AL 6100 – MAGISTER ARSITEKTUR LANSKAP | SAPPK | ITB
1
PENGELOLAAN EMISI GAS LANDFILL PADA RUANG TERBUKA PUBLIK BEKAS TPA VERONIKA JOAN PUTRI1 128913005,
Arsitektur Lanskap, Institut Teknologi Bandung
ABSTRACT Landfills become one of the problems of the city, particularly in Bandung. Some landfill then converted into a public open space. However, creation of public open space in ex landfill area has certain problems, including the presence of landfill gas that is still buried in the ground. Landfill gas not only has impact on the environment, but also has the potential to be beneficial to communities. This article explains briefly about landfill gas and its impact to environment. It also identifies the potential and problems of landfill that converted into a public open space, as well as some related precedents of public open space that is built on ex landfill area. At the end of the article given some input related to the management of landfill gas emissions that can be beneficial for social environment. Keywords: landfill, emission, public open space, management ABSTRAK TPA atau tempat pembuangan akhir menjadi salah satu permasalahan kota, khususnya Kota Bandung. Beberapa TPA kemudian diubah menjadi ruang terbuka publik. Namun, pembuatan ruang terbuka publik di area bekas TPA memiliki permasalahan tertentu, diantaranya adalah adanya gas landfill yang masih terpendam di dalam tanah. Gas landfill ini memiliki dampak bagi lingkungan, namun juga memiliki potensi yang dapat menguntungkan masyarakat di area sekitar. Artikel ini menjelaskan secara singkat mengenai gas landfill dan pengaruhnya terhadap lingkungan. Selain itu dijelaskan pula mengenai potensi dan permasalahan TPA yang dialihfungsikan menjadi ruang terbuka publik, serta beberapa preseden yang terkait ruang terbuka publik yang dibangun di area bekas TPA. Pada akhir dari artikel diberikan beberapa masukan terkait dengan pengelolaan emisi gas landfill yang dapat bermanfaat bagi lingkungan sosial. Kata kunci: landfill, emisi, ruang terbuka publik, pengelolaan 1.
PENDAHULUAN
Tempat pembuangan akhir adalah tempat untuk menimbun sampah dan tempat sampah mendapatkan perlakuan terakhir. Tempat pembuangan akhir dapat berbentuk sumur dalam atau berbentuk area lapangan. Beberapa tahun belakangan, tempat pembuangan akhir yang terbengkalai akhirnya dialihfungsikan menjadi ruang terbuka publik. Namun beberapa dampak baik positif ataupun negative dari pengalihfungsian ini muncul. Dampak positif yang muncul dari pengalihfungsian ini adalah apabila dikelola dengan baik, maka area ini secara lingkungan ataupun teknologi dapat memberikan keuntungan finansial bagi masyarakat sekitarnya. Sedangkan dampak negatifnya adalah adanya permasalahan lingkungan dan kesehatan akibat adanya gas landfill yang disebabkan oleh pembusukan sampah organik. Tempat pembuangan akhir merupakan salah satu sumber terbesar emisi gas landfill yang menjadi permasalahan di Indonesia, khususnya di Bandung. Bandung sendiri menghasilkan 1.500 ton sampah perhari dengan perbandingan 60% sampah organik dan 40% sampah non organik. Tanpa disadari, emisi gas landfill sebenarnya memiliki potensi apabila diolah dan dikelola dengan baik dengan teknologi yang maksimal. Gas landfill atau biasa disingkat dengan LFG dihasilkan ketika sampah dihancurkan di tempat pembuangan akhir. Gas landfill terdiri dari berbagai komponen, diantaranya adalah metana (CH4), gas alam, dan sisanya CO2. Adanya penghancuran sampah di tempat pembuangan akhir mempengaruhi iklim secara global. Penghancuran sampah di tempat pembuangan akhir menghasilkan gas metana (CH4) yang Veronika Joan Putri | 28913005
AL 6100 – MAGISTER ARSITEKTUR LANSKAP | SAPPK | ITB
2
berpotensi 21 kali lipat lebih kuat dalam menyumbang efek rumah kaca dibandingkan dengan gas karbon dioksida. Perlu diketahui bahwa gas metana memiliki waktu hidup yang singkat, namun memiliki efek yang besar dalam merusak ozon. Untuk mengurangi dampak lingkungan yang dihasilkan oleh gas metana (CH4), diperlukan beberapa strategi. Strategi pengelolaan dalam mengurangi emisi gas landfill, khususnya gas metana (CH4) yang dapat dilakukan adalah dengan mengurangi sampah organik dan melakukan proses penghancuran sampah dan mengkonversinya menjadi energi. 2.
