PENGELOLAAN PEMBUNGAAN DAN PEMBUAHAN APEL (Malus sylvestris Mill.) DI PT KUSUMA AGROWISATA, BATU-MALANG JAWA TIMUR
BAITURROHMAH A24051966
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
RINGKASAN BAITURROHMAH. Pengelolaan Pembungaan dan Pembuahan Apel (Malus sylvestris Mill.) di PT Kusuma Agrowisata, Batu, Malang, Jawa Timur. (Dibimbing oleh WINARSO D WIDODO). Fase pembungaan pada tanaman apel merupakan fase yang paling rentan selama masa pembuahan apel. Teknik dan manajemen budidaya yang tepat serta pengetahuan tentang pengelolaan pembungaan dan pembuahan dapat diperoleh dari kegiatan magang. Pelaksanaan magang bertujuan untuk memperoleh pengalaman, melatih keterampilan
kerja,
meningkatkan
kemampuan
manajerial
mahasiswa,
meningkatkan kemampuan profesional dalam budidaya apel dan mempelajari teknik pengelolaan pembungaan dan pembuahan apel di kebun PT Kusuma Agrowisata, Batu, Malang, Jawa Timur. Selama kegiatan magang penulis bekerja sebagai karyawan harian lepas selama dua bulan, pendamping pengawas selama satu bulan, mengikuti kegiatan di departemen trading selama sepuluh hari, dan di departemen pemasaran agrowisata selama sepuluh hari. Data yang diperoleh dari kegiatan magang berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan di lapangan, diskusi dengan staf dan karyawan, dan hasil kerja penulis. Data sekunder diperoleh dari arsip perusahaan dan studi pustaka. Pengamatan dilakukan
pada proses pembungaan sampai pembuahan.
Peubah yang diamati adalah saat bunga mekar serempak, jumlah bunga yang muncul, jumlah pentil buah, dan diametar buah. Pengamatan pada pembungaan dan diameter buah dilakukan pada tiga blok dan setiap blok diamati tiga pohon contoh. Dari pohon contoh dipilih tiga cabang dan dari masing-masing cabang dipilih dua ranting. Pengamatan dilakukan setiap hari untuk pembungaan dan setiap minggu untuk diameter buah. Kegiatan budidaya apel yang dilakukan selama kegiatan magang adalah pemupukan, perompesan daun, pemangkasan, pelengkungan cabang, dan panen. Selain itu dilakukan juga kegiatan pasca panen di departemen trading dan pemasaran agrowisata di departemen agrowisata.
Pengelolaan pembungaan dan pembuahan apel di Kusuma Agrowisata meliputi pemupukan, perompesan daun, pelengkungan cabang, pemangkasan, pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT), pengendalian hama dan penyakit, dan penjarangan buah. Selama fase pembungaan dilakukan pengamatan terhadap keadaan bunga sampai menjadi buah. Pembungaan dan pembuahan apel dipengaruhi oleh kondisi tanaman, kesuburan lahan dan kondisi iklim terutama curah hujan. Banyaknya bunga yang muncul diduga dipengaruhi oleh kondisi tanaman. Kerontokan bunga dan pentil buah dipengaruhi oleh kondisi tanaman dan curah hujan. Sedangkan perkembangan buah dipengaruhi oleh umur tanaman. Hasil pengamatan menunjukkan pembungaan pada apel terjadi 3-4 minggu setelah rompes (MSR). Kerontokan bunga pada tanaman apel mencapai 91.97 %. Setelah menjadi pentil buah, apel masih mengalami kerontokan. Kerontokan pentil buah sampai umur 8 MSR adalah 28.88 %, sehingga dari total bunga yang muncul hanya sekitar 5.72 % yang menjadi buah muda. Terdapat perbedaan perkembangan buah antar blok yang di amati, karena perbedaan umur tanaman. Perkembangan buah pada blok 3 lebih cepat dibanding blok 1 dan 2. Pada akhir pengamatan diperoleh besar buah pada blok 1 dengan umur buah 4.5 bulan setelah rompes (BSR) adalah 5.2 cm, pada blok 2 dengan umur 4 BSR adalah 4.89 cm dan pada blok 3 dengan umur buah 3.5 BSR adalah 4.84 cm.
PENGELOLAAN PEMBUNGAAN DAN PEMBUAHAN APEL (Malus sylvestris Mill.) DI PT KUSUMA AGROWISATA, BATU-MALANG JAWA TIMUR
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
BAITURROHMAH A24051966
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Indramayu, Jawa Barat pada tanggal 10 Juni 1987. Penulis merupakan anak ketiga dari Idris dan Nani Yeni. Tahun 1999 penulis lulus dari SD Negeri Tegalurung II BalonganIndramayu, kemudian pada tahun 2002 penulis menyelesaikan studi di SLTP Negeri I Balongan. Selanjutnya penulis lulus dari SMA Negeri I Sindang Indramayu pada tahun 2005. Tahun 2005 penulis diterima di IPB melalui USMI. Tahun 2006, penulis memilih Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian sebagai mayor dan Ekonomi Pertanian sebagai minor dari Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Tahun 2008/2009 dan 2009/2010 penulis menjadi asisten mata kuliah Dasar-Dasar Agronomi dan pada tahun 2009/2010 penulis menjadi asisten mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Penulis juga aktif di Organisasi Kemahasiswaan. Tahun 2006 sampai 2009, penulis aktif di Forum Komunikasi Rohis Departemen (FKRD) yang merupakan Lembaga Dakwah Fakultas (LDF) Fakultas Pertanian dan pada tahun 2008/2009, penulis menjadi staf Departemen Pertanian Badan Ekskutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian.
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas nikmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan magang sebagai bahan penulisan skripsi. Skripsi dengan judul “Pengelolaan Pembungaan dan Pembuahan Apel (Malus sylvestris Mill.) di PT Kusuma Agrowisata Batu, Malang, Jawa Timur” ini diajukan sebagai salah satu syarat penyelesaian tugas akhir Program Sarjana Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada: 1. Dr. Ir. Winarso D Widodo, MS sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan
pengarahan,
bimbingan,
saran
dan
masukan
hingga
terselesaikannya skripsi ini 2. Dr. Ir. Adiwirman, MS dan Ir. Ketty Suketi, MSi sebagai dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan untuk skripsi ini 3. Ir. Pieter Lontoh, MS sebagai dosen pembimbing akademik yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menjalani perkuliahan ini 4. Seluruh staf pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura atas ilmu dan bantuan yang telah diberikan 5. Kedua orang tuaku yang selalu mendo’akan, kedua kakakku dan seluruh keluargaku atas dukungan dan motivasinya selama ini 6. Ir. Edy Antoro sebagai pemilik perusahaan, Pak Wiyono sebagai kepala bagian dan Pak Agus Sugiantoro sebagai pengawas lapang Departemen Budidaya Tanaman Tahunan (BTT) serta seluruh staf dan karyawan PT Kusuma Agrowisata atas bantuan dan kerja samanya selama penulis magang 7. Teman-teman magang di Malang : Niniek, Rere, dan Mia atas kerjasama dan kebersamaannya 8. Teman-teman Agronomi dan Hortikultura angkatan 42 serta teman-teman semua yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Bogor, Maret 2010 Penulis
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi PENDAHULUAN Latar Belakang ...................................................................................... Tujuan ...................................................................................................
1 2
TINJAUAN PUSTAKA Botani Apel .......................................................................................... Syarat Tumbuh ..................................................................................... Pembungaan dan Pembuahan ...............................................................
3 4 5
METODOLOGI Tempat dan Waktu ............................................................................... Metode Pelaksanaan ............................................................................. Pengumpulan Data ............................................................................... Pengamatan Pembungaan dan Pembuahan ..........................................
8 8 8 9
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum PT Kusuma Agrowisata .............................................. 10 Pengelolaan Pembungaan dan Pembuahan Apel .................................. 20 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ........................................................................................... 46 Saran ..................................................................................................... 47 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 48 LAMPIRAN ................................................................................................... 51
DAFTAR TABEL Nomor 1.
Halaman Perkembangan Jumlah Tanaman Apel Produktif dan Produksi Apel Kota Batu Tahun 2004-2008 .....................................................................
2
2.
Jumlah Karyawan Divisi Agrowisata PT Kusuma Agrowisata ................ 11
3.
Jumlah Karyawan Departemen Budidaya Tanaman Tahunan .................. 12
4.
Jumlah Karyawan Harian lepas (KHL) Departemen Budidaya Tanaman Tahunan ..................................................................................... 12
5.
Rata-rata Kebutuhan Tenaga Kerja Budidaya Apel per Hektar ................ 13
6.
Luas Areal Budidaya Tanaman Tahunan dan Budidaya Tanaman Semusim di Kusuma Agrowisata .............................................................. 17
7.
Luas Areal Pertanaman Apel Wisata Petik Masing-masing Blok di Kusuma Agrowisata .............................................................................. 18
8.
Realisasi Pemupukan Apel di Kusuma Agrowisata ................................. 21
9.
Pedoman Pemupukan Apel Menurut Surachmat Kusumo ........................ 22
10. Pedoman Pemupukan Apel Menurut Sub Balai Penelitian Hortikultura, Tlekung ................................................................................ 22 11. Waktu Rompes dan Saat Bunga Mekar Serempak .................................... 33 12. Jumlah Bunga dan Persentase Bunga Rontok per Pohon .......................... 33 13. Rata-rata Jumlah Bakal Buah/Pentil dan Persentase Kerontokan Bakal Buah/Pentil per Pohon sampai 8 MSR ........................................... 34 14. Rata-rata Jumlah Bunga Muncul, Jumlah Buah Muda, dan Persentase Buah Muda per Pohon sampai 8 MSR ...................................................... 36 15. Waktu Rompes, Waktu Awal Pengamatan, dan Umur Buah Awal Pengamatan pada Masing-masing Blok ................................................... 37 16. Waktu Panen Beberapa Varietas Apel di Kusuma Agrowisata ................ 42
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1.
Pelaksanaan Pemupukan ZA ..................................................................... 23
2.
Pelaksanaan Perompesan .......................................................................... 25
3.
Pemangkasan Produksi ............................................................................. 27
4.
Pemangkasan Peremajaan ......................................................................... 28
5.
Tanaman Hasil Pelengkungan Cabang ..................................................... 30
6.
Pentil Buah Terserang Hama Ulat ............................................................. 38
7.
Pelaksanaan Pengolesan dengan Nordox .................................................. 40
8.
Pelaksanaan Penyemprotan Pestisida dengan Power Sprayer........................40
9.
Pelaksanaan Panen Apel ........................................................................... 43
10. Pelaksanaan Penyortiran Buah Apel di Kebun ......................................... 44 11. Buah Apel Ana Hasil Pengemasan ........................................................... 45 12. Pelaksanaan Pengepakan Buah Apel ......................................................... 45 13. Grafik Pertambahan Diameter Buah Apel di Tiga Blok Pertanaman Apel ....................................................................................... 37
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1.
Jurnal Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di PT Kusuma Agrowisata, Batu, Malang, Jawa Timur ........................... 52
2.
Jurnal Kegiatan Magang sebagai Pendamping Pengawas di PT Kusuma Agrowisata, Batu, Malang, Jawa Timur............................ 55
3.
Jurnal Kegiatan Magang sebagai Staf Trading di PT Kusuma Agrowisata, Batu, Malang, Jawa Timur ................................................... 62
4.
Jurnal Kegiatan Magang sebagai Staf Pemasaran Agrowisata di PT Kusuma Agrowisata, Batu, Malang, Jawa Timur ........................... 63
5.
Struktur Organisasi PT Kusuma Agrowisata, Batu, Malang, Jawa Timur ................................................................................................ 64
6.
Struktur Organisasi Divisi Agrowisata PT Kusuma Agrowisata, Batu, Malang, Jawa Timur ........................................................................ 65
7.
Struktur Organisasi Departemen Budidaya Tanaman Tahunan (BTT) PT Kusuma Agrowisata, Batu, Malang, Jawa Timur ................................ 66
8.
Peta Lokasi Kusuma Agrowisata .............................................................. 67
9.
Peta Areal Kusuma Agrowisata secara Keseluruhan ................................ 68
10. Data Curah Hujan dan Hari Hujan PT Kusuma Agrowisata (Daerah Ngaglik) Tahun 1999-2008 ....................................................... 69 11. Peta Areal Pertanaman Apel di Kusuma Agrowisata................................ 70 12. Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) dan Tambahan Unsur Hara yang Digunakan di Kusuma Agrowisata ........................................................... 71 13. Pestisida yang digunakan di Departemen Budidaya Tanaman Tahunan (BTT) PT Kusuma Agrowisata .................................................. 73
PENDAHULUAN Latar Belakang Peranan buah-buahan cukup besar dalam upaya peningkatan gizi dan kesehatan masyarakat. Sejalan dengan semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya gizi bagi tubuh, permintaan buah-buahan terus meningkat. Menurut Rukmana (2008), buah-buahan merupakan penyumbang keanekaragaman dan
kecukupan
gizi
yang cukup besar. Buah-buahan
mengandung karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, asam, minyak yang mudah menguap, pektin, air, serat, dan gula. Salah satu jenis buah yang digemari masyarakat Indonesia adalah apel. Apel merupakan buah temperate yang dapat dikembangkan di Indonesia. Di daerah tropika buah ini dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 800-1200 m dpl. Apel banyak digemari karena memiliki nilai gizi yang tinggi, rasa, aroma, dan kerenyahan yang khas. Setiap 100 gr buah apel mengandung 85 gr air, 10-13.5 gr karbohidrat, 10 mg kalsium, 10 mg fosfor, 0.2 mg besi, 150 mg kalium, 10 mg vitamin A, B1, B2, B6, dan vitamin C. Kandungan protein dan lemaknya sangat rendah dan nilai energinya 165-235 KJ (Kusumo dan Verheij, 1997). Buah
apel
merupakan
buah dengan permintaan impor terbesar
dibandingkan buah-buah impor lainnya. Volume impor apel Indonesia pada tahun 2003 sebesar 72 244 642 kg dan terus mengalami peningkatan sampai tahun 2005 menjadi sebesar 126 972 770 kg (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2008 dan Komarudin, 2005). Meningkatnya impor setiap tahunnya merupakan indikator produksi dalam negeri belum dapat memenuhi permintaan buah apel yang terus meningkat. Pertanaman apel di Kota Batu, Malang, Jawa Timur (merupakan daerah sentra apel di Indonesia) selama kurun waktu 5 tahun terakhir terus mengalami penurunan. Jumlah pohon yang produktif pada tahun 2004 sebanyak 2 603 086 pohon dan mengalami penurunan sampai tahun 2008 menjadi 1 595 772 pohon (Tabel 1). Sedangkan untuk produksi apel dari tahun 2004 sampai 2007 terus meningkat dari 919.01 ton menjadi 1 425.12
ton. Namun pada tahun 2008
2
mengalami penurunan produksi menjadi 868.10 ton (Dinas Pertanian Kota Batu, 2009). Tabel 1. Perkembangan Jumlah Tanaman Apel Produktif dan Produksi Apel Kota Batu Tahun 2004-2008 Tahun 2004 2005 2006 2007 2008
Jumlah Tanaman Produktif (pohon) 2 603 086 2 204 800 2 102 113 2 401 346 1 595 772
Produksi (Ton) 919.01 1 235.57 1 255.45 1 425.12 868.10
Sumber: Dinas Pertanian Kota Batu, 2009
Dengan demikian, perlu adanya upaya untuk meningkatkan kembali produksi apel yang sudah ada. Teknik budidaya yang tepat dan manajemen budidaya yang baik dapat meningkatkan produksi tanaman. Salah satu tahap yang menentukan produksi adalah fase pembungaan. Fase pembungaan pada tanaman apel merupakan fase yang paling rentan selama masa pembuahan apel. Menurut Untung (1994), gagalnya pembuahan dapat disebabkan oleh gugurnya bunga. Penyebab gugurnya bunga antara lain kandungan nitrogen dalam tanah sedikit, kekeringan, hujan, dan penyemprotan pupuk daun saat tanaman sedang berbunga. Kusumo dan Verheij (1997) menyatakan pembungaan pada tanaman apel hasilnya rendah dari bunga yang muncul dan pembentukan buahnya jelek pada musim hujan sedangkan pembungaan pada musim kemarau menghasilkan pembentukan buah yang baik. Teknik dan manajemen budidaya yang tepat serta pengetahuan tentang pengelolaan pembungaan dan pembuahan dapat diperoleh dari kegiatan magang.
