PENGELOLAAN AIR S1 OBYEKTIF : FUNGSI UTILITAS INFRASTRUKTUR SDA BERKELANJUTAN
Profesor Arwin Sabar GB Water Resources Management & Conservation-ITB Ketua KK Teknologi Pengelolaan Lingkungan Fakultas Teknik Sipil & Lingkungan Institut Teknologi Bandung
KK Teknologi Pengelolaan Lingkungan - ITB INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Jl. Ganesha 10 Bandung 40132, Telp. : 022 2502657
SMAB sem 1 thn 2011/2012
1
Curriculum Vitae • Lahir di Nias 14 Maret 1952 • Lulus SR 1965, SMP 1968 di G. Sitoli , SMA di Yogya 1971 • S1 Teknik Penyehatan-ITB ( Infrastruktur Air minum dan Sanitasi) 1977 • S2 Teknik Sipil keutamaan Teknik Sumber Air –ITB, 1984 (Angkatan Pertama ) • S2 Hidrologi ENSEEIHT –Toulouse,France 1988 • S3 Mekanika Fluida - INPT Toulouse,France Keutamaan Water Resources Management 1992 • GB : Water Resources Management & Conservastion , FTSL -ITB 2008 SMAB sem 1 thn 2011/2012
2
Materi Pengelolaan Air • • • • • • • • •
Sumber Air & Hidrologi Ruang Hidrologi Adaptasi & Mitigasi Debit Rencana Infrastruktur Air Pengendalian Pencemaran Air Konservasi Lahan Drainase Lingkungan Sumber Air & Pengembangan Infrastruktur SDA Kasus Degradasi Rezim Hidrologi ,Penataaan ruang berbasis Pasar Vs Sumber Air Berkelanjutan ( Ciliwung-Pantura Jakarta) • Instrumen Ekonomi - Finansial Pengelolaan Waduk ( Fungsi utilitas NP bervariasi) Materi Kapita Selekta Infrastruktur SDA
3
I. PENDAHULUAN Fenomena Hidrologi di Kawasan terbangun : Ancaman Banjir , Intrusi Air laut ,Subsidence tanah , banjir lokal ,Rob , Degradasi Kualitas air baku, Degradasi Infrastruktur SDA ( Runtuhnya spill way Situ Gintung) HEAVY FLOOD IN FEBRUARY 2002
S.4
SMAB sem 1 thn 2011/2012
4
Obyektif SMAB : Preventif degradasi Fungsi Utilitas Infrastruktur Air ( Kwantitas & Kualitas Air) One Watershed One Mangement Tinjau Ruang Hidrologi ( Hulu-Hilir) “ Water Resources Management & Conservation” Sumber air & Infrastruktur Sumber Daya Air
KAWASAN PELAYANAN (Kepuasan Konsumen ) • • • • •
Kualitas Air Bersih Kuantitas Air Bersih Kontinuitas Harga jual kompetitif Laju kebutuhan air
Manajement Sumber Daya Air
RESPON TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR
SUMBER AIR BAKU
• Fresh water (Gol A/B) • Respon Teknologi Air Bersih • Randow variabel • Keandalan Sumber Air( Kuantitas • Maintenance operation & Kualitas Air )
14
Mewujudkan obyektif: • Temukan penyebab Degradasi Fungsi utilitas Infrastruktur Air • Perubahan Iklim ,Reklamasi pantai , Konversi lahan terhadap keberlanjutan Infrastruktur sumber daya air ( Banjir & kekeringan) Kebijakan Penanganan : • Kuratif ,Short Term (taktis) : (Normalisasi Sungai, Banjir Kanal , Turap penyegah peluapan banjir , Turap penyegah Rob) • Preventif , Long Term (Stategis ) : Treatment penyebab ancaman keberlanjutan air ( Kuantitas & kualitas ) Implementasi pengendalian keberlanjutan Sumber Air : Direct ( Penerbitan peraturan & UU ) dan undirect ( Insentif & dissentif) Konten One Watershed One Managament Manajemen Sumber Daya Air & Konservasi (Pengelolaan Sumber Air Terpadu) 6
Nilai Kerugian Financial - Ekonomi akibat Banjir Jakarta 2002 Ilustrasi pengaruh bencana Banjir Jakarta 2002 menggangu jalannya roda perekonomian.( Kwie Kian Gie , 2002) al :
