertangani dengan tuntas. Kepadatan penduduk mengakibatkan tingginya aktivitas industri yang menghasilkan banyaknya sampah. Rumah sakit sebagai industri jasa dalam pelayanan kesehatan merupakan penghasil sampah yang cukup besar dan berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan. Penerapan konsep Green Hospital merupakan bagian dari alasan mengapa rumah sakit perlu berubah menuju pada pemenuhan konsep industri pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan pasar dan masyarakat. Konsep Green Hospital merupakan bagian dari konsep Green Building yang memiliki 6 aspek pembentuk, mulai dari tata guna lahan, konservasi energi, konservasi air, penggunaan material, kesehatan dalam ruang, hingga manajemen lingkungan bangunan itu sendiri. Konsep Green Building adalah bangunan dimana dalam perancangan, pembangunan, pengoperasian, serta dalam pemeliharaannya memperhatikan aspek-aspek lingkungan dan berdasarkan kaidah pembangunan berkelanjutan. Salah satu rumah sakit di DKI Jakarta saat ini mengalami peningkatan kunjungan secara signifikan yang mengakibatkan peningkatan timbulan sampah yang dihasilkan. Rumah sakit yang dimaksud yaitu Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan Jakarta. Peningkatan kunjungan rumah sakit meningkat drastis setelah terdapat jenis pembayaran dengan menggunakan Kartu Jakarta Sehat (KJS) yang telah ada pada akhir tahun 2012. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya pengurangan timbulan sampah pada RSUD Tarakan Jakarta. Dalam pengelolaan sampah di RSUD Tarakan telah dipisahkan antara sampah medis dan non-medis. Untuk sampah medis, telah ada insinerator dalam pengelolaannya. Sedangkan untuk sampah non-medis, pengelolaannya belum terlaksana dengan baik. Beberapa penyebabnya antara lain jumlah tenaga pengelola sampah tidak banyak, sarana dan prasarana untuk pengelolaan sampah non-medis yang tidak memadai, dan prosedur tetap dalam pengelolaan sampah non-medis tidak direncanakan dengan baik. Maka perlu adanya sistem pengelolaan sampah non-medis yang baik dan benar melalui perumusan Standard Operating Procedure (SOP) pengelolaan sampah non-medis yang dapat berfungsi sebagai prosedur mutu oleh RSUD 2 Analisis blue…, Anindyasari Adhikaputri, FE UI, 2013
Tarakan Jakarta. Karena itu timbullah pertanyaan: berapa jumlah timbulan sampah non-medis yang dihasilkan RSUD Tarakan dalam sehari? bagaimana persentase jenis komposisi sampah nonmedis yang dihasilkan RSUD Tarakan dalam sehari? dan bagaimana perancangan Standard Operating Procedure (SOP) pengelolaan sampah non-medis dengan berlandaskan konsep Green Hospital yang ditinjau dalam aspek Manajemen Lingkungan Bangunan yang dapat diterapkan pada RSUD Tarakan? Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah timbulan sampah non-medis yang dihasilkan RSUD Tarakan dalam sehari, mengetahui persentase jenis komposisi sampah non medis yang dihasilkan RSUD Tarakan dalam sehari. serta untuk perancangan Standard Operating Procedure (SOP) pengelolaan sampah non-medis dengan berlandaskan konsep Green Hospital yang ditinjau dalam aspek Manajemen Lingkungan Bangunan yang dapat diterapkan pada RSUD Tarakan Jakarta. TINJAUAN TEORITIS Menurut UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, sampah didefinisikan sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sedangkan berdasarkan SNI 19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan, sampah atau limbah padat adalah limbah yang bersifat padat terdiri atas bahan organik dan bahan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. Timbulan sampah adalah jumlah atau banyaknya sampah yang dihasilkan oleh manusia pada suatu daerahdalam satuan volume maupun berat per kapita perhari, atau perluas bangunan, atau perpanjang jalan. Komposisi sampah adalah komponen fisik sampah seperti sisa-sisa makanan, kertas, karbon, kayu, kain tekstil, karet kulit, plastik, logam besi-non besi, kaca dan lain-lain Sampah yang dihasilkan dapat dibedakan berdasarkan komposisi dan sumbernya. Dari keadaan fisiknya sampah dapat diklaSifikasikan dalam dua jenis, yaitu: a.
Sampah Organik, sampah yang mengandung senyawa organik, tersusun atas unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen. Sampah organik memiliki 3
Analisis blue…, Anindyasari Adhikaputri, FE UI, 2013
sifat mudah membusuk contohnya: daun-daunan, sayuran, dan buah-buahan serta sampah sisa makanan b.