Tujuan 1. Memperoleh pengalaman dan melatih keterampilan kerja serta meningkatkan kemampuan manajerial mahasiswa dalam pengelolaan perkebunan apel 2. Meningkatkan kemampuan profesional dalam memahami proses kerja secara nyata dalam budidaya apel berdasarkan keadaan di lapangan 3. Mempelajari pengelolaan pembungaan dan pembuahan apel
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman apel berasal dari Asia Barat Daya. Dewasa ini tanaman apel telah menyebar di seluruh dunia. Negara penghasil utama adalah Eropa Barat, negaranegara bekas Uni Soviet, Cina, Amerika Serikat, Turki, Jepang, Iran, Australia, dan Argentina (Ashari, 1995). Menurut sistematikanya, tanaman apel diklasifikasikan sebagai berikut: Divisi
: Spermatophyta
Sub division : Angiospermae Klas
: Dicotyledone
Ordo
: Rosales
Family
: Rosaceae
Genus
: Malus
Spesies
: Malus sylvestris Mill
Apel berasal dari silangan Malus sylvestris Miller, Malus dasyphylla Borkh., Malus pumila Miller, dan beberapa jenis asal Asia. Lebih dari 1 000 kultivar ditanam di seluruh dunia, terutama di daerah beriklim bukan tropik (Kusumo dan Verheij, 1997) Tanaman apel merupakan tanaman tahunan dengan tinggi dapat mencapai 10 m, tetapi sekarang dibentuk semak yang tingginya hanya 2-4 meter (Kusumo dan Verheij, 1997). Tanaman mempunyai akar tunggang dan akar samping tidak terlalu banyak, tetapi sistem perakaran kuat dan dalam. Apel berdaun tunggal, berbulu kasar, dan tersebar melingkar di sepanjang cabang. Bentuk daun lonjong dengan ujung meruncing dan warnanya hijau muda (Sunarjono, 2005). Pohon apel berkayu keras dan kuat, kulit kayunya cukup tebal, warna kulit batang cokelat muda sampai cokelat kekuning-kuningan dan setelah tua berwarna hijau kekuning-kuningan sampai kuning keabu-abuan (Soelarso, 1997). Bunga apel temasuk bunga sempurna. Bunga ini mempunyai bagianbagian yang lengkap yaitu putik, benangsari, mahkota, dan kelopak (Untung, 1994). Bunga berbentuk tunggal atau berkelompok dengan penyerbukan silang
4
(Sunarjono, 2005). Bunga apel muncul secara berkelompok. Dalam satu tunas terdapat 3-7 kuntum bunga yang bergerombol (Ashari, 1995; Mansyur, 2008). Bunga apel bertangkai pendek, menghadap ke atas, dan bertandan. Bunga tumbuh pada ketiak daun, mahkota bunganya berwarna putih sampai merah jambu berjumlah 5 helai, menyelubungi benangsari pada badan buah, dan di tengahtengah bunga terdapat putik atau bakal buah (Soelarso, 1997). Pada semua varietas, jumlah tangkai benangsari dan tangkai putik adalah sama yaitu antara 1520 dan 5 sedangkan panjang tangkai benangsari dan panjang tangkai putik bervariasi antara 0.5-1.2 cm dan panjang tangkai bunga antara 1.0-4.0 cm (Sugiyatno dan Yuflosponto, 2007). Buah apel berbentuk bulat hingga bulat telur, keras tetapi renyah, dan kandungan air sedikit (Sunarjono, 2005). Kulit apel agak kasar dan tebal dengan pori-pori buah kasar dan renggang, tetapi setelah tua menjadi halus dan mengkilat. Warna buah hijau kemerah-merahan, hijau kekuning-kuningan, hijau berbintikbintik hingga merah tua. Warna kulit ini tergantung dari varietasnya (Soelarso, 1997). Menurut Ashari (1995), bakal buah apel terbagi menjadi lima kompartemen, masing-masing mengandung dua ruang bakal biji, dengan demikian maksimal 10 biji akan terbentuk bila persarian dan dan pembuahan terjadi dengan normal. Menururt Soelarso (1997), biji apel ada yang berbentuk panjang dengan ujung meruncing, berbentuk bulat berujung tumpul, dan gabungan dari keduanya.
Syarat Tumbuh Tanaman apel di daerah tropika dapat menghasilkan buah yang baik pada ketinggian 700-1200 m dpl. Tinggi tempat yang ideal adalah 1000-1200 m dpl. Kondisi lingkungan yang memberi pengaruh baik adalah dataran tinggi kering (Soelarso, 1997). Di daerah beriklim basah, pertumbuhan tanaman mengalami banyak kendala dan rasa buah kurang manis. Di dataran rendah, tanaman tidak dapat berbunga (Sunarjono, 2005).
5
Menurut Untung (1994), ketinggian tempat berhubungan erat dengan suhu udara. Suhu maksimal tanaman apel adalah 27 oC dan suhu minimum sekitar 16 o
C, dengan kelembaban udara berkisar 75 % - 85 %. Curah hujan yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman apel berkisar
antara 1 000-2 600 mm/tahun, dengan 3-4 bulan kering dan 6-7 bulan basah (Kusumo, 1986). Curah hujan yang tinggi saat bunga mekar menyebabkan banyak bunga gugur dan dan tidak dapat menjadi buah (Soelarso, 1997). Intensitas sinar matahari sangat tergantung pada letak geografis, yaitu ketinggian tempat dan cerah tidaknya cuaca (Untung, 1994). Tanaman apel memerlukan sinar matahari yang cukup untuk pembungaan dan untuk mendapatkan mutu buah yang baik. Cahaya yang dibutuhkan antara 50 % - 75 % setiap harinya (Soelarso, 1997). Tipe tanah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman apel adalah yang mempunyai bahan organik tinggi dan porositas baik (Sunarjono, 1990). Soelarso (1997) menambahkan tanah tersebut harus mempunyai aerasi dan penyerapan air baik sehingga pertukaran oksigen, pergerakan hara, dan kemampuan menyimpan airnya optimal. Jenis tanah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman apel adalah latosol, andosol, dan regosol dengan pH 6-7.
Pembungaan dan Pembuahan Kemampuan tanaman buah untuk berbunga dan berbuah dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain musim, lingkungan tumbuh, dan keadaan internal tanaman. Faktor musim meliputi intensitas cahaya, lama penyinaran, kelembaban dan suhu udara, angin, dan curah hujan. Lingkungan tumbuh meliputi unsur hara, kadar air dalam tanah, dan mikroorganisme dalam tanah. Keadaan internal tanaman meliputi umur tanaman, asal bibit, kesehatan tanaman, serta distribusi karbohidrat dan hormon dalam jaringan tanaman (Rukmana, 2008). Bunga tanaman buah-buahan dapat berbentuk bunga jantan, bunga betina, atau bunga sempurna. Jika sudah masak, bunga jantan akan mengeluarkan serbuk sari yang cukup banyak dari kepala sarinya. Satu kepala sari bunga apel, mengandung sekitar 3 500 butir serbuk sari (Kalie, 1992).
6
Fase reproduktif terjadi pada pembentukan dan perkembangan kuncupkuncup bunga, bunga, buah dan biji. Fase ini berkaitan dengan proses (1) pembuatan sel-sel yang secara relatif sedikit, (2) pendewasaan jaringan-jaringan, (3) penebalan serabut-serabut, (4) pembentukan hormon-hormon yang diperlukan untuk perkembangan kuncup bunga (primordia), (5) perkembangan kuncup bunga, bunga, biji, dan alat-alat penyimpanan, (6) pembentukan koloid-koloid hidrofilik (bahan yang dapat menahan air) (Harjadi, 1989). Pembungaan merujuk pada kejadian-kejadian fisiologi dan morfologi. Dalam kejadian fisiologi, transformasi primordia batang vegetatif menjadi primordial bunga, yaitu suatu proses merubah diferensiasi dari daun, tunas, dan jaringan batang ke jaringan yang membentuk organ reproduktif (pistil dan stamen) dan bagian-bagian bunga tambahan (petal dan sepal). Proses transformasi dari keadaan vegetatif menjadi reproduktif, prosesnya tidak dapat kembali dan bagianbagian bunga akan terus berkembang sampai anthesis (saat bunga mekar penuh). Saat anthesis, meosis terjadi dan perkembangan tepung sari dan kantung embrio sempurna. Kemudian terjadilah proses pembentukan buah (Harjadi, 1989). Pembuahan adalah proses bersatunya inti sperma dari serbuk sari dengan sel telur (Kusumo, 1986). Perkembangan buah dibagi atas empat fase yaitu (1) inisiasi jaringan buah, (2) perkembangan pra-penyerbukan, (3) perkembangan pasca-penyerbukan, dan (4) pematangan, pendewasaan, dan senescence (Harjadi, 1989). Pembungaan dan pembuahan pada tanaman apel terjadi setelah proses perompesan daun. Hasil penelitian Sugiyatno dan Yuflosponto (2007) menyebutkan bahwa munculnya kuncup bunga apel manalagi yaitu 21 hari setelah rompes (HSR) dan saat muncul kuncup bunga sampai bunga mekar membutuhkan waktu 8 hari. Dari bunga mekar penuh sampai menjadi bakal buah membutuhkan waktu 8 hari. Pertumbunhan dari bakal buah menjadi pentil buah membutuhkan waktu 7 hari. Sedangkan masa pentil buah sampai menjadi buah siap panen dibutuhkan waktu dua sampai tiga bulan. Hasil penelitian Mansyur (2008) menyebutkan bahwa bunga apel di wilayah Batu rata-rata muncul 21 hari setelah dilakukan perontokan daun secara
7
buatan (rompes). Sebagian besar bunga muncul dan tumbuh dengan baik pada bagian tajuk yang terkena cahaya matahari secara langsung. Fase pembungaan pada tanaman apel merupakan fase yang paling rentan selama masa pembuahan apel. Menurut Untung (1994), gagalnya pembuahan dapat disebabkan oleh gugurnya bunga. Penyebab gugurnya bunga antara lain kandungan nitrogen dalam tanah sedikit, kekeringan, hujan, dan penyemprotan pupuk daun saat tanaman sedang berbunga. Sedangkan penyebab utama gagalnya bunga menjadi buah adalah curah
hujan yang terlalu tinggi. Menurut Kusumo dan Verheij (1997), pada musim hujan pembungaan pada tanaman apel hasilnya rendah dari bunga yang muncul dan pembentukan buahnya jelek sedangkan pembungaan pada musim kemarau menghasilkan pembentukan buah yang baik.
METODOLOGI Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di kebun PT. Kusuma Agrowisata, Batu, Malang, Jawa Timur. Kegiatan magang dilaksanakan selama empat bulan mulai dari tanggal 12 Februari 2009 sampai tanggal 12 Juni 2009.
Metode Pelaksanaan Selama kegiatan magang penulis bekerja di lahan sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama dua bulan dan sebagai pendamping pengawas selama satu bulan. Selain bekerja di lahan, penulis juga mengikuti kegiatan di departemen trading selama sepuluh hari, dan di departemen pemasaran agrowisata selama sepuluh hari. Sebagai KHL, penulis bekerja secara langsung dalam kegiatan pemupukan, perompesan daun, pemangkasan, pewiwilan, dan pelengkungan cabang. Selain kegiatan perawatan dilakukan panen dan kegiatan pasca panen. Kegiatan pasca panen dilakukan di departemen trading. Sebagai pendamping pengawas penulis melakukan pengawasan dan mengorganisasikan pelaksanaan kerja karyawan. Selama mengikuti kegiatan di departemen trading penulis melakukan kegiatan penyortiran, pengemasan, pengepakan, dan penjualan produk perusahaan. Sedangkan di departemen pemasaran agrowisata, penulis melakukan kegiatan memasarkan agrowisata melalui telepon, membuat paket wisata, menjadi penerima tamu, dan menjadi pemandu wisata. Selama kegiatan berlangsung penulis mengisi jurnal harian magang yang dapat dilihat pada Lampiran 1 sampai Lampiran 4.
Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan dalam kegiatan magang menggunakan metode langsung (data primer) dan metode tidak langsung (data skunder). Data primer diperoleh melalui pengamatan di lapangan, mengadakan diskusi dengan staf dan karyawan kebun serta hasil kerja yang dilakukan penulis selama kegiatan
9
magang. Data sekunder diperoleh dari arsip laporan manajemen perusahaan dan dari hasil studi pustaka. Data yang diperoleh dari kegiatan magang dianalisis dengan metode analisis deskriptif.
Pengamatan Pembungaan dan Pembuahan Pengamatan dilakukan pada fase pembungaan sampai dengan pembuahan. Pengamatan pembungaan dilakukan setiap hari sedangkan pengamatan diameter buah dilakukan setiap minggu. Peubah yang diamati adalah saat bunga mekar serempak, jumlah bunga yang muncul, jumlah pentil buah dan diametar buah. Pengamatan pada pembungaan dan diameter buah masing-masing dilakukan pada tiga blok dan setiap blok diamati tiga pohon contoh. Dari pohon contoh dipilih tiga cabang dan dari masing-masing cabang dipilih dua ranting. Data hasil pengamatan dianalisis dengan metode statistika menggunakan uji t taraf 5% untuk membandingkan keragaman fase pembungaan dan pembuahan antar blok.
HASIL DAN PEMBAHASAN KONDISI UMUM PT KUSUMA AGROWISATA Sejarah Perusahaan Kusuma Agrowisata Kusuma Agrowisata dirintis pada tahun 1989. Pertama kali dikembangkan budidaya apel sebagai lahan produksi yang kemudian hasilnya dipasarkan ke luar kota. Namun, dalam hal pemasaran mengalami kendala sehingga mendorong pemilik untuk mengupayakan suatu cara untuk meningkatkan nilai jual produk dengan memperpendek rantai pemasaran. Pemilik mencoba untuk menjual secara langsung kepada konsumen melalui sistem agrowisata. Kusuma Agrowisata didirikan pada tanggal 20 Mei 1990. Nama Kusuma Agrowisata berasal dari nama perusahaan PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya. Kusuma Agrowisata adalah suatu obyek wisata yang memanfaatkan komoditas pertanian sebagai obyek utamanya. Awalnya Kusuma Agrowisata memiliki areal kebun seluas 8 hektar yang ditanami apel dan jeruk. Pada tahun 1996, untuk menambah objek wisata agro dibangun green house untuk tanaman hias dan menanam kopi jenis arabika seluas 9 hektar. Selanjutnya Tahun 1998-2000 menambah jenis tanaman untuk wisata agro yaitu stroberi dan membangun green house untuk tanaman sayur yang dibudidayakan secara hidroponik diantaranya kangkung, sawi hijau, sawi daging, baby kailan, dan sawi putih. Tanaman lain yang diusahakan di Kusuma Agrowisata meliputi jambu biji merah, buah naga, rosella, paprika, dan tomat ceri. Pada tahun 2002 didirikan Klinik agribisnis yang bertujuan sebagai pusat kajian agribisnis untuk memberdayakan petani Indonesia. Klinik agribisnis bergerak dalam bidang pelatihan-pelatihan, studi banding, seminar, kajian-kajian dan memasyarakatkan wisata agro dikalangan masyarakat. Disamping itu klinik agribisnis juga mengembangkan pertanian organik.