PIDATO ILMIAH
kemacetan di jalan-jalan (termasuk jalan bebas hambatan /TOL) , rusaknya prasarana wilayah terhambatnya pasokan bahan mentah padamnya aliran listrik dan jaringan telepon di berbagai lokasi genangan air. tidak kurang dari 7 ribu satuan sambungan telepon mengalami gangguan menghentikan pengoperasian PLTU Muara Karang pemadaman pada 1570 gardu listrik di berbagai Lokasi
7
Kompas, Senin, 11 Februari 2002
Waspada, Memoar Hujan Lima Hari SOSOK Jakarta sebagai kota metropolitan yang tangguh runtuh akibat air bah yang terjun bebas dari kawasan Bopunjur. Sungai Ciliwung mendadak meluap membabi-buta. Apa saja yang menghadang gemuruh air yang tumpah dari hulunya dari kawasan Puncak, rontok tergulung banjir dahsyat itu. Riuh rendah warga Jakarta yang mencari pertolongan nyaris tak berarti, karena setiap hari air bukan surut, malah meninggi. Kasus banjir Jakarta memang tak lepas memoar (riwayat) hujan lima hari. Menurut Arwin Sabar, ahli hidrologi lingkungan ITB, ciri khas hujan lima hari merupakan bagian dari siklus waktu perubahan cuaca di suatu daerah. Memoar hujan itu sendiri diperoleh Arwin dari penelitian curah hujan di kawasan Cekungan Bandung beberapa waktu lalu. Untuk kawasan Jakarta siklus hujan terjadi dalam rentang lima sampai enam tahun sekali. Pada hari keenam ikatan hujan akan renggang, seterusnya curah hujan mengecil sampai akhirnya berhenti. "Sekalipun hujan masih turun di wilayah Jakarta, tetapi memoar hujan lima hari tidak akan terulang. Mungkin lima sampai enam tahun lagi," katanya. Dari catatan Arwin sebenarnya curah hujan di wilayah Bopunjur, Bandung, dan Jakarta, menunjukkan angka normal setiap tahun yakni sekitar 3.500-4.000 milimeter. Tingkat curah hujan seperti itu melingkupi sekitar 50 persen dari luas lahan Bopunjur. Walaupun curah hujan normal dengan karakter acak, air hujan sebenarnya tidak meresap ke lahan di kawasan Bopunjur. Akibatnya pada waktu musim hujan, air langsung terjun bebas ke bawah merendam daerah dataran rendah seperti Jakarta. Kondisi diperparah dengan terjadinya erosi yang membuat kawasan perbukitan tergerus memunculkan lumpur. Akibat kontribusi lumpur daerah aliran Sungai Ciliwung tertutup sebagian, menjadikan ketidakseimbangan daya tampung air hujan. Sekarang ini dengan komposisi hutan lindung yang tak sampai 20 persen, berikut bertambahnya lahan permukiman menjadikan resapan air hujan pada lahan di Bopunjur tinggal 10 persen. Sebelumnya daerah resapan di sana masih menyisakan 28-30 persen ketika lahan hutan dijadikan kawasan perkebunan. Menurut Arwin lagi, kondisi Jakarta diperparah oleh kebijakan pemerintah setempat yang mengabaikan lahan resapan di wilayahnya. Proyek perumahan nyaris tidak beraturan seperti perumahan Pantai Indah Kapuk. Kebijakan Pemprov DKI Jakarta paling mencolok adalah melakukan perluasan wilayah melalui reklamasi di pantai utara Jakarta seluas 2.700 hektar. Sebelumnya, reklamasi dilakukan untuk membangun kawasan permukiman elite di Pantai Mutiara, juga di Jakarta Utara. Betapa pun besarnya nilai ekonomis proyek itu, reklamasi sebenarnya menambah beban Kota Jakarta yang