Sampah Anorganik, sampah yang mengandung senyawa bukan organik sehingga tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme. Sampah anorganik sulit membusuk yang termasuk sampah anorganik adalah: plastik, kaca, besi, sebagian jenis kertas dan lain-lain. Pengelolaan sampah adalah suatu kegiatan yang berkaitan dengan
pengendalian atas timbulan, penyimpanan pengumpulan, pemindahan, pengolahan dan pembuangan sampah. Sistem pengelolaan sampah terdiri dari 5 aspek yang saling mendukung antara lain aspek teknik operasional, aspek kelembagaan, aspek hukum dan peraturan, aspek pembiayaan, dan aspek peran serta masyarakat. Sampah rumah sakit adalah bahan yang tidak berguna, tidak digunakan ataupun yang terbuang yang dapat dibedakan menjadi sampah medis dan nonmedis dan dikategorikan sampah radioaktif, sampah infeksius, sampah sitotoksis, dan sampah umum (domestik). Jenis sampah rumah sakit perlu diketahui untuk mengetahui pengelolaan sampah yang tepat. Secara garis besar sampah rumah sakit dibedakan menjadi sampah medis dan non-medis. Sampah non-medis adalah zat padat semi padat yang tidak berguna baik yang dapat membusuk maupun yang tidak dapat membusuk. Sampah jenis ini hampir sama dengan sampah rumah tangga. Limbah domestik rumah sakit berupa kertas, karton, plastik, gelas, metal, dan sampah dapur. Sedangkan sampah medis adalah limbah padat yang berasal dari pelayanan medis, perawatan, laboratorium, rawat jalan, gigi, ICU (Intensive Care Unit), OK (Operation Kammer)/kamar bedah, UGD (Unit Gawat Darurat), farmasi, dan atau sejenisnya, serta sampah yang dihasilkan di rumah sakit pada saat melakukan perawatan/pengobatan berhubungan
dengan
pasien
dan
atau
peneliti
(Departemen
Kesehatan,2002).Sampah medis berupa limbah infeksius, limbah patologi atau jaringan tubuh, limbah genotoksik, limbah farmasi, limbah kimia, limbah kontainer bertekanan, dan limbah radioaktif. Sebagian besar merupakan bahan yang beracun, berbahaya, karsinogenik, dan menular.
4 Analisis blue…, Anindyasari Adhikaputri, FE UI, 2013
Pengelolaan sampah rumah sakit disesuaikan dengan kondisi sampah dan kemampuan rumah sakit untuk mengelolanya. Kegiatan pengelolaan biasanya meliputi penampungan sampah, pengangkutan, dan pembuangan akhir. 1. Penampungan Sampah Sampah biasanya ditampung di tempat produksi sampahuntuk beberapa lama. Setiap unit kegiatan hendaknya disediakan tempat penampung dengan bentuk, ukuran, dan jumlah yang disesuaikan dengan jenis dan jumlah sampah serta kondisi setempat. Tempat penampung sampah harus memenuhi persyaratan yaitu bahan tidak mudah berkarat, kedap air terutama untuk menampung sampah basah, tertutup rapat, mudah dibersihkan, mudah dikosongkan, tidak menimbulkan bising, serta tahan terhadap benda tajam.Untuk memudahkan pengosongan dan pengangkutan, penggunaan kantong plastik pelapis dalam bak penampungan sangat disarankan. Kantong yang digunakan untuk penampungan menggunakan warna berbeda berdasarkan potensi bahaya. 2. Pengangkutan Sampah Pengangkutan sampah dimulai dengan pengosongan bak sampah di setiap unit dan diangkut ke pengumpulan lokal atau ke tempat pemusnahan. Beberapa rumah sakit menggunakan pipa plosotan untuk pengangkutan sampah internal, tetapi hal itu tidak disarankan karena alasan keamanan, teknis, dan higienitas. Alat pengangkutan sampah di rumah sakit dapat berupa troli dan kereta yang harus memenuhi syarat sebagai berikut: •
Memiliki wadah yang mudah dibersihkan serta dilengkapi dengan penutup.
•
Harus kedap air dan mudah untuk diisi dan dikosongkan.
•
Setiap keluar dari pembuangan akhir selalu dalam kondisi bersih
3. Pembuangan Sampah Konstruksi TPS (Tempat Pengumpulan Sampah) terbuat dari dinding semen atau dengan kontainer logam yang sesuai dengan persyaratan umum yaitu kedap air, mudah dibersihkan dan berpenutup rapat. Apabila jumlah sampah yang ditampung cukup banyak, maka perlu penambahan jumlah kontainer.
5 Analisis blue…, Anindyasari Adhikaputri, FE UI, 2013
Pengolahan sampah meliputi pemanfaatan sampah anorganik dan pengomposan. Pengomposan adalah proses dekomposisi biologi dan penstabilan substrat organik di bawah kondisi thermofilik (45ºC) sehingga menghasilkan panas secara biologi, menghasilkan sebuah produk akhir (makanan tambahan) yang stabil, bebas patogen, dan dapat bermanfaat jika diaplikasikan untuk tanah (Haug,
1993).
Metode
pengomposan
dengan
menggunakan
alat/mesin
pengomposan modern, yaitu: •
Drum komposter Drum komposter ini memiliki dimensi tinggi sekitar 80 cm dengan diameter 40 cm dan tebal 3 sampai 3,3 mm. Kapasitas yang dapat ditampung drum yang terbuat dari bahan plastik HDPE ini sebesar 0,08 m3 atau setara 30 kg.
