BAGIAN I Kondisi Lingkungan Fisik Pra- dan Pasca-Erupsi Gunungapi Kelud 2014llfllli
Pengelolaan Bencana Kegunungapian Kelud pada Periode Krisis Erupsi 2014
iilllflllPENGELOLAAN BENCANA KEGUNUNGAPIAN KELUD PADA PERIODE KRISIS ERUPSI 2014
BAGIAN I Kondisi Lingkungan Fisik Pra- dan Pasca-Erupsi Gunungapi Kelud 2014llfllliii
BUNGA RAMPAI PENELITIAN
Pengelolaan Bencana Kegunungapian Kelud pada Periode Krisis Erupsi 2014 EDITOR: JUNUN SARTOHADI ● ELOK SURYA PRATIWI
ivlllflllPENGELOLAAN BENCANA KEGUNUNGAPIAN KELUD PADA PERIODE KRISIS ERUPSI 2014
Bunga Rampai Penelitian: Pengelolaan Bencana pada Kegunungapian Kelud pada Periode Krisis Erupsi 2014 Editor: Junun Sartohadi dan Elok Surya Pratiwi All Rights reserved. Edisi Indonesia diterbitkan Pustaka Pelajar © 2014 Edisi Indonesia Cetakan I, Juli 2014 Desain Cover ● Amaryllis Graphic House Pemeriksa Aksara ● Priyati Penata Aksara ● Amaryllis Penerbit: PUSTAKA PELAJAR Celeban Timur UH III/548 Yogyakarta 55167 Telp. (0274) 381542, Fax. (0274) 383083 E-mail:
[email protected] ISBN: 978-602-229-329-3
214lllflllPENGELOLAAN BENCANA KEGUNUNGAPIAN KELUD PADA PERIODE KRISIS ERUPSI 2014
TEMA
9
Pelaksanaan RehabilitasiRekonstruksi Fisik Pasca-Erupsi Gunungapi Kelud 2014 di Kabupaten Kediri The Physical (Infrastructures and Facilities) Rehabilitation-Reconstruction after the 2014 Eruption of Kelud Volcano in Kediri Regency (Galih Aries Swastanto, Edwin Maulana, Puspita Indra Wardana, Evi Dwi Lestari)
Intisari Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan rehabi litasi-rekonstruksifisik (bangunan) pasca erupsi Gunungapi Ke lud 2014 di Kabupaten Kediri. Penelitian dilakukan di tiga keca matan terdampak paling parah yang meliputi Kecamatan Puncu, Kecamatan Kepung, dan Kecamatan Ploso Klaten. Metode pene litian yang digunakan adalah metode induktif kualitatif dengan pendekatan phenomenology. Pengumpulan data dilakukan dengan
BAGIAN III Upaya Pembangkitan Kembali Kehidupan Masyarakat Pasca-Erupsi Gunungapi Kelud 2014llflll215
cara survei lapangan, wawacara mendalam (in-depth inteview), dan informasi dari instansi terkait. Pelaksanaan rehabilitasi-rekonstruksi fisik dampak erupsi Gu nungapi Kelud di lokasi penelitian dilakukan dalam waktu tiga minggu (24 Februari-14 Maret 2014) oleh Pemerintah Provinsi Ja wa Timur. Fokus utama kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi fi sik adalah perbaikan rumah warga yang rusak. Pelaksanaan re habilitasi-rekonstruksi fisik dampak bencana erupsi Gunungapi Kelud berbeda dengan pelaksanaan rehabilitasi-rekonstruksi yang pernah dilakukan di wilayah lain di Indonesia. Peran masyarakat dalam pelaksanaan rehabilitasi-rekonstruksi fisik sangat minim se kali, sehingga menyebabkan proses rehabilitasi-rekonstruksi men jadi terhambat. Kata Kunci: Rehabilitasi, Rekonstruksi, Erupsi, Gunungapi Kelud Abstract The aim of this research is to analyze the infrastructures and facilities rehabilitation and