GAS LANDFILL
Landfill gas atau disingkat dengan LFG adalah gas yang dihasilkan oleh berbagai limbah organik berbentuk padat yang dibuang di landfill. Sampah ditimbun dan ditekan secara mekanis. Dalam proses anaerobik, maka bahan organik tersebut terurai dan gas landfill dihasilkan. Gas ini kemudian berkumpul dan naik terlepas ke atmosfer. Hal ini menjadi berbahaya karena dapat menyebabkan ledakan, selain itu juga dapat menyebabkan photochemical smog. Gas landfill sendiri memiliki kompisisi yang bervariasi, tergantung pada asal proses anaerobik. Pada umumnya, gas landfill memiliki komposisi metana (CH4) sebanyak 50-75%, CO2 sebanyak 2545%, N2 sebanyak 0-0.3%, H2 sebanyak 1-5%, H2S 0-3%, dan O2 sebanyak 0,1-0,5%. Dalam beberapa proses, gas landfill juga mengandung siloksan. Siloksan tersebut dilepaskan dan dapat bereaksi dengan oksigen bebas, sehingga terbentuk endapan dengan kandungan SiO2, yang juga mengandung kalsium, sulfir, zinc, dan fosfor. Endapan-endapan ini apabila menebal bersifat abrasif, hingga dapat merusak mesin yang ada di sekitarnya. Metana (CH4) tidak beracun namun sangat mudah terbakar. Metana reaktif pada oksidator dan halogen. Metana juga bersifat asfiksian dan dapat menggantikan oksigen dalam ruangan tertutup. Gas metana dapat masuk ke dalam gedung dekat dengan tempat pembuangan akhir dan menyebabkan orang di dalamnya terpapar metana, sehingga beberapa gedung perlu dilengkapi dengan sistem keamanan yang dapat menghisap gas metana dan dibuang keluar gedung. Perlu diketahui bahwa emisi metana memiliki efek 25 kali lipat daripada emisi CO2 dengan jumlah yang sama dalam periode 100 tahun. Metana memiliki waktu hidup di udara selama 8.4 tahun, namun memiliki efek yang besar, baik terhadap atmosfer atau terhadap kesehatan. Berbagai dampak negatif dari gas landfill ini dapat diatasi dengan beberapa cara sehingga menghasilkan keuntungan. Apabila gas landfill diolah dengan baik, maka 1 m3 biogas setara dengan setengah liter minyak diesel. Selain itu, limbah dari biogas dapat digunakan sebagai pupuk yang kaya unsur. Gas landfill juga dapat menggantikan CNG atau Compressed Natural Gas yang dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan, pembangkit listrik, pemanas ruangan, dan pemanas air. Selain itu energi yang dihasilkan dari gas landfill dapat mengurangi bau dan mencegah gas metan terlepas ke atmosfer. Energi dari pengolahan gas landfill dapat mencegah sekitar 60-90% metana yang dihasilkan di tempat pembuangan akhir. Metana dapat diproses menjadi air dan CO2 ketika gas diubah menjadi listrik. Selain itu, pengolahan ini juga dapat mengurangi polusi udara. Secara sosial ekonomi, adanya proyek pengolahan energi dari gas landfill juga menciptakan lapangan kerja penghasilan yang baru, dan dapat menghemat biaya pemakaian bahan bakar. Sebagai contoh, proyek pengolahan energy dari gas landfill di Amerika Serikat dapat mengurangi emisi metan sebesar 14 juta m3 ton setara karbon. Keuntungannya adalah setara dengan penanaman 18 juta are hutan, atau mengurangi emisi tahunan dari 13 juta mobil. Sementara 600 tempat pembuangan akhir di Amerika Serikat yang berpotensi menghasilkan listrik dari gas metana, ternyata berdasar perhitungan dapat menghasilkan listrik bagi 1 juta rumah, sehingga tidak harus menggantungkan diri pada perusahaan penyedia listrik milik negara. 3.