kini sudah sangat sarat, seperti ancaman banjir, kelangkaan transportasi dan prasarana umum, serta derasnya arus urbanisasi. Menurut Arwin Sabar, tujuan reklamasi di Jakarta Utara itu tadinya untuk mengurangi beban daerah selatan Jakarta, khususnya Depok, agar bisa menjadi daerah resapan air. Namun, reklamasi itu sendiri belum dilengkapi amdal lingkungan terutama mengenai aliran air Kota Jakarta. Oleh karena itu, ia menyarankan agar penanganan banjir di Jakarta dilakukan secara komprehensif lintas bidang dan lintas daerah. Walaupun Jakarta itu otonomi, namun kehidupan Ibu Kota tidak terlepas dari pengaruh daerah sekelilingnya. "Kalau pendekatan penanganan banjir masih bersifat parsial, tak beda dengan penanganan kasus banjir sebelumnya. Banjir akhirnya diproyekkan," katanya. Kondisi mendesak sekarang ini untuk ditangani Pemda DKI Jakarta bagaimana mengantisipasi memoar banjir lima hari dalam siklus lima tahun. Itu dulu. (zal)
PIDATO ILMIAH
8
Intrusi Air laut dan ambles (2010) Fenomena Siklus Hidrologi Degradasi Rezim Hidrologi Degradasi Fungsi Hidrologis Lahan Exploatasi air tanah turun muka air tanah Naiknya Muka Air laut ∆ H ( muka laut – muka air tanah ) semakin besar Laju Percepatan vektor kecepatan air laut ke daratan semakin besar intrusi air laut kedaratan semakin Jauh
Imbuhan air tanah turun
Subsidence tanah (exploitasi air tanah)
Naik muka air laut
Ambles ∆ Ηt > ∆ Ηο Acceleration aliran air laut ke daratan Laju Intrusi air laut
10
Reklamasi -Megapolitan Jakarta
1983
1992
1972
2005
PIDATO ILMIAH
2000
12
1991
PIDATO ILMIAH
2003
2010
2015(RTRW)
13
Gambar 1.1. Degradasi sistem drainase pesisir Jakarta Banjir1996 dan 2002
PIDATO ILMIAH
14
Banjir Jakarta Tahun 2002
Tahun 2007
Sumber : Posko banjir Jakarta dan Dartmouth Flood Observatory PIDATO ILMIAH
15
Laju Genangan DKI Jakarta Peta Genangan 2007
Peta Genangan 2010
TATA GUNA LAHAN DAS CILIWUNG
TATA GUNA LAHAN DAS CILIWUNG
DAS Hilir
DAS Hilir
– – –
Merupakan dataran rendah dengan kemampuan pengaliran palung sungai sangat terbatas sehingga menjadi daerah rawan banjir Pola pemanfaatan lahan didominasi oleh kawasan terbangun dengan kegiatan utama sektor ekonomi perkotaan, pemerintahan nasional serta permukiman Pencemaran air sudah sangat tinggi, dari hasil studi menunjukkan beberapa segmen Volume Volume banjir banjir wilayah wilayah mencapai tingkat pencemaran yang kritis.
– – –
Jakarta tahun Jakarta pada pada tahun 2002 2007 yaitu yaitu 194.108.000 2.760.108 atau 194 juta atau 276 juta m3 m3
Jakarta pada tahun 2010 Jakarta pada tahun Jakarta pada tahun yaituyaitu 1.830.087 atau 183 2002 194.108.000 2007 yaitu 2.760.108 juta m3 atau atau 194 276 juta juta m3 m3
DAS Hulu – Cascade Hilir Kebun campuran
Merupakan dataran rendah dengan kemampuan pengaliran palung sungai sangat terbatas sehingga menjadi daerah rawan banjir Pola pemanfaatan lahan didominasi oleh kawasan terbangun dengan kegiatan utama sektor ekonomi perkotaan, pemerintahan nasional serta permukiman Pencemaran air sudah sangat tinggi, dari hasil studi menunjukkan beberapa segmen Volume banjir wilayah Volume banjir wilayah Volume banjir wilayah mencapai tingkat pencemaran yang kritis.