reconstruction after Kelud Volcano eruption on 2014 in the Kediri Regency. The research was conducted in the most affected sub-districs namely Puncu, Kepung and Ploso Klaten. The method used in this research was inductive qualitative method with phenomenology approach. The data was obtained through field survey, in-depth interview, and information from related institutions. The implementation of housing rehabilitation-reconstruction was done within 3 weeks (24 February-14 March 2014). The government of East Java Province played a major role in the process. The primary focus in the rehabilitation-reconstruction process was repairing the damaged houses. The implementation of rehabilitation-reconstruction in the Kelud Volcano eruption’s case different from other rehabilitation – reconstruction processes which had been done in other places in Indonesia. The lack of community participation had slowed down the process. Keywords: Rehabilitation, Reconstruction, Eruption, Kelud Volcano
216lllflllPENGELOLAAN BENCANA KEGUNUNGAPIAN KELUD PADA PERIODE KRISIS ERUPSI 2014
Pendahuluan
G
unungapi Kelud merupakan gunungapi bertipe strato yang relatif kecil dengan ketinggian 1731 m di atas muka laut atau 1650 m diatas Kota Kediri dan Blitar (Sahara et al, 2009). Gunungapi Kelud adalah salah satu gunungapi aktif di Jawa Timur yang sering bererupsi dengan tipe letusan eksplosif (Zaennudin 2009). Menurut catatan sejarah aktivitas Gunungapi Kelud pada tahun 1586 yang mengakibatkan 10.000 orang meninggal dunia, dan erupsi tahun 1919 dengan korban jiwa mencapai 5160 merupakan erupsi terdah syat yang pernah terjadi (Kusumadinata, 1979). Erupsi Gunungapi Kelud terjadi pada tanggal 13 Februari 2014. Peristiwa erupsi Gunungapi Kelud ditandai dengan peningkatan status Gunungapi Kelud oleh PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mi tigasi Bencana Gunungapi) dari aktif normal ke waspada tanggal 2 Februari 2014. Pada status waspada, PVMBG merekomendasikan agar masyarakat tidak mendekat ke kubah lava dalam radius 2 km. Karena aktivitas Gunungapi Kelud terus mengalami peningkatan, status Gunungapi Kelud ditingkatkan menjadi siaga pada 10 Feb ruari 2014. Pada tanggal 13 Februari 2014 pukul 21.15 WIB, PVMBG menetapkan status awas dan diikuti dengan erupsi pada pukul 22.55 WIB. Dampak erupsi Gunungapi Kelud paling besar dirasakan oleh masyarakat di Kabupaten Kediri. Berdasarkan data dari Pusat Ko mando Rehabilitasi-rekonstruksiTNI tahun 2014, terdapat 10.740 rumah dan 108 fasilitas umum yang rusak karena erupsi Gunungapi Kelud. Kerusakan paling parah tersebar di tiga wilayah kecamatan di Kabupaten Kediri yaitu: Puncu, Kepung dan Plosoklaten (Tabel. 1). Kerusakan bangunan permukiman harus menjadi prioritas utama dalam tahap rehabilitasi-rekonstruksi. Hal ini disebabkan kerusakan rumah karena bencana dapat menghambat usaha ma syarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Lindell, 2013).