PENGALIHFUNGSIAN TPA MENJADI RUANG TERBUKA PUBLIK
Beberapa tempat pembuangan akhir yang terbengkalai dialihfungsikan menjadi ruang terbuka public untuk menghidupkan kembali area tersebut. Namun, terdapat beberapa masalah dan potensi yang ada di dalamnya, diantaranya adalah masalah ekologi lingkungan dan social masyarakat. Dibawah ini diuraikan beberapa tempat pembuangan akhir yang telah dengan baik dialihfungsikan menjadi ruang terbuka publik dengan kelebihan tertentu, juga tempat pembuangan sampah di Indonesia yang telah mencoba mengalihfungsikan areanya menjadi ruang terbuka publik. Veronika Joan Putri | 28913005
AL 6100 – MAGISTER ARSITEKTUR LANSKAP | SAPPK | ITB
3
3.1. AL-Azhar Park, Kairo Kota Kairo merupakan kota tua yang dibangun sekitar tahun 900-an Masehi oleh Dinasti Fatimah (Fatimid Period) di Mesir. Wilayah ini pada awalnya berfungsi sebagai tempat penempatan tentara dengan nama Fustat, sebelum benar-benar menjadi sebuah kota (Kota Kairo Tua). Beberapa dinasti berganti dan Fustat akhirnya menjadi tempat sampah dan area kumuh mulai tahun 1500-an. Pada tahun 2000, Aga Khan Trust for Culture (AKTC) memberi bantuan dana untuk pembuatan Al-Azhar Park dalam misi untuk menjadikan Kota Kairo Tua dan Darb Al-Ahmar sebagai Historic City. Biaya yang dikeluarkan sekitar Rp270.000.000.000,- tanpa bantuan dari pemerintah. Taman ini kemudian menjadi panoramic platform untuk melihat kawasan budaya-historis yang monumental, dan juga menjadi batas hijau dari Kota Tua Kairo. Al-Azhar Park didisain dengan tradisi Islam dan terinspirasi oleh taman Andalusia dan Persia. Taman ini menciptakan kesan Islamic Cairo, golden age dan “golden geography” dari Islam (Wallpaper City Guide, Cairo, 2008). Konsep taman ini menjelaskan spektrum luas dari periode mitologi sosial, secara implisit atau eksplisit menggambarkan imajinari dari asal usul Islam, hingga masa depan universal. Al-Azhar Park memobilisasi, mengkombinasi, dan mereferensikan tahapan dari Mesir, Arab, dan Islam, terhadap vocabulary perkotaan dan pembangunan yang berkelanjutan. Taman ini menjadi ruang terbuka publik pertama di Kairo, dikunjungi oleh populasi yang beragam, baik oleh keluarga kelas mengengah keatas hingga kebawah, individual, lovers, turis, olahragawan, pelajar, dan sebagainya. Area ini menjadi area dengan kegiatan yang beragam, diantaranya group outing, reuni, berjalan-jalan, atau makan di restoran Le Notre.