DAS Hulu – Cascade Hilir
–
Terjadi perubahan tutupan lahan yang signifikan menjadi kawasan pertanian, permukiman, jasa, industri.
–
–
Kota Depok memiliki potensi air bawah permukaan tinggi yang secara langsung berperan 2007 BANJIR terhadap sistem kelangsungan sistem tata air secara regional dan lokal.
Terjadi perubahan tutupan lahan yang signifikan menjadi kawasan pertanian, permukiman, jasa, industri.
–
–
Perubahan tutupan lahan yang tinggi menyebabkan rasio debit maksimum dengan30debit BANJIR 2002 Waktu Jan8 Feb, minimum di daerah tengah sangat besar, dibandingkan dengan di daerah hulu. 15-26 Jan,Mar 29 13 Feb-7
Kota Depok memiliki potensi air bawah permukaan tinggi yang secara langsung berperan 2007 BANJIR terhadap sistem kelangsungan sistem tata air secara regional dan lokal.
–
2010 BANJIR dengan debit Perubahan tutupan lahan yang tinggi menyebabkan rasio debit maksimum BANJIR 2002 Waktu 30 Jan8 Feb, Jan, 29 minimum di daerah tengah sangat besar, dibandingkan denganWaktu di daerah hulu. 22-28 15-26 Jan,Mar 29 13 Feb-7
18 Jan- 26 Jan,
Waktu
DAS HULU – Cascade Hulu – – –
Kebun campuran
Jan15mm Feb + 230 Hujan + 798 3mm selama hari Hujan 3-9 5 mhari Tinggi genangan selama Tinggi genangan 3-7km2 m 980 Luas genangan Luas genangan 420 km2 72 titik Lokasi genangan
159 titik Hampir 40,12% dari luas hulu S. Ciliwung merupakanLokasi kelasgenangan lereng > 40%. Daerah curah hujan tinggi dengan rata-rata 2.929-4.956 mm/th , memiliki tutupan lahan berupa hutan konservasi (Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Konservasi Gunung Halimun) Daerah resapan air dengan potensi air permukaan dari cekungan air tanah Bogor. SumberSumber : DPU :DKI,2010 Djakapermana,2008
8 8
END
18 Jan- 26 Jan,
DAS HULU – Cascade Hulu – – –
Waktu Jan20 Feb Jan15mm Feb + 230 + 698 mmmm HujanHujan + 798 selama 3 hari Hujan selama 85hari selama 3-9 m mhari Tinggigenangan genangan 3-5 Tinggi Tinggi genangan 3-7 m 980 km km22 Luasgenangan genangan 220 Luas Luas genangan 420 km2 72 titik Lokasi genangan 56 titik Lokasi genangan Lokasi genangan 159 titik
Hampir 40,12% dari luas hulu S. Ciliwung merupakan kelas lereng > 40%. Daerah curah hujan tinggi dengan rata-rata 2.929-4.956 mm/th , memiliki tutupan lahan berupa hutan konservasi (Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Konservasi Gunung Halimun) Daerah resapan air dengan potensi air permukaan dari cekungan air tanah Bogor. SumberSumber : DPU :DKI,2010 Djakapermana,2008
99
END
Sumber Air Ruang Hidrologi
PIDATO ILMIAH
24
Pendahuluan 1.1. Latar belakang Kontroversi di media : Banjir rencana Tahayul( banjir 2007 Kompas ,Metro TV 2007) , time series tidak bisa dipakai ; Banjir pengaruh iklim naiknya muka laut • Banjir kiriman tidak ada ( Kompas 1996) • Perubahan iklim pengaruhnya terhadap komponen Utama hidrologi tercatat pos (P,Q) dan Sea Water level Penelitian Kuliah Kapita Selekta • Naiknya permukaan laut dan upaya reklamasi pantai telah mengancam semakin sulitnya pembuangan limpasan air hujan dari daratan kelaut. (Menteri Kimpraswil ,Kompas 2003) • Kuliah umum Men KLH Aula Barat ITB Penataan Ruang berbasis pasar mengancam keberlanjutan air ( Mei 2002) • Exploatasi air tanah berlebih berdampak subsidence muka tanah mengacam sistem drainase perkotaan • Fakto di lapangan :Banjir semakin meluas dan dalam pada kondisi ekstrim Hidrologi (lihat banjir tahun feb 1996, feb. 2002 dan feb 2007,2010) •
PIDATO ILMIAH
25
Daya Dukung Air vs Zona Siklus Hidrologi Nusantara : Diah Kandidat S3 FTSL –ITB ,Modifikasi Tjasyono dan Bannu, 2003 Pola
monsoon dicirikan oleh bentuk pola hujan yang bersifat unimodal (satu puncak musim hujan
Pola
equatorial
Pola
lokal dicirikan oleh bentuk pola hujan unimodal (satu puncak hujan) tapi bentuknya berlawanan
yaitu sekitar Desember). Selama enam bulan curah hujan relatif tinggi (biasanya disebut musim hujan) dan enam bulan berikutnya rendah (bisanya disebut musim kemarau). Secara umum musim kemarau berlangsung dari April sampai September dan musim hujan dari Oktober sampai Maret.