BAGIAN III Upaya Pembangkitan Kembali Kehidupan Masyarakat Pasca-Erupsi Gunungapi Kelud 2014llflll217
Kegiatan perbaikan permukiman dimulai tanggal 24 Februari-9 Maret 2014 pada masa rehabilitasi-rekonstruksi dampak erupsi Gunungapi Kelud. Pelaksanaan rehabilitasi-rekonstruksi dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur bekerja sama dengan KO DAM V/Brawijaya dan POLDA Jawa Timur. TABEL 1. Rekapitulasi Kerusakan Bangunan di Kabupaten Kediri Kecamatan
Puncu
Kepung
Plosoklaten
Jumlah
Kerusakan Rumah
Fasilitas Umum
Jmlh
Ringan Sedang Berat
Jmlh
Puncu
2165
433
0
1732
13
4
5
4
Asmorobangun
2260
505
0
1755
23
10
3
10
Satak
954
330
0
615
10
3
0
7
Wonorejo
0
0
0
0
6
2
1
3
Kebon Rojo
1400
280
0
1120
8
3
3
2
Kampung Baru
1504
404
0
1100
13
5
2
6
Besowo
2280
1475
0
805
5
3
2
0
Sepawon
24
24
0
0
0
0
0
0
Sumber Agung
15
15
0
0
0
0
0
0
Pranggang
15
15
0
0
2
0
0
2
Trisulo
10
10
0
0
6
2
2
2
Punjol
10
10
0
0
3
1
2
Kawedusan
15
15
0
0
8
3
1
4
Klanderan
21
21
0
0
2
1
0
1
Brenggolo
14
14
0
0
0
0
0
0
Ploso Lor
15
15
0
0
1
0
0
1
Ploso Kidul
13
13
0
0
2
0
0
2
Jarak
17
17
0
0
2
0
1
1
Panjer
8
8
0
0
0
0
0
0
Gondang
0
0
0
0
4
2
1
1
3604
0
7127
108
38
22
48
Desa
Sekolah Kantor
R. Ibadah
Sumber: Pusat Komando Rehabilitasi-rekonstruksiTNI, 2014
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana proses rehabilitasi-rekonstruksi yang telah dilakukan oleh
218lllflllPENGELOLAAN BENCANA KEGUNUNGAPIAN KELUD PADA PERIODE KRISIS ERUPSI 2014 pemerintah. Apakah pelaksanaan rehabilitasi-rekonstruksitelah menyentuh semua aspek yang menjadi fokus dalam rekonstruksirehabilitasi untuk menciptakan kondisi yang lebih baik pascabencana (Build Back Better). Pengalaman pengelolaan bencana diharapkan dapat menjadi pembelajaran dalam menghadapi bencana yang akan datang.
Metode Penelitian Penelitian dilakukan di tiga wilayah kecamatan di Kabupaten Kediri yaitu: Puncu, Kepung dan Plosoklaten. Penentuan lokasi dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan wilayah Kabupaten Kediri merupakan wilayah yang memiliki dampak paling besar dari erupsi Gunungapi Kelud 2014. Jarak Kecamatan Puncu, Kepung dan Plosoklaten berada diantara 3-25 km dari puncak Gunungapi Kelud atau berada diantara Kawasan Rawan Bencana III dan Kawasan Rawan Bencana II. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian induktif kualitatif serta menggunakan pendekatan fenomenologi. Pendekatan fenomenologi adalah untuk mencari unit-unit infor masi yang ada di lapangan yaitu berupa pikiran-pikiran, pendapat, dan sesuatu yang sifatnya kegiatan atau aktivitas yang bisa diamati (Muhadjir, 1996). Informan yang akan diteliti adalah masyarakat terkait, yaitu penduduk desa/kelurahan, tokoh dalam masyarakat yaitu kepala dusun/kepala desa, pemerintah kecamatan, anggota TNI (Tentara Nasional Indonesia) yang terlibat dalam pelaksanaan rehabilitasi-rekonstruksi dampak erupsi Gunungapi Kelud un tuk mendapatkan kualitas data yang memadai. Data dari di la pangan berupa hasil wawancara mendalam, hasil observasi dan dokumentasi dianalisis menggunakan tahapan analisis yang di kemukakan oleh Sugiyono (2009 : 92-99), yaitu: Data Reduction (Re duksi Data), Data Display (Penyajian Data), dan Conclusion Drawing/ Verification (penarikan kesimpulan).