Gambar 1 Al-Azhar Park Project Sumber: http://www.akdn.org/hcp/egypt.asp
Gambar 2 Taman di dalam Al-Azhar Park Sumber: http://en.wikipedia.org/
Veronika Joan Putri | 28913005
AL 6100 – MAGISTER ARSITEKTUR LANSKAP | SAPPK | ITB
4
Selain pembangunan taman, Aga Khan Trust for Culture (AKTC) juga merestorasi area sekitarnya yang merupakan peninggalan Islam, seperti benteng dan masjid. 30 hektar tumpukan sampah dikeruk. Sampah yang terakumulasi selama 500 tahun diangkut dengan 80.000 truk. Sebagian besar sampah yang membatu dijadikan bahan membuat kontur perbukitan sebagai viewing area ke Kota Kairo dan benteng Salahudin. Adanya restorasi taman ini turut melindungi sumber mata air yang sangat berharga bagi negeri dengan topografi gurun. Karena perbedaan iklim yang terjadi antara Indonesia dan Mesir, dimana Mesir memiliki iklim yang kering, sehingga tempat pembuangan sampah yang ada disana mudah kering. Proses anaerobic penghasil gas landfill memang jarang terjadi, namun terdapat hal yang dapat dijadikan referensi pada ruang terbuka publik ini, yaitu konsep dari taman yang menjadi salah satu world urban vocabulary dari restorasi lanskap terbesar yang pernah ada. 3.2. Fresh Kills Park Freshkills Park adalah taman yang terletak di Staten Island, New York, Amerika Serikat, dengan luas 890 Ha. Taman paling luas di Kota New York ini merupakan transformasi dari tempat pembuangan sampah terbesar di dunia menjadi taman yang produktif dengan elemen cultural. Taman ini menjadi simbol dari bagaimana masyarakat New York mengembalikan keseimbangan lanskap. Tujuan transformasi ini adalah menyediakan kemungkinan rekreasi bagi masyarakat, restorasi ekologi, budaya, dan edukasi untuk membuat suatu keberlanjutan lingkungan. Freshkills Park dibuka pada tahun 1947 sebagai area agrikultur pedesaan yang dilengkapi dengan tempat pembuangan sampah sementara yang hanya akan digunakan selama 20 tahun, namun akhirnya menjadi tempat pembuangan akhir satu-satunya di Kota New York di sepanjang abad ke 20 karena selama operasinya setiap hari 20 bargo yang masing-masingnya membawa 650 ton sampah dibuang ke area ini. Fresh Kills Landfill menjadi tempat pembuangan akhir paling besar di dunia. Kemudian pada Oktober 2008 Freshkills Landfill direstorasi dengan beberapa tahap yang direncanakan akan dilakukan dalam kurun waktu 30 tahun. Pada tahun 2001, United States Environmental Protection Agency (EPA) menutup Freshkills Landfill, namun akhirnya harus dibuka kembali pada September 2001 setelah kejadian WTC.
Gambar 3 Freshkills Landfill Sumber: http://en.wikipedia.org/
Pada tahun 2005 perencanaan restorasi Freshkills Park dimulai, kemudian pada tahun 2008 mulai dibangun. Pembangunan Freshkills Park direncanakan bertahap dalam 30 tahun untuk menyediakan akses publik ke dalam tapak, menjadikan area ini sebagai show case adanya kombinasi tidak biasa dari keindahan alam dan keindahan teknologi, yaitu adanya danau, wetlands, meadows, dan vista ke Kota New York yang didukung dengan teknologi yang canggih. Dinas Pertamanan dan Rekreasi Kota New York (NYC Parks) bertanggung jawab dalam pembangunan taman ini. Mereka menggunakan EIS (Environmental Impact Statement) dan Draft Master Plan yang mengintegrasi tiga aspek, yaitu programming, wildlife, dan circulation dengan membuat lima taman utama, yaitu : Veronika Joan Putri | 28913005
AL 6100 – MAGISTER ARSITEKTUR LANSKAP | SAPPK | ITB
5
1. The Confluence: 28 Ha, merupakan titik tengah dari taman, terdapat pusat informasi wisata, restoran, dan juga area rekreasi pasif. 2. North Park: 90 Ha, area untuk wildlife dan rekreasi pasif. Area ini dilengkapi dengan trail untuk bersepeda, berjalan kaki, dan mendaki. Dilengkapi pula dengan birdwatching area, area piknik, eco-education center, dan floating dock untuk kano. 3. South Park: 172 Ha, terdapat area untuk woodland dan wetland. Terdapat pula lapangan tenis, trail sepeda gunung, fasilitas atletik, dan equestrian center. 4. East Park: 195 Ha, area untuk meadow, trail, area bermain, area piknik. 5. West Park: Merupakan area monumental untuk mengenal peristiwa WTC, dimana area ini dulunya pernah menjadi area pembuangan 1.2 juta ton material akibat peristiwa WTC yang berisi jasad dan reruntuhan. 6. Schmul Park: area untuk playground seperti lapangan basket, lapangan bola tangan. Di area ini juga ditanami dengan native plants.