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Kusuma Agrowisata berada di bawah PT Kusuma Satria Dinasasti Wisata Jaya yang merupakan suatu badan usaha milik perorangan. Kusuma Agrowisata dipimpin oleh seorang direksi yang merupakan pemilik dari perusahaan. Dalam
11
menjalankan tugasnya direksi dibantu oleh seorang general manager. Divisi yang ada di Kusuma Agrowisata ada empat yaitu divisi Agrowisata, hotel, villa Kusuma Agrowisata, dan agroindustri. Masing-masing divisi dipimpin oleh seorang manager yang bertanggung jawab terhadap kelancaran kerja divisi (Lampiran 5). Dalam menjalankan tugasnya, manager dibantu oleh kepala bagian yang membawahi setiap departemen yang ada dalam divisi tersebut. Masingmasing divisi terbagi dalam beberapa departemen. Divisi agrowisata terbagi menjadi tujuh departemen diantaranya departemen keuangan dan administrasi (KUA), Budidaya Tanaman Tahunan (BTT), Budidaya Tanaman Semusim (BTS), Klinik Agribisnis dan Agrowisata (KAA), Pemasaran Agrowisata, Food and Beverage dan Entertainment (F & B dan ENT), dan trading. Setiap departemen yang ada di divisi agrowisata dipimpin oleh seorang kepala bagian dan seorang kepala bagian dibantu oleh seorang asisten (Lampiran 6). Setiap departemen yang ada di divisi agrowisata, memiliki jumlah karyawan yang
berbeda-beda. Pada departemen keuangan dan administrasi
(KUA) karyawan berjumlah 35 orang, budidaya tanaman tahunan (BTT) sebanyak 53 orang, budidaya tanaman semusim (BTS) sebanyak 20 orang, klinik agribisnis dan agrowisata (KAA) sebanyak 14 orang, pemasaran agrowisata sebanyak 16 orang, Food & Beverage dan Entertainment sebanyak 25 orang, dan trading sebanyak 15 orang (Tabel 2). Tabel 2. Jumlah Karyawan Divisi Agrowisata PT Kusuma Agrowisata Departemen Keuangan dan Administrasi (KUA) Budidaya Tanaman Tahunan (BTT) Budidaya Tanaman Semusim (BTS) Klinik Agribisnis dan Agrowisata (KAA) Pemasaran Agrowisata Food & Beverage dan Entertainment Trading Total
Jumlah karyawan 35 53 20 14 16 25 15 178
Sumber: Arsip Departemen Keuangan dan Administrasi 2009, diolah
Departemen budidaya tanaman tahunan yang menangani budidaya tanaman apel, jeruk, buah naga, jambu biji merah, dan kopi yang ada di lokasi
12
wisata berjumlah 53 orang dengan sebaran mulai dari kepala bagian, pengawas kebun, staf administrasi, dan karyawan harian lepas (Tabel 3 dan Lampiran 7). Tabel 3. Jumlah Karyawan Departemen Budidaya Tanaman Tahunan Jabatan Kepala bagian Pengawas Staf administrasi KHL
Laki-laki 1 3 1 44 49
Jumlah Perempuan 0 0 0 4 4
Total 1 3 1 48 53
Sumber: Arsip Departemen Budidaya Tanaman Tahunan (BTT), 2009, diolah
Kepala bagian bertanggungjawab penuh terhadap manajemen pengelolaan budidaya tanaman tahunan. Pengawas memiliki peran dalam membuat perencanaan budidaya apel bersama kepala bagian dan melakukan pengawasan terhadapa kerja karyawan di lapang. Staf administrasi berperan dalam perekapan data karyawan, banyaknya pupuk dan pestisida yang masuk dan digunakan, merekap gaji karyawan setiap minggunya, dan membuat laporan keuangan setiap bulan. Tabel 4. Jumlah Karyawan Harian Lepas (KHL) Departemen Budidaya Tanaman Tahunan Kelompok Tenaga Apel dan jeruk kebun dalam Jambu Jeruk kebun luar Kopi Kingsoe Kopi Karang ploso Kopi Serruk Apel Junggo Banpam (tenaga keamanan)
Laki-laki 13 1 5 4 5 3 8 5 44
Jumlah Perempuan 2 2 0 0 0 0 0 0 4
Total 15 3 5 4 5 3 8 5 48
Sumber: Arsip Departemen Budidaya Tanaman Tahunan (BTT), 2009, diolah
Karyawan harian lepas dibagi dalam delapan kelompok tenaga kerja diantaranya tenaga apel dan jeruk kebun dalam, tenaga jambu, tenaga jeruk kebun luar, tenaga kopi Kingsoe, tenaga kopi Karang Ploso, tenaga kopi Serruk, tenaga apel Junggo, dan tenaga banpam (Tabel 4). Setiap kelompok tenaga kerja
13
mempunyai peranan masing-masing. Kelompok tenaga kerja apel dan jeruk kebun dalam bertanggungjawab atas pekerjaan di budidaya apel dan jeruk yang ada di dalam kebun agrowisata. Tenaga jambu bertanggungjawab atas pekerjaan budidaya jambu, tenaga kopi Kingsoe, kopi Karang Ploso, dan kopi
Serruk
bertanggungjawab atas pekerjaan budidaya kopi yang ada di Kingsoe, Karang Ploso, dan Serruk. Tenaga kerja apel Junggo bertanggungjawab atas pekerjaan budidaya apel yang ada di kebun Junggo. Sedangkan untuk tenaga bampam adalah tenaga keamanan kebun. Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam kegiatan budidaya tanaman apel terbagi dalam masing-masing kegiatan budidaya yaitu dari pembuatan lubang tanam sampai panen. Banyaknya tenaga kerja yang diperlukan dalam setiap kegiatan budidaya ditentukan berdasarkan standar kerja perusahaan (Lampiran 1). Rata-rata kebutuhan tenaga kerja per hektar dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Rata-rata Kebutuhan Tenaga Kerja Budidaya Apel per Hektar Kegiatan Budidaya Pembuatan Lubang Tanam Penanaman Pemupukan Pengapuran Perompesan Pemangkasan Penelungan Pengendalian gulma PHPT Penyiraman Pengolahan tanah Panen Total
Kebutuhan Tenaga Kerja per Hektar (HOK) 55 22 25 5 110 110 39 10 100 20 6 16 518
Pengelolaan tenaga kerja tingkat staf Pengelolaan manajemen Budidaya Tanaman Tahunan (BTT) dipimpin oleh seorang kepala bagian yang dibantu oleh seorang pengawas dan seorang staf administrasi. Kepala bagian bertanggungjawab penuh terhadap manajemen pengelolaan budidaya tanaman tahunan. Pelaksanaannya dibantu oleh pengawas kebun dan staf administrasi. Tugas dan tanggung jawab kepala bagian adalah membuat dan melaksanakan anggaran pendapatan dan belanja yang telah
14
disetujui, membuat rencana kerja tahunan, bulanan, dan harian, mengontrol seluruh kegiatan kebun setiap hari dan memeriksa hasil laporan harian, dan bertanggungjawab terhadap semua pelaksanaan kerja di kebun. Kepala bagian juga mengarahkan pengawas dan staf administrasi dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya. Pengawas kebun sebagai bawahan langsung dari kepala bagian yang bertanggungjawab atas pengelolaan kebun pada seluruh komoditas tanaman tahunan yang ada yaitu apel, jeruk, jambu biji merah, buah naga dan kopi. Tugas dan tanggung jawab pengawas kebun adalah menyiapkan kelengkapan alat dan bahan, memberikan pengarahan kepada karyawan harian, mengawasi dan mengontrol kerja karyawan, melakukan pengamatan di kebun, menganalisa keadaan di lapang, dan mengawasi pelaksanaan pengendalian hama dan penyakit. Setiap pagi, pengawas kebun mengarahkan karyawan dalam pembagian kerja di masing-masing blok dan komoditas, mengawasi, menilai, dan mengendalikan kerja di lapangan. Pengawasan dilakukan setiap hari dengan mengelilingi seluruh blok dan komoditas sekaligus melakukan bimbingan teknis tentang pelaksanaan kegiatan di lapang kepada karyawan. Staf administrasi bertanggungjawab terhadap administrasi pengelolaan kebun. Tugas dan tanggung jawab staf administrasi meliputi absensi karyawan, menyiapkan keperluan kebun, menerima, memeriksa, dan mencatat penerimaan dan pengiriman/pengeluaran barang, memeriksa hasil kerja yang diserahkan pengawas,
membuat
laporan
(pembukuan)
dan
melaksanakan
kegiatan
administrasi lainnya. Dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya, staf administrasi dibantu oleh seorang asisten staf yang berperan dalam pelaksanaan administrasi. Disamping melaksanakan kegiatan administrasi, seorang administrator ikut berperan dalam pengawasan pengendalian hama dan penyakit, mengontrol perkembangan tanaman khususnya terhadap hama dan penyakit yang menyerang, dan merekomendasikan pengaplikasian bahan-bahan kimia untuk pengendalian hama dan penyakit. Pengontrolan terhadap hama dan penyakit dilakukan setiap dua hari sekali pada setiap blok.
15
Pengelolaan tenaga kerja di lapangan Pekerja harus berada di depan kantor BTT pukul 06.00 pagi untuk mendapat pengarahan dari pengawas. Asisten staf administrasi melakukan absensi terhadap karyawan yang datang sementara pengawas menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan di kebun dan membagi karyawan ke dalam beberapa kegiatan yang dilakukan pada hari itu. Pukul 06.30 pekerja sudah harus ada di areal yang dikerjakan. Setiap hari kegiatan dilakukan selama enam jam yaitu mulai dari pukul 06.00-12.30. Pekerja istirahat pukul 09.00-09.30 untuk sarapan dan melanjutkan kegiatan lagi sampai pukul 12.30. Kegiatan pengelolaan lapangan terdiri dari kegiatan pemupukan, perompesan, pemangkasan, penjarangan buah, pengendalian HPT dan panen. Kegiatan yang dilaksanakan di kebun dikerjakan dengan sistem kerja harian dan sistem kerja borongan. Sistem kerja menentukan sistem pengupahan yang berlaku di kebun. Pengupahan sistem kerja harian didasarkan pada jumlah hari kerja yang diikuti oleh karyawan. Besar upah sistem harian sama untuk semua kegiatan yaitu Rp 21 000 untuk karyawan laki-laki dan Rp 18 500 untuk karyawan wanita. Apabila dilaksanakan lembur, sistem pengupahannya adalah Rp 3 500 per jam berlaku untu karyawan laki-laki maupun wanita. Sistem borongan dilakukan untuk menyelesaikan pekerjaan lebih cepat. Karyawan ditargetkan menyelesaikan pekerjaan dengan hasil tertentu. Upah yang diberikan sesuai dengan prestasi yang telah dicapai oleh karyawan. Sistem kerja borongan biasanya dilakukan pada kegiatan perompesan, pengolahan tanah, dan persiapan pemupukan (persipuk). Namun dari kegiatan tersebut tidak selalu dengan sistem borongan. Kegiatan perompesan yang dilakukan secara borongan, biasanya dilakukan oleh pekerja dari luar dengan upah sesuai dengan luas dan banyaknya pohon. Kegiatan pengolahan tanah dilakukan oleh pekerja sementara dengan sistem upah sesuai dengan luas lahan dan kegiatan persipuk dibayar sesuai dengan banyaknya pohon yang telah dikerjakan. Untuk borongan persipuk upah dibayar sesuai dengan jenis pohon, yaitu untuk TBM Rp 300/pohon dan TM Rp 400/pohon. Dalam sehari biasanya pekerja dapat menyelesaikan persipuk sebanyak 80-100 pohon. Dengan demikian sistem borongan pengupahannya lebih menguntungkan daripada dengan sistem harian.
16
Letak Geografis dan Administratif Kusuma Agrowisata terletak pada ketinggian 680-1 700 m dpl. Kusuma Agrowisata terletak di Kota Batu, Jawa Timur yang terletak sekitar 19 km dari Kota Malang. Lokasi Kusuma Agrowisata berbatasan dengan Desa Pasanggrahan di sebelah timur, Desa Sisir di sebelah barat, gunung Panderman di sebelah selatan, dan di sebelah utara berbatasan dengan Desa Ngaglik. Secara keseluruhan Kusuma Agrowisata ini terletak di Desa Ngaglik, Kota Batu, Kabupaten Malang, propinsi Jawa Timur. Peta lokasi dan areal Kusuma Agrowisata secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 8 dan Lampiran 9.
Keadaan Tanah, Topografi, dan Iklim Jenis tanah di Kusuma Agrowisata adalah andosol. Ketinggian tempat 9001 000 meter dpl dengan kemiringan 15o-25o. Kelembaban udara 75 % - 85 % dan suhu rata-rata 16 oC - 30 oC. Tipe iklim didasarkan pada klasifikasi Schmidt dan Ferguson, yaitu berada pada bulan basah dan bulan kering dan termasuk kategori tipe D. Berdasarkan data curah hujan Badan Metereologi dan Geofisika Karangploso, selama kurun waktu 10 tahun terakhir, curah hujan Kusuma Agrowisata adalah 1538.9 mm/tahun dengan rata-rata bulan basah 5.6 hari dan bulan kering 5.5 hari (Lampiran 10).
Luas Areal Budidaya Tanaman Luas areal budidaya tanaman di Kusuma Agrowisata pada tahun 2009 adalah 31.1 ha. Areal tersebut digunakan untuk tanaman tahunan dan tanaman semusim. Tanaman tahunan meliputi apel sebagai komoditas utama, jeruk, jambu biji merah, kopi, dan buah naga. Sedangkan tanaman semusim meliputi stroberi, rosella, paprika dan tomat ceri dan hidroponik. Luas areal budidaya tanaman tahunan dan budidaya tanaman semusim di Kusuma Agrowisata dapat dilihat pada Tabel 6.
17
Tabel 6. Luas Areal Budidaya Tanaman Tahunan dan Budidaya Tanaman Semusim di Kusuma Agrowisata Tanaman Areal Apel (TM dan TBM) Jeruk Jambu biji merah Kopi Buah naga Stroberi Rosella Green house paprika Green house tomat ceri Hidroponik Total
Luas Lahan (m2) 71 891 66 000 34 000 90 000 16 000 20 000 8 500 3 893 350 1 134 311 768
Sumber: Arsip Departemen Budidaya Tanaman, 2009, diolah
Lahan yang digunakan untuk pertanaman apel meliputi 7 areal yaitu areal A terdiri 5 blok, areal B terdiri dari 4 blok, areal C terdiri 6 blok, areal D terdiri 3 blok, areal E terdiri 5 blok, areal F terdiri 6 blok, areal G terdiri 3 blok. Secara keseluruhan lahan yang digunakan untuk pertanaman apel terdiri dari 32 blok. Tanaman apel yang ada dibedakan menjadi tanaman menghasilkan (TM) dan tanaman belum menghasilkan (TBM). Peta areal pertanaman apel dapat dilihat pada Lampiran 11 dan luas areal masing-masing blok dapat dilihat pada Tabel 7. Lahan yang digunakan untuk pertanaman jeruk ada satu blok besar dengan luas 6.6 ha. Lahan yang digunakan untuk pertanaman jambu biji merah terdiri atas 8 blok kecil dengan luas total adalah 3.4 ha. Untuk tanaman kopi di tanam pada dua tempat yaitu di Batu (sebelah areal agrowisata apel) dan di daerah Karangploso dengan luas total 9 ha, dan buah naga ditanam pada lahan seluas 1.6 ha berada di dalam kebun agrowisata. Budidaya tanaman semusim meliputi stroberi dengan luas 2 ha, rosella 0.85 ha, paprika 3 893 m2, tomat ceri 350 m2, dan sayuran yang di tanam secara hidroponik. Tanaman paprika, tomat ceri dan sayuran hidroponik di tanam di dalam green house. Green house (GH) untuk paprika berjumlah 6 dengan nama dan luasan masing-masing GH A seluas 984 m2, GH B seluas 1 100 m2, GH C seluas 825 m2, GH D1 seluas 400 m2, GH D2 dan GH D3 masing-masing seluas 292 m2. Green house untuk tomat ceri berjumlah dua dengan luasan masing-
18
masing 200 m2 dan 150 m2. Sedangkan green house untuk sayuran hidroponik berjumlah 21 dengan luasan masing-masing 54 m2. Tabel 7. Luas Areal Pertanaman Apel Wisata Petik Masing-masing Blok di Kusuma Agrowisata Blok A1 A2 A3 A4 A5 B1 B2 B3 B4 C1 C2 C3 C4 C5 C6 D1 D2 D3 E1 E2 E3 E4 E5 F1 F2 F3 F4 F5 F6 G1 G2 G3 Total
Tahun Tanam 1991 1991 2001 2006 2009 1994 1994 1994 1994 1994 2001 2005 2005 2001 2006 1997 1998 2006 1992 1992 2005 1997 1997 1997 1997 1997 1997 1997 1997 1997 1997 2009
Jumlah Tanaman TM TBM Total 135 141 276 231 152 383 0 157 157 177 54 231 0 183 183 113 57 170 126 98 224 0 332 332 273 190 463 186 55 241 163 146 309 0 294 294 0 408 408 88 208 296 0 365 365 93 235 328 82 217 299 0 199 199 112 144 256 102 110 212 0 397 397 78 8 86 97 10 107 110 28 138 95 11 106 62 27 89 76 34 110 136 34 170 136 56 192 252 68 320 174 32 206 0 429 429 3 097 4 879 7 976
Luas (m2) 2 363 1 613 3 375 1 278 1600 1 163 1 875 3 015 3 546 2 531 3 087 2 416 2 864 4 328 2 368 5 624 2 586 1 629 3 286 2 780 3 280 718 916 1 006 942 812 976 1 006 1 048 2 198 1 368 4 294 71 891
Sumber: Arsip Departemen Budidaya Tanaman Tahunan (BTT), 2009, diolah
Keadaan Tanaman Tanaman apel di Kusuma Agrowisata merupakan tanaman apel yang berasal dari pembibitan secara okulasi. Varietas yang ada terdiri dari manalagi,
19
rome beauty (RB), ana, dan wanglin. Pada masing-masing blok, varietas yang ditanam berbeda-beda. Varietas manalagi adalah yang paling mendominasi pertanaman yang ada. Tahun tanam tanaman apel bervariasi dari tahun 1991-2009. Secara umum jarak tanam yang digunakan adalah 3 m x 3 m, walaupun ada juga yang jarak tanamnya 3 m x 2.5 m dan 2.5 m x 2.5 m sehingga populasi rata-rata per hektarnya antara 1 111 – 1 500 pohon. Jika dilihat dari populasi tanaman apel di Kusuma Agrowisata, secara umum sudah mendekati pada populasi tanaman optimal yaitu 1 109 pohon/ha. Namun pada kenyataannya, di lapangan banyak tanaman yang tidak berproduksi, terutama untuk tanaman bongkaran (tanaman sulaman susulan dengan umur tanaman mendekati umur tanaman yang ada di kebun). Pertumbuhan tanaman bongkaran tidak dapat menyesuaikan dengan kondisi tanaman yang ada, bahkan tanaman ini banyak yang kering (mati) karena sudah terlalu tua untuk dipindahkan. Sehingga akar sudah tidak dapat beradaptasi dengan kondisi tanah yang ada. Umur maksimal tanaman apel adalah 25-30 tahun. Setelah mencapai umur tersebut, pohon harus dibongkar dan ditanami kembali dengan bibit apel yang berkualitas. Sampai saat ini, umur tanaman apel tertua di Kusuma Agro adalah 18 tahun. Pada usia ini pohon apel masih berproduksi, namun produksi sudah tidak optimal lagi bahkan sudah mulai menurun. Tanaman ini sudah banyak yang dibongkar karena disamping produksinya yang sudah menurun juga terserang penyakit yang sudah tidak bisa dikendalikan lagi.
20
PENGELOLAAN PEMBUNGAAN DAN PEMBUAHAN APEL DI PT KUSUMA AGROWISATA Pemeliharaan tanaman apel dimulai sejak bibit ditanam. Pemeliharaan dilakukan untuk menjaga agar tanaman tumbuh dan berkembang dengan baik sampai tanaman siap untuk berproduksi. Setelah tanaman siap untuk berproduksi perlu diperhatikan saat tanaman mulai muncul bunga. Munculnya bunga saat tanaman berumur dibawah tiga tahun sebaiknya dibuang. Hal ini bertujuan agar tanaman dapat maksimal pada perkembangan vegetatif. Pemeliharaan yang dilakukan setelah penanaman bibit diantaranya pemupukan, pemangkasan, dan pelengkungan cabang. Saat tanaman siap untuk berproduksi, maka diperlukan pengelolaan yang tepat agar tanaman dapat berproduksi optimal. Fase pembungaan pada buah apel merupakan fase yang paling rentan dalam penentuan produksi. Oleh karena itu diperlukan teknik yang tepat dalam pengelolaan pembungaan dan pembuahan apel. Pengelolaan pembungaan dan pembuahan apel yang dilakukan di Kusuma Agrowisata meliputi pemupukan, perompesan daun, pemangkasan, pelengkungan cabang, pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT), pengendalian hama dan penyakit, dan penjarangan buah. Setelah masa pembungaan dan pembuahan selesai (buah telah masak) maka buah siap untuk dipanen. Pemanenan dilakukan oleh pengunjung wisata sedangkan karyawan melakukan panen pada buah sisa petikan pengunjung. Penanganan pasca panen hanya dilakukan terhadap buah yang dipanen oleh karyawan.