BAGIAN III Upaya Pembangkitan Kembali Kehidupan Masyarakat Pasca-Erupsi Gunungapi Kelud 2014llflll219
Hasil dan Pembahasan Gambaran Umum Daerah Penelitian Kecamatan Plosoklaten terletak di sisi timur Kabupaten Kediri de ngan luas wilayah 88,59 km2, yang terdiri dari 15 desa dengan jumlah penduduk 66.896 jiwa. Masyarakat di Kecamatan Plosoklaten mayo ritas bermatapencaharian sebagai petani (10.951 jiwa). Kecamatan Puncu terletak di sebelah barat Kecamatan Ploso klaten. Luas wilayah Kecamatan Puncu adalah 68,25 km2 yang ter bagi menjadi 8 desa. Jumlah penduduk di Kecamatan Puncu se banyak 57.506 jiwa yang bekerja di beberapa sektor antara lain: pertanian (14.319 jiwa), industri (1338 jiwa), konstruksi (479 jiwa), perdagangan (1106 jiwa), penggalian (158 jiwa), PNS/TNI/POLRI (620 jiwa). Kecamatan Kepung terletak di sisi barat Kecamatan Puncu. Wilayah kecamatan Puncu terdiri dari 10 desa dengan total luas wilayah 101,53 km2. Penduduk Kecamatan Kepung berjumlah 77.709 jiwa yang terdiri dari 38.446 laki-laki dan 39.263 perempuan.
GAMBAR 1. Daerah Terdampak Parah Erupsi Gunungapi KeludSumber: peneliti 2014
220lllflllPENGELOLAAN BENCANA KEGUNUNGAPIAN KELUD PADA PERIODE KRISIS ERUPSI 2014 Dampak Erupsi Gunungapi Kelud Dampak erupsi Gunungapi Kelud tidak hanya dirasakan di wilayah Kabupaten Kediri. Berdasarkan data dari BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) sebagian besar wilayah di Provinsi Jawa Timur merasakan dampak erupsi Gunungapi Kelud antara lain Kabupaten Malang, Blitar, Surabaya, Ponorogo, Pacitan, Ngawi dan Madiun. Peristiwa erupsi Gunungapi Kelud memaksa 87.629 Jiwa dari 35 desa di sembilan kecamatan di Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar dan Kabupaten Malang untuk mengungsi (BNPB, 2014). Ber dasarkan dampak yang diakibatkan dari erupsi Gunungapi Kelud Gubernur Provinsi Jawa Timur menetapkan Provinsi Jawa Timur dalam situasi tanggap darurat erupsi Gunungapi Kelud.
GAMBAR 2. Sebaran Material Erupsi Gunungapi Kelud. Sumber: European Space Agency, 2014
BAGIAN III Upaya Pembangkitan Kembali Kehidupan Masyarakat Pasca-Erupsi Gunungapi Kelud 2014llflll221
Material erupsi yang dikeluarkan Gunungapi Kelud pada saat erupsi berupa hujan abu vulkanik, pasir, batuan dasit dan batuan pumice. Material erupsi berupa abu vulkanik menyebar luas hampir ke seluruh Pulau Jawa (Gambar 2). Persebaran material erupsi hingga mencapai jarak 200 Km disebabkan oleh semburan material erupsi Gunungapi Kelud mencapai Ketinggian 25 Km. Kabupaten Kediri merupakan wilayah yang merasakan dampak erupsi paling besar khususnya di wilayah Kecamatan Puncu, Kepung, dan Plosoklaten (Tabel 2). TABEL 2. Perbandingan Jumlah Rumah dan Jumlah kerusakan akibat erupsi Gunungapi Kelud 2014 Kecamatan
Jumlah Rumah
Rumah Rusak
Persentase
Plosoklaten
19252
177
1
Puncu
14547
5379
37
Kepung
18116
5184
29
Total
51915
10740
21
Sumber: Kecamatan Plosoklaten, Puncu, Kepung dalam angka 2013, Posko Rehabilitasi-rekonstruksiKabupaten Kediri 2014 dengan modifikasi