•
Rotary Kiln Metode ini menggunakan mesin yang berfungsi memutar kompos di dalamnya. Dimensi dari Rotary Kiln, yaitu tinggi sebesar 190 cm, lebar sebesar 155 cm, panjang sebesar 290 cm, dan kapasitas yang dapat ditampung sebesar 3 m3 limbah padat organik. Pada metode ini menggunakan mesin yang berfungsi memutar kompos di dalamnya. Menurut WHO (1999), rata-rata produksi limbah rumah sakit di negara-
negara berkembang berkisar 1-3 kg/bed/hari. Sedangkan di negara-negara maju seperti Amerika dan Eropa mencapai 5-8 kg/bed/hari. Antara 75%-90% merupakan sampah domestik yang tidak membahayakan kesehatan, sedangkan sisanya yaitu 10-25% adalah sampah medis.Menentukan jumlah sampah yang dihasilkan setiap hari merupakan tahap awal dari upaya pengelolaan sampah yang dihasilkan dari rumah sakit. Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia (PERSI) sangat perduli dengan masalah masalah yang berkaitan dengan mutu pelayanan, keselamatan pasien, maupun masalah lingkungan. Sebagai wujud dari keperdulian dan komitmen PERSI dengan masalah lingkungan, maka sejak tahun 2009 dibentuklah komite Green Hospital. Beberapa kegiatan yang sudah dilaksanakan antara lain mengadakan lokakarya, menjalin kerjasama dengan instansi atau organisasi terkait seperti Green Building Council Indonesia, menjadi member dari Global Green 6 Analisis blue…, Anindyasari Adhikaputri, FE UI, 2013
and Healthy Network, melakukan update informasi-informasi terkait dengan implementasi Green Hospital di luar negeri, dan lain-lain. Saat ini penyusunan buku panduan Green Hospital di Indonesia sudah memasuki tahap finalisasi. Konsep Green Hospital merupakan bagian dari konsep Green Building yang memiliki beberapa aspek pembentuk. Menurut GREENSHIP, Green Building merupakan bangunan yang menanamkan konsep ramah lingkungan dengan memperhatikan 6 aspek mulai dari tata guna lahan, konservasi energi, konservasi air, penggunaan material, kesehatan dalam ruang, hingga manajemen lingkungan bangunan itu sendiri. Konsep Green Hospital merupakan bagian dari konsep Green Building yang memperhatikan aspek-aspek tersebut. GREENSHIP adalah sistem penilaian yang digunakan sebagai alat bantu bagi para pelaku industri bangunan, baik pengusaha, arsitek, teknisi mekanikal elektrik, desain interior, teknisi bangunan, arsitek lansekap, maupun pelaku lainnya dalam menerapkan best practices dan mencapai standar terukur yang dapat dipahami oleh masyarakat umum dan pengguna bangunan. Standar yang ingin dicapai dalam penerapan GREENSHIP adalah terwujudnya suatu konsep bangunan hijau yang ramah lingkungan sejak tahap perencanaan, pembangunan, hingga pengoperasian serta pemeliharaan sehari-hari. Masing-masing aspek terdiri atas beberapa rating yang mengandung kredit dengan muatan nilai tertentu dan akan diolah untuk menentukan penilaian.Tolok ukur yang dipilih dalam konsep Green
Hospital
disesuaikan
dengan
konsep
Green
Building
sehingga
perbandingannya pun menjadi setara (apple-to-apple comparison).Tolok ukur dalam konsep Green Hospital yang berkaitan dengan pengelolaan dan pengolahan sampahyang diperhatikan dalam konsep Green Buildingadalah: •
Sumber dan Siklus Material (Material Resources and Cycle/MRC) Dalam beberapa poinnya mengatur mengenai adanya kampanye dalam rangka mendorong perilaku pemilahan limbah padat, adanya SOP dan pelatihan untuk mengumpulkan dan memilah limbah padat berdasarkan jenis organik dan anorganik, serta melakukan pengolahan limbah padat organik dan anorganik secara mandiri atau bekerja sama dengan badan resmi pengolahan limbah organik dan anorganik yang memiliki prinsip 3R (reduce, reuse, dan recycle). 7
Analisis blue…, Anindyasari Adhikaputri, FE UI, 2013
•
Manajemen
Lingkungan
Bangunan
(Building
and
Environment
Management/BEM). Adanya rencana operation and maintenance yang mendukung sasaran pencapaian rating-rating GREENSHIP EB, salah satunya dititikberatkan pada sistem pengelolaan sampah. Hal ini mencakup struktur organisasi, Standard Operating Procedure (SOP) dan pelatihan, program kerja, anggaran, dan laporan berskala minimum tiap 3 bulan. RSUD Tarakanterletak di Jalan Kyai Caringin No. 7 Jakarta Pusat dengan luas lahan sebagai berikut: •
Luas tanah gedung DP I (depan)
: 7023 m2
•
Luas tanah gedung DP II (belakang)
: 3440 m2
•
Luas tanah RSUD Tarakan seluruhnya
: 10463 m2