Pemupukan Pemupukan adalah kegiatan memberikan unsur hara pada tanaman baik melalui tanah maupun melalui daun. Hal ini disebabkan keadaan unsur hara yang ada di dalam tanah dan tanaman tidak dapat memenuhi kebutuhan hara yang diperlukan oleh tanaman. Kegiatan pemupukan di Kusuma Agrowisata menggunakan pupuk organik dan anorganik. Pemupukan organik dilakukan melalui tanah. Pupuk organik yang digunakan adalah pupuk kandang yang berasal dari kotoran sapi dengan dosis 40
21
kg per tanaman dan kompos dengan menggunakan sisa-sisa tanaman yang ada disekitar pertanaman apel. Pemupukan anorganik diaplikasikan melalui tanah dan daun. Pupuk anorganik yang diaplikasikan melalui tanah biasanya berupa pupuk padat. Pupuk padat yang digunakan yaitu pupuk ZA dan NPK. Pupuk yang diaplikasikan melalui daun berupa pupuk yang dicairkan yaitu gandasil D, mamigro, mono kalium phosphate (MKP) dan multi mikro. Pemupukan dengan pupuk padat dibedakan atas dasar umur tanaman, yaitu pada tanaman yang belum menghasilkan (TBM) dan tanaman yang sudah menghasilkan (TM). Pemupukan pada TBM menggunakan pupuk ZA dengan dosis yang berbeda berdasarkan umur tanaman, sedangkan pada TM
meng-
gunakan pupuk majemuk NPK (15:15:15) (Tabel 8). Tabel 8. Realisasi Pemupukan di Kusuma Agrowisata Umur tanaman (tahun) 1 2 3 4 ≥5
Pupuk ZA ZA ZA ZA NPK
Dosis (gr/tanaman) 100 200 300 300 500
Sumber: Pengamatan di lapang
Menurut Kusumo (1986), jenis dan dosis pupuk yang digunakan pada tanaman apel dibedakan untuk TBM dan TM. Jenis pupuk yang dibutuhkan oleh TBM adalah lebih pada tersedianya unsur N untuk meransang pertumbuhan vegetatif. Unsur N ini dapat diperoleh dari pupuk ZA. Sedangkan untuk TM dibutuhkan tersedianya unsur N, P2O5, dan K2O. Ketiga unsur ini dapat diperoleh dari pupuk NPK (15:15:15). Dosis pupuk yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 9. Sedangkan menurut Sub Balai Penelitian Hortikultura Malang (1990), menganjurkan pemberian pupuk Urea, ZA, TSP, dan ZK (Tabel 10).
22
Tabel 9. Pedoman Pemupukan Apel Menurut Surachmat Kusumo Umur Saat tanam 2 bulan 4 bulan 6 bulan 1 tahun 2 tahun 3 tahun 4 tahun 5 tahun 5.5 tahun > 6 tahun
Pupuk Buatan Jenis Pupuk Dosis (g/pohon) Urea 25 Urea 25 Urea 50 NPK (15:15:15) 100 NPK (15:15:15) 200 NPK (15:15:15) 250 NPK (15:15:15) 300 NPK (15:15:15) 400 NPK (15:15:15) 500 NPK (15:15:15) 500-1000
Pupuk Kandang (blek minyak tanah) 2 2 2 2 2 2 2-3/tahun
Sumber: Kusumo (1986)
Tabel 10. Pedoman Pemupukan Apel Menurut Sub Balai Penelitian Hortikultura, Tlekung Umur (Tahun) 1-2 2-3 4-5 ≥6
Pupuk Kandang (blek minyak tanah) 2 2 2 2-3
Urea 150 200 300 400
Pupuk Buatan (g/pohon) ZA TSP 150 100 200 200 300 300 400 400
ZK 100 200 300 400
Sumber: Soelarso (1996)
Pemupukan dilakukan saat perompesan daun dan pemangkasan produksi. Menurut Untung (1994), umumnya pupuk diberikan setelah daun dirontokkan, muncul bunga baru, atau setelah pemangkasan cabang yang sakit atau rusak. Untuk pupuk kandang diberikan satu kali dalam setahun. Prinsip pemupukan adalah dilakukan saat tanah tidak terlalu kering dan tidak ada air yang mengalir. Karena jika kekurangan air, pupuk dapat membakar akar tanaman dan apabila ada air yang mengalir, maka pupuk akan hanyut sebelum terserap oleh akar tanaman. Pemupukan dilakukan pada pukul 06.00, hal ini bertujuan supaya efek dari penguapan belum begitu besar. Pupuk diaplikasikan dengan cara disebar pada alur (Gambar 1). Sebelum dilakukan pemupukan, dilakukan persiapan pemupukan, yaitu dengan membuat alur pupuk. Bentuk alur yang dibuat adalah persegi empat dengan kedalaman sekitar 10-20 cm dan selebar tajuk yaitu sekitar satu meter dari batang pohon (TM) dan setengah meter untuk TBM. Menurut Soepardi (1983),
23
cara pemberian pupuk padat diantaranya dengan dibuat larikan disebelah barisan tanaman, disebar di seluruh lahan, dan secara melingkar. Soelarso (1996) menambahkan, pemberian pupuk di sekeliling tanaman dengan membuat alur sedalam 20 cm pada jarak selebar tajuk daun. Pupuk yang sudah diaplikasikan ditutup dengan tanah. Pemupukan anorganik cair diaplikasikan melalui daun. Pemberian pupuk dilakukan berdasarkan monitoring dan kekurangan unsur hara. Aplikasi pemupukan dilakukan bersamaan dengan aplikasi penyemprotan zat pengatur tumbuh (ZPT) dan pestisida. Menurut Soepardi (1983), cara pemberian pupuk berupa cairan yaitu dengan pemberian langsung pada tanah, pemberian dalam air irigasi, dan penyemprotan pada tanaman. Pupuk yang digunakan berupa unsur hara makro, unsur hara mikro yang berfungsi untuk menambah unsur hara pada tanaman untuk pertumbuhan optimal. Selain itu digunakan gandasil B dan gandasil D dengan dosis berdasarkan kekurangan unsur hara. Gandasil B diaplikasikan bersamaan dengan aplikasi penyemprotan ZPT yaitu setelah perompesan maupun saat pemangkasan produksi sampai menjelang berbunga. Sedangkan gandasil D diaplikasikan bersamaan dengan penyemprotan pestisida. Gandasil B diberikan lima sampai tujuh hari sekali sampai menjelang berbunga sebanyak 4-5 kali, sedangkan gandasi D diberikan 2.5 bulan setelah rompes sampai menjelang panen sebanyak 2-4 kali.
Gambar 1. Pelaksanaan Pemupukan ZA
24
Standar kerja perusahaan untuk kegiatan pemupukan melalui tanah adalah 1 600 pohon/HOK. Prestasi kerja penulis dalam kegiatan pemupukan adalah 864 pohon dan prestasi karyawan adalah 1 320 pohon. Dengan demikian prestasi kerja penulis dan karyawan dalam kegiatan pemupukan belum memenuhi standar kerja perusahaan. Secara umum pelaksanaan pemupukan di Kusuma Agrowisata sudah baik. Pemberian pupuk anorganik padat yaitu ZA dengan dosis berdasarkan umur tanaman dan NPK dengan dosis 500 g per pohon sudah memenuhi standar pemupukan pada tanaman apel. Karena kenyataan di lapangan, pemupukan dikombinasikan dengan pemberian pupuk organik yang dosisnya lebih tinggi dari standar. Diharapkan pemberian pupuk organik yang berlebih ini dapat menggantikan kekurangan unsur dari
pupuk anorganik. Namun,
perlu
diperhatikan pemberian pupuk pada TBM yaitu dengan kombinasi pemberiane pupuk yang tepat.
Perompesan Perompesan merupakan kegiatan merontokkan/menggugurkan daun apel. Perompesan bertujuan untuk mematahkan dormansi mata tunas di daerah beriklim sedang karena tanaman apel di negeri asalnya yang beriklim temperate berbunga setelah musim gugur dimana seluruh daunnya gugur. Di daerah tropika, perompesan merupakan salah satu cara terhadap ketidaksesuaian faktor iklim daerah asal dengan daerah introduksi yang berpengaruh terhadap perilaku tanaman. Menurut Sunarjono (1990), perompesan mendorong cepat tumbuhnya tunas-tunas baru. Soelarso (1997) menambahkan, perompesan dapat menstimulasi membukanya kuncup terminal dan lateral, kemudian diikuti dengan pembungaan sekitar satu bulan berikutnya. Perompesan dilakukan pada daun-daun yang telah tua. Menurut Soelarso (1997), perompesan daun yang dilakukan sebelum waktunya menyebabkan kebanyakan tunas tersebut akan tumbuh menjadi tunas vegetatif. Jika waktu perompesan daun tepat, sekitar satu bulan sesudahnya tunas-tunas padat akan berkembang menjadi tunas-tunas daun yang kemudian disusul dengan rangkaian bunga.
25
Perompesan daun dapat dilakukan secara manual dengan tangan atau dengan menyemprotkan bahan kimia. Menurut Soelarso (1997), perompesan secara manual menyebabkan meningkatnya biaya tenaga kerja dan mengakibatkan luka yang memungkinkan tanaman menjadi peka terhadap serangan hama dan penyakit. Perlakukan perompesan manual menyebabkan kandungan nitrogen di dalam daun-daun hilang sebelum sempat disimpan di dalam jaringan kulit batang sehingga penggunaan urea perlu untuk mensuplai nitrogen yang hilang tersebut. Sedangkan perompesan yang dilakukan dengan menggunakan bahan kimia, dosis harus tepat, karena konsentrasi yang tinggi dapat menimbulkan efek samping (tanaman menjadi kering). Hasil penelitian Tegopati et al. (1987) menunjukkan pemberian urea 10 % + ethrel 5 000 ppm yang diberikan dua kali selang seminggu dapat menyebabkan gugur daun tanpa mengurangi hasil buah. Perompesan daun di Kusuma Agrowisata dilakukan secara manual dengan menggunakan tangan. Kegiatan ini biasanya dilakukan satu bulan setelah panen. Perompesan dilakukan secara bergantian pada setiap blok dengan rentang waktu 2-4 minggu. Tetapi tidak menutup kemungkinan antar blok dapat dilakukan perompeasan secara bersamaan tergantung dari kondisi pertanaman. Dari jadwal perompesan yang sudah dibuat, diharapkan persediaan buah apel untuk lokasi petik selalu ada setiap hari. Kegiatan perompesan dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Pelaksanaan Perompesan
26
Standar kerja perusahaan untuk kegiatan perompesan adalah sepuluh pohon besar per HOK. Prestasi kerja mahasiswa dalam kegiatan perompesan adalah antara 4-6 pohon besar dan prestasi kerja karyawan 8-10 pohon. Prestasi kerja penulis belum memenuhi standar perusahaan sedangkan karyawan rata-rata sudah mencapai target. Kegiatan perompesan yang dilakukan di Kusuma Agrowisata sudah baik. Namun, untuk memelihara tanaman agar tidak terjadi luka dan mempertahankan keberadaan unsur nitrogen dalam tanaman, maka perompesan setiap musim panen dapat dikombinasikan antara perompesan secara manual dan perompesan dengan menggunakan bahan-bahan kimia. Karena masing-masing jenis perompesan mempunyai kelebihan dan kekurangan, sehingga kombinasi antara keduanya diharapkan dapat menekan kekurangan yang ada.
Pemangkasan Menurut Kusumo dan Verheij (1997), pemangkasan didefinisikan sebagai kegiatan membuang pertumbuhan bagian yang tidak diinginkan agar merangsang pertumbuhan bagian yang dikehendaki. Sedangkan menurut kamus The Macquarie dalam Elliot dan Widodo (1996) menyebutkan bahwa pemangkasan adalah tindakan memangkas (membuang) ranting, cabang, atau akar yang tidak dikehendaki. Menurut Elliot dan Widodo (1996) tujuan pemangkasan diantaranya mengarahkan pertumbuhan tanaman, merangsang pembentukan bunga dan buah, menghilangkan bagian tanaman yang tidak dikehendaki pada tajuk yang terlalu rimbun atau bagian batang yang sakit, pecah, rusak, atau mati, memperpanjang umur tanaman dan meremajakan tanaman yang telah tua. Jackson dan Palmer (1999) menambahkan pemangkasan dapat meningkatkan sirkulasi udara karena daerah tajuk tidak terlalu lebat. Pemangkasan pada tanaman apel terdiri dari pemangkasan bentuk dan pemangkasan pemeliharaan. Menurut Mansyur (2008) prinsip dasar pemangkasan pada tanaman apel agar berproduksi optimal ialah membentuk kanopi yang luas, sehingga cahaya matahari dapat diterima dengan intensitas yang optimal.
27
Pemangkasan bentuk dilakukan pada tanaman yang belum menghasilkan (TBM). Pemangkasan bentuk biasanya dilakukan sebelum perompesan daun. Tinggi tanaman yang dipangkas adalah ± 80 cm dari tanah. Tujuan dari pemangkasan bentuk adalah untuk memperoleh bentuk pohon yang rendah. Pemangkasan pemeliharaan merupakan kelanjutan dari pemangkasan bentuk. Pemangkasan pemeliharaan yang dilakukan diantaranya pemangkasan produksi, pemangkasan ringan (wiwil) dan pemangkasan peremajaan atau sering disebut pemangkasan berat. Pemangkasan produksi dilakukan setelah perompesan daun. Tujuan dari pemangkasan produksi adalah memacu pertumbuhan tunas-tunas yang akan berproduksi sehingga dapat tumbuh dengan baik. Pemangkasan produksi dilakukan pada mata tunas yang kecil, mata tunas yang mati, tunas daun dan bunga yang sudah tumbuh sebelum waktu pemangkasan, dan tangkai-tangkai bekas petikan buah. Selain itu dilakukan juga pemangkasan pada cabang yang kurus, tidak produktif (tunas air), dan terserang penyakit. Pemangkasan produksi dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Pemangkasan Produksi Pemangkasan ringan sering disebut pewiwilan dilakukan karena pertumbuhan tajuk terlalu rimbun. Tujuan dari pemangkasan ringan adalah agar sirkulasi udara dan cahaya dapat masuk dengan optimal dan merata sehingga
28
kondisi pertanaman tidak lembab dan tidak mudah terserang penyakit. Menurut Elliot dan Widodo (1996), pembuangan beberapa bagian tajuk atau cabang dapat meningkatkan penetrasi sinar matahari dan curahan air hujan menembus ke seluruh ruang tajuk. Kegiatan pewiwilan biasanya dilakukan pada umur 3-3.5 bulan setelah perompesan. Bagian tanaman yang diwiwil adalah cabang yang kecil yang pertumbuhannya tidak dapat bersaing dengan cabang utama, tunas air, tunas daun dan tunas buah yang terlalu rimbun. Pemangkasan peremajaan atau pemangkasan berat dilakukan pada tanaman yang telah tua dan saat tajuk tanaman terlihat sangat rimbun. Bagian tanaman yang dipangkas berat adalah cabang yang tidak produktif, kering, terserang penyakit yang pemulihannya sulit dikendalikan, cabang yang pertumbuhannya saling menghalangi, dan cabang yang arah pertumbuhannya tidak baik. Kegiatan pemangkasan peremajaan dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Pemangkasan Peremajaan Standar kerja perusahaan untuk kegiatan pemangkasan adalah 10-12 pohon besar per HOK. Prestasi kerja penulis dalam kegiatan pemangkasan dan pewiwilan masih jauh dari standar. Penulis hanya mampu menyelesaikan 5-6 pohon per HOK. Hal ini dikarenakan kegiatan pemangkasan dan pewiwilan diperlukan teknik yang tepat dan benar sehingga dapat dihasilkan produksi optimal. Sedangkan untuk karyawan rata-rata bisa memenuhi standar.
29
Kegiatan pemangkasan yang dilakukan Kusuma Agrowisata dilakukan dengan baik. mulai dari pemangkasan bentuk, pemangkasan produksi, pemangkasan ringan, sampai pemangkasan peremajaan. Pemangkasan bentuk dilakukan sampai tanaman mulai berproduksi. Pemangkasan produksi dilakukan satu kali setiap musim untuk merangsang pembentukan bunga dan buah. Pemangkasan ringan dilakukan untuk menjamin kualitas pertumbuhan tanaman sampai musim panen selanjutnya dan pemangkasan peremajaan dilakukan untuk menjaga kondisi tanaman agar masih tetap berproduksi optimal walaupun kondisi tanaman telah tua. Selain itu, perusahaan juga menjamin kualitas tenaga kerja yang melakukan pemangkasan karena kegiatan ini sangat menentukan keberlanjutan pertumbuhan tanaman dan produksi yang dihasilkan.
Pelengkungan Cabang Pelengkungan dilakukan pada cabang yang sudah kuat dengan perakaran yang lebat. Biasanya cabang dilengkungakan mulai dari tanaman masih belum menghasilkan yaitu mulai dari umur dua atau tiga tahun. Tujuan dari pelengkungan cabang adalah menumbuhkan tunas-tunas lateral sehingga terbentuk tunas-tunas baru yang kemudian menjadi cabang. Pelengkungan diarahkan keluar dan dilakukan secara mendatar sejajar dengan permukaan tanah. Menurut Untung (1994), arah pelengkungan harus mendatar agar pertumbuhan tunas lateral merata di sepanjang cabang. Dalam posisi tersebut peranan auksin diambil alih oleh etilen yang bisa merangsang pembungaan. Sebaliknya apabila tunas yang tumbuh tegak lurus maka, cenderung tidak berbunga karena hormon zat tumbuh (auksin) yang ada di tanaman merangsang pertumbuhan vegetatif terus menerus. Kalie (1992) menambahkan, pembentukan bunga berkaitan dengan pertumbuhan vegetatif pohon. Pelengkungan cabang menggunakan tali rafia yang di ikatkan pada cabang utama sehingga cabang yang dilengkung menyerupai bentuk payung (Gambar 5). Untuk menghindari agar batang yang diikat dengan tali rafia tidak menimbulkan penyakit dan merusak bentuk cabang utama maka dalam waktu tertentu tali rafia diganti.