Pelaksanaan Rehabilitasi-Rekonstruksi Rehabilitasi merupakan kegiatan perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang me madai pada wilayah pascabencana. Sasaran utama kegiatan re habilitasi adalah normalisasi semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelem bagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat. Sasaran utama kegiatan rekonstruksi adalah tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran ser ta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pascabencana. Pelaksanaan rehabilitasi-rekonstruksi dampak bencana erupsi Gunung Kelud dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
222lllflllPENGELOLAAN BENCANA KEGUNUNGAPIAN KELUD PADA PERIODE KRISIS ERUPSI 2014 Kegiatan rehabilitasi-rekonstruksi terbagi dalam tiga kluster utama yaitu: Pengungsi, fisik (sarana dan prasarana), dan ketertiban/ keamanan. Kluster pengungsi ditangani pemerintah Provinsi Ja wa Timur dibawah pimpinan wakil Gubernur Saifullah Yusuf. Kluster fisik (sarana dan prasarana) dibawah komando Pangdam V/Brawijaya Mayjend. Ediwan Prabowo. Kluster ketertiban dan keamanan di bawah komando Kapolda Jatim Irjen Pol Unggung Cahyono. Pembagian kluster dimaksudkan agar pelaksanaan reha bilitasi-rekonstruksi dapat segera diselesaikan sehingga masyarakat dapat beraktivitas kembali. Perbaikan fisik rumah warga menjadi fokus utama dalam pelaksanaan rehabilitasi-rekonstruksi dampak bencana erupsi Gu nungapi Kelud. Perbaikan rumah warga menjadi prioritas utama karena sebagian besar masyarakat telah kembali ke rumah masingmasing sejak satu hari pasca-erupsi. Kegiatan perbaikan fisik di mulai dengan pendataan kerusakan rumah yang dilakukan oleh Pemerintah bekerja sama dengan Universitas Brawijaya (Kompas, 2014). Pengerjaan perbaikan rumah warga dilakukan oleh anggota TNI dari KODAM V/Brawijaya yang berjumlah 14.000 personel. Masyarakat kembali menempati rumah dengan kondisi mem prihatinkan meskipun masih dalam masa tanggap darurat. Ma syarakat memilih untuk kembali dan tinggal di rumah masing-ma sing karena pertama, masyarakat takut jika rumahnya tidak segera dibersihkan maka ada ancaman roboh, kedua, masyarakat merasa tahu sifat erupsi Gunungapi Kelud. Pelaksanaan rehabilitasi-rekonstruksi dampak erupsi Gunung Kelud dilakukan dalam waktu tiga minggu (24 Februari-14 Maret 2014). Penyelesaian pelaksanaan rehabilitasi-rekonstruksi yang cepat mendapatkan apresiasi dari pemerintah pusat bahkan pemerintah Swiss dan Kanada (Kompas, 2014). Berdasarkan wawancara dengan staff KODAM V/Brawijaya, TNI diberi waktu selama 3 minggu un tuk memperbaiki kerusakan rumah warga saja. Masyarakat meng gunakan terpal plastik untuk menutupi atap rumah yang rusak
BAGIAN III Upaya Pembangkitan Kembali Kehidupan Masyarakat Pasca-Erupsi Gunungapi Kelud 2014llflll223
karena lontaran material erupsi Gunungapi Kelud (Gambar 3). Pelaksanaan perbaikan sarana umum dan pemerintah akan di lakukan oleh pemerintah setelah masa rehabilitasi-rekonstruksi ru mah warga selesai dilakukan.