dicirikan oleh pola hujan dengan bentuk bimodal, yaitu dua puncak hujan yang biasanya terjadi sekitar bulan Maret dan Oktober saat matahari berada dekat equator.
dengan pola hujan pada tipe moonson.
26 Seminar
Shuttle Radar Topographic Mission(SRTM –JABAR)
DAS HILIR
No
Sumber : Pegolahan Data. 2010
Pos Hujan Luas (Km2)
P4 CITEKO P3 EMPANG P2 DARMAGA P1 DEPOK P5 BMG Total
125.40 44.00 98.37 75.90 140.80 484.47
X
Y
Ketinggian
716363.95 701155.64 699830.27 704957.88 700373.44
9258859.58 9268016.38 9278400.51 9295562.93 9320714.16
1041.04 300.97 153.19 66.78 1.57 1563.56
(%) 0.26 0.09 0.20 0.16 0.29 1.00
25.88 9.08 20.30 15.67 29.06 100.00
DAS HULU – CASCADE HILIR No
Pos Debit
Luas (Km2) Ketinggian
Q1 KATULAMPA
125.40
Q2 SUGUTAMU
44.00
X
85.87
703479.34 9290671.64
Sumber : Pegolahan Data. 2010
DAS HULU – CASCADE HULU
Y
526.049 706519.45 9265228.80
Pos Hujan & Pos Debit
Time series Debit Air & Sea Water Level Debit Harian Pos Sugutamu (1979-2009)
Debit Harian (m^3/Detik)
500,00 400,00
Debit Harian
300,00 200,00 100,00
1979
0,00
Waktu Gambar . Observasi Debit air DAS Ciliwung Bopuncur (1979-2009)
JAN PIDATO ILMIAH
FEB
MAR
APR
MEI
JUL
AUG
SEP
OKT
NOV
DES
30
Gambar .. Batas Hulu (DPU Pemda DKI,2007) B. Batas Hilir (DISHIDROS, 2007)
Gambar . Kenaikan Muka Laut Rata-rata Materi Kapita Selekta Infrastruktur SDA
31
Kamal muara Indah Kapuk
Citra IKONOS 2003
Kec. Penjaringan Sunda Kelapa
PLTU
Plui t
Ancol Kec. Pademangan
Sunter
Kec. Tanjung Priok Kec. Koja
Garis pantai 1991 Garis pantai 2003
REKLAMASI : Luas : 390,24 km2; lebar :1-1,5 km Sumber : Endang Sri Pujilestari, 2008
PIDATO ILMIAH
32
1991
2003
2010
2015 RTRWN
Kamal Muara sampai Sunda kelapa terjadi penambahan daratan kedalaman, 8 m dan lebar 2,5 km maka penambahan luas lahan Jakarta mencapai Ancol dan Kapuk Naga Indah sudah mencapai 2.5 km, 457,68 Ha (Pengolahan Data,2010) Rencana Pengembangan dilakukan 2000-2015 2.700 Ha.