30
Gambar 5. Tanaman Hasil Pelengkungan Cabang Standar kerja perusahaan untuk kegiatan pelengkungan cabang adalah 3050 pohon per HOK. Penulis belum mampu mengerjakan secara cepat sehingga dapat memenuhi standar kerja perusahaan. Prestasi kerja penulis dan karyawan tidak dapat dibedakan karena kegiatan ini dilakukan secara bersamaan. Kegiatan pelengkungan cabang di Kusuma Agrowisata telah dilakukan dengan baik. pelengkungan dilakukan mulai umur dua tahun sampai empat tahun. Namun, setelah umur empat tahun cabang masih dilengkungkan dengan mengganti tali rafia setiap musim sehingga batang tanaman tidak rusak. Pelengkungan cabang tetap dipertahankan samapai umur sekitar enam tahun dengan tujuan agar pohon berbentuk perdu sehingga buah dapat dipetik pengunjung dengan mudah.
Pemberian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Pemberian
zat
pengatur
tumbuh
diperlukan
untuk
memperbaiki
pertumbuhan tanaman. Purbiati et al. (2002) menyatakan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas
dari tanaman, baik dari segi hasil maupun keragaan
pertumbuhannya maka secara teknis agronomi tanaman dapat dimanipulasi. Manipulasi tersebut salah satunya dengan pemberian ZPT yang dikombinasikan dengan cara-cara pengendalian hama dan penyakit tanaman. Pemberian ZPT di Kusuma Agrowisata dilakukan setelah pemangkasan produksi. Tujuannya adalah untuk menghambat pertumbuhan vegetatif sehingga
31
pertumbuhan generatif dapat terpacu. ZPT diaplikasikan melalui penyemprotan. Bahan kimia yang digunakan sebagai ZPT diantaranya ethrel, atonik, apsa, dan progibb (Lampiran 12). Ethrel diberikan dengan dosis 1.5 ml/l air. Ethrel berfungsi untuk merangsang pertumbuhan bunga. Hasil penelitian Ichwan (2001) menunjukkan bahwa pemberian paklobutrazol 1 875 ppm dan ethrel 100 ppm dapat memacu pembungaan pada tanaman durian varietas sitokong. Selain ethrel digunakan juga atonik yang berfungsi untuk meningkatkan jumlah dan bobot buah. Atonik diberikan dengan dosis 0.5 ml/l air. Menurut Purbiati et al. (2002), pemberian atonik + pengendalian kimia dapat meningkatkan produksi bunga sebanyak 16 %. Meningkatnya jumlah bunga yang muncul, diharapkan mampu meningkatkan jumlah buah yang dihasilkan. Penggunaan progibb lebih ditujukan untuk merangsang pertumbuhan tanaman. Sedangkan apsa digunakan sebagai bahan perekat dan pemerata penyebaran larutan semprot. Zat pengatur tumbuh lain yang dapat digunakan untuk merangsang pertumbuhan generatif dan mengurangi kerontokan bunga dan buah diantaranya paklobutrazol, GA3, KNO3, alar dan masih banyak yang lainnya. Hasil penelitian Armadi (2000) menunjukkan bahwa pemberian paklobutrazol pada tanaman rambutan dapat menghambat munculnya tunas baru dan menekan pemanjangan tunas sehingga dapat mempercepat induksi pembungaan yaitu 10 samapi 18 hari. Hasil penelitian Aksari (2007) menunjukkan bahwa aplikasi GA3 sampai 15 ppm dapat menurunkan jumlah bunga gugur pada tanaman tomat cherry varietas ceresita. Menurut Handayani (1986), alar dapat menekan pertumbuhan vegatatif pada musim kemarau sehingga meningkatkan persentase bunga pada musim hujan. Hasil penelitian menunjukkan pemberian alar (Succinic acid 2.2−dimethylhidrazide) dengan dosis 500 dan 1 000 ppm dapat meningkatkan hasil buah pada musim kemarau, sedangkan pemberian alar dengan dosis 2 000 dan 4 000 ppm dapat meningkatkan buah pada musim hujan. Sedangkan hasil penelitian Yuniastuti et al. (1987) menunjukkan bahwa pemberian alar dengan konsentrasi 1 000 ppm yang diberikan pada saat 36 HSR dapat menekan panjang tunas
32
maksimum dan jumlah daun maksimum. Dengan adanya penekanan terhadap pertumbuhan vegetatif maka akan terjadi perangsangan terhadap pembentukan bakal bunga, sehingga jumlah bunga tiap tunas akan meningkat. Jumlah bunga per tunas meningkat sebanyak 16.8 %. Selain itu, pemberian alar dapat mengurangi kerontokan bunga sebesar 39.9 % dan meningkatkan jumlah buah sebanyak 73.9 %. Pemberian ethrel dan atonik efektif memacu pertumbuhan generatif. Namun, saat musim hujan, pemberian ethrel dan atonik saja tidak cukup untuk menghambat terjadinya gugur bunga maupun gugur daun yang dapat menurunkan hasil. Oleh karena itu, Kusuma Agrowisata perlu untuk mencoba dan menambahkan ZPT jenis yang lain yang efektif untuk memacu pertumbuhan generative sekaligus dapat menekan terjadinya gugur bunga dan gugur buah terutama saat musim hujan.
Kondisi Pembungaan sampai Fruit set Fase pembuangaan pada buah apel adalah fase yang paling rentan dalam penentuan produksi. Bunga apel mudah mengalami kerontokan. Menurut Kusumo (1987), faktor internal rontoknya bunga dan buah muda antara lain tidak terjadi penyerbukan, gagalnya pembuahan, berkurangnya hormon auksin, dan persaingan zat makanan, sedangkan menurut Kalie (1992) faktor eksternal yang menyebabkan kerontokan bunga dan buah muda adalah iklim dan kesuburan lahan pertanaman. Saat perkembangan bunga menjadi fruit set dilakukan pengamatan terhadap waktu bunga muncul, jumlah bunga yang muncul, dan jumlah pentil buah. Pengamatan pada tahap pembungaan apel dilakukan pada tiga blok. Pada masing-masing blok waktu perompesan berbeda-beda. Pada blok 1 perompesan dilkukan pada tanggal 2 dan 3 April 2009, blok 2 dan 3 tanggal 11 April 2009. Waktu perompesan yang berbeda menyebabkan waktu munculnya bunga dan buah berbeda. Hardiyanto et al. (1988) menyatakan saat rompes mempengaruhi saat munculnya bunga. Berdasarkan hasil uji t (Tabel 11) menunjukkan bahwa bunga mekar serempak pada masing-masing blok berbeda. Blok 1, bunga mekar serempak
33
paling lama yaitu 29.33 hari setelah rompes (HSR), sedangkan pada blok 2 dan 3, saat bunga mekar tidak berbeda nyata yaitu masing-masing 25.67 HSR dan 24.67 HSR. Hasil penelitian Sugiyatno dan Yuflosponto (2007) menunjukkan bahwa pada varietas manalagi waktu munculnya kuncup bunga adalah 21 (HSR), dan pada semua varietas, saat bunga mekar adalah 8 hari setelah kuncup bunga muncul. Tabel 11. Waktu Rompes dan Saat Bunga Mekar Serempak pada MasingMasing Blok Blok 1 2 3 1 vs 2 1 vs 3 2 vs 3
Waktu Rompes (2009) 2 dan 3 April 11 April 11 April
Bunga Mekar Serempak (HSR) 29.33a 25.67b 24.67b * * tn
Keterangan : * = berbeda nyata, tn = tidak berbeda nyata berdasarkan uji t pada taraf 5%
Hasil analisis menunjukkan dari tiga blok yang diamati tidak berbeda nyata pada jumlah bunga yang muncul sedangkan pada persentase bunga yang rontok berbeda nyata antara blok 2 dan 3. Banyaknya bunga yang muncul pada setiap pohon rata-rata antara 137.67-235.33 kuntum. Persentase bunga rontok tertinggi terjadi pada blok 2 sebesar 96.66 % dan berbeda nyata dengan blok 3 yaitu dengan persentase bunga rontok sebesar 85.50 %. Sedangkan untuk blok 1 tidak berbeda nyata dengan blok 2 maupun blok 3 (Tabel 12). Tabel 12. Rata-rata Jumlah Bunga Muncul dan Persentase Bunga Rontok per Pohon Blok 1 2 3 1 vs 2 1 vs 3 2 vs 3
Jumlah Bunga Muncul (Kuntum) 225.00 235.33 137.67 tn tn tn
Persentase Bunga Rontok (%) 93.77ab 96.66a 85.50b tn tn *
Keterangan : * = berbeda nyata, tn = tidak berbeda nyata berdasarkan uji t pada taraf 5 %
34
Hasil analisis menunjukkan dari tiga blok yang diamati berbeda nyata pada jumlah pentil buah dan persentase kerontokan pentil buah. Jumlah pentil buah pada blok 2 dan 3 berbeda nyata, sedangkan pada blok 1 tidak berbeda nyata dengan blok 2 maupun blok 3. Pada blok 3 menunjukkan jumlah pentil buah yang terbentuk paling banyak yaitu 16.67 buah sedangkan pada blok 2 menunjukkan nilai terendah yaitu 7.67 buah. Persentase pentil buah rontok sampai 8 MSR pada blok 1 menunjukkan nilai tertinggi yaitu 36.51 % berbeda nyata dengan blok 2 dengan nilai 17.59 % sedangkan pada blok 3 tidak berbeda nyata dengan keduanya (Tabel 13). Tabel 13. Rata-rata Jumlah Pentil Buah dan Persentase Kerontokan Pentil Buah per Pohon sampai 8 MSR Blok 1 2 3 1 2 3 1 vs 2 1 vs 3 2 vs 3
Jumlah Pentil Buah (Buah) 15.67 7.67 16.67 3.79ab 2.76a 4.06b tn tn *
Persentase Kerontokan Pentil Buah sampai 8 MSR (%) 36.51 17.59 32.55 0.09a 0.28b 0.18ab * tn tn
Keterangan : data jumlah pentil buah adalah transformasi dari akar kuadrat dan data persentase kerontokan pentil buah adalah transformasi dari 1/akar kuadrat, * = berbeda nyata, tn = tidak berbeda nyata berdasarkan uji t pada taraf 5 %
Perompesan daun belum menjamin munculnya bunga. Menurut Untung (1994), banyaknya bunga yang muncul terutama dipengaruhi oleh umur tanaman, pemupukan nitrogen yang terlalu tinggi, dan curah hujan. Perbedaan bunga yang muncul antar blok diduga dipengaruhi oleh kondisi tanaman. Pada blok 3, saat dilakukan pengamatan baru dilakukan pemangkasan peremajaan sehingga cabang dan ranting yang ada tidak begitu banyak. Hal ini menyebabkan bunga yang muncul lebih sedikit. Banyaknya bunga yang muncul tidak menjamin banyaknya buah yang terbentuk. Tingkat kerontokan bunga dan pentil buah menentukan banyaknya buah yang akan terbentuk. Tingginya tingkat kerontokan bunga (91.97 %) dan pentil buah apel (28.88 %) di Kusuma Agrowisata diduga dipengeruhi oleh
35
persaingan unsur hara (karbohidrat) dalam tanaman dan curah hujan yang tinggi. Semakin banyak bunga yang muncul, persaingan unsur hara dalam tanaman semakin tinggi, sehingga menyebabkan banyak bunga yang tidak dapat bertahan dan akhirnya gugur. Selain itu, hujan yang tinggi menyebabkan bunga banyak yang rontok. Hal ini terutama berkaitan dengan letak bunga apel yang menghadap ke atas. Kusumo (1986) menyatakan penyebab gugurnya bunga dan buah muda antara lain tidak terjadinya penyerbukan, gagalnya pembuahan, berkurangnya hormon auksin, dan persaingan zat makanan. Sedangkan menurut Syaari et al. (1982) dalam Waruru dan Turnip (1999), pembungaan berhubungan sangat erat dengan cekaman air, apabila curah hujan berlebihan terjadi sebelum pembungaan, maka akan mengganggu
inisiasi
pembungaan
dan
memacu
pertumbuhan
vegetatif.
Kerontokan bunga sangat tinggi terjadi pada stadia antara bunga mekar penuh sampai terbentuknya pentil, sedangkan pada tahapan-tahapan selanjutnya kerontokan relatif sedikit. Hasil penelitian Waruru dan Turnip (1999) menunjukkan bahwa curah hujan dapat mempengaruhi bunga menuju pembentukan buah (fruit set). Handajani dan Winarno (1985) menambahkan terjadinya hujan pada saat bunga mekar berpengaruh terhadap produksi. Bunga mengalami kerontokan biasanya 2-3 hari setelah hujan. Menurut Kalie (1992), air hujan yang membasahi butir-butir tepung sari akan menyebabkan butir tepung sari membesar, membengkak, dan berkecambah atau saling menggumpal berlekatan. Butir-butir yang terkena air hujan akhirnya tidak berfungsi atau tidak dapat menyerbuk dan membuahi putik dan bakal buah. Bunga yang tidak diserbuki akan berguguran 1-3 hari setelah bunga mekar. Tingginya tingkat kerontokan bunga dan buah sangat mempengaruhi produksi yang akan dihasilkan. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya untuk mengurangi tingkat kerontokan bunga dan buah terutama saat musim hujan. Hasil penelitian Yuniastuti et al. (1986), menunjukkan bahwa pemberian alar dengan konsentrasi 1 000 ppm yang diberikan 21 HSR dapat menurunkan kerontokan bunga menjadi 57.92 % dan kerontokan buah menjadi 21.23 %. Dalam penelitiannya yang lain, Yuniastuti et al. (1987) menyatakan pemberian alar dengan konsentrasi 1 000 ppm yang diberikan pada saat 36 HSR meningkatkan jumlah
36
bunga per tunas 16.8 %, jumlah buah per pohon 73.9 % dan mengurangi kerontokan buah 39.9 %. Tabel 14 menunjukkan persentase buah muda yang terbentuk dari ketiga blok tidak berbeda nyata. Walaupun pada blok 3, jumlah buah muda yang terbentuk paling banyak yaitu 10.99 %. Sedangkan pada blok 1 dan 2 jumlah buah yang jadi tidak berbeda nyata yaitu 3.39 % dan 2.77 %. Dari ketiga blok yang diamati diperoleh persentase rata-rata bunga jadi buah yaitu sekitar 5.72 %. Ashari (1995) menyatakan persentase bunga yang jadi buah (fruit set) sebanyak 5 % sudah cukup baik untuk tanaman apel. Tabel 14. Rata-rata Jumlah Bunga Muncul, Jumlah Buah Muda, dan Persentase Buah Muda per Pohon sampai 8 MSR Blok 1 2 3 1 vs 2 1 vs 3 2 vs 3
Jumlah Bunga Muncul (Kuntum) 225.00 235.33 137.67
Jumlah Buah Muda sampai 8 MSR (Buah) 7.67 6.33 11.67
Persentase Buah Muda sampai 8 MSR (%) 3.39 2.77 10.99 tn tn tn
Keterangan : tn = tidak berbeda nyata berdasarkan uji t pada taraf 5 %
Perkembangan Buah Pada masa perkembangan buah, diamati pertambahan diameter buah setiap minggu. Pengamatan dilakukan pada tiga blok dan setiap blok dilakukan pengamatan pada umur buah yang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan dari 3 blok ini waktu rompes daun yang berbeda. Pengamatan yang dilakukan menyesuaikan dengan keadaan ditempat magang, dimana dicari blok yang sedang mengalami masa perkembangan buah. Waktu rompes, awal pengamatan, dan umur buah awal pengamatan dapat dilihat pada Tabel 15. Setiap blok yang diamati memiliki tren yang sama yaitu mengalami peningkatan setiap minggunya. Saat awal pengamatan besarnya diameter buah pada blok 1 adalah 1.99 cm dengan umur buah 10 minggu setelah rompes (MSR), blok 2 diameter awalnya adalah 1.60 cm dengan umur buah 8 MSR, dan di blok 3 diameternya adalah 0.87 cm dengan umur buah 6 MSR. Dapat dilihat pada umur
37
yang sama (10-15 MSR) diameter masing-masing blok berbeda. Pada blok 3 memiliki diameter buah paling besar. Artinya pada blok 1 dan 2 perkembangan buah lebih lambat dibanding blok 3, walaupun secara statistik tidak berbeda nyata. Sehingga dapat dilihat selama 10 minggu pengamatan, diameter pada pengamatan minggu terakhir besar buahnya tidak berbeda. Di blok 1, pada pengamatan terakhir, yaitu buah berumur 4.5 bulan setelah rompes (BSR) memiliki diameter buah 5.20 cm. Di blok 2, dengan umur buah adalah 4 BSR memiliki diameter 4.89 cm dan di blok 3, dengan umur buah adalah 3.5 BSR memiliki diameter 4.84 cm. Pertambahan diameter buah setiap minggunya dapat dilihat pada Grafik 1. Menurut Hardiyanto (1991), rata-rata diameter buah apel berkisar antara 4.47 cm sampai 7.47 cm. Tabel 15. Waktu Rompes, Waktu Awal Pengamatan, dan Umur Buah Awal Pengamatan pada Masing-Masing Blok Blok
Waktu Rompes (2009)
1 2 3
25 Januari 8 Februari 23 - 24 Februari
Waktu Awal Pengamatan (2009) 4 April 7 April 6 April
Umur Buah Awal Pengamatan (MSR) 10 8 6
Grafik 1. Pertambahan Diameter Buah Apel di Tiga Blok Pertanaman Apel
Perbedaan perkembangan diameter buah diduga dipengaruhi oleh umur tanaman. Umur tanaman pada blok 1 lebih tua dibanding blok 2 dan blok 3. Tanaman pada blok 1 berumur 17 tahun sedangkan pada blok 2 dan 3 berumur 12
38
tahun. Semakin tua umur tanaman, menyebabkan produksi dari tanaman semakin berkurang. Semakin tua umur tanaman, kemampuan dari organ-organ tanaman semakin menurun khususnya dalam mensuplai makanan untuk tanaman itu sendiri. Selain itu, lambatnya perkembangan buah dipengaruhi oleh kondisi tanaman yang terserang hama. Serangan hama ulat pada buah (Gambar 6) terjadi pada blok 2. Adanya hama yang menyerang buah menyebabkan buah berkembang tidak optimal.