GAMBAR 3. Rumah warga yang telah dipasang terpal. (Sumber: Peneliti, 2014)
Pelaksanaan rehabilitasi-rekonstruksi dampak bencana erupsi Gunungapi Kelud berbeda dengan pelaksanaan rehabilitasi-re konstruksi yang pernah dilakukan di Indonesia. Pemerintah Pro vinsi Jawa Timur memberikan bantuan perbaikan rumah war ga tanpa melihat jarak rumah warga dengan Gunungapi Kelud. Sebagaimana yang terjadi Gunungapi Merapi Pascaerupsi peme rintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) melalui rencana aksi rehabilitasi-rekonstruksi pascabencana erupsi Gunungapi Merapi menetapkan Kawasan Rawan Bencana (KRB) III menjadi hutan lindung. Penetapan KRB III Merapi menjadi hutan lindung mendapat penolakan dari banyak pihak khususnya masyarakat masyarakat yang tinggal di KRB III (Ageng, 2012). Perdebatan terkait relokasi tidak terjadi dalam pelaksanaan rehabilitasi-rekonstruksi dampak erupsi Gunungapi Kelud, sehingga pelaksanaan rehabilitasi-re konstruksi dapat selesai dengan cepat. Namun demikian, peranan masyarakat dalam pelaksanaan re habilitasi-rekonstruksi dampak erupsi Gunungapi Kelud sangat
224lllflllPENGELOLAAN BENCANA KEGUNUNGAPIAN KELUD PADA PERIODE KRISIS ERUPSI 2014 mi nim sekali. Berdasarkan observasi lapangan yang dilakukan pada tanggal 27 Februari-1 Maret 2014, pelaksanaan rehabilitasirekonstruksi dilakukan sepenuhnya oleh anggota TNI. Masyarakat setempat cenderung pasif dan hanya menunggu pelaksanaan reha bilitasi-rekonstruksi. Partisipasi masyarakat justru datang dari ma syarakat luar daerah rehabilitasi-rekonstruksi sebagai bentuk em pati terhadap korban erupsi Gunungapi Kelud. Pelaksanaan rehabilitasi-rekonstruksi sedikit terhambat karena jenis kerusakan fisik yang sama. Akibat lontaran material vulkanik, atap (genting) rumah warga merupakan bagian yang mengalami kerusakan terbesar. Hal ini tentu saja menimbulkan kenaikan kebu tuhan genting untuk proses rehabilitasi-rekonstruksi, khusus di Kabupaten Kediri, kebutuhan genting mencapai 10 juta yang harus dipenuhi dalam jangka waktu bersamaan (Kompas, 2014). Sebagian warga memperbaiki rumah mereka secara mandiri khususnya rumah yang mengalami kerusakan ringan, sedangkan rumah warga yang mengalami rusak sedang hingga parah perbaikan dilakukan oleh anggota TNI (Gambar 4 dan 5).
GAMBAR 4. Rumah warga yang rusak ringan GAMBAR 5. Rumah warga yang rusak berat perbaikan dilakukan secara yang telah diperbaikan oleh mandiri anggota TNI
Pelaksanaan rehabilitasi-rekonstruksi dampak erupsi Gunung api Kelud dinyatakan selesai setelah semua rumah warga selesai diperbaiki. Kerusakan fasilitas umum dan pemerintah akan di la kukan oleh masing-masing instansi terkait. Pelaksanaan reha
BAGIAN III Upaya Pembangkitan Kembali Kehidupan Masyarakat Pasca-Erupsi Gunungapi Kelud 2014llflll225
bilitasi-rekonstruksi lanjutan dilaksanakan melalui programprogram pemerintah daerah dan pusat. Beberapa kebijakan terkait rehabilitasi-rekonstruksi yang telah dikeluarkan pasca erupsi Gu nungapi Kelud antara lain: 1. Pemerintah tetap akan memberikan pasokan sembako, dan menjamin ketersediaan air bersih selama 3 bulan setelah rehabilitasi-rekonstruksi selesai (Kompas,2014) 2. Bank Indonesia memberikan kebijakan relaksasi dalam bentuk rescheduling, restructuring dan reconditioning kredit kepada para debitur yang terkena dampak erupsi Gunung Kelud (Tempo, 2014). 