METODE PENELITIAN Data Studi Literatur: cara memperoleh informasi melalui buku, jurnal, internet, maupun media tertulis lainnya. Studi literatur dilakukan untuk mendapatkan pengetahuan dasar mengenai pengelolaan sampah dan perbandingan antara sampah umum dengan sampah rumah sakit. Data Sekunder: data yang diperoleh tanpa harus melakukan pengukuran terhadap obyek yang diteliti dan dapat diperoleh dari pihak lain. Data sekunder diperoleh melalui beberapa cara, yaitu melalui literatur, wawancara, atau survey. Data Primer: data yang diperoleh dengan melakukan pengukuran langsung terhadap objek yang diteliti. Data primer dalam penelitian ini adalah jumlah dari setiap sumber timbulan sampah dan komposisi sampah yang dihasilkan oleh RSUD Tarakan. Pengukuran timbulan dan komposisi sampah dilakukan selama 8 hari berturut-turut yang dilakukan sesuai dengan prosedur SNI-19-3694-1994 tentang Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan serta ASTM D 5231-92 mengenai Standar Metode Pengujian Penentuan Komposisi Limbah Padat Perkotaan. Untuk mengetahui total timbulan sampah non-medis gedung, pengukuran dilakukan ketika sampah dari masing 8 Analisis blue…, Anindyasari Adhikaputri, FE UI, 2013
masing sumber yang berasal dari gedung diangkut ke TPS. Sedangkan untuk pengukuran komposisi sampah, sampel diambil secara acak dari setiap lantai di gedung rumah sakit dengan total sampel sebanyak 91-136 kg (ASTM D 5231-92) untuk kemudian dipilah sesuai dengan komposisinya. Analisis Data Setelah memperoleh data primer dan sekunder, akan dibuat pengolahan data terkait data timbulan dan komposisi sampah non-medis yang dihasilkan, dengan perhitungan sebagai berikut: •
Menghitung rata-rata timbulan sampah gedung dari setiap sumber !"#" − !"#! !"#$%&'( !"#$%& !"#$%& !"/ℎ!"# =
•
!"#$%! + !"#$%! + !"#$%! + ⋯ + !"#$%! ! ℎ!"#
Menghitung rata-rata volume sampah setiap hari (m³/hari) !"#$%& !"#$"ℎ !"#$%& ℎ!"# (!³/ℎ!"#) =
•
Menghitung rata-rata timbulan sampah gedung dalam kg/bed/hari !"#$%&'((!"/!"#/ℎ!"#) =
•
!"#$% !"#$"ℎ !"#$%& ℎ!"# (!"/ℎ!"#) !"#$% !"#$% !"#$"ℎ (!"/!³)
∑!"#" − !"#" !"#$%&'( !"#$ !"#$!" !"/ℎ!"# ∑!"#$%ℎ !"#$%! !"#$% !"#$ !"#$"% (!"/!³)
Menghitung persentase komposisi sampah (%) %!"#$"%&%& =
!"#$% !"#$"%&%& ×100% !"#$% !"!#$ !"#$"ℎ
Evaluasi pengelolaan sampah RSUD Tarakan Jakarta akan dilakukan berlandaskan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Selanjutnya direncanakan pengelolaan sampah non-medis berdasarkan aspek teknik operasional. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Untuk mendapatkan data timbulan dan komposisi sampah, dilakukan pengukuran dan pengambilan sampel. Pengukuran dilakukan selama 8 hari dari tanggal 21-28 Mei 2013 untuk sampah yang dipindahkan pukul 05.00 – 17.00 WIB. Pada penelitian ini, pengukuran dibatasi hanya untuk sampah domestik gedung. Berikut merupakan data timbulan Gedung RSUD Tarakan. 9 Analisis blue…, Anindyasari Adhikaputri, FE UI, 2013
Instalasi
Sumber Sampah Lantai Gizi Basement Laundry Lobi utama IGD 1 Apotek, Radiologi Poliklinik 2 IW, Picu, HD Seruni Perina 3 Catelya CVCU/ICCU Kantor 4 Oka,Nicu,ICU Melati Soka Dahlia Mawar 5 6 7 8
Sumber: Hasil Pengolahan, 2013
Tabel 1. Rata-rata Timbulan Sampah Gedung Depan
3,9
40,2 19,3 41 29,2 4,2 10,9 17,5 55,8 55 85,2 81,7
7
0 21 55,8 35 4,3 0 19,8 52,9 47,6 49,2 62,4
0
0 22,8 53,8 40,2 4,8 0 15,4 56,7 51,2 55,9 84,7
0
Berat hari ke- (kg) 4 5 6 Jumat Sabtu Minggu 83 94,6 83,1 6,4 0 0 22,9 0 0 36,7 28,1 27,2
62,6 23,3 24,2 23,4 4,4 15 9,2 68,5 56,1 69,7 77,9
7,6
7 Senin 107,7 21,5 22,2 36,4
51 27,9 35,2 38,7 5 14,3 20,9 72,5 61,1 70,2 75,5
7,5
8 Selasa 101 0 32,5 27
37,09 23,61 44 33,38 5,19 10,03 15,18 63,8 55,4 69,5 76,69
4,96
Instalasi 93,3 6,05 20,64 32,86
63,8 55,4 69,5 76,69
25,2
82,56
60,7
58,46
99,35
Lantai
Rata-rata Timbulan Setiap- (kg/hari)
7,3
49,5 28 46,5 31,1 5,1 11,7 15,6 72,5 60 75,1 74,1
2 3 Rabu Kamis 95 90 7,8 6,2 26,4 29,2 28,6 30,1
6,4 48,7 20,2 40,4 34,6 8,4 13,8 12,4 72,5 54,8 80,3 76,4
1 Selasa 92 6,5 31,9 48,8
44,7 26,4 55,1 34,8 5,3 14,5 10,6 59 57,4 70,4 80,8
10
Analisis blue…, Anindyasari Adhikaputri, FE UI, 2013
Lobi belakang CSSD MCU Anggrek Bougenville Cempaka
Instalasi
Sumber Sampah Lantai 1 2 3 5 6 7 Sumber: Hasil Pengolahan, 2013
1 Selasa 9,8 9,6 4,7 17,6 26,5 26,6
3 Kamis 12 10,7 4,4 15,7 24,8 27,8
Berat hari ke- (kg) 4 5 6 Jumat Sabtu Minggu 13,7 4,5 0 11 0 0 4,6 0 0 12,8 20,2 19,6 27,3 23,3 22,8 30,5 31,6 32,1
Tabel 2. Rata-rata Timbulan Sampah Gedung Belakang
2 Rabu 10,5 5,8 3,5 16,4 25,1 24,9
7 Senin 14,2 12,5 7,2 18 28,4 36
Rata-rata Timbulan Setiap 8 Lantai(kg/hari) Selasa 13 9,71 11,6 7,65 6,1 3,81 18,3 17,33 27 25,65 35,1 30,58
Pada Sabtu dan Minggu, timbulan sampah dari ruang perawatan cenderung lebih besar yang dipengaruhi jumlah pengunjung.