Gambar 6. Pentil Buah yang Terserang Hama Ulat
Pengendalian hama dan Penyakit Tanaman Apel Pengendalian terhadap hama dan penyakit merupakan kegiatan yang penting dilakukan. Tanaman apel merupakan tanaman yang sangat rentan terhadap hama dan penyakit. Perkembangan hama dan penyakit pada tanaman apel sulit untuk dikendalikan. Hal ini disebabkan perencanaan produksi melalui perompesan dilakukan secara bergiliran pada masing-masing blok sehingga siklus perkembangan hama dan penyakit tidak pernah terputus. Umumnya serangan hama lebih dominan terjadi pada musim kemarau sedangkan serangan penyakit terjadi pada musim hujan. Hama-hama yang menyerang tanaman apel di Kusuma Agrowisata diantaranya kutu hijau, thrips, kutu sisik, cambuk merah, cambuk hitam, ulat grayak, ulat buah, dan lalat buah. Sedangkan penyakit-penyakit yang menyerang diantaranya embun tepung, bercak daun, kanker batang, dan busuk buah.
39
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan setelah dilakukan monitoring pada tiap-tiap bloknya. Kegiatan monitoring bertujuan untuk melihat serangan hama dan penyakit yang ada, sehingga dapat ditentukan jenis dan dosis pestisida yang digunakan dalam penyemprotan. Kegiatan monitoring dilakukan 2 hari sekali pada setiap bloknya kecuali pada blok-blok yang sedang mengalami fase pembungaan, monitoring dilakukan setiap hari. Pengendalian hama dan penyakit di Kusuma Agrowisata dilakukan secara manual dan mekanis. Pengendalian secara manual dilakukan dengan memotong bagian batang atau cabang yang terserang penyakit, pengelupasan kulit batang yang terserang kanker yang kemudian dilakukan pengolesan pada batang tersebut. Pengolesan batang bertujuan untuk mencegah dan menghambat pertumbuhan lumut, mengobati batang yang terkena penyakit, dan batang yang telah dikelupas. Kegiatan pengolesan dilakukan setiap musim. Biasanya setelah perompesan atau pada saat pemangkasan produksi. Pengolesan dilakukan ke seluruh batang tanaman (primer dan sekunder) dengan menggunakan kuas (Gambar 7). Pestisida yang digunakan untuk pengolesan adalah nordox dengan dosis 2 gr/liter air dan bukali dengan dosis 3-6 ml/liter air. Bahan aktif nordox adalah tembaga oksida 56 % dan bahan aktif bukali adalah sulfur 15 %. Bekas potongan batang ataupun cabang juga diolesi dengan nordox untuk menghindari terserangnya penyakit pada bekas potongan batang ataupun cabang tersebut. Selain secara manual, pengendalian hama dan penyakit lebih banyak dilakukan secara mekanis yaitu dengan penyempotan dengan menggunakan bahan kimia. Penyemprotan dilakukan dengan mengguanakan power sprayer (Gambar 8). Sedangkan bahan kimia yang digunakan adalah pestisida yang terdiri dari fungisida, akarisida dan insektisida. Pestisida yang digunakan bisa bersifat sistemik dan kontak. Penggunaan pestisida yang umum digunakan di Kusuma Agrowisata dapat dilihat pada Lampiran 13.
40
Gambar 7. Pelaksanaan Pengolesan dengan Nordox
Gambar 8. Pelaksanaan Peyemprotan Pestisida dengan Power Sprayer Kendala utama dalam pengendalian hama dan penyakit di Kusuma Agrowisata adalah tidak dapat terputusnya siklus hama dan penyakit. Hal ini dikarenakan waktu perompesan daun tidak dilakukan secara serempak pada seluruh blok sehingga hama dan penyakit mudah menyebar. Untuk mengatasi hal tersebut, Kusuma Agrowisata melakukan penyemprotan pestisida dengan intensitas yang tinggi. Penyemprotan dilakukan setiap minggu sampai dua minggu menjelang sebelum panen. Selama satu musim panen, pelaksanaan penyemprotan bisa mencapai 25 kali.
41
Penjarangan Buah Penjarangan buah bertujuan agar kualitas buah yang diperoleh lebih baik. Buah dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal, tidak terjadi persaingan dalam memperoleh unsur hara sehingga penggunaan unsur hara akan lebih optimal. Selain itu penjarangan buah dilakukan agar keadaan buah tidak lembab yang dapat menyebabkan hama dan penyakit mudah menyerang. Buah yang saling menempel satu sama lain menyebabkan keadaan buah menjadi lembab, sirkulasi udara antar buah tidak ada sehingga hama dan penyakit mudah menyerang. Menurut Kusumo (1986), tujuan dari penjarangan buah adalah untuk mendapatkan buah yang lebih besar, bentuk buah dan warna buah lebih baik, dan mengurangi kemungkinan pembuahan yang kurang baik pada musi berikutnya. Penjarangan buah dilakukan pada umur 2.5 - 3 bulan setelah perompesan saat buah masih kecil. Penjarangan buah dilakukan dengan melihat kondisi batang, buah, dan daun. Buah yang dijarangkan adalah buah yang terkena penyakit dan kecil. Buah-buah dengan kondisi tersebut akan kalah bersaing dengan buah yang lainnya. Kusumo (1986) menyatakan buah yang ditinggalkan pada setiap tunas yaitu 2-3 buah pada ranting yang pertumbuhannya baik. sedangkan pada ranting yang kecil, apabila tidak dipangkas, maka buah yang ditinggalkan satu saja di tunas ujung. Kegiatan penjarangan buah di Kusuma Agrowisata jarang dilakukan. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa produksi buah lebih diutamakan pada kuantitasnya tanpa mengabaikan kualitas. Penjarangan buah hanya dilakukan pada blok-blok yang buahnya terlihat sangat rimbun yang menyebabkan buah mudah terserang hama dan penyakit dan buah berkembang terlalu kecil. Selama mahasiswa magang, pekerjaan penjarangan buah hanya dilakukan pada dua blok yaitu pada blok F5 dan blok F6. Hal ini dikarenakan di blok F5 banyak buah yang terserang hama ulat sedangkan pada blok F6 penjarangan buah dilakukan karena keadaan buah dalam satu cabang sangat rimbun sehingga buah terlihat kecil.
42
Pemanenan Pemanenan yang baik harus dilakukan pada umur yang tepat, karena buah yang dipanen sebelum waktunya memiliki rasa yang masam, agak sepat dan setelah beberapa lama disimpan kulitnya menjadi keriput. Buah yang dipanen terlalu matang tidak tahan lama untuk disimpan. Menurut Mulyani (2009), kriteria buah-buahan siap panen dapat dilihat dari empat unsur yaitu visual, fisik, kimia, dan waktu (umur buah). Secara visual dapat dilihat dari warna dan ukuran buah. Secara fisik, dilihat dari berat jenis buah (berat jenis > 1) yaitu tenggelam berarti menunjukkan buah sudah masak dan jika buah mudah lepas dari tangkainya. Secara kimia, apabila mengandung zat padat terlarut tinggi, gula tinggi, dan kadar asam menurun. Dan dilihat dari umurnya yaitu dihitung dari terjadinya penyerbukan sampai siap panen. Pada tanaman apel, waktu pemanenan dihitung dari perompesan daun sampai siap panen. Waktu panen dari beberapa varietas apel dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Waktu Panen Beberapa Varietas Apel di Kusuma Agrowisata Varietas Manalagi Rome beauty Ana Wangling
Waktu Panen (Bulan) 4.5 - 5 5 - 5.5 4 - 4.5 5 - 5.5
Sumber : Wawancara dengan pengawas
Apel di Kusuma Agrowisata dipanen secara khas, karena merupakan areal agrowisata maka pemanenan dilakukan oleh pengunjung wisata yaitu berupa wisata petik. Disamping dipanen oleh pengunjung, apel dipanen juga oleh karyawan, yaitu berupa apel sisa petikan pengunjung. Biasanyan apel yang dipanen adalah buah apel yang ukurannya kecil. Hasil panenan ini biasanya langsung disortir di kebun. Buah yang sangat kecil digunakan untuk produk olahan apel sedangkan yang lebih besar dibawa ke departemen trading untuk dijual kepada pengunjung. Kegiatan panen apel dapat dilihat pada Gambar 9. Prestasi kerja penulis dan karyawan dalam kegiatan panen disamakan karena dalam kegiatan panen, hasilnya disatukan sehingga hanya diperoleh hasil rata-rata antara penulis dan karyawan. Prestasi kerja keduanya belum memenuhi
43
standar kerja perusahaan yaitu rata-rata 160 kg/HOK dimana standar kerja perusahaan adalah 300 kg/HOK.
Gambar 9. Pelaksanaan Panen Apel
Pasca Panen Budidaya tanaman apel di Kusuma Agrowisata selain kebun untuk agrowisata juga kebun untuk produksi. Kebun produksi ini terletak jauh dari kebun agrowisata yaitu di daerah yang lebih tinggi dari Batu yaitu daerah Junggo. Di kebun Junggo ditanam apel varietas manalagi, ana, dan rome beauty. Varietas yang mendominasi kebun Junggo adalah varietas ana. Untuk memenuhi kebutuhan pengunjung yang ingin membawa pulang buah apel, maka Kusuma Agrowisata menyediakan tempat tersendiri untuk menjualnya (trading). Selain dari kebun agrowisata, persediaan apel yang dijual di departemen trading berasal dari kebun Junggo. Karena Kusuma Agro bergerak juga dalam bidang pemasaran produk-produk segar seperti buah-buahan dan sayur-sayuran maka diperlukan produk yang lebih banyak sehingga apabila dari kebun produksi tidak mencukupi banyaknya permintaan buah-buahan dan sayursayuran perusahaan membeli produk dari petani sekitar. Kegiatan yang dilakukan di departemen trading meliputi penyortiran buah dan sayur yang akan dijual, pengemasan dan pengepakan terhadap komoditas
44
yang akan dikirim keluar perusahaan terutama ke luar kota, dan penjualan komoditas yang diproduksi Kusuma Agrowisata kepada pengunjung. Buah yang dipanen di lokasi petik agrowisata, biasanya penyortiran dilakukan di kebun (Gambar 10). Memisahkan antara buah apel yang besar, sedang, dan kecil. Buah yang berukuran besar dan sedang dibawa ke trading untuk dijual dan buah yang berukuran kecil digunakan untuk produk olahan apel (jenang dan sari buah). Sedangkan untuk buah apel yang dipanen dari Junggo (kebun produksi) langsung dibawa ke departemen trading untuk disortasi. Sebagian kecil buah apel dijual untuk pengunjung dan lebihnya dikirim untuk memasok toko buah dan supermarket yang ada di luar Kota batu seperti Malang, Surabaya, Kediri bahkan sampai Bali.
Gambar 10. Pelaksanaan Penyortiran Buah Apel di Kebun Setelah proses sortasi selesai, maka untuk buah yang akan dikirim ke luar daerah dilakukan pengemasan dengan trayfoam dan plastik wrapping. Pengemasan dilakukan untuk tampilan yang lebih menarik dari produk tersebut. Pengemasan yang dilakukan pada buah apel adalah untuk ukuran 1 kg dan hasil pengemasan tersebut ditempel sticker perusahaan Kusuma Agrowisata. Buah apel yang sudah dikemas dapat dilihat pada Gambar 11.
45
Gambar 11. Buah Apel Ana Hasil Pengemasan Tahap selanjutnya setelah pengemasan adalah pengepakan. Pengepakan dilakukan pada produk-produk yang akan dikirim ke luar daerah. Tujuan dari pengepakan ini adalah untuk memudahkan dalam proses distribusi dan untuk meminimalisir kerusakan yang terjadi pada saat pengangkutan. Menurut Mulyani (2009), pengemasan bertujuan untuk melindungi bahan (produk) terhadap gaya mekanik dari luar, mengurangi terjadinya transpirasi dan penguapan air produk yang dikemas, mengurangi kemungkinan kontaminan mikroba, dan mempermudah pemindahan atau transportasi produk ke tempat lain. Kegiatan pengepakan dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12. Pelaksanaan Pengepakan Buah Apel
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kegiatan magang memberikan pengetahuan, pengalaman dan keterampilan kerja mengenai pengelolaan budidaya apel baik secara teknis maupun secara manajemen. Manajemen budidaya yang baik sangat mempengaruhi keberhasilan Kusuma Agrowisata dalam menjamin produksi agar tetap kontinyu untuk memenuhi kebutuhan pengunjung. Pengelolaan pembungaan dan pembuahan apel di Kusuma Agrowisata terdiri dari pemupukan, perompesan daun, pelengkungan cabang, pemangkasan, pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT), pengendalian hama dan penyakit, dan penjarangan buah. Pelaksanaan pengelolaan pembungaan dan pembuahan apel di kusuma Agrowisata sudah baik. Pelaksanaan, cara, waktu dan penggunaan bahanbahan organik maupun anorganik sebagian besar sudah memenuhi standar budidaya apel secara umum. Pembungaan dan pembuahan apel dipengaruhi oleh kondisi tanaman, kesuburan lahan dan kondisi iklim terutama curah hujan. Banyaknya bunga yang muncul dipengaruhi oleh kondisi tanaman. Kerontokan bunga dan pentil buah dipengaruhi oleh kondisi tanaman dan curah hujan. Sedangkan perkembangan buah dipengaruhi oleh umur tanaman dan serangan hama ulat buah. Hasil pengamatan menunjukkan pembungaan pada apel terjadi 3-4 MSR. Kerontokan bunga pada tanaman apel mencapai 91.97 %. Setelah menjadi pentil buah, apel masih mengalami kerontokan. Kerontokan pentil buah sampai umur 8 MSR adalah 28.88 %, sehingga dari total bunga yang muncul hanya sekitar 5.72 % yang menjadi buah muda. Terdapat perbedaan perkembangan buah antar blok yang di amati, karena perbedaan umur tanaman. Perkembangan buah pada blok 3 lebih cepat dibanding blok 1 dan 2. Pada akhir pengamatan diperoleh besar buah pada blok 1 dengan umur buah 4.5 bulan setelah rompes (BSR) adalah 5.2 cm, pada blok 2 dengan umur 4 BSR adalah 4.89 cm dan pada blok 3 dengan umur buah 3.5 BSR adalah 4.84 cm.
47
Saran Pengelolaan pembungaan dan pembuahan yang baik dapat menjamin keberhasilan produksi. Oleh karena itu, selama fase pembungaan sampai pembuahan perlu diperhatikan teknik dan cara yang tepat dalam menghasilkan buah terutama ketika musim hujan. Kegiatan perompesan daun dapat dikombinasikan antara manual dan dengan penggunaan zat kimia (urea, ethrel dan lainnya). Pelaksanaan penjarangan buah perlu dilakukan untuk menjaga kualitas buah. Selain itu, penggunaan zat pengatur tumbuh untuk mempertahankan keberhasilan produksi perlu dicoba ZPT jenis lain yang memungkinkan efeknya lebih baik sedangkan untuk penggunaan pestisida perlu dikurangi untuk menjaga kualitas dan keamanan buah saat dipetik.
DAFTAR PUSTAKA Aksari, O. 2007. Pengaruh Aplikasi GA3 terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tomat Cherry (Lycopersicon esculentum Var Cerasiforme) dalam Sistem Hidroponik. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 38 hal. Armadi, Y. 2000. Studi tentang Aplikasi Paklobutrazol dan KNO3 dalam Menstimulasi Pembungaan Rambutan (Nephelium lappaceum L.) di Luar Musim. Tesis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. 50 hal. Ashari, S. 1995. Hortikultura: Aspek Budidaya. UI-Press. Jakarta. 485 hal. Dinas Pertanian. 2009. Tanaman Produktif dan Produksi Apel Kota Batu. Batu. Direktorat Jendral Hortikultura. 2008. Statistik Ekspor http://www.hortikultura.deptan.go.id. [12 Januari 2009].
dan
Impor.