Gambar 4 Freshkills Park Project Sumber: http://en.wikipedia.org/
Freshkills Park juga memiliki Staten Island Transfer Station untuk memproses kurang lebih 900 ton sampah perhari yang berasal dari perumahan dan gedung pemerintahan, juga terdapat solar array dengan luas 19 Ha yang mampu menerangi kurang lebih 2000 rumah di Staten Island. Terkait dengan landfill management, Freshkills Park melakukan pengelolaan limbah dengan baik. NYC Parks menyadari bahwa limbah padat dapat tereduksi dari waktu ke waktu, namun terdapat produk sampingan dari dekomposisi ini, yaitu gas landfill dan leachate atau lindi. Sistem pengolahan gas landfill di Freshkills Park mengumpulkan dan mengontrol emisi gas melalui jaringan bawah tanah yang dihubungkan dengan pipa yang mengalirkan gas melalui ruang hampa. Setelah dikumpulkan, kemudian gas ini sebagian dibakar dan sebagian diolah dalam pipa-pipa khusus. Dengan cara ini emisi NMOC dan polutan berbahaya lainnya dapat dikurangi hingga mencapai 100%. Selain pembakaran gas, Frashkills Park juga dilengkapi dengan sistem keamanan tertentu untuk mencegah adanya gas yang keluar. Gundukan sampah yang mengeras di Freshkills Park yang merupakan hasil dari lebih 50 tahun sampah kota ditutup dengan penutup yang tebal. Penutup ini dibuat dari beberapa lapisan, yaitu sub base, lapisan ventilasi gas, lapisan impermeabel, lapisan drainase, lapisan pelindung, dan lapisan tanah. 1. Sub-base: Diletakkan tepat diatas lapisan sampah. Sub-base diletakkan dan diatur komposisinya sehingga menyentuh batas minimum dan maksimum kemiringan yang diperbolehkan oleh NYC DEC, yaitu 4-33%. 2. Lapisan ventilasi gas: Terdiri dari geokomposit untuk memudahkan pergerakan gas landfill ke lubang ventilasi atau ke sumur-sumur. Veronika Joan Putri | 28913005
AL 6100 – MAGISTER ARSITEKTUR LANSKAP | SAPPK | ITB
6
3. Lapisan impermeable: Disebut juga lapisan hidrolik, merupakan komponen yang paling penting. Lapisan ini menahan air menyerap ke sampah. Lapisan ini juga menahan gas mengalir ke atmosfer. Lapisan ini terbuat dari material low permeability clay/plastic. 4. Lapisan drainase: Lapisan ini mereduksi tekanan air sehingga dapat menahan erosi. 5. Lapisan pelindung: Lapisan ini melindungi lapisan hidrolik dari cuaca ekstrim dengan tebal 24 inci. 6. Lapisan tanah: disebut juga top soil layer dengan minimum ketebalan 6 inci. Lapisan ini adalah lapisan tanah subur dengan material sandy-loam untuk mencegah erosi dan menyediakan media tanam. Selain menyediakan berbagai teknologi untuk mereduksi emisi gas landfill, Freshkills Park juga melakukan pengelolaan yang baik dalam hal regulasi terkait public health and safety, diantaranya adalah landfill regulation yang dikeluarkan oleh NYC DEC Division Solid and Hazardous Waste Materials yang mengidentifikasi dan mengelola kemugkinan polutan yang muncul dan mitigasi dari kontaminasi gas landfill. Selain itu, terdapat pula