3. Pemerintah Jawa Timur memberikan jaminan terhadap agunan yang menjadi jaminan pinjaman petani kepada bank, melalui program Jamkrida. Menurut UU No 24 tahun 2007, kegiatan rehabilitasi fisik dila kukan melalui kegiatan: perbaikan lingkungan daerah bencana; perbaikan prasarana dan sarana umum; pemberian bantuan per baikan rumah masyarakat; pemulihan sosial psikologis; pelayanan kesehatan; rekonsiliasi dan resolusi konflik; pemulihan sosial eko nomi budaya; pemulihan keamanan dan ketertiban; pemulihan fungsi pemerintahan; pemulihan fungsi pelayanan publik. Namun demikian, kegiatan rehabilitasi-rekonstruksi di Gunungapi Kelud yang dilakukan hingga masa rehabilitasi-rekonstruksi dinyatakan selesai baru menyentuh aspek pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat; pemulihan sosial psikologis; pelayanan kesehatan. Kegiatan rekonstruksi berdasarkan UU No 24 tahun 2007 me liputi: pembangunan kembali bangunan fisik; penerapan rancang bangun yang tepat melalui penggunaan bahan tahan bencana; membangkitkan kembali dan meningkatkan kehidupan sosial, eko nomi, budaya, pelayanan publik. Kegiatan rekonstruksi fisik untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik (Build Back Better) belum dilakukan dalam kegiatan rehabilitasi-rekonstruksi dampak erupsi
226lllflllPENGELOLAAN BENCANA KEGUNUNGAPIAN KELUD PADA PERIODE KRISIS ERUPSI 2014 Gunungapi Kelud. Kegiatan rekonstruksi fisik di daerah dampak bencana seharusnya diusahakan untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik (tahan bencana).
Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Berdasarkan analisis data yang telah dikemukakan, dapat disim pulkan bahwa: 1. Kegiatan rehabilitasi-rekonstruksi penting untuk dilakukan agar masyarakat segera pulih dan bangkit dari dampak erupsi Gunungapi Kelud. 2. Kegiatan rehabilitasi-rekonstruksi lebih fokus pada perba ikan rumah warga. Berbeda dengan pengelolaan bencana yang pernah dilakukan di Indonesia dimana rehabilitasi-re konstruksi lebih mengutamakan perbaikan sarana dan pra sarana umum. 3. Masyarakat terdampak erupsi Gunungapi Kelud masih dipandang sebagai korban. Sudut pandang yang tersebut meng akibatkan minimnya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan rehabilitasi-rekonstruksi dampak erupsi Gu nungapi Kelud. 4. Kegiatan rehabilitasi-rekonstruksi dampak erupsi Gu nungapi Kelud masih menyentuh aspek rehabilitasi saja, sedangkan aspek rekonstruksi untuk menciptakan ling kungan yang lebih aman belum dilakukan. Saran Berdasarkan kesimpulan penelitian, saran yang dikemukakan pe neliti antara lain: 1. Rehabilitasi rumah warga yang rusak akibat bencana alam harus mendapatkan prioritas utama dalam kegiatan
BAGIAN III Upaya Pembangkitan Kembali Kehidupan Masyarakat Pasca-Erupsi Gunungapi Kelud 2014llflll227
rehabilitasi-rekonstruksi agar masyarakat tidak terlalu la ma tinggal di pengungsian. Kebijakan yang dilakukan Pe merintah Provinsi Jawa Timur dapat menjadi pembelajaran dalam pengelolaan bencana di masa mendatang. Pemulihan sektor ekonomi sosial dan budaya akan lebih mudah ketika masyarakat telah kembali ke rumah masing-masing, karena berkaitan dengan kondisi psikologis masyarakat dimana rumah sebagai tempat perlindungan. 2. Kegiatan rehabiitasi-rekonstruksi dampak erupsi Gunung api Kelud harus dilanjutkan dengan kebijakan-kebijakan lanjutan untuk membangkitkan aspek sosial ekonomi dan budaya.