BasementGedung Depan (DP1) memiliki nilai timbulan terbesar yaitu sebesar 99,35 kg/hari. Hal ini dipengaruhi besarnya timbulan dari
instalasi gizi dengan rata-rata timbulan 93,3 kg/ hari karena sampahnya merupakan tipikal jenis sampah dapur (kitchen waste). Ruang
perawatan juga merupakan sumber sampah dengan timbulan yang besar karane sampah yang dihasilkan dari aktivitas penyembuhan pasien
rawat inap. Pada pengukuran terdapat beberapa sumber yang tidak membuang sampahnya karena timbulan sampah yang sedikit.Rata-rata
11
timbulan sampah non-medis setiap hari yang diperoleh adalah sebesar 686,388 kg/hari atau 5,01 m³/hari.
Analisis blue…, Anindyasari Adhikaputri, FE UI, 2013
Tabel 3. Timbulan RSUD Tarakan dalam kg/bed/hari
Lantai
Rata-rata Timbulan (kg/hari)
Gedung Depan Basement 99,35 1 58,46 2 60,70 3 82,56 4 25,20 5 63,80 6 55,40 7 69,50 8 76,69 Gedung Belakang 1 9,71 2 7,65 3 3,81 5 17,33 6 25,65 7 30,58 Total 686,39 Timbulan (kg/bed/hari)
Jumlah Tempat Tidur (bed) 0 0 19 92 15 48 48 48 48 0 0 0 32 24 30 404 1,7
Sumber: Hasil Pengolahan, 2013
Timbulan sampah non-medis RSUD Tarakan sebesar 1,7 kg/bed/hari. Nilai ini sesuai dengan nilai rata-rata produksi limbah rumah sakit di negara-negara berkembang yang berkisar 1-3 kg/bed/hari. Sebagai perbandingan timbulan antar gedung rumah sakit, RSUD Tarakan dibandingkan dengan beberapa Rumah Sakit di Bandung. Timbulan rumah sakit dari data yang dihasilkan pada tahun 1994 di Bandung sebesar 7,86 L/bed/hari. Sedangkan RSUD Tarakan memiliki jumlah timbulan sebesar 12,4 L/bed/hari dengan timbulan lebih besar. Hal ini disebabkan perbedaan lokasi rumah sakit yang menjadi penyebab kepadatan penghuni RSUD Tarakan jauh lebih tinggi dan perbedaan sistem pengelolaan serta pengolahan sampah. Pengukuran komposisi sampah dilakukan menggunakan metode berat sesuai dengan SNI 19-3964-1994 serta ASTM D5231-92 Standard Test Method for Determination of theComposition of Unprocessed Municipal Solid Waste. Berat contoh sampah yang diambil adalah 91 – 136 kg yang berasal dari kantong khusus non-medis dari setiap sumber timbulan gedung, lalu digabungkan menjadi satu. Contoh sampah dimasukkan ke dalam kotak
12
Analisis blue…, Anindyasari Adhikaputri, FE UI, 2013
pengukur sebanyak 4 kali. Kemudian sampel dipilah berdasarkan jenis komponen sampah dan ditimbang. Komposisi contoh sampah ditunjukkan pada tabel berikut :
0.51% 3.80%
0.63%
0.41%
0.21%
0.06% Organik
5.62%
Kertas Plastik Popok dan pembalut
10.62%
Styrofoam Karet 14.34%
Kaleng 63.80%
Kaca Kain Kayu
Gambar 1. Diagram Komposisi Sampah Non-Medis Gedung RSUD Tarakan Sumber: Hasil Pengolahan, 2013
Gambar 1 memperlihatkan bahwa sampah organik memiliki persentase terbesar. Hal ini disebabkan pasien seringkali menyisakan makanan yang disediakan rumah sakit dan konsumsi makanan dari pengunjung yang menjaga pasien. Sumber sampah organik terbesar berasal dari instalasi gizi pada lantai basement gedung depan karena berfungsi sebagai dapur untuk menangani kebutuhan gizi pasien. Jenis sampah terbesar kedua adalah sampah kertas, komponen yang paling mendominasi adalah kardus dan office paper. Kardus termasuk kemasan obat yang akan dikonsumsi oleh pasien dan office paper digunakan dalam kegiatan administrasi. Sampah jenis plastik merupakan urutan terbesar ketiga, biasanya digunakan sebagai kantong pembungkus obat dan dipengaruhi konsumsi pengunjung terhadap makanan. Jenis sampah berikutnya adalah popok dan pembalut Popok biasanya berasal dari instalasi rawat inap dimana terdapat popok dewasa dan anak-anak. Kemudian styrofoam menjadi wadah makanan pasien yang disediakan rumah sakit. Dalam evaluasi sistem pengelolaan sampah non-medis RSUD Tarakan, realisasi pengelolaan sampah di RSUD Tarakan dibandingkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. 13
Analisis blue…, Anindyasari Adhikaputri, FE UI, 2013