regulasi mengenai soil standard yang dibuat oleh US EPA dan NYC DEC dengan membuat screening level. Kemudian regulasi terkait kualitas udara diatur oleh NYC RR Part 275 yang menjelaskan mengenai panduan terkait emisi gas dari tempat pembuangan sampah padat. Freshkills Park dapat menjadi salah satu sumber referensi yang baik karena perencanaan, perancangan, pengelolaan, hingga pengawasan, taman ini sudah baik. Freshkills Park juga dilindungi oleh beberapa regulasi yang kuat mengikat. 3.3. TPA Pati Salah satu tempat pembuangan akhir di Indonesia yang sudah mencoba beralih fungsi menjadi ruang terbuka publik adalah TPA Kota Pati, Jawa Tengah. Lokasi TPA Pati terletak 7 km dari alun-alun Kota Pati, tepatnya di Desa Sukorejo, Kecamatan Margirejo. Tempat pembuangan akhir ini tidak sepenuhnya diubah menjadi ruang terbuka publik, beberapa areanya masih menjadi area pengolahan sampah. Tidak seperti TPA lainnya yang dijauhi oleh masyarakat sekitar, TPA Pati menjadi area rekreasi bagi warga sekitar. Menurut catatan perjalanan Isroi dalam isroi.com, jalan masuk ke dalam TPA Pati ini cukup rapi dan bersih, dilengkapi dengan tempat parkir yang cukup luas dan lapangan tempat berolah raga dan gazebo untuk berteduh. Berseberangan dengan tempat parkir, terdapat kandang rusa. Pengunjung dapat memberi makan rusa di tempat ini. Area ini terkesan teduh karena dilingkupi dengan kanopi pohon besar. Selain kandang rusa, terdapat pula kandang kera, kandang merak, dan area terbuka hijau dimana angsa dan burung dara dibiarkan bermain bebas. Disana terdapat pula area bermain untuk anak-anak dan juga tempat duduk. Masuk lebih kedalam di area TPA Pati terdapat area luas yang ditanami tanaman buah dan tempat pembibitan tanaman, khususnya bibit durian. Selain itu terdapat pula kandang sapi dan kambing. Selain area rekreasi, terdapat pula bangunan-bangunan kecil untuk mengelola sampah menjadi kompos, pupuk organik dan minyak solar. Terdapat pula pengolahan lindi sampah berupa bak dan kolam pengolahan yang dapat menghasilkan biogas dan pupuk cair. Sedangkan lokasi pembuangan sampahnya sendiri tertutup oleh area tersebut karena berada pada level ketinggian yang rendah agar tidak terlihat dari taman rekreasi. Biogas yang dihasilkan dari area ini dialirkan ke warung-warung yang terdapat di sekitar TPA untuk digunakan kembali.
Gambar 5 Kandang Rusa di TPA Pati Sumber: isroi.com
Veronika Joan Putri | 28913005
AL 6100 – MAGISTER ARSITEKTUR LANSKAP | SAPPK | ITB
7
Gambar 6 Bak Pengolahan Lindi Sampah Sumber: isroi.com
Gambar 7 Pemberdayaan Masyarakat di TPA Pati Sumber: isroi.com
TPA Pati memang belum dikelola dengan baik seperti taman rekreasi lainnya, namun dalam hal pengelolaan dan pengolahan gas metana yang dihasilkan dari tempat pembuangan akhir, serta bagaimana memberdayakan masyarakat dalam melakukan pengolahan gas tersebut, TPA Pati dapat dijadikan salah satu sumber referensi. 4.