33
SPAM Perkotaan
KAWASAN PELAYANAN (Kepuasan Konsumen ) • • • • •
Kualitas Air Bersih Kuantitas Air Bersih Kontinuitas Harga jual kompetitif Laju kebutuhan air
PIDATO ILMIAH
RESPON TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR
SUMBER AIR BAKU
• Fresh water (Gol A/B) • Respon Teknologi Air Bersih • Randow variabel • Keandalan Sumber Air( Kuantitas • Maintenance operation & Kualitas Air )
34
Tabel : Sumber air baku -Pengemb Infrastruktur Air Minum No.
Besaran Kota
Jumlah Populasi
Infrastruktur Air Minum
Metropolitan
> 1.000.000 Jiwa
sumber air permukaaan
Kota Besar
500.000 – 1.000.000 Jiwa
sumber air permukaaan
3
Kota Sedang
Sumber air permukaan , air tanah terkontrol
4
Kota Kecil
100.000 -500.000 Jiwa 10.000 – 100.000 Jiwa
1
2
Exploitasi air tanah implikasi subsidence,intrusi air laut Exploitasi air tanah implikasi subsidence,intrusi air laut
ata air , air tanah
M
35
Peta Penyediaan Air Baku untuk Kawasan DKI Jakarta dan sekitarnya
Sumber : Tamin Ditpam Ck- Pu, 2007
Laju Kebutuhan Air ke depan Jakarta MDG
Laju kebutuhan Air DKI Jakarta Tahun No.
Uraian
Unit
2007
2010
1
Penduduk
Jiwa
9.060.803
9.364.797
10.453.718
11.669.256
2
Kapasitas IPA Eksisting
Lps
18.075
18.075
18.075
18.075
3
Kapasitas IPA Nyata
Lps
16.231
35.188
36.445
38.289
4
Kekurangan pelayanan air
Lps
1.844
17.113
18.370
20.214
2020
2030
Sumber : PT. Pandu Satria Lestari
Capita selekta Infrastruktur FTSL
37
a. Analisa parameter H2S (2006-2008) • Melebihi baku mutu air • Waduk Djuanda menunjukkan kualitas air semakin buruk mulai outlet Cirata - inlet & outlet Djuanda. • Indikasi adanya intervensi dalam waduk (tidak ada suplesi sumber pencemar lain) → indikasi pencemaran berasal dari kegiatan KJA • Peningkatan ditengarai peningkatan jumlah KJA (2007–2009 ) b. Studi KJA I dan II • kualitas air lokasi KJA & stoplog buruk (DO, Zn, H2S, BOD & COD) • status mutu air lokasi KJA (Keramba Jaring Apung) di lokasi dengan kerapatan tinggi (sampel diambil pada permukaan 0 m , 3 m & 30 m) adalah buruk ( untuk parameter : DO, Zn, H2S, BOD dan COD) • analisis eutrofikasi terutama sebagai akibat kegiatan internal waduk (budidaya KJA) menunjukkan perairan waduk telah mengalami eutrofikasi (N-anorganik & orthofosfat tinggi)
Peta Zonase KJA Lampiran II.a Kep. Bupati Purwakarta No. 523.32 /2000
Gambar Foto Udara tahun 2009
Lokasi keramba Jaring Apung yang semakin meluas
Sumber Google map 2010
BLOOMING ALGAE Tahun 2008
KOROSIFITAS RUANG STOPLOG Tahun 2008
Bendung Curug
Skematik titik pantau Tarum Barat
EVALUASI HASIL PEMANTAUAN KUALITAS AIR SUNGAI / SALURAN / WADUK SALURAN INDUK TARUM BARAT BULAN JUNI TAHUN 2010 (Baku Mutu : Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 – Kelas 1)
No.