Elliot, R. dan W. D. Widodo. 1996. Pedoman Praktis Pemangkasan Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta. 107 hal. Handajani, S. dan M. Winarno. 1985. Defoliasi buatan dengan urea dan ethrel pada tanaman apel (Malus sylvestris Mill.). Jurnal Hortikultura (15): 496500 Handajani, S. 1986. Pengaruh alar terhadap pembungaan dan pembuahan tanaman apel (Malus sylvestris Mill.). Jurnal Hortikultura (18): 606-613. Hardiyanto, N. Imah, dan Sarwono. 1988. Pengaruh saat rompes terhadap produksi apel rome beauty dan perkembangan hama/penyakit utama. Buletin Penelitian Hortikultura 3(1): 99-105. Hardiyanto. 1991. Evaluasi beberapa varietas apel di kebun koleksi Punten. Jurnal Hortikultura (1): 37-41. Harjadi, S.S. 1989. Dasar-Dasar Hortikultura. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 506 hal. Ichwan, B. 2001. Pemacuan pembungaan tanaman durian dengan zat pengatur tumbuh dan perlakuan fisik. Jurnal Agrotropika 7(2): 13-16. Jackson, D. and Palmer, J. 1999. Pruning and Training, p. 45-84. In Jackson, D. I. and N. E. Looney (Eds.). Temperate and Subtropical Fruit and Production 2nd Edition. CAB International. New York. Kalie, M.B. 1992. Mengatasi Buah Rontok, Busuk, dan Berulat. Penebar Swadaya. Jakarta. 191 hal.
49
Komarudin, A. 2005. Analisis Permintaan Impor Buah Apel Di Indonesia. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 91 hal. Kusumo, S. 1986. Apel Cetakan II. CV Yasaguna. Jakarta. 131 hal. Kusumo, S dan E.W.M. Verheij. 1997. Malus domestica Borkh., p. 250-255. Dalam E.W.M. Verheij and R.E. Coronel (Eds.). Prosea Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2: Buah-Buahan yang Dapat Dimakan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Mansyur, S. 2008. Penataan Arsitektur Tajuk pada Saat Perompesan untuk Optimasi Fotosintesis dan Pertumbuhan Generatif pada Tanaman Apel Varietas Manalagi (Malus sylvestris Mill.). Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang. 73 hal. Mulyani, D.P. 2009. Teknologi Pengolahan Sayur-Sayuran dan Buah-Buahan. Graha Ilmu. Yogyakarta. 288 hal. Purbiati, T., O. Endarto, A. Suryadi, E. Retnaningtyas, dan P.E.R. Prahardini. 2002. Respon perlakuan ZPT dan pengendalian hama pada tanaman bunga mawar. Lembaga Penelitian Hortikultura. Malang. Rukmana, R.H. 2008. Bertanam Buah-Buahan di Pekarangan. Kanisius. Yogyakarta. 84 hal. Soelarso, B. 1997. Budidaya Apel. Kanisius. Yogyakarta. 69 hal. Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Stasiun Klimatologi. 2009. Data Curah Hujan dan Hari Hujan Desa Ngaglik Tahun 1999-2008. Karangploso, Malang. Sugiyatno, A. dan E. Yuflosponto. 2007. Studi pembungaan sepuluh varietas koleksi apel (Malus sylvestris Mill.) unggul tropika. Prosiding Seminar Nasional Hortikultura “Pengembangan Produk Hortikultura Unggulan Lokal Melalui Pemberdayaan Petani”. Jurusan Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Hal 730-735. Sunarjono, H. 1990. Ilmu Produksi Tanaman Buah-Buahan. Sinar Baru. Bandung. 209 hal. Sunarjono, H. 2005. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Penebar Swadaya. Jakarta. 176 hal. Tepogati, B., A. Muharam, dan M. Winarno. 1987. Pengaruh penyemprotan urea dan ethrel terhadap keguguran daun apel. Penelitian Hortikultura 2(3): 611. Untung, O. 1994. Jenis dan Budidaya Apel. Penebar Swadaya. Jakarta. 117 hal.
50
Waruwu, F. dan T. K. Turnip. 1999. Perkembangan buah dan taksasi produksi buah rambutan. Jurnal Hortikultura 9(3): 192-199. Yuniastuti, S., T. Purbiati, dan B. Tepogati. 1986. Efek alar di musim kemarau setelah dugunakan untuk mencegah kerontokan bunga dan buah apel (Malus sylvestris Mill.) di musim penghujan. Jurnal Hortikultura (21): 693-695. Yuniastuti, S., T. Purbiati, dan S. Purnomo. 1987. Pengaruh konsentrasi dan saat pemberian alar terhadap kerontokan bunga dan buah apel di musim penghujan. Penelitian Hortikultura 2(3): 12-16.
LAMPIRAN
52
Lampiran 1. Jurnal Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di PT Kusuma Agrowisata, Batu, Malang, Jawa Timur Tanggal
Status
12 Februari 2009 13 Februari 2009 14 Februari 2009
KHL
Jenis Kegiatan
Lokasi (Blok)
Registrasi Observasi lapang Pemangkasan Pemupukan Taksasi tanaman Panen apel Panen apel Taksasi Tanaman Pemangkasan Taksasi tanaman Pewiwilan
Kantor Personalia Kebun Kusuma Agro F5 F5 G3, F1-F6 B1 B1 D1-D3 F5 G2 D1
19 Februari 2009 20 Februari 2009 21 Februari 2009
Pewiwilan Pewiwilan Perompesan daun apel
D1 E1 F6
23 Februari 2009 24 Februari 2009
Perompesan Perompesan Pemangkasan Pemangkasan Pemangkasan Taksasi buah Pemangkasan Pewiwilan
F6 F6 F6 F6 F6 G2 F6 A2
16 Februari 2009 17 Februari 2009 18 Februari 2009
25 Februari 2009 26 Februari 2009 27 Februari 2009
Prestasi Kerja (Satuan/HK) Mahasiswa Karyawan Standar 1 pohon 8 pohon besar 12 pohon besar 736 pohon 1104 pohon 1600 pohon 1234 pohon 157 kg 157 kg 300 Kg 103 kg 103 kg 1056 pohon 1056 pohon 2 pohon 10 pohon besar 206 pohon 9 pohon 22.5 pohon besar 60-80 TBM 30-40 TM 9 pohon 16 pohon besar 9 pohon besar 9 pohon besar 6 pohon sedang 10 pohon sedang 10 pohon besar 12 pohon sedang 21 pohon kecil 40 TBM 5.5 pohon sedang 8 pohon besar 6 pohon sedang 8 pohon 4 pohon 8 pohon 4 pohon 8 pohon 4 pohon 8 pohon 150 pohon 150 pohon 3 pohon 9 pohon 10 pohon 20 pohon -
53
Lampiran 1. (Lanjutan) Tanggal
Status
28 Februari 2009 02 Maret 2009 03 Maret 2009 04 Maret 2009
KHL
05 Maret 2009 06 Maret 2009 07 Maret 2009 10 Maret 2009 11 Maret 2009 12 Maret 2009 13 Maret 2009 14 Maret 2009 16 Maret 2009 17 Maret 2009
18 Maret 2009 19 Maret 2009 20 Maret 2009 21 Maret 2009
Jenis Kegiatan Pewiwilan Pewiwilan Pewiwilan Panen jambu Bungkus jambu dengan Koran Bubut rumput Panen jambu Panen jambu Pemupukan Panen apel Panen jambu Pemupukan Panen apel Perompesan Perompesan Perompesan Pemangkasan Bungkus jambu Pemangkasan Panen jambu Bungkus jambu di pohon Panen jambu Panen jeruk Taksasi tanaman Perompesan
Lokasi (Blok) A2 A2 B3 (TBM), C6 5 Trading Kebun buah naga 5 1-7 C6 (TBM) G2 5 B3, C5 E5, G1 C5 C5 C5 C5 Kantor BTT C5 7 7 7, 8 A1, A2, A3 B4, C2, C3, C4, C5 B1
Prestasi Kerja (Satuan/HK) Mahasiswa Karyawan Standar 10 pohon 20 pohon 8 pohon 16 pohon 62 pohon 86 pohon 100 kg 200 kg 120 kg 120 kg 2.5 krat 120 kg 3 krat 160 kg 864 pohon 1 320 pohon 4 krat (160 Kg) 160 kg 2 krat 80 kg 840 pohon 840 pohon (nutup 2 krat (80 Kg) 80 kg 6 pohon 10 pohon besar 11 pohon sedang 12 pohon 12 pohon sedang 12 pohon 12 pohon sedang 12 pohon 6 krat 240 kg 18 pohon kecil 10 pohon 2 krat 80 kg 3 pohon 5 pohon 6 krat 240 kg 2.5 krat 100 kg 5 blok 6 pohon 8 pohon -
54
Lampiran 1. (Lanjutan) Tanggal
Status
23 Maret 2009 24 Maret 2009
KHL
25 Maret 2009
27 Maret 2009 28 Maret 2009 30 Maret 2009 31 Maret 2009
01 April 2009 02 April 2009 03 April 2009 04 April 2009 06 April 2009 07 April 2009 08 April 2009 13 April 2009 14 April 2009 15 April 2009
Jenis Kegiatan Perompesan Pemangkasan Panen apel Pemupukan apel Taksasi tanaman apel Panen apel Panen jambu Pewiwilan apel Pewiwilan Pemupukan apel Panen jambu Sortir jambu Panen jambu Perompesan Perompesan Pemangkasan apel TBM dan TM Pemangkasan apel Pemangkasan apel Pemangkasan apel Kedatangan Supervisi Penelungan pohon apel (TBM) Pemangkasan apel Pemupukan apel Pemangkasan apel Bungkus jambu dengan Koran
Lokasi (Blok) B1 B1 E4, G2 E4, E5 E4, E5 G1, G2 7 A3 A3 G3 5 5 5 E4 E4 E3, E4 E4 E4 E4 Kebun dan kantor BTT E3 G1 G1 G1 Kantor BTT
Prestasi Kerja (Satuan/HK) Mahasiswa Karyawan Standar 5 pohon 8 pohon 3 pohon 6 pohon 1.5 krat 60 kg 692 pohon 692 pohon (nutup 692 pohon 2.5 krat 100 kg 2 krat 80 kg 4 pohon 10 pohon 4.5 pohon 10 pohon 768 pohon 1200 pohon 3 krat 120 kg 3 krat 120 kg 3 krat 120 kg 5 pohon 8 pohon 4 pohon 8 pohon 96 phn dan 4 phn 120 pohon 4.5 pohon 7 pohon 5.5 pohon 8 pohon 6 pohon 8 pohon 23 pohon 23 pohon 50 TBM, 20 TM 8 pohon 10 pohon 1302 pohon 1302 pohon (nutp 6 pohon 10 pohon 4 krat 160 kg -
55
Lampiran 2. Jurnal Kegiatan Magang sebagai Pendamping Pengawas di PT Kusuma Agrowisata, Batu, Malang, Jawa Timur Tanggal 16 April 2009
17 April 2009
18 April 2009
20 April 2009
Status
Jenis Kegiatan
Lokasi (Blok)
Pendamping pengawas
Pemangkasan apel Babat rumput di jeruk Persiapan pemupukan (persipuk) di jeruk PHPT di jambu Panen jambu Penjarangan jambu Pemangkasan di apel Panen apel Babat rumput di jeruk Persipuk di jeruk Panen jeruk Panen jambu Penjarangan jambu Pemangkasan di apel Babat rumput di jeruk PHPT di jeruk Panen jambu Penjarangan jambu Pemangkasan di apel PHPT di apel Persipuk di jeruk Panen jambu Penjarangan jambu Persipuk di jambu
G1 A6 A8 1-7 6, 7 3 G1 A1 A6 A8 C 1-7 3 G1 A6 C 1-8 3 G1 A1-A4, B1-B4, C6 A8 1-7 3 7
Prestasi Kerja Penulis (Satuan/HK) Jumlah KHL yang Luas Areal yang Lama Kegiatan diawasi (orang) diawasi (m2) (jam) 5 2 198 6 1 3 4 4 1 4 2 198 6 2 2 363 1 3 4 4 1 4 2 198 6 1 4 5 1 4 2 198 6 4 20 596 4 2 1 3 -
56
Lampiran 2. (Lanjutan) Tanggal 21 April 2009
22 April 2009 23 April 2009
24 April 2009
25 April 2009
27 April 2009
Status
Jenis Kegiatan
Lokasi (Blok)
Pendamping pengawas
Pemangkasan di apel PHPT di apel Panen jambu Penjarangan jambu Babat arachis Ke Balit Jestro Bungkus jambu Persipuk dan Pemupukan apel Babat rumput di apel Pemangkasan di apel Panen jambu Pemangkasan di jambu Babat arachis Panen apel Pemupukan di apel Sabut batang apel Panen jambu Pemangkasan di jambu Penjarangan jambu Panen apel Panen jambu Pemangkasan di jambu Perompesan daun apel Panen jambu Pemangkasan di jambu
G1 C1245, D12, E15 1-7 3 Kebun buah naga Tlekung Kantor BTT D1, D2 B4, C2 G1 1-7 8 Kebun buah naga D1 A1 F2 1-7 8 3 B2 1-7 8 A1 1-4 5-7
Prestasi Kerja Penulis (Satuan/HK) Jumlah KHL yang Luas Areal yang Lama Kegiatan diawasi (orang) diawasi (m2) (jam) 4 2 198 6 4 25 222 5 1 1 5 6 3 4 8 210 6 2 6 633 3 2 198 4 1 1 2 5 624 6 4 2 363 2 942 2 2 1 3 1 875 6 9 2 6 2 363 6 2 2 -
57
Lampiran 2. (Lanjutan) Tanggal 28 April 2009 29 April 2009
30 April 2009
11 Mei 2009
12 Mei 2009
Status
Jenis Kegiatan
Lokasi (Blok)
Pendamping pengawas
Cari literature
Perpustakaan Unibraw, Malang A1 E1, E2 C3 1-7 4 C Kebun buah naga A1 E3, E4 B 1-7 4 Kebun buah naga D2 D1 A1-5, B1-4 A2, A5 E4, E5 1-4 7, 8 D1, D2 A2
Pemangkasan di apel Babat rumput di apel Perompesan daun apel Panen jambu Pemangkasan di jambu Panen jeruk Babat arachis Pemangkasan di apel Babat rumput di apel Panen jeruk Panen jambu Pemangkasan di jambu Babat arachis Perompesan daun apel Pemangkasan di apel PHPT di apel Persipuk di apel Babat rumput di apel Panen jambu Pemangkasan di jambu Pemangkasan di apel Persipuk di apel
Prestasi Kerja Penulis (Satuan/HK) Jumlah KHL yang Luas Areal yang Lama Kegiatan diawasi (orang) diawasi (m2) (jam) 4 2 2 7 1 2 1 4 2 5 4 1 1 2 2 4 3 1 6 2 4 3
2 363 6 066 2 416 2 363 3 998 2 586 5 624 … 3 213 1 634 8 210 1 613
6
6
6
6
58
Lampiran 2. (Lanjutan) Tanggal
13 Mei 2009
14 Mei 2009
15 Mei 2009
Status
Jenis Kegiatan
Lokasi (Blok)
Pendamping pengawas
PHPT di apel Perawatan teh Panen jambu Pemangkasan di jambu Pembibitan buah naga Pemangkasan di apel Persipuk di apel PHPT di apel Babat rumput di jeruk Perawatan teh Panen jambu Pemangkasan di jambu Panen jeruk Pembibitan buah naga Pemangkasan di apel Babat rumput di apel Persipuk di apel Pemeliharaan teh PHPT di jeruk Panen jambu Panen jeruk Pemangkasan di apel Penjarangan apel Pemupukan di apel
F5-6, G1-3 A1-3 1-7 4 Kebun buah naga D2 A2, A3 C45, D12, E2-5, F24 A8 A2 3, 4 4 C Kebun buah naga D2 B3 A3 B1 C 1-7 C D2 F6 A2
Prestasi Kerja Penulis (Satuan/HK) Jumlah KHL yang Luas Areal yang Lama Kegiatan diawasi (orang) diawasi (m2) (jam) 4 9 914 2 6 351 6 1 1 4 2 586 6 3 4 988 4 25 014 1 2 1 613 4 1 2 1 4 2 586 6 1 3 015 3 3 375 2 1 163 4 4 2 4 2 586 6 2 1 048 2 1 613
59
Lampiran 2. (Lanjutan) Tanggal
16 Mei 2009
18 Mei 2009
19 Mei 2009
Status
Jenis Kegiatan
Lokasi (Blok)
Pendamping pengawas
Babat rumput di apel Persipuk di apel Panen jambu Pemangkasan di jambu Panen jeruk Pemangkasan di apel PHPT di apel Persipuk di apel Pemeliharaan teh Panen jambu Panen jeruk Pemangkasan di jeruk Penelungan apel PHPT di apel Persipuk di apel Perawatan teh Pemangkasan di jambu Panen jambu Penelungan apel Babat rumput di apel PHPT di apel Persipuk di apel Pemangkasan jambu Babat rumput di jeruk Pewiwilan di jeruk