Sistem pewadahan sampah di RSUD Tarakan yang telah sesuai dengan peraturan : 1. Wadah bertutup rapat, kedap air, dan tidak mudah berkarat 2. Wadah dilapisi dengan kantong plastik sesuai dengan jenis sampah 3. Sampah dipisah antara sampah medis dan sampah non-medis 4. Wadah mudah dikosongkan dan dibersihkan 5. Waktu pengosongan wadah 1-2 hari Sistem pemindahan sampah di RSUD Tarakan yang telah sesuai dengan peraturan : 1. Alat pengangkutan sampah berupa gerobak, troli, dan kereta 2. Memiliki wadah yang mudah dibersihkan bagian dalamnya dilengkapi dengan penutup 3. Kedap air dan mudah untuk diisi dan dikosongkan 4. Petugas dilengkapi dengan alat proteksi dan pakaian kerja khusus Sedangkan sistem pemindahan yang tidak sesuai dengan peraturan yaitu rute pengangkutan melewati jalur yang biasa dilalui pasien. Sistem pembuangan sampah di RSUD Tarakan yang telah sesuai dengan peraturan : 1. Letak TPS di belakang rumah sakit 2. Kontainer mudah untuk dikosongkan dan dibersihkan Sedangkan sistem pembuangan yang tidak sesuai dengan peraturan antara lain: 1. TPS hanya berupa kontainer dan tidak berdinding semen 2. Kontainer logam yang kedap air dan terbuka 3. Kontainer tidak dapat menampung jumlah sampah yang ada Pada RSUD Tarakan belum terdapat upaya pengolahan sampah domestik sebelum dibawa truk pengangkut menuju TPST Bantargebang. Pengolahan dengan penerapan pengomposan dan pemanfaatan sampah anorganik akan direncanakan dalam area TPS RSUD Tarakan. Untuk pemanfaatan sampah anorganik dilakukan dengan mengoptimalisasi pemilahan di sumber dan memisahkan sampah yang laku dijual. Pengomposan ditiadakan karena tidak ada tenaga pengolah sampah. Untuk memenuhi target organik yang akan dikomposkanakan direncanakan metode baru dalam pengomposan. Pemilihan metode pengomposan disesuaikan dengan luas lahan yang dibutuhkan, jumlah timbulan sampah organik yang dihasilkan, dan jumlah alat yang diperlukan. Diperkirakan sistem Rotary Kiln paling tepat untuk diaplikasikan. 14
Analisis blue…, Anindyasari Adhikaputri, FE UI, 2013
Karena terdapat upaya pengolahan sampah, perlu dihitung neraca keseimbangan massa (mass balance) TPS RSUD Tarakan yang dibuat dengan bantuan software STAN dengan satuan berat yang digunakan adalah kilogram.
Gambar 2.Keseimbangan massa sampah di RSUD Tarakan Sumber: Hasil Pengolahan, 2013
Pengelolaan sampah yang dilakukan di RSUD Tarakan diatur oleh Instalasi Sanitasi. Pihak yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan sampah non-medis RSUD Tarakan adalah PT PP Dirganeka dengan kontrak yang berlaku sejak 1 Maret 2013 sampai 1 Maret 2014.Keseluruhan biaya sistem pengelolaan sampah ditanggung oleh PT PP Dirganeka. Rekomendasi Standard Operating Procedure (SOP) Pembuatan Standard Operating Procedure (SOP) mengenai pengelolaan sampah non-medis ini berlandaskan konsep Green Hospital yang diadopsi dari konsep Green Building ditinjau dalam aspek Manajemen Lingkungan Bangunan. Dalam tolok ukur Manajemen Lingkungan Bangunan, tertulis pada poin BEM P1 (Operation and Maintenance Policy), yaitu adanya rencana operation and maintenance yang mendukung sasaran pencapaian rating-rating GREENSHIP EB, dimana salah satunya dititikberatkan pada pengelolaan sampah. Standard Operating Procedure (SOP) merupakan gambaran langkah-langkah kerja yang diperlukan dalam pelaksanaan suatu tugas untuk mencapai tujuan tertentu. SOP Pengelolaan Sampah Non-Medis ini nantinya dapat dimasukkan dalam prosedur mutu untuk RSUD Tarakan. SOP pengelolaan sampah non-medis ini dibuat berdasarkan aspek teknis operasional dalam sistem pengelolaan sampah dari pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan akhir menuju TPST Bantargebang. Berikut 15
Analisis blue…, Anindyasari Adhikaputri, FE UI, 2013
rekomendasi SOP Pengelolaan Sampah Non-Medis berdasarkan teknis operasional untuk RSUD Tarakan Jakarta. Pewadahan 1. Tempat sampah non-medis diletakkan berjauhan dari tempat sampah medis 2. Sampah non-medis dipisah antara sampah organik dan sampah anorganik sehingga terdapat dua tempat sampah untuk sampah non-medis. •
Sampah organik memiliki sifat mudah membusuk contohnya daun-daunan, sayuran, buah-buahan serta sampah sisa makanan.