Nama sungai/saluran /waduk
Lokasi
Parameter > BM
1
STB
Bendung Curug
DO, Fe, H2S, BOD5
2
STB
BTB 10
DO, Fe, H2S, BOD5
3
STB
BTB 23
Mangan, Fe, H2S
4
STB
BTB 35
Mangan, Fe, H2S
5
STB
BTB 45
DO, Fe, Zn, H2S, BOD5
6
STB
BTB 49
Fe
7
STB
Intake PAM Buaran
pH, DO, NH3 bebas
8
STB
Intake PAM Pulo Gadung
Kekeruhan, Fe
9
STB
BTB 51
pH, DO, COD
10
STB
Intake PAM Pejompongan pH, DO
11
Suplesi Cibeet
Karawang
Fe, H2S
12
Cikarang
Cikarang
H2S
13
Bekasi
Sebelum Bendung Bekasi
Mangan, Fe, H2S, BOD5
Sumber : PJT II, Juli 2010
• Dalam keadaan kurang oksigen cenderung akan terbentuk H2S akibat adanya dekomposisi anaerobik dari buangan hewan, manusia, tanaman, hewan mati, pupuk urea, pertambangan minyak/gas, dll. • Sulfida (H2S) bisa berasal dari berbagai sumber. Hidrogen sulfida merupakan hasil reduksi dari anion sulfat pada kondisi anaerob. • H2S bersifat mudah larut, sangat toksik (baik untuk hewan, tanaman, dan manusia), menimbulkan bau seperti telur busuk, dan korosif. • Sifat toksisitas H2S akan meningkat dengan penurunan nilai pH. Dalam jumlah besar dapat menimbulkan / memperbesar keasaman sehingga menyebakan korosifitas pada pipa air. • Sumber pencemar dapat berasal dari pertanian, peternakan, pertambangan, permukiman, MCK, dan atau dekomposisi sampah.
Eksploitasi Air Tanah Laju pemenuhan air minum DKI Jakarta akan tertinggal dibanding dengan permintaan air, memberi peluang terjadinya eksplotasi air tanah berlebih akibatnya memperburuk penurunan kontur muka tanah DKI Jakarta
Capita selekta Infrastruktur FTSL
46
Pemanasan Global Fenomena pemanasan global yang memberikan dampak cukup serius bagi iklim dunia. Pencairan es ini menyebabkan kenaikan muka laut. Peningkatan muka laut (Sea Level Rise/SLR) di Teluk Jakarta diketahui sebesar 0,575 cm/th. Apabila muka laut terus bertambah , permukaan tanah terus menurun(akibat eksploitasi air tanah ) dan reklamasi pantai mengakibatkan kawasan pesisir lama Jakarta rentan terhadap ancaman banjir di musim hujan dan rob pada musim kemarau. Degradasi Muka Laut Rata-rata Teluk Jakarta 1925-2010 (datum Tanjung Priok) 120
100
y = 0,5756x - 1057 R² = 0,8855
80
60
40
20
0 1920
1930
1940
1950
1960 MSL
Capita selekta Infrastruktur FTSL
1970
1980
1990
2000
2010
Linear (MSL)
47
1.2.Kiriman Air Kawasan Hulu
Laju perkembangan lahan terbangun di DKI Jakarta dan sekitarnya begitu pesat( 1972 -2005). Tekanan perluasan ke arah barat(Tangerang) , Timur(Bekasi) dan selatan ( Bopuncur ) membentuk Megapolitan Jakarta
Capita selekta Infrastruktur FTSL
48
Kebijakan Pengembangan Air Minum Jakarta & sekitarnya ( Tangerang & Bekasi)
Waduk Jatiluhur Waduk Karian Kawasan Konservasi Air
TOPOGRAFI LANDAI DI WILAYAH HILIR
Degradasi Infrastruktur SDA ( Sistem Drainase Makro ) Jakarta
•S.5.5
?
S.5a
1983
1992
1972
2005
PIDATO ILMIAH
2000
53
PETA DAS CILIWUNG DAN CISADANE
Deforestasi
Degradasi fungsi hidrologis lahan di kawasan hulu : debit ekstrim rata-rata berubah & simpangan baku (σ) membesar ekstrimitas debit rencana banjir dan kering. Konversi lahan mempengaruhi iklim lokal (naik suhu lokal) sehingga frekwensi kejadian hujan kecil semakin berkurang.