KESIMPULAN
Adanya alih fungsi tempat pembuangan akhir menjadi ruang terbuka publik memiliki beberapa dampak, baik positif ataupun negatif. Dampak positifnya adalah dapat memberikan keuntungan bagi masyarakat sekitar. Sedangkan dampak negatifnya adalah adanya pencemaran lingkungan oleh gas landfill yang dapat berbahaya bagi manusia. Namun, dampak negatif ini dapat diminimalisasi dengan adanya pengelolaan pengolahan gas landfill yang juga akan memberikan dampak positif bagi lingkungan. Dari beberapa preseden yang ada, diperlukan pengelolaan pengolahan gas landfill dengan baik dan teknologi yang mendukung. Selain teknologi, adanya regulasi yang mengikat juga dibutuhkan demi terjaganya keberlangsungan dari ruang terbuka publik. 5.
SARAN
Salah satu cara pengelolaan pengolahan gas landfill yang dapat dilakukan adalah dengan mengubah gas landfill menjadi energi yang terbarukan. Salah satunya adalah dengan menggunakan mesin rancangan dalam negeri, yaitu Biomethagreen. Biomethagreen mengubah gas landfill menjadi setrum listrik yang dapat digunakan sebagai penerangan tanpa harus mengandalkan penerangan dari PLN. Prosesnya adalah menampung gas metana di dalam balon plastik dan dialirkan ke kompor melalui alat peniup dengan diameter yang lebih besar sekitar 2 cm. Pengolahan gas semacam ini sudah diterapkan di TPA Bantar Gebang dan mampu menerangi 1.700 rumah yang ada disekitarnya.
Veronika Joan Putri | 28913005
AL 6100 – MAGISTER ARSITEKTUR LANSKAP | SAPPK | ITB
8
Selain itu, dari 200 kg sampah yang dihasilkan perhari dapat dihasilkan 6-8 meter metana yang mampu menyalakan kompor 15 jam tanpa henti. Menurut yang diberitakan dalam Tempo.com, PD Kebersihan Kota Bandung di Jalan Sekelimus Barat sudah mengaplikasikan teknologi ini untuk dapur karyawan, las truk, dan penerangan di luar gedung. Adanya Biomethagreen dianggap dapat mengurangi biaya angkut sampah ke TPA Sarimukti, Cipatat, yang mengeluarkan biaya hingga 20 miliar pertahun. Pengelolaan pengolahan gas landfill semacam ini akan membantu mereduksi gas yang naik ke udara dan membahayakan lingkungan. Selain itu juga akan memberikan keuntungan bagi masyarakat sekitar, seperti memberikan lapangan kerja yang baru dan memberikan kemudahan dalam mendapatkan bahan bakar. REFERENSI Upaya Mengurangi Emisi Metan dari TPA. Percik. Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004. http://ema.revues.org/3014 http://en.wikipedia.org/wiki/Landfill_gas_emission_reduction_in_Brazil http://en.wikipedia.org/wiki/Fresh_Kills_Landfill http://en.wikipedia.org/wiki/Freshkills_Park http://en.wikipedia.org/wiki/Al-Azhar_Park http://id.wikipedia.org/wiki/Biogas http://id.wikipedia.org/wiki/Tempat_pembuangan_akhir http://id.wikipedia.org/wiki/Metana https://www.globalmethane.org/documents/landfill_fs_eng.pdf http://isroi.com/2014/01/20/tpa-sampah-kota-pati-tempat-pembuangan-akhir-tpa-sampah-yangmenjadi-taman-rekreasi/ http://www.akdn.org/hcp/egypt.asp http://www.nycgovparks.org/park-features/freshkills-park/ http://www.tempo.co/read/news/2011/04/16/061327951/Menyulap-Sampah-Menjadi-Gas-Masak http://www.ylki.or.id/ubah-tempat-sampah-jadi-paru-kota/
Veronika Joan Putri | 28913005