Daftar Pustaka Anonim. 2014. European Space Agency. Diakses dari http://www.esa. int/ESA tanggal 18 April 2014 Pukul 15.36 WIB. Anonim. 2011. Ringkasan Eksekutif Rencana Aksi Rehabilitasirekonstruksi Pascabencana Erupsi merapi Di Wilayah Provinsi DI Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2013. BNPB dan BAPPENAS. Badan Geologi Kementrian ESDM, 2014, Status Gunungapi Kelud. Diakses dari http://www.vsi.esdm.go.id/index.php/ gunungapi/aktivitas-gunungapi/informasi-g-kelud tanggal 7 Maret 2014 pukul 12.30 WIB. BPS Kabupaten Kediri, 2014, Kabupaten Kediri dalam Angka Tahun 2012/2013 diakses dari http://kedirikab.bps.go.id tanggal 11 Maret 2014 pukul 15.48 WIB. Hakim, M.A.S. 2014. Dampak Letusan Kelud, Kediri Butuh 10 Juta Genting. Sabtu, 22 Februari 2014 | 16:44 WIB http:// regional.kompas.com (diakses 18 April 2014 10.58 WIB). Hakim, M.A.S. 2014. Selama 3 Bulan, Korban Kelud Tetap Mendapat Suplai Sembako Jumat, 7 Maret 2014 | 17:32 WIB http://
228lllflllPENGELOLAAN BENCANA KEGUNUNGAPIAN KELUD PADA PERIODE KRISIS ERUPSI 2014 regional.kompas.com (diakses 18 April 2014 10.58 WIB). Faizal. A. 2014. Soekarwo: Swiss dan Kanada Tertarik Penanganan Erupsi Kelud diakses dari http://regional.kompas.com tanggal 14 April 2014 | 16.55 WIB. Kadarsetia, E., Primulya, S.,Sitinjak, P., dan Saing, U.B. 2006. “Karakteristik Kimiawi Air Danau Kawah Gunungapi Kelut, Jawa Timur Pasca Letusan 1990”, Jurnal Geologi Indonesia, Volume I, No. 4, hal. 185-192. Lindell, M.K. 2013. Recovery and Reconstruction After disaster. Diakses dari http://www.springer.com/978-90-481-86990 tanggal 16 April 2014 pukul 20.50 WIB. Listyanti. A.S. Debitur Korban Letusan Kelud Dapat Kelonggaran diakses dari http://www.tempo.com tanggal 18 April 2014 pukul 16.13 WIB. Sahara, D.P., Kusumo, A.W., Widiyantoro, S., Sule, R. 2009. Aplikasi Metode Double Difference untuk Relokasi Hiposenter Gempa Vulkanik Gunung kelud Secara Akurat, JTM Volume XVI, No.1, hal 31-40. Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Penerbit Alfabeta. Bandung Kusumadinata. 1979. Data Dasar Gunungapi Indonesia. Penerbit Departemen perkembangan dan energi. Muhadjir, N. 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif telaah Positivistik, Rasionalistik, Phenomenologik, Realisme Methaphisik. Penerbit Rake Sarasin. Yogyakarta. Nugroho, S.P. 2014. Dampak Erupsi Gunung Kelud. Undang-undang republik Indonesia Nomor 24 tahun 2007 Tentang Penanggulangan bencana Peraturan Kepala badan nasional penanggulangan bencana Nomor 11 tahun 2008 Tentang Pedoman Rehabilitasi dan rekonstruksi Pasca bencana Wibowo, A., Immanuel, H.P., Santana, P., Catra, A., Andreawan, A., Rembulan, A. 2011. Panduan Penyusunan Rencana
BAGIAN III Upaya Pembangkitan Kembali Kehidupan Masyarakat Pasca-Erupsi Gunungapi Kelud 2014llflll229
Pembangunan Desa Berbasis Mitigasi Bencana. The World Bank Indonesia. Zaenudin, A. 2009. “Prakiraan Bahaya Erupsi Gunung Kelut”, Buletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 4, No. 2, hal. 1-17.