B1 C2 1-7 4 C D2 A1, E45, G12 E3 G1 5-7 C A8 D2 A, B, C E3 C2 7 1-4 D3 8 C45, E234, F234 D2, D3 7 C7 C
Prestasi Kerja Penulis (Satuan/HK) Jumlah KHL yang Luas Areal yang Lama Kegiatan diawasi (orang) diawasi (m2) (jam) 1 1 163 3 3 087 3 1 2 2 2 586 6 4 7 563 3 3 280 2 2 198 4 2 1 4 2 586 6 4 37 422 3 3 280 2 3 097 1 5 1 1 629 6 1 4 7 216 3 4 215 1 2 2 -
60
Lampiran 2. (Lanjutan) Tanggal
20 Mei 2009 1 Juni 2009
2 Juni 2009 3 Juni 2009
4 Juni 2009 5 Juni 2009
Status
Jenis Kegiatan
Lokasi (Blok)
Pendamping pengawas
Panen jambu Pemeliharaan di jeruk Pengiriman sayuran dan buah produk Kusuma Agrowisata Pemangkasan di apel PHPT di apel Babat rumput di apel Mananam clotalaria pengangkutan kapur dolomite Bungkus jambu Cari literature
1-4 A6 Surabaya
Pemangkasan di apel Babat rumput di apel Tabur dolomite Panen jambu Panen jeruk Pemangkasan buah naga Pembibitan apel Pewiwilan di apel Babat rumput di apel Tabur dolomite Bungkus jambu Panen jeruk Persipuk di jeruk
A2 A, B, C F3 C3 Gudang ke kebun 1-3 Perpustakaan UMM, Malang A2 C2, A1 C2, C6 3-7 C Kebun buah naga Bumiaji C2 A5, E4, B4 E3, G3 3-4 C A8
Prestasi Kerja Penulis (Satuan/HK) Jumlah KHL yang Luas Areal yang Lama Kegiatan diawasi (orang) diawasi (m2) (jam) 4 2 2 14 3 3 2 3 2 4 -
1 613 37 422 812 2 416 -
6
4 2 5 4 2 1 3 2 3 4 3 2
1 613 5 450 5 455 3 087 5 864 7 574 -
6
3
2 6
61
Lampiran 2. (Lanjutan) Tanggal 6 Juni 2009
10 Juni 2009
Status
Jenis Kegiatan
Lokasi (Blok)
Pendamping pengawas
Pewiwilan di apel Persipuk jeruk Panen jeruk Panen jambu Matun rumput Cari data
C2 A8 C 4-7 Kebun buah naga Dinas pertanian Batu BPS Kota Batu
Prestasi Kerja Penulis (Satuan/HK) Jumlah KHL yang Luas Areal yang Lama Kegiatan diawasi (orang) diawasi (m2) (jam) 3 3 087 6 4 3 1 1 -
62
Lampiran 3. Jurnal Kegiatan Magang sebagai Staf Trading di PT Kusuma Agrowisata, Batu, Malang, Jawa Timur Tanggal
Status
1 Mei 2009
Staf trading
2 Mei 2009
3 Mei 2009 4 Mei 2009 5 Mei 2009
6 Mei 2009
8 Mei 2009
9 Mei 2009
10 Mei 2009
Jenis Kegiatan Orientasi lokasi Penjelasan tentang pemasaran produk Kusuma Agrowisata Penjualan Penjualan Sortir jeruk Diskusi dengan staf Pengemasan apel ana Penjualan Cuci kentang Penjualan Sortir jambu Pengambilan apel ana Pengepakan stroberi Penjelasan tentang trading secara keseluruhan Penjualan Penjualan Persiapan pengiriman produk ke Bali (pengemasan, pengepakan buah dan sayuran, bungkus jambu, sortir jeruk) Penjualan Sortir jeruk Cuci kentang Penjualan Sortir jambu Sortir paprika Penjualan Sortir paprika
Lama Kegiatan
Lokasi
8
Trading
8
Trading
8
Trading
8
Trading
8
Junggo Trading
8
Trading
8
Trading
8
Trading
8
Trading
63
Lampiran 4. Jurnal Kegiatan Magang sebagai Staf Pemasaran Agrowisata di PT Kusuma Agrowisata, Batu, Malang, Jawa Timur Tanggal 22 Mei 2009
23 Mei 2009
24 Mei 2009 25 Mei 2009 26 Mei 2009
27 Mei 2009 28 Mei 2009 29 Mei 2009
30 Mei 2009 31 Mei 2009
Status Staf Marketing
Jenis Kegiatan Membuat paket wisata Diskusi dengan staf Pemasaran wisata melalui telefon Pemasaran wisata melalui telefon Membuat Paket Wisata Diskusi dengan staf Pemasaran wisata melalui telefon Membuat paket wisata Penerima tamu Membuat Event Order (EO) Mengedarkan EO ke setiap divisi Membuat paket wisata Pemasaran wisata melalui telefon Cari referensi di perpustakaan UMM Pemasaran wisata melalui telefon Pemberian materi tentang pemasaran Kusuma Agrowisata Mengedarkan EO Penerima tamu Pemandu wisata Pemandu wisata Pemandu wisata
Lama Kegiatan
Lokasi
8
Kantor marketing
8
Kantor marketing
8
Kantor marketing
8 8
Loby Kanor marketing
3 8
Perpustakaan UMM Kantor marketing Ruang meeting Anna II
8
8 8
Loby Kebun apel Loby & kebun apel Loby & kebun apel
64
Lampiran 5. Struktur Organisasi PT Kusuma Agrowisata, Batu, Malang, Jawa Timur
KOMISARIS UTAMA ANGGOTA KOMISARIS PENASIHAT DIREKSI DIREKTUR UTAMA DIREKTUR OPERASIONAL
KEPALA BIRO PENGAWASAN INTERN
KEPALA BAGIAN SUMBER DAYA MANUSIA
KEPALA BAGIAN AKUNTANSI KEUANGAN
KEPALA BAGIAN PENGADAAN
KEPALA BAGIAN HUMAS
KEPALA BIRO DIREKSI
GENERAL MANAGER DIVISI AGROWISATA
GENERAL MANAGER DIVISI HOTEL
GENERAL MANAGER DIVISI ESTATE
GENERAL MANAGER DIVISI AGROINDUSTRI
MANAGER DEPARTEMEN
MANAGER DEPARTEMEN
MANAGER DEPARTEMEN
MANAGER DEPARTEMEN
KEPALA BAGIAN PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN
65
Lampiran 6. Struktur Organisasi Divisi Agrowisata PT Kusuma Agrowisata, Batu, Malang, Jawa Timur
GENERAL MANAGER
STAF GENERAL MANAGER
KETUA DEPT. BTT
KETUA DEPT. BTS
KETUA DEPT. FB DAN ENT
ASISTEN KETUA DEPT. BTT
ASISTEN KETUA DEPT. BTS
ASISTEN KETUA DEPT. FB DAN ENT.
KETUA DEPT. KUA
KETUA DEPT. PEMASARAN WISATA
KETUA DEPT. KAA
KETUA DEPT. TRADING
ASISTEN KETUA DEPT. PEMASARAN WISATA
ASISTEN KETUA DEPT. KAA
ASISTEN KETUA DEPT. TRADING
66
Lampiran 7. Struktur Organisasi Departemen Budidaya Tanaman Tahunan (BTT) PT Kusuma Agrowisata, Batu, Malang, Jawa Timur
KEPALA DEPARTEMEN BUDIDAYA TANAMAN TAHUNAN
ASISTEN KEPALA DEPARTEMEN BUDIDAYA TANAMAN TAHUNAN STAFF ADMINISTRASI
PENGAWAS GUDANG & PENGOLAHAN KOPI DAN KOMPOS
PENGAWAS KEBUN KINGSOE, KEBUN SERUK, DAN KEBUN PENTIL
PENGAWAS KEBUN APEL, KEBUN JERUK, KEBUN JAMBU BIJI MERAH, DAN KEBUN BUAH NAGA
PENGAWAS KEBUN JUNGGO DAN KEBUN KARANG PLOSO
WAKER
67
68
69
Lampiran 10. Data Curah Hujan dan Hari Hujan PT Kusuma Agrowisata (Daerah Ngaglik) Tahun 1999-2008 Bulan
1999 2000 2001 2002 CH HH CH HH CH HH CH HH Januari 306 21 428 17 256 20 332 18 Februari 223 14 117 15 336 21 307 18 Maret 274 16 158 11 372 23 146 11 April 166 14 229 16 63 8 0 0 Mei 10 1 85 8 46 4 47 2 Juni 67 3 46 5 104 8 0 0 Juli 45 2 9 1 11 3 0 0 Agustus 12 1 0 0 0 0 0 0 September 0 0 31 2 14 2 0 0 Oktober 119 8 240 14 115 12 0 0 November 253 15 300 21 143 12 0 0 Desember 311 17 90 7 136 12 381 15 Total 1786 112 1733 117 1596 125 1213 64 Keterangan: CH = Curah Hujan (mm); HH = Hari Hujan (Hari)
2003 CH HH 334 20 460 22 197 10 31 6 78 6 25 2 0 0 0 0 0 0 0 0 278 14 157 16 1560 96
2004 CH HH 158 23 356 16 312 28 71 4 73 13 2 2 13 4 0 0 32 1 35 3 350 15 303 17 1705 126
2005 CH HH 229 15 94 10 126 16 55 14 0 0 0 0 29 3 8 1 27 4 120 12 147 10 352 26 1187 111
2006 CH HH 189 28 196 23 236 21 122 14 141 16 18 1 0 0 0 0 3 1 9 2 6 4 319 21 1239 131
2007 CH HH 141 12 271 19 225 26 215 23 8 3 6 5 7 2 2 2 11 2 39 6 202 14 468 25 1595 139
2008 CH HH 245 22 339 28 479 26 97 10 32 5 33 2 0 0 17 3 0 0 0 0 219 16 314 21 1775 133
Rata-rata CH HH 261.8 19.6 269.9 18.6 252.5 18.8 104.9 10.9 52 5.8 30.1 2.8 11.4 1.5 3.9 0.7 11.8 1.2 67.7 5.7 189.8 12.1 283.1 17.7 1538.9 115.4
Catatan: Klasifikasi iklim berdasarkan Schmidth-Fergusson : A (sangat basah) Q ≤ 14.3%, B (basah) 14.3% ≤ Q ≤ 33.3%, C (agak basah) 33.3% ≤ Q ≤ 60%, D (sedang) 60 % ≤ Q ≤ 100%, E (agak kering) 100% ≤ Q ≤ 167%, F (kering) 167% ≤ Q ≤ 300, G (sangat kering) 300% ≤ Q ≤ 700% dan H (ekstrim kering) Q ≥ 700% Penentuan nilai Q menggunakan persamaan : Q = Rata-rata bulan kering (CH < 60 mm/bln) x 100 % Rata-rata bulan basah (CH < 100 mm/bln) = 4+4+4+8+6+5+6+6+6+6 x 100% 7+6+7+4+5+5+5+6+6+5 = 55 x 100% 56 = 98.21% (tipe iklim D atau sedang) Sumber : Stasiun Klimatologi Karangploso Malang
70
71
Lampiran 12. Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) dan Tambahan Unsur Hara yang Digunakan di Kusuma Agrowisata No Nama dagang 1. Ethrel 2. Apsa 800 WSC
3. 4.
Progibb 20 SC Mamigro
5.
MKP (Mono Kalium Phosphate) Vitamax
6.
Bahan aktif Etefon 480 g/l - Alkil aril alkoksilat 775.2 g/l - Asam aleat 40.8 g/l Asam giberelat 20 g/l - N 25.75 % - Phosfat (P2O5) 5,71 % - Kalium (K2O) 6.9 % - Kadar air 1.93 % - P2O5 52 % - K2O 34 %
Jenis ZPT ZPT
Bentuk Pekatan Pekatan
Konsentrasi 1.5 ml/l 0.5 ml/l
ZPT Unsur makro
Larutan Tepung
0.2 ml/l
Merangsang pertumbuhan tanaman Menambah unsur hara pada tanaman untuk pertumbuhan optimal
Unsur hara
kristal
10 g/l
Merangsang pertumbuhan akar dan pembungaan
Sulfur 0.98 %, Mg 0.37 %, CaO 0.11 %, Mangan (Mn) 0.03 %, Iron (Fe) 0.14%, Copper (Cu) 0.02 %, Zinc (Zn) 0.02 %, Boron (B) 0.57 %, Molybdenum (Mo) 0.2 PPM, Cobalt (Co) 0.05 PPM, Iodine (I) 0.08 PPM
Vitamin, enzim, dan hormon
0.5 cc/l
Kegunaan Merangsang pembungaan Meratakan penyebaran dan memekatkan larutan semprot
Terdiri dari vitamin, protein, trace mineral, enzim dan ZPT yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan optimum.
72
Lampiran 12. (Lanjutan) No Nama dagang 7. Multi mikro
8.
Atonik 6.5 L
Sumber: Pengamatan
Bahan aktif Jenis Boron (B) 0.3 %, Tembaga Unsur mikro (Cu) 0.5 %, Besi (Fe) 1.1 %, Mangan (Mn) 1.5 %, Molybdenum (Mo) 0.01 %, Seng (Zn) 1.1 %, dilengkapi pula unsur hara makro Magnesium (Mg) 3.4 % dan sulfur 5.3 % Natrium otrho nitrofenol ZPT 2 g/l Natrium para nitrofenol 3 g/l Natrium 2.4 dinitrofenol 0.5 g/l Natrium 5 nitroguaiakol
Bentuk Cair
Cair
Konsentrasi Kegunaan 0.75 ml/l - Menyuburkan tanah yang kekurangan hara mikro - Meningkatkan produksi tanaman - Mencagah terjadinya kerontokan pada buah dan bunga - Meningkatkan kualitas hasil panen - Meningkatkan ketahanan terhadap HPT 0.5 ml/l - Meningkatkan jumlah, bobot buah - Menghambat penyakit bercak daun
73
Lampiran 13. Pestisida yang digunakan di Departemen Budidaya Tanaman Tahunan (BTT) PT Kusuma Agrowisata No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Nama dagang Polycom Rubigan 120 EC Score 250 EC Topsin 500 EC Ingrofol 360 CS Dithane M-45 80 WP Cabrio 250 EC Mesurol Akation Marshal 200 EC Lannate 25 WP Mospilan 30 EC Buldok 25 AEC Confidor 200 SL
Sumber: Pengamatan
Bahan aktif Metiram 70 % Fenarimol 120 g/l Difenokonazol 250 g/l Metal tiofanat 500 g/l Kaptan 365 g/l Mankozeb 80 % Pyraclostrobia 250 g/l Merkaptodimetur 50 % Metidation 400 g/l Karbosulfan 200.11 g/l Metomil 25 % Asetamiprid 30 g/l Beta sulfitrin 25 g/l Imidaktoprid 200 g/l
Jenis Fungisida Fungisida Fungisida Fungisida Fungisida Fungisida Fungisida Insektisida Insektisida Insektisida Insektisida Insektisida Insektisida Insektisida
Bentuk Bubuk Pekatan Pekatan Pekatan Suspense Tepung Emulsi Tepung Pekatan Pekatan Bubuk Pekatan Pekatan Pekatan
Konsentrasi 1 g/l 0.2 cc/l 0.5 cc/l 0.25 cc/l 0.5 cc/l 2.5 g/l 0.5 cc/l 1 g/l 1 cc/l 0.75 cc/l 0.75 g/l 0.75 cc/l 0.75 cc/l 0.2 cc/l
Kegunaan Mengendalikan embun tepung Mengendalikan penyakit Mengendalikan penyakit Mengendalikan penyakit jamur Mengedalikan penyakit rebah batang Mengandalikan penyakit Mengendalikan penyakit Mengendalikan hama Mengendalikan hama Mengendalikan serangga Mengendalikan hama (ulat grayak) Mengendalikan kutu daun Mengendalikan hama Mengendalikan hama
67
Lampiran 8. Peta Lokasi Kusuma Agrowisata
U
68
Lampiran 9. Peta Areal Kusuma Agrowisata secara Keseluruhan
AREAL
KUSUMA AGROWI SATA
C1 JERUK
R
C2 JERUK
KARTIKA 2/2007/041
C9 JERUK 12/2006
C10
C3 JERUK C8
Q2
C7 JERUK
TW PLN
C9 KOPI
C4 JERUK
C6 JERUK
C5 JERUK
C1 KOPI
BED
KOPI Q1 KOPI A2 KOPI B1 KOPI
B1 KOPI BUAH NAGA
TW A8 JERUK 2/2007
TW A2 KOPI
G2 APEL
B2 KOPI
G3 APEL
F4 C7
B2 KOPI
F3
D JAMBU 12/2006
F2 F1
A1 KOPI B2 KOPI A7 JERUK E4 APEL
B2 KOPI E3 APEL C2 KOPI
INDUSTRI
E2 APEL D2 APEL
A7 JERUK
E1 APEL APEL HOUSE D1 APEL
C3 KOPI D JAMBU
C5 APEL
11/2006
GREEN HOUSE
B3 KOPI
STAND BUNGA
BUAH NAGA
B JAMBU 3/2005
B1 JAMBU
B5 APEL
15/3/2006
EC 3
B3 KOPI
C4 APEL
B4 APEL
B3 APEL
B2 APEL A2 APEL
B3 KOPI
C3 APEL A3 APEL
TW
C4
B1 APEL
HUTAN PINUS PERHUTANI
C2 APEL C1 APEL
PLAY GROUND
A6 JERUK JOVA A1 APEL
A1 JERUK JOVA
POS SECURITY
A2 JERUK JOVA AN AT MB JE
A JAMBU 3/2005
EC 1
A3 JERUK JOVA
A4 JERUK JOVA
LOBBY A5 JERUK JOVA
TW ALAMANDA
KANTOR HOTEL
KOPI HOTEL LAPANGAN EDR SAYUR ORGANIK
LAPANGAN BOLA
B1
HOTEL
JERUK
LEGENDA
B2 JERUK
GH
KUSUMA ESTATE TAHAP V
SECURITY
GH
TANAH TEGALAN JE MB AT AN
JL ABDUL GANI ATAS
STRAWBERRY
BANGUNAN
BUAH NAGA
B6 JERUK
CURAH
PARKIR B3
B6 JERUK
JALAN
STRAWBERRY
BATAS BLOK
R
B4 STRAWBERRY
BATAS TANAH B5 JERUK
TANDON PAGAR PONDASI SALURAN AIR JEMBATAN
R
JEMBATAN RUMAH PAYUNG
TW
TOWER
B7 JERUK B7 JERUK
U
69
70
Lampiran 11. Peta Areal Pertanaman Apel di Kusuma Agrowisata