Capita selekta Infrastruktur FTSL
55
Lumped Model :
Model fisik sistem input-output DAS
Pengaruh Iklim (kosmik, regional dan lokal)
PROSES INPUT Curah Hujan
Sifat tanah, batuan, morfologi, topografi dan tutupan lahan
Hukum keseimbangan massa air
OUTPUT Debit dan cadangan air tanah
Besaran Output Variabel Acak/Stokastik
Besaran Input Variabel Acak/Stokastik
Perubahan besaran komponen hidrologi fungsi waktu, tercatat di Pos Hujan , Pos debit, SWL
Parameter komponen berubah, F (µ,σ)
Sumber : Arwin (2008), Suripin (2004) dengan modifikasi 56
DISTRIBUSI NORMAL
X = X + z.S
Z =fungsi dari peluang atau periode ulang, X =rata-rata sampel S = standar deviasi sampel.
n∑ X 2 − (∑ X )
2
S=
n(n − 1)
DISTRIBUSI LOG NORMAL
+ k .S
ln Xt = X
t
ln X
ln X
Distribusi log Pearson Type III
log X =
∑ log X n
i
∑ (log X i − log X ) 2 s= n 1 −
0.5
1.3.Ancaman Keberlanjutan Drainase Perkotaan N W
Penjaringan
Kalideres
Koja Pademangan Cilincing Tanjung Priok Taman Sari Tambora Cengkareng Sawah Besar Kemayoran Kelapa Gading Grogol Petamburan Gambir Cempaka Putih Senen Cakung Kebon Jeruk Pulo Gadung Palmerah Menteng Kembangan Matraman Tanah Abang Setiabudi Kebayoran Baru Tebet Jatinegara Pesanggrahan Kebayoran BAru Pancoran Kebayoran Lama Mampang Prapatan
Duren Sawit
Makasar
Kramatjati Pasar Minggu Cilandak Cipayung
E S
2
0
2
4 Km
KETERANGAN : Administrasi Kecamatan Sungai Penurunan Muka Tanah (Meter) : 0.012 - 0.024 0.024 - 0.036 0.036 - 0.048 0.048 - 0.06 0.06 - 0.072 0.072 - 0.084 0.084 - 0.096 0.096 - 0.108 0.108 - 0.12 No Data Wilayah DKI Jakarta
Peta Penurunan Tanah di Jakarta 1982-1997 (Meliana, 2005)
58
Laju subsidence DKI Jakarta Des 2002 -Sept 2005
Northing
Land Subsidence from Leveling, 1982 - 1997
JAKARTA
Easting
-0.3 m -0.8 m -1 m Hasanuddin Z. Abidin, 2001
-2 m
-2 m Hasanuddin Z. Abidin, 2001
Hasanuddin Z. Abidin, 20006
Contoh Kasus di Jakarta Gejala Amblesan Tanah di Kamal Muara
Gejala Amblesan Tanah di Cengkareng
Gejala Amblesan Tanah di Kamal Muara 60
12
Pembangunan Talut menyengah longsor & banjir ke kawasan perkotaan Dampak Terhambatnya penyaluran Drainase perkotaan ke badan air ( Rentan terhadap banjir lokal Misal Kawasan Pluit ,Respon Rekayasa Engineering : Polder ,pompa) semakin tergantung Infrastruktur Air Perlu Maintenance
61
Konsekwensi logis degradasi rezim hidrologi kawasan hulu sungai (fenomena ekstrimitas debit air meninggi muka air banjir ) di kawasan hilir turun muka tanah , reklamasi ancaman keberlanjutan infrastruktur drainase perkotaan , semakin sulit menyalurkan air ke badan air penerima sungai atau laut.
62
Kawasan pesisir pantai ,yang di reklamasi dampak di pesisir lama : Terdapat kecendrungan • Rentan terhadap banjir musim penghujan • Rob pada pasang besar (Pesisir Lama terancam banjir Kamal Muara ,Indah kapuk, Pantai mutiara, Muara baru , Ancol )
Kuliah SMAB sem 1 thn 2011/2012
63