•
Sampah anorganik sulit membusuk. Contoh sampah anorganik adalah plastik, kaca, besi, sebagian jenis kertas dan lain-lain.
•
Pewadahan dibedakan menjadi 2 warna berbeda, yaitu hijau untuk sampah organik dan hitam untuk sampah anorganik
•
Pewadahan dapat juga dibedakan dengan 2 warna berbeda lainnya, seperti orange dan biru yang terdapat ruang tunggu. Untuk pewadahan di depan ruang perawatan disediakan 2 wadah dengan warna berbeda
•
Label untuk sampah non-medis dibedakan menjadi sampah organik dananorganik dengan keterangan jenis sampah masing-masing.
3. Tempat sampah non-medis bertutup dan berkantong plastik. Menyediakan kantong plastik dengan 3 warna berbeda, yaitu hitam untuk sampah non-medis anorganik, hijau untuk sampah non-medis organik, dan kuning untuk sampah medis. 4. Untuk tempat sampah anorganik, diberi sekat antara sampah yang akan dijual dengan sampah yang tidak laku dijual •
Sampah laku dijual, misalnya botol, gelas plastik, kaleng minuman, kemasan minuman kertas, kardus, dan sebagian kertas lainnya dengan kondisi kering dan bersih.
•
Sampah tidak laku dijual, misalnya plastik kemasan, kresek, logam, kaca, kayu, tekstil, karet, tissue.
Pengumpulan 1. Mengumpulkan sampah dari setiap ruangan 3 kali sehari atau setiap akhir shift kerja dari petugas kebersihan atau dapat dilakukan setelah isi wadah sepenuh 2/3 wadah. 2. Mengikat dan membawa kantong plastik yang dikumpulkan menjsdi satu dalam sulo khusus sampah non-medis dan mengganti kantong plastik dengan yang baru. 16
Analisis blue…, Anindyasari Adhikaputri, FE UI, 2013
3. Sampah yang dikumpulkan di sulo tidak melebihi kapasitss sulo. Pemindahan 1. Pemindahan dilakukan oleh petugas kebersihan. Petugas dilengkapi dengan alat proteksi dan pakaian kerja khusus. 2. Jam pemindahan terdiri dari dua waktu, yaitu pagidan sore. Batas waktu pemindahan sampah yaitu pukul 05.00-09.00 dan 15.00-17.00. 3. Sulo yang dibawa dipastikan dalam keadaan tertutup. 4. Rute pemindahan sampah aman bagi lingkungan, kesehatan, dan jauh dari pusat kegiatan TPS (Tempat Penampungan Sampah) 1. Memiliki TPS dengan konstruksi dinding semen dan beratap untuk mencegah terbentuknya lindi saat hujan. 2. Kontainer kedap air dan berpenutup rapat. Kapasitas kontainer dapat menampung jumlah sampah yang ada. 3. Memiliki 2 kontainer yang terdiri dari kontainer untuk sampah organik dan kontainer untuk sampah anorganik. 4. Memiliki saluran khusus lindi agar tidak ada genangan lindi di area TPS. Pengolahan 1. Sampah organik diolah menjadi kompos. 2. Menerapkan metode pengomposan menggunakan Rotary Kiln dengan prosedur berikut: a. Menyiapkan sampah organik yang telah berukuran kecil (10-50 mm atau 5 cm). b. Memasukan sampah organik ukuran kecil ke dalam tabung reaktor kompos c. Menyiapkan larutan mikroba Green Phosko® sebanyak 1 kg dan menambahkan gula pasir sebanyak 9 sendok makan dan larutkan dalam air (50-100 liter). Mengaduknya sampai rata dan mendiamkan larutan selama 2-4 jam. d. Menyiramkan larutan pada langkah 3 ke atas tumpukan sampah pada tabung reaktor kompos. e. Mencampurkan penggembur (bulking agent) Green Phosko® sebanyak 30 kg dan mengaduknya sampai rata dengan menghidupkan (on/off) mesin penggerak selama 15 menit sekali. Melakukan pembalikan kompos sebanyak 5 kali sehari dengan menghidupkan mesin. f. Melakukan pengecekan pada hari ke-2 dan 3. Jika temperatur mencapai lebih dari 55ºC, maka perlu memutar exhaust fan agar suhu berada pada 30-50ºC. (Keterangan:
17
Analisis blue…, Anindyasari Adhikaputri, FE UI, 2013
Suhu 55ºC dapat membunuh bakteri Fecal coliform. Namun, apabila dalam kompos terdapat bakteri Salmonella sp maka suhu yang diperlukan sebesar 65ºC) g. Mengeluarkan kompos pada hari ke-5 dan 7 jika suhu <30C, dan memasukannya ke dalam karung PE dan ditumpuk di tempat yang teduh. h. Mengayak kompos yang telah matang setelah 7 hari penyimpanan agar terpisah antara butiran kecil dan besar. 3. Sampah anorganik yang dapat dimanfaatkan menjadi hak milik pihak ketiga dengan mendapat kesepakatan dengan pihak rumah sakit terlebih dahulu. Pengangkutan Akhir 1. Truk pengangkut sampah mengambil sampah dari TPS menuju TPST Bantargebang setiap hari di atas pukul 11 malam. 2. Pembayaran retribusi pengangkutan sampah ini dilakukan setiap awal bulan 3. Mencatat volume sampah yang berkurang dan sampah yang diangkut
KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan beberapa hal, antara lain: •
Jumlah timbulan sampah non-medis gedung RSUD Tarakan sebesar 686,39 kg//hari dengan rata-rata timbulan sebesar 1,7 kg/bed/hari atau 12,4 L/bed/hari.Timbulan RSUD Tarakan sesuai dengan rata-rata produksi limbah rumah sakit di negara berkembang.
•
Komposisi sampah non-medis gedung terdiri dari 63,8% organik, 14,34% kertas, 10,62% plastik, 5,62% popok dan pembalut, 3,8% styrofoam, 0,63% karet, 0,51% kaleng, 0,41% kaca, 0,21% kain, dan 0,06% kayu.
•
Perancangan Standard Operating Procedure (SOP) pengelolaan sampah non-medis dengan berlandaskan konsep Green Hospital membahas aspek teknis operasional meliputi pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pengolahan, dan pengangkutan akhir. Pewadahan sampah non-medis di setiap sumber terbagi menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Untuk sampah anorganik dipisah antara sampah laku dijual dengan tidak. Kantong plastik pada RSUD Tarakan menjadi 3 warna, yaitu hitam untuk sampah non-medis anorganik, hijau untuk sampah non-medis organik, dan kuning untuk sampah medis. Sampah dikumpulkan di sulo khusus sampah non-medis dan tidak melebihi kapasitss sulo. Batas waktu pemindahan sampah yaitu pukul 05.00-09.00 dan 18
Analisis blue…, Anindyasari Adhikaputri, FE UI, 2013
15.00-17.00. TPS dibuat dengan konstruksi dinding semen dan beratap. Kontainer berpenutup rapat dan kapasitasnya dapat menampung timbulan sampah. Memiliki 2 kontainer yang terdiri dari kontainer untuk sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik diolah menjadi kompos. Sebagian sampah anorganikdapat dijual. Pengangkutan ke TPST Bantargebang setelah pukul 11 malam.
SARAN Dalam penelitian ini perlu diberikan beberapa saran, yaitu: •
Menerapkan secara konsisten SOP ini dengan partisipasi aktif seluruh petugas kebersihan dan pihak lainnya.
•
Menambahkan aspek peran serta dan aspek lainnya pada SOP yang telah direkomendasi.
•
Menghimbau kepada setiap penghuni rumah sakit dan petugas kebersihan untuk minimisasi limbah, membersihkan wadah dan sulo secara berkala, serta melakukan pengolahan sampah dengan kerja sama yang baik.
•
Adanya penelitian lebih lanjut tentang sistem pengelolaan sampah non-medis dengan menambah jumlah sampel penelitian sampah taman dan halaman RSUD Tarakan Jakarta agar dapat merancang pembangunan TPS berkonstruksi dinding semen.
•
Area TPS tidak lagi digunakan sebagai area parkir motor
DAFTAR REFERENSI Adisasmito, W. (2007). Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Anggreni, M. W. (2012). Pengelolaan Limbah Padat Sebagai Bagian Penerapan Konsep Green Building di Kantor Pusat PT. Pertamina, Jakarta. Depok: Universitas Indonesia. Ditjen PPM & PLP. (2002). Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Ditjen PPM & PLP. (2004). Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1204/Menkes/SK/X/2004. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Haug, T.Roger. (1993). The Practical of Compost Engineering. United States of America: CRC Press LLC. 19
Analisis blue…, Anindyasari Adhikaputri, FE UI, 2013
Standar Nasional Indonesia 19-2454-2002 Tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan Standar Nasional Indonesia 19-3964-1994 mengenai Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan Tchobanoglous, G. & Frank Kreith. (2002). Handbook Of Solid Waste Management Second Edition. New York: McGraw-Hill. Tchobanoglous George, Hilary Theisen & Samuel A. Vigil (1993). Integrated Solid Waste Management: Engineering Principles and Management Issues. Singapore: McGrawHill Co. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. www.gbcindonesia.org. www.pdpersi.co.id.
20
Analisis blue…, Anindyasari Adhikaputri, FE UI, 2013